DAFTAR ISI
Cover
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II ISI
E. Pengobatan
F. Diet Cukup Serat
BAB III KESIMPULAN
Daftar Pustaka
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu penyakit colitis ulseratif lebih jelas dan lengkap.
2. Mengetahui apa saja penyebab dan gejala penyakit colitis ulseratif
3. Mengetahui pemeriksaan apa saja yang dilakukan oleh penderita colitis
ulseratif
4. Memberikan solusi yang tepat dalam penanganan penyakit colitis
ulseratif.
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
BAB II
ISI
Gejala kolitis ulseratif bisa berbeda pada tiap penderita. Perbedaan ini
muncul berdasarkan tingkat keparahan serta lokasi peradangan yang
dialami oleh pasien. Berikut adalah beberapa gejala yang umum terjadi
pada kolitis ulseratif:
Penderita juga terkadang tidak merasakan gejala apa pun atau hanya
mengalami gejala-gejala ringan selama beberapa waktu, sebelum tiba-tiba
mengalami serangan yang parah. Serangan ini umumnya diawali keluhan
buang air besar lebih dari 6 kali dalam sehari, detak jantung yang tidak
teratur, serta napas cepat.
1. Faktor familial/genetik
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada
orang kulit hitam dan orang Cina. Hal ini menunjukkan bahwa ada
predisposisi genetik terhadap perkembangan penyakit ini.
2. Faktor infeksi
3. Faktor imunologik
4. Faktor psikologik
5. Faktor lingkungan
D. Pemeriksaan Penunjang
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Temuan laboratorium seringkali nonspesifik dan mencerminkan derajat
dan beratnya perdarahan dan inflamasi. Bisa terdapat anemia yang
mencerminkan penyakit kronik serta defisiensi besi akibat kehilangan
darah kronik. Leukositosis dengan pergeseran ke kiri dan peningkatan laju
endap darah seringkali terlihat pada pasien demam yang sakit berat.
Kelainan elektrolit, terutama hipokalemia, mencerminkan derajat diare.
Hipoalbuminemia umum terjadi dengan penyakit yang ekstensif dan
biasanya mewakili hilangnya protein lumen melalui mukosa yang ulserasi.
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Tidak Terpenuhi
Identitas dari pasien tidak tercantum pada hasil
radiograf berupa nama pasien, umur, jenis
ID Requirements
kelamin, nomor film , tanggal pembuatan, nama
rumah sakit/instansi, serta asal ruangan pasien,
baik pasien rawat jalan maupun pasien poli.
Terpenuhi
Terdapat marker “R” terbaca terletak dibagian
MARKER
kiri bawah dan tidak memotong objek pada
radiograf.
Terpenuhi
Colon transversum terisi barium pada proyeksi
PA dan terisi udara pada proyeksi AP dengan
ANATOMI
teknik double contrast, tampak colon ascenden ,
colon descenden, left colic flexure dan right
colic flexure.
ANATOMI YANG Terpenuhi
TAMPAK Seluruh bagian anatomi yang dibutuhkan tidak
terpotong, bagian apendic terlihat pada bagian
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
Tidak Terpenuhi
Kontras gambar cukup dengan sudah
KECUKUPAN
menampakkan korteks tulang satu dgn tulang
KONTRAS
lainnya, namun terdapat bayangan kelabu pada
radiograf.
Terpenuhi
Upaya pencegahan artefak dengan
UPAYA PENCEGAHAN menginstruksikan kepada pasien untuk
TERHADAP melepas celana agar tidak terdapat artefak dari
ARTEFAK resleting, serta menginstruksikan kepada
pasien untuk melepas benda logam pada
bagian yang akan diperiksa.
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
Terpenuhi
OUTCOME
Radiograf sudah sesuai yang dikehendaki serta
dapat memperlihatkan nilai diagnostik.
Ditolak/Rejected
DITERIMA/
Dengan catatan pada radiograf harus tercantum
ACCEPTED
identitas pasien untuk memudahkan penanganan
DITOLAK/REJECTED
agar tidak miss diagnosa dan pengulangan foto.
b. Barium enema
Barium enema merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan
apabila ada kelainan pada kolon. Sebelum dilakukan pemeriksaan
barium enema maka persiapan saluran cerna merupakan
pendahuluan yang sangat penting. Persiapan dilakukan selama 2
hari berturut-tururt dengan memakan makanan rendah serat atau
rendah residu, tetapi minum air putih yang banyak. Apabila
diperlukan maka dapat diberikan laksatif peroral.
Pemeriksaan barium enema dapat dilakuka dengan teknik kontras
tunggal (single contrast) maupun dengan kontras ganda (double
contrast) yaitu barium sulfat dan udara. Teknik double contrast
sangat baik untuk menilai mukosa kolon dibandingkan dengan
teknik single contrast, walaupun prosedur pelaksanaan teknik
double contrast cukup sulit. Barium enema juga merupakan
kelengkapan pemeriksaan endoskopi atas dugaan pasien dengan
colitis ulseratif.
Gambaran foto barium enema pada kasus dengan colitis ulseratif
adalah mukosa kolon yang granuler dan menghilangnya kontur
haustra serta kolon ttampak menjadi kaku seperti tabung.
Perubahan mukosa terjadi secara difus dan simetris pada seluruh
kolon. Lumen kolon menjadi lebih sempit akibat spasme. Dapat
ditemukan keterlibatan seluruh kolon. Tetapi apabila ditemukan
lesi yang segmental maka rectum dan kolon kiri (desendens) selalu
terlibat, karena awalnya colitis ulseratif ini mulai terjadi di rectum
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
dan menyebar kea rah proksimal secara kontinu. Jadi rectum selalu
terlibat, walaupun rectum dapat mengalami inflamasi lebih ringan
dari bagian proksimalnya.
Pada keadaan dimana terjadi pan-ulseratif colitis kronis maka
perubahan juga dapat terjadi di ileum terminal. Mukosa ileum
terminal menjadi granuler difus dan dilatasi, sekum berbentuk
kerucut (cone-shaped caecum) dan katup ileosekal terbuka
sehingga terjadi refluks, yang disebut backwash ileitis. Pada kasus
kronis, terbentuk ulkus yang khas yaitu collar-button ulcers. Pasien
dengan colitis ulseratif juga menanggung resiko tinggi menjadi
adenokarsinoma kolon.
c. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ultrasonografi sampai saat ini belum merupakan
modalitas pemeriksaan yang diminati untuk kasus-kasus IBD.
Kecuali merupakan pemeriksaan alternatif untuk evaluasi keadaan
intralumen dan ekstralumen.
Sebelum dilakukan pemeriksaan USG sebaiknya pasien
dipersiapkan saluran cernanya dengan menyarankan pasien untuk
makan makanan rendah residu dan banyak minum air putih.
Persiapan dilakukan selama 24 jam sebelum pemeriksaan. Sesaat
sebelum pemeriksaan sebaiknya kolon diisi dulu dengan air.
Pada pemeriksaan USG, kasus dengan colitis ulseratif didapatkan
penebalan dinding usus yang simetris dengan kandungan lumen
kolon yang berkurang. Mukosa kolon yang terlibat tampak
menebal dan berstruktur hipoekhoik akibat dari edema. Usus
menjadi kaku, berkurangnya gerakan peristalsis dan hilangnya
haustra kolon. Dapat ditemukan target sign atau pseudo-kidney
sign pada potongn transversal atau cross-sectional. Dengan USG
Doppler, pada colitis ulseratif selain dapat dievaluasi penebalan
dindng usus dapat pula dilihat adanya hypervascular pada dinding
usus tersebut.
d. CT Scan dan MRI
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
PEMERIKSAAN ENDOSKOPI
E. Pengobatan
Tujuan pengobatan yang dilakukan adalah untuk meringankan gejala,
khususnya saat serangan terjadi. Penanganan penyakit ini juga berfungsi
untuk mencegah kambuhnya gejala. Pengobatan kolitis ulseratif memiliki
tujuan adalah untuk:
1) menginduksi remisi,
2) mempertahankan remisi,
3) meminimalkan efek samping pengobatan,
4) meningkatkan kualitas hidup, dan
5) meminimalkan risiko kanker
Langkah-langkah penanganan tersebut biasanya meliputi:
Obat antiinflamasi
Imunosupresan
Obat ini akan menekan respons sistem kekebalan tubuh yang memicu
peradangan. Beberapa jenis imunosupresan yang biasanya dianjurkan
meliputi azathioprine, ciclosporin,dan infliximab.
Operasi
BAB III
KESIMPULAN
Kolitis ulseratif masuk dalam kategori Inflammatory Bowel Disease
(IBD)/penyakit inflamasi usus karena penyakit ini merupakan penyakit
yang belum diketahui penyebabnya dengan prevalensi berkisar 10 - 20 x,
terjadi pada usia muda (umur 25 – 30 tahun) wanita dan pria sama tetapi
ada perbedaan dalam geografis dan sosial ekonomi tinggi. Kolitis
ulseratif adalah penyakit yang menyebabkan peradangan dan luka, yang
disebut borok, di lapisan rektum dan usus besar. Borok terbentuk
peradangan telah membunuh sel-sel yang biasanya garis usus besar,
kemudian perdarahan dan menghasilkan nanah. Peradangan dalam usus
besar juga menyebabkan usus sering kosong, menyebabkan diare.
Kolitis ulseratif adalah penyakit inflamasi usus (IBD), nama umum
untuk penyakit- penyakit yang menyebabkan peradangan di usus halus
dan usus besar. Ini bisa sulit untuk mendiagnosis karena gejala yang
mirip dengan gangguan usus lainnya dan jenis lain IBD disebut penyakit
Crohn. Penyakit Crohn berbeda karena menyebabkan peradangan lebih
dalam dinding usus dan dapat terjadi di bagian lain dari sistem
pencernaan termasuk usus kecil, mulut, kerongkongan, dan perut.
Pengobatan kolitis ulseratif memiliki tujuan adalah untuk:
menginduksi remisi,
mempertahankan remisi,
meminimalkan efek samping pengobatan,
meningkatkan kualitas hidup, dan
meminimalkan risiko kanker
Prognosis dipengaruhi oleh ada tidaknya komplikasi atau
tingkat responterhadap pengobatan konservatif
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/kolitis-ulseratif
https://www.academia.edu/5426230/PENYAKIT_COLITIS_ULSERATIF
https://www.halodoc.com/kesehatan/kolitis-ulseratif
https://www.academia.edu/37986295/Dlscrib.com_crohn_dan_colitis_ulseratif_fi
x
Bontrager, Philip W, and Eugene D Frank. Radiographic Position and Radiologic
Procedures, vol. two. USA : Mosby, 2003
Bontrager, Kenneth L. textbook of RADIOGRAPHIC Positioning and Related
Anatomy, 4th edition. USA : Mosby, 2001.
ocw.usu.ac.id/course/.../128...ANATOMI/patologi_anatomi_slide_colitis_ulseratif.pdf
digilib.unila.ac.id/2316/10/BAB%20II.pdf
https://www.slideshare.net/Snala26/askep-kolitis-ulseratif
https://www.slideshare.net/nonazesifa/ppt-kritisi-dan-evaluasi-radiograf-colon-
in-loop?qid=d62ec49f-a5df-4312-8c53-3bc71b7320c3&v=&b=&from_search=1