TINJAUAN PUSTAKA
dengan tabung berdiameter dalam 3,5 mm. setiap mesocombustor dibuat dari
bahan bakar cair. Kanal sempit ini memiliki kedalaman, lebar, dan panjang, masing-
masing 0,5 mm, 2 mm, dan 5 mm terhubung ke kanal melingkar yang mengelilingi
pembakaran. Ada 5 lubang masuk untuk uap bahan bakar dikanal melingkar.
8
9
sebuah kanal pembakaran berbentuk anulus disepanjang dinding tembaga dan lima
lubang kecil untuk masuk uap bahan bakar kedalam ruang pembakaran. Udara
dialirkan pada mesocombustor tipe A dan tipe B dari arah hulu mesocombustor.
Dalam dua jenis combustor ini, uap dan udara bahan bakar dicampur didalam ruang
pembakaran.
mesocombustor. Akan tetapi, pada tipe C, udara tidak mengalir dari arah hulu
pipa kecil, oleh karena itu bahan bakar dapat dicampur didalam kanal anulus
2.2 Pembakaran
terjadi antara zat pengoksida berupa oksigen dan bahan bakar, dimana dalam proses
kimia. Pelepasan energi panas tersebut menimbulkan cahaya dalam bentuk api.
Reaksi pembakaran terjadi ketika suatu zat mampu bereaksi cepat dengan oksidator
11
dan mendapat suhu yang cukup untuk memulai awal proses pembakaran atau yang
panas, panas tersebut akan mengaktifkan molekul penyusun dari bahan bakar,
sehingga pada kulit terluar molekul bahan bakar akan melepas elektron dan
kimia pembakaran dibagi menjadi tiga yaitu bahan bakar, oksigen dan energi
berpengaruh pada bagaimana reaksi tersebut terjadi, reaksi kimia yang terjadi pada
Kandungan udara bebas tidak hanya oksigen saja, melainkan banyak gas lainnya
yang terkandung didalam udara bebas tersebut. Pada umumnya komposisi udara
bebas yang kering dan bersih terdiri dari berbagai gas sebagai berikut.
persentasenya kecil, maka dapat diasumsikan udara hanya terdiri dari 79% Nitrogen
(N2) dan 21% Oksigen (O2). Sehingga untuk penggunaan setiap 1 mol O2 yang
79
mencakup penggunaan ( ) = 3.76 molar N2.
21
13
bercampur pada komposisi yang tepat untuk bereaksi secara menyeluruh. Pada
dan H pada hidrokarbon berikatan semuanya dengan O2 menjadi CO2 dan H2O.
gas pembuangan seperti Nitrogen Oksida (NOx) atau Karbon Monoksida (CO).
Nitrogen Dioksida (NO2) terbentuk karena kelebihan oksigen dalam reaksi burning
sehingga oksigen (O2) sisa tidak berikatan terhadap atom karbon (C) terikat pada
hanya berikatan dengan satu atom oksigen saja. Pembentukan gas-gas tersebut
polusi udara.
mendifinisikan pencampuran udara dengan bahan bakar. Air Fuel Ratio (AFR)
14
adalah rasio perbandingan antara massa bahan bakar dengan udara yang terjadi pada
suatu rekasi pembakaran. Pada reaksi pembakaran AFR memegang peran penting
dalam menentukan jalannya proses pembakaran tersebut, selain itu AFR juga
berperan dalam pembentukan nyala api dan hasil gas buang dari suatu proses
sebagai berikut.
𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
(𝐴𝐹𝑅)𝑠𝑡𝑜𝑖𝑘𝑖𝑜𝑚𝑒𝑡𝑟𝑖 = (𝑀 ) 2-1
𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟
(Powers, 2014)
Keterangan:
Dengan berdasarkan rumus diatas maka dapat dihitung nilai AFR dari
sebagai berikut:
Diketahui:
𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
(AFR)Stoikiometri = ( )
𝑀𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟
15
1304,16 𝑔𝑟 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
(AFR)Stoikiometri = = 15,1646
8,6 𝑔𝑟 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟
𝑔𝑟 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
AFR = 15,1646 𝑔𝑟 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟
12797,1308 𝑚𝑙 (𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎)
1,5272 ml (heksana) = 1,5272 𝑗𝑎𝑚
merupakan perbandingan antara rasio udara dan bahan bakar stoikiometri terhadap
rasio udara dan bahan bakar aktual untuk proses pembakaran dengan kuantitas
ṁf × (𝐴𝐹𝑅) 𝑠𝑡𝑜𝑖𝑐
Ф= 2-2
ṁa
Keterangan:
= Rasio ekuivalen
campuran bahan bakar dan udara yang terjadi pada reaksi burning. Jenis
pencampuran bahan bakar dan udara dibedakan menjadi tiga bergantung pada nilai
Apabila nilai > 1 maka menandakan terdapat lebih banyak fuel dan
api dapat dipengaruhi oleh adanya perbedaan antara perbandingan campuran bahan
bakar dan udara. Jika diperhatikan pada pengujian bunsen burner pengaruh
pencampuran udara-bahan bakar, nyala api campuran miskin akan akan terlihat
17
berjelaga dan berwarna merah. Sedangkan jika nyala api campuran kaya, akan
membentuk api berwarna biru atau lebih terang. Warna api yang lebih terang
terdapat laju aliran reaktan yang mana dapat mempengaruhi stabilitas nyala api.
Laju aliran tersebut merupakan hasil dari campuran antara bahan bakar dengan
udara yang diinjeksikan pada saluran masuk meso-scale combustor. Laju aliran
𝑄 𝑄1 + 𝑄2 𝑄𝑓 + 𝑄𝑎
U= =( )=( )
𝐴 𝐴 𝐴
(𝑄𝑓(𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟) +𝑄𝑎)
(𝑄𝑓(𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟) +𝑄𝑎) 60
U= = (𝜋 ×𝑟2 )
2-4
(𝜋 × 𝑟 2 )
100
Keterangan:
𝑈 = Kecepatan
𝐴 = Luas penampang (𝐴 = 𝜋𝑟 2 )
a. Pembakaran Sempurna
tidak cukup untuk membakar fuel sehingga menghasilkan suatu zat sisa
pembakaran yang berupa karbon monoksida dan jelaga yang sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia dan lingkungan. Oleh sebab itu zat sisa yang berupa karbon
monoksida harus dihindari, hal tersebut dapat tercapai dengan melakukan optimasi
Pengoksidasi
a. Pembakaran Difusi
Pembakaran pada jenis difusi, bahan bakar akan bercampur dengan uadara
didalam ruang pembakaran, sama halnya dengan proses pembakaran pada mesin
diesel yang dimana bahan bakar diinjeksikan ke dalam ruang pembakaran agar
pembakaran.
19
nyala api yang berwarna biru dan memiliki suhu yang tinggi. Dalam hal ini warna
api menunjukkan tingkat panas dari hasil suatu pembakaran. Kelemahan pada
pembakaran premixed yaitu terjadinya flash back, dimana api akan menjalar ke
dalam ruang kebakaran. Apabila kebakaran terjadi pada api tipe ini, maka akan sulit
b. Pembakaran Premixed
bahan bakar tercampur secara sempurna satu dengan lainnya terlebih dahulu
tinggi dari pembakaran difusi. Hal ini dikarenakan reaktan telah bercampur terlebih
bahan bakar dan udara bisa diatur sampai titik stoikiometrinya. Seperti yang telah
pelepasan energi panas pada reaksi pembakaran. Api dapat terbentuk apabila
energi eksternal untuk mengawali terjadinya reaksi pembakaran. Dalam hal ini
20
terdapat kisaran batas komposisi antara bahan bakar dengan udara agar terbentuk
nyala api.
api bergantung dari sifat bahan bakar dan kecepatan aliran bahan bakar bereaksi
terhadap udara sekitarnya. Visualisasi nyala api ini memiliki batas bawah atau
disebut dengan campuran miskin maupun batas atas atau disebut campuran kaya.
Batas bawah terjadi jika kondisi campuran awal minimal akan terbentuk nyala api
kecil.
Kisaran batas bawah stabilitas nyala api lebih dikenal juga dengan lower
flammability limit, sedangkan batas atas stabilitas nyala api dikenal dengan istilah
upper flammability limit. Melalui kedua parameter ini kita dapat mengetahui sifat
dari suatu reaksi pembakaran, apakah suatu reaksi pembakaran itu memiliki
stabilitas nyala api tingggi atau sebalaiknya. Selain itu dengan mengetahui nilai dari
stabilitas nyala api dapat dipakai untuk mengatur komposisi campuran udara dan
reaksi pembakaran dapat terbentuk nyala api dengan sifat nyala yang berbeda-beda.
a. Flashback
kembali menuju ke dalam tabung pembakaran. Istilah lain dari fenomena ini biasa
b. Lift-off
Lift-off merupakan kondisi dimana batas kestabilan yang dicapai oleh nyala
api pada renggang tertentu dari ruang pembakaran, permukaan mulut tabung
pembakaran tidak tersentuh oleh nyala api. Keadaan nyala api terangkat (lift-off)
disebabkan oleh kecepatan nyala api dan sifat campuran aliran reaktan di dekat
hingga mencapai kecepatan kritis, nyala ujung akan melompat menuju ke posisi
yang jauh dari ujung (mulut) pembakaran dan nyala api menjadi terdorong ke atas.
Keadaan nyala terngkat inilah yang dinamakan dengan lift-off, dan api akan padam
c. Blow-off
Blow-off adalah suatu keadaan dimana nyala api mati disebabkan oleh
pembakaran lebih lambat dibandingkan aliran reaktan, oleh sebab itu keadaan ini
terlebih dahulu sebelum terjadinya reaksi pembakaran. Artinya fase dari bahan
22
bakar cair harus dirubah terlebih dahulu menjadi fase gas atau dengan kata lain
diuapkan. Proses penguapan bahan bakar cair dapat dilakukan dengan dua cara.
sumber panas, cara seperti ini disebut metode liquid film dimana pada dasarnya
membuat fluida pada kondisi selebar dan setipis mungkin sehingga bidang kontak
fluida dengan sumber panas semakin lebar dan transfer panas dapat terjadi dengan
baik dan penguapan lebih cepat terjadi. Sumber panas yang digunakan pada metode
ini biasanya berupa permukaan dinding yang dipanaskan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut adalah ilustrasi metode liquid film secara
sederhana.
Cara yang kedua disebut dengan atomisasi droplet, tujuannya hampir sama
dengan metode liquid film yaitu memperluas bidang kontak permukaan fluida.
permukaan fluida dengan cara membuat fluida pada kondisi terpisah-pisah hingga
ukuran mikro (droplet) dengan demikian luas bidang kontak antara fluida dan
23
lingkungan sebagai sumber panas akan semakin besar, sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk menguapkan bahan bakar akan semakin cepat, karena kalor
kimia C6H14 bentuk rantainya lurus atau sering disebut juga dengan n-heksana.
merujuk pada enam karbon ataom yang terdapat pada heksana, sedangkan akhiran
–ana berasal dari jenis alkana yang merujuk pada ikatan tunggal yang
Pada suhu ruangan heksana berbentuk cair, tidak berwarna dan berbau
seperti bensin. Heksana bersifat flammable atau mudah terbakar sehingga cocok
dijadikan bahan bakar pada meso-scale combustor. Berikut ini adalah karakteristik
dari n-heksana:
24
siklus daya konvensional dan micro power generator yang menggunakan smodul
thermoelectric). Perbedaan dari kedua micro power generator ini terletak pada cara
siklus daya konvensional cara kerjanya mirip dengan turbin gas yaitu dengan
voltaic (TPV) prinsip kerjanya sama dengan cara kerja thermo electric pada
umumnya. Bedanya sumber energy panas pada micro power generator jenis ini
bukan berasal dari sinar matahari melainkan dari proses pembakaran berskala kecil.
dapat dilihat bahwa persamaan dari kedua micropower generator tersebut yaitu
sumber energy panasnya. Dimana sumber energy panas dalam micro power
26
generator berasal dari proses pembakaran skala kecil atau biasa dikenal dengan
istilah Micro atau meso-scale combustor. Micro atau meso-scale combustor adalah
suatu proses pembakaran dalam suatu ruang bakar yang memiliki karakteristik
dimensi relatif mendekati quenching distance atau lebar minimal suatu ruang bakar
agar dapat terjadi proses pembakaran didalamnya. Suatu ruang bakar yang
Maruta, 2011)
scale combustor celah ruang bakarnya memiliki ukuran kurang dari 1 cm.
sedangkan pada meso-scale combustor memiliki ukuran lebih dari 1 cm. adapun
klasifikasi pembakaran skala micro daalah seperti pada tabel dibawah ini. (Maruta,
2011)
combustor. Pembakaran yang stabil pada meso-scale combustor sangat sulit dicapai
volume ratio, S/V), sehingga menyebabkan heat-loss yang terjadi juga semakin
tinggi. Hal tersebut dapat mengakibatkan api menjadi padam karena panas dari hasil
pembakaran selanjutnya.
Sejauh ini bahan bakar yang umum digunakan pada meso-scale combustor
adalah bahan bakar gas, karena gas mudah diatur debit bahan bakarnya serta mudah
tercampur dengan udara. Namun karena sifat tersebut juga yang membuat bahan
bakar gas harus disimpan pada tabung bertekanan sehingga mempersulit proses
penyimpanan dan pengirimannya. Oleh karena itu pada penelitian ini dicoba