Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS) merupakan suatu infeksi kulit


yang disebabkan oleh oleh Staphylococcus aureus tipe tertentu dengan gambaran
khas pada kulit berupa epidermolysis.1 SSSS pertama kali dilaporkan sebagai
penyakit Ritter pada tahun 1956 oleh penemunya yakni Ritter von Rittershain;
sinonimnya dermatitis eksfoliativa neonatorum. Kemudian pada tahun yang sama
juga Lyell memasukan kondisi tesebut dalam Nekrolisis Epidermal Toksik
(NET/TEN). Barulah pada tahun 1970, berkat model penelitian yang dilakukan
oleh Milish dan Glasgow terhadap tikus, berbagai penyelidikan klinis dan
histopatogi terhadap penyakit ini menjadi jelas dan berbeda dengan kondisi NET.2

Bayi baru lahir memiliki risiko yang tinggi mengalami SSSS, karena bakteri akan
mulai tumbuh dan berkoloni pada 6 hari setelah kelahiran.3 Laki-laki diketahui
lebih banyak menderita keadaan ini dibandingkan perempuan dengan rasio 2:1.2,4
Sebuah penelitian menunjukan bahwa sekitar 80% kasus SSSS terjadi pada
neonatus, yang dilahirkan di rumah sakit, terutama bila perawatan antiseptic
terhadap tali pusat tidak dilakukan.3

Pasien SSSS memiliki gejala klinis berupa demam tinggi yang dapat disertai
infeksi saluran nafas bagian atas. Perkembangan lesi dapat berupa eritema
generalisata yang timbul mendadak. Perkembangan lesi diawali biasanya pada
wajah, axilla, selangkang dan leher. Kemudian akan terbentuk bula dan dalam dua
sampai 3 hari akan mengalami ekfoliasi. Dengan perawatan tepat, penyembuhan
kulit akan terjadi dalam beberapa hari tanpa pembentukan sikatriks.1,2

Dasar diagnosis pada kondisi SSSS biasanya dapat berpatokan pada gambaran
klinis lesi dan pemeriksaan penunjang lainnya. Aspirasi cairan dalam
blister/bullae dapat digunakan untuk mengkonfirmasi SSSS melalui pemeriksaan
pewarnaan gram maupun kultur bakteri untuk membuktikan penyebab
Staphylococcus aureus.5

Anda mungkin juga menyukai