DI KLINIK KITAMURA
“DIABETIC FOOT ULCER”
Kelompok 1
Ny. C (57 tahun) datang dengan keluhan luka karena penggunaan sandal
dan kaus kaki ketat. Awalnya luka menghitam dan terasa nyeri. Luka semakin
membesar karena terjadi infeksi. Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit
Diabetes Mellitus tipe 2 sejak berusia 30 tahun.
Step 1
(Kata-kata sulit)
1. Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, dan neuropati (Yuliana
elin, 2009)
2. Insulin merupakan hormone peptide yang disekresikan oleh sel β dari
Langerhans pancreas. Fungsi insulin adalah untuk mengatur kadar normal
glukosa darah (Wilcox, 2009).
3. Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan
ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman
saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau,
ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan
penyakit DM dengan neuropati perifer (Andyagreeni, 2010).
4. Ulkus diabetikum atau ulkus kaki diabetes (UKD) merupakan komplikasi
yang berkaitan dengan morbiditas akibat Diabetes Mellitus. Ulkus kaki
Diabetes merupakan komplikasi serius akibat Diabetes (Andyagreeni,
2010).
5. Wound bed adalah dasar luka. Terbagi menjadi 4 bagian yakni nekrotik,
slough, granulasi dan epitelisasi. Nekrotik adalah jaringan mati berwarna
hitam, slough adalah jaringan kekuningan dan menutupi luka, seperti
serabut, granulasi merupakan jaringan ikat yang mengandung banyak
kapiler baru yang akan membantu penyembuhan dasar luka berwarna
kemerahan dan epitelisasi merupakan fase akhir peneyembuhan luka yakni
epitel yang bermigrasi dari tepi luka.
Step 2
1. Apa penatalaksanaaan yang tepat untuk pasien di atas?
2. Apa diagnosa untuk kasus diatas?
Step 3
1. Apa penatalaksanaaan yang tepat untuk pasien di atas
Etiologi
Ulkus Diabetikum
Patofisiologi
A.
B.
Pemeriksaan Penunjang Manifestasi Klinis Penatalaksanaan
Askep
Step 5
Learning objective
1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Manifestasi klinis
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Penatalaksanaan
7. Komplikasi
8. Asuhan keperawatan pada kasus
Step 6
Luka Kaki Diabetes
Pengertian
Luka kaki diabetes adalah kerusakan sebagian atau keseluruhan
pada kulit yang dapat meluas ke jaringan bawah kulit, tendon, otot, tulang
atau persendian yang terjadi pada seseorang yang menderita penyakit
nyeri sehingga mendapatkan luka pada kaki (Muhartono dan Sari ,2017).
Luka kaki diabetes adalah komplikasi serius diabetes mellitus yang
Etiologi
neuropati, iskemik dan infeksi yang sering disebut dengan Critical Triad of
trauma fisik, kimiawi, maupun trauma termal sehingga pasien rentan luka
Perubahan pada sistem otonom pada kaki neuropati ditandai dengan kulit
yang kering dan callus sehingga kulit menjadi rentan akan trauma. Kondisi
Suhu kaki dan nadi Hangat dengan nadi Dingin dan tidak Dingin dan tidak ada
hilang timbul ada nadi nadi
Prevalensi berdasarkan 35 % 15 % 50 %
Armstrong,et al, 2011
Klasifikasi
a. Stadium 0 yaitu tidak ada lesi tetapi tetap berisiko. Kulit dalam
keadaan baik, tetapi dengan bentuk tulang kaki yang menonjol atau
tulang.
d. Stadium 3 yaitu ulkus dalam disertai kelainan kulit dan abses luas
hingga ke tendon.
Stage Grade
0 I II III
Patofisiologi
neuropati, iskemik dan infeksi yang sering disebut dengan Critical Triad of
al.,2013).
Neuropati sensorik biasanya cukup berat hingga menghilangkan
sensasi proteksi yang berakibat rentan terhadap trauma fisik dan termal,
trauma minimal. Hal tersebut juga dapat karena penimbunan sorbitol dan
(Kartika,2017).
Keadaan hiperglikemia dalam neuropati perifer akan meningkatkan
jaringan yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi arteri
jaringan, sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau
kaki karena berkurangnya suplai darah, kesemutan, rasa tidak nyaman, dan
tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal tungkai
kapiler, sehingga aliran darah jaringan tepi ke kaki terganggu dan nekrosis
Pathway
Manifestasi
perubahan titik simpan berat badan). Perubahan ini penting dilihat untuk
1. Debridement
2. Dressing
baru yang sedang diteliti, misalnya gel Vulnamin yang terbuat dari
kompresi elastis telah menunjukkan hasil yang positif (Singh, Pai dan
Yuhhai, 2013).
3. Off-loading
4. Terapi medis
5. Terapi adjuvan
rusak pada ulkus kaku diabetik termasuk mengganti kulit dari sel-sel
topikal dalam mengobati luka kronis juga telah tercatat (Singh, Pai
6. Manajemen bedah
sebelumnya gagal.
sebagainya.
2. Kendali vaskular, perbaikan asupan vascular (dengan operasi atau
advancement.
menyebabkan ulkus.
secara mandiri.
Pencegahan
ulkus/gangren diabetik).
1. Pencegahan Primer
perlu sepatu/ alas kaki khusus agar meratakan penyebaran tekanan pada
kaki.
1) Wound control
Perawatan luka sejak awal harus dikerjakan dengan baik dan teliti.
harus selalu sesuai dengan hasil biakan kuman dan resistensinya. Lini
luka seperti:
calcanectomy.
4) Educational control
I. PENGKAJIAN
IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny. C Jenis kelamin : P
No.RM : C124/2/**
Usia : 57 Tahun
Tgl.MRS : 19 Febuari 2019
Tgl.Pengkajian : 19 Febuari 2019
Alamat/ telp. : Jl. Paris 2
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Budha
Suku : Tionghoa
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : IRT
Lama Bekerja : Tidak bekerja
Sumber Informasi : anak kandung dan adik pasien
II. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama
Ket.
: Laki-laki
: Perempuan
: Ada hubungan
: Tinggal serumah
: Meninggal
: Klien
Keterangan:
0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain
4 = tidak mampu
Alat bantu: tongkat / splint / brace / kursi roda / pispot / walker / kacamata /dan
lain-lain: -
ket : ket :
9 Riw.penyembuhan N / cepatsembuh/ lama sembuh N / cepatsembuh/ lama sembuh
8. Pola Eliminasi
NO SMRS MRS
Buang Air Besar (BAB) :
Frekuensi 2 hari 1 kali Belum ada BAB
Konsistensi feces lunak -
Warna Kuning / coklat -
Bau Khas -
Kesulitan BAB Ya /tidak Ya /tidak
Ket : Ket :
Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
c. Sistem Kardiovaskuler
1. Riwayat Nyeri dada : tidak ada
2. Suara Jantung : S1S2 tunggal
3. Irama Jantung : reguler
4. CRT : > 3 detik
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
d. Sistem Persarafan
a) Tingkat kesadaran : compos mentis
b) GCS
Eye : 4 (spontan)
Verbal : 5( dapat berbicara seperti biasa)
Motorik : 6 (Berekasi terhadap perintah)
c) Reflek fisiologis : bisep, trisep, patella pada ekstremitas kiri
d) Reflek patologis dan rangsal meningeal : normal
e) Kejang : Tidak ada
f) Mata/penglihatan
1. Bentuk : normal
2. Pupil : isokor (diameter kanan: 3 mm dan diameter kiri: 3 mm)
3. Refleks cahaya: terjadi refleks cahaya pada mata kanan dan kiri
g) Gangguan penglihatan: tidak ada
h) Kekuatan otot (skala lovett 0-5)
5555 5555
dekstra sinistra
5555 3333
0 : Tidak ada kontraksi otot
1 : Kontraksi otot dapat di palpasi tampa gerakkan persendian
2 : Tidak mampu melawan gaya gravitas {gerakkan pasif}
3 : Hanya mampu melawan gaya gravitasi
4 : Mampu menggerakkan persendian dengan gaya gravitasi,
mampu melawan dengan tahan sedang
5 : Mampu menggerakkan persendian dalam lingkup gerak penuh,
mampu melawan gaya gravitasi, mampu melawan dengan
tahan penuh
i) Hidung/penciuman
1. Bentuk : normal
2. Gangguan penciuman : tidak ada
j) Telinga/pendengaran
1. Bentuk : normal
2. Gangguan pendengaran : tidak ada gangguan pendengaran.
k) Pemeriksaan nervus 1-12
1. Nervus I Olfaktorius : klien tidak mengalami gangguan pada
penciuman. Klien mampu membedakan bau-bauan.
2. Nervus II Optikus : klien menggunakan kacamata
3. Nervus III Okulomotorius : pergerakan mata normal dan mampu
mengikuti arah jari, pupil isokor, diameter 3 mm ka/ki
4. Nervus IV Trokhlearis : pergerakan mata ke bawah dan atas normal.
5. Nervus V Trigeminus : klien mampu membuka rahang dengan baik
dan pada saat diberi rangsangan pada ujung mata ada reflek
berkedip.
6. Nervus VI Abducens : pergerakan bola mata klien normal dan
mampu mengikuti arah jari lateral.
7. Nervus VII Fasialis : klien mampu berekspresi seperti biasa, otot
wajah tidak kaku dank lien dapat menggerakkan alis.
8. Nervus VIII Vestibulococlearis : klien mengalami kelemahan pada
kaki sebelah kiri, tidak mampu untuk berjalan dank klien tidak
mengalami gangguan dalam pendengaran.
9. Nervus IX Glasofaringeus : klien tidak mengalami gangguan dalam
bicara, refleks menelan baik.
10. Nervus X Vagus : otot wajah klien normal dan tidak ada gangguan
dalam manelan.
11. Nervus XI Aksesorius : klien dapat menggerakkan kepala secara
mandiri, ketika diberi tekanan pada bahu, klien dapat mengangkat
bahunya.
12. Nervus XII Hipoglosus : klien dapat menggerakkan lidah ke kiri,
ke kanan, ke atas, ke bawah dengan baik dan tidak ada gangguan
pengecapan.
Masalah keperawatan: Hambatan Mobilitas Fisik
e. Sistem perkemihan
a. Masalah kandung kemih : tidak ada.
b. Produksi urin : ±1200 ml/24jam
c. Warna : kuning, berbau amoniak (suatu zat yang membuat kencing
berbau)
d. Bentuk alat kelamin : normal
e. Uretra : normal
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
f. Sistem pencernaan
1. Mulut dan tenggorokan
1) Bibir : Bentuk bibir normal, namun bibir pucat dan kering.
2) Mulut/selaput lendir mulut : Membran mukosa mulut kering.
3) Lidah : berwarna pink
4) Kebersihan rongga mulut : tidak berbau
5) Tenggorokan : normal
6) Abdomen : supel, tidak terdapat nyeri tekan, bising usus 10 x/menit
7) Lubang anus: terdapat lubang anus
8) Pembesan hepar : tidak ada
9) Pembesaran lien: tidak ada
10) Asites : tidak ada
11) Mual : tidak ada
12) Muntah : tidak ada
13) Terpasang NGT : tidak terpasang NGT
14) Terpasang kolostomy : klien tidak terpasang kolostomy
2. Peristaltik usus : 10x/menit
BAB : belum ada BAB
Karakteristik feces: -
3. Pola makan: frekuensi 3x/hari
Jumlah : 1 porsi
Masalah keperawatan: Gangguan Eliminasi
h. Sistem endokrin
1. Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada
2. Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada
3. Hiperglikemia : ada
4. Hipoglikemia : tidak ada
Masalah keperawatan: Risiko ketidakstabilan kadar gula darah
17. Psikososial
a. Dampak hospitalisasi pada klien : klien terlihat murung/diam
b. Respon klien saat tindakan : kooperatif
c. Hubugan dengan pasien lain : cukup baik
d. Dampak hospitalisasi terhadap anggota keluarga lainnya: keluarga secara
bergantian membantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk
ADL (Activity Daily Living).
20. Terapi/pengobatan
IVFD RL 20 tpm
P.o Episan syr 10ml/8jam
P.o vipalbumin 1000mg/8 jam
Inj. Levemir10 unit/24 jam (21.00) sc
Inj. Novorapid 10 unit/8 jam sc
Inf. Metronidazole 1 gr/ 8 jam iv
Inj Ranitidine 50gr/ 12 jam iv
Inj. Ceftriaxone 1 gr/8jam iv
DO :
5555 5555
5555 3333
Diagnosa Keperawatan
19-2-2019 10.15 1. Mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi 1. Klien mengatkan hanya mampu duduk dan baring
10.20 2. Mendampingi dan bantu klien saat mobilisasi dan bantu diatas tempat tidur 5555 5555
penuhi kebutuhan ADLs klien 5555 3300
10.25 3. Mengajarkan klien menggunakan alat bantu gerak 2. klien ADLs nya dibantu oleh keluarga
10.30 4. Memberikan edukasi kepada klien mengenai 3. Klien tidak mampu untuk berjalan
pentingnya meningkatkan mobilitas 4. Klien mengatakan mengerti mengenai pentingnya
10.35 5. Menganjarkan klien untuk ROM di atas tempat tidur mobilitas fisik
6. Memberikan alat bantu jika klien memerlukan 5. Klien mampu menggerakkan kakinya dengan bantuan
10.40
7. Mengajarkan klien bagaimana merubah posisi dan tangan
10.45
berikan bantuan jika diperlukan 6. Klien diberikan alat bantu urin kateter dan kursi roda
7. Klien mengubah posisi nya dengan dibantu oleh
anaknya
20-2-2019 10.15 1. Mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi 1. Klien mengatkan hanya mampu duduk dan baring
10.20 2. Mendampingi dan bantu klien saat mobilisasi dan bantu diatas tempat tidur 5555 5555
penuhi kebutuhan ADLs klien 5555 3333
10.25 3. Mengajarkan klien menggunakan alat bantu gerak 2. Klien ADLs nya dibantu oleh keluarga
10.30 4. Memberikan edukasi kepada klien mengenai 3. Klien tidak mampu untuk berjalan
pentingnya meningkatkan mobilitas 4. Klien mengatakan mengerti mengenai pentingnya
10.35 5. Menganjarkan klien untuk ROM di atas tempat tidur mobilitas fisikKlien mampu menggerakkan kakinya
6. Memberikan alat bantu jika klien memerlukan dengan bantuan tangan
10.40
7. Mengajarkan klien bagaimana merubah posisi dan 5. Klien diberikan alat bantu urin kateter dan kursi roda
10.45
berikan bantuan jika diperlukan 6. Klien mengubah posisi nya dengan dibantu oleh
anaknya
S:
- Klien mengatakan makan 1 porsi setiap kali
jam makan
- Klien mengatakan dilakukan perawatan luka
dengan madu
O:
- Dalam pengkajian didapatkan skor 9
(terlampir)
- Disekitar luka sudah tampak granulasi
- Kaki sinistra klien diberi alas underpad dan
bantal (selimut)
- Mengganti balutan setiap hari dan terdapat
granulasi pada luka sekitar
- Kondisi luka dengan kedalaman sampai
tendon plantar, terdapat nekrosis dan tanda
infeksi (abses/slogh, kemerahan sekitar luka,
19/02/19 1
teraba hangat dan nyeri) dan ukuran luka 14 x
16 cm.
- ABI 0,75 kaki kiri
- SpO2 94 kaki kiri
A : Kerusakan Integritas Jaringan
P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengkaji luka dengan pengkaijan MUNGS
2. Monitor kulit akan adanya kemerahan
3. Lakukan teknik perawatan luka secara steril
4. Berikan posisi untuk mengurangi tekanan
pada luka
5. Evaluasi balutan pada interval waktu yang
sesuai dan kondisi luka
6. Dokumentasikan lokasi luka ukuran dan
tampilan
7. Kolaborasi nutrisi dengan ahli gizi
19/02/19 3 S :
- Klien mengatakan hanya mampu duduk dan
baring diatas tempat tidur
- Klien mengatakan ADLs nya dibantu oleh
keluarga
- Klien mengatakan mengerti arti pentingnya
mobilitas/bergerak
- Klien mengatakan tidak mampu untuk
berjalan
O:
- Klien mampu menggerakkan kakinya dengan
bantuan tangan
- Klien diberikan alat bantu pispot dan kursi
roda
- Klien tampak mengubah posisi nya dengan
dibantu oleh keluarga
A : Hambatan mobilitas fisik
P : Intervensi dilanjutkan
1. Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi
2. Dampingi dan bantu klien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan ADLs klien
3. Mengajarkan klien menggunakan alat bantu
gerak
4. Berikan edukasi kepada klien mengenai
pentingnya meningkatkan mobilitas
5. Anjurkan klien untuk ROM di atas tempat
tidur
6. Berikan alat bantu jika klien memerlukan
7. Ajarkan klien bagaimana merubah posisi dan
berikan bantuan jika diperlukan
20/02/19 2 S:
- Klien mengatakan makan, makanan yang
diberikan dari Klinik, Klien juga membatasi
mengkonsumsi makanan yang manis-manis
- Klien mengatakan dilakukan perawatan luka
dengan madu setiap pagi dan diganti balutan
atau perban luka
O:
- Dalam pengkajian didapatkan skor 9
(terlampir)
- Disekitar luka sudah tampak granulasi
- Kaki sinistra klien diberi alas underpad dan
bantal (selimut)
- Mengganti balutan setiap hari dan terdapat
granulasi pada luka sekitar
- Kondisi luka dengan kedalaman sampai
tendon plantar, terdapat nekrosis dan tanda
infeksi (abses/slogh, kemerahan sekitar luka,
teraba hangat dan nyeri) dan ukuran luka 14 x
16 cm.
- ABI 0,76 kaki kiri
- SpO2 98 kaki kiri
A : Kerusakan Integritas Jaringan
P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengkaji luka dengan pengkaijan MUNGS
Monitor kulit akan adanya kemerahan
2. Lakukan teknik perawatan luka secara steril
3. Berikan posisi untuk mengurangi tekanan
pada luka
4. Evaluasi balutan pada interval waktu yang
sesuai dan kondisi luka
5. Dokumentasikan lokasi luka ukuran dan
tampilan
6. Kolaborasi nutrisi dengan ahli gizi
S : - Klien mengatakan kalau kaki sinistra terasa
nyeri.
P : saat bergerak/ perawatan luka
Q : Tertusuk-tusuk
R : Tungkai kaki sinistra
S : Skala 4 (sedang)
T : intermiten
O :
- Klien tampak meringis saat perawatan luka
TTV : TD : 133/72 mmHg T : 36,2 0C
N : 96 x/menit RR : 20 x /menit
A : Nyeri akut
20/02/19 2 P : Intervensi di lanjutkan
1. Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi.
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Menciptakan lingkungan untuk
mengurangi nyeri
4. Memonitor –tanda vital klien
5. Menganjurkan klien melakukan relaksasi
napas napas
20/02/19 3 S :
- Klien mengatkan hanya mampu duduk dan
baring diatas tempat tidur
- Klien mengatakan ADLs nya dibantu oleh
keluarga
- Klien mengatakan mengerti arti pentingnya
mobilitas/bergerak
- Klien mengatakan tidak mampu untuk
berjalan
O:
- Klien mampu menggerakkan kakinya dengan
bantuan tangan
- Klien diberikan alat bantu pispot dan kursi
roda
- Klien tampak mengubah posisi nya dengan
dibantu oleh keluarga
A : Hambatan mobilitas fisik
P : Intervensi dilanjutkan
1. Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi
2. Dampingi dan bantu klien saat
mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs klien
3. Mengajarkan klien menggunakan alat
bantu gerak
4. Berikan edukasi kepada klien mengenai
pentingnya meningkatkan mobilitas
5. Anjurkan klien untuk ROM di atas
tempat tidur
6. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
7. Ajarkan klien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
21/02/19 2 S:
- Klien mengatakan makan, makanan yang
diberikan dari Klinik, Klien juga membatasi
mengkonsumsi makanan yang manis-manis
- Klien mengatakan dilakukan perawatan luka
dengan madu setiap pagi dan diganti balutan
atau perban luka
O:
- Dalam pengkajian didapatkan skor 9
(terlampir)
- Disekitar luka sudah tampak granulasi
- Kaki sinistra klien diberi alas underpad dan
bantal (selimut)
- Mengganti balutan setiap hari dan terdapat
granulasi pada luka sekitar
- Kondisi luka dengan kedalaman sampai
tendon plantar, terdapat nekrosis dan tanda
infeksi (abses/slogh, kemerahan sekitar luka,
teraba hangat dan nyeri) dan ukuran luka 18 x
12 cm.
- ABI 0,76 kaki kiri
- SpO2 98 kaki kiri
A : Kerusakan Integritas Jaringan
P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengkaji luka dengan pengkaijan MUNGS
Monitor kulit akan adanya kemerahan
2. Lakukan teknik perawatan luka secara steril
3. Berikan posisi untuk mengurangi tekanan
pada luka
4. Evaluasi balutan pada interval waktu yang
sesuai dan kondisi luka
5. Dokumentasikan lokasi luka ukuran dan
tampilan
6. Kolaborasi nutrisi dengan ahli gizi
A : Nyeri akut
21/02/19 2
P : Intervensi di lanjutkan
1. Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi.
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Menciptakan lingkungan untuk
mengurangi nyeri
4. Memonitor –tanda vital klien
5. Menganjurkan klien melakukan relaksasi
napas napas
21/02/19 3 S :
- Klien mengatkan hanya mampu duduk dan
baring diatas tempat tidur
- Klien mengatakan ADLs nya dibantu oleh
keluarga
- Klien mengatakan mengerti arti pentingnya
mobilitas/bergerak
- Klien mengatakan tidak mampu untuk
berjalan
O:
- Klien mampu menggerakkan kakinya dengan
bantuan tangan
- Klien diberikan alat bantu pispot dan kursi
roda
- Klien tampak mengubah posisi nya dengan
dibantu oleh keluarga
A : Hambatan mobilitas fisik
P : Intervensi dilanjutkan
1. Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi
2. Dampingi dan bantu klien saat mobilisasi
dan bantu penuhi kebutuhan ADLs klien
3. Mengajarkan klien menggunakan alat bantu
gerak
4. Berikan edukasi kepada klien mengenai
pentingnya meningkatkan mobilitas
5. Anjurkan klien untuk ROM di atas tempat
tidur
6. Berikan alat bantu jika klien memerlukan
7. Ajarkan klien bagaimana merubah posisi
dan berikan bantuan jika diperlukan
STUDI META ANALISIS PERAWATAN LUKA KAKI DIABETES
DENGAN MODERN DRESSING
Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika
kulit terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi.
Respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks
dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus
menerus disebut dengan penyembuhan luka. Penyembuhan luka terkait dengan
regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan
tandatanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama
berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang
sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.
Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit gangguan metabolisme
karbohidrat yang kronis, yang dapat menimbulkan komplikasi yang bersifat kronis
juga. Saat ini DM telah menjadi penyakit epidemik, ini dibuktikan dalam 10 tahun
terakhir terjadi peningkatan kasus 2 sampai 3 kalilipat, hal ini disebabkan oleh
pertambahan usia, berat badan, dangaya hidup. Indonesia sendiri menempati
urutan ke 4 angka kejadian DM di dunia setelah negara India, Cina dan Amerika
Serikat. DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau biasa disebut hiperglikemia. Kondisi
hiperglikemia yang lama pada pasien DM menyebabkan arteroskelosis, penebalan
membrane basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan
terjadinya luka kaki diabetik.
Luka kaki diabetes disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu neuropati,
trauma, deformitas kaki, tekanan tinggi pada telapak kaki dan penyakit vaskuler
perifer. Pemeriksaan dan klasifikasi ulkus diabetes yang menyeluruh dan
sistematik dapat membantu memberikan dan arahan perawatan yang adekuat.
Dasar dari perawatan ulkus diabetes meliputi 3 hal yaitu debridement,offloading,
dan kontrol infeksi. Ulkus kaki pada pasien diabetes harus mendapatkan
perawatan karena ada beberapa alasan, misalnya unfuk mengurangi resiko infeksi
dan amputasi, memperbaiki fungsi dan kualitas hidup, dan mengurangi biaya
pemeliharaan kesehatan. Tujuan utama perawatan ulkus diabetes sesegera
mungkin didapatkan kesembuhan dan pencegahan kekambuhan setelah proses
penyembuhan. Dari beberapa penelitian, menunjukkan bahwa perkembangan
ulkus diabetes dapat dicegah.
Metode perawatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan dressing modern yaitu Alginate, Foam dressing, Hidrogel. Pada
luka dengan eksudasi sedang sampai tinggi, luka basah dengan terowongan yang
dalam digunakan Alginate (Kaltostat®) dan Foam dressing pada luka yang basah,
untuk luka yang cenderung kering digunakan Hidrogel (Duoderm Gel®). Alginate
dressing adalah absorban tingkat tinggi, nonadheren, biodegradable, turunan serat
nonwoven dari rumput laut terdiri dari garam kalsium, asam alginic dan asam
mannuronic dan guluronic. Cara kerjanya : ketika alginate dressing kontak dengan
cairan sodium yang berasal dari drainage luka, akan terjadi pertukaran ion kalsium
dan sodium yang akan membentuk sodium alginate gel, gel ini akan
mempertahankan kelembaban dan mendukung lingkungan luka yang terapeutik.
Indikasi penggunaan alginate dressing adalah pada luka dengan eksudasi sangat
banyak seperti: luak yang menggaung, ulkus decubitus, ulkus vaskuler, luak insisi,
luka dehicence, tunnels, saluran sinus, luka donor skin graft, luka tendon yang
terlihat dan luka infeksi. Foam dressing berfungsi sebagai absorban yang terbuat
dari polyurethane dan memberikan tekanan pada permukaan luka. Balutan ini
dapat di lewati udara dan air, kandungan hydrophilinya dapat menyerap eksudat
sampai pada lapisan atas balutan.
Hasil penlitian Penggunaan Balutan Modern Memperbaiki Proses
Penyembuhan Luka Diabetik didapatkan hasil tingkat proses penyembuhan luka
ada perbedaan signifikan pembiayaan pada perawatan luka diabetes menggunakan
balutan modern dibandingkan balutan konvensional, menggunakan balutan
modern lebih efektif.
Lampiran
Foto
20/02/2019
21/02/2019
22/02/2019