Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PERUBAHAN POSISI TERHADAP POLA NAFAS

PADA PASIEN GANGGUAN PERNAFASAN

Rizky Annisa1, Wasisto Utomo2, Sri Utami3


Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau
Email: rizkyannisa1910@gmail.com

Abstract

Low fowler, semi fowler and standart fowler position have a related or reducing shortness of breath. The purpose of
this study was to determine the effect of position changes on respiratory pattern for respiratory disorders of patients in
one of the hospitals in Riau Province by using the design of quantitative research and design of quasy experiments for
correlation mechanism. The sample of this research is 17 respondents based on inclusion criteria using non probability
sampling technique. The method used in research are quastionnare, obsevation and SOP at low, semi and standart
position. The analisis used univariate analysis to know the frequency distribution and bivariat using cochran test and
repeated anova. The result of this research showed that 17 respondent’s with gender frequency of women were 9
respondents(52,9%), frequency of elder >45 year old were 13 responden (76,9%), frequency of elementry school
education were 9 responden (52,9%) andterm of care that less than a week were 15 responden (88,2%). The result of
statistik test p valeu > α (0,05), it showed the effect of changing position on respiratory pattern for patient’s respiratory
disorder of patients in one of the hospitals in Riau Province.

Keyword: Position, respiratory, resporatory disorders

PENDAHULUAN manifestasi klinis seperti peningkatan


Peran sistem pernafasan adalah untuk frekuensi napas, kesulitas bernapas (dipsnea),
mengelola pertukaran oksigen dan karbon penggunaan otot-otot bantu pernapasan, dan
dioksida antara udara dan darah. Oksigen kasus-kasus berat muncul seperti sianosis
diperlukan oleh semua sel untuk menghasilkan (Wilkinson  Ahern, 2005).
sumber energi, adenosine trifosfat (ATP). World Health Organization (WHO)
Karbondioksida dihasilkan oleh sel-sel yang tahun 2017 menyebutkan pada tahun 2015,
secara metabolis aktif membentuk suatu asam diperkirakan 40 juta kematian terjadi akibat
yang harus dibuang oleh tubuh (Corwin, penyakit tidak komunikatif, terhitung 70% dari
2009). total keseluruhan 56 juta kematian. Mayoritas
Gangguan pernafasan diklasifikasikan kematian tersebut disebabkan oleh keempat
berdasarkan etiologi, letak anatomis, sifat penyakit utama, yaitu: penyakit kardiovaskular
kronik penyakit, dan perubahan struktur serta sebanyak 17,7 juta kematian (terhitung 45%
fungsi. Gangguan pernafasan biasanya dapat dari semua kematian penyakit tidak
menyebabkan disfungsi ventilasi yang komunikatif), kanker sebanyak 8,8 juta
menyebabkan gagalnya proses pertukaran kematian (22%), penyakit pernafasan kronis
oksigen terhadap karbondioksida di dalam sebanyak 3,9 juta kematian (10%). Meskipun
paru. Salah satu penyebab gangguan tertahan tingkat kematian kardiovaskular dan
pernapafasan adalah sesak nafas. Sesak nafas kronis, tapi tingkat kematian pernafasan telah
(dyspnea) adalah perasaan sulit bernafas meningkat secara substansial di Indonesia
dimana sering dikeluhkan nafasnya menjadi sebagai negara berpenghasilan rendah dan
pendek atau merasa tercekik (Price & Wilson, menengah dan mereka tetap jauh lebih tinggi
2006). dari negara berpenghasilan tinggi.
NANDA (2012) mengungkapkan Berdasarkan survey Kesehatan Nasional
masalah keperawatan yang umum terjadi pada tahun 2010 dalam (Safitri dan Andriyani,
penderita sesak nafas yaitu salah satunya pola 2011), diketahui bahwa penyakit pernafasan
napas tidak efektif dan gangguan pertukaran merupakan penyebab kematian terbanyak
gas. Pola napas tidak efektif diakibatkan oleh kedua di dunia setelah penyakit gangguan
terganggunya ekspansi paru akibat akumulasi pembuluh darah. Prevalensi penyakit tidak
cairan sehingga akan menimbulkan menular di Indonesia seperti asma, PPOK, dan
292
kanker berdasarkan wawancara masing- besar. Posisi ini dibantu penopang sandaran
masing 4,5 %, 3,7 %, dan 1,4 per mil, dimana yang sering digunakan dua bantal yang
asma dan kanker lebih tinggi pada perempuan diletakkan di punggung dan kepala (Kozier
dan PPOK lebih tinggi pada laki-laki dkk, 2011).
(Riskesdas, 2013). Prevalensi kasus pasien Tujuan tindakan pemberian posisi yang
yang dirawat dengan gangguan pernapasan di efektifpada penderita sesak nafas adalah untuk
salah satu RSUDProvinsi Riau pada tahun menurunkan konsumsi O2 dan ekspansi paru
2017 meliputi efusi pleura sebanyak 48 pasien, yang maksimal, serta mempertahankan
ca paru sebanyak 6 pasien, pneumonia kenyamanan. Kestabilan pola napas ditandai
sebanyak 503 pasien, bronkopneumonia dengan pemeriksaan fisik berupa frekuensi
sebanyak 127 pasien, PPOK sebanyak 49 pernapasan yang normal, tidak terjadi
pasien, asma sebanyak 53 pasien dan TB paru ketidakcukupan oksigen (hipoksia), perubahan
BTA + sebanyak 210 pasien. pola napas dan obstruksi jalan napas (Kozier
Upaya untuk menurunkan angka dkk, 2011).
kematian akibat sistem pernapasan Terdapat berbagai penelitian dan studi
memerlukan penangan yang mendasar. yang membahas tentang penggunaan posisi
Penanganan dasar yang diperlukan berupa untuk mengatasi berbagai masalah pernapasan
pengamatan pada penderita sesak nafasberupa pada pasien dengan bermacam-macam kasus
peningkatan usaha napas melalui peningkatan di luar negeri. Penelitian Moaty,Mokadem dan
RR dan penggunaan otot-otot bantu Elhy (2017) tentang efek posisisemi fowler
pernapasan guna memenuhi demand oksigen terhadap oksigenasi dan status hemodinamik
di dalam tubuh. Salah satu tindakan pada pasien dengan cedera kepala menunjukan
keperawatan yang penting adalah positioning bahwa posisi semi fowler dengan elevasi 30°
yang bertujuan untuk meningkatkan ekspansi memiliki dampak positif terhadap pernapasan
paru sehingga mengurangi sesak (Dean, 2014). dengan hasil terjadinya peningkatan PaO2,
Pemilihan posisi untuk penderita dengan SaO2, dan RR serta penurunan PaCO2.
masalah pernapasan sangat penting untuk Penelitian Winslow, Clark, White dan
memfasilitasi pernapasan yang adekuat. Tyler (2008) juga menunjukkan bahwa posisi
Terdapat berbagai macam posisi tidur mulai semi fowler cocok untuk pasien dengan
dari supine, lateral dan fowler. Posisi fowler penyakit paru bilateral. Penelitin tersebut
merupakan posisi pilihan untuk orang yang menjelaskan bahwa posisi ini menunjukkan
mengalami kesulitan pernapasan (Kozier, perbaikan yang dipantau melalui pulse
2010). Oleh karena itu pemilihan posisi yang oximetry (saturasi oksigen perifer). Selain itu,
tepat sangat menentukan keberhasilan hasil penelitian Majampoh, Rondonuwu dan
intervensi keperawatan yang dilakukan. Onibala (2013) mengenai pengaruh pemberian
Safitri dan Andriyani (2008) menyatakan posisi semi fowler terhadap kestabilan napas
saat terjadi sesak nafas penderita biasanya pada pasien T b paru didapatkan hasil rata-rata
tidak dapat tidur dengan posisi berbaring, dypsnea lebih rendah dengan nilai sig. 0, 006.
melainkan harus dalam posisi duduk atau Berdasarkan studi pendahuluan yang
setengah duduk untuk meningkatkan ekspansi telah dilakukan didapatkan bahwa 3 dari 7
paru sehingga oksigen lebih mudah untuk pasien yang dirawat menyatakan sesak napas
masuk ke paru dan pola napas kembali pada saat kondisi saat ini dan 4 pasien
optimal. Posisi yang paling efektif bagi menyatakan sesak ketika beraktivitas.
penderita sesak nafas yaitu posisi semi fowler. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti
Posisi semi fowler adalah posisi duduk dimana tertarik untuk meneliti “Pengaruh perubahan
kepala di tinggikan paling sedikit 450. posisi terhadap pola nafas pada pasien
Kemiringan 450 menggunakan gravitasi gangguan pernafasan”.Tujuan penelitian ini
membantu mengembangkan dada dan adalah untuk mengetahui intensitas perubahan
mengurangi tekanan abdomen dan diafragma. posisi terhadap pola nafas pada pasien
Pada saat gravitasi terjadi akan menarik gangguan pernafasan.
diafragma ke bawah serta memungkinkan Hasil penelitian ini diharapkan dapat
ekspansi dada dan ventilasi paru yang lebih memberikan informasi dalam pengembangan

293
ilmu pengetahuan tentangperubahan posisi Tabel 1 distribusi frekuensi jenis
terhadap pola nafas pada pasien gangguan kelamin responden mayoritas laki-laki
pernafasan. sebanyak 9 orang (52,9%) dan perempuan
sebanyak 8 orang (47,1%).
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan salah satuRSUD Tabel 2.
Provinsi Riau pada bulan Januari 2018. Distribusi Frekuensi Umur Responden
Penelitian ini merupakan penelitian Karakteristik Frekuensi Persentase
kuantitatifdengan desain penelitian (%)
quasyexperimen dengan rancangan Dewasa awal 26-35 tahun 2 11,8
penelitiantime seriestanpa kelompok Dewasa akhir 36-45 tahun 2 11,8
Lansia awal 46-55 tahun 13 76,5
pembanding atau kontrol. Populasi dari Lansia akhir 56-65 tahun 0 0
penelitian ini adalahpasien yang mengalami Massa manula 0 0
gangguan pernafasan. Pengambilan sampel
dengan menggunakan tekniknon probability Jumlah 17 100
sampling dengan jenis purposive
samplingdengan jumlah sampel 17 responden. Tabel 2 distribusi frekuensi umur
Alat/instrumen penelitian yang responden mayoritas pada usia lansia awal
digunakan untuk melakukan pengumpulan dengan kategori responden 46-55 tahun
data pola nafas pada penelitian ini dengan sebanyak 13 responden (76,5%) dan pada
menggunakan lembar observasi A yang dewasa awal dan dewasa akhir sebanyak 2
berisikan data demografi responden, lembar responden (11,8%).
observasi B yang berikan irama pernafasan,
frekuensi pernafasan, saturasi, jenis pernafsan Tabel 3
dan pengembangan pernafasan serta SOP posis Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden
low fowler, posisi semi fowler dan posisi Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
standar fowler.Analisa data menggunakan
analisa univariat dan bivariat. Analisis SD 9 52,9
univariat dalam penelitian ini akan SMP 5 29,4
menampilkan distribusi frekuensi umur,jenis SMA 3 17,6
kelamin, pendidikan dan lama rawat. Analisa
Jumlah 17 100
bivariat digunakan untuk mengetahui
perubahan pola pernapasan pasien pada
kelompok ekperimen yaitu variabel Tabel 3 distribusi frekuensi pendidikan
dependentdengan menggunakan uji Repeated responden mayoritas SD sebanyak 9 orang
anova dan Cochran. (52,9%), SMP sebanyak 5 orang (29,4%) dan
SMA sebanyak 3 orang (17,6%).
HASIL PENELITIAN
1. Analisa Univariat Tabel 4
Distribusi hasil penelitian yang didapatkan Distribusi Frekuensi Lama Rawat Responden
berdasarkan karakteristik responden dijelaskan Karakteristik Frekuensi Persentase
pada tebel dibawah ini. (%)

Tabel 1. Kurang seminggu 2 11,8


Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Lebih Seminggu 15 88,2
Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Jumlah 17 100
Laki-laki 8 47,1
Perempuan 9 52,9
Tabel 4 distribusi frekuensi lama rawat
Jumlah 17 100 responden mayoritas kurang seminggu dengan
15 responden (88,2%) dan lebih seminggu
sebanyak 2 responden (11,8 %).

294
Tabel 5.
Distribusi Frekuensi Irama Pernafasan Posisi Posisi Posisi Posisi
Low Fowler, Posisi Semi Fowler Dan Posisi low semi standar
Saturasi
fowler fowler fowler
Standar Fowler Responden
N % N % N %
Posisi Posisi Posisi Normal> 95 % 11 64,7 14 82,4 13 76,5
low semi standar Tidak normal
Irama fowler fowler fowler < 95 % 6 35,3 3 17,6 4 23,5
pernafasan
N % N % N %
Tabel 7 distribusi frekuensi saturasi
Reguler 14 82,4 15 88,2 15 88,2 mayoritas normal > 95% dengan posisi low
3 17,6 2 11,8 2 11,8 fowler 11 responden (64,7%), posisi semi
Ireguler fowler 14 responden (82,4%) dan posisi
standar fowler 13 responden (76,5%) dan
Tabel 5 distribusi frekuensi irama saturasi tidak normal normal < 95% posisi low
pernafasan mayoritas reguler dengan posisi fowler 6 responden (35,3%), posisi semi fowler
low fowler sebanyak 14 responden (82,4%), 3 responden (17,6 %) dan posisi standar
posisi semi fowler sebanyak 15 responden fowler4 responden (23,5%).
(88,2%) dan posisi standar fowler sebanyak
15 responden (88,2%) dan irama pernafasan Tabel 8.
ireguler posisi low fowler sebanyak 3 Distribusi Frekuensi Jenis Pernafasan Posisi
responden (17,6%), posisi semi fowler Low Fowler Responden, Posisi Semi Fowler
sebanyak 2 responden (11,8%) dan posisi Dan Posisi Standar Fowler Responden
Posisi low Posisi Posisi
standar fowler sebanyak 2 responden (11,8%). fowler semi standar
Jenis fowler fowler
Tabel 6. pernafasan
N % N % N %
Distribusi Frekuensi Frekuensi Pernafasan
Posisi Low Fowler, Posisi Semi Fowler Dan Dada 6 35,5 4 23,5 4 23,5
Posisi Standar Fowler Responden Perut 11 64,7 13 76,5 13 76,5
Posisi low Posisi semi Posisi
Frekuensi fowler fowler standar
pernafasan fowler Tabel 8 distribusi frekuensi asessoris
N % N % N % pernafasan mayoritas perut dengan posisi low
Normal 12- 7 41,2 7 41,2 8 47,1 fowler 11 responden (64,7%), posisi semi
20 x/i fowler 13 responden (76,5%) dan posisi
Takipnea > 10 68,8 10 58,8 9 52,9
standar fowler 13 responden (76,5%) dan
12 x/i
asessoris pernafasan dada posisi low fowler 6
responden (35,3%), posisi semi fowler 4
Tabel 6 distribusi frekuensi frekuensi
responden (23,5%) dan posisi standar fowler
pernafasan mayoritas takipnea dengan posisi
4 responden (23,5 %).
low fowler sebanyak 10 responden (68,8%),
posisi semi fowler sebanyak 10 responden
Tabel 9.
(68,8%) dan posisi standar fowler sebanyak 9
Distribusi Mean Pengembangan Pernafasan
responden (52,9%) dan pernafasan normal
Posisi Low Fowler Responden
posisi low fowler sebanyak 7 responden Posisi low Posisi semi Posisi standar
(41,2%), posisi semi fowler sebanyak 7 fowler fowler fowler
responden (41,2%) dan posisi standar fowler Karakteristik
Mean SD Mean SD Mean SD
sebanyak 8 responden (47,1%).
Pengembanga 72,12 13,261 74,00 13,679 72,35 13,615
n pernafasan
Tabel 7.
Distribusi Frekuensi Saturasiposisi Low
Fowler, Posisi Semi Fowler Dan Posisi
Standar Fowler Responden. Tabel 9distribusi mean pengembangan
pernafasan dengan posisi low fowler 72,12
dengan SD 13,261, posisi semi fowler 74,00
295
dengan SD 13,679 dan posisi standar fowler posisi low fowler, posisi semi fowler dan
72,35 dengan SD 13, 615. posisi standar fowler.
Tabel 12
2. Analisa Bivariat Distribusi Saturasi Terhadap Perubahan
Analisa bivariat pada penelitian ini Posisi Low Fowler, Posisi Semi Fowler Dan
menggunakan one group dimana semua pasien Posisi Standar Fowler
mendapatkan perlakuan perubahan posisi. Saturasi Normal % Tidak % p
> 95 % normal vale
Perubahan posisi low fowler, posisi semi < 95 % u
fowler dan posisi standar fowler dapat dilihat
pada tabel dibawah ini : Low fowler 11 64,7 6 35,3 0,31
Semi fowler 14 82,4 3 17,6 1
Tabel 10 Standar 13 76,5 4 23,5
Distribusi Irama Pernapasan Terhadap Posisi fowler
Low Fowler, Semi Fowler Dan Standar
Fowler Berdasarkan tabel 12 didapatkan
Irama Reguler % Ireguler % p distribusi saturasi mayoritas memiliki saturasi
pernapasan valeu
normal > 95 % pada posisi low fowler
sebanyak 11 responden, posisi semi fowler
Low fowler 14 82,4 3 17,6 0,368
Semi fowler 15 88,2 2 11,8
sebanyak 14 responden dan posisi standar
Standar 15 88,2 2 11,8 fowler sebanyak 13 responden dengan p valeu
fowler 0,311 > α (0,05). Dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan irama pernafasan
Berdasarkan tabel 10 didapatkan signifikan antara posisi low fowler, posisi
distribusi irama pernapasan mayoritas semi fowler dan posisi standar fowler.
memiliki irama pernafasan reguler pada posisi
low fowler 14 responden, posisi semi fowler 15 Tabel 13
responden dan posisi standar fowler 15 Distribusi Jenis Pernapasan Terhadap
responden dengan p valeu 0,368 > α (0,05). Perubahan Posisi Low Fowler, Posisi Semi
Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat Fowler Dan Posisi Standar Fowler.
Jenis Dada % Perut % p
perbedaan irama pernafasan signifikan antara pernapasan valeu
posisi low fowler, posisi semi fowler dan
posisi standar fowler. Low fowler 6 35,5 11 64,7 0,135
Semi fowler 4 23,5 13 76,5
Standar 4 23,5 11 76,5
Tabel 11 fowler
Distribusi Frekuensi Pernapasan Terhadap
Perubahan Posisi Low Fowler, Semi Fowler Berdasarkan tabel 13 didapatkan
Dan Standar Fowler distribusi jenis pernapasan mayoritas memiliki
Frekuensi p jenis pernafasan perut pada posisi low fowler
pernapasan Normal % Takipnea % valeu
sebanyak 11 responden, posisi semi fowler
Low fowler 7 41,2 10 58,8 0,368 sebanyak 13 responden dan posisi standar
Semi fowler 7 41,2 10 58,8 fowler 11 responden dengan p valeu 0,135 > α
Standar 8 47,1 9 52,9 (0,05). Dapat disimpulkan bahwa tidak
fowler
terdapat perbedaan irama pernafasan
signifikan antara posisi low fowler, posisi
Berdasarkan tabel 11 didapatkan
semi fowler dan posisi standar fowler.
distribusi frekuensi pernapasan mayoritas
memiliki frekuensi pernafasan takipnea pada
Tabel 14
posisi low fowler 10 responden, posisi semi
Distribusi Mean Pengembangan Pernapasan
fowler 10 responden dan posisi standar fowler
Terhadap Perubahan Posisi Low Fowler,
9 responden dengan p valeu 0,368 > α (0,05).
Posisi Semi Fowler Dan Posisi Standar
Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
Fowler
perbedaan irama pernafasan signifikan antara

296
untuk bernafas, sehingga gerakannya lebih
Pengembangan Mean Std p valeu banyak pada abdomen saat diafragma turun.
pernafasan error Gangguan pernafasan yang sering dialami oleh
Low fowler 72,118 3,216 0,373 perempuan dipengaruhi oleh kegemukan atau
Semi fowler 74,000 3,318
Standar fowler 72,353 3,302 obesitas. Obesitas bisa diketahui dengan cara
menghitung indeks massa tubuh (IMT), IMT
adalah berat badan tubuh dalam kilogram
Berdasarkan tabel 14 didapatkan dibagi dengan tinggi tubuh pengkat dua dalam
distribusi mean pengembangan pernafasan satuan meter kuadrat (m2). Obesitas akan
pada posisi low fowler berada 72,118, posisi memberikan beban tambahan pada thorax dan
semi fowler berada 74,000 dan posisi standar abdomen yang mengakibatkan perekatan yang
fowler berada 72,353 dengan significancy berlebihan pada dinding thorax. Selain itu
0,373 > α (0,05) maka dapat diambil otot-otot pernafasan harus bekerja lebih keras
kesimpulan bahwa paling tidak terdapat dua untuk menghasilkan tekanan negatif yang
pengukuran yang berbeda dan tidak terdapat lebih tinggi pada rongga pleura untuk
perbedaan pada semua pengukuran. memungkinkan aliran udara masuk saat
PEMBAHASAN inspirasi.
1. Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin b. Umur
Hasil penelitian yang dilakukan di salah Berdasarkan penelitian yang telah
satu RSUD Provinsi Riau dari 17 responden dilakukan di salah satu RSUD Provinsi Riau
didapatkan 9 responden berjenis kelamin terhadap 17 responden didapatkan mayoritas
perempuan (52,9%). Hal ini sesuai dengan lansia awal > 45 tahun dengan 13 responden
penelitian Karmiza, Muharriza dan Huriani (76,5 %), hal ini sesuai dengan penelitian
(2014) tentang “Posisi Lateral Kiri Elevasi Safitri dan Andriyani (2011) tentang
Kepala 30 Derajat Terhadap Nilai Tekanan “Keefektifan Pemberian Posisi Semi Fowler
Parsial Oksigen (Po2) Pada Pasien Dengan Terhadap Penurunan Sesak Napas Pada Pasien
Ventilasi Mekanik” bahwa karekteristik Asma” dimana rentang umur 41-50 tahun
responden terbanyak pada jenis kelamin sebanyak 11 responden (33%). Penelitian
perempuan (53,3%) yaitu sebanyak 8 lainnya yang dilakukan oleh Boki, Rondonuwu
responden dari 15 responden. Penelitian dan Onibala (2013) tentang “Pengaruh
lainnya dilakukan oleh Safitri dan Andriyani Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap
(2011) tentang “Keefektifan Pemberian Posisi Kestabilan Pola Napas pada Pasien TB Paru”
Semi Fowler Terhadap Penurunan Sesak didapatkan karekteristik umur pada rentang >
Napas Pada Pasien Asma” dimana 18 50 tahun sebanyak 17 responden (42,5%).
responden berjenis kelamin perempuan (55%) Mengapa umur usia awal lebih banyak
dari 33 responden. Mengapa jenis kelamin mengalami gangguan pernafasan?
perempuan banyak mengalami gangguan Bertambahnya umur seseorang akan
pernafasan? mengakibatkan perlambatan frekuensi
Meskipun frekuensi pernafasan laki-laki pernafasan. Hal ini di sebabkan pada usia
relatif lebih cepat di banding perempuan lanjut energi yang dibutuhkan lebih sedikit
dikarenakan laki-laki lebih banyak beraktifitas pada saat masa pertumbuhan. Sehingga pada
di bandingkan perempuan. Tapi tidak menutup usia lanjut oksigen yang dibutuhkan relatif
kemungkinan perempuan lebih berpengaruh sedikit.
dari laki-laki yang disebabkan paru-paru
perempuan lebih kecil dan regenerafit tubuh c. Pendidikan
yang menurun sesuai dengan usia. Selain itu Berdasarkan penelitian yang dilakukan
perempuan lebih sering menggunakan otot di salah satu RSUD Provinsi Riau terdapat
antar tulang rusuk yang terlibat dalam pendidikan terakhir responden pada SD
pernafasan pasif, sehingga mereka tampak sebanyak 9 responden (52,9%). Hal ini sesuai
bernafas lebih banyak dengan torak. Laki-laki dengan dengan penelitian yang dilakukan
lebih sering banyak menggunakan diafragma Boki, Rondonuwu dan Onibala (2013) tentang

297
“Pengaruh Pemberian Posisi Semi Fowler pengaruh pemberian posisi semi fowler
Terhadap Kestabilan Pola Napas pada Pasien terhadap kestabilan pola napas sebelum dan
TB Paru” terdapat pendidikan terakhir sesudah diberikan posisi semi fowler dengan
responden pada tamatan SD dengan 11 hilai p =0,000.
responden (27,5%) dan Belum Tamat SD Keteraturan ekspirasi dan inspirasi yang
dengan 6 responden (15,0%). Mengapa orang normalnya memiliki interval yang sama. Jika
yang berpendidikan SD mengalami gangguan pada seseorang ditemukan irama pernafasan
pernafasan? yang tidak teratur maka dapat disimpulkan jika
Sebagai makhluk hidup kita memerlukan orang tersebut memberitahukan jika terdapat
udara bersih untuk bernafas. Jika kita permasalahan di pusat respirasi di medulla
mengalami sakit gangguan organ pernafasan oblongatanya menurun. Hal ini dapat
disebabkan oleh bakteri dan virus, maka bisa disebabkan oleh penyakit pada otak, penyakit
disebabkan lingkungan dan kegiatan sehari- pada meningen, kehilangan kesadaran,
hari. Pada mereka yang bekerja sebagai buruh penyakit pada jantung dan koma.
bangunan yang sehari-harinya harus bekerja
dengan debu yang bertebaran dan lingkungan b. Frekuensi Pernafasan Posisi Low
yang kurang sehat maka akan menimbulkan Fowler, Posisi Semi Fowler Dan Posisi
penyakit. Untuk mengurangi dampak dari Standar Fowler.
lingkungan yang kurang sehat maka di Berdasarkan penelitian yang dilakukan
butuhkan pendidikan yang tinggi untuk di salah satu RSUD Provinsi Riau didapatkan
meningkatkan pengetahuan. frekuensi pernafasan takipnea> 20 x/i dengan
10 responden di posisi low fowler,
d. Lama Rawatan 10responden posisi semi fowler dan 9
Berdasarkan penelitian yang dilakukan responden diposisi standar fowler. Hal ini
di salah satu RSUD Provinsi Riau terdapat sesuai dengan penelitian yang dilakukan
lama rawatan responden lebih dari seminggu Melanie (2011) tentang “ Analisis Pengaruh
sebanyak 15 responden (88,2%). Mengapa Sudut Tidur Terhadap Kualitas Tidur dan
orang yang mengalami gangguan pernafasan Tanda Vital Pasien Gagal Jantung Di Ruang
lama di rawat? Rawatan Intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin
Untuk menegakkan diagnosa selain Bandung” dengan p valeu 0,919 > α (0,05)
wawancara riwayat penyakit, dokter akan dimana mean frekuensi pernafasan berada di
melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang, 21,2 x/i.
misalnya tes darah, tes dahak dan rontgen. Faktor yang meningkatkan frekuensi
Penanganan akan disesuaikan dengan jenis pernafasan antar lain olahraga, stres,
penyakit dan penyebab penyakit. peningkatan suhu lingkungan dan penurunan
konsentrasi oksigen yang tinggi. Faktor
2. Observasi Posisi Low Fowler, Posisi penurun frekuensi pernafasan antara lain
Semi Fowler Dan Posisi Standar Fowler penurunan suhu lingkungan, obat- obatan
a. Irama Pernafasan Posisi Low Fowler, tertentu (narkotika) dan tekanan intrakranial.
Posisi Semi Fowler Dan Posisi Standar Posisi tubuh yang mempengaruhi jumlah udara
Fowler. yang dapat dihirup. Pada posisi telentang,
Berdasarkan penelitian yang dilakukan individu mengalami dua proses fisiologi yang
di salah satu RSUD Provinsi Riau terdapat dapat menekan pernafasan yaitu peningkatan
irama pernafasan mayoritas reguler pada volume darah dalam rongga toraks dan
posisi low folwer 14 responden, posisi semi kompresi dada. Akibatnya, proses pertukaran
fowler 15 responden dan posisi standar fowler udara pada seseorang yang berbaring telentang
15 responden.Hal ini sesuai dengan penelitian tidak berlangsung secara maksimal sehingga
Boki, Rolly dan Onibala (2013) tentang mengakibatkan stais cairan dan infeksi pada
“Pengaruh Pemberian Posisi Semi Fowler klien.
Terhadap Kestabilan Pola Napas Pada Pasien Pada posisi low fowler, posisi semi
TB Paru Di Irina C5 RSUP Prof Dr. R. D. fowler dan posisi standar fowler menunjukkan
Kandou Manado” menjelaskan adanya peningkatan posisi badan condong kedepan

298
dapat meningkatkan fungsi ventilasi paru. meliputi otot sternokleidomestoid dan otot
Peningkatan ventilasi paru ini disebabkan oleh antar rusuk. Jalan nafas yang parah akan
posisi badan yang condong kedepan atau kesulitan berjalan dan akan berpegangan pada
keatas mengakibatkan organ abdominal tidak sesuatu untuk menahan toraks dan
menekan diafrgama sesuai dengan tingkat meningkatkan fungsi mekanisme diafragma
kenaikan posisi fowler. dan dinding dada. Pengembangan dada pada
c. Saturasi Posisi Low Fowler, Posisi Semi orang normal berkisar dari 2-5 cm. Sebagian
Fowler Dan Posisi Standar Fowler. besar pengembangan dinding dada terjadi di
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dada depan bawah. Pengembangan dada
di salah satu RSUD Provinsi Riau didapatkan hiperinflansi menunjukkan bahwa paru-paru
saturasi responden normal > 95% dengan 11 lebih lebar daripada seharusnya dalam keadaan
responden pada posisi low fowler, 14 statis, sedangkan pengembangan berarti
responden pada posisi semi fowler dan 13 perbedaan volume paru-paru saat seseorang
responden posisi standar fowler. Penelitian ini menarik nafas dan menghembuskannya.
bertentangan dengan penelitian Meilirianta,
Tohri dan Suhendra (2010) tantang “Posisi 3. Perubahan Posisi Low Fowler,
Semi-Fowler Dan Posisi High Fowler Posisisemi Fowler Dan Posisi Standar
Terhadap Perubahan Saturasi Oksigen Pada Fowler.
Pasien Asma Bronkial Di Ruang Rawat Inap a. Perbedaan Irama Pernapasan Terhadap
D3 Dan E3 Rumah Sakit Umum Daerah Perubahan Posisi Low Fowler, Posisi
Cibabat Cimahi” yang menjelaskan saat pasien Semi Fowler Dan Posisi Standar Fowler.
dalam keadaan posisi semi fowler menurunkan Pada penelitian ini didapatkan mayoritas
konsumsi O2 dalam denganp value < α (0,05). irama pernafasan reguler pada posisi low
Saturasi diukur menggunakan oxsimetry, fowler sebanyak 14 responden, posisi semi
oxymetry sistem sensor yang telah diatur fowler sebanyak -15 dan posisi standar fowler
sebelumnya akan mengirinkan sinyal saat nilai sebanyak 15. Maka dapat dia ambil
SaO2 rendah dan tinggi dan saat frekuensi nadi kesimpulan bahwa tidak terdapat perubahan
cepat dan lambat. Alarm untuk frekuensi nada irama pernapasan reguler sesuai dengan
yang cepat dan lambat biasanya diatur pada kenaikan posisi dengan p valeu 0,368 > α
140 dan 50 kali permenit pada orang dewasa. (0,05).
Pada perubahan rata-rata irama
d. Jenis Pernafasan Dan Pengembangan pernafasan ireguler pada posisi low fowler ke
Pernafasan Posisi Low Fowler, Posisi posisi semi fowler sebanyak 1 dan perubahan
Semi Fowler Dan Posisi Standar Fowler. rata-rata irama pernafasan ireguler pada
Berdasarkan penelitian yang dilakukan posisi semi fowler ke posisi standar fowler
di salah satu RSUD Provinsi Riau didapatkan sebanyak 0. Maka dapat dia ambil kesimpulan
asessoris pernafasan perut 11 responden pada bahwa terdapat perubahan irama pernapasan
posisilow fowler, 13 responden pada reguler sesuai dengan kenaikan posisi dengan
posisisemi fowler dan 13 responden pada p valeu 0,368 > α (0,05).
posisi standar fowler. Serta mean Pernapasan terjadi di bawah sadar
pengembangan pernafasan pasien pada posisi manusia, dimana irama pernapasan akan
low fowler 72,12, pada posisi semi fowler mengontrol laju dan pola pernapasan secara
74,00 dan posisi standar powler 72,35. Pada teratur. Pola napas yang irreguler dapat di
penelitian Sukartini, Sriyonodan Widia (2008) sebabkan oleh kerusakan otak, obat-obatan dan
tentang “Active Cycle of Breathing terutama oleh perubahan irama pernapasan
Menurunkan Keluhan Sesak Nafas Penderita secara tidak sadar. Dengan demikian, catatan
Tuberkulosis” didapatkan perbedaaan hasil irama pernapasan dapat memberikan informasi
setelah di berikan latihan nafas Active Cycle of mengenai status neurologis (Francis, 2011).
Breathing dari 3,00 menjadi 2,14 dengan p Pentingnya untuk mengobservasi pasien secara
valeu 0,317. teratur dan mencatat irama pernapasan yang
Sesorang yang sulit bernafas akan ireguler. Untuk mencegah terjadinya irama
menggnakan otot asessoris untuk bernafas, pernapasan yang ireguler dapat dilakukan

299
dengan mengobservasi dan mencatat dengan Pengaruh Sudut Tidur Terhadap Kualitas
melakukan kegiatan seperti memeriksa Tidur dan Tanda Vital Pasien Gagal Jantung
tekanan darah, nadi, membersihkan tempat Di Ruang Rawatan Intensif RSUP Dr. Hasan
tidur dan sebagainya, sebagai pantauan tindak Sadikin Bandung” dengan p valeu 0,919 > α
lanjut. (0,05) dimana mean frekuensi pernafasan
Perubahan posisi yang dilakukan untuk berada di 21,2 x/i.
mencegah terjadinya irama pernafasan reguler Frekuensi pernapasan dapat di
dan menyamankan pasien ketika bernafas, perhatikan ketika saat inspirasi dan ekspirasi
maka diberikan posisi low fowler, posisi semi penuh. Frekuensi pernafasan bervariasi sesuai
fowler dan posisi standar fowler. Posisi low dengan usia dan kisaran frekuensi normal akan
fowler, posisi semi fowler dan posisi standar menurun sesuai pada massa hidup (Potter &
fowler bertujuan untuk mempertahankan laju Perry, 2009). Faktor-faktor yang
pernafsan. Hal ini sesuai dengan penelitian mempengaruhi frekuensi pernapasan yaitu
Boki, Rolly dan Onibala (2013) tentang fisik, psikologis, sosiokultural dan lingkungan.
“Pengaruh Pemberian Posisi Semi Fowler Fisik menentukan adanya perubahan pada
Terhadap Kestabilan Pola Napas Pada Pasien bentuk dada, penyakit pernafasan yang sudah
TB Paru Di Irina C5 RSUP Prof Dr. R. D. menahun serta gangguan pada fungsi dan
Kandou Manado” menjelaskan adanya struktur penafasan.
pengaruh pemberian posisi semi fowler Pada penelitian Boki, Rolly dan Onibala
terhadap kestabilan pola napas sebelum dan (2013) tentang “Pengaruh Pemberian Posisi
sesudah diberikan posisi semi fowler dengan Semi Fowler Terhadap Pola Nafas Pada Pasien
hilai p =0,000, maka Ho di tolak dan Ha di TB Paru Di Irna C5 RSUP Dr. R. D. Kandou
terima dengan uji statistik Wilcoxon Signed Manado yang menjelaskan frekuensi sebelum
Test. dan sesusah di berikan posisi semi fowler
didapatkan normal sebanyak 36 (90%) dengan
b. Perbedaan Rata-Rata Frekuensi p valeu > α (0,05). Gangg uan frekuensi
Pernapasan Terhadap Perubahan Posisi pernafasan di akibatkan adanya penumpukan
Low Fowler, Posisi Semi Fowler Dan sekret dan hambatan dalam aliran udara ke
Standar Fowler. paru-paru yang cendrung mengakibatkan
Pada penelitian ini didapatkan nilai pasien mengalami sesak nafas. Sesak nafas
perbedaan mayoritas frekuensi pernafasan dapat di atasi dengan pemberian posisi yang
takipnea pada posisi low fowler sebanyak 10 tepat. Pada penelitian yang Aini, Sitorus &
responden, posisi semi fowler sebanyak 10 Budiharto (2008) tentang “Pengaruh
responden dan posisi standar fowler sebanyak Breathing Reatraining Terhadap Peningkatan
9 responden. Maka dapat diambil kesimpulan Fungsi Ventilasi Paru Pada Asuhan
bahwa tidak terdapat perubahan frekuensi Keperawatan PPOK” menunjukkan bahwa
pernapasan pada posisi low fowler ke posisi terdapat pengaruh pemberian latihan
semi fowler dan posisi semi fowler ke posisi pernafasan terhadap posisi semi fowler dengan
standar fowler dengan p valeu 0,368 > α p valeu 0,12 > α (0,05). Yang mana
(0,05). membuktikan jika ada pengaruh pemberian
Pada perubahan rata-rata frekuensi posisi yang tepat dapat mengurangi sesak
nafas.
pernafasan takipnea pada posisi low fowler
ke posisi semi fowler sebanyak 0 dan
c. Perubahan Saturasi Terhadap
perubahan frekuensi pernafasan takipnea
Perubahan Posisi Low Fowler, Posisi
pada posisi semi fowler ke posisi standar
Semi Fowler Dan Standar Fowler.
fowler sebanyak 1. Maka dapat diambil
Pada penelitian ini didapatkan nilai
kesimpulan bahwa terdapat perubahan
saturasi normal > 95% pada posisi low fowler
frekuensi pernafasan pada posisi low fowler ke
sebanyak 11 responden, posisi semi fowler
posisi semi fowler dan posisi semi fowler ke
sebanyak 14 responden dan posisi standar
posisi standar fowler dengan p valeu 0,368 > α
fowler sebanyak 13 responden. Maka dapat
(0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian yang
diambil kesimpulan bahwa terdapat perubahan
dilakukan Melanie (2011) tentang “ Analisis
saturasi normal > 95% pada posisi low fowler

300
ke posisi semifowler dan posisi semi fowler ke bahwa terdapat perbedaan rata-rata saturasi
posisi standar fowler dengan p valeu 0,311 > α oksigen yang signifikan antara nilai rata-rata
(0,05), maka dapat diambil kesimpulan tidak saturasi oksigen sebelum dan sesudah.
ada pengaruh posisi low fowler, posisi semi Hasil penelitian tersebut lebih diperkuat
fowler dan posisi standar fowler. lagi oleh Safitri dan Andriyani tentang
Pada penelitian ini didapatkan nilai “Keefektifan Pemberian Posisi Semi-Fowler
saturasi tidak normal < 95% pada posisi low Terhadap Penurunan Sesak Napas Pada Pasien
fowler ke posisi semi fowler sebnyak 3 dan Asma Di Ruang Rawat Inap Kelas 3 RSUD
perubahan mean posisi semi fowler ke posisi Dr. Meowardi Surakarta” dengan hasil pada
standar fowler sebanyak -1. Maka dapat saat di berikan posisi semi fowler akan
diambil kesimpulan bahwa terdapat perubahan mengurangi sesak napas.
frekuensi pernapasan pada posisi low fowler ke
posisi semifowler dan posisi semi fowler ke d. Perbedaan Rata-Rata Jenis Pernapasan
posisi standar fowler dengan p valeu 0,311 > α Dan Pengembangan Pernafasan
(0,05), maka dapat diambil kesimpulan tidak Terhadap Perubahan Posisi Low Fowler,
ada pengaruh posisi low fowler, posisi semi Posisi Semi Fowler Dan Posisi Standar
fowler dan posisi standar fowler. Fowler.
Darah dalam kapiler paru-paru Pada penelitian ini didapatkan hasil
menyediakan sel darah merah untuk oksigen. perubahan jenis pernafasan perut pada posisi
Setelah darah memindah oksigen ke alveoli low fowler sebanyak 11 responden, posisi semi
kedalam darah paru-paru, sebagian besar fowler sebanyak 13 dan posisi standar fowler
oksigen melekat ke molekul hemoglobin dan sebanyak 13 responden. Maka dapat
sel darah merah. Persentase hemoglobin yang disimpulkan terdapat perubahan asessoris
berikatan dengan oksigen pada arteri disebut pernafsan dengan p valeu 0,0135.
persen saturasi hemoglobin yang berkisaran Otot-otot pernapasan dapat
antara 95-100% (Potter & Perry, 2009). meningkatkan volume paru selama inspirasi.
Faktor yang mempengaruhi nilai saturasi Pada saat insprasi dan ekspirasi dapat di
oksigen sendiri dipengaruhi hemoglobin, pengaruhi kemampuan dada untuk
sirkulasi dan aktivitas. Apabila hemoglobin mengembangkan sesuai dengan otot yang
sangat jenuh oksigen, SaO2 akan terbaca digunakan. Penggunaan otot-otot pernafasan
normal sekalipun kadar hemoglobin total dalam waktu lama tidak akan meningkatkan
rendah. Dengan demikian, klien bisa terkena ventilasi yang efektif dan justru dapat
anemia berat dan tidak memiliki suplai menyebabkan kelelahan (Potter & Perry,
oksigen yang adekuat menuju jaringan, namun 2009). Pada penelitian ini didapatkan hasil
saturasi menunjukkan nilai normal. Selain itu mean pengembangan pernafasan posisi low
juga saturasi juga bisa di pengaruhi karena fowler sebanyak 72,12, posisi semi folwer
berkurangnya suplai oksigen ke jaringan yang sebanyak 74,00 dan posisi standar fowler
menyebabkan sirkulasi yang buruk. Serta sebanyak 72,35 sampai p valeu 0,373.
aktivitas yang menggigil atau gerakan yang Pada saat inspirasi, pusat pernafasan
berlebihan akan mempengaruhi pada daerah mengirim implus sepanjang saraf frenikus
sensor untuk pembacaan yang akurat (Kozier, sehingga diafragma berkontraksi. Ketika organ
2010). abdomen bergerak kebawah dan kedepan,
Penelitian ini bertentangan dengan sehingga panjang rongga dada bertambah
penelitian Meilirianta, Tohri dan Suhendra untuk memasukkan udara ke dalam paru-paru.
(2010) tantang “Posisi Semi-Fowler Dan Diafragma bergerak sekitar 1 cm dan iga
Posisi High Fowler Terhadap Perubahan tertarik ke atas dari garis tengah tubuh sekitar
Saturasi Oksigen Pada Pasien Asma Bronkial 1,2-2,5 cm dengan inhalasi sebanyak 500 cc
Di Ruang Rawat Inap D3 Dan E3 Rumah Sakit udara (Potter & Perry, 2009).
Umum Daerah Cibabat Cimahi” yang Pengembangan pernafasan yaitu
menjelaskan saat pasien dalam keadaan posisi kemampuan paru untuk menggelembungkan
semi fowler menurunkan konsumsi O2 dalam atau meluas sebagai respon untuk meningkat
dengan p value < α (0,05) diperoleh hasil tekanan intraalveolar. Pengambangan dapat

301
pengaruh jika terjadi penyakit edema paru, Intensitas pendidikan diharapkan dapat
fibrosisi pleura dan jaringan interstistial, serta meningkatkan perkembangan ilmu
kelainan kongenital. Penurunan pengetahuan dan menjadikan penelitian
pengembangan paru, peningkatkan ketahanan ini sebagai evidence based practice dalam
saluran pernapasan dan ekspirasi aktif dengan pola nafas terhadap posisi.
menggunakan otot-otot pernapasan tambahan 3. Bagi penelitian selanjutnya
meningkatkan kerja pernapasan, menyebabkan Penelitian selanjutnya dapat melakukan
peningkatan laju metabolisme dan kebutuhan penelitian mengenai pengaruh perubahan
oksigen (Potter & Perry, 2009). posisi terhadap pola nafas dengan posisi
Pada penelitian Sukartini, Sriyonodan high fowler, supaya peneliti mengetahui
Widia (2008) tentang “Active Cycle of pengaruhnya terhadap pola nafas dan
Breathing Menurunkan Keluhan Sesak Nafas apakah ada hubungan kegemukan dengan
Penderita Tuberkulosis” didapatkan sesak nafas.
perbedaaan hasil setelah di berikan latihan
nafas Active Cycle of Breathing dari 3,00
menjadi 2,14 dengan p valeu 0,317. Dimana UCAPAN TERIMAKASIH
ventilasi diatur oleh kadar CO2, O2 dan Terima kasih peneliti ucapkan atas bantuan
konsentrasi ion hidrogen (pH) dalam arteri. dan bimbingan dari berbagai pihak dalam
Faktor yang paling penting dalam penyelesaian penelitian ini.
pengontrolan ventilasi adalah kadar CO2 serta 1
Rizky Annisa: Mahasiswa Fakultas
peningkatan PaCO2 mengakibatkan sistem
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia
kontrol pernafasan di otak meningkatakan 2
Ns. Wasisto utomo, S.Kep.,Sp. KMB:
frekuensi dan kedalaman pernafasan.
Dosen Departemen Keperawatan Medikal
SIMPULAN Bedah Fakultas Keperawatan Universitas
3
Penelitian yang dilakukan pada 17 Ns. Sri Utami, S.Kep., M.Biomed: Riau,
responden dengan one group menunjukkan Indonesia Dosen Departemen Keperawatan
bahwa jenis kelamin responden terbanyak Maternitas Fakultas Keperawatan
pada permpuan dengan 9 responden (52,9%), Universitas Riau, Indonesia
umur terbanyak pada lansia > 45 tahun
sebanyak 13 respoonden (76,5%), pendidikan
responden terbanyak SD sebanyak 9
responden (52,9%) dan lama rawatan lebih DAFTAR PUSTAKA
dari seminggu 25 responden (88,2%). Aini, F., Sitorus, R., & Budiharto (2008).
Perubahan pola nafas pada pada posisi low Pengaruh Breathing Retraining
fowler, posisi semi fowler dan posisi Terhadap Peningkatan Ventilasi Paru
standarfowler dimana hasil uji cochron dan uji Pada Asuhan Keperawatan Pasien
repeated anova menunjukkan signifikansi PPOK.Jurnal Keperawatan Indonesia,
dengan p valeu > α (0,005). Hasil penelitian Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal 29-
ini dapat disimpulkan bahwa tindakan posisi 33
low fowler, posisi semi fowler dan posisi Boki, A., M., Rondonuwu, R., & Onibala, F.
standar fowler tidak berpengaruh terhadap (2013). Pengaruh Pemberian Posisi
pola nafas. Semi Fowler Terhadap Kestabilan Pola
Nafas Pada Pasien TB Paru Di Irna C5
SARAN RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
1. Bagi perkembangan ilmu keperawatan Program studi ilmu keperawatan fakultas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat kedokteran universitas sam ratulangi.
memberikan konstribusi bagi Volume 3. No 1 Febuary 2013.
perkembangan khususnya mengenai Corwin, Elizabeth J.(2009). Buku Saku
perubahan posisi terhadap pola napas pada Patofisiologi. Jakarta: Aditya Media
pasien gangguan pernafasan. Dean, E. (2014). Effect of Body Position on
2. Bagi instansi pendidikan Pulmonary Function. Journal
ofAmerican Physical Therapy: Diakses

302
pada 28 Oktober 2017 NANDA International. (2012). Nursing
pada: http://ptjournal.apta.org/ diagnoses: definitions and classifications
Francis, C. (2011). Perawatan respirasi 2013-2014. USA: Wiley-Blackwell
(respiratory care). Blackwell Publishing Potter, P, A.& Perry, A.G. (2010).
Ltd 2006. Fundamental keperawatan. Ed. 7 Jakarta:
Karmila, Muharriza  Huriani, E. (2014). Salemba Medik
Poisis Lateral Kiri Elevasi Kepala 30 Potter, P, A.& Perry, A.G. (2009).
Derajat Terhadap Nilai Tekanan Parsial Fundamental keperawatan. Ed. 7 Jakarta:
Oksigen (PO2) Pada Pasien Dengan Salemba Medika
Ventilasi Mekanik. Fakultas Price, S. A & Wilson, L. M. (2006). Konsep
Keperawatan Universitas Andalas. Vol. Klinik Proses-Proses PenyakitEdisi.6
9 No. 1 April 2014. vol. 1. Jakarta : EGC
Kozier, B., Erb, G., Berman, Audrey., Riskesdas (2013). Badan Penelitian dan
Snyder, S. J. (2011) Buku ajar Pengembangan kesehatan kementrian
fundamental keperawatan, konsep, kesehatan Republik Indonesia.
proses dan praktik. Ed. 7.Vol. 1. Jakarta: Safitri, R. & Andriyani, A. (2011). Keefektifan
EGC. Pemberian Posisi Semi Fowler Terhdap
Moaty, A. M. A,Mokadem, N. M dan Elhy, A. Penurunan Sesak Nafas Pada Pasien
H.A. (2017). Effect of Semifowler’s Asma Di Ruang Rawat Inap Kelas III
Positions on Oxygenation and RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Prodi
Hemodynamic Status among Critically S1 keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
III Patients With Traumatic Brain Injur. Kesehatan Aisyiyah Surakarta. Vol. 8,
International Journal of Novel Research No. 2 Agustus 2011.
in Healthcare and Nursing. Vol 4, Issu 2 Sukartini, T., Sriyono & Widia, I, S. (2008).
diakses melalui Active Cycle Breathing Menurunkan
www.noveltyjournals.com Keluhan Sesak Nafas Penderita
Majompoh, A.B. Rondonuwu, R. Onibala, F. Tuberkulosisi Paru. Fakultas
(2013).Pengaruh Pemberian Posisi Semi Keperawatan Universitas Airlangga
Fowler terhadap Kestabilan Napas Kanpus C Mulyorejo Surabaya Jurnal
Pasien TB Paru di Irina C5 RSUP Dr. R. Ners Vol.3 No.1April 2008 : 21-25
D. Kandou Manado. Ejounal WHO, (2017). Monitoring Health For The
Keperawatan. Vol. 3 Sdgs, Sustainable Development Goals.
Meilirianta, Tohri. T & Suhendra (2010). ISBN 978-92-4-156548-6
Posisi Semi-Fowler Dan Posisi High Wilkinson, J.M dan Ahern, N.R.
Fowler Terhadap Perubahan Saturasi (2005).Diagnosis Keperawatan:
Oksigen Pada Pasien Asma Bronkial Di Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, dan
Ruang Rawat Inap D3 Dan E3 Rumah Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi.

303

Anda mungkin juga menyukai