Anda di halaman 1dari 29

OSCE

KOMPREHENSIF

BLOK OSCE I

 Keterampilan Belajar dan Teknologi Informasi  Anatomi  Kerangka, Ekstremitas atas & bwh
 IKD I serta bagian-bagiannya, Sistem pd manusia
 IKD II  Dental  Pengadukan gips, alat & bahan serta
 IKGD I prosedur pembuatan klamer C
 IKGD II  Rujukan
 IKGK  Pemeriksaan tanda vital dan penanganan synkop
 IKK
 Pertumbuhan dan Perkembangan OSCE II
 IPM
 IPM  Penegakan Diagnosis, Erythema
 IKGM
Multiforme
 Karies I
 Tumbang  Space Maintainer
 Karies II
 IKGM  KIE epulis gravidarum pd ibu hamil
 Penyakit Periodontal
 Karies I  Prosedur kerja pencegahan karies dini
 Oromaxillofacial I
(fissure sealant)
 Epidemiologi
 Karies II  Restorasi, akhiran preparasi,cara
 Metode Penulisan dan Biostatistika
membentuk retensi dan resistensi, diagnosis
 Pulpa dan Jr. Periapikal
penyakit pulpa
 Oromaxillofacial II
 Penyakit periodontal  prosedur kuretase, SRP
 Gnatologi I
 Oromaxillofacial I  Kontrol infeksi dan
 Stomatognati
pencabutan gigi
 Gnatologi II
 Epidemiologi  Indeks Karies (DMF-T) &
 Gerontologi
promosi kesehatan
 Etika, Hukum, dan Forensik
KETERAMPILAN BELAJAR DAN TEKNOLOGI INFORMASI
IKD I
IKD II
IKGD I
IKGD II
IKGK
IKK
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

METODOLOGI ANALISA RUANG GIGI BERCAMPUR


Oleh: drg. Nurhaedah H. Galib B., Sp.KGA_Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak (IKGA) FKG UNHAS 2014

Tujuan dari Analisa gigi bercampur yaitu menaksirkan jumlah ruang yang tersedia pada rahang untuk gigi tetap pengganti &
keperluan penyesuaian oklusal

Dikenal 2 Istilah, yaitu:


 Available Space : Ruang yang tersedia untuk gigi c,m1,m2 yang diukur mulai dari distal I1 sp ke mesial M1 setelah gigi
diatur dalam lengkung normal
 Leeway space : selisih dari hasil pengukuran cm1,m2 pada model dengan hasil perkiraan dari jumlah gigi C,P1,P2 yang
didapat dari tabel moyers untuk metode moyers

Ada beberapa macam metode :


 Metode Moyers
Tujuan penggunaan sistemanalisa ini :
1. Meramalkan kemungkinan teraturnya gigi permanen pada ruang yang ada
2. Meramalkan derajat kemungkinan yang besar jumlah ruang dalam mm yang dibutuhkan untuk beri jarak mencapai
keteraturan gigi yang tepat
Menurut Moyer’s
LWS = RA = 1,3 mm
RB = 3,1 mm
Prosedur kerja pada RB:
1. Ukur lebar mesio distal/lengkung terbesar dari tiap gigi permanen insicivus RB,kemudian jumlah keseluruhannya
2. Tentukan besar ruang yang diperlukan untuk pengeturan ruang insicivus RB yang tepat. Bila terdapat gigi yang
berdesakan, caranya dengan mengatur alat pengukur sampai yang sama dengan jumlah lebar gigi I¹ dan I².
tempatkanlah salah satu ujung dari alat ukur pada garis median dan biarkan ujung yang satunya membuat tanda pada
sisi gigi caninus didekatnya. Titik ini menunjukkan tempat permukaan distal dari gigi I² RB dalam keadaan keteraturan
yang baik ulang pada bagian sisi yang lain
3. Ukur ruang yang ada pada tiap lengkung pada tiap lengkung gigi untuk 3 4 5 RB. Ukur dari tanda goresan sampai
kepermukaan mesial gigi M¹RB
4. Gunakan daftar probabilitas untuk RB dan jumlah total lebar gigi incisivus, lihat pada bagian atas daftar sampai
didapat ukuran yang tepat kemudian lihat kolom dibawah ukuran untuk mengetahui berapa banyak ruang yang
dibutuhkan untuk gigi 3 4 5 RB prosentasi yang sering digunakan yaitu 75%
Contoh :
 Jumlah lebar 21+12=23
 Pada daftar RB dengan prosentase 75% didapat ukuran 22,2mm (merupakan ruang yang dibutuhkan untuk 3 4 5
untuk dapat bererupsi tanpa berdesakan)

Diagram dari contoh :


∑21+23=23 mm

75% 22,2mm
Prosedur kerja pada RA :
Prosedur yang digunakan sama dengan prosedur pada RB dengan dua pengecualian :
1. Gunakan daftar probabilitas RA untuk memperkirakan ruang yang dibutuhkan oleh 3 4 5 RA untuk bererupsi
2. Harus dibuat sedikit kelonggaran (maksudnya ada ruang ) untuk overjet hal ini berarti ada sejumlah kecil
penambahan ruang yang dibutuhkan pada regio anterior RA
 Metode Nance
Dengan rontgen foto yang diukur secara vertikal
Ukur jarak c, m¹, m² sulung dengan jarak gigi pengganti yang ada dalam rontgen foto contoh jarak c, m¹, m² sulung RA =17
mm, c, P¹, P² =19 mm
Luas gigi pengganti yang akan erupsi tidak akan mendapat tempat yang cukup. Artinya gigi menjadi berjejal
 Metode Huckaba
Untuk mengkompensasi karena pembesaran bayangan gigi yang nampak pada x-ray film
Rumus untuk menentukan ukuran mahkota gigi permanen yang belum erupsi dengan Rontgen foto
X=Y atau X=X’y
x’ y’ y’
 Metode Johnson & Tanaka
Menganalisa lebar lengkung gigi
Merupakan variasi metode moyer’s
Prosedur : 1. Ukur jumlah metodistal 4 incisivus RB
Hasilnya dibagi 2
Available Space RB→
hasilnya ditambah 10,5 mm
Available space RA →
hasilnya ditambah 11 mm

Prosedur :# Jumlah mesiodistal 4 incisivus RB=22


# Dibagi 2 → 11,5
# Available space = 11,5+10,5 =22 mm
Bandingkan dengan 22,2 (Tabel Moyer’s)
# Available space RA = 11,5+11=22,5 mm
Bandingkan dengan 22,6 (tabel Moyer’s)
IPM
IKGM
KARIES I

Prosedur TAF
Alat :
- Alat OD (mirror, pinset)
- Brush
- Handpiece
Bahan :
- Pumice
- Air
- Disclosing solution
- Cotton pellet & cotton roll
- Handscoen & masker
Prosedur :
- Siapkan Alat dan Bahan
- Dokter menggunakan jas kerja dan menggunakan masker
- Dokter menyapa pasien (menyebut nama pasien) dan mempersilahkan pasien duduk di dental unit
- Dokter melakukan handwash dan menggunakan handscoen
- Dokter memberikan penjelasan kepada pasien
- Dokter melakukan tindakan profilkasis untuk membersihkan permukaan gigi, antara lain:
 Aplikasi disclosing solution untuk melihat plak
 Aplikasi pumice dan brush
- Bilas dengan air dan keringkan selama 10-15 detik
- Isolasi daerah kerja menggunakan cotton roll
- Aplikasi NaF 2% pada gigi menggunakan cotton pellet selama 3-5 menit
- Aplikasi fluoride dimulai dari servikal ke insisal, mesiolingual ke distobukal, lalu ke insisal.
- Biarkan 5 menit (sesuai aturan pabrik)
- Instruksikan agar pasien tidak minum dan makan, 2-3 jam kedepan
Prosedur Pit dan Fissure Sealant
Alat :
- Alat OD (mirror, pinset)
- Brush
- Handpiece
Bahan :
- Pumice
- Air
- Disclosing solution
- Cotton pellet & cotton roll
- Handscoen & masker
- Etsa asam
- Sealant
- Articulating paper
Prosedur :
- Siapkan Alat dan Bahan
- Dokter menggunakan jas kerja dan menggunakan masker
- Dokter menyapa pasien (menyebut nama pasien) dan mempersilahkan pasien duduk di dental unit
- Dokter melakukan handwash dan menggunakan handscoen
- Dokter memberikan penjelasan kepada pasien
- Dokter melakukan tindakan profilkasis untuk membersihkan permukaan gigi, antara lain:
 Aplikasi disclosing solution untuk melihat plak
 Aplikasi pumice dan brush
- Bilas dengan air dan keringkan selama 10-15 detik
- Isolasi daerah kerja menggunakan cotton roll
- Aplikasi Etsa asam selama 60 detik, lalu bilas dengan air dan keringkan 10-15 detik
- Aplikasi sealant pada permukaan fissure. Diamkan beberapa detik agar sealant mengalir ke dasar fissure, kemudian
lakukan light cure selama 20 detik
- Periksa fissure sealant. Cek oklusi dengan menggunakan articulating paper. Jika terdapat kelebihan sealant, buang
sealant menggunakan scaler, kuret ataupun bur.
Prosedur ART
Alat :
- Alat OD (mirror, pinset, ekskavator)
- Glass lab
- Agate spatel
Bahan :
- Cotton bud
- Cotton roll
- Handscoen & masker
- Liquid dan powder GIC  1 : 1
- Dentin konditioner
- Articulating paper
Prosedur :
- Siapkan Alat dan Bahan
- Dokter menggunakan jas kerja dan menggunakan masker
- Dokter menyapa pasien (menyebut nama pasien) dan mempersilahkan pasien duduk di dental unit dan instruksikan
pasien untuk menyikat gigi sebelumnya
- Dokter melakukan handwash dan menggunakan handscoen
- Dokter memberikan penjelasan kepada pasien
- Jika kondisi rongga mulut pasien telah bersih, lakukan preparasi kavitas secara manual menggunakan ekskavator
hingga semua jaringan lunak pada kavitas bersih, lalu bilas dengan air dan keringkan
- Beri dentin conditioner lalu bersihkan menggunakan kapas
- Aduk dan homogenkan liquid dan powder GIC dengan rasio 1 : 1 pd kertas di atas glass lab.
- Isolasi daerah kerja menggunakan cotton roll
- Sterilkan kavitas dengan alcohol
- Aplikasi GIC pada kavitas menggunakan instrument plastis
- Tekan bahan restorasi menggunakan jari atau seluloid strip
- Kemudian cek oklusi menggunakan articulating paper
- Pasien dianjurkan tidak makan selama 30 menit.
KARIES II

Klasifikasi karies menurut ICDAS: (Berdasarkan status keparahan karies dengan skala)
0 : Tidak ada tanda – tanda karies, meski dikeringkan.
1 : Perubahan awal secara visual pada enamel. Terlihat tanda terjadinya demineralisasi.
2 : Perubahan secara visual pada enamel yang sangat jelas, meski dalam keadaan basah.
3 : Terjadi kerusakan pada enamel, tapi belum terlihat bayangan dentin.
4 : Tampak bayangan gelap dari dentin.
5 : Kavitas terlihat jelas dengan dentin yang sudah terlihat.
6 : Kavitas meluas dengan dentin yang sudah terlihat.
Klasifikasi karies menurut Graham Mount
1. Lesi karies berdasarkan letaknya dibedakan menjadi :
a. Site 1 : pit, fissure, dan permukaan enamel pada bagian oklusal gigi posterior/permukaan halus lainnya;
b. Site 2 : enamel pada bagian aproksimal. Dalam hal ini area yang berkontak;
c. Site 3 : bagian servikal sepertiga mahkota gigi/yang disertai resesi gingival, akar yang terbuka.
2. Lesi karies dibedakan menjadi 4 ukuran, yaitu:
a. Size 1 : sedikit melibatkan dentin yang mampu memperbaiki diri dengan remineralisasi itu sendiri;
b. Size 2 : melibatkan dentin cukup banyak. Biasanya pada lesi ini diperlukan preparasi kavitas pada enamel dan
didukung oleh dentin
dengan cukup baik dan masih mampu menahan beban oklusi yang normal. Struktur gigi yang tersisa cukup
kuat untuk
mendukung restorasi;
c. Size 3 : lesi sudah cukup besar. Struktur gigi yang tersisa cukup lemah. Karies sudah melibatkan cusp/permukan
insisal/sudah tidak
mampu menahan beban oklusi. Biasanya kavitas perlu diperbesar sehingga restorasi dapat dibuat untuk
mendukung struktur
gigi yang tersisa;
d. Size 4 : karies yang luas/hilangnya beberapa struktur gigi.

Prinsip dasar preparasi


Preparasi tahap awal (Initial tooth preparation stage)
1. Pembentukan outline dan kedalamannya (outline form and initial depth)
Outline form adalah batas terluar antar jaringan karies dan jaringan sehat, termasuk didalamnya tempat permulaan
yang terkena karies, cusp diikut sertakan dalam outlineform dan jangan sampai ada dinding email yang terlalu tipis.
2. Pembentukan resistensi primer (Primary Resistance form)
Membuat bentuk sedemikian rupa sehingga dapat tahan terhadap tekanan kunyah dengan menggunakan fisur bur. Ada
tiga macam bentuk resistance, yaitu:
a. Preparasi box, untuk tumpatan amalgam (amalgam akan melekat pada dinding kavitas karena ada ekspansi).
b. Preparasi undercut, untuk tumpatan silikat.
c. Preparasi dove tail, bukan untuk amalgam maupun silikat.
3. Pembentukan retensi primer (Primary Retention form)
Membuat pegangan/retensi untuk tumpatan supaya tidak mudah lepas dengan menggunakan inverted cone bur.
4. Convenience form
Membentuk kavitas sehingga bahan restorasi mudah di insersi.
Preparasi tahap akhir (Final tooth preparation stage)
5. Pembuangan sisa dentin yang terinfeksi karies dan sisa bahan restorasi, jika diindikasikan mengambil jaringan karies yang
masih ketinggalan menggunakan bor bundar.
6. Proteksi pulpa, jika diindikasikan
7. Pembentukan resistensi dan retensi sekunder
8. Prosedur finishing external wall
9. Prosedur akhir: cleaning, inspecting, sealing
PENYAKIT PERIODONTAL
OROMAXILLOFACIAL I

Prosedur Anestesi & Ekstraksi Gigi


 Memakai Jas Dokter dan masker
 Dokter menyapa pasien dan memperkenalkan diri
 Mempersiapkan Armamentarium
o Alat OD: mirror 2, ekskavator, sonde, pinset
o Bahan :
 Scrubbing up dan gloving
o Hand wash :
 Ambil sabun dengan punggung tangan atau tepi tangan
 Langkah 1: Menggosok sabun pada telapak tangan
 Langkah 2: Menggosok sabun pada punggung tangan
 Langkah 3: Menggosok sabun pada sela-sela jari
 Langkah 4: Mengsosok sabun pada buku-buku jari
 Langkah 5: Menggosok sabun pada ibu jari
 Langkah 6: Menggosok sabun pada kuku-kuku jari
 Langkah 7: Menggosok sabun pada pergelangan tangan
 Cuci dengan air mengalir
o Hand scrub :
 Ambil sabun dengan menggunakan siku
 Langkah 1: gosok ujung jari pada telapak yang memiliki sabun
 Langkah 2: gosok sabun pada bagian telapak tangan dan punggung tangan
 Langkah 3: Lanjutkan gosok sabun dari perhgelangan tangan hingga ke siku yang tadi digunakan untuk
mengambil sabun
 Lakukan langkah yang sama untuk gigi sebelahnya.
 Lalu dilanjutkan dengan Hand wash (tanpa langkah ke-6 handwash)
 Lalu cuci tangan pada air mengalir dari ujung tangan (mengenai telapakn tangan dan punggung tangan,
hingga ke siku agar air mengalir ke daerah siku, bukan di daerah tangan yang telah dibersihkan tadi.
o Hand rub :
 Ambil alkohol / cairan desinfeksi dengan punggung tangan atau tepi tangan
 Langkah 1: Menggosok pada telapak tangan
 Langkah 2: Menggosok pada punggung tangan
 Langkah 3: Menggosok pada sela-sela jari
 Langkah 4: Mengsosok pada buku-buku jari
 Langkah 5: Menggosok pada ibu jari
 Langkah 6: Menggosok pada kuku-kuku jari
 Langkah 7: Menggosok pada pergelangan tangan

 Anamnesis, pemeriksaan klinis (intra & ekstra oral)


o Anamnesis (ID, Keluhan utama, present illness, medical history, dental history, family histrory, allergy)
o Ekstraoral (Simetris wajah/pipi, warna kulit dan bibir, TMJ)
o Intraoral (Gigi, jr. periodontal, vestibulum, Palatum durum & molle, dasar mulut, mukosa gingiva & buccal, dasar
mulut)

 Diagnosis dan menentukan rencana perawatan


 Dokter menentukan jenis anestesi yang harus dilakukan
 Mempersiapkan armamentarium untuk anestesi
o Alat : Spoit 3 cc + niddle 25/27 gauge, cito jet, tray sekat atau nirbeken, alat OD,
o bahan : cotton pellet, antiseptik (povidone iodine), ampul berisi pehacain/lidocain/anestetikum lainnya
sebanyak 2cc.

*ampul di hentakkan untuk menghilangkan udara yang terperangkap dalam anestetikum, lalu ampul di patahkan
kepalanya, dan anestetikum diambil dengan menggukan spoit.

 Mengatur posisi duduk pasien, dan posisi kepala serta permk. Oklusal
 Dokter mengambil posisi untuk melakukan anestesi
 Dokter mengeringkan mukosa daerah anestesi
 Desinfeksi pada daerah anestesi dg antiseptik
 Meraba dan memperjelas daerah anestesi dan nervus yang akan dianestesi
 Insersi disposible syringe (arah , sudut, kedalamannya, serta arah bevel)
 Lakukan aspirasi sebelum injeksi anestetikum
 Jumlah anestetikum yang diinjeksikan dan waktu injeksi
 Mencabut jarum dengan perlahan
 Evaluasi pasca anestesi (mukosa berwarna keputih-putihan, )pasien merasa kebal
 Evaluasi komplikasi pasca anestesi
 Jika anestesi telah bekerja, persiapkan armamentarium untuk ekstraksi gigi
o alat : extraction forceps, alat OD, desmotom, bein (lurus/bengkok), cryer
o bahan : antiseptik (povidon iodine), cotton pellet, tampon
 Mengatur posisi duduk pasien, dan posisi kepala serta permk. Oklusal
 Dokter mengambil posisi untuk melakukan ekstraksi
 Posisi memegang desmotom atau elevator
 Posisi fiksasi saat membuka perlekantan
 Melakukan pembukaan perlekatan akar gigi dari jaringan lunak dengan desmotom (arah membuka perlekatan)
 Melakukan pembukaan perlekatan akar gigi dari jaringan gingiva selanjutnya dengan bein
 Posisi tangan memegang tang
 Posisi fiksasi gigi yang akan di ekstraksi
 Posisi tang pada gigi
 Arah luksasi saat ekstraksi
 Penempatan gigi yang telah tercabut
 Bersihkan area ekstraksi
 Pemberian obat (analgesik, antibiotik, anti inflamasi)
 Instruksi pasien setelah ekstraksi
o Menggigit tampon 30-45 menit
o Jgn memainkan bekas luka dan jangan sering meludah
o hindari makan/minum tg pedss, panas dan keras
o hindari merokok dan minum minuman beralkohol
o meminum obat yang diresepkan
o kompres dengan air dingin
o berkumur dengan air garam hangat
EPIDEMIOLOGI
METODE PENULISAN DAN BIOSTATISTIKA
PULPA DAN JR. PERIAPIKAL
OROMAXILLOFACIAL II
GNATOLOGI I

Syarat cetakan yg baik


1. Harus meliputi tanda-tanda anatomis RA : gigi geligi, frenulum (labialis, bukalis), vestibulum (labialis, bukalis), papila
insisivus, rugae palatina, fovea palatina, hamular notch, tuberositas maksilaris, palatum RB : gigi geligi, frenulum (labialis,
bukalis), vestibulum (labialis, bukalis), retromolar pad, mylohyoid ridge
2. Harus memenuhi faktor fisik sbb:
a. tepi cetakan bulat
b. permukaan cetakan tidak boleh ada gelembung udara, robek, dan ada lipatan
c. bag sendok cetak tidak boleh terlihat
d. bila ada tambahan malam, bahan tersebut tidak boleh terlihat

Prosedur Pencetakan
Alat :
- Diagnostik set (kaca mulut 2, nier beken 1, tempat kapas kecil 1, tampon)
- Handuk kecil putih, celemek (clispasuble)
- Pengalas meja putih
- Sendok cetak (1 buah)
- Rubber bowl + spatel
- Gelas Takar
Bahan :
- Alginat
- Air
- Handmask
Prosedur :
Pencetakan Rahang Atas
- Siapkan alat dan bahan
- Dokter menggunakan jas kerja dan menggunakan masker
- Dokter menyapa pasien (menyebut nama pasien) dan mempersilahkan pasien duduk di dental unit
- Dokter melakukan handwash dan menggunakan handscoen
- Dokter memberikan penjelasan kepada pasien mengenai prosedur pencetakan. Pasien diinstruksikan untuk bernapas
melalui hidung, tidak melalui mulut.
- Dokter mengatur posisi pasien. Untuk pencetakan RA, pasien diinstruksi untuk menundukkan kepalanya
- Selanjutnya, dokter memilih sendok cetak dan mencobakan sendok cetak pada pasien
- Dokter meminta asistennya untuk mencampur bahan cetak dengan rasio alginate:air yaitu 2:1 untuk RA, namun hal ini
disesuaikan dengan aturan pabrik. Bahan cetak diaduk hingga homogen
- Sebelum bahan cetak setting, dengan menggunakan spatel, isi sendok cetak dengan bahan cetak. Caranya spatel yang terisi
bahan cetak digeserkan pada tepi sayap bukal, labial dan posterior sendok cetak.
- Dengan mengunakan jari telunjuk yang telah dibasahi, permukaan bahan cetak pada sendok cetak dirapikan dan dihaluskan.
- Bila perlu ambil sedikit bahan cetak yang telah diaduk dengan telunjuk, kemudian isi daerah undercut rahang (umumnya di
daerah tuber maksilaris) atau pada daerah palatum yang dalam.
- Dokter mengambil posisi untuk melakukan pencetakan. Untuk RA, posisi dokter di belakang pasien. Dengan menggunakan
mirror mulut pasien diretraksi, sendok bagian kiri dimasukkan terlebih dahulu sambil diputar ke arah sisi kanan.
- Sendok cetak dimasukkan seluruhnya sehingga tepi posterior sendok cetak menutupi tuber maksilaris. Perhatikan garis
tengah pegangan sendok harus berimpit dengan midline wajah.
- Angkat bibir atas penderita, kemudian tekan sendok cetak dengan menggunakan jari telunjuk dan jari manis tangan kanan
mulai dari arah posterior lalu mengarah ke anterior sehingga seluruh bagian rahang tertutup oleh sendok cetak.
- Periksa cetakan dengan menggunakan mirror
- Sendok cetak kemudian difiksasi dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan operator. Fiksasi
dilakukan selama kira-kira 2-3 menit.
- Keluarkan sendok cetak apabila bahan cetak sudah setting..
- Kemudian bersihkan sendok cetak di bawah air mengalir, lalu periksa daerah yang tercetak
- Sematkan tissue yang telah dibasahi di dalam sendok cetak.
- Dokter mempersilahkan pasien pulang

Pencetakan Rahang Atas


- Siapkan alat dan bahan
- Dokter menggunakan jas kerja dan menggunakan masker
- Dokter menyapa pasien (menyebut nama pasien) dan mempersilahkan pasien duduk di dental unit
- Dokter melakukan handwash dan menggunakan handscoen
- Dokter memberikan penjelasan kepada pasien mengenai prosedur pencetakan. Pasien diinstruksikan untuk bernapas
melalui hidung, tidak melalui mulut.
- Dokter mengatur posisi pasien. Untuk pencetakan RB, permukaan oklusal gigi RB pasien sejajar dengan garis horizontal dan
posisi tubuh pasien tegak
- Selanjutnya, dokter memilih sendok cetak dan mencobakan sendok cetak pada pasien
- Dokter meminta asistennya untuk mencampur bahan cetak dengan rasio alginate:air yaitu 1:1 untuk RB, namun hal ini
disesuaikan dengan aturan pabrik. Bahan cetak diaduk hingga homogen
- Sebelum bahan cetak setting, dengan menggunakan spatel, isi sendok cetak dengan bahan cetak. Caranya spatel yang terisi
bahan cetak digeserkan pada tepi sayap bukal, labial dan posterior sendok cetak.
- Dengan mengunakan jari telunjuk yang telah dibasahi, permukaan bahan cetak pada sendok cetak dirapikan dan dihaluskan.
- Bila perlu ambil sedikit bahan cetak yang telah diaduk dengan telunjuk, kemudian isi daerah undercut rahang (umumnya di
daerah tuber maksilaris) atau pada daerah palatum yang dalam.
- Dokter mengambil posisi untuk melakukan pencetakan. Untuk RB, posisi dokter di depan pasien. Dengan menggunakan
mirror mulut pasien diretraksi, sendok bagian kiri dimasukkan terlebih dahulu sambil diputar ke arah sisi kanan.
- Sendok cetak dimasukkan seluruhnya sehingga tepi posterior sendok cetak menutupi tuber maksilaris. Perhatikan garis
tengah pegangan sendok harus berimpit dengan midline wajah
- Angkat bibir atas penderita, kemudian tekan sendok cetak dengan menggunakan jari telunjuk dan jari manis tangan kanan
mulai dari arah posterior kiri lalu ke anterior dan ke posterior kanan
- Periksa cetakan dengan menggunakan mirror
- Sendok cetak kemudian difiksasi dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan operator. Fiksasi
dilakukan selama kira-kira 2-3 menit.
- Keluarkan sendok cetak apabila bahan cetak sudah setting.
- Kemudian bersihkan sendok cetak di bawah air mengalir, lalu periksa daerah yang tercetak
- Sematkan tissue yang telah dibasahi di dalam sendok cetak.
- Dokter mempersilahkan pasien pulang

Prosedur Border Molding


Alat :
- Diagnostik set (kaca mulut 2, nier beken 1, tempat kapas kecil 1, tampon)
- Handuk kecil putih, celemek (clispasuble)
- Sendok individuil
- Gunting
- Lecron
- Glass plate+Semen spatel
- Bunsen+spiritus
- Pensil anilin
Bahan :
- Green stik
- Vaselin
- Air hangat
- Bahan cetak elastomer
- Handmask
Prosedur :
Prosedur Kerja Border Molding RA
- Siapkan alat dan bahan
- Dokter menggunakan jas kerja dan menggunakan masker
- Dokter menyapa pasien (menyebut nama pasien) dan mempersilahkan pasien duduk di dental unit
- Dokter melakukan handwash dan menggunakan handscoen
- Dokter memberikan penjelasan kepada pasien
- Dokter mengatur posisi pasien
- Dokter mencobakan sendok cetak individuil dan memastikan adanya jarak antar tepi sendok cetak dengan dasar vestibulum
- Green stick dilunakkan dengan dipanaskan diatas lampu spiritus ditambahkan sedikit demi sedikit pada bagian tepi luar
sendok cetak individuil kemudian didinginkan sedikit dengan cara temper (rendam dalam air hangat), beri vaselin lalu
masukkan ke dalam mulut pasien dan pembentukan tepi di daerah anterior dilakukan dengan :
 Angkat dan tarik bibir atas ke luar, ke bawah dan ke dalam
 Minta pasien mengisap bibirnya,
 Daerah frenulum labialis harus tercetak baik
 Lakukan muscle trimming
- Pembentukan tepi sayap di daerah disto bukal dan frenulum bukalis dilakukan dengan cara sbb:
 Beri green stick pada daerah cekungan hamular sendok cetak individual,
 Pemberian green stick dan pembentukan tepi sayap disto bukal dilakukan secara bertahap dari satu sisi ke sisi yang lain
 Bentuk melalui kedua hamular di belakang daerah tuber maksilaris
 Masukkan sendok cetak yang telah diberi green stick dalam mulut
 Tarik pipi ke luar, ke bawah, dan ke dalam
 Lakukan muscle trimming
- Tepi sayap bukal di sebelah posterior palatal (Post Dam) dibentuk dengan
 Temper Green stick, kemudian panaskan dengan lampu spirtus, temper kembali sedikit kemudian masukkan ke dalam
mulut sambil ditekan.
 Pada bagian posterior palatal diberikan tanda dengan pensil anilin
 Bahan yang ditambahkan akan menyebar ke kiri kanan garis getar dan membentuk suatu tanggul sepanjang tepi distal
cetakan yang digunakan untuk pembentukan Post-Dam
 Sambil menahan sendok cetak rapat pada palatum, pasien diminta buka mulut selebar-lebarnya dan ucapkan ”Ah” yang
panjang
- Dokter memeriksa hasil cetakan

Prosedur Kerja Border Molding RB


- Siapkan alat dan bahan
- Dokter menggunakan jas kerja dan menggunakan masker
- Dokter menyapa pasien (menyebut nama pasien) dan mempersilahkan pasien duduk di dental unit
- Dokter melakukan handwash dan menggunakan handscoen
- Dokter memberikan penjelasan kepada pasien
- Dokter mengatur posisi pasien
- Dokter mencobakan sendok cetak individuil dan memastikan adanya jarak antar tepi sendok cetak dengan dasar vestibulum
- Waxgreen stick ditambahkan bertahap pada bagian-bagian tepi luar sendok cetak, mulai dari sayap labial, kemudian sayap
bukal, dan terakhir sayap lingual.
 Pembentukan tepi untuk sayap labial dilakukan saat bibir bawah diangkat ke luar, ke atas dan ke dalam dan meminta
pasien mengisap mulutnya, lalu lakukan muscle trimming
 Di daerah frenulum bukal pipi diangkat ke luar, ke atas, ke dalam, ke belakang dan ke depan untuk menirukan
gerakan frenulum bukal dan meminta pasien mengisap pipinya, lalu lakukan muscle trimming
 Di posterior, tepi sayap bukal dibentuk ketika pipi digerakkan ke luar, ke atas dan ke dalam dan meminta pasien
membuka mulut selebar-lebarnya
- Border molding dilakukan juga pada daerah retromolar pad dan daerah sayap bukal (Buccal Shelf) untuk mendapatkan
cetakan support dan retensi maksimal. Makin besar sayap ke vestibulum makin besar dukungan
- Pembentukan tepi sayap lingual dilakukan dengan meneteskan wax green stick di tepi sayap lingual
 Teteskan green stick di bagian tepi luar sayap lingual bagian anterior (dari premolar kiri ke premolar kanan) sampai
selebar 1-2 mm. Kemudian beri vaselin dan masukkan sendok cetak ke dalam mulut dan pasien diminta untuk
menekankan lidahnya kuat-kuat pada bagian anterior palatum. Aktivitas ini menyebabkan dasar lidah melebar dan
membentuk lekukan pada bagian anterior sayap lingual.
 Green stick ditambahkan pada tepi ligual di kedua sisi sendok cetak di daerah molar. Panaskan dan kemudian temper
kembali green stick yang sudah diteteskan beri vaselin, lalu masukkan sendok cetak ke dalam mulut pasien, dan pasien
diminta untuk menjulurkan lidahnya kedepan. Hasil moulding green stick harus terlihat halus dan mengkilap.
 Selain itu green stick di tepi sayap lingual pada kedua sisi di daerah molar juga dapat memperpanjang sayap lingual yang
kurang panjang dengan cara yang sama.
- Ujung distal dari sayap lingual harus meluas sampai kira-kira 1 cm di sebelah distal ujung krista milohioid.
 Teteskan Greenstick di ujung distal sayap, panaskan, dan masukkan sendok cetak ke dalam mulut, lalu. Pasien diminta
menjulurkan lidahnya, dan diminta untuk menutup mulut saat sendok cetak ditekan ke bawah. Kontraksi yang
dihasilkan oleh otot, dapat membatasi ruangan yang tersedia bagi tepi cetakan di daerah fossa retromilohioid.
 Green stick yang membentuk bagian posterior fossa retromilohioid dipanaskan, dan pasien diminta untuk membuka
mulutnya lebar-lebar. Jika berlebih, sendok cetak diperbaiki seperlunya
- Dokter memeriksa hasil cetakan
- Dokter mempersilahkan pasien pulang
STOMATOGNATI

TITIK-TITIK REFERENSI
 Sella Turcica (S). Titik tengah fossa hipophysa. Titik ini berada didaerah ovoid tulang sphenoid yg mengandung glandula pituitary.
 Nasion (N). Sutura nasofrontal atau penghubung tulang frontal dan tulang nasal. Jika sutura ini tdk terlihat, mk titik ini dpt ditempatkan pada cekungan
terdalam dr kedua tulang tersebut.
 Menton (Me). Titik paling inferior pada simphysis mandibula.
 Porion (Po). Titik paling superior dr tulang meatus auditorius externa.
 Orbitale (Or). Titik terendah pd batas externa orbita. Pada cephalogram antero-posterior titik ini dpt teridentifikasi, sdgkn pada cephalogram lateral garis
luarnya melewati batas orbita.
 Incisor Superius (Is). Ujung incisal paling anterior incisivus sentral maxilla.
 Porion (Po). Titik paling superior dr tulang meatus auditorius externa.
 Orbitale (Or). Titik terendah pd batas externa orbita. Pada cephalogram antero-posterior titik ini dpt teridentifikasi, sdgkn pada cephalogram lateral garis
luarnya melewati batas orbita.
 Incisor Superius (Is). Ujung incisal paling anterior incisivus sentral maxilla.
 Incisor Inferius (Ii). Ujung incisal paling anterior incisivus sentral mandibula.
 A point (A) (Subspinale). Titik terdalam kurvatura anterior maxilla antara Anterior Nasalis Spine (ANS) dan alveolar crest. Walaupun titik A dapat berubah
sejalan dengan perawatan, tpp tetap menggambarkan titik terdepan dari maxilla.
 B point (B) (Supramentale). Titik paling posterior pd kurvatura tulang mandibula dibawah infradentale dan diatas pogonion. Titik B biasanya ditemukan
dekat dgn apeks akar gigi incisivus mandibula dn kadang-kadang tidak jelas slm erupsi gigi. Jika profil dagu tdk cekung, maka titik B tdk dpt ditentukan.
 Articulare (Ar). Perpotongan tiga bayangan radiografi: permukaan inferior basis kranial dan permukaan posterior leher condyl mandibula.
 Gnathion (Gn). Titik paling anterior dan inferior symphisis mandibula. Gnathion juga dapat dibentuk pada titik tengah antara Pogonion dan Menton.
 Anterior Nasal Spine (ANS). Titik paling anterior processus spinosus maxilla, proyeksi kavitas lantai hidung.
 Posterior Nasal Spine (PNS). Titik paling posterior dari tulang palatum. Titik ini biasanya tidak terlihat bahkan dalam film kepala lateral oleh karena titik
ini dibentuk oleh perpotongan lanjutan dinding anterior fossa pterygopalatina dan lantai hidung.
 Gonion (Go). Titik paling posterior dan paling inferior dari sudut mandibula.
 Pogonion (Pg). Titik paling anterior pada symphisis mandibula.
 Basion (Ba). Titik paling posterior dan paling inferior pada bidang sagital rim anterior foramen magnum.
 Bolton (Bo). Titik tertinggi pada kurvatura fossa retrocondyl.
 Pterygomaxillary fissure (PTM). Bentuk taerdrop bilateral dengan daerah radiolusen, dimana dinding posterior dibentuk oleh batas anterior plat
pterygoid tulang sphenoid dan dinding anterior oleh batas posterior maxilla (tuberositas maxila).
 Key Ridge (KR). Titik terendah pada kontur bayangan dinding anterior fossa infratemporal.
 Secara alami, tidak semua landmarks tersebut digunakan rutin dalam analisis cephalometri. Variasi landmarks seperti porion, orbital, gonion, titik bolton.
Basion, spina nasalis anterior dan posterior serta titik A bisa menghasilkan interpretasi yang berbeda dalam kriteria cephalometri dari peneliti ke peneliti.
 Jika sebuah titik sukar terlihat, maka tutupi semua semua film dimana hanya daerah yang sukar terlihat saya yang diterangi sinar. Jika cara ini gagal, maka
cobalah untuk menggunakan lampu sorot yang terang, tetapi jika masih tetap tidak jelas maka gunakan perkiraan
GNATOLOGI II

GERONTOLOGI

ETIKA, HUKUM, DAN FORENSIK

REFERENSI GARIS SUDUT BIDANG


 Pengukuran linear terbentuk ketika dua titik referensi dihubungkan. Pengukuran sudut dapat terbentuk bila menggunakan tiga titik. Bidang (dan
beberapa garis) dapat dibayangkan dalam melakukan trasing cephalometri karena bidang ini berada di sudut kanan trasing dan dapat dilihat hanya
sebagai garis pada trasing 2-D.
 Sella-Nasion line (SN). Garis ini digambar dari titik Sella dan Nasion. Garis ini dibuat untuk menunjukkan perluasan antero-posterior dari dasar kranial
anterior, dan berlaku sebagai garis pedoman ketika menghubungkan struktur-struktur fasial terhadap dasar kranial.
 Frankfort Horizontal Plane (FHP). Bidang ini dibentuk dengan menghubungkan Porion ke Orbitale. Bidang ini sejajar lantai, dengan pasien menghadap
lurus ke depan. Bidang Frankfort ini digunakan untuk orientasi pasien yang merupakan awal dari analisa cephalometri.
 Palatal Plane (PP). Bidang ini digambar dengan menarik garis yang menghubungkan Spina Nasalis Anterior (ANS) dan Spina Nasalis Posterior (PNS).
Dengan melihat kesejajaran bidang palatal terhadap bidang FH, postur kemiringan rahang atas dapat diukur. Hubungan antara bidang ini ke bidang FH
berguna untuk mengevaluasi perubahan perawatan yang terjadi pada maxilla.
 Occlusal Plane (OP). Bidang oklusal adalah bidang yang memisahkan gigi molar permanen maxilla dan mandibula, dan terus melewati titik kontak antara
gigi incisivus anterior maxilla dan mandibula pada saat oklusi sentrik. Jika gigi incisivus tidak berkontak dengan baik, maka garis akan melewati
pertengahan incisal edge. Idealnya, OP sejajar dengan bidang palatal dan bidang FH.
 Mandibular Plane (MP). Sudut yang dibentuk oleh bidang ini digunakan untuk memperkirakan proporsi vertikal muka bawah bila dihubungkan dengan
SN atau FHP. Bidang mandibula digambar tegak lurus terhadap tepi bawah batas luar symphisis (Me) dan menghubungkan titik paling cekung di
sepanjang tepi bawah ramus mandibula, dan melintas ke arah posterior tegak lurus terhadap tepi bawah mandibula dan terhadap tonjolan sudut Gonion.
Penilaian proprosi vertikal muka bawah dapat diperoleh setelah menghubungkan bidang mandibula dengan Sella Nasion (SN) dan bidang FH.
 Facial Plane (FP). Bidang yang menghubungkan Nasion (N) dengan Pogonion (Pg).
 Facial angle. Sudut ini menunjukkan indikasi hubungan antero-posterior dengan titik paling anterior mandibula.
 Mandibular Plane Angle (MPA). Sudut ini menunjukkan indikasi ketinggian vertikal ramus mandibula.
 Occlusal Plane Angle. Pengukuran ini menunjukkan hubungan angulasi bidang oklusal ke bidang Frankfort Horizontal (FH).

Anda mungkin juga menyukai