The Growth of Immature Rubber Plant in Coastal Area and the Effort of Land Management
(Case study: Balong Field, Central Java)
11
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 11-24
soil pH classified as slightly acidic ranged 6,00–6,42, airsehingga berpengaruh pada sistem
this pH suitable for the growth of rubber plants. The perakaran, kedalaman akar (Walter et al., 2000;
result of rubber plant growth in coastal area at a Oliver and Smettern, 2002), hara dan pH
distance ± 500 m showed poor growth, therefore at a (Bulmer and Simpson, 2005). Menurut Syukur
distance > 1000 m, quite good. The land (2005) lahan pasir pantai memiliki
management conducted for rubber plant growth in a kemampuan menyediakan udara yang
coastalarea namely application of organic matter, berlebih sehingga mempercepat pengeringan
mulching or planting of legume cover crop, dan oksidasi bahan organik.
application of soil conditioner,planting a Pertumbuhan tanaman karet dipengaruhi
windbreaker plant, and used adaptive clone. oleh jenis klon/varietas yang ditanam dan
lingkungan atau agroekosistem (Sagala, 2015).
Keywords: coastal area, land management, and Tanaman karet mempunyai daya adaptasi
rubber plant yang sangat baik terhadap berbagai kondisi
agroklimat. Ekologi daerah asal tanaman karet
Pendahuluan (Brasil) termasuk lingkungan hutan tropis
basah yang hampir serupa dengan lingkungan
Indonesia sebagai negara kepulauan masih hutan tropis basah di Indonesia. Tanaman
terbuka kesempatan yang besar dalam karet mempunyai kemampuan yang cukup
memanfaatkan lahan pesisir pantai untuk baik dalam menciptakan lingkungan yang
dikelola menjadi lahan budidaya tanaman stabil sehingga sesuai menggantikan vegetasi
yang produktif. Lahan pesisir pantai memiliki hutan tropis basah yang produktif, serta dapat
beberapa kelebihan untuk lahan pertanian dibudidayakan dengan olah tanah minimum
yaitu luas, datar, jarang banjir, sinar matahari (minimum land clearing atau minimum tillage)
melimpah, dan kedalaman air tanahnya (Thomas, 2008; Boerhendhy dan Agustina,
dangkal (Anonim, 2002). Beberapa tahun 2013).
terakhir pengembangan tanaman karet sudah Selain permasalahan mengenai sifat-sifat
mulai bergeser ke lahan-lahan sub-optimal tanah pasiran, faktor iklim di daerah pantai
atau marginal. Lahan marginal adalah suatu juga berpengaruh besar terhadap keberhasilan
lahan yang mempunyai karakteristik pengelolaan tanaman. Sanchez et al. (1994)
keterbatasan dalam sesuatu hal, baik mengemukakan pentingnya pengelolaan air
keterbatasan satu unsur/komponen maupun terhadap ketersediaan N dalam tanah. Kondisi
lebih dari satu unsur/komponen (Gunadi, kelebihan atau kekurangan air dapat menjadi
2002). Lahan marginal biasanya ditandai faktor pembatas hasil tanaman, demikian juga
dengan produktivitas dan tingkat respon tanaman terhadap N akan terbatas.
pengembalian modal yang rendah atau dengan Selain itu, tanah di daerah ini memiliki
faktor pembatas berat untuk pertanian. Lahan salinitas atau kadar garam yang tinggi.
ini umumnya rentan dan berisiko lingkungan Salinitas adalah salah satu masalah utama dari
yang tinggi (Barbier, 1989 dalam Nugroho et p e r t a n i a n m o d e r n ya n g m e m b a t a s i
al., 2015). pertumbuhan tanaman dan mengurangi
Lahan pesisir pantai merupakan lahan produksi pertanian. Tanaman yang ditanam di
marginal yang memiliki produktivitas rendah. daerah pesisir sering mengalami stres salinitas
Produktivitas lahan yang rendah disebabkan akibat pengendapan tetesan air laut karena
oleh faktor pembatas yang berupa kemampuan angin (Nasta et al., 2014).
memegang dan menyimpan air rendah, Kebun Balong-Beji Kalitelo merupakan
infiltrasi dan evaporasi tinggi, kesuburan dan salah satu kebun karet di lingkup PT.
bahan organik sangat rendah dan efisiensi Perkebunan Nusantara IX yang terletak pada
penggunaan air rendah (Kertonegoro, 2001; ketinggian 0–45 m diatas permukaan laut (dpl)
Al-Omran et al., 2004). Tekstur tanah pasir dengan topografi bervariasi dari datar hingga
sangat berpengaruh pada status dan distribusi bergelombang. Di salah satu afdeling kebun
12
Pertumbuhan tanaman karet belum menghasilkan di lahan pesisir pantai dan upaya pengelolaan lahannya
(Studi Kasus: Kebun Balong, Jawa Tengah)
tersebut terdapat tanaman karet yang ditanam belum berkembang dan banyak dijumpai pada
di lahan pasir pantai yang memiliki tanah dengan bahan induk beragam (Munir,
permasalahan dengan kondisi tanah dan 1996). Salah satu sifat fisik tanah yang
lingkungan. Kajian ini bertujuan untuk berperan penting sebagai media tanam adalah
mengetahui pertumbuhan tanaman karet tekstur tanah. Tekstur tanah sangat
belum menghasilkan (TBM) di lahan pesisir menentukan kecepatan infiltrasi dan
pantai dan upaya pengelolaan lahannya di kemampuan tanah menahan air. Tanah yang
perkebunan tersebut. didominasi oleh fraksi pasir mempunyai
infiltrasi yang tinggitetapikemampuan
Bahan dan Metode mengikat air yang rendah. Kandungan fraksi
lempung yang sedikit, menyebabkan tanah
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli mempunyai kemantapan agregat yang kurang
2015 di Kebun Balong-Beji Kalitelo, PT. baik sehingga sering kehilangan unsur hara
Perkebunan Nusantara IX, Kabupaten Pati, lewat pelindian dan erosi. Secara tidak
Jawa Tengah. Bahan dan alat yang digunakan langsung tekstur tanah juga menentukan
meliputi plastik, cangkul, meteran, caliper, dan struktur tanah yang penting bagi gerakan
alat-alat laboratorium untuk analisa tanah. udara, air, dan zat-zat hara di dalam tanah, dan
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei juga berpengaruh terhadap kegiatan makro
dan pengamatan kondisi pertumbuhan dan mikrotanah.
tanaman. Pengambilan sampel tanah Lahan pasir pantai yang digunakan dalam
dilakukan secara toposequen pada lahan yang penelitian berasal dari proses alami yang
dekat dengan pantai, dengan dua titik lokasi, terjadi di darat seperti sedimentasi dan pasang
yaitu 1) berjarak ± 500 m dari bibir pantai, dan surut air laut. Tanah pasir pantai diambil pada
2) berjarak > 1000 m dari bibir pantai. Sampel jarak terdekat ± 500 m dan terjauh > 1000 m
tanah dianalisis di Laboratorium Tanah Balai dari bibir pantai. Hasil analisis fisika dan kimia
Penelitian Getas. Sifat-sifat tanah yang tanah pasir pantai Beji menunjukkan bahwa
dianalisis adalah tekstur 3 fraksi; pH ekstrak tanah ini didominasi oleh fraksi pasir (>70%),
H2O; C dan N-Organik; P tersedia (Bray I); fraksi debu berkisar 13,48-21,74% dan Fraksi
nilai tukar kation Mg, dan K ekstrak NH4-Ac liat berkisar 2,83-5,57% (Tabel 1).Fraksi liat
1N pH 7 dan KTK (Blakemore et al., 1987). pada jarak > 1000 m dari bibir pantai lebih
Selain itu, juga dilakukan pengamatan kondisi tinggi dibandingkan tanah yang berjarak ± 500
tanaman pada tanaman belum menghasilkan m dari bibir pantai. Hal ini dapat berpengaruh
(TBM) IV dan V (umur 4-5 tahun) meliputi pada besarnya kandungan hara makro pada
pengukuran lilit batang secara sampling tanah tersebut. Tingginya proporsi pori
sebanyak 40 pohon per blok tanaman dan menyebabkan tanah ini memiliki drainase dan
kondisi visual tanaman meliputi kondisi tajuk permeabilitas tinggi sehingga retensi lengas
tanaman, perakaran serta tindakan dan hara menjadi rendah (Syukur dan
pengelolaan lahannya. Harsono, 2008). Hasil analisis kadar lengas
tanah pasir pantai di daerah Beji, Pati memiliki
Hasil dan Pembahasan kadar lengas tanah berkisar 6,0-8,45%.
Yudono et al. (2002) dan Kastono (2007)
Sifat Fisik Tanah Pasir Pantai Beji melaporkan bahwa tanah pasir pantai di
Tanah pasir pantai merupakan tanah muda daerah Bugel, DIY memiliki sifat fisik sebagai
(baru) yang dalam klasifikasiUnited States berikut tekstur pasir, struktur butiran sampai
Departement of Agriculture (USDA) termasuk kersai, drainase baik, konsistensi lepas-lepas,
ordo Entisol pantai, tepatnya subordo permeabilitas sangat cepat (150 cm/jam), dan
Psamment dan grup Udipsamment (Soil kadar lengas 1,55-3,05%.
Survey, 1998).Tanah Entisol merupakan tanah
13
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 11-24
Tabel 1. Hasil analisis tanah di afdeling Beji Timur, berjarak ± 500 m dan > 1000 m dari bibir
pantai Beji
Parameter Unsur Satuan ± 500 m Harkat* > 1000 m Harkat*
14
Pertumbuhan tanaman karet belum menghasilkan di lahan pesisir pantai dan upaya pengelolaan lahannya
(Studi Kasus: Kebun Balong, Jawa Tengah)
15
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 11-24
Gambar 1. Daun terlihat sobek, gugur daun, dan mengalami gejala defisiensi hara
Kalium (K) akibat angin kencang serta membawa uap garam dari air laut
pesisir pantai Beji tanaman pemecah angin laboratorium dan kriteria penilaian unsur
atau windbreaker terlihat belum optimal seperti Natrium (Na) tersedia tanah menurut Pusat
pohon kelapa banyak yang tumbang, tanaman Penelitian Tanah Bogor pada jarak ± 500 m
jabon banyak mengalami sobek daun, dan dari bibir pantai memiliki kandungan Natrium
tanaman mahoni jumlahnya masih sedikit. (Na) tergolong cukup tinggi.Ewusie (1990)
melaporkan bahwa akar menyerap garam jauh
b. Ketersediaan air tanah rendah karena lebih sedikit daripada tunas tajuk, karena
evaporasi yang tinggi dan kadar garam yang abrasi mekanis dan ion kloridanya terkumpul
tinggi dalam ujung ranting dan daun sampai kadar
Kondisi lingkungan dan struktur tanah yang merugikan bahkan mematikan.Keadaan
pasir menyebabkan evaporasi tinggi sehingga ini menyebabkan pertumbuhan terganggu dan
kadar lengas (moisture content) dalam tanah bahkan pada keadaan ekstrim dapat
rendah. Akibatnya ter jadi penurunan menimbulkan kematian tanaman. Hal inilah
penyerapan air yang dapat menyebabkan yang mengakibatkan populasi tanaman
tanaman mengalami cekaman air dan menjadi berkurang karena tanaman mati.
terjadinya penurunan dalam penyerapan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Kondisi Tanaman Karet TBM di Pesisir
Tingginya intensitas sinar matahari yang Pantai
sampai ke permukaan tanah menyebabkan Kebun Balong terletak di kabupaten Jepara,
tingginya suhu udara dan tanahsehingga Jawa Tengah merupakan salah satu kebun
memacu laju evapotranspirasi (kehilangan lingkup PT. Perkebunan Nusantara IX dengan
air). Selain itu masalah yang dihadapi oleh komoditas utama tanaman karet. Areal Kebun
lahan dekat pantai adalah adanya pengaruh Balong sebagian wilayahnya berada di daerah
g a r a m N a C l ya n g d o m i n a n ( Fa r i d , pesisir pantai Beji, tepatnya di afdeling Beji
1998).Kadar garam yang tinggi dalam tanah Timur. Kondisi pertumbuhan tanaman karet di
dapat menimbulkan keterbatasan serapan air, daerah ini umumnya termasuk kurang baik
keracunan ion, dan atau ketidakseimbangan dan keragaan tanamannya ter masuk
ion (Jones, 1981).Berdasarkan hasil analisis heterogen. Hal ini terlihat dari hasil data
16
Pertumbuhan tanaman karet belum menghasilkan di lahan pesisir pantai dan upaya pengelolaan lahannya
(Studi Kasus: Kebun Balong, Jawa Tengah)
pengukuran lilit batang tahun 2014 bahwa pada areal tersebut pertumbuhan tanaman
tanaman yang memiliki lilit batang standar penutup tanah (Legume Cover Crop) seperti
hanya mencapai 12,2% dari total populasi Mucuna bracteata tidak tumbuh optimal atau
TBM (pohon/ha) tahun tanam 2011dan 9,3% banyak yang mati. Namun, tanaman karet
dari total populasi TBM (pohon/ha) tahun yang ditanam berjarak > 1000 m dari garis
tanam 2010 (Balai Penelitian Getas, 2014). pantai tumbuh dengan baik (Gambar 3). Hal
Kondisi visual tanaman karet TBM tahun ini disebabkantanaman karet yang ditanam
tanam 2010 dan 2011 yang ditanam dekat pada jarak > 1000 m tidak langsung terkena
dengan garis pantai atau berjarak ± 500 m dari angin laut.Selain itu juga dibuktikan bahwa
garis pantai termasuk kategori kurang pada saat pengamatan di lapang terlihat
baikterlihat pada Gambar 2. Hal ini pertumbuhan tanaman penutup tanah sebagai
ditunjukkan dengan kondisi batang berwarna mulsa organik tumbuh dengan subur tanpa ada
keputihan, kerdil, dantajuk daun terlihat hambatan dalam pertumbuhannya.
ringan dan sebagian tanaman mati.Selain itu
A B
Gambar 2. Kondisi tanaman pada areal yang berdekatan dengan pantai berjarak ± 500 m
tergolong kurang baik di afdeling Beji Timur: (A) TBM V tahun tanam 2010 dan
(B) TBM IV tahun tanam 2011
Gambar 3. TBM karet tahun tanam 2010 tergolong baik di afdeling Beji Timur dengan jarak
> 1000 m dari garis pantai
17
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 11-24
Data rataan lilit batang berdasarkan jarak disepanjang tepi daunseperti mengalami
penanaman tanaman karet dari bibir pantai gejala defisiensi hara Kakibatnya tanaman
tersaji pada Tabel 2. Berdasarkan pengamatan menjadi kerdil. Priyadarshan et al. (2005)
di lapangan, tanaman karet pada tahun tanam menyatakan bahwa lahan pesisir pantai
2011 dan 2010 yang ditanam jauh dari pantai termasuk ke dalam klasifikasi lahan sub-
atau > 1000 m dari bibir pantai memiliki lilit optimal atau lahan marginal bila digunakan
batang lebih tinggi sekitar 58-70% (38,95 cm untuk budidaya tanaman karet. Lahan pesisir
dan 43,23 cm) dibandingkan dengan tanaman didominasi oleh tanah dengan tekstur pasir
karet yang ditanam dekat dengan pantai atau ± yang memiliki kadar garam (salinitas)tinggi.
500 m dari bibir pantai. Tanaman karet yang Tanaman karet akan mengalami gangguan
ditanam di dekat garis pantai memiliki lilit pertumbuhan jika ditanam di daerah tersebut.
batang rata-rata di bawah standar atau Hal ini dikarenakan secara fisiologi, tanaman
tergolong kurang baik dan batang cenderung yang tercekam salinitas akan menurunkan
berwarna keputihan yang menandakan kandungan kloroplas, sehingga proses
kondisi tanaman tidak sehat (Gambar 4). Hal fotosintesis akan mengalami gangguan.
ini disebabkan karena tanaman karet yang Salinitas atau konsentrasi garam-garam
ditanam dekat dengan garis pantai banyak terlarut yang cukup tinggi akan menimbulkan
terkenaangin laut dan instrusi air laut yang stres dan memberikan tekanan terhadap
membawa u ap garam sehingga tanaman pertumbuhan tanaman (Pangaribuan, 2001).
mengalami daun sobek, daun mudah rontok, Klasifikasi standar lilit batang TBM yang
penyerapan hara tidak optimal ditandai kulit menjadi acuan Tim Balai Penelitian Getas
batang berwarna keputihan, dan daun tersaji pada Tabel 3.
memperlihatkan ciri daun menjadi kuning,
Tabel 2. Data rataan lilit batang tanaman karet berdasarkan jarak penanaman dari bibir pantai di
Kebun Balong.
Afdeling Tahun Jarak dari bibir pantai (m) Rataan lilit batang (cm)
tanam
500 17,45
Beji Timur 2010
> 1000 43,23
500 11,80
Beji Timur 2011
>1000 38,95
Keterangan : pengamatan lilit batang dilakukan bulan Juli 2015
A B
Gambar 4. Kondisi batang tanaman tahun tanam 2010 dengan lokasi penanaman yang berbeda: A) blok
penanaman dengan jarak 500 m dari bibir pantai dan B) blok penanaman dengan jarak > 1000 m
dari bibir pantai.
18
Pertumbuhan tanaman karet belum menghasilkan di lahan pesisir pantai dan upaya pengelolaan lahannya
(Studi Kasus: Kebun Balong, Jawa Tengah)
Tabel 3. Standar lilit batang dan tebal kulit serta klasifikasi/kategori TBM
Range lilit batang (cm)
Standar
Akhir dan klasifikasinya
TBM
Lilit batang Tebal kulit Kurang Sangat
Standar
(cm) (mm) baik baik
I 8 2-3 < 7,2 7,2–8,8 > 8,8
II 18 3-4 < 16,2 16,2–19,8 > 19,8
III 30 4-5 < 27,0 27,0–33,0 > 33,0
IV 40 5-6 < 36,0 36,0–44,0 > 44,0
V 48 6-7 < 43,2 43,2–52,8 > 52,8
+
Bagian yang berperan penting dalam hal elektrolitseperti Na dalam jumlah banyak di
produktivitas karet adalah batang tanaman. dalam jaringan tanaman (Gale, 1975). Oleh
Batang merupakan bagian tanaman karet yang karena itu, energi yang sehar usnya
paling banyak mengandung latekssehingga dipergunakan untuk pertumbuhan (dalam hal
penyadapan dilakukan pada batang. ini diameter batang) terpakai untuk mengatasi
Pembuluh lateks terdapat pada bagian batang kekeringan ataupun cekaman garam NaCl
dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan tersebut sehingga pertambahan diameter
dengan bagian tanaman lain. Oleh sebab itu batang terhambat (Kurniasari et al., 2010).
pertambahan lilit batang pada masa TBM
sangat penting karena berhubungan dengan Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman
produktivitas. Jumlah cincin pembuluh lateks Karet
dipengaruhi oleh karakteristik klon dan Kajian kesesuaian tanah untuk tanaman
pertumbuhan tanaman. Semakin cepat karet sudah dilakukan sebelumnya oleh
pertumbuhan semakin besar frekuensi cincin Sugiyanto et al., (1998). Tanah pasir masuk ke
pembuluh lateks terbentuk (Gomez, 1982). dalam kriteria faktor pembatas berat dari segi
Selain itu kecepatan pertumbuhan tanaman sifat fisik tanah sebagai media tanam budidaya
karet pada masa TBM sangat menentukan tanaman karet (Tabel 4). Bila dipaksakan
waktu buka sadap (Sagala, 2011). ditanam di daerah tersebut, maka
Tanaman menebalkan batang dengan pertumbuhan tanaman akan terganggu. Islami
menambah jaringan pembuluh di dalam dan Utomo (1995) dan Kertonegoro (1993)
tubuhnya yang dihasilkan oleh kambium menerangkan bahwa sifat-sifat fisik tanah
pembuluh pada meristem lateral (Hidayat, pasiran antara lain kandungan pasirnya lebih
1995). Gangguan pada meristem lateral terjadi dari 70% tektur kasar, berstuktur lepas-lepas
akibat keterbatasan penyerapan air oleh akar dan mudah tererosi, pori mikro rendah (kurang
yang disebabkan oleh tingginya tekanan dari 40%), sebagian besar ruang berukuran
osmotik dalam larutan tanah akibat adanya besar sehingga aerasinya baik, pengatusannya
NaCl. Kurniasari et al., (2010) menunjukkan sangat cepat, berat volumenya tinggi, dan luas
bahwa kadar garam NaCl 1.000 ppm sangat permukaan tanahnya rendah. Rendahnya
nyata menghambat pertumbuhan diameter kandungan bahan organik dalam tanah
batang. Semakin tinggi kadar garam NaCl pasiran menyebabkan suasana kehidupan
ternyata menyebabkan pertumbuhan dan yang kurang sesuai bagi perkembangbiakan
perkembangan tanaman nilam semakin buruk. mikroba. Hal ini menyebabkan aktivitas
Energi yang lebih banyak diperlukan pula mikroba dalam mengurai bahan organik
untuk memperbaiki organela-organela dan menjadi lambat.
protein yang rusak akibat kehadiran elektrolit-
19
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 11-24
Tindakan Pengelolaan Lahan Pasir Pantai sumber hara bagi tanaman, memperbaiki KTK
Untuk mengantisipasi permasalahan di tanah pasiran yang rendah dan mengaktivkan
lahan pasir tersebut diperlukan upaya mikrobadalam tanah. Jenis kacangan yang
perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. dapat ditanam salah satunya Mucuna bracteata
Perbaikan yang dapat dilakukan antara lain : (Mb).
Penggunaan mulsa organik dapat
1. Penggunaan Mulsa memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
Pemberian mulsa dilakukan untuk tanah yang akan mempermudah penyediaan
mengurangi penguapan/evaporasi tanah, unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
menjaga kelembaban tanah, menekan erosi Creamer et al. (1996) melaporkan bahwa
dan aliran permukaan. Mulsa yang digunakan pemberian mulsa dapat meningkatkan
berupa jerami padi, potongan kelembaban tanah dan ketersediaan air tanah.
rerumputan/gulma, seresah tebu, dan seresah Selain itu, mulsa organik juga dapat
jagung atau sisa-sisa tanaman lainnya. meningkatkan kandungan bahan organik
Pemberian mulsa berupa pangkasan tanaman sebesar 16% dan kandungan hara N, P, dan K
ternyata juga lebih efektif sebagai mulsa melalui proses dekomposisi dan mineralisasi
dibandingkan dengan pemberian pupuk hijau (Utomo, 1999). Berdasarkan penelitian
(Putri, 2011). Selain itu, upaya yang sudah Nugroho dkk. (2006) diketahui bahwa
dilakukan untuk mengatasi penguapan tanah penanaman penutup tanah berupa Mucuna
dan menjaga kelembaban tanah serta menekan bracteata pada tanaman karet mampu
erosi yaitu dengan penanaman tanaman mengembalikan unsur hara ke dalam tanah
penutup tanah/Legume Cover Crop (LCC). yaitu 250,98 kg/ha hara N atau setara dengan
Fungsi LCC dapat bermanfaat sebagai mulsa 545,62 kg/ha Urea, 9,08 kg/ha P2O5 atau
sehingga pada saat musim kemarau dapat setara 59,71 kg/ha RP, 72,5 kg/ha K2O atau
menjaga kelembaban tanah. Selain itu dapat setara 1,464 kg/ha KCl, serta 11,95 kg/ha
memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah, LCC MgO atau setara 49,50 kg/ha Kieserite.
dalam jangka panjang dapat berfungsi sebagai Adanya tanaman penutup tanah dapat
20
Pertumbuhan tanaman karet belum menghasilkan di lahan pesisir pantai dan upaya pengelolaan lahannya
(Studi Kasus: Kebun Balong, Jawa Tengah)
menahan percikan air hujan dan aliran air di pengikatan antar partikel dan kapasitas
permukaan tanah sehingga pengikisan lapisan mengikat air. Munawar (2011) menambahkan
atas tanah dapat ditekan (Nelson et al., 1991). bahwa bahan organik tanah mempunyai
Disamping itu juga dapat memelihara struktur kapasitas menyerap dan merangsang air
tanah, mengurangi pencucian hara, dan sampai 90% dari bobotnya. Selain itu, bahan
menekan pertumbuhan gulma (Sarief, 1985). organik dapat membantu mencegah terjadinya
Penggunaan mulsa organik ini sangat penting pengeringan, pengkerutan, dan memperbaiki
di lahan pantai karena dapat meningkatkan sifat-sifat lengas tanah pasiran sehingga
kesuburan tanah, menjaga lengas tanah dengan meningkatnya penyerapan air oleh
sehingga kebutuhan lengas untuk tanaman tanaman diharapkan dapat meningkatkan
terutama pada musim kemarau diharapkan penyerapan unsur hara. Hasil penelitian
dapat tercukupi. Agung dan Rahayu (2004) menunjukkan
b a h wa t e r j a d i n ya k e k e r i n g a n d a p a t
2. Pemberian Bahan Organik menurunkan efisiensi serapan nitrogen,
Bahan organik yang dapat diberikan di pertumbuhan, dan hasil produksi tanaman
lahan pasir pantai dapat berupa pupuk kedelai.
kandang (sapi, kambing/domba, dan unggas), Bahan atau pupuk organik dapat berperan
kompos, pupuk hijau, dan blotong. Pemberian dalam pengikatan butiran primer menjadi
bahan organik dapat dilakukan dengan butiran sekunder tanah dalam pembentukan
memasukkan ke dalam rorak di dekat batang agregat yang mantap. Hal ini akan
atau dapat dilakukan pemberian bahan ber pengar uh terhadap porositas,
organik di permukaan tanah di sekitar penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah
tanaman. Bahan organik dapat diberikan ke dan suhu tanah (Simanungkalit dkk., 2006).
lahan dalam kondisi sudah matang atau Purbajanti dkk. (2010) menambahkan pada
mentah. Pemberian bahan organik dalam pemberian pupuk kandang 20 ton/ha dapat
kondisi mentah bertujuan untuk mengurangi meningkatkan luas daun per tanaman, laju
pelindian, sehingga dekomposisi bahan f o t o s i t e s i s, s e r a p a n n i t r o g e n , l a j u
organik mentah akan terjadi pelepasan hara pertumbuhan relatif, tinggi tanaman, produksi
untuk tanaman. Kebutuhan bahan organik hijauan, dan bahan kering tanaman.
pada lahan pasiran lebih banyak dari lahan Berdasarkan hasil penelitian Putri (2011),
konvensional yaitu sekitar 10-15 kg/pohon. menunjukkan bahwa pemberian pupuk
Bahan organik yang sudah terdekomposisi kandang sebanyak 20 ton/ha dapat
akan mengalami proses mineralisasi N organik mengurangi penggunaan NPK menjadi 200
sehingga dapat meningkatkan ketersediaan N kg/ha.
di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Munawar (2011), bahan organik 3. Penggunaan Tanaman Pemecah Angin atau
yang terdapat dalam pupuk kandang Windbreaker
mengalami proses mineralisasi N organik Penggunaan pemecah angin bertujuan
+ -
menjadi NH4 dan NO3 sehingga nitrogen akan untuk mengurangi kecepatan angin dalam
lebih banyak terbentuk dan tersedia di dalam pertanaman di lahan pasir. Selain itu juga
tanah. berfungsi untuk mengurangi kerusakan
Pupuk kandang sebagai sumber bahan mekanis karena patah ataupun daun sobek
organik dapat mengikat air lebih banyak, serta untuk mengurangi laju evapotranspirasi
sehingga akar lebih mudah menyerap unsur yang tinggi. Pemecah angin dapat dibedakan
hara. Hal tersebut memberikan pengaruh besar menjadi dua macam pemecah angin, yaitu
terhadap ketersediaan unsur hara di dalam sementara dan permanen. Pemecah angin
tanah salin. Hal ini sesuai dengan pendapat sementara dapat memanfaatkan anyaman
Sutanto (2005), pupuk kandang pada tanah daun tebu atau kelapa. Sedangkan pemecah
berpasir berfungsi dalam meningkatkan angin permanen dapat memanfaatkan
21
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 11-24
tanaman yang berupa tanaman tahunan yang Par toyo (2005) menunjukkan bahwa
umumnya panjang dan dapat diatur penambahan tanah lempung (clay soil)dan
pertumbuhannya. Jenis tanaman yang dapat pupuk kandang pada lahan pertanian di pasir
digunakan misalnya: kelapa, Accasia mangium, pantai Bulak Tegalrejo, Samas, Bantul dapat
dan pandan. Di daerah pesisir pantai pada memperbaiki kualitas tanah yang ditunjukkan
pertanaman tanaman karet windbreaker yang dengan peningkatan C organik tanah, N total,
mampu bertahan hidup lebih dari 15 tahun dan N tersedia, dan K tertukar dibandingkan
per tumbuhannya cukup baik adalah dengan lahan aslinya.
Acaciamangiumdan kelapa (Gambar 5).
5. Penggunaan Klon Adaptif
4. Penggunaan Pembenah Tanah Pada dasarnya tidak ada satu klon pun yang
Bahan pembenah tanah alami adalah bersifat universal, yang adaptif terhadap
emulsi aspal, lateks, skim lateks, kapur semua kondisi lingkungan (Azwar dkk., 2000;
pertanian, batuan fosfat alam, blotongdan Amypalupy dan Thomas, 2009; Boerhendhy
zeolit (Darian, 2007), tanah lempungatau clay dan Agustina, 2013). Oleh karena itu
(grumusol dan latosol), serta lumpur sungai pemilihan klon dalam pengusahaan
(Rajiman, 2010). Tujuan penggunaan bahan perkebunan karet pada lahan marginal pesisir
pembenah tanah adalah: a) memperbaiki pantai merupakan suatu hal yang wajib
agregat tanah, b) meningkatkan kapasitas dilakukan. Sebelum memilih klon yang akan
tanah menahan air (water holding capacity), c) dikembangkan di kawasan pesisir pantai,
meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) sebaiknya diketahui faktor yang dominan pada
tanah, dan d) memperbaiki ketersediaan unsur area tersebut. Klon karet yang dapat
hara yang dibutuhkan tanaman seperti P, K, dikembangkan di kawasan pesisir minimal
dan Mg. Pemanfaatan pembenah tanah harus memiliki karakter: 1) adaptif terhadap
memprioritaskan bahan-bahan yang murah, lingkungan kering (curah hujan 1.500-2.000
bersifat pelestarian alam, dan terbarukan. mm/tahun), 2) pertumbuhan cepat pada masa
Pembenah tanah secara alami dapat diambil TBM, 3) tahan terhadap angin, dan 4)
dari lingkungan sekitar lahan atau daerah lain. mempunyai produktivitas sedang-tinggi.
Pembenah tanah yang biasa digunakan di Beberapa klon yang mempunyai karakter
lahan pasir pantai berupa bahan berlempung tersebut antara lain PR 303, IRR 118, dan
(clay)dan atau bahan organik. Hasil penelitian BPM 24.
22
Pertumbuhan tanaman karet belum menghasilkan di lahan pesisir pantai dan upaya pengelolaan lahannya
(Studi Kasus: Kebun Balong, Jawa Tengah)
23
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 11-24
Gale, J. (1975). Water balance and gas Gunadi, S. (2002). Teknologi pemanfaatan
exchange in plants as a respons to saline lahan marginal kawasan pesisir. Jurnal
stress. In. A. Poljakoff-Mayber and J. Gale Teknologi Lingkungan, 3(3), 232 – 236.
(Ed.). Plant in saline environment. London : Hanudin, E. (2000). Pedoman analisis kimia
Chapman & Hall Ltd. tanah (Dilengkapi dengan teori, prosedur dan
Gomez, J. B. (1982). Anatomy of Hevea and its keterangan). Yogyakarta : Jurusan Tanah.
influence on latex production. Kuala Lumpur : Fakultas Pertanian UGM.
M a l ay s i a n Ru b b e r Re s e a r c h a n d
Development Board.
24