PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem rujukan.
2. Untuk mengetahui rujukan kebidanan.
3. Untuk mengetahui jenis rujukan.
4. Untuk mengetahui tujuan rujukan.
5. Untuk mengetahui manfaat rujukan.
1
6. Untuk mengetahui langkah-langkah rujukan.
7. Untuk mengetahui kegiatan rujukan.
8. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab rujukan.
9. Untuk mengetahui keuntungan sistem rujukan.
10. Untuk mengetahui persiapan rujukan.
11. Untuk mengetahui pelaksanaan rujukan.
12. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
rujukan pelayanan kesehatan.
13. Untuk mengetahui kasus-kasus dalam sistem rujukan.
1.3 Manfaat
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai sistem
rujukan.
2. Sebagai referensi mahasiswa Akper Kesdam IV/Diponegoro.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.3 Jenis Rujukan
Sistem Kesehatan Nasional membedakannya menjadi dua macam
yakni :
a. Rujukan Kesehatan
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan
penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Dengan demikian
rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan
kesehatan masyarakat (public health service). Rujukan kesehatan
dibedakan atas tiga macam yakni rujukan teknologi, sarana, dan
operasional. Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman,
pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu
dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah
kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit (preventif) dan
peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan
teknologi, sarana dan opersional.
b. Rujukan Medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan
penyakit serta pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan
medik pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical
service). Sama halnya dengan rujukan kesehatan, rujukan medik ini
dibedakan atas tiga macam yakni rujukan penderita, pengetahuan
dan bahan bahan pemeriksaan. Menurut Syafrudin (2009), rujukan
medik yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas
satu kasus yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal
kepada yang lebih berwenang dan mampu menangani secara
rasional. Jenis rujukan medik antara lain:
1. Transfer of patient
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan,
tindakan operatif dan lain-lain.
2. Transfer of specimen
4
Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium
yang lebih lengkap.
3. Transfer of knowledge / personal.
Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu layanan setempat.
5
b. Sudut pandang masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa
pelayanan (health consumer), manfaat yang akan diperoleh antara
lain meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari
pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang dan
mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena
diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang sarana pelayanan
kesehatan.
c. Sudut pandang kalangan kesehatan sebagai penyelenggara
pelayanan kesehatan.
Jika ditinjau dari sudut kalangan kesehatan sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider), manfaat
yang diperoleh antara lain memperjelas jenjang karir tenaga
kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti semangat
kerja, ketekunan, dan dedikasi; membantu peningkatan
pengetahuan dan keterampilan yakni melalui kerjasama yang
terjalin; memudahkan dan atau meringankan beban tugas, karena
setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.
6
wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan
kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang
harus dirujuk.
b. Menentukan tempat rujukan.
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas
pelayanan yang mempunyai kewenangan dan fasilitas terdekat
yang termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak
mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
c. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga.
d. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
1. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
2. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka
persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
3. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong
penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
7
Keluarga (K)
Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi
dan mengapa ibu dan/atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka
alasan dan keperluan upaya rujukan tersebut. Suami atau anggota
keluarga yang lain harus menemani ibu dan/atau bayi baru lahir ke
tempat rujukan.
Surat (S)
Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan
identifikasi mengenai ibu dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan
rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang
diterima ibu dan/atau bayi baru lahir. Lampirkan partograf kemajuan
persalinan ibu pada saat rujukan.
Obat (O)
Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat
rujukan. Obat- obatan mungkin akan diperlukan selama perjalanan.
Kendaraan (K)
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu
dalam kondisi yang cukup nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi
kendaraan itu cukup baik untuk. mencapai tempat rujukan dalam waktu
yang tepat.
Uang (U)
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang
cukup untuk membeli obat-obatan yang diperiukan dan bahan-bahan
kesehatan lain yang diperiukan selama ibu dan/atau bayi baru lahir
tinggal di fasilitas rujukan.
8
2. Rujukan kasus patologis pada kehamilan, persalinan, dan nifas.
3. Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya seperti
kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan
penanganan spesialis.
4. Pengiriman bahan laboratorium.
5. Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah
selesai, kembalikan dan kirimkan ke unit semula, jika perlu
disertai dengan keterangan yang lengkap.
b. Pelimpahan pengetahuan dan keterampilan.
1. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan
pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi
penderita, diskusi kasus dan demonstrasi operasi.
2. Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan mereka ke rumah
sakit yang lebih lengkap atau rumah sakit pendidikan juga
dengan mengundang tenaga medis dalam kegiatan ilmiah yang
diselenggarakan tingkat provinsi atau instituasi pendidikan.
c. Rujukan informasi medis
1. Membalas secara lengkap data-data medis penderita yang
dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim.
2. Menjalin kerjasama dalam sistem pelaporan data-data
parameter pelayanan kebidanan, terutama mengenai kematian
maternal dan pranatal. Hal ini sangat berguna untuk
memperoleh angka-angka secara regional dan nasional.
9
d. Riwayat seksio sesaria.
e. Ikterus.
f. Perdarahan pervaginam.
g. Anemia berat.
h. Preeklamsia/hipertensi dalam kehamilan.
i. Gawat janin.
j. Kehamilan gameli.
10
2.11 Pelaksanaan Rujukan
Pelaksanaan rujukan,yaitu (Pudiastuti,2011):
a. Internal antar petugas di satu rumah.
b. Antara puskesmas pembantu dan puskesmas.
c. Antara masyarakat dan puskesmas.
d. Antara puskesmas dengan puskesmas lainnya.
e. Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.
f. Antara rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan lain dari
rumah sakit.
11
3. Kepercayaan kesehatan (health belief), sperti keyakinan bahwa
pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan
penyakit.
b. Karakteristik Kemampuan (Enabling Characteristics)
Karakteristik kemampuan (enabling characteristics) adalah
sebagai keadaan atau kondisi yang membuat seseorang mampu
untuk melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhannya
terhadap pelayanan kesehatan. Andersen (1975) membaginya ke
dalam 2 golongan, yaitu:
1. Sumber daya keluarga
Yang termasuk sumber daya keluarga adalah penghasilan
keluarga, keikutsertaan dalam asuransi kesehatan, kemampuan
membeli jasa pelayanan kesehatan, dan pengetahuan tentang
informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.
2. Sumber daya masyarakat
Yang termasuk sumber daya masyarakat adalah jumlah sarana
pelayanan kesehatan yang ada, jumlah tenaga kesehatan yang
ada, jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah
tersebut, rasio penduduk terhadap tenaga kesehatan, dan lokasi
pemukiman penduduk. Asumsi Andersen adalah semakin
banyak sarana dan jumlah tenaga kesehatan maka tingkat
pemanfaatan pelayanna kesehatan suatu masyarkat akan
semakin bertambah
c. Karakteristik Kebutuhan (Need characteristics)
Karakteristik kebutuhan, dalam hal ini merupakan komponen
yang paling langsung berhubungan dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan. Andersen (1975) menggunakan istilah
kesakitan untuk mewakili kebutuhan pelayanan kesehatan.
Penilaian terhadap suatu penyakit merupakan bagian dari faktor
kebutuhan. Penilaian kebutuhan ini dapat dinilai dari dua sumber
yaitu:
12
1. Penilaian individu (perceived Need)
Merupakan penilaian keadaan kesehatan yang dirasakan oleh
individu, besarnya ketakutan terhadap penyakit dan hebatnya
rasa sakit yang diderita.
2. Penilaian klinik (evaluated Need)
Merupakan penilaian beratnya penyakit oleh dokter yang
merwatnya. Hal ini tercermin antara lain dari hasil pemeriksaan
dan penentuan diagnosis penyakit oleh dokter.10
13
dan jenis pelayanan yang akan dikonsumsi bila dibandingkan
dengan konsumen sebagai pembeli jasa pelayanan. Hal ini sangat
menguntungkan provider melakukan pemeriksaan dan tindakan
yang sebenarnya tidak diperlukan bagi pasien. Pada beberapa
daerah yang sudah maju dan sarana pelayanan kesehatan yang
banyak, masayrakat dapat menentukan pilihan terhadap provider
yang sesuai dengan keinginan konsumen/pasien. Tetapi bagi
masyarakat dengan sarana dan fasilitas kesehatan yang terbatas
maka tidak ada pilihan lain kecuali menyerahkan semua keputusan
tersebut kepada provider yang ada.
3. Kemampuan dan Penerimaan Pelayanan Kesehatan
Kemapuan membayar pelayanan kesehatan berhubungan
erat dengan tingkat pelayanan kesehatan. Pihak ketiga
(perusahaan asuransi) pada umumnya cenderung membayar
pembiayaan kesehatan tertanggung lebihbesar dibanding dengan
perorangan. Sebab itu, pada Negara dimana asuransi kesehatan
sosial lebih dominan atas komersial atau sistem asuransi
kesehatan nasional, peranan asuradur sangat penting dalam
menentukan penggunaan palyanan kesehatan.
4. Resiko Sakit dan Lingkungan
Faktor resiko dan lingkungan juga mempengaruhi tingkat
utilisasi palyanan kesehatan seseorang. Resiko sakit tidak akan
pernah sama pada setiap individu dan datangnya penyakit tidak
terduga pada masing-masing individu. Disamping itu, faktor
lingkungan sangat mempengaruhi status kesehatan individu
maupun masyarakat. Lingkungan hidup yang memenuhi
persyaratan kesehatan memberikan resiko sakit yang lebih rendah
kepada individu dan masyarakat.
14
BAB III
CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN
15
1. Terhadap janin.
2. Beresiko akan menimbulkan kematian.
3. Janin terhadap ibu.
4. Beresiko akan menimbulkan.
e. Perawatan Selama Merujuk
1. Jika denyut jantung janin diketahui tidak normal, lakukan hal-hal
sebagai berikut :
a) Pasien dibaringkan miring ke kiri dan anjurkan untuk
bernafas secara teratur. Hal ini dilakukan agar vena cafa
interior tidak tertekan oleh janin, sehingga pasokan oksigen
ke bayi dapat terpenuhi.
b) Pemberian oksigen 8-12 l/menit. Perubahan posisi dan
pemberian O2 8-12 l/menit membantu mengurangi demam
pada maternal dengan hidrasi anti piretik dan tindakan
pendinginan.
c) Hentikan infus oksitosin (jika sedang diberikan infus
oksitosin). Pasang infuse menggunakan jarum berdiameter
besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau
garam fisiologis (NS) dengan tetesan 125 cc/jam.
2. Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan)
mulailah penanganan yang sesuai dengan kondisi ibu :
a) Istirahat baring.
b) Banyak minum.
c) Kompres untuk menurunkan suhu tubuh ibu.
d) Ibu dimiringkan ke kiri.
e) Pemantauan DJJ dengan rutin.
f) Mengantar atau mendampingi pasien untuk mendapatkan
pertolongan lebih lanjut, sehingga dapat memberikan
keterangan atau memberikan keterangan tertulis.
16
g) Intervensi lainnya tidak perlu dilakukan sebab kemungkinan
akan menambah bahaya ibu maupun janin dalam
kandungan.
h) Perubahan posisi lantaran dan pemberian O2 8-12 l/menit
membantu mengurangi demam pada maternal dengan
hidrasi anti piretik dan tindakan pendinginan.
i) Demikianlah kewenangan bidan dalam menghadapi
persalinan dengan DJJ<100 atau >180 sehingga mata rantai
pelayanan dan pengayoman medis dapat lebih bermutu dan
menyeluruh.
3. Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin
tetap abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan
pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab gawat janin :
a) Jika terdapat perdarahan dengan nyeri yang hilang timbul
atau menetap, pikirkan kemungkinan solusio plasma.
b) Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina
berbau tajam) berikan antibiotik untuk amniomtis.
c) Jika tali pusat terletak di bawah janin atau dalam vagina
lakukan penangan prolaps tali pusat.
d) Jika denyut jantung janin tetap abnormal atau jika terdapat
tanda-tanda lain gawat janin (mekonium kental pada cairan
amnion, rencanakan persalinan dengan kolaborasi atau
merujuk).
f. Dalam hal ini bidan harus berkolaborasi atau merujuk, karena
upaya menyelesaikan pertolongan persalinan dengan intervensi
kekuatan dan luar bukan tugas utama bidan, sehingga setiap
persalinan yang diduga akan mengalami kesulitan sudah dirujuk ke
pusat dengan fasilitas yang mencukupi. Sehingga dalam
pertolongan pertamanya bidan perlu melakukan tindakan medis.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya
kesehatan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan
upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih
terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu
adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit pelayanan
kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan. Dalam pengertiannya,
sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu tatanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal
balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah
kesehatan masyarakat, baik secara vertikel maupun horizontal, kepada
yang berwenang dan dilakukan secara rasional.
4.2 Saran
Dengan dipelajarinya tentang rujukan, penulis berharap :
1. Bagi Tenaga Kesehatan : Tenaga penolong persalinan dilatih agar
mampu untuk mencegah atau deteksi dini komplikasi yang mungkin
terjadi, merupakan asuhan persalinan secara tepat guna dan
waktu, baik sebelum atau saat masalah terjadi dan segera
melakukan rujukan saat kondisi masih optimal, maka para ibu akan
terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan: Dengan adanya sistem rujukan,
diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih
bermutu karena tindakan rujukan ditujukan pada kasus yang
tergolong beresiko tinggi. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus
memiliki kesiapan untuk merujuk ibu dengan keluhan ginekologi ke
fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika
menghadapi penyulit.
18
3. Bagi Pasien: untuk bertindak kooperatif dan keluarga untuk
mempersiapkan perlengkapan pasien selama di rumah sakit dan
membawa uang untuk biaya perawatan.
4. Bagi Masyarakat: untuk mendukung sistem rujukan dan membantu
proses perujukan pasien.
19
DAFTAR PUSTAKA
20