Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi, sering


kita jumpai bahkan kita rasakan adanya kemudahan dalam mengakses informasi dan
komunikasi baik lokal maupun internasional.Informasi dan komunikasi ini
memungkinkan terjalinnya hubungan atau pergaulan antara satu orang dengan yang
lainnya, seperti hubungan pertemanan dan pekerjaan.

Pada dasarnya Islam telah mengatur pergaulan sesama manusia.Manusia


merupakan makhluk sosial yang diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah atau
pemimpin di muka bumi ini.Adad dua jenis manusia yang diciptakan oleh Allah SWT,
yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 13
yang artinya : “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah
orang yang paling bertaqwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal”.

Pergaulan merupakan suatu fitrah bagi manusia, karena manusia merupakan


makhluk sosial yang saling membutuhkan.Namun seiring dengan kemajuan zaman,
banyak manusia yang terjerat dalam kemaksiatan karena salah dalam pergaulan, seperti
abnormal seksualitas.Contoh nyata dari abnormal seksualitas yang berkembang di
masyarakat saat ini adalah adanya hubungan seksual dengan sesama jenis, biseksual, dan
transgender.Permasalahan ini sering kita sebut dengan Lesbi, Gay, Biseksual,
Transgender (LGBT). Istilah ini digunakan

LGBT adalah akronim dari Lesbi, Gay, Biseksual, dan Transgender.Istilah ini
digunakan semenjak tahun 1990 menggantikan frasa “komunitas gay” karena istilah ini
lebih mewakili kelompok abnormal seksualitas secara keseluruhan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu LGBT?
2. Apa saja Dampak yang ditimbulkan?
3. Apa saja strategi dalam menghadapi LGBT?
4. Apakah yang dimaksud dengan hak kesehatan seksual reproduksi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Apa itu LGBT?
2. Untuk Mengetahui Dampak yang ditimbulkan?
3. Untuk mengetahui strategi dalam menghadapi LGBT?
4. Untuk mengetahui hak kesehatan seksual reproduksi?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian LGBT

Zaman sudah mulai berkembang dan maju secara pesat yang


mengglobal.Tentunya semua manusia mencari tujuan hidupnya.Dalam perubahan zaman
yang membuat kehidupan menjadi globalisasi ini banyak merubah manusia yang
melangsungkan kehidupannya dengan semaunya, dengan tanpa memikirkan hukum
seperti UUD.Pada era globalisasi ini banyak para lesbian yang semakin lama semakin
meningkat.Yang mana mereka melangsungkan kehidupannya tanpa berdasarkan UUD
yang berlaku dan hukum agama. Pengertian dari LGBT adalah sebagai berikut:

Pengertian LGBT : lgbt adalah sebuah singkatan yang memiliki arti Lesbian, Gay,
Bisexual dan juga Transgender dan arti dari semua istilah tersebut dapat di lihat di bawah
ini.

Lesbian : lesbian itu berarti seorang perempuan yang mencintai atau menyukai
perempuan, baik dari segi fisik ataupun dari segi seksual dan juga spiritualnya, jadi
memang hal ini sangatlah menyimpang.
Gay : sedangkan gay sendiri adalah seorang laki-laki yang menyukai dan juga
mencintai laki-laki, dan kata-kata gay ini sering disebutkan untuk memperjelas atau
tetap merujuk pada perilaku Homoseksual.
Bisexual : Bisexual ini sedikit berbeda dengan kedua pengertian diatas karena orang
bisexual itu adalah orang yang bisa memiliki hubungan emosional dan juga seksual
dari dua jenis kelamin tersebut jadi orang ini bisa menjalin hubungan asmara dengan
laki-laki ataupun perempuan.
Transgender : sedangkan untuk transgender itu adalah ketidaksamaan dari identitas
gender yang diberikan kepada orang tersebut dengan jenis kelaminnya, dan seorang
transgender bisa termasuk dalam orang yang homoseksual, biseksual, atau juga
heteroseksual.

Dari semua pengertian yang kami jabarkan diatas memang semuanya memilikisebuah
kesamaan yaitu mencari kesenangan baik dari segi prikis ataupun psikologis dan mereka
bisa melakukan hubungan dengan sesama jenis, bukan melakukannya dengan lawan jenis
seperti orang normal.

a. Homoseksual

Pada awalnya istilah homoseksual digunakan untuk mendeskripsikan seorang


pria yang memiliki orientasi seksual terhadap sesamanya. Namun dalam
perkembangannya, istilah homoseksual digunakan untuk mendefinisikan sikap seorang
individu (pria maupun wanita) yang memiliki orientasi seksual terhadap sesamanya.
Adapun ketika seorang pria memiliki orientasi seksual terhadap sesama pria maka
fenomena tersebut dikenal dengan istilah gay, sementara fenomena wanita yang
memiliki orientasi seksual terhadap sesamanya disebut lesbian. Baik gay maupun
lesbian, keduanya memiliki citra yang negatif dalam masyarakat.

Kajian mengenai homoseksual dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu antara lain :
orientasi seksual, perilaku seksual dan identitas seksual. Ditinjau dari aspek orientasi
seksual, maka homoseksual adalah ketertarikan maupun hasrat untuk terlibat secara
seksual terhadap orang yang berjenis kelamin sama. Ditinjau dari aspek perilaku
seksual, maka homoseksual mengandung pengertian sebagai sebuah perilaku maupun
kegiatan seksual antara dua orang yang berjenis kelamin sama. Ditinjau dari aspek
identitas seksual, maka homoseksual mengarah pada identitas sebagai gay maupun
lesbian.Jika ditinjau secara keseluruhan maka gay adalah bentuk homoseksual yang
keseluruhan aspek tersebut berada dalam konteks sesama pria.

Pada dasarnya pembahasan mengenai homoseksualitas juga mencakup fenomena


kaum gay.Atas dasar tersebut, maka setiap kajian mengenai homoseksualitas dapat
mencakup kajian mengenai gay. Ditinjau dari jenis- jenisnya, maka homoseksualitas
dalam kajian gay terdiri dari empat macam, yaitu :

1) Homoseksualitas pertumbuhan

Homoseksualitas pertumbuhan adalah homoseksualitas yang bersifat


sementara.Homoseksualitas ini sangat singkat dan terjadi dalam masa pertumbuhan anak.
Pada masa pubertas anak mulai mengalihkan perhatiannya dari orangtua kepada orang
lain. Namun ketika seorang anak laki-laki belum berani kepada seorang gadis, maka ia
dapat mengarahkan seksualnya kepada teman lelakinya yang sebaya. Dalam
homoseksualitas pertumbuhan tidak harus terjadi perbuatan-perbuatan seksual, walaupun
terkadang terjadi tindakan seksual tertentu seperti masturbasi berdua.

2) Homoseksualitas darurat

Sama halnya dengan homoseksualitas pertumbuhan, homoseksualitas darurat juga


bersifat sementara. Homoseksualitas darurat terjadi karena tidak adanya kesempatan
untuk melakukan hubungan heteroseksual. Dalam kondisi tersebut, seorang anak laki-
laki yang tidak memiliki kesempatan melakukan hubungan heteroseksual akan beralih
kepada perilaku homoseksual. Gejala ini akan berhenti ketika kesempatan untuk
melakukan hubungan heteroseksual muncul.

3) Pseudohomoseksualitas

Pseudohomoseksualitas lebih bersifat melayani seorang homoseksual karena


alasan keuangan maupun memiliki ketergantungan terhadap seorang homoseksual
tersebut. Ketika seorang pria berada dalam tekanan ekonomi dan seorang homoseksual
mampu memberikan jaminan ekonomi kepadanya, maka ia dapat melakukan hubungan
homoseksual demi jaminan ekonomi tersebut.

4) Homoseksualitas kecenderungan

Homoseksualitas ini sangat dipengaruhi oleh pembawaan seseorang. Jika seorang pria
berada dalam keluarga yang mempunyai banyak anggota keluarga yang homoseksual,
maka ia dapat turut melakukan hubungan homoseksual.
b. Gay

Gay adalah seorang pria atau laki-laki yang memiliki orientasi seksual sesama
jenis atau ketertarikan seksual terhadap jenis kelamin yang sama. Dengan kata lain
menyukai pria atau laki-laki secara emosional dan seksual. Gay bukan hanya menyangkut
kontak seksual antara seorang laki-laki dengan laki-laki yang lain tetapi juga menyangkut
individu yang memiliki kecenderungan psikologis, emosional dan sosial terhadap laki-
laki yang lain. Gay tetap mengakui identitas jenis kelaminnya sebagai laki-laki, namun
orientasi seksualnya ditujukan kepada laki-laki.

c. Pasangan Gay

Pasangan gay adalah dua orang gay yang menjalin hubungan dalam suatu ikatan
emosional dan seksual.Hal ini dikenal dengan istilah “BF (Boy Friend)”.Pada kaum gay
identitas hubungan seksual sangat penting untuk diketahui karena hal tersebut membantu
bagi seorang gay untuk mencari tipe pasangan yang diinginkan. Perlu diketahui bahwa
pola hubungan seksual pada gay mempunyai tiga bentuk, antara lain top, bottom dan fire
style. Top merupakan salah satu bentuk hubungan seksual dimana seorang gay hanya bisa
menyodomi dan tidak mau disodomi.

Kebalikannya adalah bottom, dimana seorang gay hanya bisa disodomi dan tidak
dapat menyodomi. Untuk pola hubungan seksual kedua-duanya adalah fire style, dimana
seorang gay mampu menyodomi dan bisa disodomi. Ketika seorang gay sudah
mengetahui dirinya termasuk fire style, top atau bottom, maka dia akan lebih mudah
dalam mencari pasangannya. Hal ini karena ketika seorang gay mencari pasangan untuk
menjalin hubungan baik secara emosional dan seksual biasanya menanyakan terlebih
dahulu calon pasangannya, apakah fire style, top atau bottom.

d. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual adalah kekerasan yang terjadi karena persoalan seksualitas.
Kekerasan ini mencakup segala jenis kekerasan seksual baik kekerasan fisik, kekerasan
emosional dan kekerasan verbal yang dilakukan oleh seseorang terhadap
pasangannya.Dalam penelitian ini kekerasan seksual yang dimaksudkan adalah kekerasan
seksual yang dilakukan maupun yang dialami oleh gay.

Ada beberapa jenis bentuk-bentuk kekerasan seksual yang pernah dilakukan oleh
gay di seluruh dunia, antara lain : memukul, menendang, menampar, menyulut
rokok, memasukkan benda-benda keras ke dalam dubur atau anus, mencambuk,
mencekik leher, menyayat-nyayat kulit dengan silet, menodong senapan, menggigit dan
melukai alat kelamin, pemaksaan hubungan seksual, menarik rambut dengan kasar,
mengancam, memaki, meludahi dan lain-lain.

Berdasarkan pemaparan di atas, ternyata kekerasan seksual juga bisa terjadi pada
pasangan gay. Memang secara empiris, penelitian-penelitian mengenai masalah ini baru
banyak dilakukan di luar negeri yang juga masih sering terbentur oleh ketertutupan
mereka dan tekanan masyarakat yang ada. Suatu studi terbaru menunjukkan bahwa satu
dari lima orang gay mengalami kekerasan seksual yang dilakukan oleh pasangannya,
dimana hal ini menunjukkan fakta bahwa kekerasan seksual yang biasa terjadi pada
wanita dalam hubungan atau pasangan heteroseksual juga bisa terjadi pada pasangan gay
(Spindle, 2003). Sekitar 25% sampai 33% terjadi kekerasan seksual pada pasangan gay
(Barnes, 2003).

e. Penyimpangan Sosial

Penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai- nilai
kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan dan agama secara
individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial. Gay dalam
masyarakat luas dikatakan sebagai penyimpangan sosial karena fenomena gay
bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku dalam kelompok masyarakat. Jadi
ukuran yang menjadi dasar bahwa gay adalah penyimpangan sosial bukan karena baik
atau buruk dan benar atau salah menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan
ukuran norma dan nilai sosial dalam suatu kelompok masyarakat.

Dalam kaitannya sebagai bentuk perilaku menyimpang, secara sosiologis maupun


umum gay dapat diartikan sebagai perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
kesusilaan dalam sudut pandang masyarakat luas maupun masyarakat tempat pelaku
penyimpangan berada. Jika ditinjau dari sudut pandang etimologis, Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia menerjemahkan perilaku menyimpang sebagai tingkah laku, perbuatan,
atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang tidak sesuai dengan norma-norma
dan hukum yang ada dalam masyarakat.

Robert M. Z. Lawang mengartikan perilaku menyimpang sebagai semua


tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial
(masyarakat) dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang untuk memperbaiki
hal tersebut. Gay merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang yang bukan hanya
secara tegas telah menyalahi norma- norma yang ada dalam banyak masyarakat namun
juga turut mendorong terciptanya upaya sadar dari sebagian elemen masyarakat yang
berwenang untuk menekan perkembangan komunitas gay dalam suatu masyarakat.

Penilaian masyarakat yang mengecam homoseksual diberikan dalam beberapa


bentuk.Dari sudut pandang agama, homoseksualitas dianggap sebagai dosa.Dari sudut
pandang hukum, dilihat sebagai penjahat.Dari sudut pandang medis terkadang masih
dianggap sebagai penyakit.Dari sudut pandang opini publik, dianggap sebagai
penyimpangan sosial. Sementara itu, kelompok masyarakat yang memiliki pandangan
berlawanan dengan persepsi di atas, menganggap homoseksualitas sebagai suatu gaya
hidup.

Berdasarkan uraian tentang seksualitas kaum gay di atas, dapat dilihat persoalan
moral yang timbul dari fenomena kaum gay tersebut.Persoalan moral pertama adalah
praktek seks bebas (extra marital).Pasangan homoseksual masih belum bisa mendapatkan
pengesahan dalam bentuk perkawinan legal.Oleh karena itu, praktek seks yang mereka
lakukan dapat digolongkan sebagai praktek seks bebas karena dilakukan di luar lembaga
perkawinan yang resmi. Persoalan moral kedua yang dialami kaum gay adalah bahwa
hubungan seksual yang mereka lakukan adalah perbuatan homoseksual.

Norma merupakan salah satu tolak ukur yang menentukan suatu perilaku
dinyatakan menyimpang atau tidak. Norma yang ada dalam masyarakat adalah berupa
tata aturan atau peraturan yang mengikat kelompok individu dalam suatu daerah atau
wilayah sebagai bentuk representasi kontrol sosial yang akan mengendalikan tingkah laku
anggota masyarakatnya.

Dalam kaitannya dengan pemahaman dan penerapan orientasi seksual


anggotanya, kontrol sosial yang ada dalam masyarakat berperan sebagai pembatas
orientasi seksual agar tidak menyalahi norma dan nilai yang ada dalam masyarakat.
Ketika muncul pandangan orientasi seksual maka kontrol sosial yang ada dalam
masyarakat akan membatasinya untuk berkembang, dan dalam konteks yang lebih
ekstrim maka setiap pandangan orientasi seksual yang tidak sesuai dengan norma akan
diusahakan untuk dilenyapkan.

B. Homoseksual Dan Lesbian Merupakan Perilaku Seksual Yang Menyimpang Dan


Merupakan Dosa Besar

Allah SWT berfirman:

�Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala Dia
berkata kepada mereka: �Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (keji) itu,
yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?�
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka),
bukan kepada wanita,�� (Q.S. Al-A�raaf: 80-81).

Rasulullah saw bersabda, �Siapa saja yang menemukan pria pelaku homoseks,
maka bunuhlah pelakunya tersebut.� (HR Abu Dawud, At Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu
Majah, Al-Hakim, dan Al-Baihaki).
Al-Quran dan Sunnah di atas sudah menerangkan dengan jelas bahwa praktik
homoseks merupakan satu dosa besar dan sangat berat sanksinya di dunia. Apabila tidak
dikenakan di dunia maka sanksi tersebut akan diberlakukan di akhirat. Sedangkan
hukuman bagi pelaku sihaq (lesbi), menurut kesepakatan para ulama, adalah ta�zir, di
mana pemerintah yang memiliki wewenang untuk menentukan hukuman yang paling
tepat, sehingga bisa memberikan efek jera bagi pelaku perbuatan haram ini (Husaini, hal.
108).

C. Dampak-dampak yang ditimbulkan

Prof. DR. Abdul Hamid El-Qudah, spesialis penyakit kelamin menular dan AIDS
di asosiasi kedokteran Islam dunia (FIMA) di dalam bukunya Kaum Luth Masa Kini (hal.
65-71) menjelaskan dampak-dampak yang ditimbulkan sebagai berikut:

1) Dampak kesehatan

Dampak-dampak kesehatan yang ditimbulkan di antaranya adalah sebagai berikut:


78% pelaku homo seksual terjangkit penyakit kelamin menular (Rueda, E. “The
Homosexual Network.” Old Greenwich, Conn., The Devin Adair Company, 1982, p. 53).

Rata-rata usia kaum gay adalah 42 tahun dan menurun menjadi 39 tahun jika
korban AIDS dari golongan gay dimasukkan ke dalamnya. Sedangkan rata-rata usia
lelaki yang menikah dan normal adalah 75 tahun. Rata-rata usia Kaum lesbian adalah 45
tahun sedangkan rata-rata wanita yang bersuami dan normal 79 tahun (Fields, DR. E. “Is
Homosexual Activity Normal?” Marietta, GA).

2) Dampak sosial

Beberapa dampak sosial yang ditimbulkan adalah sebagai berikut:

Penelitian menyatakan “seorang gay mempunyai pasangan antara 20-106 orang


per tahunnya.Sedangkan pasangan zina seseorang tidak lebih dari 8 orang seumur
hidupnya.” (Corey, L. And Holmes, K. Sexual Transmissions of Hepatitis A in
Homosexual Men.” New England J. Med., 1980, pp 435-438).
43% dari golongan kaum gay yang berhasil didata dan diteliti menyatakan
bahwasanya selama hidupnya mereka melakukan homo seksual dengan lebih dari 500
org. 28% melakukannya dengan lebih dari 1000 orang. 79% dari mereka mengatakan
bahwa pasangan homonya tersebut berasal dari orang yang tidak dikenalinya sama sekali.
70% dari mereka hanya merupakan pasangan kencan satu malam atau beberapa menit
saja (Bell, A. and Weinberg, M.Homosexualities: a Study of Diversity Among Men and
Women. New York: Simon & Schuster, 1978).

3) Dampak Pendidikan

Adapun dampak pendidikan di antaranya yaitu siswa ataupun siswi yang menganggap
dirinya sebagai homo menghadapi permasalahan putus sekolah 5 kali lebih besar
daripada siswa normal karena mereka merasakan ketidakamanan. Dan 28% dari mereka
dipaksa meninggalkan sekolah (National Gay and Lesbian Task Force, “Anti-
Gay/Lesbian Victimization,” New York, 1984)

4) Dampak Keamanan

Dampak keamanan yang ditimbulkan lebih mencengangkan lagi yaitu:

Kaum homo seksual menyebabkan 33% pelecehan seksual pada anak-anak di


Amerika Serikat; padahal populasi mereka hanyalah 2% dari keseluruhan penduduk
Amerika. Hal ini berarti 1 dari 20 kasus homo seksual merupakan pelecehan seksual pada
anak-anak, sedangkan dari 490 kasus perzinaan 1 di antaranya merupakan pelecehan
seksual pada anak-anak (Psychological Report, 1986, 58 pp. 327-337).

Meskipun penelitian saat ini menyatakan bahwa persentase sebenarnya kaum


homo seksual antara 1-2% dari populasi Amerika, namun mereka menyatakan bahwa
populasi mereka 10% dengan tujuan agar masyarakat beranggapan bahwa jumlah mereka
banyak dan berpengaruh pada perpolitikan dan perundang-undangan masyarakat (Science
Magazine, 18 July 1993, p. 322).
D. Strategi-strategi dalam Menghadapi LGBT

Mengingat banyak sekali dampak-dampak yang ditimbulkan dari perilaku


menyimpang ini, maka diperlukan strategi dalam menghadapi masalah LGBT ini.

Menumbuhkan Kesadaran Individual Pelaku LGBT dengan Mengenal Musuh dan


Strategi Melawan Musuh Abadi.

Tak dipungkiri bahwa setan menjadi musuh abadi manusia yang akan terus
menyesatkan dan menjerumuskan manusia ke dalam lembah kebinasaan.

Allah SWT berfirman:

�Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh setan; sesungguhnya setan itu
adalah musuh yang nyata bagimu.� (Q.S. Az-Zukhruf: 62).

Cara setan dalam menyesatkan manusia adalah dengan memoles perbuatan


maksiat dan jahat sehingga tampak indah dalam pandangan manusia.�Iblis berkata: Ya
Rabbi, karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, maka pasti aku akan
menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku
akan menyesatkan mereka semuanya.� (Q.S. Al-Hijr: 39).

Adapun beberapa upaya pencegahan dalam mengatasi bahaya dan ancaman


LGBT di kalangan masyarakat, antara lain:

a) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta kesadaran akan bahaya
Penyakit Menular Seksual (PMS) yang diakibatkan karena pergaulan bebas.
b) Menolak adanya legalisasi yang mendukung perilaku menyimpang seksual yang dapat
merusak moral generasi muda.
c) Meminta pemerintah dan mengajak organisasi masyarakat untuk mengantisipasi
terjadinya penyebaran paham LGBT.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perlu mendapat catatan tebal, bentuk pengakuan ini tidak berati mencari
pembenaran sendiri atau men-talfiq-, atau mencari kemudahan, ini adalah fiqih minoritas
untuk menyelesaikan wilayah abu-abu yang sebenarnya terang di mata Tuhan, tentu saja
tidak begitu saja bisa secara mentah-mentah bisa dikompromikan dengan fiqih mainsteam
atau dominan di Indonesia, Mereka menilai:

 Ikatan homoseksual adalah ikatan antar laki-laki dengan laki-laki yang memang sama
sekali tidak dimungkinkan untuk membangun rumah tangga dengan wanita.
 Ikatan homoseksual bertujuan mendorong pencapaian ketenangan, cinta dan kasih sayang
serta dijauhinya perilaku gonta-ganti pasangan (seks bebas) karena tekanan wilayah ’abu-
abu’ tersebut, sehingga mereka meyakini Islam ikut menata pula perilaku ini dan tidak
mengabaikannya, serta secara khusus mencegah dari resiko kesehatan (penyakit kelamin
dan lain-lain) dan penyakit jiwa karena kebiasaan freesex telah nyata merusak atau
mengabaikan cinta sebagai eksistensi semua manusia.
 Ikatan homoseksual adalah benar-benar untuk homoseksual, yang secara medis dan
psykologis cenderung dominan pada pilihan sifat homoseksual.
 Ikatan ini menjamin perilaku relasi yang adil dan bijaksana antara laki-laki dengan laki-
laki pasangannya, atas harta, warisan dan lain-lain yang mengikat di dalamnya (melalui
rekayasa hukum positif).
 Ikatan ini sesungguhnya tidak semudah yang dipikirkan, harus ada kosekwensi panjang,
antaranya kesetiaan, kedudukan setelah pernikahan (harta, wali dan lainnya) yang adil
dan setara melalui perjanjian resmi (hukum positif) dan semua itu kiranya tidaklah mudah
dan tidak main-main.
 Selalu ada jalan bagi cinta untuk menemukan kekasihnya. Jika hubungan sepasang
kekasih yang sejati bertujuan untuk tercapainya rasa tenang, cinta dan kasih sayang, maka
setiap manusia berhak mendapatkannya, tentu pula homoseks sangat terbuka untuk
menuju ke sana. Dengan Nama Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Wallahua’lam.

B. Saran

Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memecahkan


permasalahan kesehatan wanita dalam dimensisosial.
DAFTAR PUSTAKA

Romauli, Suryati dan Anna Vida Vindari, S.ST.2009. Kesehatan Reproduksi buat
Mahasiswi Kebidanan. Bantul: Nuha Medika.

Kumalasari, Intan dan Iwan Andhyantoro. 2012. Kesehatan Reproduksi untuk


Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan.. Jakarta: Salemba Medika.

Widyastuti, Yani dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta. Penerbit Fitramaya.

Manuaba, dr. Ida Ayu Chandranita, Sp. OG dkk. 2009. Memeahami kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai