Definisi Banjir Menurut para Ahli PDF
Definisi Banjir Menurut para Ahli PDF
Definisi Banjir
Banjir dalam pengertian umum adalah debit aliran air sungai dalam jumlah
yang tinggi, atau debit aliran air di sungai secara relatif lebih besar dari kondisi
normal akibat hujan yang turun di hulu atau di suatu tempat tertentu terjadi secara
terus menerus, sehingga air tersebut tidak dapat ditampung oleh alur sungai yang
(Peraturan Dirjen RLPS No.04 thn 2009). Banjir merupakan peristiwa dimana
daratan yang biasanya kering (bukan daerah rawa) menjadi tergenang oleh air, hal
ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan kondisi topografi wilayah berupa
dataran rendah hingga cekung. Selain itu, terjadinya banjir juga dapat disebabkan
oleh limpasan air permukaan (runoff) yang meluap dan volumenya melebihi
tanah, sehingga menyebabkan tanah tidak mampu lagi menyerap air. Banjir dapat
terjadi akibat naiknya permukaan air lantaran curah hujan yang diatas normal,
meluapnya air sungai, melainkan oleh kelebihan curah hujan dan fluktuasi muka
air laut khususnya dataran aluvial pantai, unit-unit geomorfologi seperti daerah
rawa, rawa belakang, dataran banjir, pertemuan sungai dengan dataran aluvial
lima faktor penting penyebab banjir di Indonesia yaitu faktor hujan, faktor
pembangunan alur sungai, faktor pendangkalan sungai dan faktor kesalahan tata
aspek yang terkait dengan kemungkinan terjadinya banjir pada suatu wilayah
diantaranya adalah litologi (tipe dan tekstur batuan), penggunaan lahan, intensitas
hujan, kemiringan lereng, karakteristik aliran (orde aliran), dan deformasi lahan
Jenis-jenis Banjir
pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir dan kedua peristiwa banjir terjadi
karena limpasan air banjir dari sungai karena debit banjir tidak mampu dialirkan
oleh alur sungai atau debit banjir lebih besar dari kapasitas pengaliran sungai yang
ada (Kodoatie dan Sugiyanto, 2002). Kelebihan air yang menggenangi suatu
daerah yang biasanya kering terjadi sebagai akibat kapasitas sungai tidak mampu
menampung air yang mengalir di atasnya atau berlebihnya air hujan lokal.
Kelebihan air hujan lokal yang menyebabkan banjir dapat disebabkan oleh dua
hal, yaitu telah jenuhnya tanah di tempat tersebut dan masih tingginya ketinggian
muka air di dalam alur sungai. Kejenuhan tanah yang tinggi akan menyebabkan
(surface runoff) menjadi tinggi. Tingginya aliran permukaan sebagai akibat hujan
berlebih tersebut dapat ditampung oleh badan sungai. Akibat air berlebih (banjir)
terbentuknya bentukan banjir dan dalam skala yang lebih luas lagi masuk dalam
Ligal (2008), menyebutkan bahwa banjir terdiri dari tiga jenis, yaitu :
1. Banjir kilat
hanya dalam waktu kurang dari 5 jam sesudah hujan lebat mulai turun. Umumnya
banjir dadakan akibat meluapnya air hujan yang sangat deras, khususnya bila
tanah bantaran sungai rapuh dan tak mampu menahan cukup banyak air. Penyebab
meningkat, perubahan suhu menyebabkan berubahnya elevasi air laut dan atau
lahan. Kerawanan terhadap banjir dadakan akan meningkat bila wilayah itu
merupakan lereng curam, sungai dangkal dan pertambahan volume air jauh lebih
Luapan sungai berbeda dari banjir dadakan karena banjir ini terjadi setelah
proses yang cukup lama, meskipun proses itu bisa jadi lolos dari pengamatan
sehingga datangnya banjir terasa mendadak dan mengejutkan. Selain itu banjir
luapan sungai kebanyakan bersifat musiman atau tahunan dan bisa berlangsung
kelebihan air ataupun perubahan suhu/musim, atau terkadang akibat kedua hal itu
sehingga banjir yang meluap dari sungai-sungai selain induk sungai biasa disebut
keadaan permukaan tanah yang tertutup rapat oleh bangunan batu bata, blok-blok
3. Banjir pantai
Banjir yang membawa bencana dari luapan air hujan sering makin parah
akibat badai yang dipicu oleh angin kencang sepanjang pantai. Air payau
membanjiri daratan akibat satu atau perpaduan dampak gelombang pasang, badai,
atau tsunami (gelombang pasang). Sama seperti banjir luapan sungai, hujan lebat
yang jatuh di kawasan geografis luas akan menghasilkan banjir besar di lembah-
dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu banjir alami dan banjir oleh
tindakan manusia. Banjir akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi,
erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase dan pengaruh air
(vegetasi alami), dan perencanaan sistim pengendali banjir yang tidak tepat.
a. Curah hujan
tahun, yakni musim penghujan dan musim kemarau. Pada musim hujan,
curah hujan yang tinggi berakibat banjir di sungai dan bila melebihi tebing
b. Pengaruh fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan
material dasar sungai), lokasi sungai dan lain-lain merupakan hal-hal yang
d. Kapasitas sungai
pengendapan berasal dari erosi DPS dan erosi tanggul sungai yang
dari fenomena ini menyebabkan meluapnya air dari alur sungai keluar dan
menyebabkan banjir.
Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir
bersamaan denganair pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir
dapat meninggikan muka air banjir disebabkan karena aliran air terhalang.
yang tinggi.
sungai yang tinggi. Limpasan pada tanggul ketika terjadi banjir yang
kenampakan seperti teras sungai, tanggul alam, dataran banjir, rawa belakang,
kipas aluvial, dan delta yang merupakan bentukan banjir yang berulang-ulang
a. Daerah Pantai
Daerah pantai merupakan daerah yang rawan banjir karena daerah tersebut
merupakan dataran rendah yang elevasi permukaan tanahnya lebih rendah atau
sama dengan elevasi air laut pasang rata-rata (mean sea level) dan tempat
muara.
yang muka tanahnya sangat landai dan relatif datar, sehingga aliran air menuju
sungai sangat lambat yang mengakibatkan daerah tersebut rawan terhadap banjir
baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan local. Kawasan ini umumnya
terbentuk dari endapan lumpur yang sangat subur sehingga merupakan daerah
oleh manusia sebagai tempat hunian dan kegiatan usaha sehingga apabila terjadi
banjir akan menimbulkan dampak bencana yang membahayakan jiwa dan harta
benda.
d. Daerah Cekungan
terkendali dan sistem drainase yang kurang memadai, dapat menjadi daerah rawan
banjir.
1. Bentuk Lahan
Lahan yaitu sebuah daerah dipermukaan bumi dengan sifat yang sangat
bervariasi dalam berbagai faktor keadaan topografi, sifat atmosfer, tanah, geologi,
luar permukaan bumi yang dapat dilihat dengan mata termasuk ciri-cirinya dan
dapat dibedakan satu sama lainnya. Bentuk lahan (landform) adalah kenampakan
(gunung api). Unit lahan (land unit) adalah suatu lahan yang mempunyai kondisi
semacam yaitu memilki kesamaan dengan iklim, relief, erosi, pola drainase, tanah,
(land cover) yaitu vegetasi dan konstruksi artifisial yang menutup permukaan
danau dan vegetasi. Penggunaan lahan (land use) adalah semua jenis kegiatan
yang menggunakan lahan untuk semua aktivitas baik itu berkebun, bertani,
kemiringan lereng, kondisi drainase dan secara umum dapat juga mengenai
kondisi tanah yang ada. Letak dan lokasi bentuk lahan tersebut dapat digunakan
sebagai salah satu parameter wilayah yang berpotensi banjir secara umum dan
klasifikasi ini didasari atas aspek geomorfologi, iklim, dan penutupan lahan.
evolusi yang sama, tetapi terdapat pada keadaan iklim dan penutupan
(land cover) yang berbeda, akan merupakan land system yang berbeda. Dalam
dan akan terdapat banyak sekali satuan lahan, khususnya bagi Indonesia.
lain, dan merupakan sumber utama dalam penyusunan sistem klafisikasi lahan
Belanda.
pendekatan satuan lahan (land unit) : digunakan dalam Proyek LREP-I untuk
geomorfik. Namun masih terdapat grup fisiografi yang masih tidak konsisten
wilayah (relief). Di samping itu, karena sistem ini digunakan khusus untuk
kekhasannya, yaitu: Grup Dataran Tuf Masam (Acid Tuff Plain) dan Grup Tuf
Untuk kajian tentang banjir bentuk lahan mempunyai peranan yang cukup
penting, hal tersebut dikarenakan bentuk lahan merupakan salah satu wahana
tempat berlangsungnya proses air mengalir yang berasal dari input hujan sampai
ke laut. Daerah yang sangat terpengaruh adanya banjir adalah daerah dengan relief
datar dan landai seperti dataran alluvial, teras sungai erosional, teras marin dan
dataran nyaris. Daerah banjir biasa terdapat bentuk lahan fluvial marin dan
fluviomarin. Bentuk lahan marin yang didominasi oleh rawa merupakan daerah
rendah sehingga rentan terhadap banjir. Bentuk lahan yang merupakan indikator
sering dilanda banjir adalah dataran banjir, teras marin, rawa dan rawa belakang
morfologi bentuk lahan yang cekung atau datar dan morfoaransemennya yang
berasoasiasi dengan sungai dengan pola aliran meander atau braided. Satuan-
proses fluvial pada prinsipnya merupakan wilayah rawan banjir (Sartohadi, 2003).
Unit bentuk lahan dataran banjir merupakan suatu daerah di sekitar sungai
dan sering terkena banjir, daerah tersebut merupakan wilayah luapan sungai.
Wilayah yang memiliki sub bentuk lahan alluvial (wilayah dengan fisiografi
mempunyai tingkat timbunan aliran atau kerapatan aliran kecil serta secara
langsung dipengaruhi aliran air atau proses fluvial) merupakan daerah yang sering
tergenang banjir. Sub bentuk basin alluvial, dataran pasang surut, jalur aliran
sungai, pesisir pantai, teras marin dan tubuh air merupakan suatu daerah yang
berupa pasir. Akan tetapi daerah tersebut sering terjadi banjir luapan terutama di
kiri kanan sungai utama akibat adanya intrusi air laut. Sub bentuk lahan kerucut
volkan merupakan wilayah dengan tingkat angka pengaliran cukup tinggi, dengan
kandungan material keras dan cenderung kedap air sehingga tidak ada air yang
tertampung pada cekungan. Pada wilayah tersebut sangat jarang bahkan hampir
tidak mungkin terjadi banjir kecuali banjir karena ketidakmampuan lahan dan
kemiringan relatif yang curam sehingga sebagian besar air hujan langsung
mengalir menjadi aliran permukaan. Akan tetapi, aliran permukaan ini tidak
(Somantri, 2008).
2. Kemiringan Lereng
menjadi lambat dan kemungkinan terjadinya genangan atau banjir menjadi besar,
permukaan menjadi cepat sehingga air hujan yang jatuh akan langsung dialirkan
dan tidak menggenagi daerah tersebut, sehingga resiko banjir menjadi kecil
(Pratomo, 2008). Semakin landai daerah maka tingkat kerawanan banjir tinggi
dapat ditentukan dari analisis profil tanah. Perkembangan profil tanah yang
lebih mudah dan cepat namun tetap mempunyai akurasi tinggi. Satuan tanah yang
terbentuk di wilayah rawan banjir pada umumnya tergolong pada ordo Entisols
dan sortasi buruk menunjukkan bahwa banjir yang sering melanda bersifat
mempunyai aliran yang cepat. Ketebalan lapisan material tanah pada setiap
mengalir sebagai aliran permukaan dan ada juga air yang meresap ke dalam tanah,
perkolasi menjadi aliran bawah permukaan dan air tanah. Tingkat kemampuan
permukaan dalam mempengaruhi proses infiltrasi air ke dalam tanah sangat besar
ditentukan oleh jenis tanah. Tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah
berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh tanah
serta merupakan satu-satunya sifat fisik tanah yang tetap dan tidak mudah diubah
oleh tangan manusia jika tidak ditambah dari tempat lain. Infiltrasi tanah adalah
perjalanan air kedalam tanah sebagai akibat gaya kapiler dan grafitasi. Proses
proses masuknya air hujan melalui pori-pori permukaan tanah, tertampungnya air
hujan tersebut kedalam tanah dan proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain
Kelebihan air yang menggenangi suatu daerah yang biasanya kering terjadi
sebagai akibat kapasitas sungai tidak mampu menampung air yang mengalir di
atasnya atau berlebihnya air hujan lokal. Kelebihan air hujan lokal yang
menyebabkan banjir dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu telah jenuhnya tanah di
tempat tersebut dan masih tingginya ketinggian muka air di dalam alur sungai.
aliran permukaan sebagai akibat hujan berlebih tersebut dapat ditampung oleh
badan sungai. Akibat air berlebih sebagai luapan air sungai ataupun hujan lokal
maka akan menyebabkan terbentuknya bentukan banjir dan dalam skala luas
masuk dalam kelas bentukan asal fluvial (Sartohadi, 2003). Kapasitas infiltrasi
Kohnke and Bertrand (1959) adalah pasir berlempung (25-50 mm/jam), lempung
4. Intensitas Hujan
bumi. Hujan berperan menentukan proses sistem hidrologi dalam suatu kawasan,
hujan pada suatu kawasan dengan berbagai model penghitungan rata-rata curah
hujan. Intensitas curah hujan biasanya dinyatakan oleh jumlah curah hujan dalam
satuan waktu mm/jam. Jadi intensitas hujan berarti jumlah presipitasi atau curah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya,
yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari
curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan
terpengaruh aktivitas daratan. Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air
hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama. Setiap DAS
terbagi habis kedalam Sub DAS – Sub DAS. Daerah aliran sungai (DAS) dapat
aliran sungai dapat dianggap sebagai suatu ekosistem. Daerah aliran sungai dibagi
1) DAS bagian atas (hulu), daerah ini berfungsi sebagai daerah konservasi tanah
dan air, kawasan lindung dan resapan air serta kontrol terhadap erosi. Daerah
hulu mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi dan kemiringan lahan lebih
besar.
2) DAS bagian tengah, daerah ini berfungsi sebagai daerah untuk pengumpulan,
3) DAS bagian bawah (hilir), daerah ini berfungsi sebagai daerah kontrol banjir
dan drainase serta pencegahan intrusi air laut. Daerah hilir merupakan daerah
pemanfaatan dengan kerapatan drainase lebih keci dan kemiringan lahan kecil
(Asdak, 1995).
DAS Ular terutama bagi kelancaran aliran air Sungai Ular. Hal ini disebabkan
karena Sungai Ular harus menanggung beban limbah domestik secara langsung ke
dominan menjadi areal terbuka, areal ini dipenuhi aktivitas penambang bahan
galian C yang banyak menggali pinggiran Sungai Ular, kegiatan tersebut berakibat
luasan DAS Ular yang berfungsi sebagai hutan untuk tempat simpanan air
menjadi tidak layak. Pada musim penghujan air akan secara cepat mengalir ke
lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis.
format data asli ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG.
dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, diupdate
dan diedit.
dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi dan
(Prahasta, 2001).
dalam kaitannya untuk mencari lokasi-lokasi yang rawan terhadap banjir yaitu
dengan mendasarkan pada sifat-sifat air dipermukan lahan. Sajian dalam SIG
dapat berupa manipulasi data yang berupa spasial serta data yang berupa atribut,
DTM (Digital Terrain model : Model Digital Permukaan) atau TIN (Triangular
dimodelkan, misalnya seperti saluran air, konsentrasi aliran air, akumulasi aliran
air, arah aliran air permukaan, wilayah pengendapan, zonasi satuan Sub DAS
banjir dengan menggunakan data citra penginderaan jauh dan SIG (Sistem
Terdapat dua model dalam data spasial, yaitu model data raster dan model
data vektor. Model data raster mempunyai struktur data yang tersusun dalam
bentuk matriks atau piksel dan membentuk grid. Setiap piksel memiliki nilai
tertentu dan memiliki atribut tersendiri, termasuk nilai koordinat yang unik.
Tingkat keakurasian model ini sangat tergantung pada ukuran piksel atau biasa
disebut dengan resolusi. Model data ini biasanya digunakan dalam remote sensing
yang berbasiskan citra satelit maupun airborne (pesawat terbang). Selain itu
model ini digunakan pula dalam membangun DEM dan DTM. Model data vektor
merupakan model data yang paling banyak digunakan, model ini berbasiskan pada
titik (point) dengan nilai koordinat (x,y) untuk membangun obyek spasialnya.
Obyek yang dibangun terbagi menjadi tiga bagian lagi yaitu berupa titik (point),
pada target yaitu suatu kondisi yang memungkinkan mengambil keputusan untuk
pemecahan suatu masalah. Untuk aplikasinya terhadap banjir, secara garis besar
masalah dalam hal penentuan kawasan berpotensi banjir (Sukiyah, dkk., 2004).
(Howard dan Remson (1973) dalam Sukiyah, dkk., (2004). Setiap unsur dalam
merupakan salah satu jenis citra yang mempunyai kegunaan dalam analisis model
memiliki struktur data yang sama seperti format grid, yaitu terdiri dari sel-sel
yang setiap sel memiliki nilai ketinggian. Nilai ketinggian pada SRTM adalah nilai
ketinggian dari datum WGS 1984. Informasi yang diidentifikasi dari citra
(Raharjo, 2009).