PEREKONOMIAN INDONESIA
(APBN)
OLEH : KELOMPOK 10
MANAJAMEN 7.D
Pesisusanti 1534020104
Ade Juanda 1634020116
Nadya Pramitha 1634020093
Suci Rahma Dalita 1634020087
FAKULTAS EKONOMI
2018
1
KATA PENGANTAR
Ucapan puja-puji dan syukur hanya semata milik Allah SWT. Hanya
Kepadanya lah kami memuji dan bersyukur, meminta ampunan dan pertolongan.
Kepadanya juga lah kita meminta perlindungan dari kejelekan diri dari syetan
yang senantiasa membisikkan kebatilan kepada hati kita.
Kami menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap pembaca
untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan makalah selanjutnya. Kami
berharap hal itu semua dapat dijadikan cambuk buat kami supaya lebih
mengutamakan kualitas makalah ini di masa yang selanjutnya.
Kelompok 10
2
DAFTAR ISI
Halaman judul……………………………………………………………………1
Kata pengantar …………………………………………………………………..2
Daftar isi ………………………………………………………………………….3
Bab 1 Pendahuluan ……………………………………………………………...4
1.1 Latar belakang……………………………..…………………………………..4
1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………...…4
1.3 Manfaat ……………………………………………………………………….5
Bab II Pembahasan ……………………………………………………………...6
2.1 Definisi APBN ………………………………………………………………..6
2.2 Fungsi dan peran APBN………………………………………………………8
2.3 Struktural dan Penyusunan APBN…………………………………………...11
2.4 Prinsip-Prinsip APBN………………………………………………………..21
2.5 Instrumen Dan Analisis Kebijakan Fiskal……………………………………24
2.6 Contoh Kasus APBN di Indonesia ………………………………………….31
Bab III Penutup………………………………………………………………....41
Kesimpulan ……………………………………………………………………...41
Saran ……………………………………………………………………………..41
Daftar pustaka…………………………………………………………………..42
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anggaran pendapatan dan belanja Negara, bila kita simak secara seksama
bukanlah sekedar instrument untuk mencapai stabilitasi suatu pemerintahan dalam
jangka waktu yang relatif pendek, namun pada esensinya sebuah APBN
sebagaimana fungsinya, yakni Sebagai mobilisasi dana investasi yang merupakan
instrument untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan Negara dalam rangka
membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan berupa pembangunan, mencapai
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas
perekonomian dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
Dalam konteks yang lebih spesifik anggaran suatu Negara secara
sederhana bisa pula kita ibaratkan dengan Anggaran Rumah Tangga ataupun
Anggaran Perusahaan yang memiliki 2 (dua) sisi, yakni: sisi
penerimaan/pemasukan dan pengeluaran/pemakaian.
Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan pada ketidakpastian antara
kedua sisi tersebut, misalnya: sisi penerimaan Anggaran Rumah Tangga akan
sangat tergantung pada ada/tidaknya perubahan upah/gaji.
Demikian pula sisi pengeluaran Anggaran Rumah Tangga banyak
dipengaruhi perubahan harga barang dan jasa yang di konsumsi.
Jadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam suatu pemerintahan
merupakan salah satu structural yang berperan sebagai tulang punggung dalam
menopang kehidupan Negara baik itu dalam hal kemakmuran, kesejahteraan,
bahkan berlangsungnya perkembangan suatu Negara untuk mencapai sebuah
kemajuan.
4
1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi fungsi dan mengetahui peran
APBN bagi Negara.
2. Mengetahui bentuk sstruktural dan bagaimana rancangan penyusunan
APBN.
3. Mengetahui hal-hal yang menjadi prinsip-prinsip dalam APBN.
4. Mengetahui apa saja instrumen serta analisis kebijakan fiskal.
5. Memahami contoh kasus yang ada di Indonesia dan dapat menganalisis
masalah yang ada dari pemahaman mahasiswa mengenai APBN.
5
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat
rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1
Januari – 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban
APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.
Suparmoko (2002) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan anggaran
ialah suatu alat perencanaan tentang penerimaan dan pengeluaran di masa yang
akan datang umumnya disusun dalam jangka waktu satu tahun. Sedangkan
menurut Kementerian Keuangan (2004), Pasal 1 ayat 7 UU Nomor 17 Tahun
2003, APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang
disetujui oleh DPR.
APBN merupakan instrument untuk membiayai kegiatan pemerintah dan
pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan
nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas
pembangunan secara umum.
Dalam menyusun APBN, perencanaan alokasi belanja negara diarahkan
untuk mendorong alokasi sumber-sumber ekonomi agar dapat digunakan secara
produktif, yaitu terjadinya realokasi faktor-faktor produksi yang akan digunakan
secara lebih efisien dan efektif untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih
tinggi khususnya dalam stabilitas perekonomian nasional. Oleh karena itu,
pemerintah perlu menyusun langkah-langkah peningkatan kualitas belanja negara
dengan mengutamakan belanja modal sebagai pendukung pendanaan bagi
kegiatan pembangunan, mengefisienkan pendanaan bagi kegiatan-kegiatan yang
bersifat konsumtif, dan menghindari peningkatan pengeluaran wajib.
Belanja modal difokuskan untuk mendukung program infrastruktur,
mendukung target pertumbuhan ekonomi, dan perbaikan kesejahteraan rakyat,
infrastruktur pertanian, dan infrastruktur energi serta komunikasi (Lestari, 2011).
6
Sebelum tahun 1999 prinsip APBN adalah anggaran berimbang dinamis,
dimana jumlah penerimaan negara selalu sama dengan pengeluaran negara, dan
jumlahnya diupayakan meningkat dari tahun ke tahun. Sejak tahun 1999 hingga
sekarang, prinsip anggaran yang digunakan adalah anggaran surplus/defisit.
Sejalan dengan itu, format dan struktur APBN berubah dari T-Account
menjadi IAccount. Perbedaan antara prinsip anggaran surplus/defisit dengan
prinsip anggaran berimbang adalah bahwa :
1. Pinjaman luar negeri tidak dicatat sebagai sumber penerimaan, melainkan
sebagai sumber pembiayaan.
2. Defisit anggaran ditutup dengan sumber pembiayaan dalam negeri
ditambah sumber pembiayaan luar negeri bersih. Apabila belanja lebih
kecil daripada anggaran, disebut sebagai anggaran surplus. Sebaliknya,
apabila anggaran lebih kecil daripada pengeluaran atau pengeluaran lebih
besar daripada anggaran, disebut anggaran defisit.
Masing-masing kebijakan anggaran mempunyai kecenderungan tersendiri.
Pada sistem anggaran berimbang misalnya, perekonomian cenderung berjalan
stabil jika dibandingkan dengan kebijakan anggaran defisit dan surplus.
APBN terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja negara, dan
pembiayaan adalah merupakan instrumen utama kebijakan fiskal untuk
mengarahan perekonomian nasional dan menstimulus pertumbuhan ekonomi
sehingga besarnya penyerapan akan berdampak pada semakin besarnya daya
dorong terhadap pertumbuhan dan sebaliknya.
Kebijakan APBN diharapkan dapat merespon dinamika rakyat, baik yang
terkait dengan perkembangan perekonomian secara luas, maupun perkembangan
kehidupan rakyat itu sendiri, sehingga diperlukan kebijakan fiskal yang fleksibel
(Lestari, 2011).
Struktur APBN terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja negara,
keseimbangan primer, surplus/defisit, dan pembiayaan. Sejak tahun anggaran
2000, Indonesia telah mengubah komposisi APBN dari T-account menjadi
Iaccount sesuai standar statistik keuangan pemerintah, Government Finance
Statistics (GFS).
7
II.2 Fungsi dan Peran APBN
II.2.1 Fungsi APBN
Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran dan
penerimaan negara agar terjadi keseimbangan yang dinamis dalam rangka
melaksanakan kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya peningkatan
produksi, peningkatan kesempatan kerja, menentukan arah serta prioritas
pembangunan secara umum, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta pada
akhirnya ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur material
maupun spiritual berdasarkan sila ke 5 dari Pancasila dan UUD 1945.
Dalam penggunaannya APBN mempunyai fungsi dalam mengatur
pengeluaran dan pendapatan negara yang digunakan dalam aktivitas pemerintahan
dan pembagunan. Pada dasarnya semuanya bertujuan untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi agar perekonomian stabil dan meningkatkan pendapatan
nasional. APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi. Dalam APBN terdapat penerimaan dan pengeluaran
dimana dapat terjadi kondisi Defisit dan Suplus. Apabila mengalami surplus maka
dana digunakan untuk periode anggaran selanjutnya.
1. Fungsi otorisasi
Mengandung arti bahwa anggaran Negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, dengan
demikian pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggung jawabkan
kepada rakyat.
2. Fungsi perencanaan
Mengandung arti bahwa anggaran Negara dapat menjadi pedoman bagi
Negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu
pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka Negara dapat membuat
rencana-rencana untuk mendukung pembelanjaan tersebut.
Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan membangun proyek
pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat
mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan
dengan baik dan lancar.
8
3. Fungsi pengawasan
Berarti anggaran Negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelengaraan pemerintah Negara sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi masyarakat untuk menilai apakah
tindakan pemerintah mengunakan uang Negara untuk keperluan tertentu itu
dibenarkan atau tidak.
4. Fungsi alokasi
Berarti bahwa anggaran Negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan
efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi
Berarti bahwa kebijakan anggaran Negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi stabilitasi
Memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
9
rutin Rp 218,92 triliun. Sedang tahun 2002 terbentuk tabungan pemerintah Rp
186,19 triliun, karena penerimaan dalam negeri Rp 304,89 triliun sedang
pengeluaran rutin turun menjadi Rp 200,38 triliun.
10
tersedianya faktor-faktor produksi dengan tetap mempertahankan kestabilan
harga-harga umum (Sumarmoko, 1992).
Kebijakan fiskal tercermin pada volume APBN yang dijalankan
pemerintah, karena APBN memuat rincian seluruh penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Dengan demikian APBN dipakai oleh pemerintah alat stabilisasi
ekonomi.
Anggaran yang tidak seimbang akan bisa berpengaruh terhadap pendaptan
nasional. Perubahan pendapatan nasional (tingkat penghasilan) akan ditentukan
oleh besarnya angka multplier (angka pengganda). Angka pengganda ditentukan
oleh besarnya marginal propensity to consume investasi (I) dan konsumsi ( C )
adalah 1/(1-MPC), sedangkan untuk lump-sum tax (Tx) dan pembayaran transfer
(Tr) adalah MPC/(1-MPC).
11
Format T-account dirasakan belum memenuhi tuntutan keterbukaan oleh
masyarakat dimana pada format ini sumber pendanaan guna menutup defisit tidak
secara jelas disebutkan, hal ini tampak pada hutang luar negeri yang disebut
sebagai penerimaan pembangunan, padahal yang namanya hutang harus
dikembalikan kepada pemberi pinjaman sedangkan penerimaan adalah dana yang
diterima pemerintah tanpa perlu dikembalikan, sehingga hutang yang seharusnya
akan memberatkan keuangan negara dianggap tidak memberatkan karena
dianggap sebagai penerimaan, demikian pula pembayaran cicilan luar negeri
dianggap sebagai pengeluaran rutin. Hal lain yang juga menjadi kelemahan format
T-Account adalah ketidakjelasan komposisi anggaran yang dikelola pemerintah
pusat dan pemerintah daerah, hal ini disebabkan sistem anggaran terpusat yang
dilaksanakan sebelum bergulirnya reformasi.
Dengan berbagai kelemahan tersebut mulai tahun 2000 di bawah
kepemimpinan Menteri Keuangan yang dijabat Bambang Sudibyo saat itu, format
APBN diubah menjadi I-account hal ini dilaksanakan dengan beberapa alasan
yaitu penyesuaian format dengan Government Finance Statistics (GFS) sehingga
meningkatkan transparansi dalam penyusunan APBN serta mempermudah
analisis, pemantauan, dan pengendalian dalam pelaksanaan dan pengelolaan
APBN serta mempermudah analisis komparasi (perbandingan) dengan budget
negara lain, perubahan ini juga dilaksanakan dalam rangka mengakomodir
perhitungan dana perimbangan yang lebih transparan yang didistribusikan oleh
pemeritah pusat ke pemerintah daerah mengikuti pelaksanaan UU No.25/1999
tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah pasca bergulirnya reformasi.Dalam
format I-Account pinjaman luar negeri diperlakukan sebagai utang, sehingga
jumlahnya harus sekecil mungkin karena pembayaran kembali bunga dan cicilan
pinjaman luar negeri akan memberatkan APBN di masa yang akan datang.
Struktur APBN sendiri terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja
negara, keseimbangan primer, surplus/defisit, dan pembiayaan. Sejak Tahun 2000,
Indonesia telah mengubah komposisi APBN dari T-account menjadi I-account
sesuai dengan standar statistik keuangan pemerintah, Government Finance
Statistics(GFS).
12
1. Pendapatan Negara dan Hibah
Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber. Secara umum yaitu
penerimaan pajak yang meliputi pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai
(PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB), Cukai, dan Pajak lainnya, serta Pajak Perdagangan (bea
masuk dan pajak/pungutan ekspor) merupakan sumber penerimaan utama dari
APBN.
Selain itu, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) meliputi penerimaan
dari sumber daya alam, setoran laba BUMN, dan penerimaan bukan pajak lainnya,
walaupun memberikan kontribusi yang lebih kecil terhadap total penerimaan
anggaran jumlahnya semakin meningkat secara signifikan tiap tahunnya Berbeda
dengan sistem penganggaran sebelum tahun anggaran 2000, pada system
penganggaran saat ini sumber-sumber pembiayaan (pinjaman) tidak lagi dianggap
sebagai bagian dari penerimaan.
Dalam pengadministrasian penerimaan negara, departemen/lembaga tidak
boleh menggunakan penerimaan yang diperolehnya secara langsung untuk
membiayai kebutuhannya. Beberapa pengeculian dapat diberikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan terkait.
2. Belanja Negara
Belanja terdiri atas dua jenis :
A. Belanja pemerintah pusat
Belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan pemerintah
pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah. Belanja pemerintah
pusat dapat di kelompokkan menjadi:
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang
c. Belanja modal
d. Pembiayaan bunga utang
e. Subsidi BBM dan subsidi non-BBM
f. Belanja hibah
g. Belanja sosial (termasuk penangulangan bencana)
13
h. Belanja lainnya.
B. Belanja daerah
Belanja yang dibagi-bagi ke pemerintah daerah, untuk kemudian masuk dalam
pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja daerah meliputi:
a. Dana bagi hasil
b. Dana alokasi umum
c. Dana alokasi khusus
d. Dana otonomi khusus.
4. Pembiayaan
Pembiayaan disini meliputi:
14
II.3.2 Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara
(APBN)
1. Tahap Pendahuluan
a. Tahap Perancangan
Pemerintah menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(RAPBN) dengan penentuan asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan
pengeluaran, skala prioritas, serta penyusunan budget exercise. Asumsi dasar
APBN meliputi :
b. Tahap Rapat antar komisi dengan mitra kerjanya untuk membahas rancangan
tersebut (departemen/lembaga teknis) .
c. Tahap finalisasi penyusunan RAPBN oleh pemerintah .
A. Dimulai dengan pidato presiden sebagai pengantar RUU APBN dan Nota
Keuangan.
B. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan baik antara Menteri Keuangan
dan panitia anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau antar komisi dan
departemen terkait.
C. Menteri Keuangan dan panitia anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
atau antar komisi dan departemen terkait akan menetapkan penerimaan atau
penolakan RAPBN tersebut.
15
D. Jika RAPBN diterima, maka akan disahkan menjadi APBN dan disampaikan
kepada pemerintah untuk dilaksanakan. Tetapi jika RAPBN ditolak, maka
pemerintah harus menggunakan APBN sebelumnya.
4. Penyusunan APBN
Proses Penyusunan dan Penetapan APBN dapat dikelompokkan dalam dua
tahap, yaitu:
A. Pembicaraan Pendahuluan antara Pemerintah dan DPR, dari bulan Februari
sampai dengan pertengahan bulan Agustus.
B. Pengajuan, Pembahasan dan Penetapan APBN, dari pertengahan bulan
Agustus sampai dengan bulan Desember.
Berikut ini diuraikan secara singkat kedua tahapan dalam proses
penyusunan APBN tersebut.
A. Pembicaraan Pendahuluan antara Pemerintah dan DPR.
Tahap ini diawali dengan beberapa kali pembahasan antara pemerintah dan
DPR untuk menentukan mekanisme dan jadwal pembahasan APBN. Kegiatan
dilanjutkan dengan persiapan rancangan APBN oleh pemerintah, antara lain
meliputi : penentuan asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan pengeluaran,
skala Prioritas dan penyusunan budget exercise untuk dibahas lebih lanjut dalam
rapat antara Panitia Anggaran dengan Menteri Keuangan dengan atau tanpa
Bappenas.
16
B. Pengajuan, pembahasan dan penetapan APBN.
Tahapan ini dimulai dengan Pidato Presiden sebagai pengantar RUU
APBN dan Nota Keuangan. Selanjutnya akan dilakukan pembahasan baik antara
Menteri Keuangan dengan Panitia Anggaran, maupun antara komisi-komisi
dengan departemen/lembaga teknis terkait.
Hasil dari pembahasan ini adalah Undang-undang APBN yang disahkan
oleh DPR. UU APBN kemudian dirinci ke dalam satuan 3. Satuan 3 yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari undang-undang tersebut adalah dokumen
anggaran yang menetapkan alokasi dana per departemen/lembaga, Sektor, Sub
Sektor, Program dan Proyek/Kegiatan. Apabila DPR menolak RAPBN yang
diajukan pemerintah tersebut, maka pemerintah menggunakan APBN tahun
sebelumnya. Hal itu berarti pengeluaran maksimum yang dapat dilakukan
pemerintah harus sama dengan pengeluaran tahun lalu.
Pada saat APBN disusun, setidaknya terdapat tujuh sumber ketidakpastian
yang berpengaruh besar dalam penentuan volume APBN baik sisi pendapatan
maupun belanja. Sumber ketidakpastian itu menjadi asumsi dasar yang digunakan
sebagai pedoman dalam menyusun APBN.
Asumsi dasar tersebut adalah sebagai berikut :
17
Bruto (PDB)
dalam rupiah
3 Inflasi (%) Kenaikan TDL
Menguatnya rupiah
Lancarnya distribusi barang
Kebijakan fiskal dan moneter yang hati-hati
4 Nilai tukar rupiah Koreksi undervalued, membaiknya konsisi
per USD keamanan, social, politik
5 Suku bunga SBI 3 Menguat atau melemahnya nilai tukar rupiah
bulan (%)
6 Harga minyak Permintaan dan penawaran minyak dunia
indonesia
(USD/barel)
7 Produksi minyak Kuota OPEC, kapasitas sumur yang semakin
Indonesia (barel/hari) menurun sementara penemuan sumur baru
relatif kecil, gangguan keamanan
Ada 5 tahapan pokok dalam satu siklus APBN di Indonesia. Dari kelima
tahapan itu, tahapan ke-2 (kedua) dan ke-5 (kelima) dilaksanakan bukan oleh
pemerintah, yaitu masing-masing tahap kedua penetapan/persetujuan APBN
dilaksanakan oleh DPR (lembaga legislatif), dan tahap kelima pemeriksaan dan
pertanggungjawaban dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Sedangkan tahapan lainnya dilaksanakan oleh pemerintah. Tahapan kegiatan
dalam siklus APBN adalah sebagai berikut:
18
1. Perencanaan dan penganggaran APBN
19
2. Penetapan/Persetujuan APBN
3. Pelaksanaan APBN
Jika tahapan kegiatan ke-1 dan ke-2 dilaksanakan pada APBN t-1, kegiatan
pelaksanaan APBN dilaksanakan mulai 1 Januari - 31 Desember pada tahun
berjalan (APBN t).
Dengan kata lain, pelaksanaan tahun anggaran 2014 akan dilaksanakan mulai
1 Januari 2014 - 31 Desember 2014.Kegiatan pelaksanaan APBN dilakukan oleh
pemerintah dalam hal ini kementerian/lembaga (K/L). K/L mengusulkan
konsep Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) berdasarkan Keppres
mengenai rincian APBN dan menyampaikannya ke Kementerian Keuangan untuk
disahkan. DIPA adalah alat untuk melaksanakan APBN. Berdasarkan DIPA inilah
para pengelola anggaran K/L (Pengguna Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran,
dan Pembantu Pengguna Anggaran) melaksanakan berbagai macam kegiatan
sesuai tugas dan fungsi instansinya.
20
5. Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban APBN
Sejak Orde Baru mulai membangun, APBN kita disusun atas dasar tiga
prinsip : prinsip anggaran berimbang (balance budget), prinsip anggaran dinamis
dan prinsip anggaran fungsional. Masing-masing prinsip ini dapat diukur dengan
cara perhitungan tertentu (Susento, 1995).
Namun sejak tahun 1999 tidak lagi digunakan prinsip anggaran berimbang
dalam menyusun APBN. APBN disusun berdasarkan prinsip anggaran defisit.
21
Sebagai perbandingan dapat diringkas sebagai berikut :
Anggaran Defisit : Anggaran Berimbang :
PNH – BN = DA PDN – PR = TP
DA = PbDN + PbLN DAP = AP – TP
PbDN = PkDN + Non – Pk DN
PbLN = PPLN – PC PULN
Keterangan : Keterangan :
PNH = pendapatan negara dan hibah PDN = Pendapatan DN
BN = belanja negara PR = pengeluaran rutin
DA = defisit Anggaran TP = tabungan pemerintah
PbDN = pembiayaan DN DAP= defisit anggaran
PkDN = Perbankan DN pembangunan
Non-PkDN = Non-Perbankan DN AP = anggaran pembangunan
PbLN = pembiayaan LN BLN = bantuan luar negeri
PPLN = penerimaan pinjaman LN
PCPULN = pembayaran cicilan pokok
Utang luar Negeri
22
(2) Prosentase Ketergantungan Pembiayaan
BLN
Bi = -------------- . 100%
DP
Keterangan :
TPz = tabungan pemerintah tahun x
TP(x-1) = tabungan pemerintah tahun sebelumnya
B1 = tingkat ketergantungan pembiayaan dari bantuan LN
23
II.5 Instrumen Dan Analisis Kebijakan Fiskal
II.5.1 Definisi Kebijakan Fiskal
Kata fiskal berasal dari bahasa latin, fiscus yaitu nama seorang pemegang
kuasa atas keuangan pertama pada zaman Romawi kuno. Secara harfiah berarti
keranjang atau tas. Adapun kata fisc dalam bahasa Inggris berarti pembendaharaan
atau pengaturan keluar masuknya uang dalam kerajaan. Fiskal digunakan untuk
menjelaskan bentuk pendapatan Negara atau kerajaan yang dikumpulkan dari
masyarakat dan oleh pemerintahan Negara atau kerajaan dianggap sebagai
pendapatan lalu digunakan sebagai pengeluaran dengan program-program untuk
menghasilkan pencapaian terhadap pendapatan nasional, produksi dan
perekonomian serta digunakan pula sebagai perangkat keseimbangan dalam
perekonomian.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pihak
pemerintah guna mengelola dan mengarahkan kondisi perekonomian ke arah yang
lebih baik atau yang diinginkan dengan cara mengubah atau memperbarui
penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Salah satu hal yang ditonjolkan dari
kebijakan fiskal ini adalah pengendalian pengeluaran dan penerimaan pemerintah
atau negara.
Karena disadari adanya pengaruh-pengaruh penerimaan maupun
pengeluaran pemerintah terhadap besarnya pendapatan nasional, maka timbul
gagasan untuk dengan sengaja mengubah-ubah pengeluaran dan penerimaan
pemerintah guna mencapai kestabilan ekonomi. Teknik mengubah pengeluaran
dan penerimaan pemerintah inilah yang kita kenal dengan kebijakan fiskal
(Suparmoko, 1992).
Bagaimaan pemerintah melakukan kebijakan fiskal tergantung pada
kondisi (perkembangan) ekonomi dan tujuan yang ingin dicapai. Ada beberapa
kebijakan fiskal yang masing-masing akan menentukan yang digunakan.
Kebijakan fiskal dibagi menjadi 2 (dua) yaitu menurut segi teori dan
menurut jumlah penerimaan dan pengeluaran.
24
A. Kebijakan Fiskal dari Segi Teori
25
Sedangkan kelemahannya, kondisi perekonomian akan menjadi terpuruk
apabila keadaan perekonomian negara dalam kondisi tidak menguntungkan.
26
a. Pengeluaran pemerintah, perpajakan dan pinjaman dipergunakan secara
terpadu untuk mencapai kestabilan ekonomi.
b. Dalam jangka panjang diusahakan adanya anggaran belanja seimbang.
Namun pada masa depresi digunakan anggaran defisit, sedang dalam masa
inflasi digunakan anggaran belanja surplus.
27
a. Mengupayakan volume dan rasio defisit anggaran terhadap PDB menurun
b. Menurunkan Rasio posisi utang pemerintah – baik utang dalam negeri
maupun utang luar negeri terhadap PDB.
Oleh karena itu pemerintah mempersiapkan langkah-langkah guna
meningkatkan pendapatan negara, mengendalikan belanja negara, dan
mengoptimalkan pilihan pembiayaan defisit anggaran.
a. Penurunan defisit anggaran diupayakan dengan meningkatkan penerimaan
terutama dengan mengoptimalkan penghimpunan pajak melalui perluasan
basis pajak dan lebih mengefisienkan pengeluaran.
b. Disisi pembiayaan, pemerintah berupaya mengoptimalkan hasil penjualan
aset program restrukturisasi perbankan.
c. Dari penjualan aset program restrukturisasi perbankan dan privatrisasi,
pemerintah menggunakan sebagian hasilnya untuk mengurangi posisi
utang dalam negeri. (Laporan Bank Indonesia tahun 2001)
Dengan langkah-langkah kebijakan fiskal seperti di atas, maka realisasi
APBN 2002 mencatat defisit anggaran sebesar Rp 27,67 trilin (1,66% dari PDB)
menurun dibandingkan defisit APBN 2001 sebesar Rp 40,48 triliun (2,72% dari
PDB).
28
h. Menjaga stabilitas harga barang dan jasa agar terhindar dari inflasi
29
Pendapatan Surplus / Defisi
Belanja Negara
Negara t
Tahun Anggaran
(Rp)
(Rp)
(Rp)
2.220,7 -325,9
APBN[2] ▲ 1.894,7 triliun ▲ ▼
triliun triliun
2.133,3 -397,2
APBN-P[3] ▼ 1.736,1 triliun ▲ ▲
triliun triliun
2017
2.080,5 -330,2
APBN[4] ▼ 1.750,3 triliun ▼ ▲
triliun triliun
2.082,9 -296,7
APBN-P[5] ▼ 1.786,2 triliun ▼ ▲
triliun triliun
2016
2.095,7 -273,2
APBN[6] ▲ 1.822,5 triliun ▲ ▲
triliun triliun
1.984,1 -222,5
APBN-P [7] ▼ 1.761,6 triliun ▼ ▼
triliun triliun
2015
2.039,5 -245,9
APBN [8] ▲ 1.793,6 triliun ▲ ▲
triliun triliun
1.876,9 -241,5
APBN-P [9] ▼ 1.635,4 triliun ▲ ▲
triliun triliun
2014
1.842,5 -175,4
APBN [10] ▲ 1.667,1 triliun ▲ ▼
triliun triliun
1.726,2 -224,2
APBN-P [11] ▼ 1.502,0 triliun ▲ ▲
triliun triliun
2013
1.683,0 -153,3
APBN[12] ▲ 1.529,7 triliun ▲ ▼
triliun triliun
1.548,3 -190,1
2012 APBN-P [13] ▲ 1.358,2 triliun ▲ ▲
triliun triliun
30
Pendapatan Surplus / Defisi
Belanja Negara
Negara t
Tahun Anggaran
(Rp)
(Rp)
(Rp)
1.435,4 -124,0
APBN [14] ▲ 1.311,4 triliun ▲ ▼
triliun triliun
1.320,8 -150,8
APBN-P [15] ▲ 1.169,9 triliun ▲ ▲
triliun triliun
2011
1.229,6 -124,7
APBN [16] ▲ 1.104,9 triliun ▲ ▼
triliun triliun
1.126,1 -133,8
APBN-P[17] ▲ 992,4 triliun ▲ ▲
triliun triliun
2010
1.047,7
APBN[18] ▲ 949,7 triliun ▲ ▼ -98,0 triliun
triliun
1.000,8 -129,8
APBN-P [19] ▼ 871,0 triliun ▼ ▲
triliun triliun
2009
1.037,1
APBN[20] ▲ 985,7 triliun ▲ ▼ -51,3 triliun
triliun
31
II.6 Contoh Kasus APBN di Indonesia
II.6.1 Kronologis Kasus Anggaran Dana Operasional Menteri (DOM)
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Kasus dugaan meminta suap dengan paksa disangkakan kepada mantan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik, terus didalami oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi. Pada 3 September 2014, KPK menetapkan Jero
Wacik sebagai tersangka. Jero diduga melakukan tindak pidana korupsi terkait
dengan pengadaan proyek dan Dana Operasional Menteri (DOM) di Kementerian
ESDM pada tahun 2011-2013.
Meski tidak tahu secara pasti bagaimana Jero mengelola uang tersebut, dia
menegaskan bahwa anggaran boleh digunakan untuk segala sesuatu yang
berkaitan dengan pekerjaan menteri. Saleh lantas memberikan contoh saat Jero
meresmikan sebuah kampus. Lantas, dia menyumbangkan sarana dan prasarana
seperti laptop. Nah, uang pembelian perangkat itu boleh menggunakan DOM.
Termasuk saat Jero menghadiri suatu perkawinan.
Jika tidak ada kaitan dengan pekerjaan menteri, anggaran tersebut tak
boleh digunakan secara pribadi. Dia mengatakan, Jero tidak bermasalah dengan
DOM berdasar hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). ’’Kalau dari BPK,
kita WTP (wajar tanpa pengecualian),’’ terangnya.
Jumlah DOM yang sebesar itu bukanlah jumlah yang sedikit, tapi masih
membuat Jero Wacik melakukan korupsi. Dan dengan modus korupsi tersebut,
muncullah surat perintah penyidikan Jero Wacik yang diteken sehari sebelum
pengumuman. Penetapan status tersangka ini merupakan hasil pengembangan
proses penyidikan kasus dugaan korupsi pengadaan di Sekretariat Jenderal ESDM
32
yang menjerat mantan Sekretaris Jenderal ESDM Waryono Karno. Sebelum
penetapan, Ketua KPK Abraham Samad, pernah menyebutkan menemukan
adanya indikasi penyalahgunaan wewenang dan pemerasan di Kementerian
ESDM.
KPK juga telah melakukan ekspose atau gelar perkara terkait dugaan
keterlibatan Jero, dan meminta keterangan dari berbagai pihak, termasuk Wayono,
Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa, serta istri Jero
Wacik, Triesnawati Wacik.(JAKARTA, KOMPAS.com) Dana operasional
menteri yang diduga diperoleh mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Jero Wacik dengan cara memeras rekanan dan bawahannya ternyata mengalir ke
mana-mana.
Catatan yang dimiliki KPK terkait aliran dana operasional menteri (DOM),
yang diduga diperoleh Jero dengan cara memeras rekanan dan bawahan saat yang
bersangkutan menjabat Menteri ESDM, memerinci sejumlah pengeluaran dan
siapa saja pihak yang menerima.
33
Jero diduga berusaha meningkatkan anggaran ini dengan setidaknya tiga
modus. Pertama adalah mengambil dana sisa kegiatan di lingkungan ESDM,
kedua mengumpulkan dana dari rekanan-rekanan atas program-program tertentu,
dan ketiga dengan mengadakan rapat-rapat fiktif. Total kerugian negara akibat
korupsi ini ditaksir mencapai 9,9 milyar.
No Fakta-Fakta Sumber
34
persen tersebut, artinya total
anggaran Kementerian ESDM
pada APBN-P tahun 2011
mencapai Rp20,85 triliun, atau
terjadi kenaikan sebesar Rp5,55
triliun dari pagu APBN
Kementerian ESDM 2011
sebesar Rp15,3 triliun.
35
Rp1.227,0miliar (4,2 persen)
lebih tinggi dari pagunya dalam
APBN tahun 2011 sebesar
Rp29.791,2miliar.
36
program-program
tertentu. Ketiga dengan
mengadakan rapat-rapat fiktif.
37
diduga untuk kepentingan
operasional staf khusus
presiden. Dan sebagai
pencitraan di hadapan presiden
SBY.
17 KPK memanggilAnggota
September Dewan Perwakilan Rakyat,
38
2014 Sutan Bhatoeganasebagai saksi
kasus dugaan pemerasan di
Kementerian ESDM.
Besarnya DOM setiap bulan adalah sekitar 120 juta. Tapi, ternyata jumlah
dana ini tidak cukup untuk Jero Wacik dalam melakukan kegiatan opersionalnya
sebagai menteri. Hal itu menyebabkan Jero Wacik untuk melakukan tindakan
korupsi. Bagaimanapun, tindakan korupsi yang dilakukan Jero Wacik adalah
tindakan pidana dan harus mendapatkan sanksi. Dan akibatnya, Anggaran Belanja
Pemerintah Negara mengalami kebengkakan dan menyebabkan kerugian negara.
Pasanya, uang hasil korupsi tersebut senilai 9,9 milyar.
Penyelewengan dan korupsi anggaran yang terjadi mengidentifikasikan
bahwa anggaran belum bisa berperan sebagaimana fungsinya. Dimana salah satu
fungsi anggaran adalah sebagai regulator, yaitu anggaran membatasi banyaknya
pengeluaran atau belanja yang digunakan oleh negara. Hal ini berarti, dalam
sistem anggaran yang tepat, tidak akan muncul dana-dana yang tidak sesuai
dengan dana yang telah dianggarkan sebelumnya.
39
Dari data dan fakta yang diperoleh, terjadi kenaikanan anggaran secara
keseluruhan. Hal ini disebabkan adanya asumsi dasar yang tidak sesuai dengan
apa yang telah direncanakan. Namun, perubahan APBN yang disebabkan karena
hal ini merupakan hal yang ladzim, karena perubahan asumsi dasar seperti ini
tidak bisa dicegah atau ditanggulangi. Jadi, perubahan APBN yang disebabkan
perubahan asumsi dasar tidak bisa menjadi acuan dalam pengidentifikasian
penyalahgunaan DOM ESDM.
40
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Anggaran pendapatan dan belanja negara ( APBN ),merupakan perwujudan
dari usaha dan kewajidan pemerintah dalam mengolah keuangan negara.Menurut
pasal 23 ayat ( 1 ) UUD 1945,menyebutkan bahwa ‘’ Anggaran pendapatan dan
belanja negara adalah perwujudan dari pengolahan keuangan negara,di tetapkan
setiap tahun menurut UU dan di laksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab sebesar – besarnya untuk kemakmuran rakyat’’.
Anggaran pendapatan dan belanja negara ( APBN ),adalah rencana
tahunan keuangan pemerintah republik ndonesia yang di setujui oleh DPR. APBN
di tetapkan dengan UU .Tahun anggaran APBN meliputi masa satu tahun,mulai
dari tanggal 1 januari sampai dengan 31 desember.
III.2 Saran
41
DAFTAR ISI
42
21. ^ Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007 Tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2008
22. ^ Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007 Tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2008
23. http://darikelas.blogspot.com/
24. http://guruppkn.com/fungsi-apbn
25. http://contohdanfungsi.blogspot.com › Ekonomi.html
26. http://sarinahwiwid.blogspot.com/2015/07/peran-apbn-dalam-perekonomian-
indonesia.html
27. https://belajarkeuangannegara.wordpress.com/2011/03/18/struktur-anggaran-
pendapatan-belanja-negara-apbn/
28. https://www.ilmudasar.com/2017/08/Pengertian-Struktur-Fungi-Anggaran-
Pendapatan-dan-Belanja-Negara-adalah.html
29. https://aimiftah.wordpress.com/2015/01/08/studi-kasus-penyalahgunaan-
dana-operasional-menteri-di-kementerian-energi-dan-sumber-daya-mineral/
30. https://contohdanfungsi.blogspot.com/2013/03/prinsip-prinsip-dalam-
apbn.html
43