Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

PEREKONOMIAN INDONESIA

ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA

(APBN)

Dosen : Helvoni Mahrina SE.,M.M

OLEH : KELOMPOK 10

MANAJAMEN 7.D

Pesisusanti 1534020104
Ade Juanda 1634020116
Nadya Pramitha 1634020093
Suci Rahma Dalita 1634020087

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

2018

1
KATA PENGANTAR

Ucapan puja-puji dan syukur hanya semata milik Allah SWT. Hanya
Kepadanya lah kami memuji dan bersyukur, meminta ampunan dan pertolongan.
Kepadanya juga lah kita meminta perlindungan dari kejelekan diri dari syetan
yang senantiasa membisikkan kebatilan kepada hati kita.

Dengan rahmat serta pertolongan-Nya, puji syukur, akhirnya makalah


tentang “Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)” ini bisa terselesaikan
dengan lancar. Kami menyadari sepenuhnya bahwa tetap terdapat kekurangan
yang ada pada makalah ini.

Kami menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap pembaca
untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan makalah selanjutnya. Kami
berharap hal itu semua dapat dijadikan cambuk buat kami supaya lebih
mengutamakan kualitas makalah ini di masa yang selanjutnya.

Bengkulu, Oktober 2018

Kelompok 10

2
DAFTAR ISI
Halaman judul……………………………………………………………………1
Kata pengantar …………………………………………………………………..2
Daftar isi ………………………………………………………………………….3
Bab 1 Pendahuluan ……………………………………………………………...4
1.1 Latar belakang……………………………..…………………………………..4
1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………...…4
1.3 Manfaat ……………………………………………………………………….5
Bab II Pembahasan ……………………………………………………………...6
2.1 Definisi APBN ………………………………………………………………..6
2.2 Fungsi dan peran APBN………………………………………………………8
2.3 Struktural dan Penyusunan APBN…………………………………………...11
2.4 Prinsip-Prinsip APBN………………………………………………………..21
2.5 Instrumen Dan Analisis Kebijakan Fiskal……………………………………24
2.6 Contoh Kasus APBN di Indonesia ………………………………………….31
Bab III Penutup………………………………………………………………....41
Kesimpulan ……………………………………………………………………...41
Saran ……………………………………………………………………………..41
Daftar pustaka…………………………………………………………………..42

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anggaran pendapatan dan belanja Negara, bila kita simak secara seksama
bukanlah sekedar instrument untuk mencapai stabilitasi suatu pemerintahan dalam
jangka waktu yang relatif pendek, namun pada esensinya sebuah APBN
sebagaimana fungsinya, yakni Sebagai mobilisasi dana investasi yang merupakan
instrument untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan Negara dalam rangka
membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan berupa pembangunan, mencapai
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas
perekonomian dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
Dalam konteks yang lebih spesifik anggaran suatu Negara secara
sederhana bisa pula kita ibaratkan dengan Anggaran Rumah Tangga ataupun
Anggaran Perusahaan yang memiliki 2 (dua) sisi, yakni: sisi
penerimaan/pemasukan dan pengeluaran/pemakaian.
Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan pada ketidakpastian antara
kedua sisi tersebut, misalnya: sisi penerimaan Anggaran Rumah Tangga akan
sangat tergantung pada ada/tidaknya perubahan upah/gaji.
Demikian pula sisi pengeluaran Anggaran Rumah Tangga banyak
dipengaruhi perubahan harga barang dan jasa yang di konsumsi.
Jadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam suatu pemerintahan
merupakan salah satu structural yang berperan sebagai tulang punggung dalam
menopang kehidupan Negara baik itu dalam hal kemakmuran, kesejahteraan,
bahkan berlangsungnya perkembangan suatu Negara untuk mencapai sebuah
kemajuan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja yang menjadi fungsi dan peran APBN ?
2. Bagaimana struktural dan penyusunan APBN ?
3. Apa saja yang menjadi prinsip-prinsip dalam APBN ?
4. Apa saja yang menjadi instrumen dan analisis kebijakan fiskal ?
5. Bagaimana contoh kasus yang ada di Indonesia ?

4
1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi fungsi dan mengetahui peran
APBN bagi Negara.
2. Mengetahui bentuk sstruktural dan bagaimana rancangan penyusunan
APBN.
3. Mengetahui hal-hal yang menjadi prinsip-prinsip dalam APBN.
4. Mengetahui apa saja instrumen serta analisis kebijakan fiskal.
5. Memahami contoh kasus yang ada di Indonesia dan dapat menganalisis
masalah yang ada dari pemahaman mahasiswa mengenai APBN.

5
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat
rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1
Januari – 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban
APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.
Suparmoko (2002) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan anggaran
ialah suatu alat perencanaan tentang penerimaan dan pengeluaran di masa yang
akan datang umumnya disusun dalam jangka waktu satu tahun. Sedangkan
menurut Kementerian Keuangan (2004), Pasal 1 ayat 7 UU Nomor 17 Tahun
2003, APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang
disetujui oleh DPR.
APBN merupakan instrument untuk membiayai kegiatan pemerintah dan
pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan
nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas
pembangunan secara umum.
Dalam menyusun APBN, perencanaan alokasi belanja negara diarahkan
untuk mendorong alokasi sumber-sumber ekonomi agar dapat digunakan secara
produktif, yaitu terjadinya realokasi faktor-faktor produksi yang akan digunakan
secara lebih efisien dan efektif untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih
tinggi khususnya dalam stabilitas perekonomian nasional. Oleh karena itu,
pemerintah perlu menyusun langkah-langkah peningkatan kualitas belanja negara
dengan mengutamakan belanja modal sebagai pendukung pendanaan bagi
kegiatan pembangunan, mengefisienkan pendanaan bagi kegiatan-kegiatan yang
bersifat konsumtif, dan menghindari peningkatan pengeluaran wajib.
Belanja modal difokuskan untuk mendukung program infrastruktur,
mendukung target pertumbuhan ekonomi, dan perbaikan kesejahteraan rakyat,
infrastruktur pertanian, dan infrastruktur energi serta komunikasi (Lestari, 2011).

6
Sebelum tahun 1999 prinsip APBN adalah anggaran berimbang dinamis,
dimana jumlah penerimaan negara selalu sama dengan pengeluaran negara, dan
jumlahnya diupayakan meningkat dari tahun ke tahun. Sejak tahun 1999 hingga
sekarang, prinsip anggaran yang digunakan adalah anggaran surplus/defisit.
Sejalan dengan itu, format dan struktur APBN berubah dari T-Account
menjadi IAccount. Perbedaan antara prinsip anggaran surplus/defisit dengan
prinsip anggaran berimbang adalah bahwa :
1. Pinjaman luar negeri tidak dicatat sebagai sumber penerimaan, melainkan
sebagai sumber pembiayaan.
2. Defisit anggaran ditutup dengan sumber pembiayaan dalam negeri
ditambah sumber pembiayaan luar negeri bersih. Apabila belanja lebih
kecil daripada anggaran, disebut sebagai anggaran surplus. Sebaliknya,
apabila anggaran lebih kecil daripada pengeluaran atau pengeluaran lebih
besar daripada anggaran, disebut anggaran defisit.
Masing-masing kebijakan anggaran mempunyai kecenderungan tersendiri.
Pada sistem anggaran berimbang misalnya, perekonomian cenderung berjalan
stabil jika dibandingkan dengan kebijakan anggaran defisit dan surplus.
APBN terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja negara, dan
pembiayaan adalah merupakan instrumen utama kebijakan fiskal untuk
mengarahan perekonomian nasional dan menstimulus pertumbuhan ekonomi
sehingga besarnya penyerapan akan berdampak pada semakin besarnya daya
dorong terhadap pertumbuhan dan sebaliknya.
Kebijakan APBN diharapkan dapat merespon dinamika rakyat, baik yang
terkait dengan perkembangan perekonomian secara luas, maupun perkembangan
kehidupan rakyat itu sendiri, sehingga diperlukan kebijakan fiskal yang fleksibel
(Lestari, 2011).
Struktur APBN terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja negara,
keseimbangan primer, surplus/defisit, dan pembiayaan. Sejak tahun anggaran
2000, Indonesia telah mengubah komposisi APBN dari T-account menjadi
Iaccount sesuai standar statistik keuangan pemerintah, Government Finance
Statistics (GFS).

7
II.2 Fungsi dan Peran APBN
II.2.1 Fungsi APBN
Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran dan
penerimaan negara agar terjadi keseimbangan yang dinamis dalam rangka
melaksanakan kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya peningkatan
produksi, peningkatan kesempatan kerja, menentukan arah serta prioritas
pembangunan secara umum, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta pada
akhirnya ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur material
maupun spiritual berdasarkan sila ke 5 dari Pancasila dan UUD 1945.
Dalam penggunaannya APBN mempunyai fungsi dalam mengatur
pengeluaran dan pendapatan negara yang digunakan dalam aktivitas pemerintahan
dan pembagunan. Pada dasarnya semuanya bertujuan untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi agar perekonomian stabil dan meningkatkan pendapatan
nasional. APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi. Dalam APBN terdapat penerimaan dan pengeluaran
dimana dapat terjadi kondisi Defisit dan Suplus. Apabila mengalami surplus maka
dana digunakan untuk periode anggaran selanjutnya.
1. Fungsi otorisasi
Mengandung arti bahwa anggaran Negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, dengan
demikian pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggung jawabkan
kepada rakyat.
2. Fungsi perencanaan
Mengandung arti bahwa anggaran Negara dapat menjadi pedoman bagi
Negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu
pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka Negara dapat membuat
rencana-rencana untuk mendukung pembelanjaan tersebut.
Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan membangun proyek
pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat
mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan
dengan baik dan lancar.

8
3. Fungsi pengawasan
Berarti anggaran Negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelengaraan pemerintah Negara sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi masyarakat untuk menilai apakah
tindakan pemerintah mengunakan uang Negara untuk keperluan tertentu itu
dibenarkan atau tidak.
4. Fungsi alokasi
Berarti bahwa anggaran Negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan
efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi
Berarti bahwa kebijakan anggaran Negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi stabilitasi
Memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

II.2.2 Peran APBN


A. APBN Sebagai Alat Mobilisasi Dana Investasi
Sumber dana investasi beasal dari tabungan (saving). Sumber dana
investasi swasta (perusahaan) berasal dari tabungan masyarakat yang terhimpun
pada lembaga keuangan bank. Sedangkan sumber dana invstasi pemerintah
berasal dari tabungan pemerintah. Tabungan pemerintah terbentuk dari sisa
penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin.
Penerimaan dalam negeri terdiri dari penerimaan pajak dan penerimaan
bukan pajak (PNBP). Bagian terbesar dari penerimaan dalam negeri berasal dari
penerimaan pajak. Untuk APBN 2001 dan 2002, masing-masing penerimaan
pajak sebesar Rp 185,54 triliun (61,72%) dan Rp 214,71 triliun (70,42%).
Jumlahnya mengalami kenaikan, namuin rasionya terhadap PDB hampir sama
yaitu masing-masing 12,44% (2001) dan 12,51`% (2002) di bawah target 13,00%.
Tahun 2001 terbentuk tabungan pemerintah sebesar Rp 81,68 triliun,
karena besarnya penerimaan dalam negeri Rp. 300,60 triliun, sedang pengeluaran

9
rutin Rp 218,92 triliun. Sedang tahun 2002 terbentuk tabungan pemerintah Rp
186,19 triliun, karena penerimaan dalam negeri Rp 304,89 triliun sedang
pengeluaran rutin turun menjadi Rp 200,38 triliun.

B. APBN sebagai Alat Stabilisasi Ekonomi


Pemerintah Orde Baru telah menentukan beberapa kebijaksanaan di bidang
anggaran belanja dengan tujuan mempertahankan stabilitas proses pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi. Tindakan-tindakan ini dapat diringkas sebagai
berikut :
a. Anggaran belanja dipertahankan agar seimbang dalam arti bahwa pengeluaran
total tidak melebihi penerimaan total.
b. Tabungan pemerintah diusahakan meningkat dari waktu ke waktu dengan
tujuan agar mampu menghilangkan ketergantungan terhadap bantuan luar negeri
sebagai sumber pembiayaan pembangunan.
c. Basis perpajakan diusahakan diperluas secara berangsur-angsur dengan cara
mengintensifkan penaksiran pajak dan prosedur pengumpulannya.
d. Prioritas harus diberikan kepada pengeluaran-pengeluaran produktif
pembangunan, sedang pengeluaran-pengeluaran rutin dibatasi. Subsidi kepada
perusahaan-perusahaan negara dibatassi.
e. Kebijaksanaann anggaran diarahkan pada sasaran untuk mendorong
pemanfaatan secara maksimal sumber-sumber dalam negeri. (Anne Booth dan
Peter McCawley, 1990)
Relasi ekonomi antara pemerintah dengan perusahaan dan rumah tangga
terutama melalui pembayaran pajak dan gaji, pengeluaran konsumsi, dan
pemberian subsidi.
Dalam sistem ekonomi tertutup tidak ada perdagangan (ekspor dan impor).
Tujuan kebijakan fiskal adalah kestabilan ekonomi yang lebih mantap artinya
tetap mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang layak tanpa adanya
pengangguran yang berarti atau adanya ketidakstabilan harga-harga umum.
Dengan kata lain tujuan kebijakan fiskal adalah pendapatan nasional riil terus
meningkat pada laju yang dimungkinkan oleh perubahan teknologi dan

10
tersedianya faktor-faktor produksi dengan tetap mempertahankan kestabilan
harga-harga umum (Sumarmoko, 1992).
Kebijakan fiskal tercermin pada volume APBN yang dijalankan
pemerintah, karena APBN memuat rincian seluruh penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Dengan demikian APBN dipakai oleh pemerintah alat stabilisasi
ekonomi.
Anggaran yang tidak seimbang akan bisa berpengaruh terhadap pendaptan
nasional. Perubahan pendapatan nasional (tingkat penghasilan) akan ditentukan
oleh besarnya angka multplier (angka pengganda). Angka pengganda ditentukan
oleh besarnya marginal propensity to consume investasi (I) dan konsumsi ( C )
adalah 1/(1-MPC), sedangkan untuk lump-sum tax (Tx) dan pembayaran transfer
(Tr) adalah MPC/(1-MPC).

II.3 Struktural dan Penyusunan APBN


II.3.1 Struktur APBN
Pemerintah sejak tahun 1969/1970 menggunakan Anggaran Belanja
Seimbang Dinamis, hali ini dilaksanakan sebab belajar dari pengalaman sebelum
orde baru yang menggunakan kebijakan pembelanjaan defisit telah membawa
perekonomian negara ke dalam keadaan inflasi yang sangat parah, sehingga
perekonomian tidak berkembang dan mengalami kemacetan dan keruntuhan
diikuti oleh kekacauan sosial politik. Pada masa tersebut pembangunan tidak
terjadi, investasi diganti dengan spekulasi, dan semua prasarana jalan raya,
pelabuhan, listrik, irigasi mengalami kerusakan yang parah.
Anggaran Belanja Seimbang Dinamis diwujudkan dalam format APBN
yang menggunakan format T-account. Dalam T-account, sisi penerimaan dan sisi
pengeluaran dipisahkan di kolom yang berbeda dan mengikuti anggaran yang
berimbang dan dinamis, seimbang berarti sisi penerimaan dan pengeluaran
mempunyai nilai jumlah yang sama. Jika jumlah pengeluaran lebih besar daripada
jumlah penerimaan (defisit), maka kekurangannya ditutupi dari pembiayaan yang
berasal dari sumber-sumber dalam atau luar negeri. Apabila yang terjadi adalah
surplus maka kelebihan akan digunakan untuk keperluan lainnya. Intinya jumlah
kedua sisi baik penerimaan dan pengeluaran selalu sama.

11
Format T-account dirasakan belum memenuhi tuntutan keterbukaan oleh
masyarakat dimana pada format ini sumber pendanaan guna menutup defisit tidak
secara jelas disebutkan, hal ini tampak pada hutang luar negeri yang disebut
sebagai penerimaan pembangunan, padahal yang namanya hutang harus
dikembalikan kepada pemberi pinjaman sedangkan penerimaan adalah dana yang
diterima pemerintah tanpa perlu dikembalikan, sehingga hutang yang seharusnya
akan memberatkan keuangan negara dianggap tidak memberatkan karena
dianggap sebagai penerimaan, demikian pula pembayaran cicilan luar negeri
dianggap sebagai pengeluaran rutin. Hal lain yang juga menjadi kelemahan format
T-Account adalah ketidakjelasan komposisi anggaran yang dikelola pemerintah
pusat dan pemerintah daerah, hal ini disebabkan sistem anggaran terpusat yang
dilaksanakan sebelum bergulirnya reformasi.
Dengan berbagai kelemahan tersebut mulai tahun 2000 di bawah
kepemimpinan Menteri Keuangan yang dijabat Bambang Sudibyo saat itu, format
APBN diubah menjadi I-account hal ini dilaksanakan dengan beberapa alasan
yaitu penyesuaian format dengan Government Finance Statistics (GFS) sehingga
meningkatkan transparansi dalam penyusunan APBN serta mempermudah
analisis, pemantauan, dan pengendalian dalam pelaksanaan dan pengelolaan
APBN serta mempermudah analisis komparasi (perbandingan) dengan budget
negara lain, perubahan ini juga dilaksanakan dalam rangka mengakomodir
perhitungan dana perimbangan yang lebih transparan yang didistribusikan oleh
pemeritah pusat ke pemerintah daerah mengikuti pelaksanaan UU No.25/1999
tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah pasca bergulirnya reformasi.Dalam
format I-Account pinjaman luar negeri diperlakukan sebagai utang, sehingga
jumlahnya harus sekecil mungkin karena pembayaran kembali bunga dan cicilan
pinjaman luar negeri akan memberatkan APBN di masa yang akan datang.
Struktur APBN sendiri terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja
negara, keseimbangan primer, surplus/defisit, dan pembiayaan. Sejak Tahun 2000,
Indonesia telah mengubah komposisi APBN dari T-account menjadi I-account
sesuai dengan standar statistik keuangan pemerintah, Government Finance
Statistics(GFS).

12
1. Pendapatan Negara dan Hibah
Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber. Secara umum yaitu
penerimaan pajak yang meliputi pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai
(PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB), Cukai, dan Pajak lainnya, serta Pajak Perdagangan (bea
masuk dan pajak/pungutan ekspor) merupakan sumber penerimaan utama dari
APBN.
Selain itu, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) meliputi penerimaan
dari sumber daya alam, setoran laba BUMN, dan penerimaan bukan pajak lainnya,
walaupun memberikan kontribusi yang lebih kecil terhadap total penerimaan
anggaran jumlahnya semakin meningkat secara signifikan tiap tahunnya Berbeda
dengan sistem penganggaran sebelum tahun anggaran 2000, pada system
penganggaran saat ini sumber-sumber pembiayaan (pinjaman) tidak lagi dianggap
sebagai bagian dari penerimaan.
Dalam pengadministrasian penerimaan negara, departemen/lembaga tidak
boleh menggunakan penerimaan yang diperolehnya secara langsung untuk
membiayai kebutuhannya. Beberapa pengeculian dapat diberikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan terkait.

2. Belanja Negara
Belanja terdiri atas dua jenis :
A. Belanja pemerintah pusat
Belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan pemerintah
pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah. Belanja pemerintah
pusat dapat di kelompokkan menjadi:
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang
c. Belanja modal
d. Pembiayaan bunga utang
e. Subsidi BBM dan subsidi non-BBM
f. Belanja hibah
g. Belanja sosial (termasuk penangulangan bencana)

13
h. Belanja lainnya.
B. Belanja daerah
Belanja yang dibagi-bagi ke pemerintah daerah, untuk kemudian masuk dalam
pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja daerah meliputi:
a. Dana bagi hasil
b. Dana alokasi umum
c. Dana alokasi khusus
d. Dana otonomi khusus.

3. Defisit dan Surplus


Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran.
Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit; sebaliknya, penerimaan
yang melebihi pengeluaran disebut surplus. Sejak Tahun 2000, Indonesia
menerapkan anggaran defisit menggantikan anggaran berimbang dan dinamis
yang telah digunakan selama lebih dari tiga puluh tahun.
Dalam tampilan APBN, dikenal dua istilah defisit anggaran, yaitu:
keseimbangan primer (primary balance) dan keseimbangan umum (overall
balance). Keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi belanja tidak
termasuk pembayaran bunga.
Keseimbangan umum adalah total penerimaan dikurangi belanja termasuk
pembayaran bunga.

4. Pembiayaan
Pembiayaan disini meliputi:

a. Pembiayaan dalam negeri, meliputi pembiayaan perbankan, privatisasi,


surat utang Negara, serta penyertaan modal Negara.
b. Pembiayaan luar negeri, meliputi penarikan pinjaman luar negeri, terdiri
atas pinjaman program dan pinjaman proyek.
c. Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri, terdiri atas jatuh tempo dan
monatorium.

14
II.3.2 Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara
(APBN)

1. Tahap Pendahuluan
a. Tahap Perancangan
Pemerintah menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(RAPBN) dengan penentuan asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan
pengeluaran, skala prioritas, serta penyusunan budget exercise. Asumsi dasar
APBN meliputi :

1) Pertumbuhan Ekonomi Negara


2) Inflasi
3) Nilai Tukar Mata Uang (Rupiah)
4) Suku Bungan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tiga bulan terakhir
5) Harga Minyak Nasional
6) Lifting

b. Tahap Rapat antar komisi dengan mitra kerjanya untuk membahas rancangan
tersebut (departemen/lembaga teknis) .
c. Tahap finalisasi penyusunan RAPBN oleh pemerintah .

2. Tahap Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN

A. Dimulai dengan pidato presiden sebagai pengantar RUU APBN dan Nota
Keuangan.
B. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan baik antara Menteri Keuangan
dan panitia anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau antar komisi dan
departemen terkait.
C. Menteri Keuangan dan panitia anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
atau antar komisi dan departemen terkait akan menetapkan penerimaan atau
penolakan RAPBN tersebut.

15
D. Jika RAPBN diterima, maka akan disahkan menjadi APBN dan disampaikan
kepada pemerintah untuk dilaksanakan. Tetapi jika RAPBN ditolak, maka
pemerintah harus menggunakan APBN sebelumnya.

3. Tahap Pengawasan Pelaksanaan APBN

A. Tahap pengawasan dilakukan oleh pengawas fungsional baik berasal dari


eksternal (luar pemerintah) maupun Internal (dalam pemerintah).
B. Sebelum berakhirnya tahun anggaran, biasanya di bulan November,
pemerintah melalui Menteri Keuangan membuat laporan pertanggungjawaban
atas pelaksanaan APBN dan melaporkannya dalam bentuk Rancangan
Perhitungan Anggaran Negara (RUU PAN) yang selambat-lambatnya
dilakukan lima belas bulan setelah berakhirnya pelaksanaan APBN tahun
anggaran terkait. Laporan ini harus disusun atas realisasi yang telah diaudit
oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

4. Penyusunan APBN
Proses Penyusunan dan Penetapan APBN dapat dikelompokkan dalam dua
tahap, yaitu:
A. Pembicaraan Pendahuluan antara Pemerintah dan DPR, dari bulan Februari
sampai dengan pertengahan bulan Agustus.
B. Pengajuan, Pembahasan dan Penetapan APBN, dari pertengahan bulan
Agustus sampai dengan bulan Desember.
Berikut ini diuraikan secara singkat kedua tahapan dalam proses
penyusunan APBN tersebut.
A. Pembicaraan Pendahuluan antara Pemerintah dan DPR.
Tahap ini diawali dengan beberapa kali pembahasan antara pemerintah dan
DPR untuk menentukan mekanisme dan jadwal pembahasan APBN. Kegiatan
dilanjutkan dengan persiapan rancangan APBN oleh pemerintah, antara lain
meliputi : penentuan asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan pengeluaran,
skala Prioritas dan penyusunan budget exercise untuk dibahas lebih lanjut dalam
rapat antara Panitia Anggaran dengan Menteri Keuangan dengan atau tanpa
Bappenas.

16
B. Pengajuan, pembahasan dan penetapan APBN.
Tahapan ini dimulai dengan Pidato Presiden sebagai pengantar RUU
APBN dan Nota Keuangan. Selanjutnya akan dilakukan pembahasan baik antara
Menteri Keuangan dengan Panitia Anggaran, maupun antara komisi-komisi
dengan departemen/lembaga teknis terkait.
Hasil dari pembahasan ini adalah Undang-undang APBN yang disahkan
oleh DPR. UU APBN kemudian dirinci ke dalam satuan 3. Satuan 3 yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari undang-undang tersebut adalah dokumen
anggaran yang menetapkan alokasi dana per departemen/lembaga, Sektor, Sub
Sektor, Program dan Proyek/Kegiatan. Apabila DPR menolak RAPBN yang
diajukan pemerintah tersebut, maka pemerintah menggunakan APBN tahun
sebelumnya. Hal itu berarti pengeluaran maksimum yang dapat dilakukan
pemerintah harus sama dengan pengeluaran tahun lalu.
Pada saat APBN disusun, setidaknya terdapat tujuh sumber ketidakpastian
yang berpengaruh besar dalam penentuan volume APBN baik sisi pendapatan
maupun belanja. Sumber ketidakpastian itu menjadi asumsi dasar yang digunakan
sebagai pedoman dalam menyusun APBN.
Asumsi dasar tersebut adalah sebagai berikut :

NO ASUMSI APBN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


1 Pertumbuhan Pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya
ekonomi Perkembangan ekonomi global dan tahun
tahunan (%) berjalan
Kondisi sosial, politik dan keamanan dalam
negeri tahun berjalan
Kebijakan restrukturisasi di berbagai bidang
yang akan dilaksanakan dalam tahun berjalan
Kebijakan ekonomi makro yang dilaksanakan
pada tahun berjalan
Pertumbuhan ekonomi : konsumsi swasta,
investasi, ekspor
2 Produk Domestik

17
Bruto (PDB)
dalam rupiah
3 Inflasi (%) Kenaikan TDL
Menguatnya rupiah
Lancarnya distribusi barang
Kebijakan fiskal dan moneter yang hati-hati
4 Nilai tukar rupiah Koreksi undervalued, membaiknya konsisi
per USD keamanan, social, politik
5 Suku bunga SBI 3 Menguat atau melemahnya nilai tukar rupiah
bulan (%)
6 Harga minyak Permintaan dan penawaran minyak dunia
indonesia
(USD/barel)
7 Produksi minyak Kuota OPEC, kapasitas sumur yang semakin
Indonesia (barel/hari) menurun sementara penemuan sumur baru
relatif kecil, gangguan keamanan

II.3.3 Siklus APBN

Siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah


rangkaian kegiatan dalam proses penganggaran yang dimulai pada saat anggaran
negara mulai disusun sampai dengan perhitungan anggaran disahkan dengan
undang-undang.

Ada 5 tahapan pokok dalam satu siklus APBN di Indonesia. Dari kelima
tahapan itu, tahapan ke-2 (kedua) dan ke-5 (kelima) dilaksanakan bukan oleh
pemerintah, yaitu masing-masing tahap kedua penetapan/persetujuan APBN
dilaksanakan oleh DPR (lembaga legislatif), dan tahap kelima pemeriksaan dan
pertanggungjawaban dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Sedangkan tahapan lainnya dilaksanakan oleh pemerintah. Tahapan kegiatan
dalam siklus APBN adalah sebagai berikut:

18
1. Perencanaan dan penganggaran APBN

Tahapan ini dilakukan pada tahun sebelum anggaran tersebut dilaksanakan


(APBN t-1) misal untuk APBN 2014 dilakukan pada tahun 2013 yang meliputi
dua kegiatan yaitu, perencanaan dan penganggaran. Tahap perencanaan dimulai
dari:

a. Penyusunan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional.


b. Kementerian Negara/Lembaga (K/L) melakukan evaluasi pelaksanaan
program dan kegiatan pada tahun berjalan, menyusun rencana inisiatif baru
dan indikasi kebutuhan anggaran.
c. Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan mengevaluasi
pelaksanaan program dan kegiatan yang sedang berjalan dan mengkaji usulan
inisiatif baru berdasarkan prioritas pembangunan serta analisa pemenuhan
kelayakan dan efisiensi indikasi kebutuhan dananya.
d. Indikatif dan rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah ditetapkan.
e. K/L menyusun rencana kerja (Renja).
f. Pertemuan tiga pihak (trilateral meeting) dilaksanakan antara K/L,
Kementerian Perencanaan, dan Kementerian Keuangan.
g. Rancangan awal RKP disempurnakan.
h. RKP dibahas dalam pembicaraan pendahuluan antara Pemerintah dengan
DPR; (9) RKP ditetapkan.

A. Tahap penganggaran dimulai dari:

a. Penyusunan kapasitas fiskal yang menjadi bahan penetapan pagu indikatif.


b. Penetapan pagu indikatif (3) penetapan pagu anggaran K/L.
c. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran K/L (RKA-K/L).
d. Penelaahan RKA-K/L sebagai bahan penyusunan nota keuangan dan
rancangan undang-undang tentang APBN.
e. Penyampaian Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangan UU tentang
APBN kepada DPR.

19
2. Penetapan/Persetujuan APBN

Kegiatan penetapan/persetujuan ini dilakukan pada APBN t-1, sekitar


bulan Oktober-Desember. Kegiatan dalam tahap ini berupa pembahasan
Rancangan APBN dan Rancangan Undang-undang APBN serta penetapannya
oleh DPR.

Selanjutnya berdasarkan persetujuan DPR, Rancangan UU APBN


ditetapkan menjadi UU APBN. Penetapan UU APBN ini diikuti dengan
penetapan Keppres mengenai rincian APBN sebagai lampiran UU APBN
dimaksud.

3. Pelaksanaan APBN

Jika tahapan kegiatan ke-1 dan ke-2 dilaksanakan pada APBN t-1, kegiatan
pelaksanaan APBN dilaksanakan mulai 1 Januari - 31 Desember pada tahun
berjalan (APBN t).

Dengan kata lain, pelaksanaan tahun anggaran 2014 akan dilaksanakan mulai
1 Januari 2014 - 31 Desember 2014.Kegiatan pelaksanaan APBN dilakukan oleh
pemerintah dalam hal ini kementerian/lembaga (K/L). K/L mengusulkan
konsep Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) berdasarkan Keppres
mengenai rincian APBN dan menyampaikannya ke Kementerian Keuangan untuk
disahkan. DIPA adalah alat untuk melaksanakan APBN. Berdasarkan DIPA inilah
para pengelola anggaran K/L (Pengguna Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran,
dan Pembantu Pengguna Anggaran) melaksanakan berbagai macam kegiatan
sesuai tugas dan fungsi instansinya.

4. Pelaporan dan Pencatatan APBN

Tahap pelaporan dan pencatatan APBN dilaksanakan bersamaan dengan


tahap pelaksanaan APBN, 1 Januari-31 Desember. Laporan keuangan pemerintah
dihasilkan melalui proses akuntansi, dan disajikan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan pemerintah yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Neraca, dan Laporan Arus Kas, serta catatan atas laporan keuangan.

20
5. Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban APBN

Tahap terakhir siklus APBN adalah tahap pemeriksanaan dan


pertanggungjawaban yang dilaksanakan setelah tahap pelaksanaan berakhir
(APBN t+1), sekitar bulan Januari - Juli. Contoh, jika APBN dilaksanakan tahun
2013, tahap pemeriksaan dan pertanggungjawabannya dilakukan pada tahun 2014.
Pemeriksaan ini dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Untuk pertanggungjawaban pengelolaan dan pelaksanaan APBN secara


keseluruhan selama satu tahun anggaran, Presiden menyampaikan rancangan
undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR
berupa laporan keuangan yang telah diperiksa BPK, selambat-lambatnya 6 (enam)
bulan setelah tahun anggaran berakhir.

II.4 Prinsip-Prinsip APBN

Sejak Orde Baru mulai membangun, APBN kita disusun atas dasar tiga
prinsip : prinsip anggaran berimbang (balance budget), prinsip anggaran dinamis
dan prinsip anggaran fungsional. Masing-masing prinsip ini dapat diukur dengan
cara perhitungan tertentu (Susento, 1995).

Namun sejak tahun 1999 tidak lagi digunakan prinsip anggaran berimbang
dalam menyusun APBN. APBN disusun berdasarkan prinsip anggaran defisit.

1. Prinsip Anggaran Defisit


Bedanya dengan prinsip anggaran berimbang adalah bahwa pada anggaran
defisit ditentukan :
a. Pinjaman LN tidak dicatat sebagai sumber penerimaan melainkan sebagai
sumber pembiayaan.
b. Defisit anggaran ditutup dengan sumber pembiayaan DN + sumber
pembiayaan LN (bersih)

21
Sebagai perbandingan dapat diringkas sebagai berikut :
Anggaran Defisit : Anggaran Berimbang :
PNH – BN = DA PDN – PR = TP
DA = PbDN + PbLN DAP = AP – TP
PbDN = PkDN + Non – Pk DN
PbLN = PPLN – PC PULN
Keterangan : Keterangan :
PNH = pendapatan negara dan hibah PDN = Pendapatan DN
BN = belanja negara PR = pengeluaran rutin
DA = defisit Anggaran TP = tabungan pemerintah
PbDN = pembiayaan DN DAP= defisit anggaran
PkDN = Perbankan DN pembangunan
Non-PkDN = Non-Perbankan DN AP = anggaran pembangunan
PbLN = pembiayaan LN BLN = bantuan luar negeri
PPLN = penerimaan pinjaman LN
PCPULN = pembayaran cicilan pokok
Utang luar Negeri

2. Prinsip Anggaran Dinamis


Ada anggaran dinamis absolut dan anggaran dinamis relatif. Anggaran
dikatakan bersifat dinamis absolut apabila TP dari tahun ke tahun terus
meningkat. Anggaran bersifat dinamis relatif apabila prosentase kenaikan TP
(DTP) terus meningkat atau prosentase ketergantungan pembiayaan pembangunan
dari pinjaman luar negeri terus menurun.
Anggaran dinamis relatif dapat dihitung dengan cara :

(1) Prosentase perubahan TP (DTP)


TPx - TP(x-1)
DTP = ---------------------- . 100%
TP(x-1)

22
(2) Prosentase Ketergantungan Pembiayaan
BLN
Bi = -------------- . 100%
DP

Keterangan :
TPz = tabungan pemerintah tahun x
TP(x-1) = tabungan pemerintah tahun sebelumnya
B1 = tingkat ketergantungan pembiayaan dari bantuan LN

3. Prinsip Anggaran Fungsional


Anggaran fungsional berarti bahwa bantuan/ pinjaman LN hanya berfungsi
untuk membiayai anggaran belanja pembangunan (pengeluaran pembangunan)
dan bukan untuk membiayai anggaran belanja rutin. Prinsip ini sesuai dengan azas
“bantuan luar negeri hanya sebagai pelengkap” dalam pembiayaan pembangunan.
Artinya semakin kecil sumbangan bantuan/ pinjaman luar negeri terhadap
pembiayaan anggaran pembangunan, maka makin besar fungsionalitas anggaran.
Di sini perlu kiranya diberi tolok ukur kuantitatif untuk menentukann
sampai seberapa jauh makna kata “sebagai pelengkap” misalnya :
1) Bila nilai Ri : > 50% = bantuan/pinjaman luar negeri sebagai sumber daya
utama.
2) Bila nilai Ri : 20% - 50% = bantuan/ pinjaman luar negeri sebagai sumber dana
penting.
3) Bila nilai Ri : < 20% = bantuan/ pinjaman luar negeri sebagai sumber dana
pelengkap.
Pada tahun 1974/1975 nilai Ri sebesar 213,9% (terkecil) dan tahun 1988/
1989 nilainya 81,5% (terbesar). Selama Pelita I sampai Pelita V, rata-rata nilai Ri
sebesar 46,3%. Jadi selama 25 tahun membangun, bantuan/ pinjaman luar negeri
masih merupakan sumber dana yang penting bagi pembiayaan pembangunan di
Indonesia.

23
II.5 Instrumen Dan Analisis Kebijakan Fiskal
II.5.1 Definisi Kebijakan Fiskal
Kata fiskal berasal dari bahasa latin, fiscus yaitu nama seorang pemegang
kuasa atas keuangan pertama pada zaman Romawi kuno. Secara harfiah berarti
keranjang atau tas. Adapun kata fisc dalam bahasa Inggris berarti pembendaharaan
atau pengaturan keluar masuknya uang dalam kerajaan. Fiskal digunakan untuk
menjelaskan bentuk pendapatan Negara atau kerajaan yang dikumpulkan dari
masyarakat dan oleh pemerintahan Negara atau kerajaan dianggap sebagai
pendapatan lalu digunakan sebagai pengeluaran dengan program-program untuk
menghasilkan pencapaian terhadap pendapatan nasional, produksi dan
perekonomian serta digunakan pula sebagai perangkat keseimbangan dalam
perekonomian.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pihak
pemerintah guna mengelola dan mengarahkan kondisi perekonomian ke arah yang
lebih baik atau yang diinginkan dengan cara mengubah atau memperbarui
penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Salah satu hal yang ditonjolkan dari
kebijakan fiskal ini adalah pengendalian pengeluaran dan penerimaan pemerintah
atau negara.
Karena disadari adanya pengaruh-pengaruh penerimaan maupun
pengeluaran pemerintah terhadap besarnya pendapatan nasional, maka timbul
gagasan untuk dengan sengaja mengubah-ubah pengeluaran dan penerimaan
pemerintah guna mencapai kestabilan ekonomi. Teknik mengubah pengeluaran
dan penerimaan pemerintah inilah yang kita kenal dengan kebijakan fiskal
(Suparmoko, 1992).
Bagaimaan pemerintah melakukan kebijakan fiskal tergantung pada
kondisi (perkembangan) ekonomi dan tujuan yang ingin dicapai. Ada beberapa
kebijakan fiskal yang masing-masing akan menentukan yang digunakan.

II.5.2 Macam-Macam Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal dibagi menjadi 2 (dua) yaitu menurut segi teori dan
menurut jumlah penerimaan dan pengeluaran.

24
A. Kebijakan Fiskal dari Segi Teori

1. Kebijakan Fiskal Fungsional

Merupakan kebijakan untuk pertimbangan pengeluaran anggaran dan


penambahan kesempatan kerja yang dilakukan oleh pemerintah karena akibat
tidak langsung dari pendapatan nasional.

2. Kebijakan Fiskal yang Disengaja

Merupakan kebijakan fiskal yang dimaksudkan untuk mengatasi masalah-


masalah ekonomi yang sedang dihadapi dengan cara memanipulasi anggaran
belanja secara sengaja, baik melalui perubahan perpajakan maupun perubahan
pengeluaran pemerintah. Ada tiga bentuk dari macam kebijakan fiskal ini yaitu.

a. Membuat perubahan pada pengeluaran pemerintah


b. Membuat perubahan pada sistem pemungutan pajak
c. Membuat perubahan secara serentak baik pada pengelolaan pemerintah maupun
sistem pemungutan pajak

3. Kebijakan Fiskal Tak Disengaja

Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengendalikan kecepatan siklus bisnis


supaya tidak terlalu fluktuatif. Dalam kondisi depresi, kebijakan ini dimaksudkan
untuk menambah aktivitas kegiatan ekonomi yang terjadi.
Sedangkan dalam keadaan inflasi, kebijakan ini akan mengurangi aktivitas
tersebut. Jenis penstabil otomatis atau kebijakan fiskal tak disengaja yaitu pajak
proporsional, pajak progresif, kebijakan harga minimum, asuransi pengangguran.

B. Kebijakan Fiskal dari Jumlah Penerimaan & Pengeluaran

1. Kebijakan Fiskal Seimbang

Kebijakan fiskal seimbang merupakan kebijakan yang membuat antara


penerimaan dan pengeluaran menjadi sama jumlahnya. Salah satu kelebihan dari
kebijakan fiskal seimbang yaitu Negara tidak perlu meminjam dana dari pihak
dalam Negeri atau luar Negeri.

25
Sedangkan kelemahannya, kondisi perekonomian akan menjadi terpuruk
apabila keadaan perekonomian negara dalam kondisi tidak menguntungkan.

2. Kebijakan Fiskal Surplus

Kebijakan fiskal surplus merupakan kebijakan yang mana jumlah pendapatan


harus sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah pengeluaran. Kebijakan
fiskal ini merupakan cara untuk menghindari inflasi.

3. Kebijakan Fiskal Defisit

Kebijakan fiskal defisit yaitu kebijakan yang berlawanan dengan kebijakan


surplus. Berarti jumlah pendapatan lebih rendah dari jumlah pengeluaran.
Beberapa kelebihan dari kebijakan fiskal ini adalah bisa mengatasi kelesuan dan
depresi pertumbuhan perekonomian.
Sedangkan untuk kekurangannya adalah anggaran negara selalu dalam
keadaan kekurangan.

4. Kebijakan Fiskal Dinamis

Kebijakan fiskal dinamis merupakan suatu kebijakan yang mirip dengan


kebijakan fiskal seimbang namun dengan ditambah improvisasi yaitu sama besar
jumlahnya tetapi seiringnya waktu kedua-duanya akan bertambah besarnya.
Kegunaan dari kebijakan ini adalah menyediakan pendapatan yang bisa untuk
memenuhi kebutuhan pemerintah yang bertambah seiring berjalannya waktu.

II.5.3 Instrumen Kebijakan Fiskal


1. Pembiayaan fungsional
a. Pengeluaran pemerintah ditentukan dengan melihat akbiat-akibat tidak
langsung terhadap pendapatan nasional.
b. Pajak dipakai untuk mengatur pengeluaran swasta, bukan untuk
meningkatkan penerimaan pemerintah.
c. Sedang pinjaman dipakai sebagai alat untuk menekan inflasi lewat
pengurangan dana yang ada di masyarakat.
2. Pengeluaran Anggaran

26
a. Pengeluaran pemerintah, perpajakan dan pinjaman dipergunakan secara
terpadu untuk mencapai kestabilan ekonomi.
b. Dalam jangka panjang diusahakan adanya anggaran belanja seimbang.
Namun pada masa depresi digunakan anggaran defisit, sedang dalam masa
inflasi digunakan anggaran belanja surplus.

II.5.4 Analisis Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal tahun anggaran 1999/2000 diarahkan pada empat sasaran
utama : (Laporan Bank Indonesia tahun 1999).
1. Menciptakan stimulus fiskal
Guna menciptakan stimulus fiskal dengan sasaran penerimaan manfaat yang
lebih tepat, pemerintah telah mengeluarkan peraturan-peraturan administratif dan
menciptakan mekanisme penyaluran dana secara transparan (dana JPS).
2. Memperkuat Basis Penerimaan
Upaya memperkuat basis penerimaan ditempuh melalui perbaikan
administrasi dan struktur pajak, ekstensifikasi penerimaan pajak dan bukan pajak,
seperti penjualan saham BUMn, penjualan asset BPPN.
3. Mendukung Program Rekapitalisasi Perbankan
Upaya untuk menunjang program rekapitalisasi dan penyehatan perbankan
dilakukan dengan memasukkan biaya restruktursiasi perbankan ke dalam APBN.
4. Mempertahankan Prinsip Pembiayaan Defisit
Pemerintah tetap memeprtahankan prinsip untuk tidak menggunakan
pembiayaan defisit anggaran dari bank sentral dan bank-bank di dalam negeri.
Pemerintah tetap mengupayakan pinjaman dari luar negeri, yang diperboleh
dari lembaga keuangan internasional seperti bank Dunia, ADB, dan OECF serta
sejumlah negara sahabat secara bilateral, terutama dalam kerangka CGI.
Dengan menempuh kebijakan fiskal seperti di atas, secara keseluruhan
operasi keuangan pemerintah sampai dengan Desember 1999 mencapai defisit
sebesar Rp 3,2 triliun atau 4% dari pada PDB.
Dalam tahun 2002, kebijakan keuangann negara diarahkan pada upaya untuk
mewujudkann ketahanan fiskal yang berkelanjutan (fiscal sustainability). Untuk
itu ada dua langkah strategis yang tergambar dalam penyusunan APBN 2002.

27
a. Mengupayakan volume dan rasio defisit anggaran terhadap PDB menurun
b. Menurunkan Rasio posisi utang pemerintah – baik utang dalam negeri
maupun utang luar negeri terhadap PDB.
Oleh karena itu pemerintah mempersiapkan langkah-langkah guna
meningkatkan pendapatan negara, mengendalikan belanja negara, dan
mengoptimalkan pilihan pembiayaan defisit anggaran.
a. Penurunan defisit anggaran diupayakan dengan meningkatkan penerimaan
terutama dengan mengoptimalkan penghimpunan pajak melalui perluasan
basis pajak dan lebih mengefisienkan pengeluaran.
b. Disisi pembiayaan, pemerintah berupaya mengoptimalkan hasil penjualan
aset program restrukturisasi perbankan.
c. Dari penjualan aset program restrukturisasi perbankan dan privatrisasi,
pemerintah menggunakan sebagian hasilnya untuk mengurangi posisi
utang dalam negeri. (Laporan Bank Indonesia tahun 2001)
Dengan langkah-langkah kebijakan fiskal seperti di atas, maka realisasi
APBN 2002 mencatat defisit anggaran sebesar Rp 27,67 trilin (1,66% dari PDB)
menurun dibandingkan defisit APBN 2001 sebesar Rp 40,48 triliun (2,72% dari
PDB).

II.5.5 Tujuan Kebijakan Fiskal

Tujuan utama dikeluarkannya kebijakan fiskal adalah untuk menentukan


arah, tujuan, sasaran, dan prioritas pembangunan nasional serta pertumbuhan
perekonomian bangsa. Adapun tujuan-tujuan dikeluarkannya kebijakan fiskal
secara rinci adalah sebagai berikut.

a. Mencapai kestabilan perekonomian nasional.


b. Memacu pertumbuhan ekonomi.
c. Mendorong laju investasi.
d. Membuka kesempatan kerja yang luas.
e. Mewujudkan keadilan sosial.
f. Sebagai wujud pemerataan dan pendistribusian pendapatan.
g. Mengurangi pengangguran.

28
h. Menjaga stabilitas harga barang dan jasa agar terhindar dari inflasi

II.5.6 Surat Utang Negara (SUN)


Pada tahun 2002 pemerintah memberlakukan Undang-Undang No. 24
Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara (SUN). Sebelum undang-undang ini
disahkan, istilah Surat Utang Negara lebih dikenal sebagai obligasi pemerintah.
A. Beberapa point yang penting mengenai SUN adalah :
3. Tema pokok UU SUN adalah memberikan “standing appropriation”, yaitu
jaminan pemerintah kepada pasar untuk membayar semua kewajiban pokok
dan bunga utang yang timbul akibat penerbitan SUN.
4. Surat Utang Negara terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
semacam T-Bills di AS dan Obligasi Negara (ON).
5. SPN merupakan SUN berjangka waktu sampai dengan 12 bulan dengan
pembayaran bunga secara diskonto (mirip SBI).
6. ON merupakan SUN berjangka waktu lebih dari 12 bulan dengan kupon dan/
atau pembayaran bunga secara diskonto.

B. Tujuan penerbitan SUN adalah :


1. Membiayai defisit APBN.
2. Menutup kekurangan kas jangka pendek akibat ketidaksesuaian awntara arus
kas penerimaan dan pengeluaran pada rekening kas negara dalam satu tahun
anggaran.
3. Mengelola portofolio utang negara.

Pendapatan Surplus / Defisi


Belanja Negara
Negara t
Tahun Anggaran
(Rp)
(Rp)
(Rp)

2018 APBN-P n/a n/a n/a

29
Pendapatan Surplus / Defisi
Belanja Negara
Negara t
Tahun Anggaran
(Rp)
(Rp)
(Rp)

2.220,7 -325,9
APBN[2] ▲ 1.894,7 triliun ▲ ▼
triliun triliun

2.133,3 -397,2
APBN-P[3] ▼ 1.736,1 triliun ▲ ▲
triliun triliun
2017
2.080,5 -330,2
APBN[4] ▼ 1.750,3 triliun ▼ ▲
triliun triliun

2.082,9 -296,7
APBN-P[5] ▼ 1.786,2 triliun ▼ ▲
triliun triliun
2016
2.095,7 -273,2
APBN[6] ▲ 1.822,5 triliun ▲ ▲
triliun triliun

1.984,1 -222,5
APBN-P [7] ▼ 1.761,6 triliun ▼ ▼
triliun triliun
2015
2.039,5 -245,9
APBN [8] ▲ 1.793,6 triliun ▲ ▲
triliun triliun

1.876,9 -241,5
APBN-P [9] ▼ 1.635,4 triliun ▲ ▲
triliun triliun
2014
1.842,5 -175,4
APBN [10] ▲ 1.667,1 triliun ▲ ▼
triliun triliun

1.726,2 -224,2
APBN-P [11] ▼ 1.502,0 triliun ▲ ▲
triliun triliun
2013
1.683,0 -153,3
APBN[12] ▲ 1.529,7 triliun ▲ ▼
triliun triliun

1.548,3 -190,1
2012 APBN-P [13] ▲ 1.358,2 triliun ▲ ▲
triliun triliun

30
Pendapatan Surplus / Defisi
Belanja Negara
Negara t
Tahun Anggaran
(Rp)
(Rp)
(Rp)

1.435,4 -124,0
APBN [14] ▲ 1.311,4 triliun ▲ ▼
triliun triliun

1.320,8 -150,8
APBN-P [15] ▲ 1.169,9 triliun ▲ ▲
triliun triliun
2011
1.229,6 -124,7
APBN [16] ▲ 1.104,9 triliun ▲ ▼
triliun triliun

1.126,1 -133,8
APBN-P[17] ▲ 992,4 triliun ▲ ▲
triliun triliun
2010
1.047,7
APBN[18] ▲ 949,7 triliun ▲ ▼ -98,0 triliun
triliun

1.000,8 -129,8
APBN-P [19] ▼ 871,0 triliun ▼ ▲
triliun triliun
2009
1.037,1
APBN[20] ▲ 985,7 triliun ▲ ▼ -51,3 triliun
triliun

APBN-P [21] ▲ 895,0 triliun ▲ 989,5 triliun ▲ -94,5 triliun


2008 -73,3 triliun
APBN[22] ▲ 781,4 triliun ▲ 854,7 triliun ▲

31
II.6 Contoh Kasus APBN di Indonesia
II.6.1 Kronologis Kasus Anggaran Dana Operasional Menteri (DOM)
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Kasus dugaan meminta suap dengan paksa disangkakan kepada mantan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik, terus didalami oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi. Pada 3 September 2014, KPK menetapkan Jero
Wacik sebagai tersangka. Jero diduga melakukan tindak pidana korupsi terkait
dengan pengadaan proyek dan Dana Operasional Menteri (DOM) di Kementerian
ESDM pada tahun 2011-2013.

Pasalnya, menurut Juru Bicara Kementerian ESDM, Saleh Abdurahman


menjelaskan DOM yang besarnya tiap bulan mencapai Rp 120 juta.Dengan DOM
tersebut, dalam setahun ada jatah Rp 1,440 miliar untuk berbagai kegiatan Jero.
Penggunaan uang sebesar itu, menurut Saleh, mutlak ada di tangan menteri.
’’DOM dibagikan ke seluruh kementerian, untuk menteri. Beliau yang tahu untuk
apa dana itu,’’ ujarnya.

Meski tidak tahu secara pasti bagaimana Jero mengelola uang tersebut, dia
menegaskan bahwa anggaran boleh digunakan untuk segala sesuatu yang
berkaitan dengan pekerjaan menteri. Saleh lantas memberikan contoh saat Jero
meresmikan sebuah kampus. Lantas, dia menyumbangkan sarana dan prasarana
seperti laptop. Nah, uang pembelian perangkat itu boleh menggunakan DOM.
Termasuk saat Jero menghadiri suatu perkawinan.

Jika tidak ada kaitan dengan pekerjaan menteri, anggaran tersebut tak
boleh digunakan secara pribadi. Dia mengatakan, Jero tidak bermasalah dengan
DOM berdasar hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). ’’Kalau dari BPK,
kita WTP (wajar tanpa pengecualian),’’ terangnya.

Jumlah DOM yang sebesar itu bukanlah jumlah yang sedikit, tapi masih
membuat Jero Wacik melakukan korupsi. Dan dengan modus korupsi tersebut,
muncullah surat perintah penyidikan Jero Wacik yang diteken sehari sebelum
pengumuman. Penetapan status tersangka ini merupakan hasil pengembangan
proses penyidikan kasus dugaan korupsi pengadaan di Sekretariat Jenderal ESDM

32
yang menjerat mantan Sekretaris Jenderal ESDM Waryono Karno. Sebelum
penetapan, Ketua KPK Abraham Samad, pernah menyebutkan menemukan
adanya indikasi penyalahgunaan wewenang dan pemerasan di Kementerian
ESDM.

KPK juga telah melakukan ekspose atau gelar perkara terkait dugaan
keterlibatan Jero, dan meminta keterangan dari berbagai pihak, termasuk Wayono,
Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa, serta istri Jero
Wacik, Triesnawati Wacik.(JAKARTA, KOMPAS.com) Dana operasional
menteri yang diduga diperoleh mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Jero Wacik dengan cara memeras rekanan dan bawahannya ternyata mengalir ke
mana-mana.

Dari catatan yang dimiliki Komisi Pemberantasan Korupsi, penerima


aliran dana operasional Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) antara
lain Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa, politisi
Partai Demokrat Sutan Bhatoegana, dan Pemimpin Redaksi Indopos Don
Kardono.

Catatan yang dimiliki KPK terkait aliran dana operasional menteri (DOM),
yang diduga diperoleh Jero dengan cara memeras rekanan dan bawahan saat yang
bersangkutan menjabat Menteri ESDM, memerinci sejumlah pengeluaran dan
siapa saja pihak yang menerima.

Indikasi penyelewengan muncul setelah KPK menemukan adanya perintah


Jero kepada Waryono Karno saat Waryono masih menjabat sekretaris jenderal
untuk “memainkan” anggaran di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Jero telah membantah dan menyatakan anggaran DOM sudah ditetapkan dalam
APBN melalui surat keputusan Menteri Keuangan. Dia juga mengaku baru
menjabat Menteri ESDM pada Oktober 2011, sehingga tidak mengetahui apa
yang terjadi di dalam Kementerian ESDM pada 2010 hingga Oktober 2011.
Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto mengungkapkan, sejak menjabat sebagai
Menteri ESDM pada 2011, Jero mengeluh kecilnya anggaran Dana Operasional
Menteri.

33
Jero diduga berusaha meningkatkan anggaran ini dengan setidaknya tiga
modus. Pertama adalah mengambil dana sisa kegiatan di lingkungan ESDM,
kedua mengumpulkan dana dari rekanan-rekanan atas program-program tertentu,
dan ketiga dengan mengadakan rapat-rapat fiktif. Total kerugian negara akibat
korupsi ini ditaksir mencapai 9,9 milyar.

Jero disangkakan dengan pasal 12 E Undang-undang No 31 tahun 1999


tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah pada UU No.
20 tahun 2001 juncto pasal 23 juncto pasal 421 KUHPidana.

II.6.2 Penyelewengan Anggaran dalam DOM ESDM


Penyelewengan dana yang terjadi di Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) merupakan penyalahgunaan anggaran yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Menteri dan para petinggi lainnya seharusnya
menjadi pihak yang bertanggung jawab penuh dalam hal penggunaan anggaran
tersebut.

Hal ini karena anggaran digunakan untuk membangun infrastruktur dan


melakukan pembangunan nasional serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Namun pada kenyataannya, anggaran Kementerian ESDM mengalami
penyalahgunaan sehingga APBNP mengalami peningkatan dan dana sebesar 9,9
miliyar hilang dan merugikan negara. Berikut ini adalah fakta-fakta yang
mendukung penyelewengan tersebut:

No Fakta-Fakta Sumber

Kementerian Energi dan


SumberDaya Mineral (ESDM)
mengusulkan kenaikan anggaran
sebesar 27 persen dalam
Anggaran Pendapatan dan http://kemenkeu.go.id/Berit
Belanja Negara Perubahan a/kementerian-esdm-
(APBN-P) tahun 2011.Dengan usulkan-27-persen-
1. kenaikan anggaran sebesar 27 kenaikan-anggaran

34
persen tersebut, artinya total
anggaran Kementerian ESDM
pada APBN-P tahun 2011
mencapai Rp20,85 triliun, atau
terjadi kenaikan sebesar Rp5,55
triliun dari pagu APBN
Kementerian ESDM 2011
sebesar Rp15,3 triliun.

Alokasi anggaran belanja


pegawai dalam APBN-P2011
ditetapkan sebesar Rp182.875,0
miliar, yang berarti meningkat
Rp2.050,1 miliaratau 1,1 persen
dari pagu yang ditetapkan dalam
APBN tahun 2011 sebesar Nota Keuangan dan APBN-
2. Rp180.824,9miliar. P 2011 hal IV-4

Alokasi anggaran belanja gaji


dan tunjangan dalam APBN-P
2011 dianggarkan
sebesarRp89.743,5 miliar.
Jumlah ini berarti mengalami
peningkatan sebesar Rp17,3
miliar(0,02 persen) dari pagunya
dalam APBN tahun 2011 Nota Keuangan dan APBN-
3. sebesar Rp89.726,2 miliar. P 2011 hal IV-4

Alokasi anggaran pada belanja


honorarium, vakasi, lembur, dan
lain-laindalam APBN-P tahun
2011, dianggarkan sebesar Nota Keuangan dan APBN-
4. Rp31.018,2 miliar, yang berarti P 2011 hal IV-4

35
Rp1.227,0miliar (4,2 persen)
lebih tinggi dari pagunya dalam
APBN tahun 2011 sebesar
Rp29.791,2miliar.

KPK menemukan adanya


perintah Jero kepada Waryono
Karno saat Waryono masih
menjabat sekretaris jenderal
untuk “memainkan” anggaran di
Kementerian Energi dan Sumber
4. Daya Mineral. Penyidikan KPK

Wakil Ketua KPK, Bambang


Widjojantomengungkapkan,
sejak menjabat sebagai Menteri
ESDM pada 2011, Jero
mengeluh kecilnya anggaran
5. Dana Operasional Menteri. Penyidikan KPK

II.6.3 Ringkasan Kasus Anggaran DOM ESDM


Dari data yang telah kami sebutkan di atas, maka berikut ini kami jabarkan
sistematika penyalahgunaan anggaran yang terjadi di Kementerian ESDM:

Tanggal Investigasi/Peristiwa Keterangan

Korupsi Dana Operasional


Menteri ESDM dengan
cara: Pertama, mengambil
dana sisa kegiatan di Tersangka: Menteri
Tahun lingkungan Energi dan Sumber
2011 – ESDM. Kedua mengumpulkan Daya Mineral, Jero
2013 dana dari rekanan-rekanan atas Wacik

36
program-program
tertentu. Ketiga dengan
mengadakan rapat-rapat fiktif.

Terhitung sejak tahun 2011


hingga 2013, total uang yang
diperoleh Jero dari pemerasan
itu mencapai Rp 9,9 miliar. Sumber: KPK

Penerima aliran dana


operasional Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) antara lain Staf
Khusus Presiden Bidang
Komunikasi Politik Daniel
Sparringa, politisi Partai
Demokrat Sutan Bhatoegana, Catatan dari Komisi
dan Pemimpin Redaksi Pemberantasan
Indopos Don Kardono. Korupsi

Dana yang mengalir dari DOM


ESDM ke koran Indopos
Jakarta itu total berjumlah Rp
3 miliar, dan dana sebesar 2
miliar digunakan oleh
pemimpin redaksi koran
tersebut. Semua uang itu
diduga digunakan untuk
kepentingan pencitraan Jero Catatan dari Komisi
melalui pemberitaan melalui Pemberantasan
koran tersebut. Korupsi

Dana kepada Daniel Sparringa

37
diduga untuk kepentingan
operasional staf khusus
presiden. Dan sebagai
pencitraan di hadapan presiden
SBY.

KPK menetapkan Menteri


Energi dan Sumber Daya
Mineral, Jero Wacik menjadi
tersangka karena diduga
melakukan tindak pidana
3 korupsi terkait pengadaan
September proyek di Kementerian ESDM
2014 2011-2013

KPK memanggil Pemimpin


9 dan 11 Redaksi, Don Kardono sebagai
September saksi kasus dugaan pemerasan
2014 di Kementerian ESDM.

KPK memanggil istri mantan


Menteri ESDM Jero
Wacik, Triesnawatisebagai
saksi kasus dugaan pemerasan
di Kementerian ESDM yang
menjerat suaminya. Pasalnya
3 Juli dan DOM yang dikorupsi diduga
16 untuk membiayai biaya
September perjalanan anak dan
2014 keluarganya ke luar negeri

17 KPK memanggilAnggota
September Dewan Perwakilan Rakyat,

38
2014 Sutan Bhatoeganasebagai saksi
kasus dugaan pemerasan di
Kementerian ESDM.

II.6.4 Analisis Kasus Anggaran DOM ESDM


Dana Operasional Menteri (DOM) adalah dana yang disediakan untuk
menunjang kegiatan operasional yang berkaitan dengan representasi, pelayanan,
keamanan, dan biaya kemudahan dan kegiatan lain guna melancarkan pelaksanaan
tugas Menteri/Pejabat setingkat Menteri sehari-hari.

DOM digunakan berdasarkan kebijakan/Pejabat setingkat Menteri dengan


pertimbangan asas manfaat, efisiensi, dan tidak untuk keperluan pribadi yang
tidak berkaitan dengan kebutuhan dinas atau jabatan. Cairnya DOM, didasari oleh
adanya usulan SPM melalui Kuasa Pengguna Anggaran (KAP). Selain itu, pada
akhir periode DOM juga membutuhkan laporan pertanggungjawaban atas dana
yang telah digunakan (Peraturan Menteri Keuangan Nomor
03/PMK.06/2006 tentang Dana Operasional Menteri/Pejabat Setingkat Menteri).

Besarnya DOM setiap bulan adalah sekitar 120 juta. Tapi, ternyata jumlah
dana ini tidak cukup untuk Jero Wacik dalam melakukan kegiatan opersionalnya
sebagai menteri. Hal itu menyebabkan Jero Wacik untuk melakukan tindakan
korupsi. Bagaimanapun, tindakan korupsi yang dilakukan Jero Wacik adalah
tindakan pidana dan harus mendapatkan sanksi. Dan akibatnya, Anggaran Belanja
Pemerintah Negara mengalami kebengkakan dan menyebabkan kerugian negara.
Pasanya, uang hasil korupsi tersebut senilai 9,9 milyar.
Penyelewengan dan korupsi anggaran yang terjadi mengidentifikasikan
bahwa anggaran belum bisa berperan sebagaimana fungsinya. Dimana salah satu
fungsi anggaran adalah sebagai regulator, yaitu anggaran membatasi banyaknya
pengeluaran atau belanja yang digunakan oleh negara. Hal ini berarti, dalam
sistem anggaran yang tepat, tidak akan muncul dana-dana yang tidak sesuai
dengan dana yang telah dianggarkan sebelumnya.

39
Dari data dan fakta yang diperoleh, terjadi kenaikanan anggaran secara
keseluruhan. Hal ini disebabkan adanya asumsi dasar yang tidak sesuai dengan
apa yang telah direncanakan. Namun, perubahan APBN yang disebabkan karena
hal ini merupakan hal yang ladzim, karena perubahan asumsi dasar seperti ini
tidak bisa dicegah atau ditanggulangi. Jadi, perubahan APBN yang disebabkan
perubahan asumsi dasar tidak bisa menjadi acuan dalam pengidentifikasian
penyalahgunaan DOM ESDM.

Selanjutnya, kenaikan anggaran juga terjadi karena permintaan khusus dari


lembaga dan kementerian yang bersangkutan. Dalam hal ini, Kementerian ESDM
yang mengajukan kenaikan anggaran sebesar 27 persen. Perubahan ini terjadi
dengan alasan bahwa ESDM mempunyai progam kerja baru yang membutuhkan
dana tambahan. Namun dalam praktiknya, hal tersebut bisa jadi hanya rekayasa
dan progam yang direncanakan tidak benar-benar terjadi.

Oleh sebab itu, maka pengawasan terhadap penggunaan anggaran harus


dilakukan dengan lebih ketat dan terperinci. Sehingga nantinya dana yang
dibelanjakan pemerintah sebagai anggaran negara sesuai dengan tujuannya dan
tepat mencapai sasaran.

40
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Anggaran pendapatan dan belanja negara ( APBN ),merupakan perwujudan
dari usaha dan kewajidan pemerintah dalam mengolah keuangan negara.Menurut
pasal 23 ayat ( 1 ) UUD 1945,menyebutkan bahwa ‘’ Anggaran pendapatan dan
belanja negara adalah perwujudan dari pengolahan keuangan negara,di tetapkan
setiap tahun menurut UU dan di laksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab sebesar – besarnya untuk kemakmuran rakyat’’.
Anggaran pendapatan dan belanja negara ( APBN ),adalah rencana
tahunan keuangan pemerintah republik ndonesia yang di setujui oleh DPR. APBN
di tetapkan dengan UU .Tahun anggaran APBN meliputi masa satu tahun,mulai
dari tanggal 1 januari sampai dengan 31 desember.

III.2 Saran

Anggaran pendapatan dan belanja negara merupakan instrumen yang


penting dalam pembangunan suatu negara dan penyusunan yang baik akan
menghasilkan peningkatan yang di harapkan baik begitupun sebaliknya.
Penyusun berharap,dengan adanya data – data dalam makalah ini,dapat
menambah wawasan dan cara fikir kritis kita akan APBN,.dan semoga makalah
ini dapat berguna di kalangan para pembaca yang budiman.

41
DAFTAR ISI

1. ^ Buku Dasar Penyusunan APBN


2. ^ Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun 2018
3. ^ Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun 2017
4. ^ Undang-Undang No 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2017
5. ^ https://www.kemenkeu.go.id/apbnp2016/
6. ^ https://www.kemenkeu.go.id/apbn2016
7. ^ apbnnews.com: Tentang Postur APBN-P 2015
8. ^ Kementerian Keuangan RI : PAGU ALOKASI ANGGARAN
KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA TA 2015
9. ^ ndang-Undang Nomor 12 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun 2014
10. ^ Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014
11. ^ Undang - Undang Nomor 15 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang -
Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2013
12. ^ Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013
13. ^ Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2011 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2012
14. ^ Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 Tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2012
15. ^ Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2011
16. ^ Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2011
17. ^ Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 47 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2010
18. ^ Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2009 Tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010
19. ^ Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2009
20. ^ Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 Tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2009

42
21. ^ Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007 Tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2008
22. ^ Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007 Tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2008
23. http://darikelas.blogspot.com/
24. http://guruppkn.com/fungsi-apbn
25. http://contohdanfungsi.blogspot.com › Ekonomi.html
26. http://sarinahwiwid.blogspot.com/2015/07/peran-apbn-dalam-perekonomian-
indonesia.html
27. https://belajarkeuangannegara.wordpress.com/2011/03/18/struktur-anggaran-
pendapatan-belanja-negara-apbn/
28. https://www.ilmudasar.com/2017/08/Pengertian-Struktur-Fungi-Anggaran-
Pendapatan-dan-Belanja-Negara-adalah.html
29. https://aimiftah.wordpress.com/2015/01/08/studi-kasus-penyalahgunaan-
dana-operasional-menteri-di-kementerian-energi-dan-sumber-daya-mineral/
30. https://contohdanfungsi.blogspot.com/2013/03/prinsip-prinsip-dalam-
apbn.html

43

Anda mungkin juga menyukai