PENDAHULUAN
Pada kehidupan ini, salah satu faktor yang berpengaruh bagi kehidupan seluruh makhluk
hidup beserta komponennya adalah kelembaban udara. Kelembaban udara juga menentukan
bagaimana makhluk hidup tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Kelembaban
merupakan salah satu faktor ekologis yang penting dalam mempengaruhi aktifitas makhluk
hidup dan membatasi penyebarannya dalam keragaman harian.
Di atmosefer terdapat uap air yang dinamakan kelembaban udara. Kadar uap air senantiasa
berubah-ubah tergantung pada temperatur udara setempat. Jumlah uap dalam udara tidaklah
tetap atau konstan. Kesanggupan udara untuk menampung uap air dipengaruhi oleh
temperatur massa udara serta berubah-ubah sehingga udara tidak dapat memuat air tanpa
batas. Massa yang panas mengandung lebih banyak uap air dibandingkan dengan massa
udara yang dingin. Kelembaban udara ditentukan juga oleh jumlah uap air yang terkandung
dalam udara yaitu total uap air per satuan volume.
Kelembaban udara yang disetiap sudut ruangan tentu berbeda tergantung dengan faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Adanya sinar matahari yang masuk kedalam ruangan dapat
mempengaruhi kelembaban didalamnya. Selain itu, faktor lain yang dapat mempengaruhi
kelembaban pada suatu ruangan adalah pendingin ruangan. Pendingin udara dapat
menyebabkan kelembaban dalam suatu ruangan semakin tinggi. Berbeda ketika pendingin
ruangan dalam kondisi tidak dihidupkan, maka kelembabannya pun akan semkain rendah.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kelembaban relatif
dalam suatu ruangan adalah hygrometer dan pshycrometer. Kelembaban udara merupakan
banyaknya kandungan uap air di atmosfer.
1
Oleh karena itu, Praktikum Fisika Lingkungan tentang Kelembaban Relatif dilakukan untuk
mengetahui tingkat kelembaban dalam ruangan serta mengetahui prinsip kerja dari metode
hygrometer dan pshycrometer.
c. Mengetahui penyebab perbedaan nilain suhu yang terbaca pada bola basah dan bola
kering.
Kelembaban relatif yang merupakan ukuran bagi kemampuan udara pada suhu yang ada
untuk menyurap uap lebih lanjut. Kelembaban relatif diukur dengan menghembuskan udara
pada 2 buah thermometer, salah satu diantaranya dibungkus dengan kain basah (bola basah)
dan lainnya kering (bola kering), thermometer tersebut dinamakan Psykrometer. Faktor lain
yang mempengaruhi evaporasi adalah kelembaban relatif udara. Jika kelembaban relatif
naik maka kemampuan udara untuk menyerap air akan berkurang (Soemarto, 1986).
2.2 Psychrometer
Kelembaban nisbi beragam secara terbaik dengan suhu, pengukuran-pengukuran yang lebih
teliti dengan kelembaban sekilas diperoleh dengan psychrometer. Psychrometer yang
lazim digunakan secara berkala untuk memeriksa ketelitian hygrometer rambut.
Pengukuran-pengukuran psikrometer secara sederhana terdiri atas pengukuran-pengukuran
suhu berpasangan yang satu dengan thermometer bola kering dan thermometer bola basah.
Kelmbaban dapat dinyatakan dalam kuantitas mutlak atau relatif untuk maksud-maksud
tertentu. Neraca kelembaban merupakan suatu bagian intergral dari prosedur perencanaan
komprehensif yang berskala besar (Richard, 1988).
2.3 Kelembaban
Kelembaban yang mutlak adalah bilangan yang menyatakan uap-uap air yang ada dalam 1
meter kubit udara (gram uap air/m3 udara). Kelembaban spesifik adalah bilangan yang
3
menyatakan berat uap air yang ada dalam 1 kg udara lembab atau basah (gram uap air/kg
udara basah). Kelembaban spesifik pada gerakan vertikal tetap sam jika selama itu tidak
terjadi pengembunan atau kondensasi. Kelembaban spesifik atau nisbi adarah ukuran untuk
tingkat kekenyangan suatu massa udara dengan uap air. Kelembaban relatif dinyatakan
dengan perbandingan antara perbandingan antara jumlah uap air yang besar-besar ada
dalam udara dengan jumlah uap air yang maksimum dikali seratus dinyatakan dalam persen
(Karim, 1986).
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi.
Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Kualitas dari udara yang telah
berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya adalah udara yang sudah tercemar
sehingga tidak dapat menyangga kehidupan. Udara merupakan komponen kehidupan yang
sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya seperti
tumbuhan dan hewan. Tanpa makan dan minum kita bisa hidup untuk beberapa hari tetapi
tanpa udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja (Fardiaz, 2010).
Kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di atmosfer. Udara atmosfer
adalah campuran dari udara kering dan uap air. Kelembaban udara merupakan tingkat
kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Uap air
adalah suatu gas, yang tidak dapat di lihat, yang merupakan salah satu bagian dari atmosfer.
Kabut dan awan adalah titik air atau butir-butir air yang melayang-layang di udara. Kabut
melayang laying dekat permukaan tanah, kalau awan melayang- layang di angkasa.
Banyaknya uap air yang dikandung oleh hawa tergantung pada temperatur. Makin tinggi
temperatur makin banyak uap air yang dapat dikandung oleh hawa (Hardjodinomo, 1975).
4
Semua uap air yang ada di dalam udara berasal dari penguapan. Penguapan adalah
perubahan air dari keadaan cair kekeadaan gas. Pada proses penguapan diperlukan atau
dipakai panas, sedangkan pada pengembunan dilepaskan panas. Seperti diketahui,
penguapan tidak hanya terjadi pada permukaan air yang terbuka saja, tetapi dapat juga
terjadi langsung dari tanah dan lebih-lebih dari tumbuh-tumbuhan. Penguapan dari tiga
tempat itu disebut dengan evaporasi (Karim,1985).
Seperti gas-gas lainnya, uap air juga mempunyai tekanan, yang makin lebih besar apabila
temperatur naik. Tekanan tersebut dinamakan tekanan uap. Tekanan uap adalah tekanan
yang diberikan atau ditimbulkan oleh uap air sebagai bagian dari udara pada temperatur
yang tertentu. Tekanan uap itu adalah juga bagian dari tekanan udara semuanya dapat
diukur dengan milimeter air raksa atau milibar. Jika udara pada suatu temperatur sudah
kenyang (jenuh) maka tekanan uap pada temperatur tersebut mencapai maksimum. Angka
maksimum tersebut disebut tekanan uap maksimum (Zailani, 1986).
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi.
Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Kualitas dari udara yang telah
berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya adalah udara yang sudah tercemar
sehingga tidak dapat menyangga kehidupan. Udara merupakan komponen kehidupan yang
sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya seperti
tumbuhan dan hewan. Tanpa makan dan minum kita bisa hidup untuk beberapa hari tetapi
tanpa udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja (Fardiaz, 2010).
Kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di atmosfer. Udara atmosfer
adalah campuran dari udara kering dan uap air. Kelembaban udara merupakan tingkat
kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air.
Kelembaban spesifik pada gerakan vertikal tetap sam jika selama itu tidak terjadi
pengembunan atau kondensasi. Uap air adalah suatu gas, yang tidak dapat di lihat, yang
merupakan salah satu bagian dari atmosfer. Kabut dan awan adalah titik air atau butir-butir
air yang melayang-layang di udara (Hardjodinomo, 1975).
5
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.2.1 Alat
6
3.2.2 Bahan
7
2. Ditekan enter setelah muncul tombol menu.
3. Dicatat hasil yang tertera pada monitor.
Dilakukan pengukuran
Hygrometer
Dilakukan pengukuran
Psychrometer
Dilakukan perhitungan
8
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Perhitungan
9
4.2.1 Perhitungan Metode Hygrometer
4.2.1.1 Percobaan 1
𝑇1−𝑇2 9+20
Diketahui : PA : Rata-rata : = = 14,5oC
2 2
= 12 mmHg
Ditanya : KN ?
𝑃𝐴
Dijawab : KN = 𝑃𝑆 𝑥 100%
14,5
= 32 𝑥 100%
12 𝑚𝑚𝐻𝑔
=35,663 𝑀𝑚𝑚𝐻𝑔 𝑥 100 %
= 33,6 %
4.2.1.2 Percobaan 2
𝑇1−𝑇2 8+14
Diketahui : PA : Rata-rata : = = 11oC
2 2
= 9,8 mmHg
Ditanya : KN ?
𝑃𝐴
Dijawab : KN = 𝑃𝑆 𝑥 100%
11
=32 𝑥 100%
10
9,8 𝑚𝑚𝐻𝑔
=35,663 𝑀𝑚𝑚𝐻𝑔 𝑥 100 %
= 27,5 %
4.2.1.3 Percobaan 3
𝑇1−𝑇2 14+20
Diketahui : PA : Rata-rata : = = 17oC
2 2
= 14,5 mmHg
Ditanya : KN ?
𝑃𝐴
Dijawab : KN = 𝑃𝑆 𝑥 100%
17
=32 𝑥 100%
14,5 𝑚𝑚𝐻𝑔
=35,663 𝑀𝑚𝑚𝐻𝑔 𝑥 100 %
= 40,7 %
4.2.1.4 Percobaan 4
𝑇1−𝑇2 11+2
Diketahui : PA : Rata-rata : = = 6,5oC
2 2
= 7 mmHg
Ditanya : KN ?
𝑃𝐴
Dijawab : KN = 𝑃𝑆 𝑥 100%
11
6,5
= 32 𝑥 100%
7 𝑚𝑚𝐻𝑔
=35,663 𝑀𝑚𝑚𝐻𝑔 𝑥 100 %
= 19,6 %
4.2.1.5 Percobaan 5
𝑇1−𝑇2 9+14
Diketahui : PA : Rata-rata : = = 8oC
2 2
= 8 mmHg
Ditanya : KN ?
𝑃𝐴
Dijawab : KN = 𝑃𝑆 𝑥 100%
8
=32 𝑥 100%
8 𝑚𝑚𝐻𝑔
=35,663 𝑀𝑚𝑚𝐻𝑔 𝑥 100 %
= 22,4 %
4.2.2.1 Percobaan 1
Ditanya : KN ?
12
𝑃𝐴
Dijawab : KN = 𝑃𝑆 𝑥 100%
30
=34 𝑥 100%
31,8 𝑚𝑚𝐻𝑔
=39.898 𝑀𝑚𝑚𝐻𝑔 𝑥 100 %
= 79,7 %
4.2.2.2 Percobaan 2
Ditanya : KN ?
𝑃𝐴
Dijawab : KN = 𝑃𝑆 𝑥 100%
29
=33 𝑥 100%
30,1 𝑚𝑚𝐻𝑔
=37,729 𝑀𝑚𝑚𝐻𝑔 𝑥 100 %
= 79,78 %
4.2.2.3 Percobaan 3
Ditanya : KN ?
13
𝑃𝐴
Dijawab : KN = 𝑃𝑆 𝑥 100%
30
=32 𝑥 100%
31,8 𝑚𝑚𝐻𝑔
=35,663 𝑀𝑚𝑚𝐻𝑔 𝑥 100 %
= 89,2 %
4.2.2.4 Percobaan 4
Ditanya : KN ?
𝑃𝐴
Dijawab : KN = 𝑃𝑆 𝑥 100%
31
=32 𝑥 100%
33,694 𝑚𝑚𝐻𝑔
=35,663 𝑀𝑚𝑚𝐻𝑔 𝑥 100 %
= 94,5 %
4.2.2.5 Percobaan 5
Ditanya : KN ?
14
𝑃𝐴
Dijawab : KN = 𝑃𝑆 𝑥 100%
31
=33 𝑥 100%
33,694 𝑚𝑚𝐻𝑔
=37,729 𝑀𝑚𝑚𝐻𝑔 𝑥 100 %
= 84,3%
4.3 Grafik
Metode Hygrometer
90
80
70
60
50
Kelembaban Relatif (%)
40
30
20
10
0
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Percobaan 4 Percobaan 5
15
Metode Psychrometer
100
90
80
70
60 Kelembaban Realatif (%)
50
40
30
20
10
0
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Percobaan 4 Percobaan 5
4.4 Pembahasan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kelembaban udara. Faktor yang pertama
adalah suhu. Semakin tinggi suhu suatu wilayah maka kelembaban udaranya akan semakin
rendah, sementara semakin rendah suhu suatu wilayah maka kelembaban udaranya akan
semakin tinggi. Faktor selanjutnya adalah kualitas dan kuantitas dari penyinaran. Hal ini
berpengaruh karena sinar yang diterima terutama sinar matahari sangatlah berpengaruh
pada laju penguapan dari air. Faktor yang ketiga adalah pergerakan angin, dimana
pergerakan angin juga membawa kandungan air yang terdapat pada suatu wilayah ke
wilayah yang lain. Faktor selanjutnya adalah keberadaan vegetasi pada suatu wilayah.
Proses transpirasi yang terjadi pada vegetasi akan meningkatan kelembaban udara yang ada
pada wilayah tersebut. Faktor terakhir adalah ketersediaan air di suatu tempat. Ketersediaan
air yang tinggi pada permukaan suatu daerah dapat menyebabkan tingginya kelembaban
udara yang terdapat pada daerah tersebut.
16
Pada metode psychrometer, termometer berfungsi sebagai alat pengukur, baik suhu ruang
maupun suhu kapas berair. Tiang statif juga dipakai sebagai tempat menggantungkan
termometer. Dipakai pula gelas kimia sebagai wadah air. Kapas dipakai untuk media air di
termometer. karet gelang dipakai sebagai pengikat kapas dengan termometer, dan kipas
angin dipakai untuk menurunkan suhu. Metode Hygrometer tiang statif dan termometer
dipakai dengan fungsi yang sama pada terdapat pula tabung reaksi sebagai wadah eter dan
wadah yang terbuat dari aluminium sebagai wadah tabung reaksi terdapat pula pompa udara
beserta selangnya yang dalam praktikum ini berfungsi sebagai alat yang membantu proses
pengembunan terjadi.
Prinsip dari metode hygrometer adalah mencari kelembaban udara dengan mengukur suhu
yang terbentuk ketika eter mengembun, suhu yang terbentuk ketika eter atau embun, mulai
muda dan juga suhu ruang. Data tersebut kemudian dihitung sehingga ditemukan nilai
kelembaban akhir dengan bentuk persen
Prinsip dari metode psychrometer adalah mencari suhu dari ruangan dan suhu kapas basah
yang terpapar angin. Data tersebut kemudian dihitung sehingga ditemukan nilai
kelembaban air dalam bentuk persen.
17
hasil kelembaban yang bervariasi, pada percobaan ketiga menunjukkan hasil yang baik,
namun keempat percobaan lain menunjukkan hasil yang berada di bawah standar.
sementara pada percobaan dengan metode Psychrometer seluruh hasil pengamatan dari
percobaan pertama hingga percobaan kelima menunjukkan hasil kelembaban di atas
standar.
Terdapat beberapa kesalahan yang menyebabkan nilai kelembaban menjadi tidak akurat.
faktor kesalahan yang pertama adalah kurang bersihnya praktikan membersihkan
termometer setelah dipakai dengan kapas basah. hal ini menyebabkan nilai yang
ditunjukkan termometer untuk suhu ruang menjadi tidak akurat.
18
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
b. Metode pengukuran kelembaban udara Psychrometer ialah sifat peka, teliti. Cara
membaca termometer kecepatan udara melalui termometer bola basah, suhu dan
murninya air yang dipakai untuk membasahi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kelembaban di suatu tempat adalah suhu kuantitas dan kualitas tekanan udara serta
ketersediaan air. Hygrometer digunakan untuk mengukur kelembaban udara relatif
prosesnya terdapat dua skala yang satu menunjukkan kelembaban yang satu temperatur
cara penggunaannya dengan meletakkan di tempat yang akan diukur kelembaban nya
kemudian tunggu dan bacalah skalanya.
c. Suhu yang terbaca pada termometer bola basah lebih rendah dari suhu yang dibaca oleh
termometer bola kering hal ini disebabkan karena sebagian panas pada bagian ujung
sensor termometer ini dipakai dalam proses penguapan air pada kain lembab yang
sebelumnya membalutnya. semakin tinggi penguapan maka semakin banyak energi
panas yang dipakai, berarti akan semakin rendah suhu termometer bola basah, suhu
termometer bola basah akan sama dengan suhu termometer bola kering.
19
5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum selanjutnya dilakukan dengan menggunakan cairan lain selain
eter agar mahasiswa atau praktikan mengetahui perbedaannya. Selain itu sebaiknya suhu
dalam ruangan diatur agar kelembaban udara tidak melebihi standar dan ada.
20
DAFTAR PUSTAKA
5. Zailani, K., 2006, Klimatologi dasar, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala,
21
LAMPIRAN
suhunya ruangan
22
Gambar 7. Dilepas Selang dan Gambar 8. Ditunggu Hingga
Termometer Termometer
Suhu berubah
23
BAB 1
PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi dan ekonomi yang pesat, menuntut sarana transportasi yang lebih baik
dan efisien, baik segi kuantitatif maupun dari segi kualitatif. Begitu pula halnya dengan
transportasi darat sebagai salah satu sarana transportasi yang paling banyak digunakan oleh
manusia, seperti motor dan mobil, dimana transportasi darat sebagai salah satu transportasi
yang paling sering digunkan. Semakin meningkatnya jumlah kendaraan menimbulkan
beberapa masalah seperti polusi dan kebisingan.
Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang merusak
kesehatan, saat ini kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit lingkungan yang
penting. Kebisingan sering digunakan sebagai istilah untuk menyatakan suara yang tidak
diinginkan yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau aktifitas-aktifitas alam.
Saat ini banyak kota di Indonesia yang mengalami perkembangan yang sangat pesat
terutama pada sarana transportasi dan juga perluasan daerah pemukiman. Dampak dari
perkembangan sarana transportasi dan perluasan daerah pemukiman tersebut antara lain
yaitu banyaknya pemukiman yang berhadapan langsung dengan jalan raya, rel kereta api,
ataupun bandara sehingga menimbulkan dampak negatif antara lainnya kebisingan bagi
masyarakat yang tinggal dipemukiman tersebut.
Oleh karena itu, pada praktikum mengukur tingkat kebisingan dapat diketahui bagaimana
cara mengukur tingkat kebisingan dan hasil tingkat kebisingan pada lokasi pengukuran
yang dilakukan pada empat titik pengukuran, yaitu di Jalan Ruhui Rahayu, Jalan Sutomo,
24
Jalan Letjen Suprapto dan Jalan M. Yamin. Dari praktikum ini juga dapat diketahui apa
saja parameter-parameter yang dapat mempengaruhi tingkat kebisingan.
25
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bunyi atau suara yang didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam telinga
oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkaan getaran dari sumber bunyi atau suara dan
gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar lainnya. Manakala
bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul di luar
orang yang bersangkutan, maka bunyi-bunyoan atau suara demikian dinyatakan sebagai
kebisingan. Kebisingan adalah bunyi atau suara yang keberadaannya tidak dikehendaki
(noise is unwanted sound). Dalam rangka perlindungan kesehatan tenaga kerja kebisingan
diartikan sebagai suara atau bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat
proses produksi atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran perkerja (Christina, 2003).
Dalam bidang kesehatan kerja, kebisingan diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan
pendengaran baik secara kualitatif (penyempitan sprektum pendengaran) maupun secara
kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran) berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi
dan pola waktu. Dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara-suara yang
tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat menimbulkan
gangguan pendengaran. Berdasarkan SK MENLH No. Kep. Men-48/MENLH/11/1996,
kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat
dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan termasuk di dalamnya adalah ternak, satwa dan juga sistem alam
(Heinz, 2008).
26
2.2 Klasifikasi Kebisingan
27
2.4 Sound Level Meter Ultron SL-4011
Sound level meter merupakan alat ukur untuk menghitung tingkat kebisingan suara. Pada
pengukuran mnggunakan sound level meter ada beberapa faktor yang dapat membuat
gel0mbang suara terukur dapat bernilai tidak sama dengan nilai intesitas gelombang suara
sebenarnya. Faktor tersebut adalah adanya angina yang bertiup dari berbagai arah,
pengaruh kecepatan angina dan posisi tempat pengukuran yang terbuka menyebabkan nilai
yang terukur oleh sound level meter menjadi tidak akurat (Halliday, 2005).
Menurut Wisnu (1995), kebisingan dapat dibedakan menjadi beberapa kategori, antara lain:
a. Kebisingan Impulsive, yaitu kebisingan yang datangnya tidak secara terus-menerut, akan
tetapi sepotong-potong. Contohnya kebisingan yang datang dari suara palu yang
dipukulkan.
b. Kebisingan Continue, yaitu kebisingan yang datang secara terus-menerus dalam waktu
yang cukup lama. Contohnya kebisingan yang datang dari suara mesin yang dijalankan
atau dihidupkan.
c. Kebisigan Semi Continue, yaitu kebisingan continue yang sekejap, kemudian hilang dan
mungkin akan datang lagi. Contoh dari kebisingan ini adalah kebisingan dari suara
mobil ataupun motor dan pesawat yang sedang lewat dijalanan
Timbulnya bising oleh karena bunyi irregular, bunyi dari berbagai sumber sehingga
intensitas bunyi maupun tekanan bunyi yang besar melampaui nilai ambang pedengaran.
Frekuensi bunyi untuk ambang bawah pendengaran adalah 1000 Hz, ambang batas
pendengaran 3000 Hz. Intensitas bunyi berkisar antara 60 dB yang masih enak didengar
Kebisingan yang mempunyai pengaruh tenaga kerja, mulai dari gangguan ringan berupa
gangguan terhadap konsentrasi kerja (Halliday, 2005).
28
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.2.1 Alat
29
3.2.2 Bahan
30
3. Dicatat hasil yang tertera pada monitor
Diukur Kebisingan
pukul 06.00-09.00
WITA
Diukur Kebisingan
pukul 13.00-16.00 Diukur Kebisingan
WITA pukul 19.00-22.00
WITA
31
BAB 4
PEMBAHASAN
32
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan di Jalan Ruhui Rahayu (Lanjutan)
Rata-rata 79,26 70,12 85,31 75,27 78,28 78,49
33
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan di Jalan Letjen Suprapto (Lanjutan)
1 30 74,0 76,1 83,0 74,7 89,1 72,7
2 60 76,0 74,9 75,6 77,1 83,6 71,8
3 90 70,0 77,5 71,3 73,8 84,4 75,8
4 120 79,7 76,2 73,3 75,2 78,5 78,9
5 150 74,6 74,3 68,4 77,0 80,4 73,7
6 180 70,6 76,7 75,0 84,4 79,2 83,3
7 210 69,4 74,6 84,2 85,7 76,6 75,6
8 240 74,2 74,6 76,7 73,5 73,4 73,3
9 270 73,9 73,2 73,3 83,2 89,5 80,9
10 300 74,7 81,1 81,1 79,2 81,5 83,2
11 330 73,5 71,1 76,0 81,5 75,6 79,8
12 360 78,7 71,8 74,3 91,7 76,6 80,9
13 390 74,2 73,5 85,0 84,6 81,6 81,4
14 420 72,0 74,5 72,2 71,4 82,3 95,2
15 450 75,5 79,1 81,1 65,7 91,5 96,4
16 480 71,8 82,2 82,8 67,7 81,3 86,0
17 510 71,0 76,8 71,1 70,9 87,8 78,4
18 540 74,5 78,4 74,8 77,4 76,4 77,8
19 570 77,2 74,3 76,1 78,3 73,5 85,3
20 600 76,8 78,4 77,3 71,3 84,6 78,2
Jumlah 1482,3 1519,8 1532,6 1544,8 1680,4 80,43
Rata-rata 74,11 75,96 76,68 77,21 81,52 80,43
34
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan di Jalan M. Yamin (Lanjutan)
7 210 78,3 79,6 76,0 73,5 82,4 88,9
8 240 86,0 79,2 77,0 66,5 75,7 74,2
9 270 74,4 76,6 72,7 80,0 79,7 71,1
10 300 81,6 76,1 76,4 77,1 76,6 82,2
11 330 66,4 78,6 77,4 107,7 76,3 81,7
12 360 70,3 77,5 68,0 76,0 80,5 85,1
13 390 73,2 71,6 69,2 80,2 80,2 81,6
14 420 72,8 82,9 77,7 71,7 82,4 85,8
15 450 81,5 76,8 71,9 76,6 83,3 79,4
16 480 68,6 77,5 68,6 78,8 88,4 80,2
17 510 71,6 74,6 86,0 80,5 87,6 90,0
18 540 74,8 68,5 72,4 75,2 93,0 89,4
19 570 73,9 71,3 70,0 68,6 84,1 81,0
20 600 79,1 67,8 74,6 88,1 104,6 85,2
Jumlah 1501,5 1643,0 1495,4 1557,1 1652,7 1658,1
Rata-rata 75,07 82,15 74,77 77,85 82,63 82,90
35
Tabel 4.7 Hasil Penentuan Titik Koordinat Jalan Suprapto
X (UTM) Y (50 M)
4.2 Perhitungan
4.2.1.1Titik Awal
Ditanya : LSawal ?
1
Jawab : LSawa; = 10 log 3 (3.100,1xdB1 + 3.100,1xdB2 + 3.100,1xdB3)
1
= 10 log 3 (3.100,1x77,0 + 3.100,1x76,46 + 3.100,1x83,66)
1
= 10 log 3 (3.107,7 + 3.107,65 + 3.108,37)
36
1
= 10 log 3 (3(50118723,4)+3(44688359,2)+3(234422882))
1
= 10 log 3 (150356170+134005078+703268644)
1
= 10 log 3 (987629894)
= 10 log 329209965
= 85,18 dB
Ditanya : LSsesudah ?
1
Jawab : LSsesudah= 10 log 3 (3.100,1xdB1 + 3.100,1xdB2 + 3.100,1xdB3)
1
= 10 log 3 (3.100,1x78.18 + 3.100,1x55.58 + 3.100,1x83.82)
1
= 10 log 3 (3.107.82 + 3.107,76 + 3.108.83)
1
= 10 log 3 (3(66069334.8)+3(57543993.7)+3(239883292))
1
= 10 log 3 (198208004+172631981+719649876)
1
= 10 log 3 (1090489860)
= 10 log 363496620
= 85,61 dB
37
4.2.2.1 Titik Awal
Ditanya : LSawal ?
1
Jawab : LSawal = 10 log 3 (3.100,1xdB1 + 3.100,1xdB2 + 3.100,1xdB3)
1
= 10 log 3 (3.100,1x78.72 + 3.100,1x72.02 + 3.100,1x77.14)
1
= 10 log 3 (3.107.88 + 3.107,2 + 3.107.72)
1
= 10 log 3 (3(75857757.5)+3(19952623.1)+3(52480764))
1
= 10 log 3 (227573272+59857869.3+157442238)
1
= 10 log 3 (444873379)
= 10 log 148291126
= 81.71 dB
Ditanya : LSsesudah ?
1
Jawab : LSsesudah= 10 log 3 (3.100,1xdB1 + 3.100,1xdB2 + 3.100,1xdB3)
1
= 10 log 3 (3.100,1x77.73 + 3.100,1x73.12 + 3.100,1x58.78)
38
1
= 10 log 3 (3.107.77 + 3.107.31 + 3.105.88)
1
= 10 log 3 (3(60255958.6)+3(20417379.4)+3(758577.6))
1
= 10 log 3 (180767876+61252138.2+2275732.8)
1
= 10 log 3 (244295747)
= 10 log 81431915.7
= 79.1 dB
Ditanya : LSawal ?
1
Jawab : LSawal = 10 log 3 (3.100,1xdB1 + 3.100,1xdB2 + 3.100,1xdB3)
1
= 10 log 3 (3.100,1x74.83 + 3.100,1x78.06 + 3.100,1x78.68)
1
= 10 log 3 (3.107.48+ 3.107.81 + 3.107.78)
1
= 10 log 3 (3(30199517.2)+3(64565422.9)+3(74131024.1))
1
= 10 log 3 (90598551.6+1936962692+222393072)
1
= 10 log 3 (506678893)
= 10 log 168896964
39
= 82.28 dB
Ditanya : LSsesudah ?
1
Jawab : LSsesudah= 10 log 3 (3.100,1xdB1 + 3.100,1xdB2 + 3.100,1xdB3)
1
= 10 log 3 (3.100,1x74.30 + 3.100,1x77.62 + 3.100,1x77.18)
1
= 10 log 3 (3.107.43 + 3.107.76 + 3.107.43)
1
= 10 log 3 (3(26915348)+3(58884365.5)+3(52480746))
1
= 10 log 3 (80764004+176653096+157442238)
1
= 10 log 3 (414841338)
= 10 log 138280446
= 81.41 dB
4.2.4.1Titik Awal
1
Jawab : LSawal = 10 log 3 (3.100,1xdB1 + 3.100,1xdB2 + 3.100,1xdB3)
1
= 10 log 3 (3.100,1x74.37 + 3.100,1x75.35 + 3.100,1x52.59)
1
= 10 log 3 (3.107.44 + 3.107.54 + 3.108.26)
1
= 10 log 3 (3(27542287)+3(34673685)+3(181970086))
1
= 10 log 3 (82626861+104021055+545910258)
1
= 10 log 3 (627937223)
= 10 log 209312408
= 83.21 dB
Ditanya : LSsesudah ?
1
Jawab : LSsesudah= 10 log 3 (3.100,1xdB1 + 3.100,1xdB2 + 3.100,1xdB3)
1
= 10 log 3 (3.100,1x70.95 + 3.100,1x77.46 + 3.100,1x82.38)
1
= 10 log 3 (3.107.1 + 3.107.75 + 3.108.24)
1
= 10 log 3 (3(12589254.1)+3(56234132.5)+3(173780083))
1
= 10 log 3 (37767762.3+168702396+521340249)
41
1
= 10 log 3 (727810409)
= 10 log 242603470
= 83.85 dB
4.3 Pembahasan
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang keberadaannya tidak dikehendaki. Pada rangka
perlingungan kesehatan tenaga kerja kebisingan diartikan sebagai suara atau bunyi yang
tidak dikehendaki yang bersumber dari alat proses produksi atau alat kerja yang pada
tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran pekerja. Pada bidang kesehatan
tenaga kerja kebisingan dapat diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran
baik secara kuantitatif (penyempitan sprektum pendengaran) maupun secara kualitatif
(peningkatan ambang pendengaran) berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi dan pola
waktu. Dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang
dapat menyebabkan gangguan kesehatan, gangguan kenyamanan dan gangguan
pendengaran.
Pembagian jenis-jenis kebisingan berdasarkan atas frekuensi, tingkat tekanan bunyi dan
tenaga bunyi kebisingan dibagi menjadi tiga yaitu Audible noise, Ossupational noise, dan
Impuls noise, Audible noise adalah bising yang disebabkan oleh frekuensi bunyi antara
31,5-8000 Hz. Occupational noise adalah bising yang umumnya terdapat di tempat kerja.
Impuls noise adalah bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak. Berdasarkan
intensitasnya, bising dibagi menjadi lima jenis. Pertama adalah kebisingan kontinyu dengan
sprektum frekuensi luas (steady state, wide band noise), misalnya suara yang ditimbulkan
oleh kipas angin. Kesua adalah kebisingan kontinyu dengan sprektun frekuensi sempit
(steady state, narrow band noise), misalnya suara yang ditimbulkan oleh gergaji sekuler
dan katup gas. Ketiga adalah kebisingan terputus-putus (intermitten), misalnya suata lalu
lintas dan suara kapal terbang dilapangan udara. Keempat adalah kebisingan impulsive
42
(impact or impulsive noise) misalnya suara tembakan atau meriam. Terakhir adalah
kebisingan impulisf berulang misalnya adalah suara yang ditimbulkan oleh mesin tempa.
Parameter kebisingan terbagi menjadi dua, yaitu parameter dasar dan parameter turunan.
Parameter dasar kebisingan terbagi menjadi tiga parameter. Pertama adalah frekuensi yang
merupakan banyaknya getaran tiap detik yang dinyatakan dalam satua hertz, yaitu siklus
per detik. Kedua adalah tenaga bunyi yang dinyatakan dalam watt energy pancaran bunyi
total. Ketiga adalah tekanan bunyi yang merupakan intensitas sebagai akar dari kuadrat
amplitude dan dinyatakan dalam mikropaskal (μPa). Parameter turunan terbagi menjadi
dua. Pertama adalah tingkat tekanan bunyi (sound pressure level). Tingkat tekanan bunyi
dinyatakan dalam dB yang dinyatakan dalam frekuensi dengan kegunaan untuk
menentukan pita frekuensi. Kedua adalah tingkat bunyi yang sama dengan dB dan
menyatakan tingkat intensitas.
Faktor yang mempengaruhi kebisingan terdiri atas tujuh faktor. Faktor yang pertama adalah
jumlah kendaraan bermotor, yaitu semakin banyak jumlah kendaraan bermotor yang
melintas di jalan raya maka intensitas kebisingannya semakin tinggi. Kedua adalah jarak,
yaitu semakin jauh jarak sumber kebisingan maka semakin kecil intensitas kebisingan. Hal
ini dikarenakan gelombang bunyi akan mengalami penurunan intensitas karena gesekan
dengan udara dalam perjalanannya. Ketiga adalah serapan udara. Udara yang dingin akan
lebih menyerap suara dari pada udara besuhu tinggi, karena suhu rendah membuat udara
menjadi lebih rapat sehinggga gesekan dengan gelombang bunyi menjadi lebih rapat
sehingga gesekan dengan gelombang bunyi menjadi semakin besar dan intensitas
kebisingannya menjadi semakin kecil. Keempat adalah arah angin. Arah angin yang
menuju pendengar akan menyebabkan suara terdengar leboh keras. Kelima adalah jenis
permukaan bumi. Suara yang datang di permukaan bumi berupa tanah dan rumput akan
langsung terserap. Suara yang datang di permukaan tanah yang tertutup aspal akan
langsung dipantulkan sehingga intensitasnya akan semakin tinggi. Keenam adalah tingkat
kerapat tanaman. Semakin rapat maka intensitas kebisingan akan smekain kecil karena
43
suara akan diserap. Terakhir adalah jenis tanaman. Wilayah dengan jenis tanaman
berbentuk pohon atau perdu akan lebih kecil intensitas kebisingannya karena jenis tanaman
seperti ini lebih efektif untuk menyerap kebisingan.
Sound level meter merupakan alat untuk mengukut tingkat kebisingan suara. Pada
pengkuran sound level meter ada beberapa faktor yang mmebuat gelombang suara terukur
dapat bernilai tidak sama dengan nilai intensitas gelombang suara sebenarnya. Faktor
tersebut adalah adanya angin yang bertiup dari berbagai arah, pengaruh kecepatan angin
dan posisi tempat pengukuran yang terbuka menyebabkan nilai yang terukur menjadi tidak
akurat. Fitur-fitur yang terdapat pada sound level meter adalah LCD yang besar yang
mempermudah pembacaan jaringan pembobotan frekuensi yang dirancang untuk memenuhi
standar IEC 61672 tipe 2. Terdapat pula mode pembobotan waktu dinamis (cepat/lambat).
AC/DC keluaran untuk fungsi masukan perangkat lain. Dibangun dengan adj (adjust) VR
yang memungkinkan proses kalibrasi dengan mudah. Menggunakan microphone kondensor
untuk akurasi yang tinggi dan stabilitas jangka panjang. Fungsi penahan maksimum untuk
menyimpan nilai maksimum pengukuran. LCD mengguankan konsumsi daya rendah.
44
dengan sound level meter dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut. Rata-rata kebisingan
titik awal pada Jalan S. Parman adalah senilai 85,18 dB dan rata-rata kebisingan pada titik
kedua adalah 85,61 dB. Pada Jalan Sutomo, rata-rata kebidingan pada titik awal adalah
sebesar 81,71 dB dan rata-rata kebisingan pada titik ekdua adalah 79,1 dB. Pada Jalan
Suprapto, rata-rata kebisingan pada titik awal adalah sebesar 82,28 dB dan rata-rata
kebisingan pada titik kedua adalah sebesar 81,41 dB. Pada jalan M. Yamin rata-rata
kebisingan di titik awal adalah sebesar 82,21 dB dan rata-rata kebisingan pada titik kedua
adalah sebesar 83,85 dB.
Terdapat peraturan atau regulasi yang mengatur mengenai tingkat kebisingan suatu
wilayah. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor KEP-
48/MENLH/11/1996 telah diatu baku tingkat kebisingan sesuai dengan peruntukan
kawasan. Lokasi pengukuran dapat dikategorikan sebagai fasilitas umum, sehingga tingkat
kebisingan yang sesuai dengan standar baru mutu adalah senilai 60 dB. Berdasarkan
perhitungan, rata-rata kebisingan titik awal pada Jalan S. Parman adalah senilai 85,18 dB
dan rata-rata kebisingan pada titik kedua adalah 85,61 dB. Pada Jalan Sutomo, rata-rata
kebidingan pada titik awal adalah sebesar 81,71 dB dan rata-rata kebisingan pada titik
ekdua adalah 79,1 dB. Pada Jalan Suprapto, rata-rata kebisingan pada titik awal adalah
sebesar 82,28 dB dan rata-rata kebisingan pada titik kedua adalah sebesar 81,41 dB. Pada
jalan M. Yamin rata-rata kebisingan di titik awal adalah sebesar 82,21 dB dan rata-rata
kebisingan pada titik kedua adalah sebesar 83,85 dB. Dari hasil tersebut terlihat bahwa
seluruh titik pengukuran menunjukkan hasil yang telat melampaui batas standar baku mutu
yang tengah berlaku. Terdapat pula pengukuran yang dilakukan oleh kelompok 6 dengan
hasil sebagai berikut. Pada Jalan A Yani, rata-rata kebisingan pada titik awal adalah senilai
83,22 dB dan rata-rata pada titik kedua sebesar 86,90 dB. Pada jalan Merak, rata-rata
kebisingan di titik awal adalah sebesar 81,81 dB dan pada titik kedua sebesar 83,16 dB.
Pada Jalan Gatot Subroto, rata-rata kebisingan pada titik awal adalah sebesar 81,43 dB dan
pada titik kedua adalah sebesar 89,55 dB. Keempat jalan ini termasuk ke dalam kategori
fasilitas umum. Yang berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor
45
KEP-48/MENLH/11/1996 memiliki standar baku mutu kebisingan sebesar 60 dB. Namun
apabila ditinjau dari hasil pengukuran, dapat diketahui seluruh titik berada pada kondisi
melampaui ambang batasnya.
Pengendalian kebisingan dapat diupayakan dengan berbagai cara. Cara yang pertama
adalah dengan dengan menanam tumbuh-tumbuhan yang dinilai sangat efektif untuk dapat
menyerap kebisingan. Contohnya adalah tanaman perdu. Selain itu pada sebuah penelitian,
jenis bamboo kuning juga dinilai sangatlah efektif untuk menjaga kebisingan dilingkungan
agar berada di bawah ambang batas. Selain dapat menyerap kebisingan, tanamna-tanaman
yang ditanam di area bising juga dapat menjadikan intensitas bising menjadi rendah karena
kandungan air dalam udara menjadi tinggi. Kandungan air di udara ini pad aakhirnya akan
menyebabkan rambatan suara bising menjadi terhambat sehingga intensitasnya menjadi
menurun. Namun, secara garis besar terdapat dua jenis pengendalian kebisingan, yaitu
active noise control dengan cara memodifikasi sumber seperti mendesai ulang alat agar
kebisingan yang ditimbulkan bisa berkurang dan passive noise control dengan melakukan
usaha atau proteksi secara personal, contohnya adalah dengan penggunaan earmuffs, atau
ear plug.
Faktor kesalahan yang pertama adalah sound level meter tidak diletakkan sejajar dengan
dada. Hal unu dapat mempengaruhi hsil perhitungan yang ditunjukkan oleh sound level
meter. Selanjutnya adalah kesalahan praktikan yang berbicara pada saat proses pengukuran
kebisingan di sekitar alat. Hal ini dapat mempengaruhi nilai kebisingan yang dihasilkan.
Sensor dari sound level meter sangatlah sensitif dan peka, sehingga suara praktikan juga
dapat tertangkap dan terhitung sebagai kebisingan. Kendala yang ditemui adalah
keterbatasan jumlah alat yang menyebabkan proses pengukuran menjadi lebih lama karena
harub bergantian dengan kelompok lain.
46
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Pada Jalan S. Parman rata-rata kebisingan di titik pertama adalah senilai 85,18 dB, pada
titik kedua adalah 85,61 dB. Pada Jalan Sutomo, rata-rata kebisingan pada titik pertama
adalah 81,71 dB dan rata-rata kebisingan pada titik kedua adalah 79,1 dB. Pada Jalan
Suprapto, rata-rata kebisngan pada titik pertama adalah 82,28 dB dan pata titik kedua
adalah 81,41 dB. Pada Jalan M. Yamin, rata-rata kebisingan di titik pertama adalah
87,21 dB dan titik kedua adalah 83,85 dB.
b. Terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi tingkat kebisingan suatu wilayah. Faktor-
faktor tersebut antara lain jumlah kendaraan bermotor, jarak, serapan udara, arah angin,
jenis permukaan bumi, tingat kerapatan tanaman, dan yang terakhir adalah jenis
tanaman.
c. Keputusan Menteri Lingkungan Nomor KEP-48/MENLH/11/1998 mengatur bahwa
standar baku mutu kebisingan bagi fasilitas umum adalah sebesar 60 dB. Berdasarkan
hasil pengukuran kebisingan didapatkan hasil bahwa seluruh data kebisingan pada setiap
titik di keempat sisi jalan tidak sesuai dengan standar baku mutu yang berlaku karena
bernilai lebih dari 60 dB.
5.2 Saran
47
DAFTAR PUSTAKA
48
LAMPIRAN
49
BAB 1
PENDAHULUAN
Getaran merupakan gerak bolak-balik secara berkala melalui suatu titik keseimbangan.
Pada dasarnya setiap benda mengalami atau dapat melakukan suatu getaran. Suatu getaran
sangat berpengaruh besar kecilnya energi yang diberikan, semakin besar energi yang
diberikan maka semakin kuat pula getaran yang terjadi, sedangkan bila energi yang
diberikan kecil maka getaran yang terjadi akan lemah. Pada praktikum ini kita akan
membahas tentang getaran yang terjadi pada sebuah lokasi pengamatan, yaitu di simpang
empat suatu jalan, untuk diukur getaran yang terjadi di jalan tersebut.
Pada kehidupan sehari-hari, getaran memiliki dampak yang positif dan juga memiliki
dampak negatif bagi manusia dan lingkungannya. Misalnya ketika getaran yang terjadi di
jalan raya akibat dari lalu lintas kendaraan dan orang–orang, akan dapat membuat
bangunan–bangunan yang ada di sekitarnya akan mengalami getaran sehingga di
khawatirkan mengalami keretakan, itu adalah salah satu dampak negatif dari munculnya
sebuah getaran yang terjadi.
Oleh karena itu, praktikum ini sangat penting untuk dilaksanakan agar praktikan
mengetahui berapa besar getaran yang terjadi pada suatu lokasi, khususnya simpang empat
50
jalan, serta praktikan dapat mengetahui cara pengukuran tingkat getaran di suatu lokasi
yaitu di simpang empat Jalan Mayjen S. Parman, Jalan Dr. Sutomo, Jalan Suprapto dan
Jalan M. Yamin, Samarinda.
a. Mengetahui hasil getaran pada Jalan Mayjen S. Parman, Jalan Dr. Sutomo, Jalan
Suprapto dan Jalan M. Yamin, Samarinda.
b. Mengetahui baku mutu tingkat getaran berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 49 tahun 1996 tanggal 25 November 1996 pada hasil
pengamatan yang dilakukan pada Jalan Mayjen S. Parman, Jalan Dr. Sutomo, Jalan
Suprapto dan Jalan M. Yamin, Samarinda.
c. Mengetahui karakteristik tanah pada setiap jalan pada pengukuran getaran yang
dilakukan pada praktikum.
Pada praktikum kali ni getaran yang bertujuan dapat mengetahui cara mengukur getaran,
dapat mengetahui getaran suatu isolasi dan dapat getaran atau yang di gunakan ada alat
pengukur tingkat getaran, frekuensi getaran dilakukan dengan kombinasi peralatan 1 dan
kombinasi peralatan 2, selain itu dilakukan pengukuran untuk menentukan kepatuhan pada
praktikum dan terdapat langkah penanggulangannya.
51
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Getaran didefinisikan sebagai gerak bolak–balik secara berkala melalui suatu titik
keseimbangan. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah keadaan dimana suatu benda
berada pada posisi yang diam, serta tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut. Pada
umumnya, setiap benda mengalami atau dapat melakukan getaran. Kuat lemahnya getaran
sangat dipengaruhi dengan besar kecilnya energi yang diberikan, semakin besar energi yang
diberikan maka semakin kuat pula getaran yang terjadi, sedangkan bila energi yang
diberikan kecil maka getaran yang terjadi akan lemah. Getaran pasti memiliki amplitudo,
yaitu jarak simpangan terjauh dengan titik tengah yang sama (Satwiko, 2004).
Ada dua jenis getaran yang umum, yaitu getaran bebas dan getaran paksa. Getaran bebas
terjadi jika sistem berosilasi karena bekerjanya gaya yang ada dalam sistem itu sendiri
(inherent), dan jika tidak ada gaya luar yang bekerja. Sistem yang bergetar bebas akan
bergetar pada satu atau lebih frekuensi naturalnya, yang merupakan sifat sistem dinamika
yang dibentuk oleh distribusi massa dan kekuatannya (Satwiko, 2004).
Getaran yang terjadi karena rangsangan gaya luar disebut getaran paksa. Jika rangsangan
tersebut berosilasi, maka sistem dipaksa untuk bergetar pada frekuensi rangsangan. Jika
frekuensi rangsangan sama dengan salah satu frekuensi natural sistem, maka akan
didapatkan keadaan resonansi dan osilasi besar yang berbahaya mungkin terjadi. Kerusakan
pada struktur besar seperti jembatan, gedung atau sayap pesawat terbang, merupakan
52
kejadian–kejadian menakutkan yang disebabkan oleh resonansi. Jika perhitungan frekuensi
natural merupakan hal penting yang utama dalam pembelajaran getaran (Muhaimin, 2001).
Terminologi tertentu yang digunakan dibidang getaran perlu disebutkan disini. Terminologi
yang paling sederhana adalah nilai puncak dan nilai rata–rata. Nilai puncak biasanya
menyatakan tekanan maksimum yang dialami bagian yang bergetar. Nilai ini juga
menentukan batas pada kebutuhan “ruang gemeretak”. Nilai rata–rata menyatakan nilai
tunak (steady) atau nilai statik yang agak serupa dengan tingkat DC suatu arus listrik
(Mangunwijaya, 1998).
Getaran yang berlebihan pada mesin merupakan awal dari gejala kerusakan pada mesin
seperti Mechanical looseness yang merupakan gejala kerusakan yang lain, seperti
unbalance dan misalignment pada motor induksi, sehingga akan mempengaruhi efisiensi
kerja motor. Teknik monitoring getaran sangat sesuai untuk menganalisa berbagai
kerusakan dalam bearing. Dengan Digunakan metode analisa sinyal getaran dan tekanan
untuk mengidentifikasi kerusakan pada kompresor (Satwiko, 2004).
2.4 Frekuensi
Frekuensi merupakan ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam satuan waktu yang
diberikan. Dalam menghitung frekuensi, seseorang menetapkan jarak waktu, menghitung
jumlah kejadian peristiwa, dan membagi hitungan ini dengan panjang jarak hertz (Hz) yaitu
nama pakar fisika Jerman Heinrich Rudof Hertz yang menemukan fenomena pertama kali.
Frekuensi sebesar 1 Hz menyatakan peristiwa yang terjadi satu kali perdetik (Halliday,
1997).
53
Secara alternatif, seseorang bisa mengukur waktu antara dua buah kejadian atau peristiwa
dan (menyebutkan sebagai periode), lalu memperhitungan frekuensi (F) sebagai hasil
kebalikan dari periode (T), seperti nampak dari rumus di bawah ini:
I I
F =F =………………………..……………...…(1)
T
T
n n
F =F = ……………...…………………….……(1)
t t
2.5 Amplitudo
Amplitudo adalah pengukuran skalar yang non negatif dari besar osilasi suatu gelombang.
Amplitudo juga dapat didefinisikan sebagai jarak atau simpangan terjauh dari titik
kesetimbangan dalam gelombang sinusoide. Amplitudo gelombang adalah jarak maksimum
partikel yang bergerak dalam medium dalam posisi kesetimbangan mereka ketika dilewati
gelombang. Posisi kesetimbangan dari partikel dalam medium adalah keadaan partikel saat
tidak adanya gelombang (Satwiko, 2004).
Gelombang transversal, partikel dalam medium bergerak naik dan turun dari sudut kanan
ke arah gelombang. Amplitudo gelombang transversal adalah perbedaan ketinggian antara
puncak dan posisi kesetimbangan. Puncak adalah titik tertinggi partikel dari posisi
kesetimbangan. Semakin tinggi puncak, maka semakin besar pula amplitudo gelombang
(Muhaimin, 2001).
54
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum Fisika Lingkungan tentang Pengukuran Getaran dilaksanakan pada hari Sabtu, 7
April 2018 pukul 06.00 – 09.00 WITA, 13.00 – 16.00 WITA dan 19.00- 21.00 WITA.
3.2.1 Alat
Alat yang di gunakan pada Praktikum Fisika Lingkungan tentang Getaran adalah:
1. Vibration meter
2. Meteran
3. Stopwatch
4. Kalkulator
5. Kamera
6. Payung
7. Alat tulis
55
3.2.2 Bahan
Bahan yang di gunakan pada Praktikum Fisika Lingkungan tentang Getaran adalah:
1. Baterai
2. Batu
3. Tisu
56
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
57
4.1.3 Hasil Pengukuran Getaran di Jalan Suprapto
58
Tabel 4.5 Titik Koordinat Jalan Mayjen S. Parman, Jalan Jalan Dr. Sutomo, Suprapto dan
Jalan M. Yamin
Jalan Mayjen S. Parman Jalan Dr. Sutomo
Keterangan Awal 15 meter Awal 15 meter
T1 50M 9947424 UTM 9947406 50M 9947425 UTM 9947408
Tabel 4.5 Titik Koordinat Jalan Mayjen S. Parman, Jalan Jalan Dr. Sutomo, Suprapto dan
Jalan M. Yamin (lanjutan)
T2 50M 9947042 UTM 517254 50M 517191 UTM 9947023
Jalan Suprapto Jalan M. Yamin
Keterangan Awal 15 meter Awal 15 meter
T1 50M 9947042 UTM 517197 50M 517240 UTM 9947011
T2 50M 9947042 UTM 517195 50M 517241 UTM 9947010
4.2 Perhitungan
59
4.2.2 Pengukuran Getaran di Jalan Dr. Sutomo
60
4.2.4 Pengukuran Getaran di Jalan M. Yamin
4.3 Pembahasan
Getaran adalah osilasi periodik dari suatu mekanis. Contoh sederhana fenomena getaran
dapat dilihat pada sebuah pegas yang salah satu ujungnya dijepit dan ujung lainnya dibesi
massa M. Mula-mula sistem dalam keadaan setimbang. Jika massa diberi gaya F maka
massa akan turun sampai batas tertentu. Perpindahan maksimum posisi massa tergantung
pada besarnya gaya F, massa dan kekuatan tarik pegas melawan gaya F tersebut. Jika gaya
sebesar F tidak dikenakan lagi pada massa, maka massa akan ditarik ke atas oleh pegas
kerana tenaga potensial yang tersimpan dalam pegas. Massa akan kembali ke posisi
kesetimbangan selanjutnya bergerak ke atas sampai bats tertentu. Perpindahan maksimum
ke atas dipengaruhi oleh kekuatan tarik pegas dan massa benda. Proses tersebut akan
berulang sampai tidak ada pengaruh gaya luar pada sistem. Pergerakan massa naik turun ini
disebut osilasi mekanis.
Pada praktikum pengukuran getaran dipakai alat vibrationmeter sebagai alat untuk
mengkur getaran dari lokasi pengukuran. Sebelumnya ditentukan titik dari lokasi
61
pengukuran sebanyak 5 titik dengan jarak 15 meter di tiap titiknya yang diukur dengan
meteran. Pengukuran dilakukan selama 5 menit yang dihitung dengan stopwatch dan
dicatat dengan alat tulis. Dipakai pula GPS (Global Position System). Alat ini akan
membantu praktikan dalam proses mengetahui titik koordinat dari titik pengukuran. Pada
praktikum ini praktikan juga memanfaatkan payung untuk menjaga alat vibationmeter dari
sinar matahari yang terlalu tinggi dan juga air hujan.
Display
Power
Range
Sensor
a. Sensor, berfungsi untuk mengubah getaran yang ditangkap oleh sensor menjadi angka
yang akan muncul pada layer.
b. Layar display, digunakan untuk menampilkan hasil sensor getaran dalam bentuk angka.
c. Tombol on/off berfungsi untuk menyalakan maupun mematikan alat.
d. Tombol range, berfungsi untuk menentukan tentang percepatan, kecepatan dan
perpindahan.
e. Tombol range frekuensi untuk menentukan rentang frekuensi yang akan digunakan.
f. Tombol kalibrasi, berfungsi untuk mengkalibrasi alat.
62
Pengukuran dilakukan di perempatan Jalan S. Parman, Jalan Sutomo, Jalan Suprapto dan
Jalan M. Yamin. Berdasarkan pengamatan dari praktikan terlihat bahwa keempat sisi jalan
termasuk kedalam jenis jalan yang padat dan tidak pernah sepi dari kendaraan bermotor.
Terlihat kendaraan yang mendominasi adalah sepeda motor dan mobil pribadi walaupun
sesekali ada truk dan bus yang melalui jalan ini. hasil pengukuran getaran pada keempat
sisi jalan dilakukan pada pukul 06.00-09.00 WITA, dengan vibrationmeter, setiap 1 menit
selama 5 menit pada 5 titik disetiap jalan. Hasil pengukuran getaran rata-rata pada 5 titik di
Jalan S. Parman adalah senilai 0,94 Hz. Rata-rata getaran pada 5 titik di Jalan Sutomo
adalah senilai 0,99 Hz. Rata-rata getaran pada 5 titik di Jalan Suprapto adalah senilai 1,34
Hz dan rata-rata getaran pada 5 titik di Jalan M. Yamin adalah senilai 1,32 Hz.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui terdapat dua faktor utama yang
dapat mempengaruhi tingkat getaran pada jalan. Faktor pertama adalah kuantitas dari
kendaraan yang melewati jalan tersebut. Semakin banyak kendaraan yang melewati jalan
tersebut maka akan semakin tinggi nilai getaran yang dihasilkan. Faktor yang kedua adalah
berat muatan dari kendaraan bermotor yang melewati jalan tersebut. Semakin besar nilai
muatan kendaraan maka getaran yang dihasilkan juga akan semakin tinggi. Kendaraan
besar seperti truk dan bus memberikan nilai getaran yang cukup tinggi.
63
dianggap tidak menimbulkan kerusakan dan juga masih sesuai dengan standar baku mutu
getaran yang berlaku.
Faktor kesalahan yang pertama adalah kesalahan praktikan yang seharusnya meletakkan
sensor alat pengukuran getaran pada tanah dengan keadaan yang datar, rata dan tidak
bergelombang, namun praktikan meletakkan sensor pada permukaan tanah yang tidak rata
yang menyebkan sensor jatuh dan mempengaruhi hasil getaran. Kendala yang dihadapi
oleh praktikan adalah keterbatasan alat sehingga harus mengunggu dan bergantian yang
menyebakan proses pengukuran menjadi lama. Kendala selanjutnya adalah kondidi lokasi
perhitungan yang berbahaya terlebih pada malam hari.
64
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Dari pengukuran yang telah dilakukan maka didapatkan hasil yaitu, hasil pengukuran
getaran di Jalan Mayjen S. Parman didapatkan hasil rata-ratanya adalah 0,94 Hz. Hasil
pengukuran getaran yang dilakukan di Jalan Sutomo didapatkan hasil rata-ratanya
adalah 0,99 Hz. Hasil pengukuran getaran yang dilakukan di Jalan Suprapto didapatkan
hasil rata-ratanya adalah 1,34 Hz. Hasil pengukuran getaran yang dilakukan di Jalan M.
Yamin didapatkan hasil rata-ratanya adalah 1,32 Hz.
b. Baku mutu tingkat getaran berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 49 tahun 1996 tanggal 25 November 1996 menyatakan bahwa frekuensi getaran
yang menimbulkan kerusakan adalah >21-110 Hz dan >110 Hz, baik kerusakan pada
bangunan atau fasilitas lainnya. Berdasarkan pengukuran yang kami lakukan di Jalan
Mayjen S. Parman, Jalan Dr. Sutomo, Jalan Suprapto dan Jalan M. Yamin, rata-rata
getaran yang terjadi di tempat tersebut adalah 0,8-1,88 Hz, sehingga dapat kita
simpulkan bahwa getaran yang terjadi di tempat tersebut tidak menimbulkan kerusakan,
karena masih dibawah baku mutu tingkat getaran yang telah dibuat yaitu sebesar >21-
110 Hz dan > 110 Hz yang dapat menimbulkan kerusakan.
c. Karakteristik Jalan S. Parman yaitu memiliki kepadatan tanah yang baik dan dilapisi
aspak yang membuat jalan semakin kuat sehingga cukup kuat bila dilalui dengan
kendaraan-kendaraan besar maupun kendaraan kecil. Jalan ini memiliki trotoar di kiri
dan kanan jalan. Karakteristik Jalan Sutomo yaitu memiliki bentuk tanah yang rata
sehingga Jalan Sutomo sangat nyaman untuk dilewati serta dilapisi oleh aspal yang juga
kuat sehingga kendaraan-kendaraan besar maupun kecil dapat melaluinya tanpa
khawatir terjadi kerusakan jalan. Jalan ini memiliki trotoar di bagian kiri dan kanan
jalan serta jalan ini digunakan masyarakat untuk menuju pusat Kota Samarinda.
65
Karakteristik Jalan M. Yamin yaitu terdapat beberapa bagian yang tanahnya tidak rata
sehingga terjadi kerusakan aspal dan terdapat lubang jalan yang membuat pengendara
harus berhati-hati saat melewati Jalan Ruhui Rahayu serta sering dilalui oleh berbagai
jenis kendaraan, baik kendaraan kecil hingga besar. Jalan ini memiliki trotoar di kiri
dan kanan jalan serta jalan ini digunakan masyarakat untuk menuju pusat Kota
Samarinda. Karakteristik dari Jalan Suprapto yaitu memiliki tanah yang rata dan tidak
banyak lubang yang terdapat pada Jalan Suprapto sehingga kendaraan besar maupun
kecil sangat nyaman untuk melewati daerah ini walaupun tidak memiliki trotoar untuk
pejalan kaki. Pada pengamatan getaran ini, semakin buruk karakteristik suatu tanah
pada jalan maka akan mengakibatkan hasil getaran yang didapat menjadi kurang akurat.
5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya, sebaiknya digunakan alat pengukur getaran lain seperti alat
analisis getaran (Vibration analyzer). Saran untuk praktikan agar memerhatikan/ menjaga
peralatan yang digunakan dalam praktikum agar tidak terjadi kerusakan. Sebaiknya, pada
praktikum Fisika Lingkungan tentang Pengukuran Getaran berikutnya tidak hanya
dilakukan pada 75 meter kebelakang saja. Pengukuran dapat dilakukan 150 meter lagi
kebelakang sehingga terdapat 10 titik agar praktikan mengetahui perbedaan yang terdapat
pada getaran di titik pertama dan titik 150 meter kebelakang.
66
DAFTAR PUSTAKA
67
LAMPIRAN
68
BAB 1
PENDAHULUAN
Sistem pencahayaan apabila tidak diperhatikan dapat berakibat negatif baik bagi pekerja
maupun lantai produksi sehingga menimbulkan penyakit akibat kerja sebagai akibat faktor-
faktor pekerjaan dan lingkungan kerja. Pencahayaan diperlukan manusia untuk mengenali
suatu objek secara visual dimana organ tubuh yang mempengaruhi penglihatan adalah
mata, syaraf, dan pusat syaraf penglihatan di otak. Pada banyak industri, pencahayaan
mempunyai pengaruh terhadap kualitas produk. Kuat pencahayaan baik yang tinggi,
rendah, maupun yang menyilaukan berpengaruh terhadap kelelahan mata maupun
ketegangan saraf para pekerja yang pencahayaan tempat kerjanya tidak memadai atau tidak
sesuai standar. Dengan kata yang lain dapat diuraikan bahwa fungsi utama pencahayaan
tempat kerja adalah untuk menerangi objek pekerjaan agar terlihat jelas, mudah dikerjakan
dengan cepat, dan produktivitas dapat meningkat. Pencahayaan baik yang tinggi, rendah,
maupun menyilaukan berpengaruh terhadap kelelahan mata maupun ketegangan syaraf.
Pencahayaan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat objek-objek yang
dikerjakannya secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu. Pencahayaan
yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan
yang menyegarkan.
Setiap hari manusia terlibat pada suatu kondisi lingkungan kerja yang berbeda-beda dimana
perbedaan kondisi tersebut sangat mempengaruhi terhadap kemampuan manusia. Manusia
akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan mencapai hasil yang optimal
apabila lingkungan kerjanya mendukung. Salah satunya adalah penerangan yang baik. Di
beberapa tempat kerja telah membuktikan bahwa penerangan memberikan dampak positif
seperti peningkatan produksi yang maksimal, tersedianya barang dan jasa, serta perluasan
69
lingkungan kerja. Penerangan yang baik yaitu penerangan yang memungkinkan kita dapat
melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu.
Penerangan yang buruk yaitu penerangan dimana kita kurang dapat melihat objek yang
dikerjakan secara tidak jelas dan memungkinkan dibantu oleh alat bantu penglihatan.
Oleh karena itu, Praktikum Fisika Lingkungan tentang Pengukuran Intensitas Pencahayaan
dilakukan untuk mengetahui intensitas penerangan serta untuk mengetahui metode
pengukuran intensitas penerangan menggunakan lux meter di Perpustakaan Fakultas
Teknik, Universitas Mulawarman, Samarinda.
Pada percobaan ini lux meter dikalibrasi terlebih dahulu luas ruanan kurang dari 10
m2,digambar denah serta objek yang ada di dalam denah. Pintu ruangan dalam keadaan
sesuai dalam kondisi tempat pekerjaan, lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai
dengan kondisi pekerjaan. Hidupkan Lux meter yang telah di kalibrasi, bawa alat di tempat
titik pengukuran. Baca hasil pengukuran pada layar monitor tunggu berapa saat hingga nilai
stabil catat hasil pengukuran, terakhir matikan Lux meter setelah selesai dilakukan
pengukuran intensitas cahaya.
70
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Cahaya (light) adalah gelombang magnet-elektro yang mempunyai panjang antara 380
hingga 700 nm (nanomoeter), dengan urutan warna ungu, nila, biru, hijau, kuning, jingga,
merah (merah infra). Ungu-ultra dan merah-infra hanya dapat terlihat dengan bantuan alat
optik khusus. Ungu-ultra (290-380 nm) berdaya kimia, sedangkan merah-infra (700-2300
nm) berdaya panas. Kecepatan cahaya adalah 3×108 m/det. Sinar adalah berkas cahaya
yang mengarah ke suatu tujuan (Mangunwijaya, 1998).
Cahaya matahari (sunlight) mempunyai gelombang antara 290 hingga 2300 nm dan
mempunyai spektrum lengkap dari ungu-ultra hingga merah-infra. Mata manusia paling
peka terhadap cahaya kuning (550 nm). Cahaya buatan (artifical light) adalah segala bentuk
cahaya yang bersumber dari alat yang diciptakan oleh manusia seperti lampu pijar, lilin,
lampu minyak tanah dan obor. Lawan dari cahaya buatan adalah cahaya alami, yaitu cahaya
yang bersumber dari alam misalnya matahari, lahar panas, fosfor di pohon-pohon, kilat dan
kunang-kunang. Bulan adalah sumber cahaya alami sekunder, karena sebenarnya bulan
hanya memantulkan cahaya matahari. Cahaya langit (sky light) adalah cahaya bola langit.
Cahaya inilah yang dipakai untuk penerangan alami ruangan, bukan sinar langsung
matahari. Sinar langsung matahari akan sangat menyilaukan dan membawa panas sehingga
tidak dipakai untuk menerangi ruangan. Karena sinar langsung matahari membawa serta
panas, maka cahaya yang dimanfaatkan untuk pencahayaan ruangan adalah cahaya bola
langit. Sinar langsung matahari hanya diperkenankan masuk kedalam ruangan untuk
keperluan tertentu atau bila hendak dicapai efek tertentu (Mangunwijaya, 1998).
71
IES mendefinisikan cahaya sebagai pancaran energi yang dapat dievaluasi secara visual.
Secara sederhana, cahaya adalah bentuk energi yang memungkinkan makhluk hidup dapat
mengenali sekelilingnya dengan mata. Karena pancaran cahaya di udara bebas sifatnya
meruang seperti bola, maka walaupun sudut ruang bukan termasuk besaran penerangan
perlu dibahas. Sudut bidang adalah sebuah titik potong dua buah garis lurus. Besar sudut
bidang dinyatakan dengan derajat (°) atau radian (rd). Sudut ruang adalah sudut pada ruang
yang dibatasi oleh permukaan bola dengan titik sudutnya. Besarnya sudut ruang dinyatakan
dengan steradian (sr). Steradian adalah besarnya sudut yang terpancang pada titik pusat
bola oleh permukaan bola seluas kuadrat jari-jari bola (Muhaimin, 2001).
Aliran rata-rata energi cahaya adalah arus cahaya atau fluks cahaya (F). Arus cahaya
didefinisikan sebagai jumlah total cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya setiap
detik. Setiap lampu listrik memiliki efikesi yaitu besarnya lumen yang dihasilkan suatu
lampu setiap watt (lm/W). Sebuah lampu pijar 40 W yang mempunyai efikesi 14 lm/W
memancarkan arus cahaya sebesar 560 lm. Energi cahaya atau kuantitas cahaya (Q)
merupakan produk radiasi visual (arus cahaya) pada selang waktu tertentu, dinyatakan
dengan lumen detik (lm.det). Energi cahaya ini penting dinyatakan untuk menentukan
banyaknya energi listrik yang digunakan pada suatu instalasi penerangan (Muhaimin,
2001).
Intensitas cahaya (I) dengan satuan kandela (cd) adalah arus cahaya dalam lumen yang
diemisikan setiap sudut ruang (pada arah tertentu) oleh sebuah sumber cahaya. Pada 1979
diadakan pendefinisian kembali sebagai berikut : Intensitas cahaya pada arah khusus dari
sebuah sumber pengemisi radiasi monokromatik pada frekuensi 540×1012 Hz (0,555 mm)
dan intensitas radiasi pada arah tersebut adalah 1/683 watt per steradian. Kata kandela
berasal dari candle (lilin) merupakan suatu tertua pada teknik penerangan dan diukur
berdasarkan intensitas cahaya standar. Foto meter standar primer merupakan black body
radiasi yang intinya terbuat dari platina dan thorium oksida, intensitas cahaya diukur pada
temperatur platina (2042 K). Sedangkan untuk laboratorium produsen lampu untuk
produknya digunakan sumber standar sekunder berupa lampu pijar dengan konstruksi
72
khusus (filamennya dipasang vertikal). Intensitas cahaya (I) dapat dinyatakan sebagai
perbandingan diferensiasi arus cahaya (lm) dengan diferensial sudut ruang (sr). Intensitas
cahaya 1 cd mengeluarkan arus cahaya sebesar 1 lm udara. Besarnya intensitas cahaya yang
dihasilkan suatu sumber cahaya adalah tetap, baik dipancarkan secara terpusat maupun
menyebar (Muhaimin, 2001).
Intensitas sumber cahaya (light intensity; luminous intensity; diukur dengan candela)
adalah kuat cahaya yang dikeluarkan oleh sebuah sumber cahaya ke arah tertentu. Sebuah
sumber cahaya berintensitas 1 candela (1 lilin) mengeluarkan cahaya total kesegala arah
sebanyak 12,57 lumen. Angka tersebut adalah luas kulit bola berjari-jari 1 meter dengan
sumber cahaya sebagai titik pusatnya. Dengan kata lain, 1 candela = 1 lumen per 1 sudut
bola (steradian) (Halliday, 2004).
Cahaya ambien (ambient light) adalah cahaya keseluruhan dalam suatu ruang yang
merupakanefek gangguan dari pencahayaan umum, aksen, da lain-lain. Iluminan
(Illuminance; diukur dengan lux, lumen/m2) adalah banyak arus cahaya yang datang pada
satu unit bidang. Iluminasi adalah datangnya cahaya ke suatu objek. Luminan (Luminance;
diukur dengan candela/m2).. Semakin rumit kerja visual, semakin dibutuhkan iluminasi
yang lebih besar (Satwiko, 2004).
73
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.2.1 Alat
Alat yang di gunakan pada Praktikum Fisika Lingkungan tentang Pengukuran Intensitas
Pencahayaan adalah:
1. lux meter LX 101A
2. Meteran
3. Stopwatch
4. Kamera
5. Kalkulator
6. Alat tulis
74
7. Lampu
3.2.2 Bahan
Bahan yang di gunakan pada Praktikum Fisika Lingkungan tentang Pengukuran Intensitas
Pencahayaan adalah:
1. Baterai
2. Form
3. Arus listrik
75
3.4 Bagan Alir
76
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
77
4.3 Perhitungan
78
4.3.1.4 Perhitungan Intensitas Pencahayaan di Titik 4
Diket: Pengukuran I = 297lux
Pengukuran II = 325 lux
Pengukuran III = 305lux
Ditanya: Rata-rata intensitas cahaya……?
Dijawab:
∑ rata−rata (297+325+305)lux
= = 309lux
n rata−rata 3
79
4.4 Pembahasan
Cahaya merupakan energi yang berbentuk gelombang elektromagnetik yang secara kasat
mata dengan memiliki panjang gelombang sekitar 380 sampai 750nm. Didalam bidang
fisika, cahaya merupakan radiasi elektromagnetik, baik itu dengan panjang gelombang
kasat mata maupun yang tidak kasat mata. Tidak hanya itu saja, cahaya merupakan paker
partikel yang bias disebut dengan bama foton. Kedua definisi tersebut menjadi sifat milik
cahaya yang secara bersamaan, sehingga disebut sebagai “Dualisme Gelombang Partikel”.
Paket cahaya yang dinamakan dengan spektrum lantas akan dipersepsikan secara visual
oleh indra penglihatan (mata) sebagaiwarna. Jika dalambidang studi cahaya, dikenal dengan
sebutan Optika, yang menjadi area riset cukup panjang dalam bidang fisika modern.
Pada praktikum kali ini yaitu pengukuran intensitas cahaya, kami mengambil tempat di
Perpustakaan Teknik Universitas Mulawarman, saat kami mengambil intensitas cahaya
pada titik yang sudah di tentukan terlebih dahulu pada titik pertama melakukan pengukuran
ditempat yang sama sebanyak tiga kali dan hasilnya berbeda-beda dari titik percercobaan
80
yang dilakukan dan itu dilakukan di lima titik yang berbeda seperti pada data hasil
pengamatan, terlihat dari kelima titik tersebut titik ke tiga atau titik yang berada di tengah-
tengah gedung tersebut adalah titik terendah intensitas cahaya yang dihasilkan. Titik
tertinggi berada di titik pertama yaitu mencapai 479,33 lux pada percobaan kedua dari tiga
percobaan yang dilakukan pada titik pertama tersebut. Nilai terendah dari hasil percobaan
yaitu mencapai 309 lux, ini berada pada percobaan ketiga dari tiga kali percobaan yang
dilakukan dan nilai rata-rata dari masing-masing titik adalah, pada titik pertama nilai rata-
ratanya adalah 479,33 lux, pada titik kedua nilai rata-ratanya adalah 743 lux, pada titik
ketiga nilai rata-ratanya adalah 409,67 lux, pada titik keempat nilai rata-ratanya adalah 309
lux, dan pada titik yang kelima nilai rata-ratanya adalah 349 lux. Dari hasil pengamaatan
tersebut luas bangunan gedung yang dibutuhkan saat pengambilan data adalah 23x18
meter.
Dari hasil pengamatan terdapat faktor kesalahan yang membuat data tidak valid atau tidak
benar karena pada saat mengukur luas gedung, tidak menggunakan meteran,karena gedung
yang berbentuk hexagon dan banyak meja dan rak buku yang berada digedung tersebut
menyulitkan praktikan untuk mengukur luas dan memakan banyak waktu dalam mengukur
luas gedung, maka praktikan mengukur dengan cara menghitung banyaknya keramik dari
empat sisi yang berbeda, barulah hasil tersebut atau luas tersebut dapat dihitung.
Sensor
Cahaya
Display
Power
Range
81
a. Tombol on/off
Berfungsi sebagai tombol untuk menyalakan atau mematikan alat.
b. Layar panel
Berfungsi sebagai tempat untuk melihat hasil pembacaan dari sensor cahaya
c. Zona adjust
Sebagai pengkalibrasi alat (bias terjadi eror)
d. Tombol range
Sebagai tombol kisaran ukuran
e. Sensor cahaya
Berfungsi sebagai sensor penangkap dan pendeteksi cahaya yang masuk ke sensor.
82
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
83
DAFTAR PUSTAKA
84
LAMPIRAN
85