Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paru-paru sebagai pompa satu-satunya untuk sistem pernapasan adalah

organ yang sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan. Namun, masih

banyak orang yang kurang peduli dengan kesehatan paru-paru, hal ini

menyebabkan banyak orang yang terindikasi menderita penyakit paru-paru,

antara lain Tuberkulosis Paru (TB Paru), Bronhkitis, Penyakit Paru Obstruktif

Kronis (PPOK), dan Pneumonia (radang paru-paru) (Kusuma dkk, 2014).

Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian

dunia karena angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium

Tuberculosis ini masih sangat tinggi, hingga saat ini belum ada satu negara pun

yang terbebas dari penyakit TB. Indonesia sendiri menempati urutan ke-2 setelah

India yang menjadi negara dengan kasus TB tertinggi. Hasil survey prevalensi

TB di Indonesia terdapat 1,7 juta orang meninggal karena TB (600.000

diantaranya perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus baru (Kemenkes, 2016).

Penyakit Tuberkulosis Paru mempunyai potensi penularan yang sangat

tinggi, sehingga angka kejadiannya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

Estimasi insiden kasus TB Paru di dunia pada tahun 2012 sebesar 8,6 juta kasus

setara dengan 122 kasus per 100.000 populasi. Estimasi insiden kasus TB

Paru di dunia pada tahun 2013 meningkat menjadi 9 juta kasus per 100.000

populasi.

1
2

Indonesia merupakan Negara ke–5 dengan insiden kasus terbanyak pada tahun

2013 (410.000–520.000) setelah India, Cina, Nigeria dan Pakistan. Perawat amat

berperan saat menjelaskan pada klien tentang pentingnya berobat dengan teratur

sesuai dengan jadual sampai sembuh dengan di dukung oleh pengetahuan yang

memadai (Wardani, 2015)

Tahun 2017 World Health Organization (WHO) memperkirakan ada

1.020.000 kasus TB di Indonesia, namun baru terlapor ke Kementerian

Kesehatan sebanyak 420.000 kasus. Negara yang lebih buruk jumlah kasus TB

nya dari Indonesia, yakni India yang memiliki jumlah penduduk 1,3 milyar.

Profil Kesehatan Kemenkes RI tahun 2016, Jawa Barat adalah propinsi

dengan jumlah total kasus TB terbanyak pada tahun 2016, yaitu 52.328 orang,

kemudian disusul oleh Jawa Timur (45.239), Jawa Tengah (28.842), DKI Jakarta

(24.775), Sumatra Utara (17.798) dan Kalimantan Tengah (7.560) kasus.

Data di Kabupaten Kuala Kapuas tercatat jumlah penderita TB Paru yang

berobat di Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) serta mendapat pengobatan pada

tahun 2017 ada sebanyak 117 kasus.

Data di Puskesmas Kecamatan Kapuas Barat sendiri insiden kasus TB

Paru pada tahun 2017 sebanyak 38 kasus dengan success rate (angka

kesuksesan) sebesar 100 %. Pada tahun 2018 ditemukan sebanyak 47 kasus TB

Paru di Desa Anjir Kalampan Kabupaten Kapuas yang telah positif terkena TB

Paru.

Penelitian yang dilakukan oleh Anugrah (2012) dari 54 responden yang

menderita TB Paru, 44 orang (81,4%) diantaranya memiliki tingkat pengetahuan

yang buruk tentang TB Paru. Sedangkan pada analisis bivariat antara tingkat
3

pengetahuan tentang TB Paru dengan kejadian TB Paru diperoleh nilai p=

0,007, yang artinya terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan

responden tentang TB Paru dengan kejadian TB Paru. Selanjutnya pada

perhitungan Prevalence Ratio (PR) didapatkan nilai sebesar 1,886, sehingga

dari nilai PR tersebut, dapat disimpulkan bahwa seseorang dengan

pengetahuan yang buruk tentang TB Paru memiliki risiko 1,886 kali menderita

TB Paru dibandingkan dengan seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik

tentang TB Paru.

Penelitian yang dilakukan oleh Syafefi, dkk (2014) hasil pengukuran

pengetahuan pasien TB Paru pada pasien yang berobat di Puskesmas Harapan

Raya menunjukkan tingkat pengetahuan pasien sebagian besar berada pada

kategori sedang sebanyak 19 orang (63,3%) di ikuti dengan kurang sebanyak 6

orang (20%) dan baik sebanyak 5 orang (16,7%). Pengetahuan yang baik

diharapkan akan mempunyai sikap baik yang sehingga dapat mencegah atau

menanggulangi masalah penyakit TB Paru. Pengetahuan masyarakat yang cukup

mengenai kesehatan akan membuat masyarakat mencoba untuk mempunyai

perilaku hidup bersih dan sehat.

Tingkat pengetahuan yang rendah merupakan faktor resiko terjadinya

TB Paru karena responden kurang memiliki pengetahuan dalam mencegah dan

menanggulangi penyebaran penyakit TB Paru, sehingga mereka tidak waspada

terhadap faktor-faktor resiko penularan TB Paru. Pengetahuan yang kurang

dapat terjadi karena kurangnya informasi formal atau nonformal yang

didapatkan oleh responden serta tidak adekuatnya informasi yang didapatkan

dan diterima responden.


4

Penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2013) dari 60 responden yang

memiliki pengetahuan yang baik mengenai upaya pencegahan penyakit

tuberkulosis sebanyak 43 orang (71,7 %), pengetahuan yang cukup mengenai

upaya pencegahan penyakit tuberkulosis sebanyak 16 orang (26,7 %) dan

pengetahuan yang kurang mengenai upaya pencegahan penyakit tuberkulosis

sebanyak 1 orang (1,7 %). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik terhadap penyakit

TB Paru dan upaya pencegahan penyakit TB Paru.

B. Rumusan Masalah
Pengetahuan keluarga yang kurang tentang TB Paru membuat angka

kesakitan meningkat setiap tahunnya sehingga perlu peran aktif dari keluarga

dalam pengobatan TB Paru itu sendiri.


Latar belakang diatas merujuk pada permasalahan “Gambaran

Pengetahuan Keluarga Penderita TB Paru di Desa Anjir Kalampan Kabupaten

Kapuas”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan keluarga penderita TB Paru di

Desa Anjir Kalampan Kabupaten Kapuas.


2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini yaitu :
a. Mengetahui gambaran karakteristik keluarga penderita TB Paru di Desa

Anjir Kalampan Kabupaten Kapuas.


b. Mengetahui gambaran pengetahuan keluarga penderita TB Paru di Desa

Anjir Kalampan Kabupaten Kapuas.


D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Memperkuat teori tentang penyakit TB Paru di Desa Anjir Kalampan

Kabupaten Kapuas.
2. Praktis
a) Bagi Peneliti
5

Sebagai pemenuhan tugas akhir, menambah pengetahuan dan

pengalaman peneliti untuk dapat melakukan penelitian, serta peneliti

mendapatkan wawasan baru di dunia penelitian tentang Pengetahuan

Keluarga Penderita TB Paru di Desa Anjir Kalampan Kabupaten

Kapuas.
b) Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai salah satu aspek dalam melihat kemampuan mahasiswa

untuk melakukan penelitian secara langsung sesuai dengan ilmu yang

telah diajarkan dan juga dapat sebagai bahan rujukan dan ide dalam

membuat karya tulis ilmiah yang lebih baik lagi.

c) Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan informasi dan memberikan pengetahuan

kepada keluarga TB Paru dan sebagai upaya peningkatan kualitas

kesehatan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai