2. Pengaruh pengasapan ke sosis fermen apa? Bukannya dia bisa matiin si BAL ?
G mematikan BAL, aktivitas bakteriostatik & fungistatik dari aroma asap y.i menghasilkan asam alifatik, polifenol,
formaldehide => menekan patogen (terutama S. aureus).
5. Dadih jika diganti dengan wadah plastik, apakah tingkat sineresis dapat di tekan?
Tetap dapat ditekan, krn faktor lain pemicu sineresis adalah kontaminasi bakteri proteolitik. Lewat pengemasan
yang kedap udara di plastik pp, maka dadih lebih dapat dipertahankan kualitasnya
6. Ciri khas wadah dadih adalah dari bambu, jika menggunakan wadah plastik apakah ada pengaruh rasa?
pada bambu scr alami ada bakteri L.plantarum, jika menggunakan botol steril biasanya L.plantarum
diinokulasikan shg rasanya tdk berubah
7. Bahan baku dadih merupakan susu kerbau bisa tidak diganti dengan susu sapi?
Bisa, susu sapi dievaporasi dahulu y.i diuapkan hingga 50% dari v awal, supaya kadar air dan total padatannya
menyerupai susu kerbau .
8. Kan tadi katanya dadih bisa diganti pake susu sapi sedangkan komposisi kadar air di susu sapi lebih
tinggi, brarti lebih rawan dong?
Meskipun kadar air sapi lebih tinggi, tapi susu sapi ini cenderung lebih tahan slm penyimpanan, krn total solidnya
brupa lemak dan protein lebih rendah(spt yg kita ketahui ke2 zat ini disukai mikroba).
9. O2 terbentuk karena proses fermentasi yang tidak normal, sedangkan co2 hasil dari fermentasi, knpa bisa
begitu?
gasnya sih g dibilang fix oksigen(klo gw baca lagi), tapi ad yg bilang klo sineresis di plastik pp(kedap udara) lebih
lambat dibnding di pisang.
10. Knapa dadih &produk susu fermen bs dikonsumsi pnderita lactose intolerance?
Krn dalam fermen BAL menghasilkan enzim laktase yg akan memecah laktosa pada susu menjadi glukosa dan
galaktosa, shingga bs diserap tubuh.
Penjelasan pa Adolf:
Dadih memanfaatkan susu kerbau yang difermentasi BAL.
➔ Asam mengkoagulasi protein susu shg nanti terbentuk curd (produk) dan whey (tidak dipakai).
➔ Cara lain pembuatannya: pake enzim papain/bromelin untuk mengkoagulasi protein susu, Fermentasi
dengan BAL (L. Plantarum → baik untuk nabati) akan menurunkan pH.
➔ Wadah bambu digunakan agar stabil
Sosis fermentasi→ edible coating/selongsong plastik
→ fermentasi BAL 108-1012 supaya mengasamkan→ makin kenyal&rigid, jadi fermentasi makin baik.
→ pengasapan dilakukan untuk menekan mikroba patogen soalnya ada formaldehid, polifenol shg bs utk
pengawet
KECAP DAN SAYUR ASIN (udah selesai)
1. Indikator apa yang menunjukan bahwa fermentasi sayur asin sudah cukup?
Biasanya fermentasi cukup dilakukan dalam waktu 3-4 hari. Namun setiap penjual / produsen memiliki selera yang
berbeda. Cth : jika org menginginkan rasa dan aroma yg lebih asam, waktu fermentasi yg dibutuhkan akan lebih
lama, jika tidak ingin rasa dan aroma yg tidak terlalu tajam, maka waktu fermentasi dapat diperpendek. Namun
hasil akhir fermentasi juga dipengaruhi oleh medium perendam dan konsentrasi medium perendam. Makin pekat
makin terasa dan beraroma asam.
2. Penambahan gula pada fermentasi sayur asin guna nya apa dan pengaruh terhadap apa?
Gula digunakan sebagai tambahan substrat yang digunakan oleh bakteri asam laktat untuk fermentasi yang akan
dikonversi menjadi asam laktat
4. BAL yang terdapat pada kecap, dapat merusak kecap atau tidak?
BAL pada kecap tidak merusak produk kecap, karena BAL dapat membuat aroma dan flavour khas pada kecap,
selain itu BAL juga dapat menghambat pertumbuhan dari patogen dan bakteri pembusuk.
5. Gula merah pada fermentasi kecap dapat digantikan dengan bahan lain atau tidak?
Gula merah bisa disubstitusi dengan bahan lain, tetapi rasa khas dan aroma khas kecap yang menggunakan gula
merah tidak bisa didapatkan dengan menggunakan bahan lain.
7. Pada fermentasi kecap, media perendam yang tidak steril itu media nya apa?
Media perendam yang tidak steril misalnya saat kita merendam kedelai kita menggunakan air sungai atau air yang
belum disuling sehingga dapat menyebabkan kontaminan pada produk kecap yang akan di buat
8. Batasan koliform dan BAL pada sayur asin dan kecap berapa?
Batas koliform pada kecap adalah maksimal <3/gram, batas koliform pada sayur asin adalah maksimal <3/gram &
batas BAL pada sayur asin adalah 1%
9. Pada fermentasi kecap, gula pasir yang digunakan dapat disubstitusi dengan gula merah atau tidak, dan
bagaimana dengan viskositasnya?
Bisa, gula merah bisa disubtitusi dengan gula pasir, namun akan memiliki viskositas yang berbeda dimana
viskositas dengan penggunaan gula merah akan lebih tinggi dibandingkan gula pasir.
10. Gula merah memberikan viskositas yang berbeda dengan gula pasir. Mengapa tidak digunakan gula pasir +
pengental saja?
Sebenarnya dengan gula pasir + pengental dapat digunakan dalam pembuatan kecap, tetapi tidak akan memberikan
cita rasa yang khas pada kecap, karena itu gula merah lebih banyak dipilih karena memiliki aroma yang khas , dan
cita rasa manis yang khas pada kecap sehingga gula merah paling sering digunakan dalam pembuatan kecap
Rangkuman Sayur Asin
1. Karateristik produk:
Sayur asin merupakan suatu produk yang mempunyai cita rasa yang khas yang dihasilkan melalui proses
fermentasi bakteri asam laktat dengan mikroba bakteri asam laktat tertentu secara alami ( indigenous) tanpa
penambahan kultur bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat berperan dalam proses fermentasi sayur asin.
Fermentasi mengakibatkan adanya peningkatan gula reduksi pada sayur asin sebab air tajin mengandung pati
amilosa. Pati yang berupa amilosa tersebut didegradasi oleh bakteri asam laktat menjadi glukosa dan maltosa.
Glukosa dipecah oleh bakteri asam laktat menjadi asam laktat. Maka dari itu sayur asin memiliki cita rasa khas
asam dan berbau asam. pH awal fermentasi sayur asin berkisar antara 6.4 hingga 6.6, dan mengalami penurunan
hingga mencapai pH 3.6 pada produk akhir. Hal tersebut terjadi akibat produksi asam laktat oleh BAL. semakin
banyak air tajin yang digunakan, semakin rendah pula pH yang dihasilkan karena air tajin mengandung substrat
yang diperlukan oleh BAL.
Fermentasi tersebut dilakukan dengan penambahan garam untuk mengurangi bakteri pembusuk dan menyeleksi
bakteri yang diinginkan untuk proses peragian sayuran yang akan difermentasikan. Tujuan pembuatan sayur asin
tersebut untuk memperpanjang daya simpan sayuran yang mudah busuk dan rusak
Proses penggaraman sawi jabung akan menyebabkan terjadinya fermentasi yang di sertai dengan pembentukan
asam, asam yang terbentuk akan menurunkan pH sawi jabung yang pada akhirnya akan mengakibatkan perubahan
warna sawi jabung dari hijau segar menjadi hijau kekuningan. Perubahan warna ini disebabkan karena terjadinya
degradasi klorofil menjadi turunannya. Heriyanto dan Limantar (2005) menyatakan bahwa penyebab utama
perubahan warna pada saat proses fermentasi sayur asin dari hijau segar menjadi hijau pudar merupakan akibat
adanya konversi klorofil menjadi turunannya yang dipengaruhi oleh nilai pH.
Sawi bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari Asia. Sawi asin diproduksi melalui proses yang
sederhana yang sudah dilakukan sejak lama secara tradisional oleh masyarakat terutama masyarakat tionghoa. Sawi
asin dikembangkan di Indonesia karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya.
Tanaman sawi dapat tumbuh baik ditempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin. Sawi pahit merupakan
sayuran yang mudah rusak. Maka dari itu, dilakukanlah proses fermentasi untuk mengatasi hal tersebut. Selain itu,
Sawi hijau (Brassica juncea) umumnya dikonsumsi dalam bentuk olahan karena sawi mentah mempunyai rasa
yang pahit karena mengandung kandungan alkaloid carpaine. Maka dari itu, proses fermentasi berperan dalam
mengatasi masalah durabillity dari sayur pahit serta menghilangkan rasa pahit dan menghasilkan cita rasa yang
khas dan digemari oleh orang-orang.
3. Proses pembuatan:
Tahapan proses pembuatan sayur asin meliputi: sortasi, pencucian, pelayuan, peremasan, pengisian dalam wadah,
penutupan, dan fermentasi.
Dalam pembuatan sawi asin,
bahan-bahan yang digunakan adalah sawi pahit, air, tepung beras, garam, dan gula.
Untuk 1 kg sawi pahit, dibutuhkan bahan perendam berupa 500 cc air yang telah ditambahkan 1 sendok teh (sdt)
tepung beras, 2 sendok makan (sdm) garam, dan 1 sdm gula pasir.
Berikut adalah tahapan pembuatan sawi asin yang umum di Indonesia.
5. Kerusakan produk
Fermentasi dapat berlangsung dengan optimum pada suhu 30 C.
Apabila suhu nya rendah, maka pertumbuhan bakteri asam laktat akan menjadi terhambat sehingga produk yang
akan di hasilkan tidak optimum dan juga produk yang dihasilkan akan busuk. Pada proses fermentasi berlangsung,
akan
1. Tumbuh selaput putih Mycoderma di atas larutan garam. Selaput tersebut harus di hilangkan karena jika
tidak dihilangkan mikroorganisme pembusuk akan tumbuh dan akan mengakibatkan bau busuk. Untuk
mencegahnya, tong fermentasi harus disimpan dalam udara terbuka agar disinari matahari atau diberi
lapisan minyak mineral yang netral di atas larutan garam. Lapisan ini menghambat tumbuhnya ragi
pembentuk selaput tersebut, karena medium terjadi kekurangan oksigen. Sebaliknya karena bakteri asam
laktat bersifat anaerob fakultatif maka pertumbuhannya menjadi lebih baik (Margono, dkk, 1993). (KATA
PAK ADOLF INI GETAH DARI SAWI YAH)
2. Tingginya suhu dapat menghambat tumbuhnya Leuconostoc mesenteroides dan menghasilkan cita rasa
yang tidak diharapkan. Sebaliknya jika suhu fermentasi terlalu rendah akan menghambat aktivitas bakteri
asam laktat dan mendorong pertumbuhan bakteri kontaminan yang berasal dari tanah seperti Enterobacter
dan Flavobacterium.
3. Kerusakan lain pada perusakan produk fermentasi sawi asin adalah pelunakan (softening). Pelunakan
tekstur ini disebabkan oleh perubahan kimia biasa sebagai akibat proses pengolahan maupun aktivitas
enzim pektinolitik atau enzim selulolitik yang dihasilkan olek mikroorganisme. Bakteri yang berperan
dalam kerusakan ini antara lain Bacillus subtilis, Bacillus polymixa, Achromobacter, Erwinia,Enterobacter,
Achromonas, dan Eschericia.
4. Selain bakteri, kapang dan khamir juga berperan dalam terjadinya kerusakan ini. Kapang yang terlibat
adalah Penicillium chrysogenum, sedangkan khamir yang terlibat adalah Saccharomyces oleaginosus
(Vaughn, 1985).
5. Menurut Pederson (1982) kerusakan akibat adanya gas pada produk fermentasi sawi asin bisa berupa
pembengkakan, berlubang, berongga, ataupun bentuk pikel yang berlekuk-lekuk. Waktu fermentasi yang
berlebih juga dapat mendorong pertumbuhan bakteri pembentuk gas, yaitu Lactobacillus brevis, yang
menghasilkan aroma asam yang tajam (Frazier dan Westhoff, 1979). Saat tong fermentasi nya ada gas yang
bsa nyebabin kapang khamir juga tumbuh. Hal ini bisa diakibatkan oleh struktur bahan, pembentukan gas
oleh mikroorganisme, pengaruh tekanan larutan terhadap permukaan bahan, serta akibat jenis dan tingkat
kematangan dari buah itu sendiri. Kerusakan yang lain adalah produk berlendir yang disebabkan karena
adanya bakteri pembentuk kapsul yang tumbuh di permukaan, warna produk kemerahan (pink kraut) karena
tumbuhnya khamir dari genus Rhodotorula pada suhu fermentasi yang terlalu tinggi, tempat fermentasi
kotor, keasaman yang rendah, kelebihan garam, dan penyebaran garam yang tidak merata (Fathonah, 2009).
6. Timbulnya lendir juga merupakan indikasi rusaknya produk sayur asin karena adanya pertumbuhan bakteri
pembentuk kapsul
Bakteri pembentuk kapsul:
1. Streptococcuspneumoniae
2. Neisseria meningitidis
3. Haemophilusinfluenzae
6. Mikroba yang terlibat
Dalam proses fermentasi ini, jenis bakteri asam laktat yang dibiarkan aktif adalah Leuconostoc mesenteroides,
Lactobacillus cucumeris, L.plantarum, L.pentoacetious. Pada awal fermentasi, bakteri yang aktif dalam jumlah
besar adalah bakteri coliform seperti Aerobacter cloacer, yang menghasilkan gas dan asam-asam yang mudah
menguap dan pada kondisi tersebut aktif pula bakteri Flavobacterium rhenanus, yang menghasilkan senyawa-
senyawa pembentuk citarasa yaitu kombinasi dari asam dan alkohol pembentuk ester.
Fermentasi dilakukan dalam keadaan anaerob, namun bila dalam tempat fermentasi ada udara, akan mengakibatkan
terjadinya proses pembusukan pada sayur asin
Ecoli dan salmonella : bakteri proteolitik media air tajin juga mengandung protein nah maka dr itu dcoli ga
terseleksi rengan baik dapat menyebabkan pembusukan
Fermentasi sayur asin dimulai oleh bakteri Leuconostoc mersenteroides yang tumbuh hingga kadar asam laktat
mencapai 1%, kemudian dilanjutkan oleh bakteri yang lebih tahan asam seperti Lactobacillus brevis (1.5%),
Pediococcus pentosaceus (1.8%) dan Lactobacilllus plantarum (2%).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses fermentasi dari sayur asin. Yang pertama adalah suhu. Suhu
antara 25-30 derajat merupakan suhu optimum bagi mikroba mikroba dalam melakukan proses fermentasi. Suhu
diatas 30 derajat menyebabkan pertumbuhan bakteri homofermentatif yang menyebabkan produk akhir produk
tidak berbau dan terlalu asam. Sedangkan suhu dibawah 25 derajat mengakibatkan flavor dan warna yang lebih
baik karena bakteri heterofermentatif bekerja baik. (Muchtadi dan Sugiyono, 2014)
Bakteri homofermentatif adalah Fermentasi bakteri asam laktat yang hanya menghasilkan asam laktat sebagai
prodaknya.Bakteri homofermentatif sering digunakan dalam pengawetan makanan, karena produksi asam laktat
dalam jumlah tinggi di dalam makanan dapat menghambat pertumbuhan bakteri lainnya yang menyebabkan
kebusukan makanan.Pada kelompok bakteri ini asam piruvat yang terbentuk dari jalur glikolisis (EMP) bertindak
sebagai penerima hidrogen, dimana reduksi asam piruvat oleh NADH2 menghasilkan asam laktat.
Bakteri asam laktat dapat dibedakan atas 2 kelompok yaitu:
1. Bakteri homofermentatif; glukosa difermentasi menghasilkan asam laktat sebagai satu-satunya produk.
Contoh :Streptococus, Pediococcus, dan beberapa Lactobacillus.
2. Bakteri heterofermentatif : glukosa difermentasikan selain menghasilkan asam laktat juga memproduksi
senyawa-senyawa lainnya yaitu etanol, asam asetat. Contoh :Leuconostoc, dan beberapa spesies
Lactobacillus.
Perbandingan bakteri homofermentatif dan bakteri heterofermentatif
1. Perbedaan kedua kelompok bakteri ini didasarkan juga pada kemampuan bakteri asam laktat dalam
menghasilkan enzim fruktosa difosfat aldolase. Bakteri asam laktat homofermentatif mampu
menghasilkan enzim fruktosa difosfat aldolase, sedangkan bakteri asam laktat heterofermentatif tidak
mampu menghasilkan enzim tersebut tetapi bakteri asam laktat heterofermentatif mampu menghasilkan
glukosa 6 fosfat dehidrogenase dan 6 fosfat glukonatdehidrogenase sehingga mempunyai jalur
pembentukan asam laktat yang berbeda.
2. Secara garis besar, keduanya memiliki kesamaan dalam mekanisme pembentukan asam laktat, yaitu
piruvat akan diubah menjadi laktat (atau asam laktat) dan diikuti dengan proses transfer elektron dari
NADH menjadi NAD+. Pola fermentasi ini dapat dibedakan dengan mengetahui keberadaan enzim-
enzim yang berperan di dalam jalur metabolismeglikolisis.
Bakteri homofermentatif melibatkan aldolase dan heksosa aldolase namun tidak memiliki fosfoketolase
serta hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan CO2.Jalur metabolisme dari yang digunakan pada
homofermentatif adalah lintasan Embden-Meyerhof-Parnas untuk menghasilakn piruvat kemudian direduksi
menjadi asam laktat melibatkan enzim laktase dehidrogenase menggunakan kelebihan NADH.Beberapa contoh
genus bakteri yang merupakan bakteri homofermentatif adalah Streptococcus, Enterococcus, Lactococcus,
Pediococcus, dan Lactobacillus.
7. Mekanisme kontaminasi
Kontaminasi dapat berasal dari enterobacterium dan flavobacterium dimana bakteri kontaminan ini bersal dari
tanah yang kemungkinan akibat proses memanen yang kurang benar. Bentuk kerusakan lain adalah pelunakan yang
disebabkan aktivitas enzim pektinolitik atau enzim selulolitik yang dihasilkan olek mikroorganisme. Bakteri yang
berperan dalam kerusakan ini antara lain Bacillus subtilis, Bacillus polymixa, Achromobacter,
Erwinia,Enterobacter, Achromonas, dan Eschericia.
8. Pengendalian:
a. Pemanenan dengan cara yang benar
b. Penggunaan suhu fermentasi, kadar garam dan penyebarannya, tingkat keasaman yang optimal.
c. Menghindari kontaminasi dari luar
d. Menghindari rekontaminasi
Fathonah, S. (2009). Pengaruh Konsentrasi Garam dan Penambahan Sumber Karbohidrat Terhadap Mutu
Organoleptik Produk Sawi Asin. Skripsi S1 , Bogor : Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi
Pertanian. IPB.
RANGKUMAN KECAP
Pada awalnya kedelai bersih direndam semalam, kemudian direbus selama 1-5 jam, kemudian ditebarkan di atas
tampah
Mekanisme Kontaminasi
● Kacang kedelai dapat terkontaminasi oleh bakteri Xanthomonas Axonopodi pv, sehingga saat
kedelai akan difermentasi menjadi kecap, bakteri tersebut akan menjadi perusak produk kecap.
● Saat proses moromi atau perendaman koji dalam larutan garam akan membutuhkan mikroba
Zygosaccharomyces dan Lactobacillus yang tahan garam, tetapi kedua bakteri tersebut juga dapat
merusakan pada kemasan kecap karena menghasilkan gas yang dapat mengembungkan kemasan.
● Kapang Aspergilus wentii yang berperan dalam fermentasi kecap dapat merugikan saat dibiarkan di
ruangan terbuka → kondisi yang baik untuk pertumbuhan spora pada kapang → merusak
kecap
sehingga akan dihasilkan kecap yang kurang enak dan berbau busuk.
Kerusakan Kecap
· terbentuknya gas pada produk → kembung pada botol / pouch → berasal dari bahan baku
· Bakteri pembentuk spora (Bacillus) → berasal dari garam, rempah-rempah, udara dan
Pengendalian Produk
1. Kedelai
Kedelai dengan kandungan protein tinggi merupakan bahan dasar yang baik untuk
pembuatan kecap. Penggunaan bahan dasar kedelai bebas lemak selain harganya lebih
murah, juga dapat memperpendek waktu fermentasi garam.
Apabila fermentasi kapang berlangsung terlalu cepat maka enzim yang dihasilkan oleh
kapang akan berkurang dan komponen-komponen pembentuk cita rasa pada kecap tidak
terbentuk. Sedangkan apabila fermentasi kapang berlangsung terlalu lama, maka akan
terjadi sporulasi dari kapang dan akan terbentuk amoniak yang berlebihan sehingga
akan dihasilkan produk yang kurang enak dan berbau busuk.
3. Konsentrasi garam
Konsentrasi garam yang optimal antara 20-22% berpengaruh terhadap hidrolisis protein
dalam fermentasi garam dan kecepatan asam laktat dan asam organik.
Selama proses fermentasi garam, setiap hari dilakukan pengadukan dan penjemuran.
Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya pertumbuhan mikroba yang tidak
diinginkan terutama mikroba pembusuk. Selain itu adalah untuk menyeragamkan
kandungan garam pada campuran.
5. Pengaturan Suhu
Pengaturan suhu dalam proses fermentasi garam sangat penting. Suhu yang paling baik
untuk proses fermentasi ini, adalah 40,50C. Itu alasan juga mengapa dilakukan proses
penjemuran, karena kalau disimpan pada suhu ruang, maka itu adalah momen yang baik
untuk bakteri patogen tumbuh.
ROTI DAN TEMPE (uda selesai)
ppt roti ada di email ya. referensi nya liat di notes tiap slide.
Rangkuman:
Tempe
● Tempe dengan kualitas baik mempunyai ciri-ciri berwarna putih bersih yang merata pada permukaannya,
memiliki struktur yang homogen dan kompak, serta berasa, berbau dan beraroma khas tempe.
● Tempe sebagai sumber nutrisi yang mengandung 25% protein, 5% lemak, 4% karbohidrat serta kaya
● air yang berlebih, merupakan suatu kondisi yang dapat meningkatkan aw, sehingga pertumbuhan kapang
akan terhambat.
● Kapang tumbuh baik pada aw yang relatif rendah sampai pada aw 0,8 (Sardjono 2011). Kalo lebih nimbulin
● Menurut Kasmidjo (1990), bahwa keikutsertaan bakteri dalam proses pembuatan tempe tidak dapat
dihindari meskipun tempe dibuat secara higienis dalam laboratorium dan dengan menggunakan inokulum
kultur murni. Kontaminan pada fermentasi pembuatan tempe biasanya disebabkan oleh jenis kedelai, asal
air, kondisi udara, suhu ataupun kebersihan alat yang digunakan dalam pembuatan tempe
● saat proses perendaman tingginya bakteri asam laktat (BAL) menjadikan pH pada biji kedelai turun
sehingga memberikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan jamur dan membuat bakteri kontaminan
penghambat khususnya Eschericia coli berkurang atau bahkan mati selain itu bakteri asam laktat juga
penghasil racun yang memiliki kemampuan menghasilkan asam laktat dan dapat menurunkan pH substrat
serta dapat menghasilkan hidrogen peroksida yang dapat berfungsi sebagai antibakteri. PROSES
PERENDAMAN
● Efek penghambatan terjadi karena molekul asam organik masuk ke dalam membran sel dan menurunkan
pH sitoplasma.
● bahwa lingkungan pendukung pada pembuatan tempe terdiri dari suhu 27-300 C, pH 4-6,5 dan kelembapan
70- 80%.
● Babu et al (2009) bahwa kulit kedelai mengandung 29-34% hemiselulosa, dan 42-49%
Rhizopus sp tidak dapat tumbuh baik pada medium yang mengandung komponen selulosa PROSES
PENGUPASAN KULIT
● Tahap awal pembuatan tempe adalah perebusan biji kedelai yang berfungsi untuk menghidrasi dan
melunakkan biji kedelai supaya dapat menyerap asam pada tahap perendaman, serta mempermudah kapang
Rhizopus sp menembus substrat biji kedelai rebus sehingga tumbuh dengan baik dipermukaan kedelai.
PROSES PEREBUSAN
● Dari jumlah seluruh produk IKM tempe jumlah bakteri asam laktat (BAL) dihasilkan 107 CFU/ml sehingga
dapat dikatakan produk tempe ini masih layak sebagai produk probiotik.
● Standar karakteristik produk tempe yang baik dari segi tekstur adalah dapat dilihat dari tekstur yang lunak
dan padat dengan kedelai terselimuti oleh hifa Rhizopus sp (SNI 2009).
● Nurrahman et al (2012) dimana adanya air yang berlebihan dalam pembuatan tempe dapat mengakibatkan
terhambatnya kebutuhan oksigen ke dalam kedelai, dimana dapat menghambat pertumbuhan jamur tempe
sehingga menyebabkan miselia jamur yang menghubungkan biji kedelai satu dengan yang lain tidak merata
● pada tahap penirisan kedelai yang kurang tuntas dapat menghambat difusi oksigen ke dalam kedelai
sehingga memacu tumbuhnya bakteri kontaminan yang dapat menyebabkan pembusukan dan merusak
● Menurut Widowati et al (2004) standar proses pengemasan, dikemas dalam kemasan yang tertutup baik dan
proses melubangi kemasan tempe dengan jarak 2x2 cm untuk membantu menyeimbangkan pertukaran
naik dan pertumbuhan kapang terhambat, sebaliknya apabila oksigen kurang pertumbuhan kapang juga
akan terhambat.
● proses pembusukan terjadi karena adanya degradasi protein oleh mikroba proteolitik yang menghasilkan
asam amino, asam amina, ammonia dan H2S. Adanya senyawa ammonia dan H2S inilah yang dapat
● Kamba menurut KBBI susunan bahan makanan ternak yang tidak padat.
● Rhizopus sp. Tumbuh pada pH 3.4-6 dengan pH optimum berkisar antara 4.5 - 5.5
● Asam linoleat merupakan asam lemak dominan dalam kedelai yang terpecah menjadi1-octen-3-ol oleh
● Kapang tempe memproduksi enzim proteolitik yang kuat selama fermentasi enzim proteolitik akan
merombak protein kedelai menjadi senyawa sederhana dan menghasilkan amoniak yang dapat menaikkan
pH kedelai.
● Fermentasi tempe merupakan fermentasi dua tahap yaitu fermentasi oleh aktivitas bakteri yang berlangsung
selama proses perendaman kedelai, dan fermentasi oleh kapang yang berlangsung setelah diinokulasi
dengan kapang.
● yeast mempunyai aktivitas proteolitik dan lipolitik yang sangat tinggi sehingga mampu menghidrolisa
protein maupun lemak menghasilkan asam amino, ester, asam lemak, etanol, acetaldehid, ethil acetate dan
● tempe mengandung beberapa jenis vitamin antara lain vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), asam
pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin). Vitamin B12
ROTI
Roti adalah produk makanan yang berbahan dasar tepung yang mengalami proses fermentasi oleh khamir dan
Secara umum, roti dapat diterima sebagai bentuk makanan bagi semua populasi.
Roti berasal dari zaman Neolitik dan merupakan salah satu makanan pokok yang banyak dikonsumsi di seluruh
bagian dunia.
Roti merupakan sumber nutrisi yang baik seperti makronutrien (karbo, protein, lemak) dan zat gizi mikro (mineral
Saat ini banyak beredar roti komposit, namun roti tsb masih memerlukan setidaknya 70% tepung terigu utk
1. Volume roti yang besar dan bentuk yang simetris. Gluten pada tepung terigu akan menghasilkan
2. warna kerak roti tawar yang baik coklat kekuningan. Secara visual, tepung terigu yang baik berwarna putih
bersih, tepung terigu yang tidak bersih mempengaruhi warna daging roti. Warna kerak yang kecoklatan
3. tekstur kerak yang tipis dan kering. Pemanggangan merupakan tahap pematangan adonan dan pembentukan
aroma khas roti. Pada proses ini terjadi peningkatan volume adonan, pada suhu 65oC aktivitas ragi terhenti,
karamelisasi gula, pembentukan kulit, denaturasi protein, gelatinisasi pati, dan pembentukan remah yang kokoh
Gluten, adalah senyawa yang penting dalam adonan yaitu suatu masa yang bersifat kohesif dan viskoelastis yang
dapat meregang secara elastis. Tekstur roti terbentuk karena adanya gluten yang berasal dari tepung terigu. Gluten
tersebut berfungsi menahan gas yang dihasilkan selama proses fermentasi dengan ragi. Tergantung sama
kemampuan tepung dalam mengikat air, semakin banyak yg diserap, maka semakin elastis dan remah semakin
halus. Fermentasi akhir (proofing) akan menghasilkan adonan yang mengembang, remah roti yang berpori, dan
volume optimum
7. beraroma harum gandum dan ragi dengan rasa dan daya simpan yang baik. Fermentasi khamir pada roti
menghasilkan rasa dari produk yang dipanggang melalui pembentukan senyawa volatil dan non-volatil. Senyawa
volatil yang menyebabkan bau adonan fermentasi meliputi isobutanol, amiloalkohol, isomil alkohol,
feniletilalkohol, ester, lakton, dan asam organik. banyak alkohol terbentuk selama fermentasi, dan beberapa hilang
saat dipanggang. bau kerak (crust) yang dipanggang berasal dari pembentukan senyawa 2,5-dimetil-4hidroxy-3
(2H)-asam furanone.orgnic dan karbonil juga berkontribusi pada rasa kerak. Rasa unik tergantung pada kadar asam
http://ftp.gunadarma.ac.id/pub/linux/docs/v12/artikel/pangan/IPB/Roti%20manis.pdf
Pada prinsipnya, roti dibuat dengan mencampurkan tepung dan bahan penyusun lainnya mjd adonan kmudian
difermentasikan dan dipanggang. Terdapat 2 proses utama yaitu pembuatan adonan dan proses pembakaran. Proses
pengadukan bahan baku roti berkaitan dgn pembentukan zat gluten, shg adonan dpt menerima CO 2 dri aktivitas
fermentasi. Prinsip proses pengadukan adalah pemukulan dan penarikan jaringan zat gluten shg struktur spiralnya
mjd sejajar. Jika struktur tercapai, permukaan adonan akan mengkilap dan tdk lengket serta adonan akan
mengembang. Pembentukan adonan juga bermacam2 (ada sponge and dough, straight dough, dan no time dough).
Proses pengembangan tjd sinkron antara pengingkatan volume sbg akibat bertambahanya gas2 yg terbent
Proses proofing adalah proses fermentasi akhir setelah adonan dibentuk, ditimbang, dan dimasukkan ke dalam
Loyang. Pada tahap ini gluten menjadi halus dan meluas dmn volume adonan akan mengembang 2x lipat. Suhu
proofing yg baik adalah 32-38°C dgn kelembaban relative (RH) 80-85% selama 15-45 menit.
Proses pembakaran adonan = dibutuhkan suhu 150-200°C sedangkan lama pembakaran roti tergantung pd ukuran
dan bentuk roti, jumlah gula yg digunakan. Proses pemanggangan dpt mengubah adonan roti mjd produk yg ringan
dan berongga, mudah dicerna dan aroma yg sgt merangsang. Aktivitas biologis yg tjd dlm adonan dihentikan
disertai dgn hancurnya mo dan enzim yg ada. Pd saat yg sama substansi rasa terbentuk, karamelisasi gula. Jika
suhu oven kurang tinggi maka pengembangan adonan akan berlangsung cepat dan vol mjd besar shg sbagian
adonan akan keluar dari cetakan. Hal ini menyebabkan struktur sel roti kasar dan tekstur keras, kulit tebal, warna
pucat yg mnurunkan mutu roti. Apabila suhu terlalu tinggi maka vol adonan akan turun, warna kulit roti hitam krn
proses karamelisasi berlangsung cepat pd permukaan dan jk roti diiris akan menghasilkan butir remah yg tdk
seragam.
http://lnuraida.staff.ipb.ac.id/kerusakan-dan-pengawetan-roti/
Kerusakan roti dpt tjd karena reaksi kimia atau pertumbuhan mo. Kerusakan kimia/fisik tjd scr perlahan-lahan yg
menyebabkan pengerasan bagian dalam roti (crumb) yg disebut staling. Air berperan utama dlm tjdnya staling roti.
Aw pd roti berkisar pd nilai 0.95-0.98 shg mo dpt tumbuh. Pd umumnya yg tumbuh cepat pd roti adalah kapang,
Proses pemanggangan roti dgn suhu oven skitar 180-200 C utk waktu tertentu. Keberadaan kapang pd roti
disebabkan krn kontaminasi pasca pemanggangan, hal ini dpt tjd jk kondisi sanitasi dan higienis pabrik tdk
terkendali.
Mo perusak utama adalah kapang (Rhizopus, Aspergillus, Peniciliium, dan Eurotium). Kebusukan krn kapang
ditandai dgn serabut putih spt kapas atau ada warna hitam, merah, hijau. Kapang yg umm ditemukan pd roti adlah
Rhizopus stolonifera dgn warna putih spt kapas dan spot hitam shg kapang ini sering disebut kapang roti. Kapang
lainnya adalah Penicillium expansum, P. stolonifer yg pny spora warna hijau, Aspergillus niger warna hijau/coklat
Pertumbuhan spora Bacillus yg tdk terbunuh saat pemanggangan, menyebabkan kebusukan roti yang disebut
ropiness karena terbentuk lendir yang berupa benang halus jika roti diiris. Kebusukan karena Bacillus (Bacillus
subtilis atau B. licheniformis) umumnya terjadi pada kondisi udara yang panas, misalnya musim panas. Kebusukan
ini sering terjadi pada roti yang dicampur dengan biji-bjian atau bekatul gandum. Spora Bacillus tahan terhadap
suhu pemanggangan dan ketika roti disimpan pada tempat yang hangat spora akan tumbuh dan menghasilkan
lendir. Kebusukan dapat mulai dideteksi setelah 24 jam pasca pemanggangan. Khamir yang digunakan sebagai
pengembang terbunuh saat pemanggangan, namun khamir yang mengkontaminasi setelah proses pemanggangan
Faktor-faktor yang mempercepat kebusukan roti antara lain kualitas bahan baku, waktu dan suhu pemanggangan
yang kurang, roti dikemas sebelum dingin, dan terjadinya kontaminasi setelah pemanggangan (pada tahap
Pengirisan roti akan membuka bagian dalam roti dan menyebabkan mudahnya kapang tumbuh pada permukaan
crumb.
Untuk memperpanjang umur simpan roti, maka roti dapat disimpan pada lemari es (refrigerator) dengan suhu
sekitar 7-10oC. Jika disimpan dingin maka roti harus dibungkus plastik untuk menghindari terjadinya roti menjadi
keras. Pada lemari es roti dapat disimpan selama 1-2 minggu. Cara lain untuk memperpanjang umur simpan roti
adalah dibekukan pada suhu paling tidak -18oC. Roti yang dibekukan dapat disimpan selama 3-4 bulan. Roti yang
dibekukan harus dikemas dan jika akan dikonsumsi disimpan pada refrigerator selama 12-24 jam atau pada suhu
Bahan pengawet juga dapat digunakan untuk memperpanjang umur simpan roti. Bahan pengawet yang diijinkan
oleh FAO/WHO untuk digunakan dalam produk roti adalah asam propionat dan garamnya (natrium, kalium dan
kalsium propionat), asam sorbat dan garamnya (natrium, kalium dan kalsium sorbat) dan asam benzoat dan
garamnya (natrium, kalium dan kalsium sorbat). FAO/WHO menetapkan batas maksimum untuk asam sorbat dan
garamnya serta asam bezoat dan garamnya sebesar 1000 ppm. Sedangkan untuk asam propionat dan garamnya
dapat digunakan berdasarkan pada CPPB (Cara Pengolahan Pangan yang Benar) atau GMP (Good Manufacturing
Practices). Bahan pengawet yang diijinkan di Indonesia sebagai pengawet roti (Peraturan Kepala BPOM RI No. 36
tahun 2013) adalah asam sorbat dan garamnya serta asam propionat dengan garamnya, dengan batas maksimum
untuk asam sorbat dan garamnya (natrium, kalium dan kalsium sorbat) sebesar 1000 ppm dihitung sebagai asam
sorbat, asam propionat dan garamnya (natrium, kalium dan kalsium propionat) sebesar 2000 ppm dihitung sebagai
asam propionat.
Modified atmosphere packaging (MAP) adalah teknik pengemasan dengan merubah komposisi udara dalam
kemasan. Oksigen yang diperlukan untuk pertumbuhan kapang diganti dengan gas lain, pada umumnya
menggunakan gas N2 dan CO2. Teknik ini memerlukan dua persyaratan, yaitu pendinginan dan pengemasan roti
dilakukan pada ruangan higiene tinggi dan menggunakan kemasan yang tidak melewatkan oksigen. Masuknya
oksigen ke dalam kemasan dapat menyebabkan pertumbuhan kapang. Dengan teknik MAP roti dapat disimpan
Pertanyaan:
1. Kenapa Klebsiela bisa mensintesis B12? Padahal dia kontaminan?
→Klebsiella hidup di alam bebas dan memiliki kemampuan mensintesis vit B12, pada produk tempe
klebsiella masih bisa sintesis vitamin B12 karena klebsiella tidak sensitif terhadap antibakteri yang dihasilkan
Rhizopus Sp dan tidak menghambat proses fermentasi tempe. efek negatif dari klebsiella dapat dihindari dengan
pemasakan.
Kalau kata pak adolf klebsiella belum sempet ada berbahaya karena ada mikroba lainnya, mikroba patogen kalah
jumlah sama mikroba berperan lainnya.
2. Fermentasi tempe bisa pakai daun dan plastik, ada pengaruhnya ga?
berpengaruh terhadap aroma produk tempe
3. Pembuatan tempe tradisional kan di injak pakai kaki itu untuk apa, dan bagaimana dengan sanitasinya?
kontaminasi?
→ untuk pelunakan jaringan dan pengupasan kulit kedelai karena dalam kulit kedelai mengandung
selulosa yang dapat menyebabkan kapang Rhizopus sp tidak dapat dapat tumbuh baik sehingga harus
dihilangkan
→ gamungkin kontaminasi, soalnya mikroba patogen akan kalah berkompetisi dengan mikroba lain.
Mikroba patogen juga lebih suka hidup tunggal (maksudnya jenisnya dia doang yang numbuh)
5. Standar kadar protein tinggi brp? Kenapa tempe di klaim punya protein yang tinggi?
→ warna: dipengaruhi sama kandungan gula. Kalo banyak gula jdnya lebi coklat becos mailard :)
10. Di tempe ada fermentasi asam laktat, BALnya apa? Senyawa anti bakterinya apa? Saat di rendam
aerob/anaerob?
→ Lactobacillus. Anaerob.
antibakteri: bakteriosin dan nisin
Penjelasan pa afdol:
Jaman dulu kedelai buat tempe diinjak2 karena gatau ttg sanitasi (?). Untuk menghilangkan kulit arinya seinget gw
mah -nike
→ Klebsiela menyebabkan kabut di dada.
Terdapat banyak di alam, Mikroba patogen terkecil, tahan antibiotik.
Gapapa ada di tempe, soalnya kan nanti digoreng
→ fermentasi tempe maksimal 48 jam (kalo lebih → over fermented)
Tempe pake daun waru= ada kapang yg fermentasi
9. kalau melakukan pour plate tapi hanya ingin aerob aja bagaimana?
Melakukan streak plate pada mikroorganisme yang tumbuh secara aerob
10. Dari media padat, cair, semipadat yg paling baik yang mana?
Gak ada yang lebih baik, karena setiap media ad peran nya masing2. Misal, semipadat untuk melihat
pergerakan mikroorganisme
11. Kenapa hasil pengenceran telor 0,0? Apa di telor gak ada bakteri?
Klo 0 berarti terlalu aseptik
12. Misal, pengenceran 1 masuk range, 2 gak, 3 masuk. Cara ngitung nya gmn?
Klo ngaco berarti ada kontaminan ato salah prosedur.
Rangkuman ISOLASI
1. Isolasi : memisahkan mikroorganisme dari lingkungannya sehingga dapat diperoleh biakan murni
2. Beberapa hal yg perlu diperhatikan : kontaminan, medium yang digunakan teknik aseptik, teknik
isolasi, teknik pemilihan sumber biakan(koloni), dan penyimpanan pasca isolasi
3. Metode Isolasi : Streak plate, Pour plate, Spread Plate
4. Pour Plate :Metode pour plate memerlukan agar yang belum padat dan dituang bersama suspensi
bakteri ke dalam cawan petri dan dihomogenkan lalu dibiarkan memadat. Hal ini akan
menyebabkan sel-sel bakteri tidak hanya terdapat pada permukaan agar saja tapi juga di dalam atau
dasar agar sehingga bisa diketahui sel yang dapat tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan di
dalam agar yang tidak banyak begitu banyak mengandung O2. Setelah diinkubasi selama 48 jam di
suhu 37oC. Pertumbuhan bakteri ini pada permukaan medium. Kelebihan metode pour plate ini
adalah mudah diamati, tidak ada persaingan antarbakteri untuk mengambil O2 karena letaknya
tersebar, koloninya terpisah. Kekurangan bakteri ini adalah boros waktu dan bahan, mudah
terkontaminasi. Kelemahan : koloni yg saling menumpuk, kontaminan sulit dibedakan. Menuang
media ke suspensi bahan. Mikroorganisme yg tumbuh : anaerob, semi aerob, aerob.
5. Streak Plate : Memisahkan sel bakteri secara individual. Setelah inkubasi, maka pada bekas goresan
akan tumbuh koloni-koloni terpisah yang mungkin berasal dari satu sel bakteri. Penggoresan
dilakukan dengan goresan kuadran (dibagi empat). Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga
masih mengandung banyak sel mikroorganisme. Goresan selanjutnya dipotongkan atau disilangkan
dari goresan pertama sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya terpisah-pisah menjadi koloni
tunggal. Dilakukan inkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC. Pada koloni ini dilakukan pengecatan
gram. Kelebihannya adalah menghemat waktu dan bahan, serta dapat menghasilkan bakteri yang
diinginkan jika isolasi bakteri dilakukan dengan tepat dan teliti, kontaminan dpt dibedakan.
Kekurangan metode ini adalah diperlukan keterampilan yang khusus untuk mendapatkan koloni
yang terpisah.
6. Spread Plate : Suspensi cairan diambil sebanyak 0,1 ml dengan mikropipet kemudian teteskan
diatas permukaan agar yang telah memadat. Batang pengoles kemudian dibakar diatas bunsen dan
didinginkan beberapa detik. Kemudian suspensi diratakan dengan menggosokannya pada
permukaan agar. Diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC. Pada koloni ini tidak dilakukan
pengamatan dengan pengecatan gram. Kelebihan metode ini adalah diperoleh koloni bakteri yang
terpisah, labih mudah dilakukan dan membutuhkan medium yang sedikit. Kekurangannya adalah
waktu yang digunakan lebih lama dan mudah terkontaminasi.
7. Media : suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi yang digunakan oleh MO untuk tumbuh dan
berkembang biak.
8. Syarat media : steril, mengandung zat yang diperlukan oleh pertumbuhan mikroorganisme, pH,
tekanan osmosis, tegangan permukaan
9. Berdasarkan konsistensi : pada, cair, semipadat
2. Bir ada yang alkohol dan non-alkohol, kalau yang alkohol bisa dijadiin non-alkohol gak? Dan sebaliknya.
Bisa di hilangkan alkoholnya dengan proses destilasi, ditambahkan alkohol juga bisa pada sebelum bottling.
5. Kenapa bir memiliki warna yang berbeda, apakah pengaruh sama kualitas?
Tergantung bahan baku yang digunakan.
6. Pada rum, ragi yang digunakan 2-3%, kenapa gak dilebihkan, kan bisa mempercepat fermentasi.
Kontaminan apa saja yang terdapat pada rum?
Kalo kekurangan, yield alkohol sgt kecil dan tidak efisien, kalau lebih, larutan fermentasinya bisa mengalami
kerusakan dan tidak bisa diproses lebih lanjut.
7. Saat aging, rum ada yang disimpan di stainless steel bukan di kayu oak, pengaruh gak?
Ada pengaruh, aging di barrel kayu oak mempunyai tujuan untuk memindahkan senyawa” yang ada di kayu ke
cairan rum yang memberikan ciri khas produk akhir.
8. Makin lama aging, kualitasnya makin bagus, ada aktivitas mikroba tertentu gak?
Semakin lama aging, semakin banyak senyawa dari kayu oak yang berpindah ke cairan sehingga kualitas dan rasa
akan menjadi semakin bagus. Untuk aktivitas mikroba tidak ada, karena saat sebelum destilasi dilakukan filtrasi
yang berguna untuk menghilangkan ragi yang dipakai, alkohol yang dihasilkan juga bersifat racun untuk ragi itu
sendiri dan mati. Proses destilasi juga memastikan cairan fermentasi bisa menghilangkan sebagian besar mikroba.
9. Kalo minum bir bukannya darahnya bisa encer? Kualitas beer bukannya dilihat dari banyaknya busa? Bir
enaknya diminum dingin atau hangat?
CO2 yang dihasilkan hanya sekitar 0,35-0,42% (w/w). Dingin atau hangat tergantung preferensi sukanya yang
mana. Kalau bir hangat, ketika dipanaskan senyawa alkohol yang volatil dapat menguap.
10. Pada proses fermentasi bir, ada S. carlbergenesis dan S. cereviceae, mana yang bekerja duluan, atau pakai
salah satu?
Salah satu, karena S. carlbergenesis merupakan khamir bottom-fermenting, dan S. cerevisiae merupakan top-
fermenting.
11. Beer mengandung CO2, siapa yang memerangkap? Kenapa kadarnya bisa beda, padahal fermentasinya
sama?
Yang memerangkap co2 = protein
12. CO2 pada rum kenapa gak ada, sedangkan pada bir itu ada, kenapa bisa?
Karna rum mengalami proses distilasi yg menyebabkan foam hilang sedangkan filtrasi hanya pemisahan antara
cairan bir dgn khamir yg digunakan
13. Bir kalau diminum langsung dari drum rasanya mungkin beda dari bir kalengan, bagaimana caranya agar
bir komersial bisa menyetarai rasa bir yang diambil langsung dari barrel?
Ditambahkan bahan-bahan yang memperbaiki rasa dan warna pada proses mixing sebelum bottling.
RANGKUMAN BIR
BIR
1. Karakteristik produk
a. Warna: bermacam-macam, tergantung jenis bir. Contoh: imperial stout warnanya hitam, pilsener warnanya
kuning, tapi yang umum warnanya cokelat-kuning bening.
b. Rasa: tergantung dari jenis dan bearapa banyak malt yang digunakan. Jenis malt bermacam-macam: pale, wheat,
rye, vienna, caramel, dll.
- Alkohol, karena fermentasinya anaerob. Termasuk golongan A dengan kadar 1-5%.
- Manis, karena pati dipecah menjadi glukosa.
- Getir/pahit, berasal dari bunga hops.
c. Viskositas: seperti air putih, encer.
d. Foam characteristic: kandungan CO2 0,35-0,42%.
2. Latar belakang
a. Bahan baku: malt (berkecambah dari biji barley/biji2an yg menghasilkan rasa manis) dan bunga hops
(menghasilkan rasa pahit dr kandungan alfa-amilase yang menyeimbangkan rasa manis yg dihasilkan oleh
malt).
b. Jenis ragi:
- Ale: top-fermenting (suhu lbh tinggi, wkt lbh singkat dlm fermentasi->hslkan etanol lbh cpt, fermentasinya di
permukaan), suhu: 18-23oC. Contoh: Saccharomyces cerevisiae.
- Lager: bottom-fermenting (suhu lbh rendah, butuh wkt lbh lama utk hslkan etanol. fermentasi di dasar wadah
fermentasi), suhu: 7-15oC.
- Wild.
- Craft.
c. Asal: Mesir (Mesopotamia) lalu merambat ke Eropa dan Amerika. Di Indonesia ada produksi bir sendiri
bernama Stark Craft Beer, di mana bahan-bahan bakunya berasal dari produk lokal, kecuali malt, karena
produksinya masih rendah di Indonesia.
3. Proses produksi
- Bahan penting: barley, bunga hops, air, khamir.
- Prinsip pembuatan: memecah polisakarida dari barley menjadi glukosa yang akan difermentasi menjadi alkohol
+ CO2.
a. Malting: barley dipanen, dicampur air hangat hingga barley berkecambah (germination), lalu dikeringkan, dan
dipecah. Tujuan: isolasi enzim pemecah pati dan protein: α-amilase dan protease. Germinasi diperlukan karena
berkontribusi terhadap kekerasan barley yang mempengaruhi kualitas barley dan bir.
b. Mashing: malt dicampur air panas untuk aktivasi enzim yang digunakan untuk memecah pati menjadi gula
(maltosa). Hasilnya adalah wort: unmade beer, kalau di roti: adonan.
c. Boiling: wort direbus selama ±1 jam, lalu ditambah bunga hops. Setelah ini, ada proses pemisahan malt dengan
partikel-partikel hops.
d. Fermentasi: penambahan khamir, lalu disimpan pada:
i. Suhu ruang: ragi ale.
ii. Cold storage: ragi lager.
e. Bottling dan aging.
4. Kerusakan bir yang disebabkan oleh mikroba:
- Bakteri asam laktat: Lactobacillus brevis, Lactobacillus lindneri, Pediococcus damnosus ditemukan pada bir
yang rusak, mengakibatkan kekeruhan, acidity, bau yang tidak diinginkan: diasetil/hidrogen sulfida.
(Lactobacillus brevis dapat ditemukan dalam bir yang rusak dan di ragi kering komersial. Spesies dan bakteri LAB
lain berasal dari Staphylococcus sp., Enterobacteriacea (menyebabkan kerusakan yg sebabkan off-flavor karena
sifatnya aerobik dan anaerob fakultatif shg sensitif thd etanol dan pH rendah), dan Acetobacter sp yang ditemukan
di tempat produksi bir dapat menyebabkan sourness akibat oksidasi etanol yg hslkan asam asetat, kemudian
zymmomonas mobilis hslkan byk asetaldehid, co2, dan kekeruhan dan off-odour atau bau tengik)
- Chill haze: disebabkan oleh protein yang memproduksi haze. Bereaksi/terbentuk saat suhunya dingin. Tetapi
cold storage dapat meminimalisir chill haze karena ketika bir didiamkan pada suhu dingin selama beberapa
waktu, bir bisa jernih lagi karena protein mengendap di dasar wadah. Dapat juga dihilangkan dengan cara
sedimentasi, penggunaan fining agents, dan sentrifugasi.
6. Pencegahan perusakan produk
RUM
Rum putih -> campuran koktail
rum coklat-> masak, kue
Papain -> menghilangkan haze krn interaksi antara polypeptida dan tannin pd bir.
Tannin berasal dari kayu oak (barrel)
Substilin + papain -> mengatasi beer chillproofing
Ragi yg baik :
- yield alkohol besar (fermentasi efisien)
- menghasilkan rasa yang diinginkan
- fermentasi cepat agar mengurangi resiko rusak kontaminan dan ragi mati duluan
3. Fermentasi (anaerobik, 4.8 pH, temperatur 32-35C) Hasil -> 7-10% etanol
Live Wash
Proses penambahan air sampai kadar gula 15 %. fermentasi selama 30 jam. Penambahan asam sulfat sgt sedikit u/
mengatur pH dan mengurangi non-sugar dissolved solids yg berpotensi merusak fermentasi dan distilasi. Kalo
>15% bisa menghambat fermentasi, <15% tidak ada makanan buat ragi.
Fermentasi selesai dgn tidak adanya gelembung udara.
Nutrisi semua ada di molase, sumber N -> (NH4)2SO4 ammonium sulfat/urea (0.2%). (safe to eat) -> Food and
Drugs Association Amrik
Column pertama -> menghilangkan air dan residu solid. Hasilnya heavy rum steam (80-85% w/v alkohol).
Kalo pengen light rum purifier column. Penambahan air
In the condensations,molecules such as aldehydes and alcohols may combine to form acetals. In oxidations that
occur with air passing through the pores in the wood, ethanol may be oxidized to acetaldehyde, which in turn may
be oxidized to acetic acid, to then undergo esterification to ethyl acetate.
5. Aging (35C)
Rum ditaruh dalam barrel kayu oak mengandung tannin, garam kalsium dan quercitine yg memberi warna coklat.
Menghasilkan aroma, taste, dan warna yg diinginkan. Disebabkan oleh reaksi oksidasi dan diffusi selektif dengan
kayu barrel dan interaksi kimia antara congeners.
Oak -> tidak merusak bau dan rasa rum.
Struktur kayu rapat sehingga leak proof dan terbukti ideal untuk penyimpanan cairan.
Produksi RUM
BATCH -> Rasa premium, Mahal dan produksi lama
Continuous -> cepat dan banyak, rasa kurang baik
Pencegahan kontam
-Sterilisasi molase
-centrifugasi molase agar lumpur dan benda solid hilang.
-menjaga kebersihan alat/mesin
-menggunakan air yang bebas kontaminan
-kultur ragi yg murni
-Mikroba yang lolos penyulingan bisa menjadi kontaminan menjadi overfermented. Aroma dan rasa tidak
diinginkan.
Jenis Rum :
-Light, silver, white. Filtrasi agar warna hilang.
- Gold = penambahan spice dan karamel
- Dark = aged longer in heavily charred barrels (barrel hangus), penambahan spice. Flavour sngt kuat dibandingkan
dgn ^. Biasanya untuk masak”.
- flavored = mango, orange, citrus.
- Overproof = 75% kadar alkohol
Referensi Rum
https://www.spirits-revolution.com/media/1405/06_1_2sell.pdf
http://transfaire.antilles.inra.fr/IMG/pdf/Fahrasmane_2002_Levures.pdf
https://www.scribd.com/document/150428136/Rum-Making
https://www.bostonapothecary.com/wp-content/uploads/2015/10/446509.pdf
https://core.ac.uk/download/pdf/25487002.pdf
https://www.bostonapothecary.com/wp-content/uploads/2015/10/Rum.pdf
https://nscpolteksby.ac.id/ebook/files/Ebook/Hospitality/Bartending%20For%20Dummies%20-%20Foley-
Ray%20[SRG]%20(2014)/Chapter%2012%20-%20Rum.pdf
https://infohost.nmt.edu/~jaltig/Distillation.pdf
https://www.beveragemedia.com/wp-content/uploads/2016/05/June16_Rum101_LR.pdf
http://cbil.upenn.edu/RUM/RUM_MGED.pdf