Anda di halaman 1dari 54

PERKERASAN KAKU

4.1.1 Perkersan Beton Sambungan Tanpa Tulangan (BBTT)

Perhitungan perkerasan beton sambungan tanpa tulangan (BBTT) dilakukan dengan


data sebagai berikut :

Peranan jalan : Tol

Tipe jalan : 2 lajur 2 arah

Kuat tekan beton (fc) : 35 Mpa

Jenis agregat : Agregat pecah

Bahu jalan : Tidak

Ruji (dowel) : Ya

Umur rencana : 20 tahun

CBR tanah dasar : 6%

Data lalu lintas :

Tabel 4.1 Data Lalu Lintas untuk Kasus BBTT

Volume Kendaraan Pertumbuhan Lalu Lintas


Jenis Kendaraan
(Kendaraan/ hari) (%/ Pertahun)
Mobil Penumpang 10748 5
Bus 423 5
Truk 2 as Kecil 3916 5
Truk 2 as Besar 3595 5
Truk 3 as 1632 5
Truk Gandeng 560 5
Semi Trailer 881 5
4.1.1.1 Perhitungan Manual Perkerasan Beton Bersambung Tanpa Tulangan (BBTT)

Langkah-Langkah Perhitungan Perkerasan Beton Bersambung Tampa Tulangan

(BBTT) adalah sebagai berikut:

a. Analisa Lalulintas Kendaraan


Berdasarkan volume lalulintas kendaraan, dapat diketahui jumlah sumbu dan
beban sumbu tiap jenis kendaraan niaga. Adapun perhitungan dapat di lihat
pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Analisa Lalu Lintas Kendaraan

Konfigurasi BS (ton) Jumlah STRT STRG STdRG


JSK JSKN
Jenis Kendaraan RG RG kendaraa B B B
RD RB N H JS JS JS
B B n S S S
Mobil penumpang 1 1 10748
Bus 3 5 423.00 2 846 3 423 5 423
2 3916
Trus 2 as Kecil 2 4 3916 2 7832
4 3916
359
Truk 2 as Besar 5 8 3595 2 7190 5 3595 8
5
Trusk 3 as 6 14 1632 2 3264 6 1632 14 1632
6 560 14 560
Truk Gandeng 6 14 5 5 560 4 2240 5 560
5 560
6 881 14 881
Semi Trailer 6 14 14 881 3 2643
14 881
1604 578
Total 24015 2192
3 0

Keteranagn
RD =Roda Depan STRT = Sumbu Tunggal Roda Tunggal
= Sumbu Tunggal Roda
RB STRG
=Roda Belakang Ganda
RGD =Roda Gandeng Depan STdRG = SumbuTandem Roda Ganda
RGB =Roda Gandeng Belakang BS = Beban Sumbu
=Jumlah Sumbu kendaraan = Jumlah Sumbu
JSKN JS
niaga
JSKNH =Jumlah Sumbu kendaraan niaga harian
b. Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (R)
Faktor pertumbuhan lalu lintas kendaraan dapat di hitung dengan persamaan
2.13. Adapun perhitunganya dapat dilihat pada table 4.3
Tabel 4.3 Faktor pertumbuhan Lalu Lintas untuk Kasus BBTT

Jenis Kendaraan Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (%)

Mobil Penumpang 33.07


Bus 33.07
Truk 2 as Kecil 33.07
Truk 2 as Besar 33.07
Truk 3 as 33.07
Truk Gandeng 33.07
Semi Trailer 33.07

c. Koefisien Distribusi (C)


Berdasarkan Tabel 2.4, dengan tpe jalan yang ditinjau terdiri dari 2 jalurdan 2
arah , maka koefisien distribusi(C) kendaraan niaga sebesar 0,50.

d. Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga (JSKN)


Jumlah sumbu kendaraan niaga dapat di hitung dengan persamaan 2.14.
Adapun perhitungannya dapat di lihat pada table 4.4

Jenis Kendaraan JSKNH JSKN


Mobil Penumpang - -
Bus 846.0 5,105,070.68
Truk 2 as Kecil 7832.0 47,261,127.10
Truk 2 as Besar 7190.0 43,387,066.38
Truk 3 as 3264.0 19,696,159.20
Truk Gandeng 2240.0 13,516,972.00
Semi Trailer 2643.0 15,948,820.09
Total 144,915,215.44
e. Repetisi Sumbu yang Terjadi
Perhitungan repetisi sumbuyang terjadi dapat dilihat pada table 4.5.

Jenis BS (ton) JS (bh) Proporsi Proporsi JSKN


Repetisi yang Terjadi
Sumbu Beban Sumbu
(a) (b) ( C) (d) ( e) (f) G=(d)x(e)x(f)
3 423 0.03 0.67 144,915,215.44 2552535.338
2 3916 0.24 0.67 144,915,215.44 23630563.55
STRT 4 3916 0.24 0.67 144,915,215.44 23630563.55
5 4715 0.29 0.67 144,915,215.44 28452019.19
6 3073 0.19 0.67 144,915,215.44 18543595.96
Jumlah 16043 1.00
5 423 0.07 0.24 144,915,215.44 2552535.338
STRG 8 3595 0.62 0.24 144,915,215.44 21693533.19
14 1762 0.30 0.24 144,915,215.44 10632546.73
Jumlah 5780 1.00

STdRG 14 2192 1.00 0.09 144,915,215.44 13227322.6


Jumlah 2192 1.00 0.09 144,915,215.44
Komulatif 144,915,215.44
f. Jenis dan Tebal Lapis Pondasi Bawah
Untuk menentukan jenis dan tebal pondasi bawah, digunakan gambar 2.13.
Dengan CBR tanah dasar 6% dan jumlah repetisi yang terjadi
144.915.215.44, maka:

Di dapat jenis pondasi bawah berupa bahan pengikat dengan tebal 147 mm

g. CBR Efektif
Dengan menggunakan gambar 2.14 dapat di tentukan CBR efektif

Diperoleh CBR efektif sebesar 39%


h. Faktor Keamanan Beban( FKB )
Berdasarkan Tabel 2.5, dengan peranan jalan sebagai jalan tol, maka faktor
keamanan beban sebesar 1,2.

i. Kuat Tarik Lentur Beton( Fef )


Dengan jenis agregat berupa agregat pecah kuat dan tekan beton 35 MPa
maka kuat tarik lentur beton ( Fef ) adalah:
𝐹𝑐𝑓 = 𝐾√𝐹 ′ 𝐶 = 0,75√35 =4,44 Mpa
j. Analisa Fatik dan Erosi
Analisa fatik dan erosi di gunakan untu menentukan tebal pelat beton optim.
Persen kerusakan dari analisa fatik dan erosi harus lebih kecil dari 100%.
Analisa fatik dan erosi menggunakan Tabel 2.6 sampai 2.8, dan Gambar 2.15
sampai 2.17. Perhitungan analisa fatik dan erosi dapat dilihat pada table 4.6.
Tebal plat beton dapat dicari dengan menggunakan grafik di bawah ini
dengan mengunakan data sebagai berikut :
 CBR efektif 39 %
 Dengan ruji
 Tanpa bahu dan dengan bahu
 Lalu lintas luar kota
 FKB 1.2

Dari grafik di bawah di dapat tebal plat beton sebesar 250 mm


Dari grafik di bawah di dapat tebal plat beton sebesar 250 mm
Tabel 4.6 Perhitungan analisa fatik dan erosi BBTT Tanpa bahu Beton

Beban Faktor
Jenis BS Repetisi yang Analisa Fatik Analisa Erosi
Rencana Per Tegangan
Repetisi
Sumbu (kN) Roda (kN) terjadi dan Erosi Repetisi Ijin Persen Rusak Persen Rusak
Ijin
30 18 TE= 0.672 TT 0 TT 0
2,552,535.34
20 12 FE= 1.908 TT 0 TT 0
23,630,563.55
STRT 40 24 FRT= 0.1514 TT 0 TT 0
23,630,563.55
50 30 TT 0 TT 0
28,452,019.19
60 18 TT 0 TT 0
18,543,595.96
50 15 TE= 1.08 TT 0 TT 0
2,552,535.34
108.47
STRG 80 24 FE= 2.508 TT 0 2.00E+07
21,693,533.19
140 42 FRT= 0.223 TT 0 6.00E+06 177.21
10,632,546.73
TE= 0.938
StdRG 140 21 FE= 2.634 TT 0 6.00E+07 22.05
13,227,322.60
FRT= 0.2113
Total 307.72
Kesimpulan:
Karena % rusak telah melebihi 100% yaitu 307,72 maka Tebal plat 250 mm tidak bisa di pakai, dan harus di pertebal kembali.
2. Beton bersambung Tanpa Tulangan (BBTT) dengan bahu jalan

Dari grafik di atas di dapat tebal plat beton sebesar 210 mm


Tabel 4.7 Perhitungan analisa fatik dan erosi BBTT Dengan bahu Beton

Beban
Faktor
Jenis BS Rencana Repetisi yang Analisa Fatik Analisa Erosi
Tegangan
Per
Repetisi Persen Repetisi
Sumbu (kN) Roda (kN) terjadi dan Erosi Persen Rusak
Ijin Rusak Ijin
30 18 TE= 0.77 TT 0 TT 0
2,552,535.34
20 12 FE= 1.67 TT 0 TT 0
23,630,563.55
STRT 40 24 FRT= 0.17 TT 0 TT 0
23,630,563.55
50 30 TT 0 TT 0
28,452,019.19
60 18 TT 0 TT 0
18,543,595.96
50 15 TE= 1.16 TT 0 TT 0
2,552,535.34
STRG 80 24 FE= 2.28 TT 0 TT 0
21,693,533.19
140 42 FRT= 0.21 TT 0 500000 2126.5
10,632,546.73
TE= 0.97
StdRG 140 21 FE= 2.30 TT 0 0 2126.5
13,227,322.60
FRT= 0.22
Total 2216.5
Karena % rusak telah melebihi 100% yaitu 2126.51 maka Tebal plat 250 mm tidak bisa di pakai, dan harus di pertebal kembali.
4.1.2 Perkerasan Beton Bersambung Dengan Tulangan (BBDT)

Perhitungan Perkerasan Beton Bersambung Dengan Tulangan (BBDT) dilakukan


dengan data sebagai berikut :

Peranan jalan : Arteri

Tipe jalan : 2 lajur 1 arah

Kuat tarik lentur beton ( fcf ) : 4 Mpa

Jenis agregat : Agregat pecah

Bahu jalan : Tidak

Ruji (dowel) : Ya

Umur rencana : 25 tahun

CBR tanah dasar : 3%

Tegangan Leleh baja : 2400 kg/cm2

Jenis lapis pemecah ikatan antara pondasi bawah dan pelat beton digunakan laburan
parafin tipis.

Data lalu lintas :

Tabel 4.8 Data Lalu Lintas untuk Kasus BBTT

Volume Kendaraan Pertumbuhan Lalu Lintas


Jenis Kendaraan
(Kendaraan/ hari) (%/ Pertahun)
Mobil Penumpang 1186 5
Bus 423 5
Truk 2 as Kecil 3084 5
Truk 2 as Besar 3595 5
Truk 3 as 3227 5
Truk Gandeng 474 5
a. Analisa Lalulintas Kendaraan
Berdasarkan volume lalu lintas kendaraan, dapat diketahui jumlah
sumbu dan beban sumbu tiap jenis kendaraan niaga. Adapun
perhitunganya dapat di lihat pada tabel 4.8.
4.1.2.1 Perhitungan Manual Perkerasan Beton Bersambung Dengan Tulangan (BBDT)

Langka-Langkah perhitungan perkerasan Beton Bersambung Dengan Tulangan (BBDT) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9 Jumlah sumbu berdasakan jenis dan beban sumbu kendaraan niaga untuk niaga BBDT

Jenis Konfigurasi BS (ton) Jumlah STRT STRG STdRG


JSKN JSKNH
Kendaraan Kendaraan
RD RB RGB RGB BS JS BS JS BS JS
Mobil
1 1 - - 1186 - - - - - - - -
penumpang
Bus 3 5 - - 423 2 846 3 423 5 423 - -
Trus 2 as 2 3084 - - - -
2 4 - - 3084 2 6168
Kecil 4 3084 - - - -
Truk 2 as
5 8 - - 3595 2 7190 5 3595 - -
Besar 8 3595
Trusk 3 as 6 14 - - 3227 2 6454 6 3227 - - 14 3227
6 474 - - 14 474
Truk 5 474
6 14 5 5 474 4 1896 - - - -
Gandeng
5 474
- - - -
Total 22554 14835 4018 3701
b. Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (R)

Faktor pertumbuhan lalu lintas kendaraan berdasarkan laju pertumbuhan lalu


lintas selama umur rencana, dihitung dengan persamaan 2.13. Adapun perhitungannya
dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Jenis Kendaraan Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (%)

Mobil Penumpang 33.07


Bus 33.07
Truk 2 as Kecil 33.07
Truk 2 as Besar 33.07
Truk 3 as 33.07
Truk Gandeng 33.07

c. Koefisien Distribusi (C)

Berdasarkan Tabel 2.4, dengan tipe jalan yang ditinjau terdiri dari 2 lajur dan 1
arah, maka koefisien distribusi (C) kendaraan niaga sebesar 0,70.

d. Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga (JSKN)

Jumlah sumbu kendaraan Niaga dapat dihitung dengan persamaan 2.14. Adapun
perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 4.11

Jenis Kendaraan JSKNH JSKN


Mobil Penumpang - -
Bus 846 7,147,099
Truk 2 as Kecil 6168 52,107,927
Truk 2 as Besar 7190 60,741,893
Truk 3 as 6454 54,524,086
Truk Gandeng 1896 16,017,612
Total 190,538,617
e. Repetisi Sumbu yang Terjadi

Perhitungan repetisi sumbu yang terjadi dapat dilihat pada Tabel 4.11

Tabel 4.12 Repetisi Sumbu yang Terjadi untuk Kasus BBTT

Jenis Proporsi Proporsi


BS (ton) JS (bh) JSKN Repetisi yang Terjadi
Sumbu Beban Sumbu
(a) (b) (c) (d) ( e) (f) G=(d)x(e)x(f)
STRT 3 423 0.029 0.658 190,538,616.56 3,573,549.47
2 3084 0.208 0.658 190,538,616.56 26,053,963.53
4 3084 0.208 0.658 190,538,616.56 26,053,963.53
5 4543 0.306 0.658 190,538,616.56 38,379,752.37
6 3701 0.249 0.658 190,538,616.56 31,266,445.86
Jumlah 14835 1.000 -
STRG 5 423 0.105 0.178 190,538,616.56 3,573,549.47
8 3595 0.895 0.178 190,538,616.56 30,370,946.46
Jumlah 4018 1.000 -
STdRG 14 3701 1.000 0.164 190,538,616.56 31,266,445.86
Jumlah 3701 1.000
Total 190,538,616.56
f. Jenis dan Tebal Lapis Pondasi Bawah

Untuk menentukan jenis dan tebal pondasi bawah, digunakan Gambar 2.13.
Dengan CBR tanah dasar 3 % dan jumlah repetisi yang terjadi
190,538,616.56 maka: Didapatkan jenis pondasi bawah berupa campuran beton kurus
dengan tebal125 mm.

g. CBR Efektif

Dengan menggunakan Gambar 2.14 dapat ditentukan CBR Efektif.

Diperoleh CBR Efektif sebesar 30 % .


h. Faktor Keamanan Beban (FKB)

Berdasarkan Tabel 2.5, dengan peranan jalan sebagai jalan tol, maka faktor
keamanan beban sebesar 1,1

i. Analisa Fatik dan Erosi

Analisa fatik dan erosi digunakan untuk menentukan tebal pelat beton optimum.
Persen kerusakan dari analisa fatik dan erosi harus lebih kecil dari 100 % . Analisa fatik
dan erosi menggunakan Tabel 2.6 sampai 2.8 dan Gambar 2.15 sampai 2.17.
Perhitungan analisa fatik dan erosi dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tebal plat beton dapat dicari dengan menggunakan grafik di bawah ini dengan
mengunakan data sebagai berikut :

 CBR efektif 30 %
 Dengan ruji
 Tanpa bahu dan dengan bahu
 Lalu lintas luar kota
 FKB 1.1
Dari grafik di bawah di dapat tebal plat beton sebesar 240 mm
Tabel 4.13 Perhitungan analisa fatik dan erosi BDTT Tanpa bahu jalan

Faktor
Jenis BS Analisa Fatik Analisa Erosi
Beban Rencana Per Repetisi yang Tegangan
Roda (kN) terjadi Repetisi Persen Repetisi Persen
Sumbu (kN) dan Erosi
Ijin Rusak Ijin Rusak
(c) = (b) x Fcw/jumlah (g)= (d)x (i) = (d) x
(a) (b) (d) (e) (f) (h)
roda 100/(f) 100/(h)
30 16.5 TT 0 TT 0
3,573,549.47 TE= 0.712
20 11 TT 0 TT 0
26,053,963.53 FE= 1.948
STRT 40 22 TT 0 TT 0
26,053,963.53 FRT= 0.178
50 27.5 TT 0 TT 0
38,379,752.37
60 16.5 TT 0 TT 0
31,266,445.86
50 13.75 TT 0 TT 0
3,573,549.47 TE= 1.106
STRG
80 22 TT 0 TT 0
30,370,946.46 FE= 2.548
FRT= 0.2765 TT 0 TT 0
TE= 0.98
StdRG 140 19.25 FE= 2.548 TT 0 TT 0
31,266,445.86
FRT= 0.245
Total 0
Karena Persen rusak dari analisa fatik dan persen rusak dari analisa erosi tidak ada,
maka tebal beton bisa di gunakan yaitu 240 mm.

j. Perhitungan Tulangan Memanjang

Luas penampang tulangan yang dibutuhkan, dihitung dengan menggunakan


persamaan 2.26. Perhitungan tulangan yaitu sebagai berikut:

µ.L.M.g.h 1,5x15x2400x9,81x0,240
As = = = 441.45 mm2
2.fs 2x(0,6x240)

Syarat As minimum = 0,1% x 240 x 1000 = 240 mm2 (As > As min)

Digunakan tulangan diameter 12 mm (As = 113,1 mm2)

441.45
Jumlah tulangan = = 3.9 = 4 buah
113,1

1000
Jarak tulangan memanjang = =250 mm = 25 cm
4

k. Perhitungan Tulangan Melintang

Luas penampang tulangan yang dibutuhkan, dihitung dengan menggunakan


persamaan 2.26. Perhitungan tulangan yaitu sebagai berikut:

µ.L.M.g.h 1,5x3,5x2400x9,81x0.240
As = = =103,1 mm2
2.fs 2x(0,6x240)

Syarat As minimum = 0,1% x 240 x 1000 = 240 mm2 (As < As min)

Digunakan tulangan diameter 12 mm (As = 113,1 mm2)

240
Jumlah tulangan = 113,1 = 2,12 =3 buah

1000
Jarak tulangan memanjang = = 333 mm = 33 cm
3
2. Beton bersambung Dengan Tulangan (BBDT) dengan bahu jalan

 Kelompok Sumbu Kendaraan yang berjumlah 190,538,616.56


 CBR Efektifnya adalah 30%
 Dengan Bahu Beton
 Dengan Ruji
 Lalu lintas Luar Kota
 FKB 1.1

Dari grafik di atas di dapat tebal plat beton sebesar 200 mm


Tabel 4.14 Perhitungan analisa fatik dan erosi BDDT Dengan bahu jalan

Jenis BS Faktor Tegangan Analisa Fatik Analisa Erosi


Beban Rencana Per Roda Repetisi yang
Repetisi Repetisi
Sumbu (kN) (kN) terjadi dan Erosi Persen Rusak Persen Rusak
Ijin Ijin
(g)= (d)x (i) = (d) x
(a) (b) (c) = (b) x Fcw/jumlah roda (d) (e) (f) (h)
100/(f) 100/(h)
30 16.5 TT 0 TT 0
3,573,549.47 TE= 0.84
20 11 TT 0 TT 0
26,053,963.53 FE= 1.75
STRT 40 22 TT 0 TT 0
26,053,963.53 FRT= 0.21
50 27.5 TT 0 TT 0
38,379,752.37
60 16.5 TT 0 TT 0
31,266,445.86
50 13.75 TT 0 TT 0
3,573,549.47 TE= 1.29
STRG
80 22 TT 0 TT 0
30,370,946.46 FE= 2.35
FRT= 0.32 TT 0 TT 0
TE= 1.09
StdRG 140 19.25 FE= 2.35 TT 0 TT 0
31,266,445.86
FRT= 0.27
Total 0
Karena Persen rusak dari analisa fatik dan persen rusak dari analisa erosi tidak ada,
maka tebal beton bisa di gunakan yaitu 200 mm.
j. Perhitungan Tulangan Memanjang

Luas penampang tulangan yang dibutuhkan, dihitung dengan menggunakan


persamaan 2.26. Perhitungan tulangan yaitu sebagai berikut:

µ.L.M.g.h 1,5x15x2400x9,81x0,200
As = = = 478.23 mm2
2.fs 2x(0,6x240)

Syarat As minimum = 0,1% x 200 x 1000 = 367.875 mm2 (As > As min)

Digunakan tulangan diameter 12 mm (As = 113,1 mm2)

367.875
Jumlah tulangan = = 3.25 = 4 buah
113,1

1000
Jarak tulangan memanjang = =250 mm = 25 cm
4

k. Perhitungan Tulangan Melintang

Luas penampang tulangan yang dibutuhkan, dihitung dengan menggunakan


persamaan 2.26. Perhitungan tulangan yaitu sebagai berikut:

µ.L.M.g.h 1,5x3,5x2400x9,81x0.20
As = = =85.8375 mm2
2.fs 2x(0,6x240)

Syarat As minimum = 0,1% x 200 x 1000 = 200 mm2 (As < As min)

Digunakan tulangan diameter 12 mm (As = 113,1 mm2)

200
Jumlah tulangan = 113,1 = 1.76 =2 buah

1000
Jarak tulangan memanjang = = 500 mm = 50 cm
2
4.1.2.1 Perhitungan Manual Perkerasan Beton Menerus Dengan Tulangan
(BMDT)

Langka-Langkah perhitungan perkerasan Beton Menerus Dengan


Tulangan (BMDT) adalah sebagai berikut:

a. Analisa Lalulintas Kendaraan


Berdasarkan volume lalu lintas kendaraan, dapat diketahui jumlah
sumbu dan beban sumbu tiap jenis kendaraan niaga. Adapun
perhitunganya dapat di lihat pada tabel 4.15.
Tabel 4.15 Jumlah sumbu berdasakan jenis dan beban sumbu kendaraan niaga untuk niaga BBDT

Konfigurasi BS (ton) Jumlah STRT STRG STdRG


Jenis Kendaraan JSKN JSKNH
RD RB RGB RGB kendaraan BS JS BS JS BS JS
Mobil penumpang 1 1 9456
Bus 3 5 363.00 2 726 3 363 5 363
2 3079
Trus 2 as Kecil 2 4 3079 2 6158
4 3079
Truk 2 as Besar 5 8 3210 2 6420 5 3210 8 3210
Trusk 3 as 6 14 1321 2 2642 6 1321 14 1321
6 474 14 474
Truk Gandeng 6 14 5 5 474 4 1896 5 474
5 474
6 728 14 728
Semi Trailer 6 14 14 728 3 2184
14 728
Total 20026 13202 5029 1795

Keteranagn
RD =Roda Depan STRT = Sumbu Tunggal Roda Tunggal
RB =Roda Belakang STRG = Sumbu Tunggal Roda Ganda
RGD =Roda Gandeng Depan STdRG = SumbuTandem Roda Ganda
RGB =Roda Gandeng Belakang BS = Beban Sumbu
=Jumlah Sumbu kendaraan = Jumlah Sumbu
JSKN JS
niaga
JSKNH =Jumlah Sumbu kendaraan niaga harian
b. Faktor Peryumbuhan Lalu Lintas (R)

Faktor pertumbuhan lalu lintas kendaraan dapat dihitung dengan persamaan


2.1.3. Adapun perhitunnganya dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.16 Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas untuk Kasus BMDT

Jenis Kendaraan Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (%)

Mobil Penumpang 33.07


Bus 33.07
Truk 2 as Kecil 33.07
Truk 2 as Besar 33.07
Truk 3 as 33.07
Truk Gandeng 33.07
Semi Trailer 33.07

c. Koefisien Distribusi (C)

Berdasarkan Tabel 2.4. dengan tipe jalan yang ditinjau terdiri dari 2 lajur dan 1
arah, maka koefisien distribusi (C) kendaraan niaga sebesar 0,50.

d. Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga (JSKN)

Jumlah sumbu kendaraan niaga dapat dihitung dengan persamaan 2.14. Adapun
perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.16. Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga untuk Kasus BMDT

Jenis Kendaraan JSKNH JSKN


Mobil Penumpang - -
Bus 726.0 4,380,947.18
Truk 2 as Kecil 6158.0 37,159,604.28
Truk 2 as Besar 6420.0 38,740,607.25
Truk 3 as 2642.0 15,942,785.73
Truk Gandeng 1896.0 11,441,151.30
Semi Trailer 2184.0 13,179,047.70
Total 120,844,143.43
e. Repitisi Sumbu yang Terjadi

Perhitungan seperti sumbu yang terjadi dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17 Repetisi Sumbu yang Terjadi untuk Kasus BMDT

Jenis BS (ton) JS (bh) Proporsi Proporsi JSKN


Repetisi yang Terjadi
Sumbu Beban Sumbu
(a) (b) ( C) (d) ( e) (f) G=(d)x(e)x(f)
3 363 0.03 0.66 120,844,143.43 2190473.588
2 3079 0.23 0.66 120,844,143.43 18579802.14
STRT 4 3079 0.23 0.66 120,844,143.43 18579802.14
5 4158 0.31 0.66 120,844,143.43 25090879.28
6 2523 0.19 0.66 120,844,143.43 15224696.59
Jumlah 13202 1.00
5 363 0.07 0.25 120,844,143.43 2190473.588
STRG 8 3210 0.64 0.25 120,844,143.43 19370303.63
14 1456 0.29 0.25 120,844,143.43 8786031.8
Jumlah 5029 1.00

STdRG 14 1795 1.00 0.09 120,844,143.43 10831680.69


Jumlah 1795 1.00 0.09 120,844,143.43
Komulatif 120,844,143.43
f. Jenis dan Tebal Lapis Pondasi Bawah

Untuk menentukan jenis dan tebal pondasi bawah, digunakan Gambar 2.13. Dengan
CBR tanah dasar 3 % dan jumlah repetisi yang terjadi 120,844,143.43, maka:
Didapatkan jenis pondasi bawah berupa campuran beton kurus dengan tebal 125mm

g. CBR Efektif

Dengan menggunakan Gambar 2.14 dapat ditentukan CBR Efektif.

Diperoleh CBR Efektif sebesar 30 % .


h. Faktor Keamanan Beban (FKB)

Berdasarkan Tabel 2.5, dengan peranan jalan sebagai jalan tol, maka faktor
keamanan beban sebesar 1,2

i. Analisa Fatik dan Erosi

Analisa fatik dan erosi digunakan untuk menentukan tebal pelat beton optimum.
Persen kerusakan dari analisa fatik dan erosi harus lebih kecil dari 100 % . Analisa fatik
dan erosi menggunakan Tabel 2.6 sampai 2.8 dan Gambar 2.15 sampai 2.17.
Perhitungan analisa fatik dan erosi dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tebal plat beton dapat dicari dengan menggunakan grafik di bawah ini dengan
mengunakan data sebagai berikut :

 CBR efektif 30 %
 Dengan ruji
 Tanpa bahu dan dengan bahu
 Lalu lintas luar kota
 FKB 1.2
grafik di atas di dapat tebal plat beton sebesar 255 mm di pakai 260 mm
Tabel 4.18 Perhitungan analisa fatik dan erosi BMDT Tanpa bahu jalan

Beban
Faktor
Jenis BS Rencana Repetisi yang Analisa Fatik Analisa Erosi
Tegangan
Per
Repetisi Persen Repetisi
Sumbu (kN) Roda (kN) terjadi dan Erosi Persen Rusak
Ijin Rusak Ijin
30 18 TE= 0.65 TT 0 TT 0
2,190,473.59
20 12 FE= 1.87 TT 0 TT 0
18,579,802.14
STRT 40 24 FRT= 0.15 TT 0 TT 0
18,579,802.14
50 30 TT 0 TT 0
25,090,879.28
60 18 TT 0 TT 0
15,224,696.59
50 15 TE= 1.09 TT 0 TT 0
2,190,473.59
STRG 80 24 FE= 2.47 TT 0 TT 0
19,370,303.63
140 42 FRT= 0.25 600000 2900000 302.97
8,786,031.80 1,464.34
TE= 0.96
StdRG 140 21 FE= 2.61 TT 0 TT 0
10,831,680.69
FRT= 0.22
Total 1464.338633 302.97
Karena % rusak telah melebihi 100% maka Tebal plat 260 mm tidak bisa di pakai,
dan harus di pertebal kembali.

j. Perhitungan Tulangan Memanjang

Luas penampang tulangan yang dibutuhkan, dihitung dengan menggunakan


persamaan 2.26. Perhitungan tulangan yaitu sebagai berikut:

100 𝑥 𝑓𝑐𝑡 𝑥 [1,3 − (0,2 𝑥 µ)]


𝑃𝑠 =
𝑓𝑦 − 𝑛 𝑥 𝑓𝑐𝑡

100 𝑥 20 𝑥 [1,3 − (0,2 𝑥 1,3)]


𝑃𝑠 = = 0,55 %
3900 − 6 𝑥 20

As perlu = 0,55% x 100 cm x Tebal Plat


= 0,55% x 100 x 26
=14,3 cm2

As min = 0,6% x 100 cm x Tebal Plat


= 0,6% x 100 x 26
= 15,6 cm2

As min > As perlu


Karena As min lebih besar dari As perlu, maka nilai As yang kita cari harus lebih
besar dari nilai As min.

Dicoba Tulangan diameter 16 mm jarak 100 mm


1
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑗𝑎 = 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷2
4
1
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑗𝑎 = 𝑥 3,14 𝑥 162 = 200,96 𝑚𝑚2
4
1000
𝐴𝑠 = 𝑥 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑗𝑎
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘
1000
𝐴𝑠 = 𝑥 200,96 = 1674.6 𝑚𝑚2 = 16,74 𝑐𝑚2
120

Kontrol : As > As min


16,74 cm2 > 15,6 cm2 OKE!

Jadi, Tulangan diameter 16 mm dan jarak 120 mm mencukupi.


Untuk tulangan melintang dicoba Tulangan diameter 12 mm jarak 450 mm

a) Pengecekan Jarak Teoritis Antar Retakan


u = 4/diameter tulangan
= 4 / 1,6
= 2,5 cm

p = As / (100 cm x Tebal Plat)


= 16,74 / (100 x 26)
= 0,0064

𝑓𝑏 = (1,97√𝑓𝑐 ′ )/𝑑
1,97√285
𝑓𝑏 = = 20,79
1,6

εs = 400 x 10-6
Ec = 14850 √𝑓𝑐 ′
Ec = 14850 √285 = 250,697 kg/cm2
Dikontrol terhadap jarak teoritis atar retakan (Lcr)
𝑓𝑐𝑡 2
𝐿𝑐𝑟 =
𝑛 𝑥 𝑝2 𝑥 𝑢 𝑥 𝑓𝑏 (εs x 𝐸𝑐 − 𝑓𝑐𝑡 )

202
𝐿𝑐𝑟 =
6 𝑥 0,00672 𝑥 2,5 𝑥 20,79 (0,0004 𝑥 250697 − 20)

𝐿𝑐𝑟 = 352,87 𝑐𝑚

Kontrol : Lcr < Lcr maks


352,87 cm > 250 cm TIDAK OKE!

Jadi, untuk tulangan memanjang digunakan diameter 16 mm, jarak 120 mm


2. Beton Menerus Dengan Tulangan (BMDT) dengan bahu jalan

 Kelompok Sumbu Kendaraan yang berjumlah 120,844,143.43


 CBR Efektifnya adalah 30%
 Dengan Bahu Beton
 Dengan Ruji
 Lalu lintas Luar Kota
 FKB 1.1

Dari grafik di atas di dapat tebal plat beton sebesar 210 mm


Tabel 4.19 Perhitungan analisa fatik dan erosi BMDT Dengan bahu jalan

Beban
Faktor
Jenis BS Rencana Repetisi yang Analisa Fatik Analisa Erosi
Tegangan
Per
Repetisi Persen Repetisi
Sumbu (kN) Roda (kN) terjadi dan Erosi Persen Rusak
Ijin Rusak Ijin
30 18 TE= 0.78 TT 0 TT 0
2,190,473.59
20 12 FE= 1.69 TT 0 TT 0
18,579,802.14
STRT 40 24 FRT= 0.18 TT 0 TT 0
18,579,802.14
50 30 TT 0 TT 0
25,090,879.28
60 18 TT 0 TT 0
15,224,696.59
50 15 TE= 1.21 TT 0 TT 0
2,190,473.59
STRG 80 24 FE= 2.29 TT 0 TT 0
19,370,303.63
140 42 FRT= 0.27 150000 890000 987.19
8,786,031.80 5,857.35
TE= 0.96
StdRG 140 21 FE= 2.34 TT 0 TT 0
10,831,680.69
FRT= 0.22
Total 5857.354533 987.19
Karena % rusak telah melebihi 100% maka Tebal plat 210 mm tidak bisa di pakai,
dan harus di pertebal kembali.

k. Perhitungan Tulangan Memanjang

Luas penampang tulangan yang dibutuhkan, dihitung dengan menggunakan


persamaan 2.26. Perhitungan tulangan yaitu sebagai berikut:

100 𝑥 𝑓𝑐𝑡 𝑥 [1,3 − (0,2 𝑥 µ)]


𝑃𝑠 =
𝑓𝑦 − 𝑛 𝑥 𝑓𝑐𝑡

100 𝑥 20 𝑥 [1,3 − (0,2 𝑥 1,3)]


𝑃𝑠 = = 0,55 %
3900 − 6 𝑥 20

As perlu = 0,55% x 100 cm x Tebal Plat


= 0,55% x 100 x 21
=11,55 cm2

As min = 0,6% x 100 cm x Tebal Plat


= 0,6% x 100 x 21
= 12,6 cm2

As min > As perlu


Karena As min lebih besar dari As perlu, maka nilai As yang kita cari harus lebih
besar dari nilai As min.

Dicoba Tulangan diameter 16 mm jarak 150 mm


1
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑗𝑎 = 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷2
4
1
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑗𝑎 = 𝑥 3,14 𝑥 162 = 200,96 𝑚𝑚2
4
1000
𝐴𝑠 = 𝑥 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑗𝑎
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘
1000
𝐴𝑠 = 𝑥 200,96 = 1339.96 𝑚𝑚2 = 13.39 𝑐𝑚2
150

Kontrol : As > As min


13,39 cm2 > 12,6 cm2 OKE!

Jadi, Tulangan diameter 16 mm dan jarak 150 mm mencukupi.


Untuk tulangan melintang dicoba Tulangan diameter 12 mm jarak 450 mm

b) Pengecekan Jarak Teoritis Antar Retakan


u = 4/diameter tulangan
= 4 / 1,6
= 2,5 cm

p = As / (100 cm x Tebal Plat)


= 13.39 / (100 x 21)
= 0,0063

𝑓𝑏 = (1,97√𝑓𝑐 ′ )/𝑑
1,97√285
𝑓𝑏 = = 20,79
1,6

εs = 400 x 10-6
Ec = 14850 √𝑓𝑐 ′
Ec = 14850 √285 = 250,697 kg/cm2
Dikontrol terhadap jarak teoritis atar retakan (Lcr)
𝑓𝑐𝑡 2
𝐿𝑐𝑟 =
𝑛 𝑥 𝑝2 𝑥 𝑢 𝑥 𝑓𝑏 (εs x 𝐸𝑐 − 𝑓𝑐𝑡 )

202
𝐿𝑐𝑟 =
6 𝑥 0,00672 𝑥 2,5 𝑥 20,79 (0,0004 𝑥 250697 − 20)

𝐿𝑐𝑟 = 352,87 𝑐𝑚

Kontrol : Lcr < Lcr maks


352,87 cm > 250 cm TIDAK OKE!

Jadi, untuk tulangan memanjang digunakan diameter 16 mm, jarak 150 mm

Anda mungkin juga menyukai