TINJAUAN PUSTAKA
A. TELAAH PUSTAKA
1. Rumah Sakit
a. Definisi Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu lembaga yang bekerja mulai dari
penerimaan, perawatan, dan pengobatan bagi mereka yang
membutuhkan perawatan medis, bedah, serta merupakan sebuah
lembaga yang tidak dijalankan untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
(Finch. 1994)
Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56
Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Sedangkan menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit, rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan,
tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat
menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.
Rumah sakit adalah lembaga pelayanan kesehatan bagi masyarakat,
dengan karakteristik tertentu diperoleh dari pengembangan ilmu
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus dapat meningkatkan layanan yang lebih
berkualitas dan terjangkau bagi masyarakat sehingga dapat
meningkatkan tingkat kesehatan. (Ekawati, 2018)
Sedangkan menurut Liu dan Kelz, 2018, rumah sakit dibedakan menjadi:
1) Community Hospitals (Nonfederal Acute Care)
2) Community hospitals
3) Federal Government Hospitals
4) Nonfederal Psychiatric Care
5) Nonfederal Long-term Care
Klasifikasi rumah sakit ditetapkan berdasarkan pelayanan, sumber
daya manusia, peralatan, bangunan dan prasarana. Maka rumah sakit
diklasifikasikan menjadi Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus
(Permenkes, 2014). Rumah Sakit Umum dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Rumah Sakit Umum Kelas A.
2) Rumah Sakit Umum Kelas B.
3) Rumah Sakit Umum Kelas C
4) Rumah Sakit Umum Kelas D. Kemudian diklasifikasikan lagi
menjadi Rumah Sakit Umum Kelas D dan Rumah Sakit Umum
Kelas D pratama.
2. Perencanaan
a. Perencanaan Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) dalam konteks bisnis adalah orang
yang bekerja dalam suatu organisasi yang biasa disebut sebagai
karyawan (Taufiqurokhman, 2009). Definisi dari perencanaan sumber
daya manusia merukapan Proses prakiraan atau estimasi terhadap jumlah
Sumber Daya Manusia berdasarkan tempat, keterampilan dan perilaku
yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan kata
lain dengan meramalkan atau memperkirakan siapa mengerjakan apa,
dengan keahlian apa, kapan di butuhkan dan berapa jumlahnya (Ilyas
,2004).
Beberapa pendapat ahli mengenai definisi perenanaan Sumber Daya
Manusia antara lain (Taufiqurokhman, 2009) :
1) Andrew E. Sikula (1981;145) mengemukakan bahwa Perencanaan
sumber daya manusia atau perencanaan tenaga kerja didefinisikan
sebagai proses menentukan kebutuhan tenaga kerja dan berarti
mempertemukan kebutuhan tersebut agar pelaksanaannya
berinteraksi dengan rencana organisasi.
2) George Milkovich dan Paul C. Nystrom (Dale Yoder, 1981:173)
mendefinisikan bahwa Perencanaan tenaga kerja adalah proses
peramalan, pengembangan, pengimplementasian dan pengontrolan
yang menjamin perusahaan mempunyai kesesuaian jumlah pegawai,
penempatan pegawai secara benar, waktu yang tepat, yang secara
otomatis lebih bermanfaat.
3) Handoko (1997, p. 53) mengemukakan bahwa perencanaan sumber
daya manusia atau perencanaan tenaga kerja merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi permintaan-
permintaan bisnis dan lingkungan pada organisasi di waktu yang
akan datang dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tenaga kerja
yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi tersebut.
4) Mangkunegara (2003, p.6) mengemukakan bahwa perencanaan
tenaga kerja dapat diartikan sebagai suatu proses menentukan
kebutuhan akan tenaga kerja berdasarkan peramalan pengembangan,
pengimplementasian, dan pengendalian kebutuhan tersebut yang
berintegrasi dengan perencanaan organisasi agar tercipta jumlah
pegawai, penempatan pegawai yang tepat dan bermanfaat secara
ekonomis.
Peran perencanaan tenaga kerja adalah untuk mempengaruhi
keseimbangan antara permintaan staf dengan persediaannya dengan
tujuan untuk memastikan bahwa jumlah personel yang berkualifikasi
tersedia sesuai dengan tempat dan waktu yang tepat dengan permintaan
untuk sesuai dengan pelayanan yang diinginkan (Buchan, 2007)
Perencanaan dibentuk sebagai rencana untuk persyaratan
operasional saat ini dan masa depan dengan menganalisis struktur dan
kebijakan organisasi, variabel operasional, dan data kepegawaian.
(ANA, 2017). Perencanaan sumber daya manusia adalah proses analisis
dan identifikasi yang dilakukan organisasi terhadap kebutuhan akan
sumber daya manusia, sehingga organisasi tersebut dapat menentukan
langkah yang harus diambil guna mencapai tujuannya. Selain itu,
pentingnya diadakan perencanaan sumber daya manusia ialah organisasi
akan memiliki gambaran yang jelas akan masa depan, serta mampu
mengantisipasi kekurangan kualitas tenaga kerja yang diperlukan
(Taufiqurokhman, 2009).
Perencanaan (planning) memiliki fungsi dasar (fundamental)
manajemen karena organizing, staffing, directing, dan controlling harus
terlebih dahulu direncanakan. Perencanaan ini ditujukan kepada masa
depan yang tidak pasti, karena adanya perubahan kondisi dan situasi.
Perencanaan adalah sejumlah keputusan memilih tujuan dan cara terbaik
mengenai keinginan dan berisi pelaksanaan untuk mencapai tujuan dari
beberapa alternatif yang ada yang mengandung unsur tujuan dan
pedoman. (Hasibuan, 2007)
Menurut Hasibuan (2007) terdapat 7 asas perencanaan (Principles
of Plannning), yaitu :
1) Principles of Contribution to objective
Setiap perencanaan dan segala perubahannya harus ditujukan kepada
setiap pencapaian tujuan.
2) Principle of efficiency of planning.
Suatu perencanaan efisien jika perencanaan itu dalam pelaksanaanya
dapat mencapai tujuan dengan pembiayaan yang sekecil-kecilnya.
3) Principle of primacy of planning.
Perencanaan adalah keperluan utama para pemimpin dan fungsi-
fungsi lainnya organizing, staffing, directing, dan controlling.
4) Principle of pervasiveness of planning.
Asas pemerataan perencanaan memegang peranan penting
mengingat pemimpin mengerjakan perencanaan dan bertanggung
jawab atas keberhasilan rencana itu.
5) Principle Planning premise.
Standart perencanaan sangat berguna bagi prakiraan, sebab premis-
premis perencanaan dapat menunjukkan kejadian-kejadian yang
akan datang.
6) Principle of policy frame work.
Kebijakan ini mewujudkan pola kerja, prosedur-prosedur kerja dan
program-program kerja tersusun.
7) Principle Strategic of Planning.
Dalam kondisi tertentu manajer atau pemimpin harus memilih
tindakan-tidakan yang diperlukan untuk menjamin terlaksananya
rencana agar tujuan tercapai dengan efektif.
Dalam membuat suatu perencanaan, terdapat 4 alasan suatu
perencanaan itu di buat (Robbin, 1999) :
1) Suatu perencanaan memantapkan usaha yang terkoordinasi di dalam
memberi arah kepada manajer dan non manajer
2) Suatu perencanaan mengurangi ketidakpastian dengan mendorong
para manager untuk melihat kedepan,mengantisipasi perubahan,
mempertimbangkan dampak perubahan dan menyusun tanggapan-
tanggapan yang tepat.
3) Suatu perencanaan dapat menguranggi kegiatan-kegiatan yang
tumpang tindih dan sia-sia, koordinasi sebelum terjadi akan
cenderung menunjuk ke pemborosan dan berkelebihan.
4) Suatu perencanaan itu menentukan sasaran-sasaran atau standar yang
digunakan untuk mengendalikan apabila kita pasti mengenai apa
yang ingin dicapai,bagaiman mungkin kita menentukan apakah kita
sungguh-sungguh sudah mencapainya atau belum.
Tabel. 2.1. Rasio Tenaga Medis dan Tempat Tidur Permenkes 1979
e. Metode Douglas
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan
jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan
berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing-masing kategori
mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai berikut :
Tabel. 2.3. Jumlah Perawat Berdasarkan Shift (Douglas 1984)
Klasifikasi Klien
Jumlah
Minimal Parsial Total
Klien
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2. 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3. 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Dst.
f. Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di
suatu unit perawatan adalah sebagai berikut :
𝐴 𝑥 𝐵 𝑥 365 ℎ𝑎𝑟𝑖
Tenaga Perawat =
(365 ℎ𝑎𝑟𝑖 − 𝐶)𝑥 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/ℎ𝑎𝑟𝑖
A = Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan klien/hari
B = Rata rata jumlah klien/hari
C = Hari libur masing-masing perawat
Prinsip perhitungan rumus Gillies, yaitu jumlah jam keperawatan yang
dibutuhkan klien perhari adalah
1) Waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan
spesifikasi pembagian adalah : keperawatan mandiri (self care) = ¼
x 4 = 1 jam , keperawatan partial (partial care) = ¾ x 4 = 3 jam ,
keperawatan total (total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan
intensif (intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam.
2) Waktu keperawatan tidak langsung
a) Menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
b) Menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari =
1 jam/klien/hari
3) Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25
jam/hari/klien.
4) Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit
berdasarkan rata rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate
(BOR) dengan rumus :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑅𝑆 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑇𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑥 365 ℎ𝑎𝑟𝑖
a) Jumlah hari pertahun yaitu 365 hari.
b) Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari (hari
minggu/libur = 52 hari (untuk hari sabtu tergantung kebijakan
rumah sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus
diperhitungkan , begitu juga sebaliknya), hari libur nasional = 13
hari, dan cuti tahunan = 8 hari).
c) Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau
hari kerja efektif 6 hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau
hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per hari)
d) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus
ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan /cadangan ).
e) Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional =
55%:45 %
g. Metode Perhitungan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
Perhitungan ketenagaan keperawatan berdasarkan hasil lokakarya
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menggunakan satuan
minggu dengan jumlah jam kerja perminggu sebanyak 40 jam. Rumus
lokakarya PPNI adalah sebagai berikut :
(𝐴 𝑥 52 𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢)𝑥 7 𝐻𝑎𝑟𝑖 (𝑇𝑇 𝑥 𝐵𝑂𝑅)
𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 =
41 𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 𝑥 40 𝑗𝑎𝑚
Keterangan :
A = Jumlah jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan
pasien)
BOR = Bed Occupancy Rate
TT = Tempat Tidur
h. Metode Perhitungan Ilyas
Perhitungan Yaslis Ilyas (2004) merupakan pengembangan yang
mencoba mencari perhitungan lebih pas dibanding dengan Perhitungan
Gillies maupun PPNI, dimana kebutuhan ini mempertimbangkan
kebutuhan rasional bagi rumah sakit dan ketenagaan keperawatan yang
riil. Rumus yang digunakan sebagai berikut :
𝐴 𝑥 𝐵 𝑥 365 ℎ𝑎𝑟𝑖
Tenaga Perawat =
255 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/ℎ𝑎𝑟𝑖
Keterangan :
A = Jam Perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan pasien)
B = Sensus Harian (BOR x Jumlah tempat tidur)
C = Jumlah Hari Libur dalam setahun
Jam Kerja perhari = 6 jam perhari
365 = jumlah hari kerja selama setahun
255 = hari kerja efektif perawat/tahun
(365 - (12 hari cuti pertahun+ 12 hari libur nasional pertahun) x ¾ =
255 hari)
Disamping hal tersebut yang perlu dipertimbangkan adalah
peraturan lain yang menyangkut ketenagakerjaan, dimana Undang-
undang ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 mempersyaratkan bahwa
waktu kerja sebagaimana dimaksud pada pasal 77 bahwa jam kerja 7
(tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk
6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau 8 (delapan) jam 1 (satu)
hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu. Sehingga rumus kerja 6 jam perhari perlu juga
dilakukan koreksi.
B. PENELITIAN TERDAHULU
Tabel 2.4. Penelitian Terdahulu
1. Metode Ilyas
2. Metode Gillies
3. Metode Permenkes 1979
4. Metode PPNI
5. Metode Douglas
Ilyas (2004)