Sap Antenatal Care
Sap Antenatal Care
Makalah Satuan Penyuluhan dengan judul “Antenatal-care” ini telah disetujui oleh
Pembimbing akademik dan Pembimbing Klinik Keperawatan
Akademi Keperawatan Pandan Harum Banjarmasin
Menyetujui,
(.......................................) (....................................)
Mengetahui,
Koordinator PKK 1
Akper Pandan Harum
Banjarmasin
(.....................................)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“ANTENATAL-CARE”
Topik : Antenatal-care
Sub topik : Pengertian antenatal-care, tujuan antenatal-care, pelaksana
antenatal-care, lokasi pelayanan antenatal-care, Pelaksanaan
Pelayanan antenatal-care, frekuensi kunjungan, antenatal-care,
dan keluhan pada masa kehamilan.
Hari/Tanggal :
Waktu/Jam :
Tempat :
Peserta :
Penyuluh : Mahasiswa AKPER PANDAN HARUM Tingkat II
I. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan ibu hamil dan keluarga dapat mengetahui
Pengertian antenatal-care, tujuan antenatal-care, pelaksana antenatal-care, lokasi pelayanan
antenatal-care, Pelaksanaan Pelayanan antenatal-care, frekuensi kunjungan, antenatal-care,
dan keluhan pada masa kehamilan.
IV. Metode
1 Pembukaan
- Mengucapkan salam - Membalas salam
- Menjelaskan tujuan - Mendengarkan
- Kontrak waktu - Memberi respon
- Test awal
2 Inti
- menjelaskan pengertian -Mendengarkan
antenatal-care dengan penuh
- Menjelaskan tentang tujuan perhatian
antenatal-care
- Menjelaskan tentang pelaksana
antenatal-care
- Menjelaskan tentang lokasi
pelayanan antenatal-care
- Menjelaskan tentang
Pelaksanaan Pelayanan
antenatal-care
- Menjelaskan tentang frekuensi
kunjungan, antenatal-care
- Menjelaskan tentang keluhan
pada masa kehamilan
3 Penutup -Menanyakan
- Tanya jawab
yang belum jelas
- Test terakhir
- Menyimpulkan hasil -Aktif bersama
penyuluhan
menyimpulkan
- Memberi salam penutup
-Membalas salam
VII. Pengorganisasian
a. Moderator :
c. Notulen :
Tugas : Mencatat pertanyaan dari peserta
d. Observer :
Tugas : Mengamati jalannya proses penyuluhan sesuai dengan SAP
e. Fasilitator :
Tugas : Menyediakan fasilitas pendukung proses penyuluhan
f. Konsumsi :
Tugas : Menyediakan konsumsi bagi peserta penkes
layar
Penyaji Operator
ANTENATAL-CARE
1. Pengertian
Antenatal care adalah : Pelayanan kesehatan atau perawatan kepada ibu selama masa
kehamilan (DepKes RI, 1997 : 26).
Menurut Prawiroharjo S. (1994 : 72) antenatal care adalah : pengawasan terhadap ibu
hamil dengan mempersiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental ibu dalam kehamilan,
persalinan dan nifas sehingga selalu dalam keadaan sehat dan normal.
2. Tujuan
Antenatal Care bertujuan untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan,
persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta menghasilkan bayi yang sehat. (Dep Kes
RI, 1997 : 48).
Menurut Reeder S.J. (1997 : 111) tujuan antenatal care adalah melindungi dan menjaga
kesehatan serta kehidupan ibu dan janin selama kehamilan dengan mempertimbangkan sosio
kultural keluarga (meliputi status ekonomi, tingkat pendidikan dan support system).
Sedangkan tujuan utama pelayanan antenatal care di Indonesia adalah :
1) Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan,
persalinan dan nifas.
2) Mengenal dan menangani penyakit yang menyerati kehamilan, persalinan dan nifas.
3) Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan,
laktasi dan keluarga berencana.
4) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
3. Pelaksana
Sebagai pelaksana pelayanan antenatal care terdiri atas :
Tenaga medis meliputi dokter umum dan dokter spesialis Obstretik Gineokologi.
Tenaga perawat meliputi bidan/perawat yang telah mendapatkan pelatihan antenatal
care. (Dep Kes RI, 1994 : 16)
4. Lokasi Pelayanan
Menurut Dep Kes RI (1994 : 16), tempat pemberian pelayanan antenatal care dapat
bersifat statis dan aktif meliputi :
1. Puskesmas/ puskesmas pembantu
2. Pondok bersalin desa.
3. Posyandu.
4. Rumah Penduduk (pada kunjungan rumah.
5. Rumah sakit pemerintah/ swasta
6. Rumah sakit bersalin
7. Tempat praktek swasta (bidan dan dokter)
5. Pelaksanaan Pelayanan
Pelayanan antenatal care selengkapnya mencakup anemnesis, pemeriksaan fisik (umum
dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi dasar dan intervensi khusus sesuai
dengan tingkat resiko. Dengan penerapan operasionalnya dikenal standar minimal ”5T” untuk
pelayanan antenatal yang terdiri atas :
Timbang berat badan
Ukuran tekanan darah, diukur setiap kunjungan
Ukur tinggi fundus uteri, dilakukan setiap kunjungan dimana fundus uteri mulai
teraba setelah usia kehamilan > 12 minggu.
Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid atau TT lengkap, mulai diberikan usia
kehamilan 16 minggu dengan interval pemberian selanjutnya 4 minggu.
Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama hamil, mulai diberikan pada usia
kehamilan 20 minggu diminum 1 hari 1 tablet.
Dengan demikian maka secara operasional pelayanan antenatal yang tidak
memenuhi standar minimal ”5T” tersebut belum dianggap suatu pelayanan antenatal care
(Dep Kes RI, 1995 : 18).
Dalam pelaksanaan ANC terdapat kesepakatan adanya standar minimal yaitu dengan
pemeriksaan ANC 4 kali selama kehamilan dengan distribusi sebagai berikut :
- Minimal satu kali pada trimester I
- Minimal satu kali pada trimester II
- Minimal dua kali pada trimester III (Dep Kes RI, 1994 : 24)
Menurut Jumiarni (1995 : 34), frekuensi ANC diharapkan paling kurang 8 kali (7 – 9
kali) sehingga pengawasan ibu dan janin dapat dilaksanakan dengan optimal. Pemeriksaan
kehamilan tersebut dilaksanakan dengan jadwal dan kegiatan sebagai berikut :
Kunjungan V (36 minggu), Kunjungan VI (38 minggu), Kunjungan VII (40 minggu)
(2 minggu 1 kali)
Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan, aktifitas janin dan pertumbuhan
janin secara klinis.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Anamnese meliputi keluhan, gerakan janin dan keluhan.
2. Pemeriksaan laboratorium ulang (Hb dan gula darah).
3. Pemeriksaan fisik dan obstetrik.
4. Penilaian resiko kehamilan.
5. USG ulang pada kunjungan 4.
6. KIE tentang senam hamil, perawatan payudaran, dan persiapan persalinan.
7. Pengawasan penyakit yang menyertai kehamilan dan komplikasi trimester III.
8. Penyuluhan diet 4 sehat 5 sempurna.
Menurut Puji Rochyati Penentuan frekuensi ANC antara lain didasarkan atas resiko
kehamilan yang dihadapi oleh ibu hamil, adapun resiko itu dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel Screening/ Deteksi Dini Ibu Hamil Resiko Tinggi
Ke < 16 17 - 19 20 – 34 > 35
1 4 4 2 4
2 4 2 4
3 4 2 4
4 2 4
>5 4 4
a. Kurang darah.
b. Malaria
c. Tuberkulosa paru
d. Payah jantung
e. Kencing manis/ diabetes
12 Bengkak pada muka dan tungkai (tekanan
darah tinggi)
Ⅱ.
13 a. Letak sungsang 4
b. Letak lintang
14 Hamil kembar 2 atau lebih 4
Jumlah skor (A + B)
Menurut Dep Kes RI (1992), faktor resiko ibu hamil seperti yang tercantum dalam
KMS ibu hamil adalah sebagai berikut :
1. Anemia berat (Hb < 8 gr %)
2. Tekanan darah diastole > 90 mmHg
3. Perdarahan selama kehamilan
4. Kelainan pada persalinan terdahulu
5. Jarak kehamilan terakhir kurang dari 2 tahun
6. Tinggi badan kurang dari 140 cm
7. Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih 35 tahun
8. Pernah sakit kronis
Tabel Penilaian resiko kehamilan (Depkes RI, 1992 : 85)
No. Kriteria Jumlah
Nilai
1. Kematian neonatal BB < 40 atau > 70 kg
Riwayat preterm Premipara < 20 tahun
Riwayat preeklamsi dan > 35 tahun
1
Penyakit paru Multi para > 40 tahun
Anemi 8-10 gr% Paritas > 3
Tinggi badan < 145 cm Tanpa antenatal
2. Abortus > 3 Gemelli
Riwayat SC Sungsang
2
Placenta previa Partus percobaan
Diabetes mellitus Hiperteoridism
3. Riwayat lahir mati Sungsang (premipara)
Penyakit ginjal Ketuban pecah > 6 jam
Partus 32 – 36 minggu Mekonium (kepala)
3
Posterum > 42 minggu Partus > 24 jam
Penyakit hepar Plasenta previa
Preeklamsi berat SC
4. Diabetes mellitus DJJ ireguler < 120 atau
Fitiumcordis > 180 kali / menit 4
KMK
5. Eklamsi Incomtabilitas RH
Hedramnion Solutio pacenta
5
Infeksi intra partum Letak lintang
KPD > 24 jam Prolapsus tali pusat
Keterangan :
1. Bila jumlah nilai resikonya > 3 ibu hamil perlu dirujuk ke Puskesmas untuk
mendapatkan pemriksaan dan penanganan yang lebih teliti dari dokter.
2. Bila jumlah nilai resiko > 5 ibu hamil harus dirujuk ke rumah sakit. Ibu hamil yang
boleh ditolong perawat/ bidan hanya pasien dengan resiko rendah dengan nilai < 3.
Pada triwulan ini sering ditandai adanya adaptasi ibu terhadap kehamilannya, perasaan
ibu cenderung lebih stabil, karena keluhan yang terjadi pada triwulan I sudah terlewati. Ibu
merasakan pengalaman baru, mulai merasakan gerakan bayi, terdengarnya detak jantung
janin (DJJ) melalui alat doptone atau melihat gambar/posisi melalui pemeriksaan USG.
Triwulan II juga dikatakan fase aman untuk kehamilan, sehingga aktifitas ibu dapat berjalan
tanpa gangguan yang berarti.
3. Kaki odem
Odem pada kaki perlu dicurigai karena sebagai salah satu gejala dari trias klasik
ekslamsi, yakni hipertensi, odem pada kaki dan protein uri. Sesak nafas pada
triwulan III perlu dicurigai kemungkinan adanya kelainan adanya kelainan letak
(sungsang) kelainan posisi bayi.
4. Perdarahan
Pada triwulan III bisa terjadi perdarahan pervaginam perlu dicurigai adanya
placenta praevia atau solutio plasenta.
5. Keluar cairan di tempat tidur pada siang atau malam hari, cairan jernih bukan pada
saat kencing perlu dicurigai adanya ketuban pecah dini (KPD).
6. Sering kencing
Pada triwulan III karena kepala bayi akan masuk ke pintu atas panggul (PAP)
pada usia kehamilan 36 minggu. Sering kencing disebabkan tekanan kepala bayi
pada kandung kemih.
Apabila ibu hamil mendapat keluhan diatas, perlu segera periksa ke fasilitas
kesehatan, untuk itu penyuluhan pada triwulan III diarahkan kepada hal-halyang
berkaitan dengan antisipasi dari keluhan di atas. Selain keluhan di atas pada
truwulan III ditandai dengan adanya kegembiraan emosi karena akan lahirnya
seorang bayi. Reaksi calon ibu terhadap persalinan secara umum tergan\tung pada
persiapan dan persepsinya terhadap kewjadian ini, untuk itu kerjasama dan
komunikasi yang baik selama ANC perlu dibina sehingga ibu dapat melalui masa
kehamilan dan persalinan dengan perasaan gembira (Hamiton, 1998: 163).
DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia.org
www.google.com
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DENGAN JUDUL
“ANTENATAL-CARE”
DISUSUN OLEH: