Anda di halaman 1dari 14

Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 11-24

PERTUMBUHAN TANAMAN KARET BELUM MENGHASILKAN DI LAHAN


PESISIR PANTAI DAN UPAYA PENGELOLAAN LAHANNYA
(Studi Kasus: Kebun Balong, Jawa Tengah)

The Growth of Immature Rubber Plant in Coastal Area and the Effort of Land Management
(Case study: Balong Field, Central Java)

Saiful Rodhian Achmad dan Yoga Bagus Setya Aji


Balai Penelitian Getas, Pusat Penelitian Karet
Jl. Pattimura KM 6, P.O. Box 804, Salatiga, Jawa Tengah
Email : sai_8988@yahoo.com

Diterima 11 September 2015 / Direvisi 2 Februari 2016 / Disetujui 1 April 2016

Abstrak sebaliknya pada jarak > 1000 m dari bibir


pantai pertumbuhan tanaman karet cukup
Indonesia sebagai negara kepulauan masih baik. Pengelolaan lahan yang dilakukan untuk
terbuka kesempatan yang besar dalam pertumbuhan tanaman karet di lahan pesisir
memanfaatkan lahan pesisir pantai untuk pantai yaitu pemberian bahan organik,
dikelola menjadi lahan tanaman yang pemberian mulsa atau penanaman LCC,
produktif. Lahan pesisir pantai biasanya pemberian pembenah tanah, penanaman
dicirikan oleh sifat fisik, kimia mapun biologi tanaman pemecah angin (windbreaker) serta
tanah yang kurang menguntungkan bagi penggunaan klon adaptif.
pertumbuhan dan hasil tanaman. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan Kata kunci: tanah pesisir pantai, pengelolaan
tanaman karet belum menghasilkan (TBM) di lahan, dan tanaman karet
lahan pesisir pantai dan upaya
pengelolaannya. Penelitian menggunakan Abstract
metode survei dengan pengambilan sampel
tanah dan pengamatan kondisi tanaman. Indonesia as an archipelago state remains
Pengambilan sampel tanah dilakukan pada significant opportunity to take advantage of the
dua lokasi, yaitu berjarak ± 500 m dan > 1000 coastal land to be managed into productive
m dari bibir pantai. Hasil analisis tanah cultivation land. The coastal area usually
menunjukkan bahwa tekstur tanah pada jarak characterized by physical, chemical, and biological
500 m dan > 1000 m dari garis pantai properties of soil that are less favorable for the growth
didominasi fraksi pasir yaitu > 70%. Secara and yield plant. This objective of the research to
umum kesuburan tanahnya tergolong rendah observed the growth of immature rubber plant in
dicirikan C-organik tanah tergolong rendah coastal area and management efforts. Research
hingga sangat rendah, hara makro (N dan K) conducted by survey method with soil sampling and
tergolong rendah hingga sangat rendah tetapi observation of plant conditions. Soil sampling was
hara P tersedia pada jarak ± 500 m dan > 1000 conducted at two location, a distance ± 500 m and >
m umumnya tergolong sangat tinggi yaitu 45- 1000 m from the shoreline. The result showed that
140 ppm. Keasaman tanah tergolong agak soil texture at ± 500 m and > 1000 m from the
masam berkisar pada pH 6,00-6,42 atau dapat shoreline dominated by the sand fraction > 70%. In
dikatakan pH tersebut sesuai untuk general, the soil fertility was low which characterized
pertumbuhan tanaman karet. Hasil by organic carbon of soilgrouped from low to very
pengamatan pertumbuhan tanaman karet low, macronutrients (N & K) are low to very low but
pada daerah tepi pantai jarak ± 500 m P available nutrient at ± 500 m and > 1000 m
menunjukkan pertumbuhan yang kurang baik, generally classified as very high, 45–140 ppm. The

11
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 11-24

soil pH classified as slightly acidic ranged 6,00–6,42, airsehingga berpengaruh pada sistem
this pH suitable for the growth of rubber plants. The perakaran, kedalaman akar (Walter et al., 2000;
result of rubber plant growth in coastal area at a Oliver and Smettern, 2002), hara dan pH
distance ± 500 m showed poor growth, therefore at a (Bulmer and Simpson, 2005). Menurut Syukur
distance > 1000 m, quite good. The land (2005) lahan pasir pantai memiliki
management conducted for rubber plant growth in a kemampuan menyediakan udara yang
coastalarea namely application of organic matter, berlebih sehingga mempercepat pengeringan
mulching or planting of legume cover crop, dan oksidasi bahan organik.
application of soil conditioner,planting a Pertumbuhan tanaman karet dipengaruhi
windbreaker plant, and used adaptive clone. oleh jenis klon/varietas yang ditanam dan
lingkungan atau agroekosistem (Sagala, 2015).
Keywords: coastal area, land management, and Tanaman karet mempunyai daya adaptasi
rubber plant yang sangat baik terhadap berbagai kondisi
agroklimat. Ekologi daerah asal tanaman karet
Pendahuluan (Brasil) termasuk lingkungan hutan tropis
basah yang hampir serupa dengan lingkungan
Indonesia sebagai negara kepulauan masih hutan tropis basah di Indonesia. Tanaman
terbuka kesempatan yang besar dalam karet mempunyai kemampuan yang cukup
memanfaatkan lahan pesisir pantai untuk baik dalam menciptakan lingkungan yang
dikelola menjadi lahan budidaya tanaman stabil sehingga sesuai menggantikan vegetasi
yang produktif. Lahan pesisir pantai memiliki hutan tropis basah yang produktif, serta dapat
beberapa kelebihan untuk lahan pertanian dibudidayakan dengan olah tanah minimum
yaitu luas, datar, jarang banjir, sinar matahari (minimum land clearing atau minimum tillage)
melimpah, dan kedalaman air tanahnya (Thomas, 2008; Boerhendhy dan Agustina,
dangkal (Anonim, 2002). Beberapa tahun 2013).
terakhir pengembangan tanaman karet sudah Selain permasalahan mengenai sifat-sifat
mulai bergeser ke lahan-lahan sub-optimal tanah pasiran, faktor iklim di daerah pantai
atau marginal. Lahan marginal adalah suatu juga berpengaruh besar terhadap keberhasilan
lahan yang mempunyai karakteristik pengelolaan tanaman. Sanchez et al. (1994)
keterbatasan dalam sesuatu hal, baik mengemukakan pentingnya pengelolaan air
keterbatasan satu unsur/komponen maupun terhadap ketersediaan N dalam tanah. Kondisi
lebih dari satu unsur/komponen (Gunadi, kelebihan atau kekurangan air dapat menjadi
2002). Lahan marginal biasanya ditandai faktor pembatas hasil tanaman, demikian juga
dengan produktivitas dan tingkat respon tanaman terhadap N akan terbatas.
pengembalian modal yang rendah atau dengan Selain itu, tanah di daerah ini memiliki
faktor pembatas berat untuk pertanian. Lahan salinitas atau kadar garam yang tinggi.
ini umumnya rentan dan berisiko lingkungan Salinitas adalah salah satu masalah utama dari
yang tinggi (Barbier, 1989 dalam Nugroho et p e r t a n i a n m o d e r n ya n g m e m b a t a s i
al., 2015). pertumbuhan tanaman dan mengurangi
Lahan pesisir pantai merupakan lahan produksi pertanian. Tanaman yang ditanam di
marginal yang memiliki produktivitas rendah. daerah pesisir sering mengalami stres salinitas
Produktivitas lahan yang rendah disebabkan akibat pengendapan tetesan air laut karena
oleh faktor pembatas yang berupa kemampuan angin (Nasta et al., 2014).
memegang dan menyimpan air rendah, Kebun Balong-Beji Kalitelo merupakan
infiltrasi dan evaporasi tinggi, kesuburan dan salah satu kebun karet di lingkup PT.
bahan organik sangat rendah dan efisiensi Perkebunan Nusantara IX yang terletak pada
penggunaan air rendah (Kertonegoro, 2001; ketinggian 0–45 m diatas permukaan laut (dpl)
Al-Omran et al., 2004). Tekstur tanah pasir dengan topografi bervariasi dari datar hingga
sangat berpengaruh pada status dan distribusi bergelombang. Di salah satu afdeling kebun

12
Pertumbuhan tanaman karet belum menghasilkan di lahan pesisir pantai dan upaya pengelolaan lahannya
(Studi Kasus: Kebun Balong, Jawa Tengah)

tersebut terdapat tanaman karet yang ditanam belum berkembang dan banyak dijumpai pada
di lahan pasir pantai yang memiliki tanah dengan bahan induk beragam (Munir,
permasalahan dengan kondisi tanah dan 1996). Salah satu sifat fisik tanah yang
lingkungan. Kajian ini bertujuan untuk berperan penting sebagai media tanam adalah
mengetahui pertumbuhan tanaman karet tekstur tanah. Tekstur tanah sangat
belum menghasilkan (TBM) di lahan pesisir menentukan kecepatan infiltrasi dan
pantai dan upaya pengelolaan lahannya di kemampuan tanah menahan air. Tanah yang
perkebunan tersebut. didominasi oleh fraksi pasir mempunyai
infiltrasi yang tinggitetapikemampuan
Bahan dan Metode mengikat air yang rendah. Kandungan fraksi
lempung yang sedikit, menyebabkan tanah
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli mempunyai kemantapan agregat yang kurang
2015 di Kebun Balong-Beji Kalitelo, PT. baik sehingga sering kehilangan unsur hara
Perkebunan Nusantara IX, Kabupaten Pati, lewat pelindian dan erosi. Secara tidak
Jawa Tengah. Bahan dan alat yang digunakan langsung tekstur tanah juga menentukan
meliputi plastik, cangkul, meteran, caliper, dan struktur tanah yang penting bagi gerakan
alat-alat laboratorium untuk analisa tanah. udara, air, dan zat-zat hara di dalam tanah, dan
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei juga berpengaruh terhadap kegiatan makro
dan pengamatan kondisi pertumbuhan dan mikrotanah.
tanaman. Pengambilan sampel tanah Lahan pasir pantai yang digunakan dalam
dilakukan secara toposequen pada lahan yang penelitian berasal dari proses alami yang
dekat dengan pantai, dengan dua titik lokasi, terjadi di darat seperti sedimentasi dan pasang
yaitu 1) berjarak ± 500 m dari bibir pantai, dan surut air laut. Tanah pasir pantai diambil pada
2) berjarak > 1000 m dari bibir pantai. Sampel jarak terdekat ± 500 m dan terjauh > 1000 m
tanah dianalisis di Laboratorium Tanah Balai dari bibir pantai. Hasil analisis fisika dan kimia
Penelitian Getas. Sifat-sifat tanah yang tanah pasir pantai Beji menunjukkan bahwa
dianalisis adalah tekstur 3 fraksi; pH ekstrak tanah ini didominasi oleh fraksi pasir (>70%),
H2O; C dan N-Organik; P tersedia (Bray I); fraksi debu berkisar 13,48-21,74% dan Fraksi
nilai tukar kation Mg, dan K ekstrak NH4-Ac liat berkisar 2,83-5,57% (Tabel 1).Fraksi liat
1N pH 7 dan KTK (Blakemore et al., 1987). pada jarak > 1000 m dari bibir pantai lebih
Selain itu, juga dilakukan pengamatan kondisi tinggi dibandingkan tanah yang berjarak ± 500
tanaman pada tanaman belum menghasilkan m dari bibir pantai. Hal ini dapat berpengaruh
(TBM) IV dan V (umur 4-5 tahun) meliputi pada besarnya kandungan hara makro pada
pengukuran lilit batang secara sampling tanah tersebut. Tingginya proporsi pori
sebanyak 40 pohon per blok tanaman dan menyebabkan tanah ini memiliki drainase dan
kondisi visual tanaman meliputi kondisi tajuk permeabilitas tinggi sehingga retensi lengas
tanaman, perakaran serta tindakan dan hara menjadi rendah (Syukur dan
pengelolaan lahannya. Harsono, 2008). Hasil analisis kadar lengas
tanah pasir pantai di daerah Beji, Pati memiliki
Hasil dan Pembahasan kadar lengas tanah berkisar 6,0-8,45%.
Yudono et al. (2002) dan Kastono (2007)
Sifat Fisik Tanah Pasir Pantai Beji melaporkan bahwa tanah pasir pantai di
Tanah pasir pantai merupakan tanah muda daerah Bugel, DIY memiliki sifat fisik sebagai
(baru) yang dalam klasifikasiUnited States berikut tekstur pasir, struktur butiran sampai
Departement of Agriculture (USDA) termasuk kersai, drainase baik, konsistensi lepas-lepas,
ordo Entisol pantai, tepatnya subordo permeabilitas sangat cepat (150 cm/jam), dan
Psamment dan grup Udipsamment (Soil kadar lengas 1,55-3,05%.
Survey, 1998).Tanah Entisol merupakan tanah

13
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 11-24

pH tanah tanah netral berkisar 6,6-7,5 pada suatu lahan


Lokasi penelitian memiliki pH tanah menyebabkan P tersedia tanah cukup tinggi.
umumnya tergolong agak masam dengan nilai
pH berkisar 6,00-6,42. Nilai pH tanah yang Kesuburan tanah
ideal untuk pertumbuhan tanaman karet Hasil analisis kimia tanah pasir pantai di
adalah kisaran 4,0-6,5. Hal ini menunjukkan Kebun Balong, afdeling Beji Timur disajikan
bahwa pH tanah di lokasi penelitian tergolong pada Tabel 1. Kandungan C-organik dan N
sesuai untuk pertumbuhan tanaman karet. total di afdeling Beji Timur pada jarak ± 500 m
Sugiyanto et al., (1998) melaporkan bahwa pH dan > 1000 m dari bibir pantai tergolong sangat
tanah< 3,5 dan pH tanah > 6,5 digunakan rendah. Penyebab rendahnya kandungan N
sebagai faktor pembatas produktivitas total tanah adalah tingginya pelindian
tanaman karet.Hasil pengukuran pH tanah (leaching) N dalam bentuk NO3. Tanah ini
tidak hanya menunjukkan sifat kemasaman memiliki drainase dan aerasisangat baik
atau kebasaan suatu tanah, melainkan juga sehingga nitrifikasi amonium dari bahan
berkaitan dengan sifat kimia tanah lainnya, organik sangat intensif menyebabkan N
misalnya ketersediaan unsur fosfat, kation- berubah menjadi bentuk NO3yang mudah
kation basa dan lain-lain (Hanudin, 2000). terlindi. Selain itu sifat tanah yang didominasi
Faktor yang mempengaruhi ketersediaan P pori makro juga semakin mempermudah
untuk tanaman yang terpenting adalah pH terjadinya proses pelindian.
tanah (Hardjowigeno, 2003), sehingga pH

Tabel 1. Hasil analisis tanah di afdeling Beji Timur, berjarak ± 500 m dan > 1000 m dari bibir
pantai Beji
Parameter Unsur Satuan ± 500 m Harkat* > 1000 m Harkat*

Tekstur Pasir Geluhan/ Geluh Pasiran/


Loamy Sand Sandy Loam
Pasir % 83,69 72,69
Debu % 13,48 21,74
Liat % 2,83 5,57
Kadar lengas (%) % 6,02 8.45
pH H2O H2O 6,42 AM 6,00 AM
Bahan organik C % 0,32 SR 0,32 SR
N % 0,06 SR 0,08 SR
C/N 5,33 R 4,00 R
P-Bray I P2O5 ppm 45,29 ST 140,04 ST
Nilai tukar kation K cmol + kg-1 0,22 R 0,45 S
+
Na cmol kg-1 0,85 T 0,66 S
+
Ca cmol kg-1 0,56 R 0,72 R
Mg cmol + kg-1 0,43 R 0,49 R
+
KTK cmol kg-1 3,21 SR 8,35 R
Sumber : Hasil analisis di Laboratorium Tanah Balai Penelitian Getas (2015)
Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983)
Keterangan *:
AM= agak masam, SR = sangat rendah, R = rendah, S = sedang, T = tinggi,ST = sangat tinggi
Sifat Kimia Tanah Pasir Pantai Beji

14
Pertumbuhan tanaman karet belum menghasilkan di lahan pesisir pantai dan upaya pengelolaan lahannya
(Studi Kasus: Kebun Balong, Jawa Tengah)

Berdasarkan hasil analisis laboratorium Upaya yang dapat dilakukan untuk


dan kriteria penilaian unsur P tersedia tanah memperbaiki tanah pasiran antara lain dengan
menurut Pusat Penelitian Tanah Bogor, penanaman penutup tanah kacangan/Legum
padaumumnya lahan Kebun Balong afdeling Cover Crop (LCC). Disamping dapat
Beji Timur tergolong sangat tinggi di semua memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi
titik pengambilan sampel tanah baik jarak tanah, LCC dalam jangka panjang dapat
terdekat maupun terjauh dari bibir pantai digunakan sebagai sumber hara bagi tanaman,
secara berurutan yaitu 45,29 ppm dan 140,04 sumber bahan organik serta memperbaiki
ppm. Hal ini disebabkan tanah tersebut KTK tanah pasiran yang rendah. Tanaman
sebelumnya digunakan untuk perkebunan penutup tanah yang berasal dari tanaman
kakao dan terdapat aplikasi pupuk kandang leguminosa dapat mengikat Nsehingga
sehingga kotoran dari pupuk kandang meningkatkan ketersediaan N untuk tanaman
terakumulasi selama > 5 tahun. Selain itu utama. Bahan organik dapat diharapkan
selama penanaman tanaman karet di lokasi memperbaiki struktur tanah dari berbutir
penelitian juga diberikan pupuk kandang tunggal menjadi bentuk gumpal sehingga
sekitar 5-10 kg/tanaman/tahun. Aplikasi meningkatkan derajat struktur dan ukuran
pupuk kandang berdampak pada perbaikan agregat atau meningkatkan kelas struktur dari
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga halus menjadi sedang atau kasar (Scholes et al.,
unsur P lebih tersedia. Perombakan bahan 1994), bahkan bahan organik dapat
organik menyumbang 20-80% dari total P memperbaiki struktur tanah menjadi baik atau
dalam tanah (Yuwono, 2008). Selain itu, sifat remah, dengan derajat struktur yang sedang
unsur P yang tidak mudah terlindi hingga kuat.
menyebabkan unsur P tersedia dalam jumlah
yang sangat tinggi pada tanah ini. Kandungan Penyebab Gangguan Pertumbuhan Tanaman
unsur K tersedia umumnya tergolong rendah Karet di Pesisir Pantai
karena unsur K lebih mudah terlindi
dibandingkan unsur P(Yuwono, 2008). Faktor penghambat pertumbuhan tanaman
Status hara makro sekunder Ca dan Mg karet di areal yang berdekatan dengan pesisir
umumnya tergolong rendah, namun pada pantai yaitu :
unsur hara Na pada jarak ± 500 m dari bibir
pantai tergolong tinggi yaitu 0,85 cmol/kg a. Angin laut yang kencang serta membawa
dibandingkan jarak > 1000 m dari bibir pantai. uap garam (NaCl).
Kandungan hara Na tinggi disebabkan oleh Angin dengan kecepatan tinggi yaitu skala
intrusi air laut. Kadar garam yang tinggi akan angin diatas 10, kerusakan tanaman terjadi
menghambat pertumbuhan melalui keracunan pada semua klon tanaman karet (Huang and
yang diakibatkan oleh penyerapan unsur Zieng, 1985). Menurut Murdiyarso (1990),
penyusun garam secara berlebihan (Suharyani kecepatan angin dengan kisaran 30-50 km/jam
dan Karno, 2012). Kapasitas tukar kation sudah mempunyai potensi untuk
(KTK) tanah di kedua titik pengambilan menyebabkan patah batang dan cabang
sampel tersebut tergolong rendah hingga tanaman karet.Selain itu angin yang membawa
sangat rendah yaitu bekisar 3,21-8,35 cmol/kg. kadar garam yang berlangsung terus menerus
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan dapat merusak atau mematikan tanaman baik
+2
tanah untuk menukarkan kation-kation Ca , langsung maupun tidak langsung (Setiawan,
+2 + +
Mg , K , dan Na rendah.Kapasitas tukar 1996).Uap garamini dapat menyebabkan
kation penting peranannya untuk kesuburan cekaman garam sehinggatanaman menjadi
tanah. Tingkat kesuburan tanah yang berjarak kerdil dan daun menjadi kuning, serta
> 1000 m cenderung lebih baik dibandingkan disepanjang tepi daun seperti mengalami
yang berjarak ± 500 m dari garis pantai. gejala defisiensi hara K (Gambar 1). Pada areal

15
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 11-24

Gambar 1. Daun terlihat sobek, gugur daun, dan mengalami gejala defisiensi hara
Kalium (K) akibat angin kencang serta membawa uap garam dari air laut

pesisir pantai Beji tanaman pemecah angin laboratorium dan kriteria penilaian unsur
atau windbreaker terlihat belum optimal seperti Natrium (Na) tersedia tanah menurut Pusat
pohon kelapa banyak yang tumbang, tanaman Penelitian Tanah Bogor pada jarak ± 500 m
jabon banyak mengalami sobek daun, dan dari bibir pantai memiliki kandungan Natrium
tanaman mahoni jumlahnya masih sedikit. (Na) tergolong cukup tinggi.Ewusie (1990)
melaporkan bahwa akar menyerap garam jauh
b. Ketersediaan air tanah rendah karena lebih sedikit daripada tunas tajuk, karena
evaporasi yang tinggi dan kadar garam yang abrasi mekanis dan ion kloridanya terkumpul
tinggi dalam ujung ranting dan daun sampai kadar
Kondisi lingkungan dan struktur tanah yang merugikan bahkan mematikan.Keadaan
pasir menyebabkan evaporasi tinggi sehingga ini menyebabkan pertumbuhan terganggu dan
kadar lengas (moisture content) dalam tanah bahkan pada keadaan ekstrim dapat
rendah. Akibatnya ter jadi penurunan menimbulkan kematian tanaman. Hal inilah
penyerapan air yang dapat menyebabkan yang mengakibatkan populasi tanaman
tanaman mengalami cekaman air dan menjadi berkurang karena tanaman mati.
terjadinya penurunan dalam penyerapan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Kondisi Tanaman Karet TBM di Pesisir
Tingginya intensitas sinar matahari yang Pantai
sampai ke permukaan tanah menyebabkan Kebun Balong terletak di kabupaten Jepara,
tingginya suhu udara dan tanahsehingga Jawa Tengah merupakan salah satu kebun
memacu laju evapotranspirasi (kehilangan lingkup PT. Perkebunan Nusantara IX dengan
air). Selain itu masalah yang dihadapi oleh komoditas utama tanaman karet. Areal Kebun
lahan dekat pantai adalah adanya pengaruh Balong sebagian wilayahnya berada di daerah
g a r a m N a C l ya n g d o m i n a n ( Fa r i d , pesisir pantai Beji, tepatnya di afdeling Beji
1998).Kadar garam yang tinggi dalam tanah Timur. Kondisi pertumbuhan tanaman karet di
dapat menimbulkan keterbatasan serapan air, daerah ini umumnya termasuk kurang baik
keracunan ion, dan atau ketidakseimbangan dan keragaan tanamannya ter masuk
ion (Jones, 1981).Berdasarkan hasil analisis heterogen. Hal ini terlihat dari hasil data

16
Pertumbuhan tanaman karet belum menghasilkan di lahan pesisir pantai dan upaya pengelolaan lahannya
(Studi Kasus: Kebun Balong, Jawa Tengah)

pengukuran lilit batang tahun 2014 bahwa pada areal tersebut pertumbuhan tanaman
tanaman yang memiliki lilit batang standar penutup tanah (Legume Cover Crop) seperti
hanya mencapai 12,2% dari total populasi Mucuna bracteata tidak tumbuh optimal atau
TBM (pohon/ha) tahun tanam 2011dan 9,3% banyak yang mati. Namun, tanaman karet
dari total populasi TBM (pohon/ha) tahun yang ditanam berjarak > 1000 m dari garis
tanam 2010 (Balai Penelitian Getas, 2014). pantai tumbuh dengan baik (Gambar 3). Hal
Kondisi visual tanaman karet TBM tahun ini disebabkantanaman karet yang ditanam
tanam 2010 dan 2011 yang ditanam dekat pada jarak > 1000 m tidak langsung terkena
dengan garis pantai atau berjarak ± 500 m dari angin laut.Selain itu juga dibuktikan bahwa
garis pantai termasuk kategori kurang pada saat pengamatan di lapang terlihat
baikterlihat pada Gambar 2. Hal ini pertumbuhan tanaman penutup tanah sebagai
ditunjukkan dengan kondisi batang berwarna mulsa organik tumbuh dengan subur tanpa ada
keputihan, kerdil, dantajuk daun terlihat hambatan dalam pertumbuhannya.
ringan dan sebagian tanaman mati.Selain itu

A B

Gambar 2. Kondisi tanaman pada areal yang berdekatan dengan pantai berjarak ± 500 m
tergolong kurang baik di afdeling Beji Timur: (A) TBM V tahun tanam 2010 dan
(B) TBM IV tahun tanam 2011

Gambar 3. TBM karet tahun tanam 2010 tergolong baik di afdeling Beji Timur dengan jarak
> 1000 m dari garis pantai

17
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 11-24

Data rataan lilit batang berdasarkan jarak disepanjang tepi daunseperti mengalami
penanaman tanaman karet dari bibir pantai gejala defisiensi hara Kakibatnya tanaman
tersaji pada Tabel 2. Berdasarkan pengamatan menjadi kerdil. Priyadarshan et al. (2005)
di lapangan, tanaman karet pada tahun tanam menyatakan bahwa lahan pesisir pantai
2011 dan 2010 yang ditanam jauh dari pantai termasuk ke dalam klasifikasi lahan sub-
atau > 1000 m dari bibir pantai memiliki lilit optimal atau lahan marginal bila digunakan
batang lebih tinggi sekitar 58-70% (38,95 cm untuk budidaya tanaman karet. Lahan pesisir
dan 43,23 cm) dibandingkan dengan tanaman didominasi oleh tanah dengan tekstur pasir
karet yang ditanam dekat dengan pantai atau ± yang memiliki kadar garam (salinitas)tinggi.
500 m dari bibir pantai. Tanaman karet yang Tanaman karet akan mengalami gangguan
ditanam di dekat garis pantai memiliki lilit pertumbuhan jika ditanam di daerah tersebut.
batang rata-rata di bawah standar atau Hal ini dikarenakan secara fisiologi, tanaman
tergolong kurang baik dan batang cenderung yang tercekam salinitas akan menurunkan
berwarna keputihan yang menandakan kandungan kloroplas, sehingga proses
kondisi tanaman tidak sehat (Gambar 4). Hal fotosintesis akan mengalami gangguan.
ini disebabkan karena tanaman karet yang Salinitas atau konsentrasi garam-garam
ditanam dekat dengan garis pantai banyak terlarut yang cukup tinggi akan menimbulkan
terkenaangin laut dan instrusi air laut yang stres dan memberikan tekanan terhadap
membawa u ap garam sehingga tanaman pertumbuhan tanaman (Pangaribuan, 2001).
mengalami daun sobek, daun mudah rontok, Klasifikasi standar lilit batang TBM yang
penyerapan hara tidak optimal ditandai kulit menjadi acuan Tim Balai Penelitian Getas
batang berwarna keputihan, dan daun tersaji pada Tabel 3.
memperlihatkan ciri daun menjadi kuning,

Tabel 2. Data rataan lilit batang tanaman karet berdasarkan jarak penanaman dari bibir pantai di
Kebun Balong.
Afdeling Tahun Jarak dari bibir pantai (m) Rataan lilit batang (cm)
tanam
500 17,45
Beji Timur 2010
> 1000 43,23
500 11,80
Beji Timur 2011
>1000 38,95
Keterangan : pengamatan lilit batang dilakukan bulan Juli 2015

A B

Gambar 4. Kondisi batang tanaman tahun tanam 2010 dengan lokasi penanaman yang berbeda: A) blok
penanaman dengan jarak 500 m dari bibir pantai dan B) blok penanaman dengan jarak > 1000 m
dari bibir pantai.

18
Pertumbuhan tanaman karet belum menghasilkan di lahan pesisir pantai dan upaya pengelolaan lahannya
(Studi Kasus: Kebun Balong, Jawa Tengah)

Tabel 3. Standar lilit batang dan tebal kulit serta klasifikasi/kategori TBM
Range lilit batang (cm)
Standar
Akhir dan klasifikasinya
TBM
Lilit batang Tebal kulit Kurang Sangat
Standar
(cm) (mm) baik baik
I 8 2-3 < 7,2 7,2–8,8 > 8,8
II 18 3-4 < 16,2 16,2–19,8 > 19,8
III 30 4-5 < 27,0 27,0–33,0 > 33,0
IV 40 5-6 < 36,0 36,0–44,0 > 44,0
V 48 6-7 < 43,2 43,2–52,8 > 52,8
+
Bagian yang berperan penting dalam hal elektrolitseperti Na dalam jumlah banyak di
produktivitas karet adalah batang tanaman. dalam jaringan tanaman (Gale, 1975). Oleh
Batang merupakan bagian tanaman karet yang karena itu, energi yang sehar usnya
paling banyak mengandung latekssehingga dipergunakan untuk pertumbuhan (dalam hal
penyadapan dilakukan pada batang. ini diameter batang) terpakai untuk mengatasi
Pembuluh lateks terdapat pada bagian batang kekeringan ataupun cekaman garam NaCl
dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan tersebut sehingga pertambahan diameter
dengan bagian tanaman lain. Oleh sebab itu batang terhambat (Kurniasari et al., 2010).
pertambahan lilit batang pada masa TBM
sangat penting karena berhubungan dengan Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman
produktivitas. Jumlah cincin pembuluh lateks Karet
dipengaruhi oleh karakteristik klon dan Kajian kesesuaian tanah untuk tanaman
pertumbuhan tanaman. Semakin cepat karet sudah dilakukan sebelumnya oleh
pertumbuhan semakin besar frekuensi cincin Sugiyanto et al., (1998). Tanah pasir masuk ke
pembuluh lateks terbentuk (Gomez, 1982). dalam kriteria faktor pembatas berat dari segi
Selain itu kecepatan pertumbuhan tanaman sifat fisik tanah sebagai media tanam budidaya
karet pada masa TBM sangat menentukan tanaman karet (Tabel 4). Bila dipaksakan
waktu buka sadap (Sagala, 2011). ditanam di daerah tersebut, maka
Tanaman menebalkan batang dengan pertumbuhan tanaman akan terganggu. Islami
menambah jaringan pembuluh di dalam dan Utomo (1995) dan Kertonegoro (1993)
tubuhnya yang dihasilkan oleh kambium menerangkan bahwa sifat-sifat fisik tanah
pembuluh pada meristem lateral (Hidayat, pasiran antara lain kandungan pasirnya lebih
1995). Gangguan pada meristem lateral terjadi dari 70% tektur kasar, berstuktur lepas-lepas
akibat keterbatasan penyerapan air oleh akar dan mudah tererosi, pori mikro rendah (kurang
yang disebabkan oleh tingginya tekanan dari 40%), sebagian besar ruang berukuran
osmotik dalam larutan tanah akibat adanya besar sehingga aerasinya baik, pengatusannya
NaCl. Kurniasari et al., (2010) menunjukkan sangat cepat, berat volumenya tinggi, dan luas
bahwa kadar garam NaCl 1.000 ppm sangat permukaan tanahnya rendah. Rendahnya
nyata menghambat pertumbuhan diameter kandungan bahan organik dalam tanah
batang. Semakin tinggi kadar garam NaCl pasiran menyebabkan suasana kehidupan
ternyata menyebabkan pertumbuhan dan yang kurang sesuai bagi perkembangbiakan
perkembangan tanaman nilam semakin buruk. mikroba. Hal ini menyebabkan aktivitas
Energi yang lebih banyak diperlukan pula mikroba dalam mengurai bahan organik
untuk memperbaiki organela-organela dan menjadi lambat.
protein yang rusak akibat kehadiran elektrolit-

19
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 11-24

Tabel 4. Kelas kesesuaian tanah untuk tanaman karet


Uraian Faktor pembatas
Ringan Medium Berat
Lereng (%) 0-16 17-40 >40
Kedalaman efektif (cm) >100 45-100 <45
Drainase tanah Sedang Capet/lambat Terhambat
Liat/debu
50-70% dan Liat> 50% atau
Liat 10-40%
Liat 10-30% < 10%,
Tekstur tanah Debu 20-50%
Pasir/debu Pasir/debu
Pasir 20-50%
0-20% dan >70%
Liat 40-50%
Tinggi-sangat
Status hara tinggi Sedang Rendah
pH tanah 4,3-5,0 5,0-6,5 < 4,3 dan > 6,5
Sumber: Sugiyanto dkk. (1998)

Tindakan Pengelolaan Lahan Pasir Pantai sumber hara bagi tanaman, memperbaiki KTK
Untuk mengantisipasi permasalahan di tanah pasiran yang rendah dan mengaktivkan
lahan pasir tersebut diperlukan upaya mikrobadalam tanah. Jenis kacangan yang
perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. dapat ditanam salah satunya Mucuna bracteata
Perbaikan yang dapat dilakukan antara lain : (Mb).
Penggunaan mulsa organik dapat
1. Penggunaan Mulsa memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
Pemberian mulsa dilakukan untuk tanah yang akan mempermudah penyediaan
mengurangi penguapan/evaporasi tanah, unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
menjaga kelembaban tanah, menekan erosi Creamer et al. (1996) melaporkan bahwa
dan aliran permukaan. Mulsa yang digunakan pemberian mulsa dapat meningkatkan
berupa jerami padi, potongan kelembaban tanah dan ketersediaan air tanah.
rerumputan/gulma, seresah tebu, dan seresah Selain itu, mulsa organik juga dapat
jagung atau sisa-sisa tanaman lainnya. meningkatkan kandungan bahan organik
Pemberian mulsa berupa pangkasan tanaman sebesar 16% dan kandungan hara N, P, dan K
ternyata juga lebih efektif sebagai mulsa melalui proses dekomposisi dan mineralisasi
dibandingkan dengan pemberian pupuk hijau (Utomo, 1999). Berdasarkan penelitian
(Putri, 2011). Selain itu, upaya yang sudah Nugroho dkk. (2006) diketahui bahwa
dilakukan untuk mengatasi penguapan tanah penanaman penutup tanah berupa Mucuna
dan menjaga kelembaban tanah serta menekan bracteata pada tanaman karet mampu
erosi yaitu dengan penanaman tanaman mengembalikan unsur hara ke dalam tanah
penutup tanah/Legume Cover Crop (LCC). yaitu 250,98 kg/ha hara N atau setara dengan
Fungsi LCC dapat bermanfaat sebagai mulsa 545,62 kg/ha Urea, 9,08 kg/ha P2O5 atau
sehingga pada saat musim kemarau dapat setara 59,71 kg/ha RP, 72,5 kg/ha K2O atau
menjaga kelembaban tanah. Selain itu dapat setara 1,464 kg/ha KCl, serta 11,95 kg/ha
memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah, LCC MgO atau setara 49,50 kg/ha Kieserite.
dalam jangka panjang dapat berfungsi sebagai Adanya tanaman penutup tanah dapat

20
Pertumbuhan tanaman karet belum menghasilkan di lahan pesisir pantai dan upaya pengelolaan lahannya
(Studi Kasus: Kebun Balong, Jawa Tengah)

menahan percikan air hujan dan aliran air di pengikatan antar partikel dan kapasitas
permukaan tanah sehingga pengikisan lapisan mengikat air. Munawar (2011) menambahkan
atas tanah dapat ditekan (Nelson et al., 1991). bahwa bahan organik tanah mempunyai
Disamping itu juga dapat memelihara struktur kapasitas menyerap dan merangsang air
tanah, mengurangi pencucian hara, dan sampai 90% dari bobotnya. Selain itu, bahan
menekan pertumbuhan gulma (Sarief, 1985). organik dapat membantu mencegah terjadinya
Penggunaan mulsa organik ini sangat penting pengeringan, pengkerutan, dan memperbaiki
di lahan pantai karena dapat meningkatkan sifat-sifat lengas tanah pasiran sehingga
kesuburan tanah, menjaga lengas tanah dengan meningkatnya penyerapan air oleh
sehingga kebutuhan lengas untuk tanaman tanaman diharapkan dapat meningkatkan
terutama pada musim kemarau diharapkan penyerapan unsur hara. Hasil penelitian
dapat tercukupi. Agung dan Rahayu (2004) menunjukkan
b a h wa t e r j a d i n ya k e k e r i n g a n d a p a t
2. Pemberian Bahan Organik menurunkan efisiensi serapan nitrogen,
Bahan organik yang dapat diberikan di pertumbuhan, dan hasil produksi tanaman
lahan pasir pantai dapat berupa pupuk kedelai.
kandang (sapi, kambing/domba, dan unggas), Bahan atau pupuk organik dapat berperan
kompos, pupuk hijau, dan blotong. Pemberian dalam pengikatan butiran primer menjadi
bahan organik dapat dilakukan dengan butiran sekunder tanah dalam pembentukan
memasukkan ke dalam rorak di dekat batang agregat yang mantap. Hal ini akan
atau dapat dilakukan pemberian bahan ber pengar uh terhadap porositas,
organik di permukaan tanah di sekitar penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah
tanaman. Bahan organik dapat diberikan ke dan suhu tanah (Simanungkalit dkk., 2006).
lahan dalam kondisi sudah matang atau Purbajanti dkk. (2010) menambahkan pada
mentah. Pemberian bahan organik dalam pemberian pupuk kandang 20 ton/ha dapat
kondisi mentah bertujuan untuk mengurangi meningkatkan luas daun per tanaman, laju
pelindian, sehingga dekomposisi bahan f o t o s i t e s i s, s e r a p a n n i t r o g e n , l a j u
organik mentah akan terjadi pelepasan hara pertumbuhan relatif, tinggi tanaman, produksi
untuk tanaman. Kebutuhan bahan organik hijauan, dan bahan kering tanaman.
pada lahan pasiran lebih banyak dari lahan Berdasarkan hasil penelitian Putri (2011),
konvensional yaitu sekitar 10-15 kg/pohon. menunjukkan bahwa pemberian pupuk
Bahan organik yang sudah terdekomposisi kandang sebanyak 20 ton/ha dapat
akan mengalami proses mineralisasi N organik mengurangi penggunaan NPK menjadi 200
sehingga dapat meningkatkan ketersediaan N kg/ha.
di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Munawar (2011), bahan organik 3. Penggunaan Tanaman Pemecah Angin atau
yang terdapat dalam pupuk kandang Windbreaker
mengalami proses mineralisasi N organik Penggunaan pemecah angin bertujuan
+ -
menjadi NH4 dan NO3 sehingga nitrogen akan untuk mengurangi kecepatan angin dalam
lebih banyak terbentuk dan tersedia di dalam pertanaman di lahan pasir. Selain itu juga
tanah. berfungsi untuk mengurangi kerusakan
Pupuk kandang sebagai sumber bahan mekanis karena patah ataupun daun sobek
organik dapat mengikat air lebih banyak, serta untuk mengurangi laju evapotranspirasi
sehingga akar lebih mudah menyerap unsur yang tinggi. Pemecah angin dapat dibedakan
hara. Hal tersebut memberikan pengaruh besar menjadi dua macam pemecah angin, yaitu
terhadap ketersediaan unsur hara di dalam sementara dan permanen. Pemecah angin
tanah salin. Hal ini sesuai dengan pendapat sementara dapat memanfaatkan anyaman
Sutanto (2005), pupuk kandang pada tanah daun tebu atau kelapa. Sedangkan pemecah
berpasir berfungsi dalam meningkatkan angin permanen dapat memanfaatkan

21
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 11-24

tanaman yang berupa tanaman tahunan yang Par toyo (2005) menunjukkan bahwa
umumnya panjang dan dapat diatur penambahan tanah lempung (clay soil)dan
pertumbuhannya. Jenis tanaman yang dapat pupuk kandang pada lahan pertanian di pasir
digunakan misalnya: kelapa, Accasia mangium, pantai Bulak Tegalrejo, Samas, Bantul dapat
dan pandan. Di daerah pesisir pantai pada memperbaiki kualitas tanah yang ditunjukkan
pertanaman tanaman karet windbreaker yang dengan peningkatan C organik tanah, N total,
mampu bertahan hidup lebih dari 15 tahun dan N tersedia, dan K tertukar dibandingkan
per tumbuhannya cukup baik adalah dengan lahan aslinya.
Acaciamangiumdan kelapa (Gambar 5).
5. Penggunaan Klon Adaptif
4. Penggunaan Pembenah Tanah Pada dasarnya tidak ada satu klon pun yang
Bahan pembenah tanah alami adalah bersifat universal, yang adaptif terhadap
emulsi aspal, lateks, skim lateks, kapur semua kondisi lingkungan (Azwar dkk., 2000;
pertanian, batuan fosfat alam, blotongdan Amypalupy dan Thomas, 2009; Boerhendhy
zeolit (Darian, 2007), tanah lempungatau clay dan Agustina, 2013). Oleh karena itu
(grumusol dan latosol), serta lumpur sungai pemilihan klon dalam pengusahaan
(Rajiman, 2010). Tujuan penggunaan bahan perkebunan karet pada lahan marginal pesisir
pembenah tanah adalah: a) memperbaiki pantai merupakan suatu hal yang wajib
agregat tanah, b) meningkatkan kapasitas dilakukan. Sebelum memilih klon yang akan
tanah menahan air (water holding capacity), c) dikembangkan di kawasan pesisir pantai,
meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) sebaiknya diketahui faktor yang dominan pada
tanah, dan d) memperbaiki ketersediaan unsur area tersebut. Klon karet yang dapat
hara yang dibutuhkan tanaman seperti P, K, dikembangkan di kawasan pesisir minimal
dan Mg. Pemanfaatan pembenah tanah harus memiliki karakter: 1) adaptif terhadap
memprioritaskan bahan-bahan yang murah, lingkungan kering (curah hujan 1.500-2.000
bersifat pelestarian alam, dan terbarukan. mm/tahun), 2) pertumbuhan cepat pada masa
Pembenah tanah secara alami dapat diambil TBM, 3) tahan terhadap angin, dan 4)
dari lingkungan sekitar lahan atau daerah lain. mempunyai produktivitas sedang-tinggi.
Pembenah tanah yang biasa digunakan di Beberapa klon yang mempunyai karakter
lahan pasir pantai berupa bahan berlempung tersebut antara lain PR 303, IRR 118, dan
(clay)dan atau bahan organik. Hasil penelitian BPM 24.

Gambar 5. Tanaman Acacia mangium sebagai windbreaker di daerah pesisir pantai

22
Pertumbuhan tanaman karet belum menghasilkan di lahan pesisir pantai dan upaya pengelolaan lahannya
(Studi Kasus: Kebun Balong, Jawa Tengah)

Kesimpulan dan Saran Anonim. (2002). Aplikasi unit percontohan


agribisnis terpadu di lahan pasir pantai
Lahan di pesisir pantai memiliki potensi provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
yang besar untuk budidaya tanaman karet Dinas pertanian tanaman pangan propinsi
dengan beberapa persyaratan. Tanaman karet D IY dengan F ak u ltas P ertanian
tumbuh dan berkembang dengan baik di Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
daerah pesisir pantai dengan perlakuan khusus Azwar, R., Alwi, N., dan Sunarwidi. (1989).
dalam pengelolaan lahannya. Tanpa Kajian komoditas dalam pembangunan
pengelolalaan lahan akan berdampak negatif hutan tanaman industri. Prosiding
bagi pertumbuhan tanaman, antara lain Lokakarya Nasional Hutan Tanaman Industri
tanaman kerdil, daun sobek, sering mengalami Karet. Medan, Agustus 1989.
gugur daun, terjadi gejala defisiensi hara daun, Balai Penelitian Getas. (2014). Laporan
dan tanaman mati. Faktor penghambat dalam Semester II:Pengawalan program investasi
pertumbuhan tanaman di lahan pasir pantai tanaman karet PT. Perkebunan Nusantara IX
yaitu ketersediaan air rendah dan kadar garam (Persero). Pusat Penelitian Karet, Balai
tinggi. Penelitian Getas. Salatiga.
Tindakan untuk mengantisipasi Blakemore, L.C., Searle, P.L., and Daly, B.K.
permasalahan di lahan pesisir pantai yaitu
(1987). Methods for analysis of soils. New
dengan penggunaan mulsa, pemberian bahan
Zealand Soil Bureau Scientific Report, 80,
organik atau pupuk kandang, penggunaan
tanaman pemecah angin (windbreaker),
1-103.
penggunaan pembenah tanah, dan Boerhendhy, I. dan Agustina, D.S. (2013).
penggunaan klon yang mempunyai karakter Prospek pengembangan karet di wilayah
adaptif pada lahan marginal pesisir pantai. daerah aliran sungai. Jurnal Penelitian
Disarankan adanya pengembangan klon-klon dan Pengembangan Pertanian, 32(4),
tanaman karet yang memiliki daya adaptasi 156-165.
tinggi pada lahan marginal pesisir pantai yang Bulmer, E.C. and Simpson, D.G. (2005). Soil
tahan terhadap kekeringan serta salinitas compaction and water content as factors
tinggi. affecting the growth of lodgapole pine
seedling on sandy clay loam soil.
Daftar Pustaka Canadian Journal of Soil Science, 85,
667-679.
Agung, T.D.H. dan Rahayu, A.Y. (2004). Creamer, N.G., Bennett, M.A., Stinner, B.R.
Analisis efisiensi serapan N, pertumbuhan, and Cardina, J. (1996). A comparison of
dan hasil beberapa kultivar kedelai unggul four processing tomato production systems
baru dengan cekaman kekeringan dan differing in cover crop and chemical inputs.
pemberian pupuk hayati. Agrosains, 6(2), 70- Journal. Of the American Society for
74. Horticultural Sctence, 121 (3), 557-568.
Al-Omran, A.M., Falatah, A.M., Sheta, A.S., Darian, A. (2007). Bahan pembenah tanah :
and Al-Harbi, A.R. (2004). Clay Deposits Prospek dan kendala pemanfaatannya. Sinar
for Water Management of Sandy Soils. Tani edisi 16 Mei 2007. Jakarta.
Arid Land Research and Management, 1, Ewusie, J.Y. (1990). Ekologi tropika
171-183. membicarakan alam tropika Afrika, Asia,
Amypalupy, K. dan Wijaya, T. (2009). Pasifik, dan dunia baru. Penerjemah:
Ketahanan beberapa klon karet anjuran Tanuwidjaja, U. Bandung : ITB.
terhadap kekeringan. Jurnal Penelitian Farid, M.B.D.R. (1998). Penyaringan ketahanan
Karet, 27(1), 32-41. kacang hijau terhadap salinitas dengan
menggunakan NaCl. Doktor. Disertasi,
Universitas Gadjah Mada.

23
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 11-24

Gale, J. (1975). Water balance and gas Gunadi, S. (2002). Teknologi pemanfaatan
exchange in plants as a respons to saline lahan marginal kawasan pesisir. Jurnal
stress. In. A. Poljakoff-Mayber and J. Gale Teknologi Lingkungan, 3(3), 232 – 236.
(Ed.). Plant in saline environment. London : Hanudin, E. (2000). Pedoman analisis kimia
Chapman & Hall Ltd. tanah (Dilengkapi dengan teori, prosedur dan
Gomez, J. B. (1982). Anatomy of Hevea and its keterangan). Yogyakarta : Jurusan Tanah.
influence on latex production. Kuala Lumpur : Fakultas Pertanian UGM.
M a l ay s i a n Ru b b e r Re s e a r c h a n d
Development Board.

24

Anda mungkin juga menyukai