PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biomassa
Biomassa merupakan istilah untuk bobot bahan hidup, biasanya
dinyatakan sebagai bobot kering, untuk seluruh atau sebagian tubuh organism,
populasi, atau komunitas. Biasanya dinyatakan sebagai kerpatan biomassa atau
biomassa perunit luas. Biomassa tumbuhan adalah jumlah total bobot kering
semua bagian tumbuhan hidup danuntuk memudahkannya kadang-kadang dibagi
biomassa tumbuhan di tas tanah (daun, cabang, dahan, dan bahan pokok) dan
biomassa di dalam tanah (akar-akaran). Biomassa biasanya dinyatakan dalam
ukuran berat kering, dalam gram atau kalori, dengan unit satuan biomassa adalah
gram per m² (gr/m²) atau kg per hektar (kg/ha) atau ton per hektar
(Indriyanto, 2006).
Biomassa merupakan ukuran yang berguna dan mudah diperoleh, tetapi
tidak memberikan petunjuk dinamika ekosistem. Ahli-ahli ekologi tertarik pada
produktivitas karena bila bobot kering suatu komunitas dapat ditentukan pada
waktu tertentu dan laju perubahan bobot kering dapat diukur, data itu dapat
diubah menjadi perpindahan energi melalui suatu ekosistem. Dengan
menggunakan informasi ini ekosistem yang berbeda-bda dapat dibandingkan dan
efisiensi nisbi untuk perubahan penyinaran matahari menjadi bahan organik dapat
dihitung (Anggraini, 2014).
Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap
carbondioksida (CO2) dari udara dan mengubah zat itu menjadi bahan organik
melalui proses fotosintesis. Jado berbeds dengan hewan, tumbuhan membuat
makanannya sendiri. Laju peningkatan biomassa disebut Produktivitas Primer
Bruto. Hal ini tergantung luas daun yang terkena sinar matahari, intensitas
penyinaran, suhu dan ciri-ciri jenis tumbuhan masing-masing (Indriyanto, 2006).
Selama siang dan malam hari, seperti semua makhluk hidup, tumbuhan bernafas
dan menghabiskan produksi yang diperoleh melalui fotosintesis. Sisanya
disebut Produksi Primer Bersih (netto). Produktivitas primer bersih jelas paling
tinggi terdapat di hutan muda yang sedang tumbuh, dan harus diingat bahwa hutan
yang rapat dengan biomassa yang tinggi, tidak berarti harus mempunyai
produktivitas primer bersih yang tinggi. Pohon-pohon yang besar mungkin sudah
berhenti pertumbuhannya, Sebenarnya dalam hutan tua yang kelewat masak,
matinya bagian-bagian tumbuhan akibat serangan hewan atau jamur dapat
mengurangi biomassa tumbuhan, sedang produktivitas primer bersih kurang lenih
tetap (Indriyanto, 2006).
Biomassa merupakan istilah untuk bobot hidup, biasanya dinyatakan
sebagai bobot kering, untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, populasi, atau
komunitas. Biomassa tumbuhan merupakan jumlah total bobot kering semua
bagian tumbuhan hidup.Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan
menyerap karbondioksida (CO2) dari udara dan mengubah zat ini menjadi bahan
organik melalui proses fotosintesis. Dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut, terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem
yang hidu dan tumbuh secara dinamis vegatasi, tanah dan iklim berhubungan erat
dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik.
Tumbuhan bawah berfungsi sebagai penutup tanah yang menjaga
kelembaban sehingga proses dekomposisi yang cepat dapat menyediakan unsur
hara untuk tanaman pokok. Di sini, siklus hara dapat berlangsung sempurna,
guguran yang jatuh sebagai serasah akan dikembalikan lagi ke pohon dalam
bentuk unsure hara yang seperti diketahui akan diuraiakan oleh bakteri.
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan
atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan,
satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang
merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu
habitat. Hasil analisis komunitas tumbuhan diajikan secara deskripsi mengenai
komposisi spesies dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak
hanya dipengaruhi oleh hubungan antarspesies, tetapi juga oleh jumlah individu
dari setiap spesies organisme. Hal yang demikian itu menyebabkan kelimpahan
relatif suatu spesies dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas, bahkan dapat
memberikan pengaruh pada keseimbangan sistem dan akhirnya berpengaruh pada
stabilitas komunitas itu sendiri (Anggraini, 2014).
Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif.
Dengan demikian, dalam deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat dilakukan
secara kualitatif dengan parameter kualitatif atau secara kuantitatif dengan
parameter kuantitatif. Namun, persoalan yang sangat penting dalam analisis
komunitas adalah bagaimana cara mendapatkan data terutama data kuantitatif dari
semua spesies tumbuhan yang menyusun komunitas, parameter kualitatif dan
kuantitatif apa saja yang diperlukan, penyajian data dan interpretasi data, agar
dapat mengemukakan komposisi floristik serta sifat-sifat komunitas tumbuhan
secara utuh dan menyeluruh.
Pada ekosistem hutan alam yang kondisi vegetasinya sempurna, jumlah
klorofil per satuan luas lebih banyak dibandingkan dengan ekosistem lainnya, hal
itu disebabkan karena keanekaragaman yang tinggi dari spesies tumbuhan
penyusunnya dan stratifikasi yang kompleks menempatkan daun-daun pada setiap
strata tajuk, sehingga jumlah energi radiasi matahari yang dapat diubah menjadi
energi kimia pada ekosistem hutan menjadi lebih banyak (Indriyanto, 2006).
2.2. Dekomposer
Dekomposer adalah makhluk hidup yang berfungsi untuk menguraikan
makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh
tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut. Beberapa
hewan invertebrata (tidak bertulang belakang) seperti cacing tanah, kutu juga
berperan dalam pengurai sampah.
Salah satu organisme tanah yaitu cacing. Cacing tanah tergolong ke dalam
kelompok Invertebrata, Filum Annelida, Ordo Oligochaeta. Terdapat 7.000
spesies yang tersebar diseluruh dunia. Spesies yang paling umum diataranya
adalah: Holodrillus caliginosus (cacing kebun), Holodrillus foetidus (cacing
merah) dan sejenisnya ini tersebar di seluruh dunia (Suin, 2006).
Identifikasi cacing tanah (Oligochaeta) secara kasar adalah dengan melihat
bentuk luarnya (morfologi) dan yang lebih teliti dengan melihat organ-organ dan
jaringan-jaringannya secara mikroskopis. Cara kasar dapat dilakukan dengan
memperhatikan letak klitelum, letak seta, banyaknya seta dan banyaknya segmen
(Suin, 2006).
Cacing tanah memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Antara
satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh
darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen
lainnya saling berhubungan menembus septa. Rongga tubuh berisi cairan yang
berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot.
Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal)
(Handayanto, 2009).
Cacing tanah mempunyai peran langsung dalam dekomposisi tanah.
Cacing tersebut dapat memecah fragmen-fragmen sampah pada tumbuhan dan
mencampurnya dengan tanah. Mereka membawa sampah dari permukaan ke
dalam tanah dan mengeluarkan secret mucus yang dapat memperbaiki struktur
tanah.
Kondisi lingkungan tanah yang baik ini merupakan lingkungan yang baik
untuk organisme. Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, subur dan
suhunya tidak terlalu dingin. Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini
memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral.
Kelembaban sangat diperlukan untuk menjaga agar kulit cacing tanah
berfungsi normal. Bila udara terlalu kering, akan merusak keadaan kulit. Untuk
menghindarinya cacing tanah segera masuk kedalam lubang dalam tanah, berhenti
mencari makan dan akhirnya akan mati. Bila kelembaban terlalu tinggi atau
terlalu banyak air, cacing tanah segera lari untuk mencari tempat yang pertukaran
udaranya (aerasinya) baik. Hal ini terjadi karena cacing tanah mengambil oksigen
dari udara bebas untuk pernafasannya melalui kulit.
Pada ekosistem tanah, cacing merupakan salah satu dekomposer utama
yang berperan dalam siklus nutrisi tanah. Berdasarkan tempat hidupnya, cacing
tanah dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu: Tipe epigeik, cacing tanah tipe epigeik
hidup di permukaan tanah. Umumnya cacing ini ditemukan pada serasah-serasah
daun di lantai hutan. Tipe endogeik, cacing tanah tipe endogeik hidup didalam
tanah pada kedalaman 0-10 meter. Cacing tanah ini paling rentan terhadap
perubahan lingkungan yang buruk, sehingga dapat dijadikan sebagai bioindikator
kerusakan tanah. Tipe anecigeik, cacing tanah tipe anecigeik hidup didalam tanah
pada kedalaman 10 -20 cm dan terkadang naik ke permukaan untuk melakukan
sekresi.
Di dalam tanah hidup berbagai jasad renik (mikroorganisme) yang
melakukan berbagai kegiatan bagi kehidupan mahkluk hidup lainnya atau dengan
perkataan lain menjadikan tanah memungkinkan bagi kelanjutan makhluk-
makhluk alami. Populasi mikrobiologi yang mendiami tanah, bersama dengan
berbagai bentuk binatang dan berbagai jenis tanaman tingkat lebih tinggi
membentuk suatu system kehidupan yang tidak terpisahkan dari bahan mineral
dan sisa-sisa bahan organik yang ada dalam tanah.
Komposisi kuantitatif populasi dalam tanah dan kualitatif alam
lingkungannya dapat dikatankan adalah sangat tergantung pada sumber dan
kondisi alami dari tanah itu dan komposisi relatife dari unsur-unsur organik dan
anorganik.
Beberapa jenis cacing tanah antara lain: Pheretima, Periony dan
Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal
dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing memiliki banyak kegunaan
antara lain: membantu menghancurkan bahan organic yang dapat mempengaruhi
kesuburan suatu tanah, Bahan Pakan Ternak, Bahan Baku Obat dan bahan ramuan
untuk penyembuhan penyakit, Bahan Baku Kosmetik dan bahan baku makanan
untuk beberapa jenis cacing yang dapat dikonsumsi dan bermanfaat bagi manusia.
(Hardjowigeno, 2007).
Cacing tanah mempunyai peran langsung dalam dekomposisi tanah.
Cacing tersebut dapat memecah fragmen-fragmen sampah pada tumbuhan dan
mencampurnya dengan tanah. Mereka membawa sampah dari permukaan ke
dalam tanah,dan mengeluarkan sekret mukus yang dapat memperbaiki struktur
tanah.
Celah-celah yang dibuat oleh cacing tanah dinamakan drilosfer, yang kaya
bahan organik dan nutrien anorganik. Kondisi lingkungan tanah yang baik ini
merupakan lingkungan yang baik untuk organisme. Cacing memiliki enzim
selulosa dan khitinase yang ada pada ususnya yang membantu mendegradasi
selulosa dan polimer khitin (Lud, 2005).
Faktor-faktor fisik yang mempengaruhi cacing tanah adalah:
a) kemasaman pH tanah,
b)kelengasan tanah,
c)temperatur,
d)aerasi dan CO2.
e)bahan organik.
f)jenis tanah, dan
g) suplai nutrisi (Kemas Ali, 2003).
2.3. Ekosistem
Istilah ekologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu oikos dan
logos. Istilah ini mula-mula diperkenalkan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1869.
Tetapi jauh sebelumya, studi dalam bidang-bidang yang sekarang termasuk dalam
ruang lingkup ekologi telah dilakukan oleh para pakar (Sofa, 2008). Pembahasan
ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen
penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air,
kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup
yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga
berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu
populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan
suatu sistem yang menunjukkan kesatuan (Anonim, 2000).
2.4. Kompetisi
Di alam organisme tidak hidup sendirian tetapi berdampingan dan saling
berinteraksi dengan organisme yang lainnya. Begitupun yang terjadi terhadap
tumbuhan, interaksi ini bisa terjadi antara tumbuhan yang sejenis ataupun tidak
sejenis. Interaksi yang terjadi antara organisme-organisme tersebut dapat bersifat
positif-positif, positif-netral, positif-negatif, netral-netral, dan negatif- negatif.
Namun dalam praktikum ini yang diteliti adalah kompetisi yang terjadi antara
tanaman jagung dan kacang hijau. Kompetisi tersebut dapat berbentuk perebutan
sumber daya yang terbatas atau saling menyakiti antar indifidu yang sejenis
dengan kekuatan fisik. Kompetisi yang terjadi antara individu sejenis disebut
sebagai kompetisi intraspesifik sedangakan interaksi antara individu yang tidak
sejenis disebut interaksi interspesifik.
Persaingan tumbuhan dalam suatu spesies mampu di liat pada jarak antar
tumbuhan. di mana sebenarnya persaingan yang paling keras terjadi antara
tumbuhan yang sama spesiesnya, sehingga tegakan besar dari sepesies tunggal
sangat jarang di temukan di alam. Persaingan antar tumbuhan yang sejenis ini
mempengaruhi pertumbuhannya karena pada umumnya bersifat merugikan.
kompettisi didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat
pada pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar
individu (intraspesifik) dan antar individu pada satu spesies yang sama atau
interspesifik. Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi
antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia
terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap
pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam
tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Molles, 2002).
Kompetisi antara tanaman tersebut terjadi karena faktor tumbuh yang
terbatas. Faktor yang dikompetisikan antara lain hara, cahaya dan ruang tumbuh.
Besarnya daya kompetisi tumbuhan kompetitor tergantung pada beberapa faktor
antara lain jumlah individu dan berat tanaman kompetitor, siklus hidup tanaman
kompetitor, periode tanaman, dan jenis tanaman.
Faktor-faktor lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman.
Respons tanaman sebagai akibat faktor lingkungan akan terlihat pada penampilan
tanaman. Tumbuhan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, disini terlihat
bahwa tumbuhan saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Begitu pula
biasanya vegetasi yang tumbuh disekitar ekosistem tersebut juga spesifik atau
tertentu. Karena hanya tumbuhan yang sesuai dan cocok saja yang dapat hidup
berdampingan. Tumbuhan pun mempunyai sifat menolak terhadap tumbuhan
yang tidak disukainya, yaitu dengan mengeluarkan zat kimia yang dapat bersifat
bagi jenis tertentu. Sifat tersebut dinamakan allelopati (Irwan, 2007).
Dalam usaha mengkomposisikan jenis-jenis tanaman misalnya untuk
keperluan estetika, perlu diketahui bahwa hubungan sesama tanaman tertentu
memerlukan bantuan tanaman tertentu pula, misalnya untuk perlindungan.
Tumbuh-tumbuhan dapat mengahasilkan zat-zat yang dapat merangsang atau
meracuni jenis tumbuhan lain. Senyawa-senyawa ini dapat meracuni biji-biji
tanaman yang ada disekitarnya (Irwan, 2007). Ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya hubungan sesama tanaman yaitu:
1). Adanya kompetisi yang disebabkan kekurangan sumber energy atau sumber
daya lainnya yang terbatas seperti sinar matahari, unsur hara, dan air. Kompetisi
ini disebut juga alelospoli.
2).Tumbuhan tertentu baik masih hidup atau sudah mati menghasilkan senyawa
kimia yang dapat mempengaruhi tumbuhan lain. Senyawa kimia tersebut
disebut allelopati.
3). Adanya pengaruh baik fisik maupun maupun biologis lingkungan yang dap[at
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jenis-jenis tumbuhan yang
bertindak sebagai tuan rumah atau inang (Irwan, 2007).
Faktor-fator intraspesifik merupakan mekanisme interaksi dari dalam
individu organisme yang turut mengendalikan kelimpahan populasi. Pada
hakikatnya mekanisme intraspesifik yang di maksud merupakan perubahan
biologi yang berlangsung dari waktu ke waktu (Wirakusumah, 2003).