Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN

TUMOR INTRA KRANIAL


PENDAHULUAN
Otak dapat dipengaruhi oleh beberapa macam tumor. Gejala dan defisit neurologi pasien tergantung
dari tipe, lokasi dan kecepatan pertumbuhan tumor. Diagnosis awal tumor sangat membantu dalam
mencegah kerusakan neurologi secara permanen. Peran perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pasien dan keluarganya sangat penting sekali karena pasien kemungkinan besar akan
mengalami berbagai masalah fisik, psikologis dan sosial.

PENGERTIAN
Tumor adalah pertumbuhan jaringan abnormal. Tumor intrakranial adalah pertumbuhan jaringan
intrakranial yang abnormal, umumnya lokasi spesifik tumbuhnya tumor dapat menjadi sebutan atau
nama tumor tersebut (Lewis, 2000). Tumor intra kranial primer adalah bilamana tumor berkembang
berasal dari jaringan otak, sedang tumor intrakranial sekunder adalah bilamana jaringan tumor
berkembang karena adanya metastase sel tumor diluar kranial. Tumor intra aksial adalah tumor
yang berasal dari substansi otak di cerebrum, cerebelum dan batang otak. Sedangkan tumor extra
aksial, tumor yang berasal dari tulang kranial, meningeal, saraf kranial dan kelenjar pituitari.
Tumor Fronto Temporal Parietal adalah tumbuhnya jaringan abnormal (tumor) di lobus fontal, lobus
temporal dan lobus parietal

ETIOLOGI
Tumor sekunder: sel sel tumor berasal dari tumor di paru dan mamae yang paling sering.
Tumor Primer: penyebab secara pasti belum diketahui, namun dugaan kuat akibat dari pengaruh
faktor heriditer, infeksi virus, toksin, defisiensi imunologic dan ada juga yang mengatakan karena
akibat dari trauma cerebral dan penyakit peradangan.

PATHOFISIOLOGI
Tumor ganas dan jinak intra kranial dapat mengakibatkan suatu kondisi yang fatal. Tumor yang
berkembang dalam intra kranial mempengaruhi jaringan cerebral karena kemampuannya
menginfiltrasi(mendestruksi) dan menekan jaringan sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan edema
cerebral, kerusakan fungsi jaringan secara lokal, obstruksi sirkulasi cairan cerebro spinal dan
disfungsi kelenjar pituitari.
Tulang tengkorak bersifat tidak lentur dan mempunyai ruang sempit untuk perluasan isi dari kranial.
Tumor otak secara progresif meningkatkan tekanan intra kranial dimana dapat menyebabkan
penekanan sistem ventrikel yang berakibat obstruksi sistem ventrikel (obstruksi sirkulasi cairan
cerebro spinal) , kondisi yang serius karena peningkatan tekanan intra kranial adalah herniasi
( pergesaran ) batang otak dan berakhir dengan suatu kematian. Papileedema dari saraf optik,
pembesaran vena retina dan akhirnya perdarahan retina. Mekanisme yang mendasari papiledema
tidak diketahui secara jelas, namun kemungkinan karena efek peningkatan tekanan intra kranial.
Dampak papiledema menyebabkan tekanan vena retina meningkat karena obstruksi aliran darah
balik dari mata.
Saraf kranial mungkin ditekan oleh tumor jinak atau diinvasi oleh tumor ganas atau malahan
menjadi tempat utama tumor ganas.

1
KLASIFIKASI
Berdasarkan histologis, tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Glioma
Glioma adalah peningkatan jumlah sel sel glia atau jaringan penyambung. Tumor ini berasal dari
otak dan jumlahnya sekitar 50 % dari semua neoplasma otak pada usia dewasa. Jarang terjadi
pada anak-anak.
a. Astrocytomas
Astrocytomas stadium I dan II jumlahnya sekitar 20 % dari semua glioma. Tumor ini
tumbuh lambat. Pada usia dewasa astrocytomas biasanya terjadi di dalam cerebrum dengan
menyusup ke jaringan sekitarnya dan memiliki variasi derajat keganasannya. Bila terjadi
pada anak biasanya terjadi di dalam cerebelum atau saraf optik.
b. Glioblastoma
Astrocytomas stadium III dan IV diketahui sebagai glioblastoma dengan berbagai bentuk.
Glioblastoma pertumbuhannya sangat cepat dan menginfiltrasi. Jumlahnya sekitar 50 % dari
semua glioma. Pada usia dewasa lebih banyak terjadi pada pria diatas usia 35 tahun, lebih
banyak di hemisphere cerebral. Jarang terjadi pada pada anak.
c. Ependymomas
Ependymomas stadium I – IV jumlah sekitar 10 % dari semua glioma. Tumor ini
mempengaruhi semua kelompok umur, sebagian besar terjadi pada anak. Lokasi tumor di
fossa posterior dan ventrikel IV.
d. Oligodendrogliomas
Oligodendroglioma stadium I – IV jumlahnya sekitar 5 % dari semua glioma. Tumor ini
petumbuhannya sangat lambat. Biasanya terjadi di lobus frontal pada dewasa.
e. Medulloblastoma
Jumlahnya sekitar 10 % dari semua glioma, sifatnya sangat invasif dan ganas. Terjadi pada
anak dibawah umur 10 tahun dan lebih sering pada pria. Biasanya tumbuh dimulai dari
cerebelum dan invasi ke ventrikel IV, III dan ventrikel lateral kemudian ke sub arahnoid.

2. Tumor – tumor struktur pendukung


Tumor struktur pendukung dari sistem saraf jumlahnya sekitar 20 % dari semua tumor otak.
a. Meningiomas
Meningiomas berasal dari jaringan meningen dan tumbuh di luar jaringan saraf. Jarang
melakukan invasi ke jaringan cerebral. Meningiomas pertumbuhannya sangat lambat dan
merupakan tumor benigne. Tumor ini sebagaian besar terjadi pada orang dewasa dan lebih
sering tampak pada wanita. Lokasi paling sering tumor tersebut adalah pada daerah sylvian,
olfaktori dan sayap spenoid.
b. Neuromas
Neuromas berasal dari sel – sel saraf dan pertumbuhannya sangat lambat. Tumor ini
biasanya mempengaruhi usia pertenghan. Neuroma dengan kapsul biasanya benigna. Paling
umum neuroma mempengaruhi saraf optik, saraf fasial dan trigeminal.

3. Tumor – tumor perkembangan

2
Jumlahnya sekitar 5 % dari semua tumor otak. Sebagain besar terjadi pada anak, tetapi dapat
juga terjadi dewasa.
a. Craniopharingioma
Adalah bentuk tumor perkembangan yang paling umum, dapat berbentuk kista atau padat
dan cenderung tumbuh lebih cepat pada anak. Lokasi tumor di sella turcica dan dapat
mempengaruhi chiasma optik, kelenjar pituitari dan hipotalamus.

4. Tumor – tumor pituitari


Jumlahnya sekitar 10 % dari semua tumor otak. Tumor ini dapat mempengaruhi semua
kelompok umur tetapi lebih sering pada usia dewasa. Umumnya berbentuk kista dan sangat
mempengaruhi chiasma optik, sinus cavernous, lobus frontal, hipotalamus atau lobus temporal.
Ada tiga tipe jaringan neplastik yaitu adenoma chromophobic( paling umum , non sekresi )
dapat menekan bagian anterior pituitari dan menyebabkan penurunan aktifitas kelenjar pituitari.
Adenoma eosinophilic adalah tumor sekresi yang menyebabkan hipersekresi hormon
pertumbuhan. Adenoma basophilic bertanggung jawab terhadap sekresi berlebihan dari hormon
kortikosteroid, gonadotropin, thyrotropic.

5. Tumor – tumor metastase


Jumlahnya sekitar 10 % dari semua tumor otak dan mempengaruhi semua kelompok umur.
Paling sering berasal paru dan payudara. Namun dari tempat lain dapat pula menyebabkannya.

MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi yang timbul karena adanya tumor intrakranial cukup bervariasi, dan dapat dibedankan
menjadi manifestasi umum dan lokal. Manifestasi umum timbul sebagai akibat dari peningkatan
tekanan intra kranial dan obstruksi cerebro spinal fluid. Sedangkan manifestasi lokal timbul akibat
dari kompresi atau invasi tumor pada area spesifik dari lobus otak.

1. Manifestasi umum meliputi:


a. Sakit Kepala
b. Muntah proyektil
c. Pusing
d. Perubahan tingkat kesadaran
e. Kejang
2. Menurut Lewis, 2000 Manifestasi lokal adalah :
a. Lobus Frontal : Hemiplegi satu sisi, kejang, gangguan memori, gangguan penglihatan dan
gangguan kepribadian,
b. Lobus Parietal : Gangguan bicara, tidak dapat menulis, tidak menyadari kelemahan salah
satu sisi.
c. Lobus Temporal : Kejang, kesulitan makan, gangguan pendengaran,
d. Lobus oksipital : Kebutaan dan kejang.
e. Talamus : nyeri kepala, mual, muntah, gangguan penglihatan, papile edema, nistagmus
karena peningkatan tekanan intrakranial, mungkin juga diabitus insipidus (tidak adanya
ADH).

3
f. Ventrikel IV dan cerebelar : Nyeri kepala, mual muntah, papile edema karena peningkatan
tekanan intra kranial, gangguan koordinasi.

PENATALAKSAAN
Metode umum untuk penatalaksanaan tumor otak adalah
1. Pembedahan : Craniotomy, craniectomy.
2. Radioterapi
3. Chemoterapi
Komplikasi yang terjadi pada post pembedahan adalah…
1. Edema cerebral
2. Perdarahan sub dural, epidural, intracerebral.
3. Hipovolumik shock
4. Hydrocephalus
5. Gangguan cairan elektrolit( SIAD atau diabitus insipidus )
6. Infeksi luka / meningitis.

PENGKAJIAN
Asuhan keperawatan pada makalah ini ditekankan pada tumor otak yang dilakukan pembedahan
kranial.
1. Riwayat keperawatan
a. Riwayat medis dan pembedahan
b. Riwayat tumor, trauma kepala, infeksi virus, penyakit peradangan.
c. Riwayat keluarga
d. Riwayat : nyeri kepala, hilangnya penglihatan, kejang.
e. Riwayat kelainan koagulasi, jantung dan pernafasan.
f. Riwayat pemeriksaan: CT scan, X ray tengkorak.

2. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran dan tanda vital
b. Fungsi motorik dan sensorik
c. Reaksi dan ukuran pupil
d. Fungsi saraf kranial
e. Status pernafasan
f. Balutan kepalan dan drainage
g. Aktifitas kejang

3. Psikososial
a. usia
b. jenis kelamin
c. pekerjaan
d. peran dan tanggung jawab
e. strategi koping yang biasa digunakan
f. penerimaan kondisi

4
g. kecemasan / takut
4. Pengetahuan pasien dan keluarga
a. pengetahuan umum dan perawatan pre dan post operatif
b. prognosa dan kemungkinan antisipasi dengan hal yang bisa terjadi.
DIAGNOSA DAN PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi cerebral bd peningkatan tekanan intra kranial
a. Tujuan : perfusi cerebral klien adekwat.
b. Tindakan :
 Monitor tanda vital : denyut nadi, TD, suhu tubuh dan pola nafas.
 Tinggikan tempat tidur bagian kepala 30 – 45 derajat.
 Berikan posisi yang dapat meningkatkan aliran darah balik.
 Kaji balutan kepala dan atau drainage meliputi jumlah, tipe draine tiap 1 – 4 jam.

2. Tidak efektifnya jalan nafas bd perubahan tingkat kesadaran


a. Tujuan : Klien memperlihatkan pertukaran gas yg efektif
b. Tindakan
 Monitor denyut nadi dan temperatur tubuh tiap 4 jam kemungkinan adanya
atelektasis.
 Kaji tingkat kesadaran, kemampuan mempertahankan jalan napas.
 Perthankan jalan nafas dengan memperbaiki posisi, suction, pemakaian alat bantu
jalan nafas.
 Monitor kecepatan, irama dan kedalaman pernafasan dan suara nafas.
 Kaji status sirkulasi meliputi denyut nadi perifer, capilary refill, tekanan darah, warna
kulit untuk mendeteksi adanya hipoksia.
 Monitor nilai gas darah arteri .
 Berikan oksigen sesuai program.
 Anjurkan nafas dalam dan hindarkan batuk.
 Kaji warna, jumlah dan konsistensi sputum .

3. Kurangnya volume cairan bd terapi diuretik, diabitus insipidus, intake cairan inadekwat.
a. Tujuan : Klien akan mempertahankan intake dan output caiaran yang adekwat.
b. Tindakan :
 Kaji tingkat kesadaran dan fungsi saraf kranial ( gag reflek ) sebelum mendapat
makanan peroral.
 Monitor intake output, dan segera laporkan tim medis bila output urine < 30 ml/jam
atau lebih 200 ml / jam.
 Monitor hasil pemeriksaan lab bila memperlihatkan adanya ketidak seimbangan
cairan ( misalnya, elektrolit, osmolalitas, BUN dan kreatinin ).
 Monitor berat badan tiap hari.
 Monitor tanda vital tiap 1- 2 jam.
 Kaji turgor kulit dan adanya edema tiap 4 jam.
 Berikan cairan pengganti dan obat-obatan jika diperlukan dan evaluasi efektifitasnya.

5
4. Potensial injury bd kejang, disfungsi saraf kranial V, tidak adanya tulang tengkorak.
a. Tujuan : kllien tidak mengalami injury fisik, otak atau batang otak.
b. Tindakan :
 Monitor adanya kejang.
 Berikan pengaman, atur tempat tidur.
 Monitor adanya perdarahan lambung.
 Berikan obat anti kejang, antibiotik, antasida, cimetidine sesuai prgram.
 Kaji fungsi saraf kranial V setiap 3-4 jam.
 Berikan obat tetes mata untuk memberikan lumbrikasi pada mata.
 Atur posisi tidur untuk menghindari penekanan, gunakan ring donat sesuai
kebutuhan.
 Observasi lokasi pembedahan dan pertahankan tehnik steril.
 Kaji adanya rhinorhoe dan otorhea.
 Monitor suhu tubuh tiap shiff.
 Monitor tingkat kesadaran tiaf 1- 2 jam.

5. Gangguan komunikasi verbal bd aphasia


a. Tujuan : Klien dapat mengekpresikan diri atau dapat meningkatkan kemampuan untuk
mengerti.
b. Tindakan :
 Kaji kemampuan klien untuk mengekpresikan diri dan memahami komunikasi verbal
atau tulisan.
 Gunakan bahasa singkat dan mudah dipahami dan pelan – pelan.
 Kaji kesulitan klien dalam komunikasi.
 Libatkan anggota keluarga untuk membantu memahami kebutuhan klien dan
kemampuan berkomunikasi.
 Kolaborasi dengan Speech terapi.

6. Kurangnya nutrisi bd disphagia, perubahan tingkat kesadaran, puasa, kesulitan mengunyah.


a. Tujuan : Klien akan mempertahan status nutrisi secara optimal.
b. Tindakan
 Kaji tingkat kesdaran dan fungsi nervus V, VI, IX, X dan XII untuk menetapkan
kemampuan mengunyah dan menelan cairan.
 Monitor intake dan output cairan dan intke diet.
 Berikan terapi cairan intravena sesuai program.
 Berikan makanan melalui nasogastrik tube sesuai program.
 Bantu makan peroral bila ada indikasi
 Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan.
 Timbang BB tiap hari.
 Auskultasi suara usus tiap 4 – 8 jam.

7. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, pengobatan dan prognosis.


a. Tujuan : Klien dan keluarga mengetahui penyakit, pengobatan, perawatan dan prognosis.

6
b. Tindakan :
 Berikan penkes tentang :
 Penyakit dan pengobatannya, prognosis ( kolaborasi ).
 Informasi tentang pencukuran kepala, balutan, pemakaian alat invasive.
 Perawtan di rumah : minum obat, waktu dan efek samping obat, proteksi
kepala, tanda peningkatan tekanan intra kranial, tempat mendapatkan
pelayanan darurat,

INTERVENSI KEPERAWATAN YANG DILAKUKAN PADA PEMBEDAHAN INTRAKRANIAL


1. Pre operasi
 Mengkaji status neurologi dan psikologi klien
 Memberikan dukungan pasien dan keliuarga
 Memberita
2. Post operasi

7
8

Anda mungkin juga menyukai