Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Panas telah diketahui dapat berpindah dari tempat dengan temperatur lebih
tinggi ke tempat dengan temperatur lebih rendah. Hukum percampuran panas
juga terjadi karena panas itu berpindah, sedangkan pada kalorimeter, perpindahan
panas dapat terjadi dalam bentuk pertukaran panas dengan udara luar sistem. Jadi
pemberian atau pengurangan panas tidak saja mengubah temperature atau fasa
zat suatu benda secara lokal, melainkan panas itu merambat ke atau dari bagian
lain benda atau tempat lain. Peristiwa ini disebut perpindahan panas.
Panas itu dapat merambat dari suatu bagian ke bagian lain melalui zat atau
benda yang diam. Panas juga dapat dibawa oleh partikel-partikel zat yang
mengalir. Pada radiasi panas, tenaga panas berpindah melalui pancaran yang
merupakan juga satu cara perpindahan panas.. Umumnya perpindahan panas
berlangsung sekaligus dengan, cara. Perpindahan panas melalui konduksi,
konveksi, radiasi.
Perpindahan kalor dari suatu zat lain seringkali terjadi dalam industri
proses. Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau pengeluaran
kalor, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu
proses berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai keadaan yang dibutuhkan
untuk pengerjaan, terjadi umpamanya bila pengerjaan harus berlangsung pada
suhu tertentu dan suhu ini harus dicapai dengan jalan pemasukan atau
pengeluaran kalor. Kondisi kedua yaitu mempertahankan keadaan yang
dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat pada pengerjaan eksoterm dan
endoterm. Disamping perubahan secara kimia, keadaan ini dapat juga merupakan
pengerjaan secara alami.
Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari
suatu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-

1
daerah tersebut. Karena beda suhu terdapat di seluruh alam semesta, maka aliran
panas bersifat universal yang berkaitan dengan tarikan gravitasi. Tetapi tidak
sebagaimana halnya gravitasi, aliran panas tidak di kendalikan oleh sebuah
hubungan yang unik, namun oleh kombinasi dari berbagai hukum fisika yang
tidak saling bergantungan.
Masalah perpindahan panas, meskipun banyak masalah serupa, seperti
rembesan melalui media berpori, torsi poros, dan magnetostatik yang dapat
diperlakukan dengan bentuk persamaan yang sama (tetapi dengan karakteristik
fisik yang berbeda).
Berdasarkan pertimbanggan diatas saya dan teman-teman tertarik untuk
mengupas tentang perindahan panas konduksi dan konveksi, yang nantinya
berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa dan
masyarakat luas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dan bagaimana proses perpindahan panas secara konduksi,
satu demensi dan dua demensi ?
2. Bagaimana proses perpindahan panas konveksi, konduktivitas termal dan
koefisien konveksi ?
3. Formulasi Elemen Hingga Satu Dimensi Menggunakan Metode variasi ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas dari
mata kuliah, metode elemen hingga I. Kami berharap semoga apa yang kami tulis
di dalam makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dan masyarakat
luas dalam memahami tentang:
1. Memahami pengertian perpindahan panas secara konduksi, dan mengetahui
proses dari perpindahan panas satu dimensi dan dua dimensi.
2. Memahami dan mengetahui perpindahan panas konveksi, konduktivitas termal
dan koefisien konveksi.

2
3. Untuk memahami dan dapat mengetahui formulasi elemen hingga satu dimensi
menggunakan metode variasi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perpindahan Panas


2.1.1 Perpindahan Panas Secara Konduksi
Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses perpindahan kalor
dimana kalor mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang
bertemperatur rendah dalam suatu medium (padat, cair atau gas) atau antara
medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung
sehingga terjadi pertukaran energi dan momentum.
Laju perpindahan panas yang terjadi pada perpindahan panas konduksi
adalah berbanding dengan gradien suhu normal sesuai dengan persamaan
berikut Persamaan Dasar Konduksi :

𝑑𝑡
Qx = -kA[ ] ...................................................................... (1)
𝑑𝑥

Keterangan :
q = Laju Perpindahan Panas (kj / det,W)
k = Konduktifitas Termal (W/m.°C)
A = Luas Penampang (m²)
dT = Perbedaan Temperatur ( °C, °F )
dX = Perbedaan Jarak (m / det)
ΔT = Perubahan Suhu ( °C, °F )

dT/dx = gradient temperatur kearah perpindahan kalor. Konstanta


positif ”k” disebut konduktifitas atau kehantaran termal benda itu, sedangkan
tanda minus disisipkan agar memenuhi hukum kedua termodinamika, yaitu
bahwa kalor mengalir ketempat yang lebih rendah dalam skala temperatur.

4
Hubungan dasar aliran panas melalui konduksi adalah perbandingan
antara laju aliran panas yang melintas permukaan isothermal dan gradient
yang terdapat pada permukaan tersebut berlaku pada setiap titik dalam suatu
benda pada setiap titik dalam suatu benda pada setiap waktu yang dikenal
dengan hukum fourier. Dalam penerapan hukum Fourier (persamaan 1) pada
suatu dinding datar, jika persamaan tersebut diintegrasikan maka akan
didapatkan :

Qk = (T2-T1) ........................................................................... (2)

Bilamana konduktivitas termal (thermal conductivity) dianggap tetap.


Tebal dinding adalah Δx, sedangkan T1 dan T2 adalah temperatur muka
dinding. Jika konduktivitas berubah menurut hubungan linear dengan
temperatur, seperti K = K0(1 + βT), maka persamaan aliran kalor menjadi :

Qk = .................................................................................... (3)

Tetapan kesetimbangan (K) adalah sifat fisik bahan atau material yang
disebut konduktivitas termal. Persamaan (1) merupakan persamaan dasar
tentang konduktivitas termal. Berdasarkan rumusan itu maka dapatlah
dilaksanakan pengukuran dalam percobaan untuk menentukan konduktivitas
termal. Berbagai bahan pada umumnya, konduktivitas termal itu sangat
bergantung pada suhu.

2.1.2 Bagaimana Proses Perpindahan Panas Secara Konduksi.


Apabila ujung sebatang logam dipanaskan di atas nyala api, maka
ujung yang lain dari logam tersebut akan menjadi panas. Hal ini
menunjukkan bahwa kalor berpindah melalui batang logam dari bagian yang
panas menuju ke bagian lebih dingin, akan tetapi partikel-partikel dari logam
tidak ikut berpindah. Ujung logam menjadi panas karena partikel-partikelnya

5
bergerak dengan energi yang sangat tinggi. Partikel-partikel pada ujung
logam yang panas ini akan menumbuk partikel yang ada di sebelahnya dan
secara terus menerus akan bertumbukan hingga partikel ujung logam yang
dingin memiliki energi lebih tinggi.

Gambar 2.1 Perpindahan Panas Secara Konduksi

Perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai dengan perpindahan


partikel-partikel zat tersebut dinamakan konduksi. Zat yang dapat
menghantarkan kalor dengan baik disebut konduktor, sedangkan penghantar
kalor yang buruk disebut isolator. Pada umumnya, benda logam, seperti
besi, alumunium, tembaga, dan kuningan merupakan konduktor, sedangkan
benda selain logam, seperti kaca, kayu, plastik, udara, dan air merupakan
isolator.
a. Proses Rambatan Panas Pada Konduktor dan Isolator.
Panas adalah salah satu bentuk energi. Salah satu sifat panas adalah
dapat berpindah tempat, yaitu dari sumber panas ke tempat lain yang
lebih dingin. Contohnya air yang dimasak di dalam cerek dan diletakkan
diatas bara api lama-kelamaan menjadi panas hingga akhirnya mendidih.
Api merupakan sumber panas. Panas dari api berpindah melalui cerek
menuju air dan menyebabkannya mendidih. Perpindahan panas ini dapat
terjadi karena adanya suatu penghantar. Dalam hal ini, panci berperan
sebagai penghantar panas.

6
Gambar 2.2 Proses Rambatan Pada Konduktor dan Isolator

Kita menjumpai beraneka macam benda dalam kehidupan sehari-


hari baik dirumah, di sekolah, maupun di linkungan sekitar kita. Benda
yang ada di alam ini dapat dikelompokkan menurut bentuk, sifat bahan
penyusunnya, kegunaannya, dan kemampuannya dalam menghantarkan
panas. Kemampuan setiap benda dalam menghantarkan panas pun
berbeda-beda. Ada benda yang mudah menghantarkan panas (konduktor),
dan ada juga benda yang sulit bahkan tidak dapat menghantarkan panas
(Isolator).

2.2. Perpindahan Panas Konduksi Satu Dimensi


Masalah yang sering terjadi pada perpindahan panas adalah penentuan
distribusi temperatur sistem. Dengan menggunakan metode elemen hingga maka
dapat ditentukan pula jumlah panas yang masuk ke dalam atau keluar dari sistem
dan tegangan termal.
Kami mulai dengan derivasi persamaan diferensial dasar untuk konduksi
panas dalam satu dimensi dan kemudian memperpanjang derivasi ini ke kasus
dua dimensi. Kami kemudian akan meninjau unit yang digunakan untuk jumlah
fisik yang terlibat dalam transfer panas.
Tinjauan unit yang digunakan untuk jumlah fisik yang terlibat dalam
transfer panas. yang berhubungan dengan analisis tegangan, kami menggunakan
prinsip energi potensial minimum untuk menurunkan persamaan elemen, di mana
fungsi pemindahan yang diasumsikan dalam setiap elemen digunakan sebagai

7
titik awal dalam derivasi. Kami sekarang akan menggunakan prosedur serupa
untuk masalah transfer panas nonstruktural. Kami mendefinisikan fungsi suhu
yang diasumsikan dalam setiap elemen. Alih-alih meminimalkan energi potensial
berfungsi, kita meminimalkan fungsi serupa untuk mendapatkan persamaan
elemen. Matriks analog dengan kekakuan dan kekuatan matrik dari hasil masalah
struktural.
Kami sekarang mempertimbangkan derivasi persamaan diferensial dasar
untuk masalah one dimensional dari konduksi panas tanpa konveksi. Tujuan
derivasi ini adalah untuk menyajikan wawasan fisik ke fenomena transfer panas,
yang harus dipahami sehingga formulasi elemen hingga dari masalah dapat
sepenuhnya dipahami. (Untuk informasi tambahan dalam transfer panas.
Formulasi perpindahan panas konduksi (tanpa adanya konveksi) satu dimensi.

Gambar 2.3 Sebuah Volume Kontrol

Kami mulai dengan volume kontrol ditunjukkan pada Gambar 2.3 Dengan
konservasi energi, kami punya:

Ein + Ein = AU + Eout .......................................................... (3)


qxAdt + QAx dt= AU + qx+dx Adt ..................................... (4)

Dimana:
Ein : Adalah besarnya energi masuk kedalam volume atur (J) atau
kW.h atau Btu

8
U : Adalah perubahan energi yang tersimpan dalam volume atur
dengan satuan kW.h atau Btu.
Qx : Adalah heat flux atau jumal panas yang di transfer ke dalam
volume atur pada permukaan x, dengan satuan kW/m2 atau
Btu/(h-ft2).
qx+dx : Adalah jumlah panas yang ditransfer keluar vlume atur pada
permukaan x+dx.
T : Adalah waktu dengan satuan jam atau detik.
Q : Adalah sumber panas di dalam volume atur dengan satuan
kW/m3 atau Btu/(h-ft2 ). Jika volume atur menghasilkan panas
maka nilai Q adalah positif, tapi kalau volume atur
menggunakan/menghilangkan panas maka nilainya negative.
A : Adalah luas penampang yang berkaitan dengan arah dari aliran
panas dengan satuan m2 atau ft2.

Dengan Hukum Forier terkait perpindahan panas konduksi,

𝑑𝑡
qx = -Kxx ......................................................................... (5)
𝑑𝑥

Kxx : Adalah konduktifitas termal pada arah x dengan satuan


kW/(m.°C).
T : Adalah tempertatur (°C) dan
dT/dx : Adalah perbedaan temperature (°C/m) atau (°F/ft).

Analog dengan persamaan satu dimensi hukum tegangan/regangan pada


analasis tegangan, maka kita mendapat :

𝑑𝑡
Qx = -Kxx ( )x+d .......................................................... (6)
𝑑𝑥

9
Dimana perbedaan temperatur pada persamaan sebelumnya digambarkan
dengan persamaan taylor series expansion yang kita ketahui persamaan secara
umumnya adalah :

.......................................... (7)

Sehingga apabila diaplikasikan pada perbedaan temperature pada


persamaan sebelumnya menjadi :

................................ (8)

Perubahan energi yang tersimpan pada volume atur adalah:

............................................................. (9)

C : Adalah panas spesifik adalah kWh/(kg.°C) atau Btu/(slug-°F).


Ρ : Adalah massa jenis dengan satuan kg/m3 atau slug/ft3.

Apabila kita subtitusikan ketiga persamaan diatas maka kita akan


mendapat persamaaan untuk konduksi satu dimensi adalah :

............................................... (10)

Jika kita asumsikan bahwa proses perpindahan panas terjadi tidak


tergantung terhadap waktu (steady-state) maka kita akan mendapatkan
persamaan :

.................................................... (11)

Dan apabila termal konduktifitas pada volume atur adalah seragam dan
juga perpindahan panas tidak tergantung terhadap waktu maka akan kita
dapatkan :

10
............................................................. (12)

Apabila kondisi dimana volume atur memiliki kondisi batas seperti


ditunjukkan pada gambar dibwah ini :
dan .................................................... (13)

................................... (14)

Dimana :
TB : Menandakan kondisi batas temperature yang diketahui pada
permukaan pertama (S1).
S2 : Permukaan kedua yang memiliki informasi tentang heat flux
(qx*) atau perbedaan temperatur (dT/dx).
Nilai qx akan menjadi nol apabila permukaan S2 di berikan insulasi
sempurna seperti gambar diatas bagina kedua.

2.3 Perpindahan Panas Konduksi (Non-Konveksi) Dua Dimensi.


Pertimbangkan masalah konduksi panas dua dimensi dengan cara yang
mirip dengan kasus satu dimensi, untuk kondisi steady-state, kita dapat
menunjukkan bahwa untuk sebuah material bertepatan dengan arah x dan y.

Gambar 2.4 Penampang Dua Dimensi

11
Maka persamaannya menjadi :

...................................... (15)

Dengan kondisi batas:

............................................................. (16)

(17)

Di mana Cx dan Cy adalah cosinus arah dari vektor unit n normal ke


permukaan S2 yang ditunjukkan pada Gambar 3. Sekali lagi, disepakati
tandanya, apabila positif maka panas mengalir ke dalam bodi (material).

Gambar 2.5 Unit Vektor Ke Permukaan S2

2.4. Perpindahan Panas Dengan Konveksi


Ketika melakukan kontak antara padatan dengan fluida, akan terjadi
perpindahan panas antara permukaan cairan dan padat ketika terjadi perbedaan
suhu, maka akan terjadi perpindahan kalor konveksi akibat adanya pemompaan
dari luar (konveksi paksa) atau melalui gaya apung yang terjadi akibat perbedaan
suhu di dalamnya (konveksi alami atau bebas). Dengan pertimbangan derivasi
persamaan diferensial dasar untuk satu dimensi konduksi dan diaplikasikan ke
konveksi, sekali lagi kita mengasumsikan perubahan suhu jauh lebih besar dalam
arah x daripada arah y dan z. maka :

12
....... (18)
Semua istilah memiliki arti yang sama seperti dalam bagian persamaan
konduksi kecuali aliran panas oleh transfer panas konvektif diberikan oleh
hukum pendinginan newton :

................................................................................ (19)
Dimana :
H : Adalah koefisien konveksi dalam kW/(m2 .°C) atau Btu/(h-ft2 -
°F).
T : Adalah suhu permukaan padat pada antarmuka padat / cair.
T : Adalah suhu fluida (di sini suhu fluida aliran bebas).

Gambar 2.6 Volume Kontrol Untuk Satu Dimensi Konduksi Panas Dengan
Konveksi

P dalam persamaan, (11) menunjukkan perimeter sekitar luas penampang


konstan A.
Sekali lagi menggunakan persamaan, (15) - (17) dan (19) dalam
persamaan. (18), membagi dengan Adxdt dan menyederhanakan, kita
mendapatkan persamaan untuk konduksi panas satu dimensi dengan konveksi
sebagai berikut :

.............................. (20)

13
Dengan kondisi batas yang mungkin pada :
1. T1 = Tb onS1

2.
3. Hilangnya panas oleh konveksi dari ujung tubuh satu dimensi, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 2.7 Ilustrasi Model Konvektif Perpindahan Panas (Panah Pada


Permukaan S3 Menandakan Perpindahan Panas Karena Konveksi)

Maka persamaan perpindahan panas konduksi dan konveksi didinding


padat ke aliran panas dalam cairan pada benda padat/antar muka cairan :

............................ (21)

2.5 Konduktifitas Termal dan Koefisien Konveksi


Tabel dibwah ini menunjukkan nilai konduktifitas termal dari beberapa
material menurut satuan US dan SI. Konduktifitas termal K, adalah jumlah energi
panas (Btu atau Wh) yang akan mengalir melalui satuan panjang (ft atau m) dari
zat yang diberikan dalam satuan waktu (t atau s) untuk menaikkan suhu satu
derajat ( F atau C).
Tabel 2.1 daftar beberapa unit khas yang digunakan untuk masalah transfer
panas. Tabel 2.2 daftar beberapa konduktivitas termal yang khas dari berbagai zat
padat dan cairan. Konduktivitas termal K, dalam Btu/(h-ft2 -°F) atau W/(m.°C),
mengukur.

14
Tabel 2.1 Sistem Satuan Pada Perpindahan Panas

Tabel 2.2 Tipikal Konduktivitas Termal Dari Beberapa Padatan dan Cairan

Tabel 2.3 Nilai Perkiraan Koefisien Perpindahan Panas Konveksi

Tabel 2.3 menyusun perkiraan kisaran nilai koefisien konveksi untuk


berbagai kondisi konveksi. Koefisien konveksi , dalam Btu/(h-ft2 - F) atau W/(m2
C), adalah jumlah energi panas (Btu atau W h) yang akan mengalir melintasi area

15
satuan (ft2 atau m2 ) dari zat yang diberikan dalam satuan waktu (t atau s) untuk
menaikkan suhu satu derajat ( F atau C).
Konveksi alami atau bebas terjadi ketika, misalnya, pelat yang dipanaskan
terpapar ke udara ruang sekitar tanpa sumber gerak eksternal. Pergerakan udara
ini, yang dialami sebagai akibat dari gradien densitas dekat pelat, disebut
konveksi alami atau bebas. Konveksi paksa dialami, misalnya, dalam kasus kipas
meniup udara di atas piring.

2.6 Formulasi Elemen Hingga Menggunakan Metode Variasi


Distribusi temperatur mempengaruhi jumlah panas yang masuk atau keluar
dari tubuh dan juga mempengaruhi tekanan di dalam tubuh. Tekanan termal
terjadi di semua badan yang mengalami gradien suhu dari beberapa keadaan
kesetimbangan tetapi tidak bebas untuk memperluas ke segala arah. Untuk
mengevaluasi tekanan termal, kita perlu mengetahui distribusi temperatur dalam
tubuh. Metode elemen hingga adalah metode realistis untuk memprediksi
kuantitas seperti distribusi temperatur dan tekanan termal dalam tubuh. Pada
bagian ini, kami memformulasikan persamaan transfer panas satu dimensi
menggunakan metode variasional. Contoh-contoh disertakan untuk
mengilustrasikan solusi dari jenis masalah ini.
1. Langkah 1 Pilih Tipe Elemen
Elemen dasar dengan simpul 1 dan 2 ditunjukkan pada Gambar 2.8

Gambar 2.8 (a) Elemen Suhu Satu Dimensi Dasar dan (b) Variasi Suhu
Sepanjang Panjang Elemen

16
2. Langkah 2 Pilih Fungsi Temperatur
Pada langkah ini kita memilih fungsi temperatur [Gambar 2.8 (b)] di
dalam setiap elemen yang mirip dengan fungsi perpindahan, seperti :

........................................................ (22)

Dimana dan adalah suhu nodal yang akan ditentukan, dan

............................................... (23)

Dan fungsi bentuk yang sama seperti yang digunakan untuk elemen bar.
Matriks [ ] kemudian diberikan oleh :

................................................................ (24)

Dan matriks suhu nodal yaitu :

........................................................................... (25)

Dalam bentuk matriks, kami mengungkapkan Persamaan. (16) sebagai :

.................................................................... (26)

3. Langkah 3 Tentukan Gradient Temperatur/Temperatur Dan Heat Flux/Atau


Hubungan Temperatur.
Gradien temperature matriks {g} analog dengan matriks reganagan {€}
di tunjukkan pada persamaan :

17
........................................................... (27)

Dimana |B| didapat dengan mensubtitusikan persamaan 22 ke dalam


persamaan 27 dan kemudian diferensialkan terhadap x, maka :

.................................................................... (28)

Dengan menggunakan definisi persamaan 23 untuk (B) maka :

....................................................................... (29)

Hubungan Heat flux/gradient temperatur adalah :

................................................................ (30)

4. Langkah 4 Turunkan Matriks Elemen Konduksi dan Persamaannya


Persamaan 12 dan 20 bisa dituliskan kembali menjadi :

.................................................... (31)

Dimana :

................ (32)

Dimana S2 dan S3 adalah permukaan terpisah oleh heat flux q* (nilainya


positif) dan kerugian konveksi h= (T-T8) , kita tidak bisa menentukan q dan h

18
pada permukaan yang sama karena terjadinya secara bersamaan pada permukaan.
Dengan menggunakan persamaan 27, 28 dan 30 kedalam persamaan 32, dengan
mengambil pengertian persamaan 31 maka kita akan mendapatkan :

..... (33)

Kemudian kita subtitusikan persamaa 27 kedalam persamaan 33, dan kita


tahu bahwa nodal temperature tidak tergantung terhadap kordinat, maka kita akan
mendapat :

..... (34)

Pada persamaan 34 kita coba reduksi dengan menuliskan integral


permukaan S3 secara eksplisit dengan memindahkan { } ke bagian sebelah kiri
persamaan integral, maka kita akan mendapatkan :

....... (35)

Dimana kita reduksi lagi persamaan 34 dengan mengeluarkan karena


konstan. Maka kita akan mendapat persamaan :

................... (36)

19
Dimana matriks-matriks gaya telah didefinisikan menjadi :

....... (37)

Dalam persamaan 37, istilah {fQ} (sumber panas positif, tenggelam


negatif) adalah dari bentuk yang sama dengan istilah kekuatan temal {fq} (fluks
panas, positif ke permukaan) dan istilah ketiga {fh} ( perpindahan panas atau
konveksi) sama dengan traksi permukaan (pemuatan terdistribusi) dalam masalah
analisis tegangan. Anda dapat mengamati fakta ini dengan membandingkan
persamaan. (37) dengan persamaan :

................................................. (38)

Karena kami sedang merumuskan persamaan elemen dari bentuk ƒ = kt ,


kita memiliki elemen matrik konduksi* untuk permasalahan perpindahan panas
diberikan persamaan (36) oleh :

.......................................... (39)

Dimana integral yang pertama dan integral yang kedua pada persamaan.
(39) adalah ari konduksi dan konveksi,secara berturut-turut. Menggunakan
persamaan (39) didalam persamaan (36), untuk setiap elemen maka :

................................................................................................. (40)

Menggunakan hubungan pertama dari persaman (39), bersama dengan


persamaan (39) dan ( ), bagian konduksi dari matrik [k] untuk elemen satu
dimensi menjadi :

20
.............................. (41)
Atau pada akhirnya

................................................................................ (42)

Bagian konversi dari matrik [k] menjadi :

............................ (43)

Atau diseerhanakan menjadi :

................................................................................ (44)

Dimana : dx = p dx
Dan P adalah sebuah batas dari elemen ( diasumsikan konstan). Oleh
karena itu, menambahkan persamaan (42) dan (43), kita ketahui bahwa matrik [k]
adalah :

................................................................ (45)

Matrik elemen konduksi seringkali disebut stiffness matrik karena stiffness


matrik menjadi umum digunakan untuk mendeskripsikan matrik dari koefisien
yang diketahui dikalikan dengan derajat bebas yang tidak diketahui, seperti suhu
, displasemen, dan sejenisnya.

21
Saat nilai h adalah nol pada batas elemen. Hubungan kedua pada bagian
kanan persamaan (45) (bagian konveksi dari [k]) adalah nol. Ini cocok, misal,
kebatas yang terisolasi.
Istilah matrik gaya , pada penyederhanaan persamaan (37) dan asumsi Q ,
q*, dan produk hT untuk menjadi konstan adalah :

.............................. (46)
Dan

............................ (47)
Dan

...................................................... (48)

Oleh karena itu, menambahkan persamaan (13.29) – (13.31), kita dapatkan


:

....................................................................... (49)

Persamaan (49) menunjukkan bahwa setengah dari sumber panas seragam


yang diasumsikan Q menuju ke setiap node, setengahnya lagi dari konveksi dari
batas permukaan hT menuju ke setiap node dari sebuah elemen.
Pada akhirnya, kita harus mempertimbangkan konveksi dari ujung bebas
sebuah elemen. Untuk memudahkan. Kita akan mengasumsikan konveksi
muncul hanyahanya dari ujung kanan dari sebuah elemen, seperti ditunjukkan
pada gambar 2.9 .Istilah penggabungan konveksi tambahan untuk stiffness matrix
diberikan :

................................................................. (50)

22
Sekarang N1 = 0 dan N2 = 1 diujung kanan elemen. Substitusikan N
kedalam persamaan (50), kita dapatkan :

............................................. (51)

Gambar 2.9 Konveksi Paksa Pada Ujung Elemen

Konveksi paksa dari ujung bebas elemen diperoleh dari penerapan


persamaan. (48) dengan fungsi bentuk sekarang dievaluasi pada ujung kanan (di
mana konveksi terjadi) dan dengan (permukaan di mana konveksi terjadi)
sekarang sama dengan luas penampang A dari batang. Oleh karena itu :

............................................... (52)

Menggambarkan kekuatan konvektif dari ujung lampu dari elemen di


mana ̂ mewakili dievaluasi pada ̂ dan seterusnya.

2.7 Perpindahan Panas Secara Radiasi


Proses perpindahan kalor tanpa zat perantara disebut radiasi atau pancaran.
Kalor diradiasikan dalam bentuk gelombang elektromagnetik, gelombang radio,
atau gelombang cahaya. Misalnya, radiasi panas dari api Apabila kita berdiam di
dekat api unggun, kita merasa hangat. Kemudian, jika kita memasang selembar
tirai di antara api dan kita, radiasi kalor akan terhalang oleh tirai itu. Dengan
demikian, kita dapat mengatakan bahwa:
Kalor dari api unggun atau matahari dapat dihalangi oleh tabir sehingga
kalor tidak dapat merambat. Ada beberapa benda yang dapat menyerap radiasi

23
kalor atau menghalanginya. Alat yang digunakan untuk mengetahui atau
menyelidiki adanya radiasi disebut termoskop, seperti yang tampak pada gambar
berikut :

Gambar 2.10 Termoskop

Dari hasil penyelidikan dengan menggunakan termoskop, kita dapat


mengetahui bahwa :
1) Permukaan yang hitam dan kusam adalah penyerap atau permancar radiasi
kalor yang baik.
2) Permukaan yang putih dan mengkilap adalah penyerap atau pemancar radiasi
yang buruk.
Berbeda dengan 2 jenis perpindahan kalor sebelumnya yang menggunakan
medium, perpindahan kalor ini tidak membutuhkan medium atau perantara.
Contohnya panas matahari yang sampai kebumi melewati ruang angkasa yang
hampa udara (tanpa ada medium). Setiap benda bisa menyerap kalor dipancarkan
secar radiasi. Akan tetapi yang menentukan daya serap dan daya bukannlah jenis
bahan benda tersebut melainkan warnanya. Semakin hitam sebuah benda maka
benda tersebut akan cenderung semakin menyerap panas yang dipancarkan
melalui radiasi. Kehitaman sebuah inilah yang disebut sebagai emisivitas bahan
disimbolkan dengan e. Besarnya energi radiasi benda hitam tergantung pula pada
tingkat derajat suhunya.

24
2.8. Contoh Gambar Perpindahan Panas Secara Konduksi

25
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perpindahan kalor merupakan suatu proses berpindahnya suatu energi
(kalor) dari satu daerah ke daerah lain akibat adanya perbedaan temperatur pada
daerah tersebut. Terdapat 3 jenis perpindahan kalor yaitu perpindahan kalor
konduksi, konveksi dan radiasi.
Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses perpindahan kalor dimana
kalor mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang
bertemperatur rendah dalam suatu medium (padat, cair atau gas) atau antara
medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung sehingga
terjadi pertukaran energi.
Ketika melakukan kontak antara padatan dengan fluida, akan terjadi
perpindahan panas antara permukaan cairan dan padat ketika terjadi perbedaan
suhu, maka akan terjadi perpindahan kalor konveksi akibat adanya pemompaan
dari luar (konveksi paksa) atau melalui gaya apung yang terjadi akibat perbedaan
suhu di dalamnya (konveksi alami atau bebas).
Proses perpindahan kalor tanpa zat perantara disebut radiasi atau pancaran.
Kalor diradiasikan dalam bentuk gelombang elektromagnetik, gelombang radio,
atau gelombang cahaya. Misalnya, radiasi panas dari api. Apabila kita berdiam di
dekat api unggun, kita merasa hangat.
Perpindahan panas adalah penentuan distribusi temperatur sistem. Dengan
menggunakan metode elemen hingga maka dapat ditentukan pula jumlah panas
yang masuk ke dalam atau keluar dari sistem dan tegangan termal.
Distribusi temperatur mempengaruhi jumlah panas yang masuk atau keluar
dari tubuh dan juga mempengaruhi tekanan di dalam tubuh. Tekanan termal
terjadi di semua badan yang mengalami gradien suhu dari beberapa keadaan
kesetimbangan tetapi tidak bebas untuk memperluas ke segala arah. Untuk

26
mengevaluasi tekanan termal, kita perlu mengetahui distribusi temperatur dalam
tubuh. Metode elemen hingga adalah metode realistis untuk memprediksi
kuantitas seperti distribusi temperatur dan tekanan termal dalam tubuh.

3.2. Saran
Kami sadar bahwa pada makalah yang kami buat ini terdapat banyak
kekurangan, maka diperlukan kritik dari dosen pengampu dan teman-teman agar
memberikan kritikan yang bersifat membangun agar menjadikan kami kedepanya
lebih baik, dalam penulisan makalah ini.

27
DAFTAR PUSTAKA

http://fisikazone.com/perpindahan-kalor/
https://www.academia.edu/29743075/Makalah_Perpindahan_Panas
http://e-lib.polnes.ac.id/file/20180903142940.pdf
https://www.amongguru.com/jenis-jenis-perpindahan-kalor-dan-contohnya-dalam-
kehidupan-sehari-hari/
http://maslatip.com/konduktor-dan-isolator-panas.html
http://contohmakalahfisikakelas11.blogspot.com/2017/02/v
behaviorurldefaultvmlo.html
https://mesin.ulm.ac.id/assets/dist/bahan/MEH_Buku_Ajar_full.pdf

28

Anda mungkin juga menyukai