SLAMET PRIYADI
SMA Negeri 42 Jakarta
ABSTRAK
Memberi dorongan semangat dan motivasi belajar siswa merupakan tugas guru, dan itu menjadi
sangat penting terutama untuk menumbuhkan rangsangan semangat serta minat belajar siswa
terhadap mata pelajaran seni musik. Minat belajar yang tinggi akan berpengaruh terhadap sejauh
mana upaya siswa dalam mencapai kompetensinya pada mata pelajaran tersebut. Dengan
alasan antara lain, karena tidak berbakat, penyampaian materi pelajaran yang tidak menarik,
terlalu verbalistik oleh guru adalah faktor penyebab mata pelajaran seni musik kurang diminati
siswa yang pada akhirnya berpengaruh besar pada prestasi belajar siswa yang semakin
menurun. Hal ini sebagaimana diperlihatkan oleh hasil yang relatif rendah dan kurang atau tidak
mencapai ”Kriteria Ketuntasan Minimal” (KKM). Oleh karena itu penyampaian materi
pembelajaran seni musik dengan menggunakan pendekatan PAKEM merupakan alternatif yang
tepat dan sesuai oleh karena pendekatannya dikondisikan dalam suasana yang aktif, kreatif,
efektif dan dalam suasana yang menyenangkan.
Berbasis pada analisa data yang diperoleh dalam tindakan kelas dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran model PAKEM terdapat peningkatan minat belajar siswa pada
”Kompetensi Dasar” : Mengembangkan gagasan kreatif membuat aransemen lagu. Peningkatan
minat siswa dapat dilihat dari hasil kuisioner berkaitan dengan ketertarikan siswa pada mata
pelajaran seni musik karena seni musikkajian materinya menanamkan sikap apresiatif
menghargai terhadap hasil karya orang lain dari 22 siswa = 59,40 % menjadi 35 siswa =
94,50 %. prosentase tersebut dihitung dari jumlah keseluruhan siswa yang merespon pernyataan
kuisioner dari jumlah keseluruhan sebanyak 39 siswa.
B. Rumusan Masalah
• Apakah penggunaan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM)
dapat meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran seni musik kompetensi dasar
mengembangkan gagasan kreatif membuat aransemen lagu di kelas X 6 SMA Negeri 42 ?”
C. Pemecahan Masalah
PP Nomor 19 tahun 2005 mengamanatkan: Pendidikan Seni Budaya / Seni Musik di berikan di
sekolah karena keunikan, kebermaknaan, kebermanfaatan terhadap
kebutuhan perkembangan peserta didik yang terletak pada pemberian pengalaman estetik
dalam bentuk kegiatan berekspresi, berkreasi, berapresiasi melalui pendekatan:“belajar
dengan seni”, “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.” Dalam arti, pendidikan Seni
Musik aktifitasnya lebih fokus pada pengembangkan konsepsi, apresiasi, dan kreasi. Oleh
karena itu guru yang merupakan pemegang kunci utama untuk membuka pintu perbaikan
pendidikan dan pengajaran di sekolah dituntut memiliki kemampuan yang cukup untuk mengelola
kelas, inovatif dan professional. Guru yang inovatif adalah guru yang terus berupaya mencari,
menemukan dan menciptakan hal-hal baru dalam cara mengajarnya agar proses pembelajaran di
kelas dapat berjalan lebih baik sehingga mampu meningkatkan minat belajar siswa terhadap
pelajaran seni music
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk meningkatkan minat belajar siswa pada pelajaran seni musik melalui penggunaan model
pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) kompetensi dasar
mengembangkan gagasan kreatif membuat aransemen lagu.
2. Untuk mengetahui ketepatan dan keefektifan penggunaan model pembelajaran aktif,
kreatif,efektif,dan menyenangkan (PAKEM) dalam meningkatkan minat belajar siswa pada
pembelajaran seni musik kompetensi dasar mengembangkan gagasan kreatif membuat
aransemen lagu.
3. Untuk mengetahui peningkatan aktifitas,minat, dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran
seni musik.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang penggunaan model pembelajaran aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) dalam meningkatkan minat belajar siswa pada
materi pembelajaran seni musik pokok bahasan mengembangkan gagasan kreatif membuat
aransemen lagu.
b. Sebagai dasar pengetahuan dalam mengembangkan penelitian- penelitian pada masalah
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Siswa
1) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan pada materi pembelajaran seni musik tentang
bagai mana mengembangkan gagasan kreatif membuat aransemen lagu,
2) Mendidik siswa untuk berpikir kritis, kreatif, tertib, dan memiliki sikap disiplin dan bertanggung
jawab.
3) Dengan memberi materi pembelajaran seni musik menggunakan model pembelajaran
PAKEM, siswa lebih dapat tertarik, termotivasi dan dapat memahami materi membuat aransemen
lagu.
A. Minat Belajar
Beberapa ahli memberi batasan tentang belajar yang penulis kutip dari buku Psikologi
Pendidikan halaman 104 tulisan Drs. Wasty Soemanto, M.Pd sebagai berikut:
1. James O. Wittaker : “Learning may be defined as the process by which behavior originates or is
altered through training or experience”(Wittaker, 1970: 15). Artinya, belajar dapat didefinisikan
sebagai proses dimana perilakudiubah melalui pelatihan atau pengalaman.
2. Cronbach menulis batasan belajar dalam bukunya yang berjudul Educational
Psychology seperti berikut,“Learning is shown by change in behavior as result of experience” (
Cronbach, 1954: p.47 ). Artinya, belajar ditunjukkan oleh perubahan perilaku sebagai hasil
dari pengalaman". ( Cronbach, 1954: p. 47 )
Dari batasan belajar tersebut dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa belajar adalah suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman, dan pelatihan. Hal ini sejalan dengan
definisi belajar dari Slameto ( 1988: 2 ) yang mengemukakan bahwa: “Belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah prilaku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu dengan lingkungannya”. Abdul
Hadis ( 2008: 60 )
Mengingat begitu pentingnya minat dan motivasi belajar, penulis berupaya untuk mencoba
menganalisa beberapa referensi tentang minat belajar. Wiliam James (1890) dalam Uzer
Usman (1992 : 24) melihat bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan
derajat keaktifan belajar siswa. Dengan demikian minat merupakan faktor yang pengaruhnya
begitu besar dalam keterlibatan siswa belajar secara aktif dan kreatif. Hasil belajar merupakan
ketercapaian kompetensi belajar yang dinyatakan dengan nilai, karena itu minat belajar yang
tinggi akan diperlihatkan juga dengan nilai mata pelajaran yang memenuhi ketuntasan, bahkan
melebihi standar yang ditetapkan atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), setidaknya minat
belajar yang tinggi akan dinyatakan dengan ketercapaian kompetensi atau kompetensi dasar
pada mata pelajaran tersebut. Dengan demikian dasar untuk belajar pada setiap siswa sudah
ada, tinggal gurunyalah yang berupaya keras untuk membangkitkan minat belajar siswa pada
mata pelajaran yang diampunya.
Pendidikan Seni Musik memiliki peran dalam pembentukan pribadi siswa yang harmonis
dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan siswa dalam mencapai kecerdasan
musikalitas emosionalnya. Adapun ruang lingkup materi pembelajaran dalam kompetensi dasar
mengembangkan gagasan kreatif membuat aransemen lagu dengan beragam teknik, media
dan materi musik, yang mencakup tangga nada musik, notasi angka, notasi
balok, dan membuat aransemen lagu.
PAKEM merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki paradikma baru dalam
sistem pengelolaan pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan
pengguna lulusan serta memiliki suasana akademik yang besar dalam penyelenggaraannya.
PAKEM adalah singkatan dari “Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan”.
1. Aktif
Aktif yang dimaksudkan di sini adalah bahwa proses pembelajaran seni musik yang
dilakukan guru di kelas harus dapat menciptakan suasana dimana siswa aktif bertanya, aktif
bereksplorasi, dan berani mengemukakan gagasan dan pendapatnya melalui kreatifitas
musiknya secara bebas. Berkait dengan hal tersebut, menurut Magnesen dalam Dryden bahwa
dalam belajar siswa akan memperoleh 10 % dari apa yang dibaca, 20 % dari apa yang didengar,
30 % dari apa yang dilihat, 50 % dari apa yang dilihat dan didengar, 70 % dari apa yang
dikatakan, dan 90 % dari apa yang dikatakan dan dilakukan. (Dryden, 2000: 100)
2. Kreatif
Kreatif artinya memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk berkreasi. (Silberman, 1996:
9) dalam (Sri Gianti, 2009: 6). Peran aktif siswa dalam proses pembelajaran seni musik sudah
barang tentu akan membentuk siswa menjadi kreatif, artinya siswa yang mampu menghasilkan
generasi kreatif yang berguna bagi dirinya juga buat orang lain. Menurut Semiawan daya kreatif
tumbuh dalam diri setiap individu dan merupakan pengalaman yang paling mendalam dan unik
bagi seseorang (Syaifurrahman, 2009: 6). Suasana belajar yang memberi kesempatan kepada
siswa untuk berpartisipasi aktif dalam mengemukakan gagasan dan ide-idenya tanpa harus
memiliki perasaan takut, disalahkan oleh guru yang bersangkutan. Suasana kondusif dan kreatif
seperti itulah yang dimaksud dalam PAKEM.
3. Efektif
Terciptanya pembelajaran yang efektif muncul karena pembelajaran yang dilaksanakan dapat
menumbuhkan daya kreatif siswa sehingga dapat membekali siswa dengan berbagai
kemampuan. Artinya siswa dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam dirinya
sehingga menghasilkan kemampuan yang beragam.Pembelajaran yang efektif hanya bisa
didapat dengan prilaku atau tindakan nyata (learning by doing) baik dari guru maupun siswa. Di
sinilah peran dari seorang guru, bagaimana Ia mampu membuat scenario pembelajaran di kelas
agar proses pembelajaran berjalan sebagaimana tersebut di atas.
4. Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan adalah suatu kondisi pembelajaran yang didisain
sedemikian rupa oleh guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran di kelas, di mana siswa
dan guru berinteraksi secara akrab, sehingga siswa bisa berkonsentrasi penuh dan pusat
perhatiannya terfokus pada belajar. Berdasar hasil penelitian, tingginya perhatian siswa terbukti
dapat meningkatkan hasil belajar. (Purnama,M.pd, 2009: 7)
Berdasar uraian tersebut, dapat dideskripsikan bahwa PAKEM, “Pembelajaran yang Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan” adalah suatu proses pembelajaran di mana siswa dan guru
terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dalam kata lain, guru turut serta berperan aktif untuk
membangkitkan semangat siswa dalam belajar dengan menggunakan berbagai strategi, metode,
media, dan model pembelajaran.
A. Setting Penelitian
Penelitian penulis lakukan di SMA Negeri 42 Halim Perdanakusuma Jakarta Timur, pada
bulan Desember sampai dengan bulan Maret 2012. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas
X semester genap Tahun Pelajaran 2011 – 2012, yang kemudian penulis mengambil salah
satu kelas yaitu kelas X 6 yang jumlah siswanya sebanyak 39 orang, terdiri siswa laki-laki
sebanyak 21 orang dan siswa wanita sebanyak 18 orang. Alasan penulis memilih sampel kelas
X 6 sebagai subyek penelitian didasarkan kepada minat belajar mereka terhadap mata pelajaran
seni musik relatif rendah, selain itu rata-rata hasil belajar mata pelajaran seni musik juga rendah
dibandingkan dengan kelas X lainnya, berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal( KKM). Adapun
nilai KKM mata pelajaran seni musik adalah 75.
Penelitian dilakukan dalam dua siklus, siklus I tiga kali pertemuan pada minggu ke 2 (Selasa,
17 Januari 2012), minggu ke 3 (Selasa, 24 Januari 2012), dan minggu ke 4 (Selasa, 31 Januari
2012). Sedangkan siklus II pertemuan dilakukan bulan Febuari pada minggu ke 1 (Selasa, 7
Febuari 2012), minggu ke 2 (Selasa, 14 Febuari 2012), dan ke 3 (Selasa, 21 Febuari 2012).
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) dengan menggunakan model
yang dikembangkan olehKurt Lewin yang pelaksanaannya dilakukan dalam bentuk
siklus, terdiri atas empat komponen yaitu : (1) perencanaan, (2) tindakan, (3)
pengamatan, dan (4) reflek
A. Siklus I
1. Minat Belajar
Seni Musik pada Kompetensi Dasar : Mengembangkan Gagasan Kreatif Membuat
Aransemen Lagu pada pertemuan pertama di siklus I yaitu pada hari selasa tanggal 17 Januari
2012, dilakukan pembelajaran yang diawali dengan ”apersepsi” pemberian motivasi . Adapun
motivasi yang diberikan pada awal pembelajaran pada pertemuan pertama berkait erat dengan
tujuan pembelajaran dan materi ajar yang disampaikan
a. Siswa diharapkan mampu menjelaskan bentuk-bentuk ciptaan musik.
b. Siswa diharapkan mampu menjelaskan jenis-jenis karya musik berdasarkan bentuknya.
c. Siswa diharapkan mampu menjelaskan materi, prosedur dan langkah-langkah membuat
aransemen lagu.
d. Siswa diharapkan mampu membuat aransemen lagu.
Pada langkah inti, guru menjelaskan bentuk-bentuk ciptaan musik berikut contohnya, jenis-
jenis karya musik berikut contohnya, menjelaskan materi dan prosedur serta langkah-langkah
membuat aransemen lagu berikut contoh dan peragaannya. Pada langkah akhir, guru
menyimpulkan materi pelajaran, memberikan pertanyaan-pertanyaan, memberi kesempatan
kepada siswa untuk menjawab dan bertanya terkait dengan materi pelajaran yang diberikan. Di
sini penulis bersama rekan guru observer melihat bagaimana situasi dan kondisi siswa, aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlangsung, seperti bertanya, menjawab pertanyaan,
mengemukakan pendapat, atau menyanggah. Pada pertemuan pertama ini belum nampak ada
perubahan aktivitas yang berarti dari, akan tetapi siswa cenderung fokus pada materi yang
disampaikan . Dari data lembar observasi diperoleh :
Selanjutnya berkait dengan sampai sejauh mana minat siswa terhadap mata pelajaran seni
musik, pada proses pembelajaran berlangsung selama kurang lebih 20 menit , peneliti dibantu
oleh observer mengedarkan lembar kuisioner yang kemudian diisi oleh siswa sebanyak 37
orang. Kuisioner tersebut sengaja dirancang berurutan, agar siswa merespon , sehingga muncul
jawaban dengan mencheklis (V) pada kolom “S”, atau “SS”, atau “ TS dan STS”. Peneliti
memfokuskan hasil kuisioner terutama pada minat siswa dengan alasan :
- Ketertarikannya pada mata pelajaran seni musik , karena belajar seni musik materinya
menanamkan sikap apresiatif, menghargai hasil karya orang lain.
- Ketertarikannya pada mata pelajaran seni musik, karena seni musik bersifat aktif, kreatif,
dan menyenangkan.
- Ketertarikannya pada mata pelajaran seni musik, karena setiap siswa membutuhkan sarana
berekspresi, dan lebih lagi seni musik adalah sebagai sarana pengembangan minat dan bakat.
Dugaan atau asumsi peneliti alasan ketertarikan siswa pada mata pelajaran seni musik
tersebut dari data seberapa banyak siswa yang menjawab kuisioner nomor 8, 9 dan 12
data tersebut dapat terlihat pada lampiran B. Pada pertemuan kedua yang dilaksanakan pada
hari selasa tanggal 24 Januari 2012, pelaksanaan pembelajaran mengacu pada RPP , dengan
materi ajar : Membuat aransemen lagu non tradisional. Diawal pembelajaran guru memberikan
motivasi pada siswa dengan memperagakan senam birama, memperagakan contoh gerak
tangan birama 2/4, 3/4, 4/4. Proses penyampaian materi pembelajaran berlangsung sesuai
dengan RPP. Untuk mengetahui aktivitas pembelajaran saat proses berlangsung, observer
mengamati dan dihasilkan data sebagai berikut :
2. Hasil belajar
Dengan asumsi peneliti bahwa minat yang tinggi pada mata pelajaran akan berbanding lurus,
atau mempunyai korelasi terhadap hasil belajar, maka peneliti memberikan tes baik pretes
maupun postes pada siklus I dan siklus II. Pada hari selasa tanggal 17 Januari 2012 sebelum
tindakan dilaksanakan dengan waktu 2 X 45 menit, diadakan pretes dengan jumlah soal PG =
10 adapun bobot soal : PG setiap soal skor = 1 jumlah betul semua atau skor tertinggi adalah =
10. Didapat hasil pretes antara lain sebagai berikut skor nilai rata-rata kelas 51.97 dan
prosentase ketuntasan belajar sebesar 53,97 % yaitu hanya 21 siswa dari 39 yang nilai
pretesnya mencapai sama atau lebih dari 75, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar seni
musik dengan materi membuat aransemen lagu non tradisional, dilihat dari kemampuan awal
sebelum proses pembelajaran masih rendah, kondisi tersebut dianggap wajar karena materi
tersebut belum disampaikan.
Dari pretes di siklus I yang diperoleh hasil 53,97 % mencapai ketuntasan ( KKM ) hal ini
merupakan bahan pertimbangan dalam melakukan upaya peningkatan hasil belajar
menggunakan pembelajaran model PAKEM. Setelah proses pembelajaran berlangsung di siklus I
dalam tiga kali pertemuan selanjutnya diadakan postes dengan soal yang sama dengan soal
yang diberikan pada pretes pertemuan pertama. Postes dilakukan pada hari selasa, 31 Januari
2012 selama 30 menit, hasil yang didapat antara lain:
- 31 siswa dari 39 yang nilai pretesnya mencapai sama atau lebih dari 75
- skor nilai rata – rata kelas : 73,23
- prosentase yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 8 orang dari 39 siswa
atau 20,40 % siswa yang belum mencapai KKM.
3. Refleksi
Berdasarkan data hasil yang diperoleh setelah melakukan tindakan disiklus I dengan tiga kali
pertemuan kemudaian disertai pengamatan atau observasi dari guru lain sebagai observer,
menyatakan bahwa pembelajaran seni musik yang disampaikan menggunakan pembelajaran
model PAKEM, memberikan hasil yang cukup memuaskan sesuai dengan target yang
diharapkan. Adapun hasil yang didapat memperlihatkan peningkatan aktivitas terutama pada
siswa yang bertanya, menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat, meskipun siswa
yang aktif pada pertemuan pertama belum banyak sebesar 24, 50 % tetapi pada pertemuan
kedua aktivitas kelas secara keseluruhan mengalami peningkatan yaitu menjadi 45,90 %.
Sementara hasil kuisioner berkaitan dengan sejauh mana pandangan siswa terhadap
mata pelajaran seni musik, di siklus I memperlihatkan bahwa 66,50 % siswa atau sebanyak 25
siswa dari jumlah 39 memperlihatkan ketertarikan atau minat terhadap seni musik, dengan
alasan bahwa pelajaran seni rupa merupakan pelajaran yang menyenangkan. Alasan ini lebih
banyak dibandingkan dengan siswa yang tertarik terhadap seni musik karena setiap siswa
membutuhkan sarana pengembangan minat dan bakat. Harapan peneliti ketertarikan tersebut
mendapatkan peningkatan juga pada ketertarikan siswa pada seni musik dengan alasan karena
belajar seni musik materinya menanamkan sikap dan penghargaan terhadap hasil karya orang
lain.
Data berikutnya yaitu hasil belajar yang diperoleh dari pretes ke postes memperlihatkan
peningkatan yang cukup signifikan, namun peneliti merasa belum puas melihat data tersebut
karena masih belum dianggap wajar, peningkatan tersebut diperoleh setelah proses
pembelajaran berlangsung. Data tersebut nampak pada tabel berikut :
HASIL POSTES I SIKLUS I
Postes Siklus : I
Hari / Tgl : Selasa , 31 Januari 2012
Prosentasae Ketuntasan :
• Tuntas 31 siswa = 79, 05 %
• Tidak Tuntas 8 siswa = 20, 40 %
• Score rata-rata = 73,23
Dengan demikian peneliti beranggapan bahwa pada siklus berikutnya ada beberapa hal yang
harus ditingkatkan antara lain :
a. Penyampaian materi dibuat lebih terinci, sitematis lebih jelas dan terarah, dengan menampilkan
banyak contoh-contoh peragaan, alat bantu pelajaran keyboard, pianika, gitar. Dll.
b. Pendekatan pembelajaran model PAKEM harus lebih kolaboratif, dengan mengimplementasikan
secara kolaboratif metode ceramah, demonstrasi, praktik, diskusi dan sebagainya, sehingga
proses pembelajaran lebih bervariatif, kesempatan siswa untuk aktif, kreatif lebih meningkat
secara kelseluruhan.
c. Tes hasil belajar akan diberikan waktu khusus dengan durasi waktu menjadi 60 menit.
A. Siklus II
inat belajar
Minat seni musik melalui pembelajaran PAKEM : Mengembangkan gagasan kreatif membuat
aransemen lagu. Pada tahap refleksi di siklus I, peneliti bersama dengan kolaborator berasumsi
bahwa tindakan pada siklus ke II harus lebih ditingkatkan, dengan alasan bahwa ternyata
terdapat korelasi yang signifikan antara pemberian motivasi diawal pembelajaran dan proses
pembelajaran menggunakan PAKEM pada pelajaran seni musik, yaitu dapat memotivasi
meningkatkan minat belajar pada mata pelajaran tersebut. Mengawali tindakan di siklus II , pada
pertemuan pertama hari selasa 7 Febuari 2012 mengacu pada skenario pembelajaran ( RPP )
yang telah disiapkan. Dengan pokok bahasan membuat aransemen lagu non
tradisional. Membangun motivasi yang dibangun pada pertemuan pertama siklus II ini adalah
dengan pemberian penguatan atas jawaban, pertanyaan, pendapat siswa dalam bentuk
pemberian point nilai untuk tabungan siswa dalam buku nilai. Hasilnya adalah cukup
memuaskan, dan motivasi ini amat efektif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan minat
belajar siswa, karena nilai yang tinggi merupakan hal yang diharapkan setiap siswa. Hasil akhir
memperlihatkan, dengan pembelajaran model PAKEM dapat meningkatkan minat belajar yang
sekaligus juga meningkatkan nilai belajar siswa terhadap pelajaran “Seni Musik”. Berikut
merupakan aktivitas siswa saat pembelajaran pada pertemuan ke I di siklus II :
1. Bertanya 8 20,40 %
2. Menjawab Pertanyaan 8 20,40 %
3. Mengemukakan Pendapat 6 15,30 %
4. Menyangga 1 2,55 %
5 Tidak aktif 16 30,80 %
.
Aktifitas Kelas 39 – 16 = 23 % 100 – 30,80 =
69,20 %
Pada pertemuan ke tiga sekaligus pertemuan terakhir, perhatian peneliti kembali fokus
kepada sejauh mana minat siswa terhadap mata pelajaran seni musik, sehingga data yang
didapatkan tertutama dari kuisioner. Setelah tindakan pertemuan kedua dilaksanakan, peneliti
memberikan kuisioner yang sama pada siklus I dan hasilnya terjadi perubahan dari siklus I antara
lain : 39 siswa menjawab bahwa mata pelajaran seni musik sangat penting, 37 siswa atau 86,40
% siswa diantaranya mengemukakan alasan berkaitan dengan manfaat dari segi sarana
pengembangan minat dan bakat siswa, sementara masih nampak 35 siswa atau 96,50 % siswa
juga menjawab pertanyaan bahwa seni musik menarik karena kajian materinya menanamkan
sikap dan penghargaan terhadap hasil karya seni orang lain.
asil Belajar
Sesuai dengan rumusan masalah, Meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran seni
musik dengan menggunakan pendekatan pembelajaran model PAKEM, model penelitian untuk
menghasilkan data tersebut, adalah tes hasil belajar yang diberikan melalui prosedur pretes dan
postes di siklus II. Pertemuan pertama sebelum tindakan yaitu hari Selasa, 7 Febuari
2012 diadakan pretes, dengan soal pilihan ganda ( soal di lampiran ). Pada pretes II skor nilai
rata-rata sebesar 74,10 sedangkan prosentase ketuntasan belajar mencapai 62,10 % yaitu 31
siswa dari 39 mencapai KKM. Sementara itu setelah tindakan dilakukan diadakan postes II,
adapun hasil yang dicapai 34 siswa dari 39 mencapai sama dengan atau lebih 75 ( KKM )
atau 86,70 % dengan nilai rata – rata85,25 kenaikan dari pretes ke postes sebesar 11,15 %
3. Refleksi
Dari empat kali pertemuan yang terbagi dari dua siklus, diawali perencanaan, tindakan
observasi dan seterusnya, peneliti melihat beberapa hasil dari upaya tindakan yang
memperlihatkan adanya peningkatan, antara lain sebagai berikut :
Dari tabel di atas ditemukan nilai rata-rata kelas yang mencapai KKM mata pelajaran
seni rupa pada postes yaitu 75 . Kenaikan hasil belajar yang diperoleh, menguatkan dugaan
bahwa minat belajar berbanding lurus dengan hasil belajar. Begitu juga kegairahan siswa yang
diperlihatkan dengan aktivitas belajar seperti bertanya, menjawab pertanyaan, serta
mengemukakan pendapat, bisa menjadi tolak ukur sejauh mana minat siswa terhadap mata
pelajaran seni musik. Deskripsi data hasil penelitian yang telah diuraikan, diharapkan juga akan
memotivasi guru untuk melaksanakan tindakan kelas, ketika ditemukan masalah-masalah dalam
pembelajaran. Kegairah guru dalam menggali berbagai model, metode, media serta upaya dalam
memecahkan masalah-masalah pembelajaran adalah kegairahan bersama mulai dari kepala
sekolah, guru mata pelajaran, juga siswa dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
A. Simpulan
Berbasis dari analisa hasil penelitian yang mengacu pada rumusan masalah yang telah
ditentukan, disertai dengan temuan-temuan dalam proses tindakan dan pembahasan yang telah
diuraikan dalam bab IV tentang proses pembelajaran untuk meningkatkan minat siswa pada mata
pelajaran seni musik, dengan menggunakan pembelajaran model PAKEM, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
B. Saran
Saran-saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut :
1. Proses pembelajaran menggunakan pembelajaran model PAKEM bisa diterapkan pada upaya
menumbuhkan minat belajar siswa pada mata pelajaran lain dalam setiap pembelajaran
meskipun dalam waktu yang relatif singkat.
2. Pemilihan bahan ajar yang akan disampaikan menggunakan pembelajaran model PAKEM perlu
dilakukan oleh guru, dalam rangka pertimbangan efektifitas dalam pembelajaran.
3. Kepiawaian untuk memotivasi siswa dalam setiap pembelajaran hendaknya menjadi kompetensi
yang harus dimiliki guru sebelum, atau selama proses pembelajaran guna menumbuhkan minat
belajar siswa.
4. Variasi model pembelajaran, metode, serta penggunaan media hendaknya menjadi salah satu
motivasi bagi siswa, sehingga aktivitas belajar lebih meningkat.
5. Penelitian tindakan kelas hendaknya menjadi bagian yang rutin dilaksanakan oleh setiap guru
secara berkala, ketika ditemukan masalah-masalah dalam proses pembelajaran di kelas.
6. Kebiasaan untuk mengungkapkan masalah-masalah pembelajaran dalam bentuk laporan tertulis,
serta upaya tindakan sebagai bagian dari penyelesaian masalah pembelajaran secara
sederhana, singkat dan tepat perlu dibiasakan, sebagai acuan serta bahan perbandingan guna
menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Supardi Suhardjono, 2011. Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Supardi Suhardjono, 2011. Publikasi Ilmiah Non Penelitian, Dalam Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan Bagi Guru. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Dr. Sulipan, M. Pd, 2010. Teknik Mudah Menyusun Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Penerbit
Eksismedia.
Moh.Ujer Usman, 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Jamaludin, M. Ed, 2003. Pembelajaran Yang Efektif (Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi
Siswa).Jakarta: CV. Mekar Jaya.
MGMP IPA Jakarta Timur, 2010. Jurnal Pendidikan Edisi I Volume 3 – R 2010. Jakarta: MGMP IPA.
UHAMKA 2009. Peningkatan Profesi Guru Melalui Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan ( PAKEM ). Jakarta: Rayon 37 UHAMKA.
Mendiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ), Jakarta: Pusat Kurikulum
Balitbang Depdiknas
Drs. Wasty Soemanto, M.Pd, 2006. Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan). Jakarta: Rineka Cipta.
Ario Kartono, dkk 2007. Kreasi Seni Budaya Untuk SMA, Jakarta: Ganeca.
Abubakar Baraja 2008. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Studio Press
Dr. Abdul Hadis, M. Pd. 2008, Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Slameto 1988. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara.
Diposkan oleh Denmas Priyadi di 07.59
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Media massa televisi merupakan suatu sarana yang sangat efektif dalam
mempengaruhi pola pikir manusia. Manusia memperoleh tambahan pengetahuan, informasi
terkini dari belahan bumi lainnnya dengan cepat, serta insipirasi salah satunya adalah akibat
dari peranan televisi. Televisi sebagai suatu media massa mempunyai peranan yang penting
dalam memudahkan masyarakat untuk mendapat informasi yang dibutuhkan.
Media massa adalah alat yang biasanya digunakan dalam penyampaian pesan dari
sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis
seperti surat kabar, film, radio dan televisi (Cangara, 2003:134). Hingga detik ini media
massa masih menjadi penentu atau pencetus sebuah opini publik yang ada di masyarakat.
Media mampu menjangkau masyarakat luas (khalayak) untuk menikmati sajian pesan / berita
atau program yang di tampilkan.
Televisi, sesuai dengan fungsinya untuk mempengaruhi pemirsanya, diharapkan
mampu memberikan pencerahan dan inspirasi baru bagi semua khalayklnya, salah satunya
adalah khalayak ibu-ibu rumah tangga.
Belakangan ini sering kita jumpai di berbagai stasiun televisi yang menyajikan
tayangan reality show yang menyajikan beragam tema dan tampilan. Dari beberapa program
acara reality show yang kini taynag di stasiun televisi nasional Indonesia, peneliti tertarik
untuk menganalisis tayangan paling menyegarkan dan fenomenal di tahun ini yang
dipersembahkan oleh FremantleMedia dan RCTI, MasterChef Indonesia. Sebuah ajang adu
kemampuan memasak bagi semua kalangan untuk menemukan the first Master Chef
Indonesia. Ada beberapa alasan peneliti memilih program acara tersebut, diantaranya:
a. pada observasi awal yang peneliti lakukan kepada sebagian ibu-ibu rumah
tangga di desa Candi Sidoarjo, yang menjadi narasumber sementara, didapatkan hasil
bahwa sebagian besar pernah dan suka menonton tayangan tersebut dengan beragam
alasan.
b. program acara tersebut menampilkan adu kemampuan memasak bagi semua
kalangan,sehingga seharusnya mampu memberikan inspirasi bagi audiensnya.
c. ditayangkan setiap hari pada pukul 16.30 sore, jam tayang tersebut
memberikan ruang dan waktu yang cukup banyak bagi ibu-ibu untuk
menonton tayangan tersebut.
d. tayangan dengan durasi yang cukup lama (sekitar 60 menit atau 1 jam)
seharusnya membuat pemirsanya puas dengan isi atau content acara tersebut.
Salah satu standar untuk mengukur khalayak media adalah menggunakanreception
analysis, dimana analisis ini mencoba memberikan sebuah makna ataspemahaman teks media
dengan memahami bagaimana karakter teks media dibaca oleh khalayak. Reception
analysis disini meliputi persepsi, pemikiran, preferensi dan interpretasi. Persepsi adalah
pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. (Jalaluddin,
2004:51). Pemikiran didefinisikan sebagai perbuatan individu dalam menimbang-nimbang,
menguraikan, menghubung-hubungkan sampai akhirnya mengambil
keputusan. Preferensi yaitu semua ungkapan emosi individu yang menyertai pemikiran
persepsi kita dalam menerima pesan, apakah pemirsa menyukai program berita tersebut atau
tidak. Interpretasi merupakan sebuah istilah untuk menjelaskan bagaimana kita memahami
pengalaman.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian
mengenai resepsi khalayak ibu-ibu rumah tangga terhadap program acara reality show
”Master Cheff” di Indosiar.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah dia atas, maka dapat dirumuskan
masalahbagaimanakah resepsi khalayak ibu-ibu rumah tangga terhadap program acara relaity
show ”Master Cheff” di Indosiar?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resepsi khalayak ibu-ibu rumah tangga
terhadap program acara relaity show ”Master Cheff” di Indosiar.
1.4 Luaran Yang Diharapkan
Hasil luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah terwujudnya karya ilmiah
tentang resepsi khalayak ibu-ibu rumah tangga terhadap program acara relaity show ”Master
Cheff” di Indosiar.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Secara Teoritis
Untuk memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman mengenai bidang kajian
komunikasi media massa dan riset khalayak
1.5.2 Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi media televisi mengenai
pengembangan/improvisasi tayangan reality show yang membawa pencerahan bagi
audiensnya.
1.5.3 Secara Sosial
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka mata masyarakat khususnya kalangan
ibu-ibu rumah tangga mengenai tayangan yang bernilai positif dan bermanfaat bagi
masyrakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
2.1.1 Reception Analysis Pemirsa Terhadap Peran Media dalam Pendidikan Politik Bagi
Perempuan pada Pemilu 2009 (Studi Reception AnalysisAktivis Perempuan Sidoarjo
Kecamatan Kota Terhadap Program Acara Headline News METRO TV)
Oleh: Mitha, Arytas (2009)
Penelitian ini terfokus pada apa dan bagaimana peranan media massa dalam
pendidikan politik bagi perempuan di Sidoarjo. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan
bagaimana peran Program Berita Headline News METRO TV dalam pendidikan politik bagi
perempuan. Peneliti dengan ini menyimpulkan bahwa peran Program BeritaHeadline
News METRO TV adalah sebagai berikut :
1. Program Berita Headline News METRO TV memberikan informasi, pengetahuan, serta
wawasan tentang perkembangan politik yang ada.
2. Program Berita Headline News METRO TV merupakan media sosialisasi politik dan
partisipasi politik perempuan, mengingat pemilih perempuan sangat bervariasi.
3. Para audiens (aktivis perempuan) menganggap bahwa pendidikan politik itu sangat penting
bagi perempuan, mengingat dari beberapa kasus kehidupan, perempuan masih terdapat
kurang kesetaraan dan keadilan gender.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam mengurai dan menjelaskan
fenomena dan fakta di lapangan. Lokasi penelitian ini adalah aktivis perempuan di Sidoarjo.
Key Words: Media, Politik, dan Perempuan
( Sumber: Aryas Mitha Iswahyuni, Reception Analysis Pemirsa Terhadap Peran Media dalam Pendidikan
Politik Bagi Perempuan pada Pemilu 2009, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 2009)
2.1.2 Penerimaan Khalayak Ibu Rumah Tangga terhadap Serial Desperate Housewives di
Televisi).
Oleh Anggraini, Ane Kusuma. (2006)
Drama komedi merupakan jenis komedi situasi yang paling jarang, jumlahnya kurang
lebih hanya 1 persen dari seluruh judul komedi situasi yang pernah ditayangkan. Hal tersebut
dikarenakan tingkat kesulitan dalam memproduksinya. Meskipun drama komedi kalah dalam
kuantitas, namun dari segi kualitas sudah tidak diragukan lagi. Berbagai judul drama komedi
seringkali menjadi sangat populer dengan menempati peringkat atas dan rating yang tinggi dalam
riset AC Nielsen di Amerika.
Penerimaan khalayak ibu rumah tangga dalam memahami dan memaknai drama komedi
Desperate Housewives di televisi, ternyata bervariasi. Penerimaan tersebut meliputi:
1. Partisipan mempersepsi drama komedi Desperate Housewives sebagai tayangan yang menarik
dan belum pernah ditayangkan sebelumnya. Beberapa partisipan mengungkapkan unsur-unsur
drama komedi seperti, tema, karakter, serta setting dalam mendefinisikan tayangan ini.
2. Beberapa partisipan mengungkapkan bahwa drama komedi ini lebih banyak membahas konflik
yang dialami tokoh utama. Secara detil beberapa partisipan menyebutkan konflik percintaan yang
dialami beberapa karakter melanggar batasan norma.
3. Partisipan mengemukakan pendapatnya masing-masing mengenai karakter ibu rumah tangga
dan beberapa memiliki karakter yang paling disuka. Karakter yang ideal dalam hal ini tidaklah
selalu menjadi favorit partisipan.
4. Sosok ibu rumah tangga yang baik menurut beberapa partisipan adalah ibu rumah tangga yang
mampu mengurus rumah dan keluarga. Nilai lebih akan didapat jika ibu rumah tangga tersebut
bekerja atau memiliki kesibukan. Beberapa partisipan merasa bahwa selama ini perlakuan di
masyarakat baik-baik saja, terkait perannya sebagai ibu rumah tangga.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam mengurai dan menjelaskan
fenomena dan fakta di lapangan. Lokasi penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga Surabaya.
Key Words: Televisi, Ibu Rumah Tangga
( Sumber: Ane Kusuma Anggraini, Penerimaan Khalayak Ibu Rumah Tangga terhadap Serial Desperate
Housewives di Televisi, Skripsi, FISIP Universitas Airlangga, Surabaya, 2006)
Orisinalitas Penelitian
Tabel Perbandingan
Penelitian terdahulu dengan Penelitian sekarang
No Nama Judul Thn. Metode Hasil
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana penelitian ini menggunakan
data deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati (Bogdan dan Taylor, 1975:5). Penelitian kualitatif daris sisi definisi lainnya
dikemukankan bahwa hal itu merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka
untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku individu atau
sekelompok orang.
Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tipe eksplorasi dan
menggunakan metode analisis penerimaan atau reception analysis yang bertujuan untuk
mengetahui resepsi khalayak ibu-ibu rumah tangga terhadap program acara reality show
”Master Cheff” di Indosiar. Dalam reception analysis perlu diperhatikan bahwa televisi
mengirimkan pesan melalui kode-kode yang disampaikan melalui audio visual dan pemirsa
dapat menerima dan menganalisa pesan-pesan tersebut. Reception analysis meliputi persepsi,
pemikiran, preferensi dan interprestasi. Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan. Pemikiran didefinisikan sebagai perbuatan individu dalam menimbang-nimbang,
menguaraikan, menghubung-hubungkan sampai akhirnya mengambil keputusan. Preferensi
yaitu semua ungkapan emosi individu yang menyertai pemikiran persepsi ketika menerima
pesan, apakah pendengar menyukai siaran penyiar tersebut di radio atau tidak. Interprestasi
merupakan sebuah istilah untuk menjelaskan bagaimana kita memahami pengalaman.
4.2 Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada ibu-ibu rumah tangga di desa Candi, kecamatan Candi-
Sidoarjo yang menjadi pemirsa program acara reality show ”Master Cheff” di Indosiar. Ada
beberapa alasan dipilihnya lokasi tersebut adalah berdasarkan pengamatan sementara peneliti
bahwa di daerah tersebut sangat banyak ibu-ibu rumah tangga menyaksikan acara tersebut,
sehingga dapat disimpulkan bahwa antusiasme ibu-ibu rumah tangga sebagi khalayak begitu
besar.
4.3 Populasi dan Teknik Pemilihan Informan/Narasumber
Dalam penelitian kali ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu-ibu rumah tangga
di Candi Sidoarjo. Namun, tidak semua populasi akan dijadikan sampel untuk menggali data.
Ada beberapa alasan mengapa hal tersebut dilakukan, diantaranya:
1. metode pengambilan informan yang digunakan dalam penelitian ini
adalahpurposive sampel (sampel bersyarat) yang mana informan tersebut kita tentukan yang
disesuaikan dengan tema penlitian.
2. tentunya penelitian ini mengkhususkan pada beberapa karakteristik
informan/narasumbernya yakni individu yang tercatat sebagai penonton acara reality show
Master Chef Indosiar
3. jumlah dari informan juga dibatasi sebanya 10 orang. Hal ini sesuai dengan teori
yang disampaikan oleh beberapa tokoh penelitian komunikasi bahwa informan dalam sebuah
penelitian berjenis kualitatif adalah 10 sampai 15 orang saja.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian ditentukan jenis penelitiannya.
Metode pengumpulan data dengan observasi, FGD, wawancara mendalam, dan sudi kasus
(Wimmer, 2000: 110; Sendjaya, 1997: 32 dalam Teknik Praktis Riset Komunikasi,
Kriyantono 2008: 93) adalah teknik yang lazim dpergunakan oleh seorang peneliti kualitatif.
Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam (teknik
pengumpulan data yang didasarkan pada percakapan secara intensif dengan suatu tujuan
tertentu) dengan informan untuk menggali informasiinformasi penting dan tajam seputar
tema penlitian yang dipandu dengan sebuah guide interview sebagai bahan dasar wawancara,
akan tetapi dalam aktualisasinya dapat berkembang sejalan dengan wawancara yang
berlangsung. Karena salah satu keuntungan dalam wawancara medalam adalah kita lebih
mudah merekam hasil wawancara sehingga memudahkan kita menganalisisny, sekaligus
dalam wawancara mendalam kita dalpat melakukan observasi langsung sebagai pembantu
dan pelengkap pengumpulan data
4.5 Teknik Analisis Data
Data yang didapat dari hasil diskusi (catatan dan rekaman) kemudian ditranskrip
berurutan sesuai dengan ringkasan diskusi agar tidak ada data yang terlewatkan. Analisis data
hasil diskusi harus memperhatikan lima faktor sebagai berikut :
1. Menentukan istilah yang digunakan beserta maknanya, kemudian mengelompokkan
konsep yang mirip.
2. Menentukan konteks kalimat dengan melihat stimuli/pemicunya dan kemudian
diinterpretasi sesuai konteks tersebut.
3. Memperhatikan alur diskusi dan mencatat perubahan serta posisi partisipan setelah
berinteraksi dengan partisipan lain.
4. Lebih memperhatikan respon yang spesifik dan sesuai pengalaman daripada respon yang
kurang jelas dan terlalu teoritis.
5. Jeli dalam mencari ide yang tersirat sepanjang diskusi.
Data yang dilaporkan haruslah deskriptif dan menyajikan pemaknaan data tersebut.
Hal ini berbeda dengan hanya membuat ringkasan data. Kemudian menurut Krueger dalam
Focus groups: A Practical Guide for Applied Research, data dilaporkan dalam tiga tingkatan:
1. Raw data, yaitu data mentah yang sesuai pernyataan partisipan dalam diskusi dan
dikategorisasi sesuai tingkatan tema.
2. Descriptive statements, yaitu rangkuman komentar partisipan yang disusun sesuai
tingkatan tema.
3. Interpretation, yaitu penafsiran yang dibuat dengan proses deskriptif dengan memberikan
pemaknaan pada data. Saat pemberian makna secara deskriptif, maka harus merefleksikan
bias peneliti itu sendiri.
Pada dasarnya analisis data merupakan penyusunan data sesuai dengan tema dan
kategori untuk mendapatkan jawaban atas perumusan masalah. Oleh karena itu, data yang
dihasilkan haruslah seactual dan sedalam mungkin, jika dimungkinkan menggali data
sebanyak-banyaknya untuk mempertajam dalam proses penganalisisan. Hal tersebut
merupakan cirri khas dari penelitian kualitatif bahwa realita dan data sebagai fakta di
lapangan tidaklah stagnan, akan tetapi dinamis sesuai dengan perkembangan di lapangan.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Bungin, Burhan. 2001 .Metodelogi Penelitian Sosial: Formatformat kuantitatif dan kualitatif. Surabaya:
Airlangga University Press.
Cangara, Hafied. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Effendy, Onong Uchajana. 2007. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Kriyantono, Rahmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasif, Cetakan ketiga. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa- Sebuah Analisis Isi Media Televisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Littlejohn, Stephen W. 1999. Theories Of Human Communication. London: Wadsworth Publishing
Company. Seventh Edition.
Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda karya. Cetakan Kedua.
Nurudin. 2003. Komunikasi Massa. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Nurudin. 2008. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara
Rahmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Diposkan oleh Aang Kunaifi di 01.48