HIPERTENSI RETINOPATI
Oleh:
Nur Aidah Rizky Amelia
K1A1 11 053
Pembimbing :
dr. Melvin Manuel Philips, Sp. M.
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
Hipertensi Retinopati
A. Pendahuluan
pertama kali dikemukakan oleh Marcus Gunn pada kurun ke-19 pada
tekanan sistolik > 140 mmHg. Jika kelainan dari hipertensi tersebut
terdeteksi atau belum terjadi perubahan yang signifikan pada pembuluh darah
retina. Tahap selanjutnya sudah mulai terjadi penyempitan dan kelainan fokal
pembuluh darah retina dapat juga ditemukan perdarahan retina dan “cotton
woll spot”. Setelah itu pada tahap akhir dapat terjadi penyempitan disertai
dinding dalam akan membentuk sembilan lapisan retina lainnya. Retina akan
Retina merupakan lapisan bola mata yang paling dalam. Secara kasar,
retina terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan fotoreseptor (pars optica retinae)
heksagonal, berhubungan langsung dengan epitel pigman pada pars plana dan
ora serrata. Lapisan fotoreseptor merupakan satu lapis sel transparan dengan
sentralis. Arteri ini berasal dari arteri oftalmikus yang masuk ke mata
retina. Arteri sentralis merupakan arteri utuh dengan diameter kurang lebih
0,1 mm. Ia merupakan suatu arteri terminalis tanpa anastomose dan membagi
menjadi empat cabang utama. Sementara itu, lapisan luar retina tidak
difusi dari lapisan koroid. Arteri retina biasanya berwarna merah cerah, tanpa
disertai pulsasi manakala vena retina berwarna merah gelap dengan pulsasi
sisi
badan kaca.
3. Lapisan sel ganglion, yang merupakan lapis badan sel dari pada Nervus
Optikus
4. Lapisan pleksiform dalam, yang mengandung sambungan – sambungan
5. Lapisan inti dalam, merupakan badan sel bipolar, amakrin dan sel
7. Lapisan inti luar, yang merupakan susunan lapis nukleus, sel kerucut
luar. Sinyal listrik terbentuk dari serangkaian reaksi fotokimiawi. Sinyal ini
korteks visual.3
C. Epidemiologi
studi yang dijalankan didapatkan bahwa kelainan ini banyak ditemukan pada
uia 40 tahun ke atas, walau pada mereka yang tidak pernah mempunyai
hasil prevalensi rata-rata kurang dari 1%. Ini mungkin disebabkan oleh
pada orang berkulit hitam berbanding orang kulit putih berdasarkan insiden
kejadian hipertensi yang lebih banyak ditemukan pada orang berkulit hitam.
Akan tetapi, tidak ada predileksi rasial yang pernah dilaporkan berkaitan
kelainan ini hanya saja pernah dilaporkan bahwa hipertensi lebih banyak
D. Patofisiologi
tekanan darah. Terdapat teori bahwa terjadi spasme arterioles dan kerusakan
endothelial pada tahap akut sementara pada tahap kronis terjadi hialinisasi
darah.1,3,5
Pada tahap awal, pembuluh darah retina akan mengalami vasokonstriksi
secara generalisata. Ini merupakan akibat dari peningkatan tonus arteriolus dari
dinding tunika media dan degenerasi hyalin. Pada tahap ini akan terjadi
penyempitan arteriolar yang lebih berat dan perubahan pada persilangan arteri-
pada refleks cahaya arteriolar yaitu terjadi pelebaran dan aksentuasi dari
menimbulkan kerusakan pada sawar darah-retina, nekrosis otot polos dan sel-
sel endotel, eksudasi darah dan lipid, dan iskemik retina. Perubahan-perubahan
hard exudate dan infark pada lapisan serat saraf yang dikenal sebagai cotton-
wool spot. Edema diskus optikus dapat terlihat pada tahap ini, dan biasanya
berat.1,5,6,7
hipertensi saja, karena ia juga dapat terlihat pada pnyakit kelainan pembuluh
darah retina yang lain. Perubahan yang terjadi juga tidak bersifat sequential.
terlebih dulu.1,5,6,7
E. Klasifikasi Retinopati Hipertensi
oleh Keith Wagener Barker. Klasifikasi dan modifikasi yang dibuat didasarkan
pada hubungan antara temuan klinis dan prognosis yaitu tediri atas empat
Stadium Karakteristik
Stadium I Penyempitan ringan, sklerosis dan hipertensi ringan, asimptomatis.
Stadium Karakteristik
Stadium 0 Ada diagnosis hipertensi tanpa abnormalitas pada retina
Stadium Karakteristik
Stadium 0 Tidak ada perubahan
Stadium I Penyempitan arteriolar yang hampir tidak terdeteksi
Stadium II Penyempitan yang jelas dengan kelainan fokal
Stadium III Stadium II + perdarahan retina dan/atau eksudat
Stadium IV Stadium III + papiledema
Tabel 4. Klasifikasi Retinopati Hipertensi tergantung dari berat ringannya tanda – tanda
yang terlihat pada retina.
Mild Satu atau lebih dari tanda berikut : Asosiasi ringan dengan
Penyempitan arteioler menyeluruh penyakit stroke, penyakit
atau fokal, AV nicking, dinding jantung koroner dan
arterioler lebih padat (silver-wire) mortalitas kardiovaskuler
Moderate Retinopati mild dengan satu atau lebih Asosiasi berat dengan
tanda berikut : Perdarahan retina (blot, penyakit stroke, gagal
dot atau flame-shape), jantung, disfungsi renal dan
mikroaneurisma, cotton-wool, hard mortalitas kardiovaskuler
exudates
Gambar 4. Multipel cotton wool spot (panah putih) dan perdarahan retina (panah
hitam) dan papiledema. (dikutip dari kepustakaan 9)
F. Diagnosis
kepala dan nyeri pada mata. Penurunan penglihatan atau penglihatan kabur
hanya terjadi pada stadium III atau stadium IV peubahan vaskularisasi akibat
Elschnig’s spot yaitu atrofi sirkumskripta dan dan proloferasi epitel pigmen
pada tempat yang terkena infark. Pada bentuk yang ringan, hipertensi akan
copper wire atau silver wire. Penebalan lapisan adventisia vaskuler akan
atau nicking arteriovenousa. Pada bentuk yang lebih ekstrem, kompresi ini
dapat menimbulkan oklusi cabang vena retina (Branch Retinal Vein Occlusion/
BRVO). Dengan level tekanan darah yang lebih tinggi dapat terlihat
bahwa perdarahannya berada dalam lapisan serat saraf, CWS dan/ atau edema
retina. Malignant hipertensi mempunya ciri-ciri papiledema dan dengan
mikroaneurisme yang diperkirakan akan terjadi pada area dinding kapiler yang
paling lemah. Gambaran ini paling jelas terlihat melalui pemeriksaan dengan
Selain itu, perdarahan retina dapat terlihat. Ini akibat hilang atau berkurangnya
akibat transudasi cairan koroid yang masuk ke retina setelah runtuhnya struktur
RPE. Namun selama ini peneliti lain percaya bahwa cairan edematosa muncul
pada arterioles distal dan kapiler proksimal dengan transudasi cairan ke dalam
jeringan retina. Absorpsi komponen plasma dari cairan edema retina akan
adalah residu edema dan makrofag yang mengandung lipid. Walaupun deposit
lipid ini ada dalam pelbagai bentuk dan terdapat dimana-mana di dalam retina,
seperti ini muncul akibat orientasi lapisan Henle dari serat saraf yang
kalium dan kalsium, fungsi ginjal terutama kreatinin, profil lipid dan kadar
asam urat. Selain itu pemeriksaan foto yang dapat dianjurkan termasuk
G. Penatalaksanaan
Mengobati faktor primer adalah sangat penting jika ditemukan perubahan pada
140/90 mmHg. Jika telah terjadi perubahan pada fundus akibat arteriosklerosis,
maka kelainan klinis yang terjadi tidak dapat diobati lagi tetapi dapat dicegah
Perubahan pola dan gaya hidup juga harus dilakukan. Kontrol berat
badan dan diturunkan jika sudah melewati standar berat badan seharusnya.
intake lemak tak jenuh dapat menurunkan tekanan darah. Konsumsi alkohol
dan garam perlu dibatasi dan olahraga yang teratur. Pengawasan oleh dokter
sentralis dan oklusi cabang vena retina merupakan perburukan dari retinopati
hipertensi yang tidak terkontrol secara baik. Jika sudah terjadi eksudat di
makula, KWB stadium III, dan sudah terjadi komplikasi maka fotokoagulasi
kapiler dan venula. Menurut hukum Starling, hal ini akan menurunkan aliran
H. Komplikasi
sentralis (CRAO), oklusi arteri retina cabang (BRAO), oklusi vena retina
cabang (BRVO) . Penyebab dari oklusi arteri retina paling umum akibat
adanya emboli. Arteri oftalmika merupakan cabang pertama dari arteri karotis
interna. Embolus bisa berasal dari jantung atau arteri karotis yang secara jelas
mengarah langsung ke mata. Emboli dari jantung terdiri dari empat tipe, antara
lain emboli terkalsifikasi dari katup aorta atau mitral, vegetasi dari
endokarditis bakterial, trombus yang berasal dari jantung bagian kiri, dan
materi miksomatosa akibat miksoma atrial. Penyakit arteri karotis juga dapat
menjadi sumber emboli. Emboli retina dari arteri karotis terdiri dari tiga tipe
terkalsifikasi.2,12
Gambaran klinis dari oklusi arteri retina dapat berupa oklusi arteri retina
sentral, dan oklusi arteri retina cabang. CRAO (oklusi arteri retina sentral)
biasanya diakibatkan oleh ateroma, meskipun hal ini dapat disebabkan akibat
emboli terkalsifikasi. Keluhan yang dialami pasien biasanya bersifat akut dan
Marcus Gunn atau amaurotik, retina tampak putih akibat pembengkakan dan
penundaan pengisian arteri dan karena terdapat edema retina maka fluoresensi
pandang secara melintang atau sektoral dan terjadi mendadak. Tanda yang
dapat ditemukan berupa retina menjadi putih di area yang dialiri arteri,
yang permanen, dan pada beberapa kasus juga dapat ditemukan rekanalisasi
BRVO (oklusi vena retina cabang) akut tidak terlihat pada gambaran
putih pada retina akibat infark pada pembuluh darah retina. Seiring waktu,
permanen terhadap pembuluh darah. Oklusi yang terjadi merupakan akibat dari
emboli.12
I. Prognosis
penglihatan yang serius biasanya tidak terjadi sebagai dampak langsung dari
proses hipertensi kecuali terdapat oklusi vena atau arteri lokal. Namun, pada
lain grade I : 4%, grade II : 20%, grade III : 80% , grade IV : 98%.10
Daftar pustaka
http://www.nejm.org/cgi/reprint/351/22/2310. pdf
2. Basic and Clinical Science Course. Retina and Vitreus Section 12. The
umum: anatomi dan embriologi mata. 14th ed. Jakarta. Penerbit Widya
Merdeka; 1996.
2005;73 and 74;57-70. [Online]. 2005 Jul 13 [cited 2008 May 21]: [14 screens].
5. Hughes BM, Moinfar N, Pakainis VA, Law SK, Charles S, Brown LL et al,
editors. Hypertension. [Online]. 2007 Jan 4 [cited 2008 May 21]: [7 screens].
6. Sehu WK, Lee WR, editors. In: Ophtalmic pathology an illustrated guide for
7. Khaw PT, Shah P, Elkington AR, editors. In: ABC of eyes: general medical
disorders and the eye. 4th ed. London. BMJ Publishing Group Limited; 2004. p.
69-71
8. Wong TY, et al. The prevalence and Risk Factors of Retinopathy in an Asian
10. Hughes BM, Moinfar N, Pakainis VA, Law SK, Charles S, Brown LL et
al, editors. Hypertension. [Online]. 2007 Jan 4 [cited 2015 Oct 26]: [7
488.htm
11. Arsaell Arnasson and Einar Stefansson. Laser Treatment amd The Mechanism
12. Kanski JJ. Clinical Ophtalmology A Systematic Approach. 4th ed. Oxford.