Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekologi merupakan Kemampuan makhluk hidup untuk mengkaji hubungan
dengan lingkungannya. Ekologi ialah suatu studi yang membicarakan hubungan
atau interaksi timbal balik antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lainya
atau hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan fisik
sekitarnya. Ekologi mengkaji interaksi antar komponen pada tingkat indiviu
sampai bioma. Komponen penyusun ekologi adalah komponen biotik dan abiotik
(Daniel G., 2009).
Hutan merupakan sumber daya alam yang merupakan suatu ekosistem, di
dalam ekosisitem ini, terjadi hubungan timbal balik antara individu dengan
lingkungannya. Lingkungan tempat tumbuh dari tumbuhan meupakan suatu
lingkungan tempat tumbuh dari tumbuhan merupakan suatu sistem yang
kompleks, dimana berbagai faktor saling beinteraksi dan saling berpengaruh
terhadap masyarakat tumbuh-tumbuhan. Pertumbuhan dan perkembangan
merupakan suatu respon tumbuhan terhadap faktor lingkungan dimana tumbuhan
tersebut akan memberikan respon menurut batas toleransi yang dimiliki oleh
tumbuhan tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut (Indriyanto, 2006).
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan antara komponen-
komponen tersebut terjadi pengambilan dan perpindahan energi, daur materi dan
produktivitas. Satuan makhluk hidup dalam ekosistem dapat berupa individu,
populasi, atau komunitas. Individu adalah makhluk tunggal. Contohnya: seekor
lebah atau individu yang lainnya. Sejumlah individu sejenis (satu spesies) pada
tempat tertentu akan membentuk Populasi. Contoh: di padang rumput hidup
sekelompok kelinci dan sekelompok capung. Jumlah anggota populasi dapat
mengalami perubahan karena kelahiran, kematian dan migrasi (emigrasi dan
imigrasi) (Campbell, 2000).
Dalam suatu ekosistem ada yang dinamakan dengan kompetisi. Kompetisi
adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan
sumber daya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan
(survival), pertumbuhan dan reproduksi individu atau dalam artian bahwa
kompetisi merupakan interaksi antar individu yang berakibat pada pengurangan
kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar individu (intraspesifik)
dan antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesifik. Kompetisi dapat
didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling
memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu
sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah
satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara,
cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Wirakusumah, 2003).
Biomassa merupakan ukuran yang berguna dan mudah diperoleh, tetapi
tidak memberikan petunjuk dinamika populasi. Ahli-ahli ekologi tertarik pada
produktivitas karena bila bobot kering suatu komunitas dapat ditentukan pada
waktu tertentu dan laju perubahan bobot kering dapat diukur, data itu dapat
diubah menjadi perpindahan energi melalui suatu ekosistem. Dengan
menggunakan informasi ini ekosistem yang berbeda dapat dibandingkan dan
efisiensi nisbi untuk perubahan penyinaran matahari menjadi bahan organik dapat
dihitung. Biomassa biasanya dinyatakan dalam ukuran berat kering, dalam gram
atau kalori, dengan unit satuan biomassa adalah gram per m² (gr/m²) atau kg per
hektar (kg/ha) atau ton per hektar (Indriyanto, 2006).
Biomassa yang terdapat di suatu ekosistem ini dapat didekomposisi dengan
adanya dekomposer. Dekomposer adalah makhluk hidup yang berfungsi untuk
menguraikan makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan
dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut
(Sudjadi, 2004).
Dalam studi ekologi digunakan metode pendekatan secara menyeluruh pada
komponen – komponen yang berkaitan dalam suatu sistem. Ruang lingkup
ekologi berkisar pada tingkat ekosistem, komunitas, biomassa dan kompotesi.
Sehingga praktikum ini perlu dilakukan.

1.2 Tujuan dan Kegunaan


1.2.1 Tujuan
a. Biomassa
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara-cara pengukuran
biomassa dan mengetahui biomassa tumbuhan bawah persatuan luas
persatuan waktu untuk biomassa keseluruhan jenis atau per jenis, terutama
biomassa diatas permukaan.
b. Dekomposer
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan jumlah
mikroorganisme yang terdapat dalam suatu ekosistem yang bekerja
membantu menghancurkan bahan organik.
c. Ekosistem
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui faktor biotik dan abiotik
dalam suatu ekosistem, menggolongkan tanaman atau hewan yang ada
dalam suatu ekosistem seabagai biotik kedalam tingkat tinggi dan membuat
rantai makanan dan jaring–jaring makanan yang ada dalam suatu ekosistem.
d. Kompetisi
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari kompetisi interspesifik
secara langsung diantara dua jenis tumbuhan yang berbeda pada suaru
wilayah (tempat) yang terbatas.
1.2.2 Kegunaan
Adapun kegunaan dari data pengamatan praktek lapangan ini
sebagai informasi untuk dapat membedakan biomassa tumbuhan bawah
per satuan luas persatuan waktu untuk biomassa keseluruhan jenis atau per
jenis baik sebelum dan sesudah dipanaskan. Dapat mengetahui peranan
dekomposer terhadap pertumbuhan pohon. Kegunaan lainya untuk
mempermudah penggolongan jenis dan diameteer tiap jenis pohon, serta
menganalisis pengaruh abiotik dalam suatu ekosistem
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biomassa
Biomassa merupakan istilah untuk bobot bahan hidup, biasanya
dinyatakan sebagai bobot kering, untuk seluruh atau sebagian tubuh organism,
populasi, atau komunitas. Biasanya dinyatakan sebagai kerpatan biomassa atau
biomassa perunit luas. Biomassa tumbuhan adalah jumlah total bobot kering
semua bagian tumbuhan hidup danuntuk memudahkannya kadang-kadang dibagi
biomassa tumbuhan di tas tanah (daun, cabang, dahan, dan bahan pokok) dan
biomassa di dalam tanah (akar-akaran). Biomassa biasanya dinyatakan dalam
ukuran berat kering, dalam gram atau kalori, dengan unit satuan biomassa adalah
gram per m² (gr/m²) atau kg per hektar (kg/ha) atau ton per hektar
(Indriyanto, 2006).
Biomassa merupakan ukuran yang berguna dan mudah diperoleh, tetapi
tidak memberikan petunjuk dinamika ekosistem. Ahli-ahli ekologi tertarik pada
produktivitas karena bila bobot kering suatu komunitas dapat ditentukan pada
waktu tertentu dan laju perubahan bobot kering dapat diukur, data itu dapat
diubah menjadi perpindahan energi melalui suatu ekosistem. Dengan
menggunakan informasi ini ekosistem yang berbeda-bda dapat dibandingkan dan
efisiensi nisbi untuk perubahan penyinaran matahari menjadi bahan organik dapat
dihitung (Anggraini, 2014).
Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap
carbondioksida (CO2) dari udara dan mengubah zat itu menjadi bahan organik
melalui proses fotosintesis. Jado berbeds dengan hewan, tumbuhan membuat
makanannya sendiri. Laju peningkatan biomassa disebut Produktivitas Primer
Bruto. Hal ini tergantung luas daun yang terkena sinar matahari, intensitas
penyinaran, suhu dan ciri-ciri jenis tumbuhan masing-masing (Indriyanto, 2006).
Selama siang dan malam hari, seperti semua makhluk hidup, tumbuhan bernafas
dan menghabiskan produksi yang diperoleh melalui fotosintesis. Sisanya
disebut Produksi Primer Bersih (netto). Produktivitas primer bersih jelas paling
tinggi terdapat di hutan muda yang sedang tumbuh, dan harus diingat bahwa hutan
yang rapat dengan biomassa yang tinggi, tidak berarti harus mempunyai
produktivitas primer bersih yang tinggi. Pohon-pohon yang besar mungkin sudah
berhenti pertumbuhannya, Sebenarnya dalam hutan tua yang kelewat masak,
matinya bagian-bagian tumbuhan akibat serangan hewan atau jamur dapat
mengurangi biomassa tumbuhan, sedang produktivitas primer bersih kurang lenih
tetap (Indriyanto, 2006).
Biomassa merupakan istilah untuk bobot hidup, biasanya dinyatakan
sebagai bobot kering, untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, populasi, atau
komunitas. Biomassa tumbuhan merupakan jumlah total bobot kering semua
bagian tumbuhan hidup.Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan
menyerap karbondioksida (CO2) dari udara dan mengubah zat ini menjadi bahan
organik melalui proses fotosintesis. Dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut, terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem
yang hidu dan tumbuh secara dinamis vegatasi, tanah dan iklim berhubungan erat
dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik.
Tumbuhan bawah berfungsi sebagai penutup tanah yang menjaga
kelembaban sehingga proses dekomposisi yang cepat dapat menyediakan unsur
hara untuk tanaman pokok. Di sini, siklus hara dapat berlangsung sempurna,
guguran yang jatuh sebagai serasah akan dikembalikan lagi ke pohon dalam
bentuk unsure hara yang seperti diketahui akan diuraiakan oleh bakteri.
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan
atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan,
satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang
merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu
habitat. Hasil analisis komunitas tumbuhan diajikan secara deskripsi mengenai
komposisi spesies dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak
hanya dipengaruhi oleh hubungan antarspesies, tetapi juga oleh jumlah individu
dari setiap spesies organisme. Hal yang demikian itu menyebabkan kelimpahan
relatif suatu spesies dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas, bahkan dapat
memberikan pengaruh pada keseimbangan sistem dan akhirnya berpengaruh pada
stabilitas komunitas itu sendiri (Anggraini, 2014).
Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif.
Dengan demikian, dalam deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat dilakukan
secara kualitatif dengan parameter kualitatif atau secara kuantitatif dengan
parameter kuantitatif. Namun, persoalan yang sangat penting dalam analisis
komunitas adalah bagaimana cara mendapatkan data terutama data kuantitatif dari
semua spesies tumbuhan yang menyusun komunitas, parameter kualitatif dan
kuantitatif apa saja yang diperlukan, penyajian data dan interpretasi data, agar
dapat mengemukakan komposisi floristik serta sifat-sifat komunitas tumbuhan
secara utuh dan menyeluruh.
Pada ekosistem hutan alam yang kondisi vegetasinya sempurna, jumlah
klorofil per satuan luas lebih banyak dibandingkan dengan ekosistem lainnya, hal
itu disebabkan karena keanekaragaman yang tinggi dari spesies tumbuhan
penyusunnya dan stratifikasi yang kompleks menempatkan daun-daun pada setiap
strata tajuk, sehingga jumlah energi radiasi matahari yang dapat diubah menjadi
energi kimia pada ekosistem hutan menjadi lebih banyak (Indriyanto, 2006).

2.2. Dekomposer
Dekomposer adalah makhluk hidup yang berfungsi untuk menguraikan
makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh
tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut. Beberapa
hewan invertebrata (tidak bertulang belakang) seperti cacing tanah, kutu juga
berperan dalam pengurai sampah.
Salah satu organisme tanah yaitu cacing. Cacing tanah tergolong ke dalam
kelompok Invertebrata, Filum Annelida, Ordo Oligochaeta. Terdapat 7.000
spesies yang tersebar diseluruh dunia. Spesies yang paling umum diataranya
adalah: Holodrillus caliginosus (cacing kebun), Holodrillus foetidus (cacing
merah) dan sejenisnya ini tersebar di seluruh dunia (Suin, 2006).
Identifikasi cacing tanah (Oligochaeta) secara kasar adalah dengan melihat
bentuk luarnya (morfologi) dan yang lebih teliti dengan melihat organ-organ dan
jaringan-jaringannya secara mikroskopis. Cara kasar dapat dilakukan dengan
memperhatikan letak klitelum, letak seta, banyaknya seta dan banyaknya segmen
(Suin, 2006).
Cacing tanah memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Antara
satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh
darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen
lainnya saling berhubungan menembus septa. Rongga tubuh berisi cairan yang
berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot.
Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal)
(Handayanto, 2009).
Cacing tanah mempunyai peran langsung dalam dekomposisi tanah.
Cacing tersebut dapat memecah fragmen-fragmen sampah pada tumbuhan dan
mencampurnya dengan tanah. Mereka membawa sampah dari permukaan ke
dalam tanah dan mengeluarkan secret mucus yang dapat memperbaiki struktur
tanah.
Kondisi lingkungan tanah yang baik ini merupakan lingkungan yang baik
untuk organisme. Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, subur dan
suhunya tidak terlalu dingin. Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini
memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral.
Kelembaban sangat diperlukan untuk menjaga agar kulit cacing tanah
berfungsi normal. Bila udara terlalu kering, akan merusak keadaan kulit. Untuk
menghindarinya cacing tanah segera masuk kedalam lubang dalam tanah, berhenti
mencari makan dan akhirnya akan mati. Bila kelembaban terlalu tinggi atau
terlalu banyak air, cacing tanah segera lari untuk mencari tempat yang pertukaran
udaranya (aerasinya) baik. Hal ini terjadi karena cacing tanah mengambil oksigen
dari udara bebas untuk pernafasannya melalui kulit.
Pada ekosistem tanah, cacing merupakan salah satu dekomposer utama
yang berperan dalam siklus nutrisi tanah. Berdasarkan tempat hidupnya, cacing
tanah dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu: Tipe epigeik, cacing tanah tipe epigeik
hidup di permukaan tanah. Umumnya cacing ini ditemukan pada serasah-serasah
daun di lantai hutan. Tipe endogeik, cacing tanah tipe endogeik hidup didalam
tanah pada kedalaman 0-10 meter. Cacing tanah ini paling rentan terhadap
perubahan lingkungan yang buruk, sehingga dapat dijadikan sebagai bioindikator
kerusakan tanah. Tipe anecigeik, cacing tanah tipe anecigeik hidup didalam tanah
pada kedalaman 10 -20 cm dan terkadang naik ke permukaan untuk melakukan
sekresi.
Di dalam tanah hidup berbagai jasad renik (mikroorganisme) yang
melakukan berbagai kegiatan bagi kehidupan mahkluk hidup lainnya atau dengan
perkataan lain menjadikan tanah memungkinkan bagi kelanjutan makhluk-
makhluk alami. Populasi mikrobiologi yang mendiami tanah, bersama dengan
berbagai bentuk binatang dan berbagai jenis tanaman tingkat lebih tinggi
membentuk suatu system kehidupan yang tidak terpisahkan dari bahan mineral
dan sisa-sisa bahan organik yang ada dalam tanah.
Komposisi kuantitatif populasi dalam tanah dan kualitatif alam
lingkungannya dapat dikatankan adalah sangat tergantung pada sumber dan
kondisi alami dari tanah itu dan komposisi relatife dari unsur-unsur organik dan
anorganik.
Beberapa jenis cacing tanah antara lain: Pheretima, Periony dan
Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal
dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing memiliki banyak kegunaan
antara lain: membantu menghancurkan bahan organic yang dapat mempengaruhi
kesuburan suatu tanah, Bahan Pakan Ternak, Bahan Baku Obat dan bahan ramuan
untuk penyembuhan penyakit, Bahan Baku Kosmetik dan bahan baku makanan
untuk beberapa jenis cacing yang dapat dikonsumsi dan bermanfaat bagi manusia.
(Hardjowigeno, 2007).
Cacing tanah mempunyai peran langsung dalam dekomposisi tanah.
Cacing tersebut dapat memecah fragmen-fragmen sampah pada tumbuhan dan
mencampurnya dengan tanah. Mereka membawa sampah dari permukaan ke
dalam tanah,dan mengeluarkan sekret mukus yang dapat memperbaiki struktur
tanah.
Celah-celah yang dibuat oleh cacing tanah dinamakan drilosfer, yang kaya
bahan organik dan nutrien anorganik. Kondisi lingkungan tanah yang baik ini
merupakan lingkungan yang baik untuk organisme. Cacing memiliki enzim
selulosa dan khitinase yang ada pada ususnya yang membantu mendegradasi
selulosa dan polimer khitin (Lud, 2005).
Faktor-faktor fisik yang mempengaruhi cacing tanah adalah:
a) kemasaman pH tanah,
b)kelengasan tanah,
c)temperatur,
d)aerasi dan CO2.
e)bahan organik.
f)jenis tanah, dan
g) suplai nutrisi (Kemas Ali, 2003).

2.3. Ekosistem
Istilah ekologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu oikos dan
logos. Istilah ini mula-mula diperkenalkan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1869.
Tetapi jauh sebelumya, studi dalam bidang-bidang yang sekarang termasuk dalam
ruang lingkup ekologi telah dilakukan oleh para pakar (Sofa, 2008). Pembahasan
ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen
penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air,
kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup
yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga
berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu
populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan
suatu sistem yang menunjukkan kesatuan (Anonim, 2000).

2.3.1 Faktor Biotik


Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di
bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan
sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme
berperan sebagai dekomposer (Anonim, 2000). Faktor biotik juga meliputi
tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu, populasi, komunitas,
ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup tersebut
dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling mempengaruhi membentuk suatu
sistem yang menunjukkan kesatuan (Anonim, 2000).
2.3.2 Faktor Abiotik
Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia.
(Campbell, 2004). Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah
sebagai berikut (Anonim, 2000) :
a. Suhu, Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat
yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya
dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.
b. Sinar matahari, Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena
matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang
dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis
c. Air, Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam
pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air
diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi
manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan
batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk.
d. Tanah, Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang
berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah
juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama
tumbuhan.
e. Ketinggian, Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di
tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik
dan kimia yang berbeda.
f. Angin, Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan
dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu.
g. Kelembaban merupakan salah satu komponen abiotik di udara dan tanah.
Kelembaban diperlukan oleh makhluk hidup agar tubuhnya tidak cepat kering
Karena penguapan. Kelembaban yang diperlukan setiap makhluk hidup berbeda-
beda. Sebagai contoh, jamur dan cacing memerlukan habitat yang sangat lembab.
Fungsi organisme dalam ekosistem dapat dibedakan menjadi empat
macam, yaitu produsen, konsumen, dekomposer, dan detrivora.
1. Produsen, yaitu organisme yang dapat menyusun senyawa organik sendiri
dengan menggunakan bahan senyawa anorganik yang berfungsi untuk
menyediakan makanannya sendiri. Kelompok produsen meliputi tumbuhan,dan
ganggang.
2.Konsumen, yaitu organisme yang memanfaatkan bahan organik dari makhluk
hidup lain sebagai sumber makanannya. Berdasarkan asal bahan organiknya
konsumen dibedakan menjadi herbivora, karnivova, dan omnivora. Herbivora
merupakan konsumen pemakan tumbuhan, contohnya kambing dan sapi.
Karnivora merupakan konsumen pemakan hewan (daging), contohnya singa.
Sedangkan omnivora adalah konsumen pemakan tumbuhan dan daging,
contohnya tikus dan manusia.
3. Dentrivora, yaitu organisme pemakan partikel – partikel organik atau detrifus.
Contohnya cacing tanah, lipan, siput.
4.Dekomposer, yaitu organisme yang bertugas mengubah partikel-partikel organik
menjadi partikel anorganik. Contohnya jamur dan bakteri.

2.4. Kompetisi
Di alam organisme tidak hidup sendirian tetapi berdampingan dan saling
berinteraksi dengan organisme yang lainnya. Begitupun yang terjadi terhadap
tumbuhan, interaksi ini bisa terjadi antara tumbuhan yang sejenis ataupun tidak
sejenis. Interaksi yang terjadi antara organisme-organisme tersebut dapat bersifat
positif-positif, positif-netral, positif-negatif, netral-netral, dan negatif- negatif.
Namun dalam praktikum ini yang diteliti adalah kompetisi yang terjadi antara
tanaman jagung dan kacang hijau. Kompetisi tersebut dapat berbentuk perebutan
sumber daya yang terbatas atau saling menyakiti antar indifidu yang sejenis
dengan kekuatan fisik. Kompetisi yang terjadi antara individu sejenis disebut
sebagai kompetisi intraspesifik sedangakan interaksi antara individu yang tidak
sejenis disebut interaksi interspesifik.
Persaingan tumbuhan dalam suatu spesies mampu di liat pada jarak antar
tumbuhan. di mana sebenarnya persaingan yang paling keras terjadi antara
tumbuhan yang sama spesiesnya, sehingga tegakan besar dari sepesies tunggal
sangat jarang di temukan di alam. Persaingan antar tumbuhan yang sejenis ini
mempengaruhi pertumbuhannya karena pada umumnya bersifat merugikan.
kompettisi didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat
pada pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar
individu (intraspesifik) dan antar individu pada satu spesies yang sama atau
interspesifik. Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi
antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia
terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap
pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam
tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Molles, 2002).
Kompetisi antara tanaman tersebut terjadi karena faktor tumbuh yang
terbatas. Faktor yang dikompetisikan antara lain hara, cahaya dan ruang tumbuh.
Besarnya daya kompetisi tumbuhan kompetitor tergantung pada beberapa faktor
antara lain jumlah individu dan berat tanaman kompetitor, siklus hidup tanaman
kompetitor, periode tanaman, dan jenis tanaman.
Faktor-faktor lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman.
Respons tanaman sebagai akibat faktor lingkungan akan terlihat pada penampilan
tanaman. Tumbuhan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, disini terlihat
bahwa tumbuhan saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Begitu pula
biasanya vegetasi yang tumbuh disekitar ekosistem tersebut juga spesifik atau
tertentu. Karena hanya tumbuhan yang sesuai dan cocok saja yang dapat hidup
berdampingan. Tumbuhan pun mempunyai sifat menolak terhadap tumbuhan
yang tidak disukainya, yaitu dengan mengeluarkan zat kimia yang dapat bersifat
bagi jenis tertentu. Sifat tersebut dinamakan allelopati (Irwan, 2007).
Dalam usaha mengkomposisikan jenis-jenis tanaman misalnya untuk
keperluan estetika, perlu diketahui bahwa hubungan sesama tanaman tertentu
memerlukan bantuan tanaman tertentu pula, misalnya untuk perlindungan.
Tumbuh-tumbuhan dapat mengahasilkan zat-zat yang dapat merangsang atau
meracuni jenis tumbuhan lain. Senyawa-senyawa ini dapat meracuni biji-biji
tanaman yang ada disekitarnya (Irwan, 2007). Ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya hubungan sesama tanaman yaitu:
1). Adanya kompetisi yang disebabkan kekurangan sumber energy atau sumber
daya lainnya yang terbatas seperti sinar matahari, unsur hara, dan air. Kompetisi
ini disebut juga alelospoli.
2).Tumbuhan tertentu baik masih hidup atau sudah mati menghasilkan senyawa
kimia yang dapat mempengaruhi tumbuhan lain. Senyawa kimia tersebut
disebut allelopati.
3). Adanya pengaruh baik fisik maupun maupun biologis lingkungan yang dap[at
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jenis-jenis tumbuhan yang
bertindak sebagai tuan rumah atau inang (Irwan, 2007).
Faktor-fator intraspesifik merupakan mekanisme interaksi dari dalam
individu organisme yang turut mengendalikan kelimpahan populasi. Pada
hakikatnya mekanisme intraspesifik yang di maksud merupakan perubahan
biologi yang berlangsung dari waktu ke waktu (Wirakusumah, 2003).

Anda mungkin juga menyukai