KATARAK DIABETIKA
Oleh:
Naufaldi Dary Hartanto
22010117220042
SEMARANG
2018
PENDAHULUAN
Penyebab terjadinya katarak tidak diketahui secara pasti, namun lensa yang
mengalami katarak memiliki karakteristik yaitu adanya agregrasi protein yang
mengaburkan cahaya dan mengurangi transparansi. Dan beberapa gangguan protein
lain dapat mengakibatkan diskolorisasi kuning atau coklat.1
Ketebalan dari lensa sekitar 4 mm, dan berat dari lensa meningkat sebanding
dengan peningkatan usia hingga 5 kali lipat dibandingkan saat dilahirkan. Lensa
pada orang dewasa memiliki berat sebesar 220 mg.5
Lensa merupakan salah satu bagian media refraktif terpenting dari mata yang
memfokuskan sinar masuk agar tepat di retina. Lensa menambah variasi komponen
dari total kekuatan refraksi mata ( 10-20 dioptri, bergantung dari akomadasi tiap
individu) terhadap kekuatan refraksi yang tetap oleh kornea (diperkiran sebesar 43
dioptri).5
B. KATARAK DIABETIKA
1. Pengertian
Katarak adalah adanya opasitas pada lensa.1 Katarak diabetika
adalah katarak yang diakibatkan oleh adanya penyakit sistemik berupa
diabetes mellitus.
4. Diagnosis
Diagnosis Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin
mata. Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam
sampai menjadi cukup padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan
kebutaan. Namun, katarak, pada stadium perkembangannya yang paling
dini, dapat diketahui melalui pupil yang didilatasi maksimum dengan
ophtalmoskop, kaca pembesar, atau slitlamp. Fundus okuli menjadi semakin
sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa, sampai
reaksi fundus sama sekali hilang. Pada stadium ini katarak biasanya telah
matang dan pupil mungkin tampak putih. Pemeriksaan yang dilakukan pada
pasien katarak adalah pemeriksaan sinar celah (slit-lamp), funduskopi pada
kedua mata bila mungkin, tonometer selain daripada pemeriksaan prabedah
yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata,
konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa panoftalmitis pasca
bedah dan fisik umum. Pada pasien diabetes, diperiksa juga kadar glukosa
darahnya.
5. Tatalaksana
Terapi utama katarak adalah pembedahan yakni dengan Ekstraksi Katarak
Intra Kapsuler, fakoemulsifikasi ataupun Ekstraksi Katarak Ektra Kapsuler
dengan pemasangan IOL
a) Terapi pembedahan:
1) Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan nukleus dan
korteks. Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior
ditinggal. Cara ini umumnya dilakukan pada katarak dengan
lensa mata yang sangat keruh sehingga sulit dihancurkan
dengan teknik fakoemulsifikasi. Dilakukan pada tempat-
tempat di mana teknologi fakoemulsifikasi tidak tersedia.
Teknik ini membutuhkan sayatan yang lebar, karena lensa
harus dikeluarkan dalam keadaan utuh. Lensa dikeluarkan,
lensa buatan / intraocular lens (IOL) dipasang untuk
menggantikan lensa asli, tepat di posisi semula. Lalu
dilakukan penjahitan untuk menutup luka. Teknik ini
dihindari pada penderita dengan zonulla zinii yang rapuh. 4,7
1. Harper, RA, Shock JP. Lensa. Dalam : Vaughan & Asburi’s General
Ophthalmology 16th Edition. McGraw-Hill Companies. 2003
2. World Health Organization. Blindness and Vision Impairment. 2002.
Avalaible from : http://www.who.int/blindness/causes/priority/en/index1.html
3. Andreas Pollreisz and Ursula Schmidt-Erfurth, “Diabetic Cataract—
Pathogenesis, Epidemiology and Treatment,” Journal of Ophthalmology, vol.
2010, Article ID 608751, 8 pg 2010. https://doi.org/10.1155/2010/608751.
4. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai penerbit FK UI, 2014.
5. Lang GK. Ophthalmology. New York : Thieme. 2000
6. Khan. Founder heterozygous P23T CRYGD mutation associated with cerulean
(and coralliform) cataract in 2 Saudi families. Molecular Vision. 2009
7. Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Oftalmologi umum edisi 17. Jakarta;
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.
8. Titcomb, Lucy C. Understanding Cataract Extraction. 2015
9. Shock JP, Harper RA. Lensa. Dalam: Oftalmologi Umum Ed 14. Alih Bahasa:
Tambajong J, Pendit BU. General Ophthalmology 14th Ed. Jakarta: Widya
Medika; 2000.176-177.