Anda di halaman 1dari 18

Kelompok 2 Bercak-bercak merah yang terasa gatal pada

kedua tangan

Laporan Tutorial
“bercak-bercak merah yang terasa gatal pada kedua tangan”

DISUSUN
OLEH :

KELOMPOK II

Ketua : Mirna Lestari Sinuraya (14000015)

Sekretaris : Betaniasty Ariadno Daeli (14000039)

Anggota Kelompok : Andri Tambunan (14000005)

Frederich Xaverius (140000)

Putri Okta sinaga (14000038)

Sartika Astri (14000009)

Dwi Putri Simamora (14000044)

Widya G Simanjuntak (14000006)

Grasianus Ridho Hia (14000035)

Dina Roulina Simanjuntak (14000036)

Fakultas Kedokteran
Universitas HKBP Nommensen
~1~
Kelompok 2 Bercak-bercak merah yang terasa gatal pada
kedua tangan

Pemicu

Seorang Mahasiswa, usia 21 tahun, datang ke RS dengan keluhan gatal-gatal pada kulit
pergelangan tangan kirinya sejak 1 minggu sebelumnya. Mula-mula terlihat sebagai bercak-
bercak kemerahan, namun kemudian timbul bintil-bintil kecil berisi air dan tampak keropeng.
Pada pemeriksaan dermatologi dijumpai :
Ruam : eritema, edema, papula, erosi, vesikula dan krusta.
Lokasi radioulnaris distal sinistra
Apa yang terjadi pada mahasiswa tersebut?

More info I

Satu minggu sebelumnya mahasiwa tersebut memakai jam tangan baru yang terbuat dari bahan
metal

More info II

Pemeriksaan KOH negatif.


Pada pemeriksaan tes tempel (patch test) didapati alergi terhadap nikel (++) pada pembacaan 48
jam setelah tes dilakukan

Masalah

1. Gatal-gatal pada kulit pergelangan tangan kiri


2. Bercak-bercak kemerahan
3. Bintil-bintil kecil berisi air
4. Keropeng

Analisa masalah

Reaksi alergi Iritasi Infeksi

Pelepasan mediator inflamasi

Vasodilatasi Sel PMN masuk Pelepasan


Pembuluh ke epitel Histamin
darah
Eritema vesikel Gatal-gatal

Pecah

Keropeng

Hipotesa

Dermatitis Kontak Alergen

~2~
Kelompok 2 Bercak-bercak merah yang terasa gatal pada
kedua tangan

Learning Issue

1. Histologi perlapisan kulit


2. Fungsi kulit dan mekanisme pertahanan tubuh melalui kulit
3. Patogenesis dan patofisiologi sesuai pemicu
4. Diagnosa banding sesuai pemicu
5. Dfenisi dan klasifikasi dermatitis
6. Pemeriksaan penunjang (tujuan serta hasil interpretasi)
7. Penatalaksanaan Dermatitis Kontak Alergen
8. Prognosis Dermatitis Kontak Alergen

Pembahasan Learning Issue

1. Histologi Kulit

Kulit adalah organ tunggal yang terberat di tubuh, yang biasanya membentuk 15-20%
berat badan total dan pada orang dewasa, memiliki luas permukaan sebesar 1,5 - 2 m2 yang
terpapar dengan dunia luar. Selain dikenal sebagai lapisan kutaneus atau integumen (L.
integumentum, lapisan), kulit terdiri atas epidermis, yaitu lapisan epitel yang berasal dari
ektoderm, dan dermis, suatu lapisan jaringan ikat yang berasal dari mesoderm. Taut dermis dan
epidermis tidak teratur, dan tonjolan dermis yang disebut papila saling mengunci dengan
evaginasi epidermis yang disebut epidermal ridges (rigi epidermis). Turunan epidermis meliputi
rambut, kuku, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Di bawah dermis terdapat hipodermis atau
jaringan subkutan, yaitu jaringan ikat longgar yang dapat mengandung bantalan adiposit.
Jaringan subkutan mengikat kulit secara longgar pada jaringan di bawahnya dan sesuai dengan
fasia superfisial pada anatomi makro.

EPIDERMIS
Epidermis terutama terdiri atas epitel berlapis gepeng berkeratin yang disebut keratinosit.
Tiga jenis sel epidermis yang jumlahnya lebih sedikit juga ditemukan; melanosit, sel Langerhans
penyaji-antigen, dan sel Merkel atau sel taktil epitelial. Epidermis menimbulkan perbedaan
utama antara kulit tebal yang terdapat pada telapak tangan dan kaki, dengan kulit tipis yang
terdapat pada bagian tubuh lainnya. Pemakaian kata "tebal" dan "tipis" merujuk pada ketebalan
lapisan epidermis, yang bervariasi antara 75 sampai 150 prm untuk kulit tipis dan 400 sampai
1400 pm (1,4 mm) untuk kulit tebal. Ketebalan total kulit (epidermis ditambah dermis) juga
bervariasi menurut tempatnya. Contohnya, kulit punggung memiliki tebal sekitar 4 mm,
sedangkan pada kulit kepala lebih kurang setebal 1,5 mm.
Dari dermis ke atas, epidermis terdiri atas lima lapisan keratinosit, kelima lapisan di kulit
tebal:

~3~
Kelompok 2 Bercak-bercak merah yang terasa gatal pada
kedua tangan

 Lapisan basal (stratum basale)


terdiri atas selapis sel kuboid atau
kolumnar basofilik yang terletak di
atas membran basal pada perbatasan
epidermis-dermis. Hemidesmosom,
yang terdapat di plasmalema basal
membantu mengikat sel-sel ini pada
lamina basal dan desmosom mengikat
sel-sel di lapisan ini bersama-sama di
permukaan atas dan lateralnya.
Stratum basale ditandai dengan
tingginya aktivitas mitosis dan
bertanggung jawab, bersama dengan
bagian awal lapisan berikutnya atas
produksi sel-sel epidermis secara
bersinambungan. Meskipun sel punca untuk keratinosit ditemukan di lapisan basal, lokus
untuk sei tersebut juga ditemukan di tonjolan khusus selubung folikel rambut yang
bersambung dengan epidermis. Epidermis manusia diperbarui setiap 15-30 hari,
bergantung pada usia, bagian tubuh, dan faktor lain. Semua keratinosit dalam stratum
basale mengandung filamen keratin intermediat berdiameter 10 nm yang terdiri atas
keratin. Sewaktu sel berpindah ke atas, jumlah dan tipe filamen keratin juga bertambah
sehingga mencapai setengah jumlah protein total di lapisan terluar.
 Lapisan spinosa (stratum spinosum), yang normalnya lapisan epidermis paling tebal,
terdiri atas sel-sel kuboid atau agak gepeng dengan inti di tengah dengan nukleolus dan
sitoplasma yang aktif menyintesis filamen keratin. Tepat di atas lapisan basal, sejumlah
sel masih membelah dan zona kombinasi ini terkadang disebut stratum germinativum.
Filamen keratin membentuk berkas yang tampak secara mikroskopis, disebut tonofibril
yang berkonvergensi dan berakhir pada sejumlah desmosom yang mengubungkan sel
bersama-sama secara kuat untuk menghindari gesekan. Stioplasma ditarik ke dalam
juluran sel pendek di sekitar tonofibril pada kedua sisi di setiap desmosom (dan juluran
tersebut memanjang jika sel mengerut sedikit ketika mengalami proses histologis), yang
menimbulkan tampilan spina atau duri kecil di permukaan sel. Epidermis di area yang
rentan mengalami gesekan dan tekanan secara kontinu (seperti telapak kaki) memiliki
stratum spinosum yang lebih tebal dengan lebih banyak tonofibril dan desmosom.
 Lapisan granular (stratum granulosum) terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang
mengalami diferensiasi terminal. Sitoplasmanya berisikan massa basofilik intens yang
disebut granul keratohialin. Struktur tersebut tidak berikatan dengan membran dan terdiri
atas massa filaggrin dan protein lain yang berhubungan dengan keratin tonofibril yang
menghubungkannya dengan struktur sitoplasma besar pada proses keratinisasi yang
penting. Gambaran khas lainnya yang hanya terlihat dengan mikroskop elektron (TEM)
pada sel-sel lapisan granular adalah granul lamela berselubung-membran suatu struktur
lonjong (0,1-0,3 pm) yang mengandung banyak lamel yang dibentuk oleh berbagai lipid.
Granula lamella mengalami eksositosis dan mencurahkan isinya ke dalam ruang antar sel
di stratum granulosum. Di tempat ini, materi yang kaya-lipid membentuk lembaran-
lembaran yang melapisi sel, yang kini lebih kecil daripada kantong pipih yang terisi
dengan keratin dan protein terkait. Lapisan selubung lipid merupakan komponen utama
sawar epidermis terhadap kehilangan air dari kulit. Pembentukan sawar tersebut yang
terlihat pertama kali pada reptile, merupakan salah satu peristiwa evolusi penting yang
memungkinkan hewan berkembang biak di darat. Bersama-sama, keratinisasi dan
produksi lapisan yang kaya-lipid juga memiliki efek pelindung yang penting di kulit,
yang membentuk sawar terhadap penetrasi sebagian besar benda asing. . Stratum lusidum
hanya dijumpai pada kulit tebal, dan terdiri atas lapisan tipis translusen sel eosinofilik
yang sangat pipih. Organel dan inti telah menghilang dan sitoplasma hampir sepenuhnya
terdiri atas filamen keratin padat yang berhimpitan dalam matriks padat-elektron.
Desmosom masih tampak di antara sel-sel yang bersebelahan.
 Stratum korneum terdiri atas 15 - 20 lapis sel gepeng berkeratin tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi keratin filamentosa birefringen. Filamen keratin sekurang-
kurangnya mengandung enam macam polipeptida dengan massa molekul antara 40 kDa
sampai 70 kDa. Komposisi tonofilamen berubah sewaktu sel epidermis berdiferensiasi
dan ketika massa tonofibril bertambah dengan protein lain dari granula keratohialin.

~4~
Kelompok 2 Bercak-bercak merah yang terasa gatal pada
kedua tangan

Setelah mengalami keratinisasi, sel-sel hanya terdiri atas protein amorf dan fibrilar dan
membran plasma yang menebal dan disebut sisik atau sel bertanduk. Sel-se1 tersebut
secara kontinu dilepaskan pada permukaan stratum korneum.

MELANOSIT
Warna kulit ditentukan berbagai faktor, dan yang terpenting adalah kandungan melanin
dan karoten dalam keratinosit dan sejumlah pembuluh darah dalam dermis. Eumelanin adalah
pigmen hitam kecokelatan yang dihasilkan oleh melanosit, suatu sel khusus epidermis yang
terdapat di antara sel-sel lapisan basal dan dalam folikel rambut. Pigmen serupa yang ditemukan
dalam rambut merah disebut feomelanin. Melanosit berasal dari,krista neural yang bermigrasi ke
stratum basal yang berkembang dan ditempat ini akhirnya menetap untuk setiap lima atau enam
keratinosit basal (600-120O/mm, kulit). Melanosit memiliki badan sel yang bulat dan
membentuk hemidesmosom dengan lamina basal, tetapi tanpa desmosom dengan keratinosit
yang bersebelahan.
Juluran dendritik panjang yang irregular dari setiap melanosit bercabang ke dalam
epidermis, yang berialan di antara sel-sel lapisan basal dan spinosa serta berakhir dalam bentuk
invaginasi lima sampai sepuluh keratinosit yang bersebelahan. Secara ultrastruktural, sebuah
melanosit adalah sel yang terpulas pucat dengan sejumlah besar mitokondria kecil, sisterna
pendek reticulum endoplasma kasar (RER), dan apparatus Golgi yang berkembang baik.

SEL (LANGERHANS) DENDRITIK


Sel dendritik (sel Langerhans) penyaji-antigen ini, yang biasanya terlihat paling jelas di
lapisan spinosa, dan mewakili 2-8% sel-sel epidermis. Prossesus sitoplasma terjulur dari sel
dendritik ini di antara kerafinosit pada semua lapisan, yang membentuk suatu jalinan padat di
epidermis. Sel Langerhans merupakan sel darah turunan sumsum tulang yang mampu mengikat,
mengolah, dan menyajikan antigen kepada limfosit T dengan cara yang sama sebagai sel
dendritik imun pada organ lain. Mikroorganisme tidak dapat mempenetrasi epidermis tanpa
memberi peringatan kepada sel dendritiknya dan mencetuskan suatu respons imun. Sel
Langerhans, beserta limfosit epidermal yang tersebar dan sel imun yang serupa di dermis
membenfuk komponen utama imunitas adaptif kulit.
Karena lokasinya, kulit secara kontinu berkontak erat dengan banyak molekul antigen.
Berbagai gambaran epidermis berperan pada imunitas alami dan imunitas adaptif, yang
menyediakan komponen imunologis pada keseluruhan fungsi perlindungan kulit.

SEL (MERKEL) TAKTIL


Sel taktil epithelial (yang umum disebut sel Merkel) adalah mekanoreseptor yang
menyerupai keratinosit terpulas-pucat dengan filamen keratin di sitoplasmanya tetapi dengan
sedikit melanosom. Granul neuroendokrin kecil berinti padat yang berasal dari Golgi
mengandung peptida seperti peptida sel neuroendokrin adalah gambaran khas. Selain berasal dari
sel krista neuralis, sel Merkel berlokasi di lapisan epidermal basal di area sensitivitas taktil yang
tinggi dan pada dasar folikel rambut. Permukaan basolateral sel berkontak dengan cakram
terminal serabut sensorik tak bermielin yang mempenetrasi lamina basal. Sel taktil memiliki
fungsi yang berkaitan dengan sistem neuroendokrin difus.

DERMIS
Dermis adalah jaringan ikat yang menunjang epidermis dan mengikatnya pada jaringan
subkutan (hipodermis). Ketebalan dermis bervariasi, bergantung pada daerah tubuh, dan
mencapai tebal maksimum 4 mm di daerah punggung. Permukaan dermis sangat iregular dan
memiliki banyak tonjolan (papilla dermis) yang saling mengunci dengan juluran-juluran
epidermis (rabung epidermis). Papilla dermis ini lebih banyak terdapat di kulit yang sering
mengalami tekanan, tempat papilla ini menguatkan taut dermis-epidermis. Selama
perkembangan embrional, mesenkim dermis menentukan nasib epidermis di atasnya. Contohnya
pada tikus percobaan, dermis yang diambil dari telapak kaki selalu menginduksi pembentukan
epidermis dengan keratin tebal, yang tidak bergantung pada tempat asal sel epidermisnya.
Membran basal selalu dijumpai antara stratum basale dan lapisan papilar dermis dan mengikuti
kontur interdigitasi antara kedua lapisan tersebut. Membran basal merupakan struktur majemuk
yang terdiri atas lamina basal dan lamina retikular dan biasanya dapat terlihat dengan mikroskop
cahaya. Nutrien untuk keratinosit harus berdifusi ke dalam

~5~
Kelompok 2 Bercak-bercak merah yang terasa gatal pada
kedua tangan

epidermis yang avaskular dari vaskular dermis melalui membran basal tersebut.
Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata-lapisan papilar di sebelah
luar dan lapisan reticular yang lebih dalam. Lapisan papilar tipis yang terdiri atas jaringan ikat
longgar, dengan fibroblas dan sel jaringan ikat lainnya, seperti sel mast dan makrofag. Leukosit
yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi) juga dijumpai. Dari lapisan ini, fibril penambat dari
kolagen tipe VII menyelip ke dalam lamina basal dan mengikat dermis pada epidermis. Lapisan
retikular lebih tebal, yang terdiri atas jaringan ikat padat iregular (terutama kolagen tipe I), dan
memiliki lebih banyak serat dan lebih sedikit sel daripada lapisan papilar. ]alinan serat elastin
juga ditemukan yang menghasilkan elastisitas kulit. Ruang antara serat kolagen dan elastin terisi
dengan proteoglikan yang kaya akan dermatan
sulfat.
Dermis merupakan tempat turunan epidermis berupa folikel rambut dan kelenjar.
Terdapat banyak serabut saraf dalam dermis. Saraf efektor yang berjalan ke struktur dermis
merupakan serabut pascaganglionik ganglia simpatis; tidak terdapat persarafan parasimpatis.
Serabut saraf aferen sensorik membentuk jalinan di papilla dermis dan sekitar folikel rambut,
yang berakhir di sel taktil epithelial, pada reseptor sensorik bersimpai di dermis, dan sebagai
ujung saraf bebas (tidak bersimpai) di antara sel-sel epidermis.

JARINGAN SUBKUTAN
Lapisan subkutan terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit secara longgar
pada organ-organ di bawahnya, yang memungkinkan kulit bergeser di atasnya. Lapisan tersebut,
yang juga disebut hipodermis atau fascia superficialis, sering mengandung sel-sel lemak yang
jumlahnya bervariasi sesuai daerah fubuh dan ukuran yang bervariasi sesuai dengan status gizi.
Suplai vaskular yang luas di lapisan subkutan meningkatkan ambilan insulin dan obat yang
disuntikkan ke dalam jaringan ini secara cepat.

2. Fisiologi Fungsi Kulit

1. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tiubuh terhdapa gangguan fisis atau mekanis,
misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimia terutama
yang bersifat iritan, contohnya lisol., karbol,asam, dan alkalikuat lainnya: gangguan yang
bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultra violet: gangguan infeksi luar
terutama kumam/bakteri maupun jamur.
Hal diatas dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit
dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung terhadap
gangguan fisis.
Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap pajanan sinar matahari dengan
mengadakan tanning. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum
korneum yang impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air, disamping itu terdapat
lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zart-zat kimia dengan kulit. Lapisan
keasaman kulit ini mungkin terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum, keasaman
kulit menyebabkan PH kulit berkisar pada pH 5-6,5 sehingga merupakan perlindungan
kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur. Proses kreatinisasi juga berperan sebagai
sawar mekanis karena sel-sel mati melepaskan diri secara teratur

2. fungsi absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan
yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak. Permeabilitas
kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada
fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelelmbapan, metabolism dan jenis vehikulum.penyerapan dapat berlangsung melalui
celah antara sel, menembus sel-sel epidermis atau melalui uara saluran kelenjar: tetapi
lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis.

3. Fungsi ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa
metabolism dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan ammonia. Kelenjar lemak

~6~
Kelompok 2 Bercak-bercak merah yang terasa gatal pada
kedua tangan

pada fetus atas pengaruh hormone androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk
melindungi kulitnya terhadap cairan amnion, pada waktu lahir dijumpai sebagai vernix
caseosa. Sebum yang diproduksi melindungi kulit karena lapisan sebum ini selain
meminyaki kulit juga menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak
menjadi kering. Produk kelenjar lemak dan keringat di kulit menyebabkan keasaman kulit
pada pH 5-6,5

4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap
rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap
dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis. Badan taktil
Meissner terletak terletak di papilla dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula
badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan
diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak
jumlahnya di daerah yang erotic

5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)


Kulit mlakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkn
(otot berkontraksi) pembuluhdarah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga
memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus vascular dipengaruhi oleh
saraf simpatis (asetilkolin).

6. Fungsi pembentuk pigmen


Sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di lapisan basal dan sel ini berasal
dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal: melanosit adalah 10:1. Jumlah melanosit
dan jumlah serta besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras
maupun individu. Pada pulasan H.E, sel ini jernih berbentuk pula sebagai clear cell.
Melanosom dibentuk oleh alat Golgi dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan O2.
Pajanan terhadap sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen disebar ke
epidermis melalui tangan-tangan dendrite sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya dibawa
oleh sel melanofag (melanofor). Warna kulit tidak sepenuhnya diperanguhi oleh pigmen
kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.
7. Fungsi keratinisasi
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit, sel
Langerhans, melanosit.. Pajanan terhadap sinar matahari mempengaruhi produksi
melanosom. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrite sedangkan ke
lapisan kulit di bawahnya dibawa oleh sel melanofag (melanofor). Warna kulit tidak
sepenuhnya diperanguhi oleh pigmen kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit,
reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.

8. Fungsi keratinisasi
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit, sel
Langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, sel
basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum,
makin ke atas sel menjadi makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin
lama inti menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf.

9. Fungsi pembentukan vitamin D,


Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar
matahari.

~7~
Kelompok 2 Bercak-bercak merah yang terasa gatal pada
kedua tangan

3. Patogenesis dan Patofisiologi


FASE SENSITISASI

Senyawa tersebut harus kurang dari 500 untuk dapat menembus lapisan stratum korneum
kulit yang mempunyai sifat kedap air.5 Berat molekul harus rendah (biasanya kurang dari
500 sampai 1000 d dan bersifat electofilik dan hidrofilik) agar dapat menembut kulit dan
membentuk hapten-protein kompleks dengan protein carier yang berada di epidermal,
yang akan menghasilkan suatu alergen yang kompleks atau lengkap.3
Hapten yang masuk ke dalam epidermis melewati startum korneum akan ditanggapi oleh
sel langerhans dengan cara pinositosis, dan akan didegradasi atau diproses oleh enzim
lisosom atau sitosol, serta dikonjugasikan atau diikat pada molekul HLA-DR menjadi
antigen lengkap. Pada awalnya sel langerhans dalam keadaan istirahat, dan hanya
berfungsi sebagai makrofag dengan sedikit kemampuan menstimulasi sel T. Tetapi setelah
keratinosit terpajan oleh hapten yang juga mempunyai sifat iritan, akan melepaskan
sitokinin (IL-1) yang mengaktifkan sel langerhans sehingga mampu menstimulasi sel T.
Aktivasi tersebut akan merubah fenotip sel langerhans dan meningkatkan sekresi sitokin
tertentu (misalnya IL-1) serta ekspresi molekul permukaan sel termasuk MHC kelas I dan
II, ICAM-1, LFA-3 dan B7. Sitokin proinflamasi lain yang dilepaskan oleh keratinosit
yaitu TNF-A, yang dapat mengaktifasi sel T, makrofag dan granulosit, menginduksi
perubahan molekul adhesi sel dan pelepasan sitokin juga meningkatkan MHC kelas I dan
II. Hapten atau haptened self-protein dapat dibaca oleh sistem imun di kulit, dan
menyebabkan elaborasi dari sejumlah mediator proinflamasi, termasuk interleukin (IL-1
β). Sejumlah sel dendrit menjadi aktif, salah satunya adalah sel langerhans. Sel langerhans
akan bermigrasi dengan kondisi antigen sudah melekat, menuju kelenjar getah bening
dimana nantinya antigen akan dipresentasikan ke naïve dan memory T cells.5
TNF-A menekan produksi E-cadherin yang mengikat sel langerhans pada epidermis, juga
menginduksi aktivitas gelatinolisis sehingga memperlancar sel langerhans melewati
membran basalis bermigrasi ke kelenjar getah bening setempat melalui saluran limfe. Di
dalam kelenjar limfe, sel langerhans mempresentasikan kompleks HLA-DR antigen
kepada sel T penolong spesifik, yaitu yang mengekspresikan molekul CD4 yang
mengenali HLA-DR sel langerhans, dan kompleks reseptor sel T-CD3 yang mengenali
antigen yang telah diproses. Sel Langerhans akan bergerak melalui jalur limfatik ke
kelenjar regional, dimana akan terdapat kompleks yang spesifik terhadap sel T dengan
CD4-positif.6 Ada atau tidak adanya sel-T spesifik ini ditentukan secara genetik.
Sel langerhans mensekresikan IL-1 yang menstimulasi sel T untuk mensekresi IL-2 dan
mengekspresi reseptor IL-2 (IL-2R). Sitokin ini akan menstimulasi proliferasi sel T
spesifik, sehingga menjadi lebih banyak. Turunan sel ini yaitu sel T memori (sel-T
teraktifasi) akan meninggalkan kelenjar getah bening dan beredar ke seluruh tubuh. Pada
saat tersebut individu menjadi tersentralisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3
minggu (dalam Buku FK UI). Kompleks antigen- HLA-DR ini berinteraksi dengan
reseptor T-sel tertentu (TCR) dan kompleks CD3. Sel Langerhans juga akan
mengeluarkan Interleukin-1 (IL-1). Interaksi antigen dan IL-1 mengaktifkan sel T. Sel T
mensekresi IL-2 dan mengekspresikan reseptor IL-2 pada permukaannya. Hal ini
menyebabkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel T spesifik yang beredar di seluruh
tubuh dan kembali ke kulit.6
Menurut konsep ‘danger’ signal (sinyal ‘berbahaya’) bahwa sinyal antigenik murni suatu
hapten cenderung menyebabkan toleransi, sedangkan sinyal iritannya menimbulkan
sensitisasi. Dengan demikian terjadinya sensitisasi kontak bergantung pada adanya sinyal
iritan yang dapat berasal dari alergen kontak sendiri, dari ambang rangsang yang rendah
terhadap respons iritan, dari bahan kimia inflamasi pada kulit yang meradang, atau
kombinasi ketiganya. Jadi sinyal ‘bahaya’ yang menyebabkan sensitisasi tidak berasal dari
sinyal antigenik sendiri, melainkan dari iritasi yang menyertainya. Suatu tindakan
mengurangi iritasi akan menurunkan potensi sensitisasi.

~8~
Kelompok 2 Bercak-bercak merah yang terasa gatal pada
kedua tangan

FASE ELISITASI

Fase kedua (elisitasi) hipersensitivitas tipe lambat terjadi pada pajanan ulang alergen (hapten).
Seperti pada fase sensitisasi, hapten akan ditangkap oleh sel langerhans dan diproses secara
kimiawi menjadi antigen, diikat oleh HLA-DR kemudian diekspresikan di permukaan sel.
Selanjutnya kompleks HLA-DR-Antigen akan dipresentasikan kepada sel T yang telah
tersensitisasi (sel T Memori) baik di kulit maupun di kelenjar limfe sehingga terjadi proses
aktivasi, disinilah proses elisitasi dimulai. Di kulit proses aktivasi lebih kompleks dengan
hadirnya sel-sel lain. Sel langerhans mensekresikan IL-1 yang menstimulasi sel T untuk
memproduksi IL-2 dan mengekspresi IL-2R, yang akan menyebabkan proliferasi dan ekspansi
populasi sel T di kulit. Sel T teraktivasi juga mengeluarkan IFN-y yang akan mengaktifkan
keratinosit mengekspresi ICAM-1 dan HLA-DR. Adanya ICAM-1 memungkinkan keratinosit
untuk berinteraksi dengan sel T dan leukosit yang lain yang mengekspresi molekul LFA-1.
Sedangkan HLA-DR memungkinkan keratinosit untuk berinteraksi langsung dengan sel T
CD4+, dan juga memungkinkan presentasi antigen kepada sel tersebut HLA-DR juga dapat
merupakan target sel T sitotoksik pada keratinosit. Keratinosit menghasilkan juga sejumlah
sitokin antara lain IL-1, IL-6, TNF-A dan GMCSF, semuanya dapat mengaktifasi sel T. Sel T
yang teraktivasi akan mensekresi IL-3, IL-4, interferon-gamma, dan granulocyte macrophage
colony-stimulating factor (GMCSF).6 IL-1 dapat menstimulasi keratinosit menghasilkan
eikosanoid. Sitokin dan eikosanoid ini akan mengaktifkan sel mas dan makrofag. Sel mas
yang berada di dekat pembuluh darah dermis akan melepaskan antara lain histamin, berbagai
jenis faktor kemotaktik, PGE2 dan PGD2, dan leukotrien B4 (LTB4). Eikosanoid baik yang
berasal dari sel mas (prostaglandin) maupun dari keratinosit atau leukosit menyebabkan
dilatasi vaskular dan meningkatkan permeabilitas sehingga molekul larut seperti komplemen
dan kinin mudah berdifusi ke dalam dermis dan epidermis. Selain itu faktor kemotaktik dan
eikosanoid akan menarik neutrofil, monosit dan sel darah lain dari pembuluh darah masuk ke
dalam dermis. Rentetan kejadian tersebut akan menimbulkan respon klinik DKA. Fase
elisitasi umumnya berlangsung antara 24-48 jam

4. Diagnosa Banding
Penyakit Definisi Etiologi Gejala Klinis Prognosis
Dermatitis Dermatitis Penyebab Akut -Potensi
Kontak Alergen kontak karna munculnya -Kelainan kulit sensitisasi
(DKA) sensitasi alergi adalah bahan umumnya muncul alergen
terhadap kimia sederhana 24-48 jam pada -Luas daerah
substansi yang yang bermolekul tempat terjadinya yang terkena
beraneka ragam rendah yang kontak dengan -Suhu
yang disebut hapten bahan penyebab -Lama pajanan
menyebabkan -Kelembapan
reaksi -Bervariasi dari lingkungan
peradangan pada ringan sampai berat
kulit bagi mereka
yang mengalami Ringan : eritema dan
hipersensitivitas edema
terhadap alergen Berat : selain
sebagai suatu eritema dan edema
akibat dari disertai eksudasi
pajanan
sebelunya -Cenderung dapat
menyebar dan
batasnya kurang
bagus

-Keluhan subjectif
berupa rasa gatal

~9~
Kelompok 2 Bercak-bercak merah yang terasa gatal pada
kedua tangan

Kronis
-dapat primer atau
merupakan
kelanjutan dari
dermatitis kntak
alergi akut yang
hilang timbul karena
kontak yang
berulang

-Penyebaran lesi
cenderung simetris,
batasnya kabur

-Kelainan kulit
berupa likenifikasi,
papul, skuama,
terlihat bekas
garukan berupa erosi
atau ekskoriasi,
krusta serta eritema
ringan

-Sulit sembuh
spontan
Dermatitis Merupakan Penyebabnya Akut Faktor
Kontak Iritan penyakit iritasi adalah bahan -Kelainan kulit yang kelembapan
(DKI) (kerusakan) pada iritan yang pa;ing ringan adalah yang tinggi,
kulit yang menempel eritema. Pada yang Suhu udara
disebabkan oleh dikulit dan berat dapat sampai yang panas,
kontak dengan memberikan bula da tekanan atau
iritan dari luar reaksi non- epidermolysis gesekan dan
alergik oklusi
membantu
-Keluhan penderita mempercepat
berupa nyeri, pedih timbulnya
atau panas kelainan kulit

Kronis
Batasnya tidak jelas,
kelainannya kering,
kulit menebal,
ditemukan skuama,
kadang-kadang kulit
pecah, timbul fissura
Dermatitis Merupakan Idiopatik Fase infantil (0-2 -sawar kulit,
Atopik peradangan kulit tahun) Genetic,
yang berulang Lesi mula-mula hipersensitifitas
dan gatal yang timbul berupa papul dan factor
terjadi pada bayi, yang terdapat di psikis
anak dan folikeldisebut
dewasa, sering eksimfolikuler.
disertai adanya Lesi tersebut
stigma atopi terdapat pada muka,
berupa asma, leher dan badan
rinitis alergika, bagian atas.
konjungtivitis Selain papul juga
atau ditemukan eritema
eksemaatopik ringan

~ 10 ~
Kelompok 2 Bercak-bercak merah yang terasa gatal pada
kedua tangan

baikpada pasien
sendiri atau Fase childhood (2-
keluarganya 12 Tahun)
Kelainan kulit terdiri
dari eritema, papul,
likenifikasi dan
eksoriasi

Fase Adolescent
(12-18 Tahun)
Kelainan kulit
berupa penebalan
kulit, likenfikasi,
skuama dan eritema
ringan

Dermatitis KontakAlergi

Dermatitis KontakIritan

~ 11 ~
Kelompok 2 Bercak-bercak merah yang terasa gatal pada
kedua tangan

Fase infantile (0-2 tahun)

Fasechildhood (2-12 tahun)

~ 12 ~
Kelompok 2 Bercak-bercak merah yang terasa gatal pada
kedua tangan

5. Klasifikasi Dermatitis

Hingga kini belum ada kesepakatan internasional mengenai tatanama dan klasifikasi dermatitis,
tidak hanya karena penyebabnya yang multifaktor, tetapi juga karena seseorang dapat mengalami
lebih dari satu jenis dermatitis pada yang bersamaan.
Ada yang memberi nama berdasarkan etiologi (dermatitis kontak, radiodermatitis,dermatitis
medikamentosa), morfologi (dermatitis madidans, dermatitis eksfoliativa), bentuk (dermatitis
numularis), lokalisasi (dermatitis tangan/hand dermatitis, dermatitis intertriginosa) dan ada pula
yang berdasarkan stadium penyakit (dermatis akut, dermatitis kronik).

Jenis-jenis Dermatitis
 Dermatitis Kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan yang menempel pada
kulit.
dermatitis ini disebabkan oleh pajanan dengan bahan iritan atau hapten.
Dikenal 2 jenis dermatitis kontak yaitu:
Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi peradangan kulit non-imunologik tanpa
adanya fase sensitisasi
Dermatitis kontak alergi hanya terjadi pada orang yang telah tersensitisasi.

 Dermatitis Atopik adalah peradangan kulit berupa dermatitis kronis yang residif, disertai
rasa gatal dan mengenai seluruh tubuh tertentu terutama di wajah pada bayi dan bagian
fleksural pada anak dan menghilang saat remaja, kadang menetap atau baru muncul saat
dewasa.

~ 13 ~
Kelompok 2 Bercak-bercak merah yang terasa gatal pada
kedua tangan

 Neurodermatitis sirkumskripta/liken simpleks kronikus adalah peradangan kulit kronis,


gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol
menyerupai kulit batang kayu akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena
berbagai rangsangan pruritogenik.

 Dermatitis Numularis adalah peradangan kulit yang bersifat kronis, ditandai dengan lesi
berbentuk mata uang (koin) atau agak lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi berupa
papulovesikel yang biasanya mudah pecah sehingga membasah.

 Dermatitis stasis adalah penyakit peradangan kulit tungkai bawah yang disebabkan
insufisiensi dan hipertensi vena yang bersifat kronis. hal ini disebakan insufisiensi vena
yang mengakibatkan peningkatan tekanan hidrostatis dalam mikrosirkulasi dermis.

~ 14 ~
Kelompok 2 Bercak-bercak merah yang terasa gatal pada
kedua tangan

 Dermatitis Seboroik adalah kelainan kulit papuloskuamosa dengan predileksi di daerah


kaya kelenjar sebasea, skalp, wajah dan badan.

6. Pemeriksaan Penunjang
1. Uji Tempel
Uji Tempel digunakan untuk mendeteksi hipersensitivitas terhadap zat yang
bersentuhan dengan kulit sehingga alergen dapat ditentukan.
Tempat untuk melakukan uji tempel biasanya di punggung. Untuk melakukan uji
tempel diperlukan antigen, biasanya antigen standar buatan pabrik, misalnya finn
chamber system kit dan T.R.U.E test, keduanya buatan amerikaserikat. Terdapat juga
antigen standar bikinan pabrik di eropa dan negara lain. Adakalnya tes dilakukan
dengan antigen bukan standar, dapat berupa bahan kimia murni, atau lebih sering
bahan campuran yang berasal dari rumah, lingkungan kerja atau tempat rekreasi.
Mungkin ada sebagian bahan ini yang bersifat sangat toksik terhadap kulit, ataupun
jarang dapat memberikan efek toksik secara sistemik. Oleh karena itu, bila
menggunakan bahan tidak standar apalagi dengan bahan industry harus berhati-
hatisekali.
Bahan yang secara rutin dan dibiarkan menempel pada kulit misalnya kosmetik
pelembab bila dipakai untuk uji tempel, dapat langsung digunakan apa adanya. Bila
menggunakan bahan yang secara rutin dipaka idengan air untuk membilasnya,
misalnya shampoo, pasta gigi, harus diencerkan terlebih dahulu. Bahan yang tidak
larut dalam air diencerkan atau dilarutkan dalam Vaseline atau minyak mineral.
Produk yang diketahui bersifat iritan misalnya detergent, hanya boleh diuji bila
diduga keras penyebab alergi. Apabila pakaian, sepatu, atau sarung tangan yang
dicurigai penyebab alergi, maka uji tempel dilakukan dengan potongan kecil bahan
tersebut yang direndam dalam air garam yang tidak dibubuhi dengan bahan pengawet
atau air, dan di tempelkan di kulit dengan menggunakanfinn chamber, dibiarkan
sekurang-kurangnya 48 jam. Perlu diingat bahwa hasil positif dengan allergen bukan
standarp erlu control (5-10 orang), untuk menyingkirkan karena iritasi.

Berbagai hal berikut ini perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji tempel :
 Dermatitis harus sudah tenang (sembuh). Bila masih dalam keadan akut atau berat dapat
terjadi reaksi angry back atau excited skinn, reaksi positif palsu, dapat juga menyebabkan
penyakit yang sedang dideritanya makin memburuk.
 Tes dilakukan sekurang-kurangnya 1 minggu setelah pemakaian kortiko steroid sistemik
dihentikan (walaupun dikatakan bahwa ujitempel dapat dilakukan pada pemakaian
prednisone kurang dari 20 mg per hari atau dosis ekuivalen kortikosteroid lainnya) sebab
dapat menghasilkan rekasi negative palsu. Pemberian kortikosteroid topical dipunggung
dihentikansekurang-kurangnya 1 minggu sebelum tes dilakukan. Luka bakar matahari
yang terjadi 1-2 minggu sebelum tes dilakukan jugadapat memberikan hasil negative
palsu. Sedangkan antihistamin sistemik tidak mempengaruhi hasil tes, kecuali diduga
karena urtikaria kontak.
 Uji tempel dibuka setelah 2 hari, kemudian dibaca dilakukan pada hari ketiga sampai
tujuh setelah aplikasi.
 Penderita dilarang melakukan aktivitas yang menyebabkan uji tempel menjadi longgar
karena memberikan hasil negative palsu. Penderita juga dilarang mandi sekurang-

~ 15 ~
Kelompok 2 Bercak-bercak merah yang terasa gatal pada
kedua tangan

kurangnya dalam 48 jam dan menjaga agar punggung selalu kering setelah dibuka uji
tempelnya sampai pembacaan terakhir selesai
 Uji tempel dengan bahan standar jangan dilakukan terhadap penderita yang mempunyai
riwayat tipe urtikaria dadakan karena dapat menimbulkan urtikaria generalisata bahkan
reaksi anafilaksis . Pada penderita semacam ini dilakukan tes dengan prosedur khusus
 Setelah dibiarkan menempel setelah 48 jam uji tempel dilepaskan. Pembacaan pertama
dilakukan 15-30 menit setelah dilepas agar efek tekanan bahan yang di uji telah
menghilang atau minimal.
 Hasildicatatsebagaiberikut :
1= Reaksi lemah (non vesicular) :eritema, infiltrate, papul (+)
2= Reaksi kuat : edema atau vesikel (++)
3= Reaksi sangat kuat (ekstrem) :bula atau ulkus (+++)
4= Meragukan : hanya macula eritematosa
5= Iritasi :seperti terbakar, pustule, atau purpura (ir)
6= Reaksi negative (-)
7= Excited skin
8= Tidak di tes (NT= Not tested)
Reaksi excited skin atau angry back merupakan reaksi positif palsu, suatu fenomena
regional disebabkan oleh satu atau beberapa reaksi positif kuat, yang dipicu oleh
hipersensitivitas kulit, pinggir uji tempel yang lain menjadi reaktiv. Fenomena ini
pertama kali dikemukakan oleh Bruno Bloch pada abadke 20, kemudian diteliti oleh
Mitchell pada tahun 1975. Pembacaan kedua dapat dilakukan setelah satu minggu
aplikasi, biasanya 72 atau 96 jam setelah aplikasi pembacaan kedua ini penting untuk
membantu membedakan antara respon alergi atau iritasi, dan juga mengidentifikasi
lebih banyak lagi respon positif allergen. Hasil positif dapat bertambah setelah 96 jam
aplikasi, oleh karena itu perlu dipesan kepada pasien untuk melapor bila hal itu terjadi
sampai satu minggu setelah aplikasi.

 Untuk mengiterpretasikan hasil uji tempel tidak mudah. Interpretasi dilakukan setelah
pembacaan kedua. Respon alergi biasanya lebih jelas antara pembacaan ke satu dan
kedua, berawal dari (+)/(-) ke (+) atau (++) bahkan ke (+++) (reaksitipe crescendo) ,
sedangkan respon iritan cenderung menurun (reaksitipe decrescendo). Bila ditemukan
respon positif terhadap suatu allergen, perlu ditentukan relevansinya dengan keadaan
klinik, riwayat penyakit, sumber antigen di lingkungan penderita. Mungkin respon postif
itu berhubungan dengan penyakit yang sekarang atau penyakit masa lalu yang pernah
dialami, atau mungkin tidak ada hubunganya. Reaksi positif klasik terdiri atas eritema,
edema, dan vesikel kecil yang terletak berdekatan.

~ 16 ~
Kelompok 2 Bercak-bercak merah yang terasa gatal pada
kedua tangan

 Reaksi positif palsu dapat terjadi antara lain bila konsentrasi terlalu tinggi, dan bahan
tersebut bersifat iritan, bila dalam keadaan tertutup, efek pinggir uji tempel, umumnya
karena iritasi, bagian tepi menunjukkan reaksi yang lebih kuat, sedangkan dibagian
tengahnya reaksi ringan atau sama sekali tidak ada. Ini disebabkan karena meningkatnya
konsentrasi iritasi cairan dibagian pinggir. Sebab lain oleh karena efek tekan, terjadi bila
menggunakan bahan padat .
 Reaksi negative palsu dapat terjadi misalnya konsentrasi terlalu rendah, vehikulum tidakt
epat, bahan uji tempel tidak melikat dengan baik, atau longgar akibat pergerakan, kurang
cukup waktu penghentian pemakaian kortikosteroid sistemik atau topical poten yang
lama dipakai pada area uji tempel dilakukan.

7. Penatalaksanaan Dermatitis Kontak Alergen


Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak alergi adalah upaya
pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan
kulit yang timbul.
a. Pengobatan secara topical
Untuk lesi yang akut dan basah diberi kompres NaCl 0,9%, jika kering gunakan krim
kortikosteroid,hidrokortison 1%, atau diflukoltoron valerat 0,1% atau betametasone
valerat 0,005%-0,1%.

b. Pengobatan secara sistemik

• Kortikosteroid, hanya untuk kasus yang berat dan digunakan dalam waktu yang singkat.
1. Prednison 5-10 mg/dosis, 2-3 kali/24 jam (dewasa), 1mg/kgBB/hari (anak)
2. Dexametasone 0,5-1mg/dosis, 2-3kali/24jam(dewasa), 0,1 mg/kgBB/hari
(anak)
3. Triamsinolon 4-8 mg/dosis,2-3kali/24 jam (dewasa), 1 mg/kgBB/hari (anak)

• Antihistamin
1. Chlorpheniramin meleat 3-4 mg/dosis,2-3kali/24jam (dewasa), 1
mg/kgBB/dosis 3 kali/24 jam (anak)
2. Diphenhidramin HCL 10-20 mg/dosis i.m,1-2 kali/24 jam (dewasa), 0,5
mg/kgBB/dosis, 1-2 kali/24 jam (anak)
3. Loratadine 1 tab/hari ( dewasa)

• Antibiotika bila ditemukan tanda – tanda infeksi sekunder


1. Amoxsisilin 3 x 500 mg/hari atau klindamisin 2 x 300 mg/hari selama 5-10
hari
2.

~ 17 ~
Kelompok 2 Bercak-bercak merah yang terasa gatal pada
kedua tangan

8. Prognosi Dermatitis Kontak Alergen


Prognosis pada penyakit ini pada umumnya baik apabila bahan kontak dapat
dihindari. Tetapi prognosis dapat menjadi tidak baik dan menjadi kronis apabila
bersamaan dengan dermatitis oleh factor endogen misalnya: dermatitis atopic, dermatitis
numularis atau psoriasis. Selain karena factor endogen ada juga factor lain, misalnya:
terpajan oleh allergen yang tidak bisa dihindari.

Kesimpulan
Mahasiswa, usia 21 tahun menderita Dermatitis Kontak Alergi

Daftar Pustaka

1. Mescher, Anthony L. 2012. Histologi Dasar Junqueira Teks &Atlas. EGC: Jakarta
2. Ganong, W.F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Ed ke22. Jakarta:EGC, 2008
3. Katzung, Bertram G, Susan B Masters, and Anthony J Trevor. Basic & Clinical
Pharmacology. New York: McGraw-Hill Medical, 2009. Print.
4. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Badan Penerbit FK-UI. Jakarta 2010. Edisi keenam
5. Wolff K, Goldsmith LA, Katz, SL, Gilcherest BA, Paller AS, Leffell DJ,editor.
Fitzpatrick’s : Dermatoly in generalMedicine. Ed ke 7. Amerika Serikat : The McGraw-
Hill Companies.2008
6. Hogan JD.Allergic Contact Dermatitis. Mar2014
7. Tersinanda TY, Mas Rusyati LM. Dermatitis kontak Alergi. Marr2014

~ 18 ~

Anda mungkin juga menyukai