Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/281223667

KARAKTERISASI PANAS BUMI DIWAK DAN DEREKAN DAN IDENTIFIKASI


SESAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE AUDIOMAGNETOTELLURIK

Article · June 2015


DOI: 10.14203/risetgeotam2015.v25.131

CITATIONS READS

0 1,143

4 authors, including:

Nugroho Hananto Lina Handayani


Indonesian Institute of Sciences Indonesian Institute of Sciences
67 PUBLICATIONS   664 CITATIONS    31 PUBLICATIONS   17 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Western Pacific Plate Tectonic View project

Tectonic Evolution of Java View project

All content following this page was uploaded by Lina Handayani on 24 February 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISSN 0125-9849, e-ISSN 2354-6638
Ris.Geo.Tam Vol. 25, No.1, Juni 2015 (23 -29)
DOI: 10.14203/risetgeotam2015.v25.131

KARAKTERISASI DAERAH PANAS BUMI DIWAK


DAN DEREKAN BERDASARKAN PENGUKURAN AUDIO-
MAGNETOTELURIK
Characterization of Diwak and Derekan Geothermal Area
Based on Audio-Magnetotelluric Measurement
Elvera Yuanita1), Udi Harmoko1), Nugroho Dwi Hananto2), Lina Handayani2)
1
Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang
2
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

ABSTRAK Survei audio-magnetotelurik purpose of the survey was to locate the heat
dilakukan pada bulan September 2013 di area source, reservoir, and cap rock of the geothermal
panas bumi Diwak dan Derekan dengan tujuan system. Measurements were carried out by
untuk mengidentifikasi sumber panas, reservoir Stratagem with frequency range from 1 HZ to
dan cap rock. Pengukuran dilakukan dengan alat 100 kHz, at 17 stations in 3 lines. The data
Stratagem pada frekuensi 1Hz-100 kHz, di 17 obtained from the field were apparent
titik dalam 3 lintasan. Data yang diperoleh antara resistivities, phase differences, and coherences as
lain adalah resistivitas semu, fase, dan koherensi a function of frequency. The data then were
sebagai fungsi dari frekuensi yang diolah dengan processed using WinGLink software package.
menggunakan perangkat lunak WinGLink. Characterizations of geothermal systems include
Karakterisasi panas bumi meliputi sistem cap the cap rock with a resistivity of 0-10Ωm where
rock dengan nilai resistivitas 0-10 Ωm dimana the area is a zone of conductivity. Then, the
daerah ini merupakan zona konduktivitas. suspected reservoir area has a resistivity value
Selanjutnya daerah reservoar diduga dengan with a range of 50-500 Ωm with a depth of about
memiliki nilai resistivitas dengan rentang 50-500 500 m. The heat source might be in the area of
Ωm dengan kedalaman sekitar 500 m. Sumber resistivity values of more than 500Ωm at a depth
panas yang berada dalam sistem panas bumi of about 1.5 km. Based on the sub surface
nilai ini memiliki resistivitas > 500 Ωm, dengan modeling from 3 lines of measurements, there is a
kedalaman sekitar 1,5 km. Selain itu, dari model possible southwest-northwest fault lineament
ketiga lintasan tersebut dapat ditarik garis that might cause the Diwak and Derekan
struktur sesar yang berarah barat daya-timur laut. manifestation.
Sesar ini dapat merupakan penyebab munculnya
Keywords: Audiomagnetotelluric, geothermal,
manifestasi Diwak dan Derekan.
resistivity, Ungaran,
Kata Kunci: Audiomagnetotelurik, resistivitas,
panas bumi, Ungaran.
PENDAHULUAN
ABSTRACT An Audio-Magnetotellurics (AMT)
survey was carried out in September 2013, in the Area panas bumi Diwak dan Derekan merupakan
Diwak and Derekan geothermal fields. The salah satu bagian dari manifestasi panasbumi di
daerah pegunungan Ungaran. Beberapa
Naskah masuk : 27 Januari 2015
manifestasi yang muncul di daerah ini antara lain
Naskah direvisi : 26 Mei 2015 fumarole di daerah Gedongsongo, mata air panas
Naskah diterima : 3 Juni 2015 di daerah Banaran, Kaliulo, dan Nglimut
(Wahyudi, 2006; Budiardjo et al., 1997). Adanya
Elvera Yuanita manifestasi panasbumi tersebut menunjukkan
Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, bahwa lokasi ini sesuai untuk penyelidikan
Universitas Diponegoro, Semarang eksplorasi panasbumi selanjutnya.
E-mail:elverageophysics@gmail.com

©2015 Pusat Penelitian Geoteknologi 23


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Yuanita et. al / Karakterisasi Daerah Panasbumi Diwak dan Derekan Berdasarkan Pengukuran Audiomagnetotellurik

Salah satu metode geofisika yang dapat keberadaan sumber panas (heat source),
digunakan dalam peran awal eksplorasi panas reservoir dan fluida (Hochstein et al., 1996).
bumi seperti pada penelitian ini adalah metode
Pada dasarnya sistem panas bumi memiliki
AMT (Audiomagnetotelluric). Rasio frekuensi
beberapa komponen yaitu:
elektromagnetik yang diperoleh dengan
a. Sumber panas (heat source), berupa magma
bentangan frekuensi rendah dapat memberikan
atau batuan beku yang masih memiliki energi
informasi bawah permukaan dalam (Panjaitan,
panas. Magma tersebut menghantarkan panas
2010). Dengan metode ini, parameter yang
secara konduksi maupun secara konveksi.
digunakan untuk mengamati atau mencari sumber
b. Batuan reservoir, batuan ini memiliki sifat
energi panas adalah harga resistivitas batuan
permeable yang menimbulkan terjadinya
sebagai fungsi frekuensi atau kedalaman, yang
aliran fluida
ditandai dengan harga yang semakin rendah
c. Batuan penutup (cap rock) yang memiliki sifat
untuk batuan yang suhunya makin tinggi
permeable sehingga memungkinkan terjadinya
(Hochstein et al., 1996). Metode AMT ini
aliran fluida.
dilakukan untuk mendukung penelitian
d. Fluida thermal yang sudah terpanaskan dalam
sebelumnya (Rezky et al., 2012; Budiardjo et al.,
reservoir.
1997) dalam mendapatkan informasi struktur
bawah permukaan yang lebih baik. Dari segi ada atau tidaknya fluida, sistem panas
bumi melibatkan sistem hidrotermal dan hot dry
Panas Bumi (Geothermal)
rock. Syarat suatu sistem hidrotermal adalah
Sistem panas bumi di Indonesia sebagian besar tersedianya sumber panas, fluida sebagai

Gambar 1. Keadaan geologi daerah penelitian (Sumber: Thanden et al., 1996). Segitiga-segitiga
biru adalah stasiun pengukuran AMT dan garis putus-putus merah adalah kemungkinan sesar
yang ditarik dari hasil interpretasi pemodelan resistivitas.

merupakan sistem panas bumi hidrotermal yang pembawa panas dari recharge area dan batuan
mempunyai temperatur tinggi. Komponen utama permeabel sebagai zona meresapnya fluida. Pada
pada sistem hidrotermal yaitu air, panas, dan dasarnya sistem panas bumi jenis hidrotermal
lapisan permeabel Heasler (Heasler, 2009). terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari
Sistem panas bumi terutama dibangun oleh

24

24 2015 Pusat Penelitian Geoteknologi


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.25, No.1, Juni 2015, 23-29

suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi besar antara awan dan bumi maka akan
secara konduksi dan secara konveksi. menyebabkan interaksi untuk menghasilkan
keseimbangan di antara keduanya. Kilat yang
Keadaan Geologi
terjadi akan menimbulkan gelombang EM yang
Geologi daerah penelitian terbentuk dari Formasi terperangkap di antara lapisan ionosfer dan bumi
Kaligetas yaitu breksi vulkanik, aliran lava, tuf, dan kemudian menjalar mengitari bumi.
batupasir tufan, dan batu lempung (Gambar 1).
Persamaan Maxwell
Terdapat breksi aliran dan lahar dengan sisipan
lava dan tuf halus sampai kasar. Setempat di Dalam bentuk diferensial, persamaan Maxwell
bagian bawahnya ditemukan batu lempung dapat dituliskan sebagai berikut:
mengandung moluska dan batu pasir tufan.
Batuan gunung api yang melapuk berwarna (1)
coklat kemerahan dan sering membentuk
bongkah-bongkah besar dengan ketebalan (2)
berkisar antara 50 m sampai dengan 200 m
(Thanden et al., 1996). (3)
METODE (4)
Metode Audiomagnetotellurik (AMT) dilakukan dengan :
untuk memperoleh data elektromagnetik dengan
frekuensi antara 10 kHz dan 0,1 Hz. Kelebihan Medan Listrik (Volt/Meter); Induksi
metode AMT dari metode geofisika lainnya Magnetik (W/m ); 2
Medan Magnetik
adalah penetrasi dalam sehingga dapat
memberikan informasi pada daerah non seismik, (Ampere/Meter); : Displacement Current
memiliki resolusi yang lebih baik, tidak (A/m2); : rapat arus listrik (A/m2), q: densitas
memberikan dampak buruk bagi lingkungan muatan listrik (Coulomb/m3) (Wangsness, 1986).
karena memanfaatkan sumber gelombang Dengan membuat perumpaan bahwa bumi itu
elektromagnetik (EM) alami, dan juga tidak bersifat homogen, setiap lapisan memiliki
memerlukan transmitter. Rasio pada bentangan resistivitas yang sama, dan menimbulkan tidak
frekuensi tinggi memberikan informasi bawah adanya perpindahan arus, maka dapat diperoleh
permukaan dangkal, sedangkan rasio pada
bentangan frekuensi rendah memberikan hubungan dari dan , maka
informasi bawah permukaan dalam (Panjaitan, diperoleh persamaan sebagai berikut :
2010).
(5)
Sumber medan EM timbul pada partikel yang
dikeluarkan oleh matahari pada frekuensi < 1 Hz.
(6)
Pada permukaan matahari terjadi letupan plasma
yang sebagian partikel berupa hidrogen yang Dengan menggunakan perkalian curl pada
kemudian mengalami proses ionisasi sehingga persamaan (5) dan (6), maka akan diperoleh
berubah menjadi plasma yang terbagi menjadi hubungan baru dimana setiap hubungan akan
proton dan elektron. Pergerakan acak yang terjadi terpisah menjadi variabel yang sama.
menyebabkan plasma berubah menjadi angin
matahari (solar wind). Dan proses ini akan (7)
menimbulkan arus induksi yang kemudian
dikenal dengan arus eddy atau arus tellurik.
Sumber medan EM pada frekuensi yang lebih (8)
besar dari 1Hz berasal dari adanya kilat. Kilat Selanjutnya dari dua persamaan tersebut
terjadi karena adanya perbedaan potensial antara
diperoleh persamaan telegrapher sebagai berikut:
awan yang satu dengan yang lain. Jika awan yang
satu menyimpan banyak muatan negatif maka (9)
muatan positif akan berkumpul pada awan lain.
Selanjutnya perbedaan potensial yang sangat

25
Yuanita et. al / Karakterisasi Daerah Panasbumi Diwak dan Derekan Berdasarkan Pengukuran Audiomagnetotellurik

dalam bentuk impedansi. Penempatan sensor


(10)
elektrik dan sensor magnetik yang saling tegak
Persamaan telegrapher di atas merepresentasikan lurus akan menghasilkan dua mode pegukuran
yaitu TE (Transverse Electric) dan TM
dimana mempunyai sifat difusif yang (Transverse Magnetic).
mewakili penjalaran gelombang dengan frekuensi Sensor-sensor elektrik diletakkan di arah utara,
rendah, sedangkan mempunyai sifat akustik timur, selatan, dan barat. Sensor elektrik yang
berada di utara dan selatan merupakan sensor Ex,
yang mewakili penjalaran gelombang dengan
sedangkan sensor elektrik yang berada di barat
frekuensi yang tinggi.
dan timur merupakan sensor Ey. Sensor magnetik

Gambar 2. Contoh data resistivitas terukur pada salah satu titik


pengamatan (Titik biru = TM observasi, titik merah = TE observasi,
garis biru = TM hasil perhitungan, garis merah = TE hasil perhitungan).

Survey lapangan yang digunakan untuk mengukur medan magnet


di sumbu x (Hx) harus diletakkan sejajar dengan
Penelitian ini diawali dengan survei di lokasi
elektroda arah utara-selatan dengan arus dari
penelitian untuk menentukan titik-titik
selatan ke utara. Sensor magnetik yang
pengukuran. Alat utama yang digunakan pada
digunakan untuk mengukur medan magnet pada
pengambilan data adalah Statagem. Alat inilah
sumbu y (Hy) sejajar dengan elektroda yang
yang akan mengukur besarnya medan magnet
berarah dari timur-barat sedangkan arus berarah
dan medan listrik dan selanjutnya akan disimpan
dari barat ke timur.

26

26 2015 Pusat Penelitian Geoteknologi


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.25, No.1, Juni 2015, 23-29

Pengukuran AMT di lakukan pada dua daerah kedalaman. Pada dasarnya pengambilan data
manifestasi panas bumi yaitu di Diwak dan AMT untuk mengetahui variasi medan EM
Derekan Kecamatan Bergas, Kabupaten terhadap waktu, sehingga terdapat hubungan
Semarang, Jawa Tengah. Pengukuran dilakukan antara medan listrik dan medan magnet.
pada tiga lintasan dimana lintasan I (A-A’) dan Hubungan ini terlihat dari analisa kurva TE dan
lintasan II terdiri dari enam titik, sedangkan pada TM yang berimpitan (terlihat pada Gambar 2,
lintasa. III terdiri dari lima titik. Titik-titik stasiun contoh data dari satu titik pengamatan).
pengukuran AMT dapat dilihat pada Gambar 1
Pemodelan
(segitiga biru). Jarak antara titik adalah sekitar
500 m. Data yang diperoleh berupa apparent resistivity,
selanjutnya digunakan untuk pemodelan bawah
Data yang didapatkan berisi informasi yang
permukaan dengan menggunakan perangkat
terdiri dari frekuensi, apparent resistivity, dan

Gambar 3. Hasil Inversi 2D pada setiap lintasan (garis hitam merupakan


perkiraan struktur atau sesar yang dapat dihubungkan dari ketiga lintasan.

27
Yuanita et. al / Karakterisasi Daerah Panasbumi Diwak dan Derekan Berdasarkan Pengukuran Audiomagnetotellurik

lunak WinGLink. Dalam WinGLink, pemodelan sebagai clay cap yang menahan aliran fluida
inversi 2 dimensi dilakukan dengan panas dan keluar melalui rekahan-rekahan yang
menggunakan algoritma non-linear conjugate berada di sekitarnya. Pada kedalaman >1 km,
gradient (NLGC). Pada prinsipnya, algoritma ini terdapat lapisan yang memiliki nilai resistivitas
mencari nilai minimum dari fungsi obyektif yang tinggi (>500 Ωm), yang dapat diduga sebagai
merupakan jumlah dari ketidakcocokan (misfit) sumber panas atau reservoir. Zona reservoir
normalisasi data dan smoothness dari model ditunjukkan pada daerah yang berwarna hijau
(Aghil et al., 2014). Inversi dilakukan pada jala dengan rentang resistivitas 50-500 Ωm.
(mesh) 2D yang terdiri atas blok-blok horizontal
Pada lintasan III, nilai resistivitas yang tinggi
dan vertikal yang memiliki nilai resistivitas
(>500 Ωm) juga diduga merupakan sumber
tertentu.
panas. Terlihat bahwa lapisan yang berwarna
Penampang 2D hasil pemodelan inversi dapat merah memiliki nilai resistivitas yang rendah
dilihat dari hasil nilai resistivitasnya berdasarkan antara 1-10 Ωm, dimana dapat di duga sebagai
warna, dimana setiap warna memiliki rentang zona konduktif yang merupakan zona clay cap.
nilai tertentu. Zona nilai resistivitas tersebut Zona reservoir ditunjukkan pada daerah yang
kemudian dikelompokkan sesuai dengan sistem berwarna hijau dengan rentang resistivitas 50-500
panas bumi, yaitu heat source, reservoir, dan cap m.
rock (Rulia, 2012).
Pada ketiga model pada Gambar 3, ditarik garis
HASIL DAN PEMBAHASAN yang menunjukkan adanya perkiraan struktur
pada lintasan 1, lintasan 2, dan lintasan 3. Bila
Pengukuran audiomagnetotelurik dilakukan pada ditarik garis lurus antara ketiga titik dimana
tiga lintasan (Gambar 1) yaitu lintasan 1 (A-A’), struktur itu berada, maka tampak seperti garis
lintasan 2 (B-B’) dan lintasan 3 (C-C’). merah putus-putus di Gambar 1. Garis tersebut
Pengambilan data dilakukan dengan sesuai dengan perkiraan adanya sesar berarah
menggunakan seperangkat alat Stratagem buatan barat daya – timur laut seperti yang disimpulkan
Geometrics Inc. Pada lintasan I (A-A’) dan II (B- pada penelitian sebelumnya dengan metode
B’) pengambilan data dilakukan dengan melewati gravitasi pada daerah yang sama (Meilisa dan
manifestasi panas bumi Diwak dan Derekan. Sarkowi, 2013; Rezky et al., 2012, Budiardjo et
Hasil pengukuran kemudian diolah dengan al., 1997). Keseluruhan penelitian tersebut
menggunakan metode inversi dalam WinGLink. mendukung dugaan bahwa munculnya
Hasil inversi tersebut tampak dalam Gambar 3. manifestasi air panas ke permukaan adalah akibat
Hasil Inversi 2D Lintasan I menunjukkan bahwa adanya sesar tersebut.
lapisan yang berwarna merah memiliki nilai
resistivitas yang rendah (1-10) Ωm yang diduga KESIMPULAN
sebagai zona konduktif. Zona konduktif tersebut Metode Audiomagnetotelurik (AMT) merupakan
ini diduga dapat merupakan batuan penutup yang salah satu metode yang biasa digunakan untuk
berupa batuan lempung. Selanjutnya daerah yang menentukan karakterisasi panas bumi dengan
berwarna hijau dapat diduga sebagai zona menganalisa nilai resistivitas batuan bawah
reservoir dengan nilai resistivitas 50-500 Ωm. permukaan. Metoda ini kami gunakan untuk
Daerah reservoir ini merupakan daerah yang mendapatkan gambaran bawah permukaan area
permeable sehingga fluida panas yang berasal panas bumi Diwak dan Derekan di Ungaran Jawa
dari heat source bisa saja berpindah baik secara Tengah. Karakterisasi panas bumi daerah
konduksi maupun konveksi. penelitian meliputi sistem cap rock dengan nilai
Zona konduktif pada lintasan II ditunjukkan resistivitas 0-10 Ωm dimana daerah ini
dengan warna merah dengan rentang nilai merupakan zona konduktif, kemudian daerah
resistivitas antara 1-10 Ωm. Namun pada titik di yang diduga sebagai reservoir dengan nilai
tengah lintasan terlihat bahwa terdapat kenaikan resistivitas dalam rentang 50-500 Ωm pada
nilai resistivitas dibandingkan dengan titik-titik kedalaman sekitar 500 m, serta adanya sumber
yang lain. Kenaikan ini dapat diinterpretasikan panas yang memiliki nilai resistivitas > 500 Ωm
sebagai struktur yang memotong lintasan ini. pada kedalaman sekitar 1,5 km. Adanya
Zona konduktif ini juga dapat dikelompokkan manifestasi yang muncul pada daerah penelitian

28

28 2015 Pusat Penelitian Geoteknologi


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.25, No.1, Juni 2015, 23-29

diduga karena adanya sesar yang mengarah dari (MT). Jurnal Sumber Daya Geologi, 20 (2),
barat daya-timur laut yang bersesuaian dengan 69-91.
hasil pemodelan bawah permukaan di ketiga
Rezky, Y., Zarkasyi, A., Risdianto, D., 2012.
lintasan pengukuran.
Sistem panas bumi dan model konseptual
UCAPAN TERIMAKASIH daerah panas bumi Gunung Ungaran, Jawa
Tengah. Buletin Sumber Daya Geologi, 7 (3),
Penulis sangat berterimakasih atas kesempatan 109 – 117.
yang telah diberikan oleh Jurusan Fisika
Fakultas Sains dan Matematika Universitas Rulia, C., 2012. Pengolahan data magnetotelurik
2-dimensi pada lapangan panasbumi Marana,
Diponegoro untuk ikut serta dalam survey AMT
Sulawesi Tengah. Skripsi, Universitas
di daerah panasbumi Gunung Ungaran.
Indonesia, Jakarta.
Terimakasih juga kami sampaikan untuk Bapak
Dadan D. Wardhana dan Bapak Eddy Z. Gaffar Thanden, R.E., Sumadiredja, H., Richards, P.W.,
yang telah banyak memberi masukan saat penulis Sutisna, K., dan Amin, T.C., 1996. Peta
mengerjakan analisa data di Pusat Penelitian Geologi Lembar Magelang dan Semarang
Geoteknologi LIPI Jawa, skala 1:100.000. Pusat Survey Geologi,
Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Wangsness, R.K., 1986. Electromagnetics Fields.
Aghil T. B., Mohan, K., Srinivas, Y., Rahul, P., Hamilton Printing Company, USA.
Paul, J., Alby, E.R., Nair, N. C.,
Wahyudi, 2006. Kajian potensi panas bumi dan
Chandrasekar, N., 2014. Delineation of
rekomendasi pemanfaatannya pada daerah
electrical resistivity structure using
prospek Gunungapi Ungaran, Jawa Tengah.
Magnetotellurics: a case study from Dholera
Berkala MIPA, 16(1), 41-48.
coastal region, Gujarat, India. Journal of
Coastal Sciences, 1(1), 41-46.
Budiardjo, B., Nugroho dan Budihardi, M., 1997.
Resource characteristics of the Ungaran
Field, Central Java, Indonesia. Proceeding of
National Seminar of Human Resources
Indonesian Geologist, Yogyakarta.
Heasler, H.P., 2009. Systems and Monitoring
Hydrothermal Features. Departement of
Geosciences, Pacific Lutheran University,
Washington.
Hochstein, M.P., Ovens, S. A., dan Bromley, C.,
1996. Thermal springs at hot water beach
(Coromandel Peninsula, NZ), Proceedings of
the 18th NZ Geothermal Workshop, New
Zealand.
Meilisa dan Sarkowi, M., 2013. Analisis data
gravity untuk menentukan struktur bawah
permukaan daerah manifestasi panasbumi di
lereng selatan Gunung Ungaran. Prosiding
Seminar Nasional Sains & Teknologi V.
Lembaga Penelitian Universitas Lampung
19-20 November 2013.
Panjaitan, S., 2010. Geologi daerah panas bumi
Ulubelu Tanggamus, Lampung Utara
berdasarkan analisis metode magnetotelurik

29

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai