PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
LGBT adalah akronim dari Lesbi, Gay, Biseksual, dan Transgender.Istilah ini
digunakan semenjak tahun 1990 menggantikan frasa “komunitas gay” karena istilah ini
lebih mewakili kelompok abnormal seksualitas secara keseluruhan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu LGBT?
2. Apa saja Dampak yang ditimbulkan?
3. Apa saja strategi dalam menghadapi LGBT?
4. Apakah yang dimaksud dengan hak kesehatan seksual reproduksi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Apa itu LGBT?
2. Untuk Mengetahui Dampak yang ditimbulkan?
3. Untuk mengetahui strategi dalam menghadapi LGBT?
4. Untuk mengetahui hak kesehatan seksual reproduksi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian LGBT
Pengertian LGBT : lgbt adalah sebuah singkatan yang memiliki arti Lesbian, Gay,
Bisexual dan juga Transgender dan arti dari semua istilah tersebut dapat di lihat di bawah
ini.
Lesbian : lesbian itu berarti seorang perempuan yang mencintai atau menyukai
perempuan, baik dari segi fisik ataupun dari segi seksual dan juga spiritualnya, jadi
memang hal ini sangatlah menyimpang.
Gay : sedangkan gay sendiri adalah seorang laki-laki yang menyukai dan juga
mencintai laki-laki, dan kata-kata gay ini sering disebutkan untuk memperjelas atau
tetap merujuk pada perilaku Homoseksual.
Bisexual : Bisexual ini sedikit berbeda dengan kedua pengertian diatas karena orang
bisexual itu adalah orang yang bisa memiliki hubungan emosional dan juga seksual
dari dua jenis kelamin tersebut jadi orang ini bisa menjalin hubungan asmara dengan
laki-laki ataupun perempuan.
Transgender : sedangkan untuk transgender itu adalah ketidaksamaan dari identitas
gender yang diberikan kepada orang tersebut dengan jenis kelaminnya, dan seorang
transgender bisa termasuk dalam orang yang homoseksual, biseksual, atau juga
heteroseksual.
Dari semua pengertian yang kami jabarkan diatas memang semuanya memilikisebuah
kesamaan yaitu mencari kesenangan baik dari segi prikis ataupun psikologis dan mereka
bisa melakukan hubungan dengan sesama jenis, bukan melakukannya dengan lawan jenis
seperti orang normal.
a. Homoseksual
Kajian mengenai homoseksual dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu antara lain :
orientasi seksual, perilaku seksual dan identitas seksual. Ditinjau dari aspek orientasi
seksual, maka homoseksual adalah ketertarikan maupun hasrat untuk terlibat secara
seksual terhadap orang yang berjenis kelamin sama. Ditinjau dari aspek perilaku
seksual, maka homoseksual mengandung pengertian sebagai sebuah perilaku maupun
kegiatan seksual antara dua orang yang berjenis kelamin sama. Ditinjau dari aspek
identitas seksual, maka homoseksual mengarah pada identitas sebagai gay maupun
lesbian.Jika ditinjau secara keseluruhan maka gay adalah bentuk homoseksual yang
keseluruhan aspek tersebut berada dalam konteks sesama pria.
1) Homoseksualitas pertumbuhan
2) Homoseksualitas darurat
3) Pseudohomoseksualitas
4) Homoseksualitas kecenderungan
Homoseksualitas ini sangat dipengaruhi oleh pembawaan seseorang. Jika seorang pria
berada dalam keluarga yang mempunyai banyak anggota keluarga yang homoseksual,
maka ia dapat turut melakukan hubungan homoseksual.
b. Gay
Gay adalah seorang pria atau laki-laki yang memiliki orientasi seksual sesama
jenis atau ketertarikan seksual terhadap jenis kelamin yang sama. Dengan kata lain
menyukai pria atau laki-laki secara emosional dan seksual. Gay bukan hanya menyangkut
kontak seksual antara seorang laki-laki dengan laki-laki yang lain tetapi juga menyangkut
individu yang memiliki kecenderungan psikologis, emosional dan sosial terhadap laki-
laki yang lain. Gay tetap mengakui identitas jenis kelaminnya sebagai laki-laki, namun
orientasi seksualnya ditujukan kepada laki-laki.
c. Pasangan Gay
Pasangan gay adalah dua orang gay yang menjalin hubungan dalam suatu ikatan
emosional dan seksual.Hal ini dikenal dengan istilah “BF (Boy Friend)”.Pada kaum gay
identitas hubungan seksual sangat penting untuk diketahui karena hal tersebut membantu
bagi seorang gay untuk mencari tipe pasangan yang diinginkan. Perlu diketahui bahwa
pola hubungan seksual pada gay mempunyai tiga bentuk, antara lain top, bottom dan fire
style. Top merupakan salah satu bentuk hubungan seksual dimana seorang gay hanya bisa
menyodomi dan tidak mau disodomi.
Kebalikannya adalah bottom, dimana seorang gay hanya bisa disodomi dan tidak
dapat menyodomi. Untuk pola hubungan seksual kedua-duanya adalah fire style, dimana
seorang gay mampu menyodomi dan bisa disodomi. Ketika seorang gay sudah
mengetahui dirinya termasuk fire style, top atau bottom, maka dia akan lebih mudah
dalam mencari pasangannya. Hal ini karena ketika seorang gay mencari pasangan untuk
menjalin hubungan baik secara emosional dan seksual biasanya menanyakan terlebih
dahulu calon pasangannya, apakah fire style, top atau bottom.
d. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual adalah kekerasan yang terjadi karena persoalan seksualitas.
Kekerasan ini mencakup segala jenis kekerasan seksual baik kekerasan fisik, kekerasan
emosional dan kekerasan verbal yang dilakukan oleh seseorang terhadap
pasangannya.Dalam penelitian ini kekerasan seksual yang dimaksudkan adalah kekerasan
seksual yang dilakukan maupun yang dialami oleh gay.
Ada beberapa jenis bentuk-bentuk kekerasan seksual yang pernah dilakukan oleh
gay di seluruh dunia, antara lain : memukul, menendang, menampar, menyulut
rokok, memasukkan benda-benda keras ke dalam dubur atau anus, mencambuk,
mencekik leher, menyayat-nyayat kulit dengan silet, menodong senapan, menggigit dan
melukai alat kelamin, pemaksaan hubungan seksual, menarik rambut dengan kasar,
mengancam, memaki, meludahi dan lain-lain.
Berdasarkan pemaparan di atas, ternyata kekerasan seksual juga bisa terjadi pada
pasangan gay. Memang secara empiris, penelitian-penelitian mengenai masalah ini baru
banyak dilakukan di luar negeri yang juga masih sering terbentur oleh ketertutupan
mereka dan tekanan masyarakat yang ada. Suatu studi terbaru menunjukkan bahwa satu
dari lima orang gay mengalami kekerasan seksual yang dilakukan oleh pasangannya,
dimana hal ini menunjukkan fakta bahwa kekerasan seksual yang biasa terjadi pada
wanita dalam hubungan atau pasangan heteroseksual juga bisa terjadi pada pasangan gay
(Spindle, 2003). Sekitar 25% sampai 33% terjadi kekerasan seksual pada pasangan gay
(Barnes, 2003).
e. Penyimpangan Sosial
Penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai- nilai
kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan dan agama secara
individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial. Gay dalam
masyarakat luas dikatakan sebagai penyimpangan sosial karena fenomena gay
bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku dalam kelompok masyarakat. Jadi
ukuran yang menjadi dasar bahwa gay adalah penyimpangan sosial bukan karena baik
atau buruk dan benar atau salah menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan
ukuran norma dan nilai sosial dalam suatu kelompok masyarakat.
Berdasarkan uraian tentang seksualitas kaum gay di atas, dapat dilihat persoalan
moral yang timbul dari fenomena kaum gay tersebut.Persoalan moral pertama adalah
praktek seks bebas (extra marital).Pasangan homoseksual masih belum bisa mendapatkan
pengesahan dalam bentuk perkawinan legal.Oleh karena itu, praktek seks yang mereka
lakukan dapat digolongkan sebagai praktek seks bebas karena dilakukan di luar lembaga
perkawinan yang resmi. Persoalan moral kedua yang dialami kaum gay adalah bahwa
hubungan seksual yang mereka lakukan adalah perbuatan homoseksual.
Norma merupakan salah satu tolak ukur yang menentukan suatu perilaku
dinyatakan menyimpang atau tidak. Norma yang ada dalam masyarakat adalah berupa
tata aturan atau peraturan yang mengikat kelompok individu dalam suatu daerah atau
wilayah sebagai bentuk representasi kontrol sosial yang akan mengendalikan tingkah laku
anggota masyarakatnya.
�Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala Dia
berkata kepada mereka: �Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (keji) itu,
yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?�
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka),
bukan kepada wanita,�� (Q.S. Al-A�raaf: 80-81).
Rasulullah saw bersabda, �Siapa saja yang menemukan pria pelaku homoseks,
maka bunuhlah pelakunya tersebut.� (HR Abu Dawud, At Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu
Majah, Al-Hakim, dan Al-Baihaki).
Al-Quran dan Sunnah di atas sudah menerangkan dengan jelas bahwa praktik
homoseks merupakan satu dosa besar dan sangat berat sanksinya di dunia. Apabila tidak
dikenakan di dunia maka sanksi tersebut akan diberlakukan di akhirat. Sedangkan
hukuman bagi pelaku sihaq (lesbi), menurut kesepakatan para ulama, adalah ta�zir, di
mana pemerintah yang memiliki wewenang untuk menentukan hukuman yang paling
tepat, sehingga bisa memberikan efek jera bagi pelaku perbuatan haram ini (Husaini, hal.
108).
Prof. DR. Abdul Hamid El-Qudah, spesialis penyakit kelamin menular dan AIDS
di asosiasi kedokteran Islam dunia (FIMA) di dalam bukunya Kaum Luth Masa Kini (hal.
65-71) menjelaskan dampak-dampak yang ditimbulkan sebagai berikut:
1) Dampak kesehatan
Rata-rata usia kaum gay adalah 42 tahun dan menurun menjadi 39 tahun jika
korban AIDS dari golongan gay dimasukkan ke dalamnya. Sedangkan rata-rata usia
lelaki yang menikah dan normal adalah 75 tahun. Rata-rata usia Kaum lesbian adalah 45
tahun sedangkan rata-rata wanita yang bersuami dan normal 79 tahun (Fields, DR. E. “Is
Homosexual Activity Normal?” Marietta, GA).
2) Dampak sosial
3) Dampak Pendidikan
Adapun dampak pendidikan di antaranya yaitu siswa ataupun siswi yang menganggap
dirinya sebagai homo menghadapi permasalahan putus sekolah 5 kali lebih besar
daripada siswa normal karena mereka merasakan ketidakamanan. Dan 28% dari mereka
dipaksa meninggalkan sekolah (National Gay and Lesbian Task Force, “Anti-
Gay/Lesbian Victimization,” New York, 1984)
4) Dampak Keamanan
Tak dipungkiri bahwa setan menjadi musuh abadi manusia yang akan terus
menyesatkan dan menjerumuskan manusia ke dalam lembah kebinasaan.
�Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh setan; sesungguhnya setan itu
adalah musuh yang nyata bagimu.� (Q.S. Az-Zukhruf: 62).
a) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta kesadaran akan bahaya
Penyakit Menular Seksual (PMS) yang diakibatkan karena pergaulan bebas.
b) Menolak adanya legalisasi yang mendukung perilaku menyimpang seksual yang dapat
merusak moral generasi muda.
c) Meminta pemerintah dan mengajak organisasi masyarakat untuk mengantisipasi
terjadinya penyebaran paham LGBT.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perlu mendapat catatan tebal, bentuk pengakuan ini tidak berati mencari
pembenaran sendiri atau men-talfiq-, atau mencari kemudahan, ini adalah fiqih minoritas
untuk menyelesaikan wilayah abu-abu yang sebenarnya terang di mata Tuhan, tentu saja
tidak begitu saja bisa secara mentah-mentah bisa dikompromikan dengan fiqih mainsteam
atau dominan di Indonesia, Mereka menilai:
Ikatan homoseksual adalah ikatan antar laki-laki dengan laki-laki yang memang sama
sekali tidak dimungkinkan untuk membangun rumah tangga dengan wanita.
Ikatan homoseksual bertujuan mendorong pencapaian ketenangan, cinta dan kasih sayang
serta dijauhinya perilaku gonta-ganti pasangan (seks bebas) karena tekanan wilayah ’abu-
abu’ tersebut, sehingga mereka meyakini Islam ikut menata pula perilaku ini dan tidak
mengabaikannya, serta secara khusus mencegah dari resiko kesehatan (penyakit kelamin
dan lain-lain) dan penyakit jiwa karena kebiasaan freesex telah nyata merusak atau
mengabaikan cinta sebagai eksistensi semua manusia.
Ikatan homoseksual adalah benar-benar untuk homoseksual, yang secara medis dan
psykologis cenderung dominan pada pilihan sifat homoseksual.
Ikatan ini menjamin perilaku relasi yang adil dan bijaksana antara laki-laki dengan laki-
laki pasangannya, atas harta, warisan dan lain-lain yang mengikat di dalamnya (melalui
rekayasa hukum positif).
Ikatan ini sesungguhnya tidak semudah yang dipikirkan, harus ada kosekwensi panjang,
antaranya kesetiaan, kedudukan setelah pernikahan (harta, wali dan lainnya) yang adil
dan setara melalui perjanjian resmi (hukum positif) dan semua itu kiranya tidaklah mudah
dan tidak main-main.
Selalu ada jalan bagi cinta untuk menemukan kekasihnya. Jika hubungan sepasang
kekasih yang sejati bertujuan untuk tercapainya rasa tenang, cinta dan kasih sayang, maka
setiap manusia berhak mendapatkannya, tentu pula homoseks sangat terbuka untuk
menuju ke sana. Dengan Nama Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Wallahua’lam.
B. Saran
Romauli, Suryati dan Anna Vida Vindari, S.ST.2009. Kesehatan Reproduksi buat
Mahasiswi Kebidanan. Bantul: Nuha Medika.
Manuaba, dr. Ida Ayu Chandranita, Sp. OG dkk. 2009. Memeahami kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.