BAB IX
DESAIN PENERAPAN TEKNOLOGI TERBARU
PADA SISTEM SELULER
FMR BTS adalah base transceiver station yang merupakan bagian dari
platform NSN flexi BTS untuk jaringan GSM/EDGE, WCDMA, dan LTE.
FMR merupakan BTS multiradio atau multicarrier yang dapat
menggunakan semua teknologi jaringan, baik dalam mode khusus (dedicated)
atau mode bersamaan (concurrent).
FMR memiliki desain modular, sehingga pembelian dan pemasangan
mudah, dan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menambah jangkauan
jaringan di daerah baru. Hal ini memungkinkan untuk menggunakan ruang site
yang ada dengan lebih efisien, modul BTS flexi yang ada dapat dipasang bersama
dengan modul BTS flexi multiradio. BTS flexi cabinet, power supplies, dan flexi
sistem modul 3G dapat digunakan dengan modul FMR.
FMR BS adalah BTS baru dalam keluarga BTS flexi dan merupakan
bagian dari jaringan single RAN Nokia Siemens. FMR menyediakan fungsi
GSM/EDGE BTS dalam BSS 2G, fungsi node B dalam 3G RAN dan fungsi node
B untuk LTE. FMR merupakan multiradio/multicarrier BS yang dapat
menggunakan semua teknologi jaringan tersebut, baik pada mode operasi
concurrent maupun dedicated. FMR memberi solusi biaya efektif untuk evolusi
jaringan selular dengan teknologi terbaru dan teknologi masa depan. FMR
menawarkan evolusi yang mudah dari 2G ke 3G dan LTE. FMR BS
menggunakan prinsip desain BTS flexi modular platform secara umum dengan
GSM/EDGE dan flexi WCDMA BTS. Gambar 9.1 adalah arsitektur FMR BS.
FMR BS mode 3G dan LTE adalah ekspansi dari band frekuensi baru
yang ditawarkan NSN yaitu frekuensi 850 MHz, 1800 MHz dan 1900 MHz.
Sumber daya radio pada modul RF 3 sektor dapat digabungkan dengan
GSM/EDGE dan BTS disinkronkan pada mode concurrent.
9.3.3 Fitur Utama FMR BS
Fitur utama FMR BS terdiri dari:
1. Radio multicarrier untuk band frekuensi yang bervariasi mampu
mendukung sampai 6 carrier GSM/EDGE pada mode dedicated, sampai 4
carrier WCDMA pada mode dedicated, sampai 20 MHz carrier LTE pada
mode dedicated. Pada mode operasi concurrent kombinasi dari ketiga
teknologi radio didukung dengan system radio tunggal.
2. Modul FMR dapat melayani 3 sektor dengan radio multicarrier sampai
daya keluaran sebesar 60W/cabang.
3. MIMO ready Remote Radio Head (RRH) mampu melayani 1 sektor
dengan radio multicarrier sampai daya keluaran sebesar 30W/cabang.
Sistem Komunikasi Bergerak 129
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang
waktu pendudukan pada kanal tersebut. Parameter traffic untuk mengetahui kerja
jaringan (network performance) dan mutu pelayanan jaringan telekomunikasi
quality of service (QOS). Dalam sebuah kanal, intensitas trafik didefinisikan
sebagai volume yang terjadi dalam periode pengamatan. Satuan intensitas trafik
adalah Erlang.
b) Grade Of Service (GOS)
GOS merupakan suatu metoda yang digunakan agar seluruh pengguna
dapat memperoleh akses kanal dari jumlah kanal yang tersedia pada sistem
(Rappaport, Theodore S, Ibid. 1987:44). GOS menggambarkan kemungkinan
panggilan diblok atau kemungkinan panggilan mengalami delay lebih besar
daripada waktu antrian yang telah ditentukan.
Nilai GOS 2% mempunyai pengertian bahwa setiap seratus pelanggan
yang melakukan panggilan, ada 2 pelanggan yang mengalami blocking (gagal
panggilan) atau ditolak. Blocking adalah suatu kemampuan sistem untuk menolak
melayani panggilan karena kanal yang tersedia sudah penuh (jumlah panggilan
yang masuk tidak sebanding dengan jumlah kanal yang tersedia).
Besar peluang ditolaknya suatu panggilan tergantung pada jumlah kanal
yang disediakan dan beban traffic. GOS berdasarkan Erlang-B (Ir.Wahyu Adi
Priyono, 2005 : 61) atau menggunakan persamaan (9.1).
𝐴𝑁
𝑁!
𝑃(𝑁) = 𝐴𝑖
(9.1)
𝑁
∑𝑖=0
𝑖!
Keterangan :
P(N) : Kemungkinan gagal
A : Traffic yang tersedia
N : Jumlah saluran/kanal yang tersedia (1,2,3,....)
Pada saat N buah saluran diduduki, maka semua panggilan ditolak. P(N)
merupakan rugi erlang atau GOS dalam nilai probabilitas traffic yang hilang.
c) Perhitungan Jumlah Kanal
Kapasitas sistem merupakan jumlah kanal/trunk yang dapat disediakan
oleh sistem pada suatu tipe layanan tertentu. Jumlah kanal/trunk dihitung dengan
menggunakan Persamaan (2.2) (TECHCOM Consulting. 2002: 8).
W
DL .
N R (9.2)
E
v.(1 i ). b
N0
Keterangan:
N = Jumlah kanal/trunk
ηDL = Load factor (%)
W = Chip rate (bps)
R = Bit rate layanan (bps)
v = Activity factor
α = Orthogonal factor
i = Other sel interference factor
Eb/No = Energy bit per noise (dB).
Eb E
SINR digunakan untuk memperoleh nilai . Hubungan SINR dan b
N0 N0
dalam Persamaan (2.3) (Ajay R. Mishra, 2007: 477).
Eb
SINR .M (9.3)
N0
Keterangan:
M = Jumlah kode HS-PDSCH
SINR = Signal to Interference + Noise Ratio (dB)
Nilai SINR menggunakan persamaan (2.4), berikut:
PHS DSCH _ tx
SINR SFHS PDSCH . (9.4)
1
Ptot _ tx .(1 )
G
Keterangan:
SFHS-PDSCH = Spreading factor (16)
PHSDSCH_tx = Daya HSDPA yaitu daya transmisi HS-DSCH (watt)
Ptot_tx = Daya total BTS termasuk daya TX HSDPA (watt)
α = Orthogonal factor DL
G = Geometric factor
Nilai G dihitung dengan persamaan (2.5):
EC
Ptot _ tx
N0
G (9.5)
E
PCPICH C Ptot _ tx
N0
Keterangan:
PCPICH = Daya transmisi common pilot channel (CPICH) (Watt)
Ec/No = Energy chip per noise(dB)
d) Perhitungan Estimasi Demand Traffic
Perhitungan estimasi pelanggan dipengaruhi oleh trend demand untuk
perencanaan kapasitas pelanggan beberapa tahun kedepan. Estimasi pelanggan
dihitung dengan rumus (Nachwan Mufti, 2003):
Un = U0 (1+fp)n (9.6)
Keterangan :
U0 = Jumlah user saat perencanaan
fp = Faktor pertumbuhan pelanggan
n = Jumlah prediksi user total setelah tahun ke-n
9.3.8 Coverage
FMR BS mendukung beberapa pilihan untuk meningkatkan downlink dan
uplink dalam rangka untuk meningkatkan ukuran sel dan mengurangi jumlah site
per cakupan wilayah. FMR BS menyediakan beberapa pilihan untuk
memaksimalkan cakupan:
Uplink
Pada sisi uplink terdapat mast head amplifier (MHA) untuk modul radio
dan receiver 2 arah dan 4 arah.
Downlink
Pada sisi downlink terdapat inteligent downlink diversity, MIMO, dual cell
HSPA, multicarrier HSPA dan perpanjangan sel.
Daya output tiap carrier dari cabang radio tergantung pada jumlah carrier
konfigurasi pada saat menggunakan teknologi multicarrier. Kapasitas kanal
carrier FMR BS tunggal radio BTS dapat didimensikan secara fleksibel sesuai
traffic yang diharapkan hingga 6 GSM/EDGE TRX, 4 Carrier WCDMA atau 20
MHz LTE pada mode dedicated (khusus) atau kombinasi pada mode concurrent
(bersamaan).
Sistem Komunikasi Bergerak 136
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang
Keterangan:
LMF = redaman perambatan sinyal dalam ruang (dB)
LF = redaman ruang bebas (dB)
Lc = konstanta redaman (untuk tipe gedung dan perkantoran sistem
3G=37)
I = jumlah jenis dinding sesuai bahannya
KWi = redaman tiap dinding dengan bahan i
Kf = jumlah lantai antara Tx dan Rx
b = parameter empirik (0,46 untuk lingkungan perkantoran)
Lf = redaman antara lantai yang saling berdekatan (nilainya 18,3)
d) Receiver Sensitivity
Tabel 9.1 Receiver sensitivity
No Parameter Unit Perhitungan
1Thermal Noise dBm/Hz -174
2UE Noise Figure dB 8
3Receiver Noise Density dBm/Hz -166
4Receiver Noise Power dBm -100,2
5Interference Margin dB 5,22
6Total Effective Noise + dBm (-100,2+5,22) = -94,98
Interference
7 Processing Gain dB 10log (3,84Mbps/64kbps) =18
8 Eb/No dB 0,83
9 Receiver Sensitivity dBm 0,83-18+(-94,98) = -112,15
Sumber: data sekunder dan perhitungan
e) Rugi-rugi Lintasan Propagasi
Perhitungan rugi-rugi lintasan propagasi menggunakan nilai free space path
loss (FSL) atau Lf, dengan persamaan:
Lf 32,4 20 log D 20 log fc (dB) (9.18)
Path loss merupakan penurunan kekuatan sinyal yang terjadi, tergantung
pada jarak antara transmitter dan receiver.
EIRP Peff Total Loss Perangkat Indoor + Gain antena Indoor (dBm) (9.19)
1 Eb
BER erfc (9.21)
2 No
Keterangan:
BER = Nilai kesalahan bit (0<BER<1)
Eb/No = Energi bit noise spectral density (dB)
Erfc (x) = Error function complementary
Nilai erf(x) adalah error function dinyatakan dengan:
x
2
exp .du
u
erfc( x)
2
(9.22)
0
ex
2
erfc( x) (9.24)
x
SNR.Bw
Eb / No (9.25)
Rb
Sehingga nilai Eb/No:
Bw
Eb / No SNR 10 log (9.26)
Rb
Keterangan:
Eb/No = rasio energi per bit terhadap noise (dB)
SNR = signal noise ratio (dB)
Bw = bandwidth (MHz)
Rb = bit rate data SMS yang digunakan (bps)
Eb.R
SNR(dB) 10 log (9.27)
No.B
SNR PR Re ceiverSensitivity (dB) (9.28)
Keterangan:
SNR = signal noise ratio (dB)
Eb/No = rasio energi per bit terhadap noise (dB)
B = bandwidth (MHz)
PR (dBM ) PT (dBm) LP (dBm) (9.29)
Keterangan:
PR = daya terima (dBm)
PT = daya pancar (dBm)
LP = loss propagasi (dB)
4d
LP 20 log (9.30)
Keterangan:
LP = loss propagasi (dB)
λ = panjang gelombang (m)
d = jarak antara MS tujuan ke MS penerima (m)
Besarnya nilai BER mempengaruhi nilai throughput, jika nilai BER kecil
maka nilai throughput semakin besar.
b) Delay
Delay adalah waktu tunda. Salah satu ukuran kualitas jaringan seluler adalah
delay. Delay yang terjadi adalah penjumlahan total delay dalam perjalanan paket
dari sumber ke tujuan.
Waktu tunda pengiriman paket data pada jaringan dirumuskan dalam delay
total (tv):
t v tT t P (9.31)
Keterangan :
tv = delay total jaringan (s)
tT = delay transmisi total (s)
tP = delay propagasi total (s)
RNC MSC
UE
MBTS
Antena Tower Node B
MBTS
UE
MBTS
Node B Antena Tower
MBTS
1. Delay Transmisi
Delay transmisi adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
mentransmisikan suatu frame data short message dari satu node ke node yang lain
melalui sebuah media transmisi. Besarnya delay transmisi ini tergantung pada
jumlah bit data yang ditransmisikan dan kecepatan transmisi data. Delay
transmisi dihitung dengan persamaan (Mischa Schwart. 1987:132):
tT ( n )
l l ' (9.32)
C Link
Keterangan:
tT(n) = delay transmisi (s)
l = panjang data short message (bit)
l’ = jumlah header (bit)
Sistem Komunikasi Bergerak 142
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang
Clink = kapasitas saluran transmisi yang dihubungkan oleh tiap-tiap node (bps)
N = node pada masing-masing saluran transmisi.
Delay transmisi terjadi antara UE - antena, antena - node B, node B - RNC,
RNC - MSC:
tTtotal t t1 t t 2 t t 3 t t 4 t t 5 t t 6 t t 7 t t 8 (9.33)
w
t t n n. (9.34)
Vn
Keterangan :
tt total = delay transmisi total (s)
tt1 = delay transmisi dari UE ke MBTS (s)
tt2 = delay transmisi dari MBTS ke antena tower MBTS (s)
tt3 = delay transmisi dari antena tower MBTS ke Node B (s)
tt4 = delay transmisi dari node B ke RNC (s)
tt5 = delay transmisi dari MSC ke RNC (s)
tt6 = delay transmisi dari RNC ke node B (s)
tt7 = delay transmisi dari node B ke antena tower MBTS (s)
tt8 = delay transmisi dari antena tower MBTS ke UE (s)
tt-n = delay transmisi pada titik ke-n (s)
W = banyak paket data yang ditransmisikan (buah)
Vn = kecepatan transmisi data (s)
2. Delay Propagasi
Delay propagasi adalah waktu perambatan yang dibutuhkan oleh sebuah
paket data.
t p t p1 t p 2 t p 3 t p 4 t p 5 t p 6 t p 7 t p8 (9.35)
d
t pn (9.36)
c
Keterangan:
tp = delay propagasi total (s)
tp-n = delay propagasi pada titik ke-n (s)
tp1 = delay propagasi dari UE ke MBTS (s)
d1 = jarak dari UE ke MBTS (m)
tp2 = delay propagasi dari MBTS ke antena tower MBTS (s)
1
1 (9.38)
t v tT 1 1
L L'Pb (9.39)
tT L L'Pb (9.40)
Keterangan :
λ = throughput (bit/s)
tv = delay total untuk mengirim paket yang benar (s)
tt = delay transmisi sebuah paket data (s)
ρ = probabilitas paket yang error (0 < ρ < 1)
Pb = probabilitas bit error untuk transmisi data digital nilai minimal 10-6
C = kecepatan transmisi (bps)
L = panjang segmen data (bit)
L’ = control field/header (bit)
tout = waktu mentransmisikan sebuah frame = 0.01+tT (s)
tT = waktu mentransmisikan sebuah paket data/frame (s)
t out
α = konstanta = 1
tT
9.4 Problem
Perhitungan terhadap penerapan teknologi Flexi Multi Radio Base Station
(FMR-BS), adalah sebagai berikut:
1. Berapa kapasitas kanal terhadap penerapan FMR BS?
2. Berapa radius coverage terhadap penerapan FMR BS?
3. Berapa nilai performansi FMR BS?
4. Bagaimana prinsip koneksi pada FMR BS?
5. Bagaimana proses commissioning pada FMR BS?
6. Analisis performansi terhadap penerapan teknologi FMR-BS di BTS
existing.
9.5 Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam problem penerapan
teknologi Flexi Multi Radio Base Station (FMR-BS).
9.6 Hasil dan Pembahasan
Hasil solusi problem kemudian dibahas untuk dianalisis berdasarkan
capaian pembelajaran pokok bahasan penerapan teknologi Flexi Multi Radio Base
Station (FMR-BS).
Sistem Komunikasi Bergerak 145
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang
9.7 Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil penerapan teknologi Flexi Multi
Radio Base Station (FMR-BS) berdasarkan analisis hasil dan pembahasan, dan
kesimpulan mengacu pada capaian pembelajaran.
9.8 Referensi
Referensi adalah rujukan dan tinjauan teori yang digunakan untuk
menyelesaikan perhitungan penerapan teknologi Flexi Multi Radio Base Station
(FMR-BS).
9.9 Ringkasan
Hasil praktikum diperoleh hasil, sebagai berikut:
1. Kapasitas kanal sistem FMR BS sebesar 144 kanal masih dapat memenuhi
layanan kebutuhan user pada saat ini sebesar 63 kanal dan kebutuhan
kanal 3 tahun yang akan datang sebesar 133 kanal. Sehingga penerapan
sistem FMR BS sangat sesuai untuk memenuhi kebutuhan user saat ini
dan masa yang akan datang.
2. Nilai radius pada saat frekuensi uplink 1920 MHz diperoleh nilai radius
sebesar 33,11 km, frekuensi uplink 1940 MHz diperoleh nilai radius
sebesar 33,11 km, frekuensi downlink 2110 MHz diperoleh nilai radius
sebesar 36,22 km dan frekuensi 2130 diperoleh nilai radius 36,3 km.
Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi
yang digunakan maka nilai radius sel semakin jauh.
3. Performansi sistem FMR BS ditunjukkan dengan nilai delay, throughput,
dan BER. Delay total FMR BS diperoleh dari delay transmisi 0,021 s dan
delay propagasi sebesar 1,33.10−6 s, nilai throughput hasil desain pada
range antara 16 kbps sampai 130 kbps sedangkan nilai throughput hasil
FMR BS antara 100 kbps sampai 400 kbps tergantung kepadatan traffic
pada saat mengakses jaringan, dan nilai BER 4,81.10−30 .
4. Prinsip koneksi sistem FMR BS berkaitan dengan media transmisi yang
digunakan, yaitu fiber optic atau kabel feeder, format transmisi berupa E1
dengan kecepatan 2 Mbps per E1, dan teknik modulasi berupa PCM 30.
5. Comissioning sistem FMR BS dilakukan pada saat instalasi, setting dan
monitoring sistem menggunakan software BTS site manager.