Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Mengukur friction loss dan head loss serta mengamati gesekan fluida
dalam suatu aliran pipa halus dan pipa kasar.
2. Mengukur friction loss dan head loss pada berbagai jenis sambungan
dan elbow.
3. Mengukur friction loss dan head loss pada berbagai jenis valve.
4. Mengukur friction loss dan head pada alat ukur aliran fluida.

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Fluida
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi)
secara permanen. Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa fluida,
maka didalam fluida tersebut akan terbentuk lapisan-lapisan dimana lapisan
yang satu akan mengalir diatas lapisan yang lain, sehingga tercapai bentuk
yang baru. Selama perubahan bentuk tersebut terdapat tegangan geser (shear
stress), yang besarnya tergantung pada viskositas fluida dan laju alir fluida
relatif terhadap arah tertentu. Bila fluida telah mendapatkan bentuk akhirnya
semua tegangan geser tersebut akan hilang sehingga fluida berada dalam
keadaan kesetimbangan. Pada temperatur dan tekanan tertentu, fluida
mempunyai densitas tertentu. Jika densitas hanya sedikit terpengaruh oleh
perubahan suhu dan tekanan yang relatif besar, fluida tersebut bersifat
Incompressible, tetapi jika densitasnya peka terhadap perubahan variabel
temperatur dan tekanan, fluida tersebut digolongan compressible. Zat cair
biasanya dianggap zat yang incompresible, sedangakan gas umumnya dikenal
sebagai zat yang compresible.

1.2.2 Tipe Aliran Fluida


a. Aliran Laminer
Aliran fluida dengan kecepatan rendah. Partikel-partikel fluida
mengalir secara teratur dengan sumbu pipa. Reynold menunjukkan bahwa
untuk aliran leminer berlaku bilangan Reynold, NRE < 2100. Pada keadaan
ini juga berlaku hubungan head loss berbanding lurus dengan kecepatan linear
fluida atau h α v.
b. Aliran Turbulen
Aliran fluida dengan kecepatan tinggi. Partikel-partikel fluida mengalir
secara tidak teratur atau acak di dalam pipa. Reynold menunjukkan bahwa
untuk aliran fluida turbulen berlaku bilangan Reynold, NRE < 4000. Pada
keadaan ini juga berlaku hubungan head loss berbanding lurus dengan
kecepatan linear berpangkat n, atau h α vn.
c. Aliran Transisi
Aliran fluida dengan kecepatan diantara kecepatan linear dan kecepatan
turbulen. Aliran ini berbentuk laminer atau turbulen sangat bergantung oleh
pipa dan perlengkapannya. Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran transisi
berlaku hubungan bilangan Reynold 2100 < NRE < 4000.

1.2.3 Bilangan Reynold


Bilangan Reynold adalah rasio antara gaya inersi terhadap gaya viskos
yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu
kondisi aliran tertentu dan merupakan bilangan yang tidak berdimensi.
Dengan persamaan :
𝜌.𝑣.𝐷
𝑁𝑅𝑒 =
𝜇

Dimana : 𝐷 = diameter tabung (m)


𝑣 = kecepatan rata-rata zat cair (m/s)
𝜇 = viskositas zat cair (cp)
𝜌 = densitas zat cair (kg/m3)
Aliran laminer selalu ditemukan pada angka reynolds dibawah 2100
tetapi bisa terdapat pada angka reynold sampai beberapa ribu, yaitu dalam
kondisi khusus dimana lubang masuk tabung sangat baik kebundaranya dan
zat cair didalam tangki sangat senang. Pada aliran turbulen pada angka
reynolds diatas 4000. Angka reynolds 2100-4000 terdapat suatu daerah
transisi, dimana jenis aliran itu mungkin laminer dan mungkin pula turbulen,
tergantung pada kondisi dilubang masuk tabung dan jaraknya dari lubang-
lubang itu.

1.2.4 Persamaan Bernoulli


a. Aliran Tak Termampatkan

Adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak berubahnya besaran


kerapatan massa (densitas) dari sepanjang aliran tersebut. Contoh: Air,
berbagai jenis minyak, emulsi, dll.

Bentuk persamaannya adalah sebagai berikut :


1
𝑝 + 𝜌𝑔ℎ + 𝜌𝑣 2 = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
2

Dimana : 𝑣 = Kecepatan fluida (m/s)


𝑔 = Percepatan gravitasi bumi (9,8 m/s2)
ℎ = Ketinggian relatif terhadap suatu referensi (m)
𝑝 = Tekanan fluida (atm)
𝜌 = Densitas fluida (kg/m3)

Persamaan diatas berlaku untuk aliran tak termampatkan dengan asumsi-


asumsi sbb :

 Aliran bersifat tunak (steady state)


 Tidak terdapat gesekan (inviscid)
b. Aliran Termampatakan
Adalah aliran fluida yang dicirikan dengan berubahnya besaran
kerapatan massa (densitas) dari fluida disepanjang aliran tersebut. Contoh :
udara, gas alam , dll. Persamaanya adalah sbb :
𝑣2
+ ∅ + 𝑤 = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
2
Dimana : ∅ = energi potensial gravitasi persatuan massa ; Jika gravitasi
konstan maka
𝑚
∅ = 𝑔ℎ ( 𝑠 )

𝑤 = entalpi fluida persatuan massa (kj/kg)


𝑝
Catatan : 𝑤 = 𝐸 + , dimana 𝐸 adalah energi termodinamika persatuan
𝜌

massa, juga disebut sebagai energi internal spesifik.

1.2.5 Head Loss dan Friction Loss Pada Sistem Perpipaan

head loss yang terjadi pada suatu rangkaian perpipaan dapat dibagi menjadi 2
kategori :

1. Yang disebabkan karena adanya tahanan viscous yang terbentuk sepanjang


rangkaian
2. Yang terjadi karena adanya efek local seperti kerangan, belokan dan
perubahan tiba-tiba pada luas penampang aliran.

perpindahan momentum total


f=
perpindahan momentun akibat turbulensi

Total head loss dapat dinyatakan dengan cara :

1. Dengan mengekivalenkan seluruh perlengkapan yang ada pada system


perpipaan jika suatu panjang yang ekivalen dengan perpipaan jika suatu
panjang yang ekivalen dengan panjang pipa lurus.
2. Untuk gate valve (terbuka penuh L/D = 13, didapat Le = 4,4 ft) kemudian
digunakan persamaan sebagai berikut :
𝑣 (𝑙+𝑙𝑒)
-Σf =
𝑠𝑔𝑐𝐷

Dimana : L= panjang pipa lurus


Le = panjang ekivalen dari perlengkapan seperti fitting, valve
Persamaan diatas digunakan untuk mempermudah karakteristik total dari
suatu persamaan system perpipaan. Dengan memisahkan gesekan untuk pipa
lurus dan gesekan untuk fitting dengan memasukkan suatu faktor yang
bergantung pada jenis fitting masing-masing.
Persamaan :
𝑓𝑙 𝑣2
 ∆Pf = ρE = ( + 𝑘𝑖) 𝜌
𝐷 2𝑔𝑐

∆𝑃𝑓 𝑓𝑙 𝑣2
 = −𝛴𝑓 = ( + 𝐾𝑖)
𝜌 𝐷 2𝑔𝑐

Keterangan
Ki = kopefisien kehilangan untuk masing-masing fitting atau jumlah velocity
heand
V = velocity head
L = panjang pipa lurus
D = diameter pipa
−𝛴𝑓 = 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑘𝑎𝑛
Persamaan diatas digunakan untuk mempermudah perhitungan dalam
menganalisa karakteristik belakang, ekspansi tiba-tiba dari persamaan diatas
dapat diturunkan beberapa perhitungan teoritis untuk head loss akibat
perlengkapan-perlengkapan fluida:
Contoh :
1. Head loss yang diakibatkan karena adanya keterangan dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut :
𝑣2
-Σf = hl= kv 2𝑔

L dapat dianggap sama dengan 0 karena diasumsikan tidak ada pipa lurus
dimana harga k, tergantung pada jenis kerangan dan besarnya kerangan
tersebut .
2. Headloss akibat belokan
Persaman adalah sebagai berikut:
𝑣2
-Σf = hl = kb 2𝑔
Dimana harga kb adalah koefisien tak berdimensi yang tergantung pada
besarnya jari-jari belokan terhadap jari-jari pipa.
3. Head loss untuk kontraksi tiba-tiba
Head loss akibat adanya perubahan luas penampang ini dapat dinyatakan
dalam persamaan sebagai berikut :
𝑣2
-Σf = hl = kc 2𝑔

Dimana V adalah kecepatan pada penampang yang kecil.


4. Head loss untuk ekspansi tiba-tiba
Head loss akibat adanya ekspansi tiba-tiba ini dapat dituliskan dengan
persamaan sebagai berikut :
(𝑣1 −𝑣2 )2
hl = 2𝑔

dimana : V1= kecepatan pada penampang aliran kecil


V2 = kecepatan pada penampang aliran besar

1.2.6 Pressure Drop


Pressure menunjukkan penurunan tekanan dari titik 1 ke titik 2 dalam
suatu sistem aliran fluida. Penurunan tekanan biasa dinyatakan juga dengan
Δp. Jika manometer yang digunakan adalah manometer air raksa, dan beda
tinggi air raksa dalam manometer H ft, maka :
𝑔
Δp = H ( ρ Hg ) 𝑔

Pressure drop ialah istilah yang digunakan untuk menggambarkan


penurunan tekanan dari suatu titik didalam pipa atau aliran pipa, sedangkan
penurunan tekanan adalah hasil dari gaya gesek pada fluida seperti yang
mengalir melalui tabung. Gaya gesek disebabkan oleh resistansi terhadap
aliran. Faktor utama yang mempengaruhi resistensi terhadap aliran fluida
adalah kecepatan fluida melalui pipa dan viscositas fluida. Aliran cairan atau
gas selalu akan mengalir kearah berlawanan sudut (kurang tekanan). Pada
aliran suatu fase, pressure drop dipengaruhi oleh Reynold number yang
merupakan fungsi dari viscositas, densitas fluida dan diameter pipa.
1.2.7 Persamaan Kontinuitas
Persamaan kontinuitas mengatakan hubungan antara kecepatan fluida
yang masuk pada suatu pipa terhadap kecepatan fluida yang keluar.
Hubungan tersebut dinyatan dengan :
Q=Axv
Keterangan : A = Luas Penampang (m2)
v = Kecepatan (m/det)
Debit adalah besaran yang menyatakan bahwa volume fluida yang
mengalir tiap suatu waktu.
𝑉𝑜𝑙
Q= 𝑡

Keterangan : Vol = Volume (m3)


t = Waktu (detik)

Dari persamaan diatas maka akan dihasilkan persamaan :

𝑉𝑜𝑙
v = 𝑡𝑥𝐴

Keterangan : Vol = Volume (m3)


t = Waktu (detik)
A = Luas Penampang (m2)
v = Kecepatan (m/det)
Jika fluida bergerak dalam pipa yang mengalir dengan luas penampang
yang berbeda maka volume yang mengalir :
V=𝐴×𝑣×𝑡
𝐴1 × 𝑣1 × 𝑡1 = 𝐴2 × 𝑣2 × 𝑡2

1.2.8 Alat Ukur


Alat ukur laju aliran fluida dapat dibagi menjadi :
1. Berdasarkan perbedaan luas penampang aliran karena perubahan laju alir
fluida. Contoh: rotaimeter
2. Berdasarkan perubahan penurunan tekanan akibat perbedaan luas
penampang cairan. Contoh : orifice meter dan ventury meter
Untuk pengukuran perubahan tekanan digunakan beberapa alat ukur
pula yaitu manometer U (berisi air atau air raksa). Dalam industri pengukuran
kecepatan aliran bertujuan untuk mengetahui banyaknya bahan yang akan
diolah serta untuk menentukan banyaknya produk yang dihasilkan di dalam
satu satuan meter.

a. Manometer

Jika saluran friksi dengan fluida dan tidak ada aliran yang terjadi
melalui pipa saluran, persamaan aliran 90 berkurang hingga persamaan 80 jka
fluida imcompressibel.

Gambar 1 : manometer

∆𝑃 𝑔
+ ∆𝑍 = 0 Atau ∆P = P2-P1 = -ρ g/gc ∆Z = ρg/gc (Z1- Z2)
𝜌 𝑔𝑐

Ketika percepatan local dari gravitasi (g) yang secara manometer sama
dengan konversi konstan gc dapat digerakan sebagai spesifik berat dan secara
nimerik sama dengan density. Fluida tak mengalir dengan density tinggi,
dapat mengurangi tinggi kolom untuk panjang yang tepat jika tegangan
tinggi. Instrument ini dibuat untuk menghitung perbedaan tekanan dan dalam
hal ini disebut manometer. Menometer selalu digunakan untuk menghitung
perbedaan tekanan oleh keseimbangan tetap kolom fluida.
b. Venturi Meter
Alat ini dapat dipakai untuk mengukur laju aliran fluida, misalnya
menghitung laju aliran air atau minyak yang mengalir melalui pipa.
Venturimeter digunakan sebagai pengukur volume fluida misalkan minyak
yang mengalir tiap detik.

Venturimeter adalah sebuah alat yang bernama pipa venturi. Pipa


venturi merupakan sebuah pipa yang memiliki penampang bagian tengahnya
lebih sempit dan diletakkan mendatar dengan dilengkapi dengan pipa
pengendali untuk mengetahui permukaan air yang ada sehingga besarnya
tekanan dapat diperhitungkan. Dalam pipa venturi ini luas penampang pipa
bagian tepi memiliki penampang yang lebih luas daripada bagian tengahnya
atau diameter pipa bagian tepi lebih besar daripada bagian tengahnya. Zat cair
dialirkan melalui pipa yang penampangnya lebih besar lalu akan mengalir
melalui pipa yang memiliki penampang yang lebi sempit, dengan demikian,
maka akan terjadi perubahan kecepatan.

Gambar 2: venturi flow meter

Fluida melambat dalam kerucut dengan sudut yang lebih kecil (5 - 7o)
di mana sebagian besar energi kinetik diubah kembali menjadi energi
tekanan. Karena kerucut dan pengurangan bertahap di daerah tersebut tidak
ada "Vena contracta". Daerah aliran pada minimum pada leher.
Tekanan tinggi dan pemulihan energi membuat venturi meter yang cocok di
mana hanya kepala tekanan kecil yang tersedia.
Sebuah cd koefisien debit = 0,975 dapat ditunjukkan sebagai standar,
tetapi nilainya bervariasi tergantung pada nilai-nilai rendah dari bilangan
Reynolds. Pemulihan tekanan jauh lebih baik untuk venturi meter daripada
plat

c. Meteran Orifice
Pengurangan lintas-bagian dari sungai yang mengalir melewati lubang
dalam meningkatkan head kecepatan dengan mengorbankan head tekanan.
Pengurangan tekanan antara keran diukur dengan menggunakan manometer.

Gambar 3 : meteran orifice

Orifice tediri dari plat yang dilubangi dan dikerjakan dengan mesin
seara teliti dan dipasang antar 2 flens sehingga luabng itu konsentrasi dengan
pipa tempat memasangnya. Lubang flat itu dapat dibuat memasang kesisi
hilir, penyadap, tekanan satu dan satu dihilir, orifice itu dipasang dan
dihubungkan dengan manometer atau piranti pengukuran tekanan lainnya
pasti lubang dapat ditempatkan dimana saja dan koefisien meteran tergantung
pada letak lubang penyadap itu. Prinsip orifice indeks dengan meteran
ventury. Pengukuran arus aliran melalui orifice itu menyebabkan tinggi
tekanan kecepatan meningkat, tetapi tinggi tekanan menurun dan penurunan
tekanan antara titik sadap diukur dengan manometer. Ada satu kesulitan
pokok yang terdapat pada meteran orifice yang tidak terdapat pada ventury
yaitu oleh karena orifie itu tajam, arus fluida itu memisah disebelah hilir
orifice dan membentuk jet aliran bebas didalam fluida disebelah hilir.
d. Tabung Pitot
Tabung pitot digunakan untuk mengukur laju aliran gas pada suatu pipa.
Tabung pitot digunakan untuk mengukur kecepatan fluida di suatu titik pada
fluida itu.

Gambar 4 : tabung pitot

Lubang yang menuju ke kaki kanan manometer, tegak lurus dengan


aliran udara. Karenanya, laju aliran udara yang lewat di lubang ini (bagian
tengah) berkurang dan udara berhenti ketika tiba di titik 2. Dalam hal ini, v2
= 0. Tekanan pada kaki kanan manometer sama dengan tekanan udara di titik
2 (P2).

Ketinggian titik 1 dan titik 2 hampir sama (perbedaannya tidak terlalu


besar) sehingga bisa diabaikan. Ingat ya, tabung pitot juga dirancang
menggunakan prinsip efek venturi. Mirip seperti si venturi meter, bedanya si
tabung petot ini dipakai untuk mengukur laju gas alias udara. Karenanya, kita
tetap menggunakan persamaan efek venturi.
BAB II
METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan


2.1.1 Alat yang digunakan
1. Fluid Friction Apparatus
2. Hydrolic Bench
3. Stopwatch
2.1.2 Bahan yang digunakan
1. Air

3.2. Prosedur Kerja


3.2.1 Percobaan A (Fluida Friction) dalam suatu pipa halus
1. Pada pipa 1 membuka V2 dan V4. Dan menutup V4 pada pipa 2, 3 dan 4.
2. Mengalirkan air pada unit flow fluid demo plant.
3. Mencatat pembacaan pada manometer.
4. Melakukan hal yang sama pada pipa 1 dengan mengatur bukaan pada V4
dengan ½ dan 1 putaran. Lalu menutup valve pada pipa 2,3 dan 4.
3.2.2 Percobaan B (Percobaan Head Loss pada Fitting-Fitting Pipa)
1. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan seperti stopwatch.
2. Menyediakan fitting-fitting dan katup tes yang akan digunakan.
 Elbow 90o
 Pipa Lurus
 Ball valve
 Pitot
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Data Pengamatan


3.1.1. Data Hasil Percobaan

ΔP0 = 14 mmHg

D P1 P2 ΔP ΔP’ T1 T2 Δt V
Jenis Pipa
(cm) (mmHg) (mmHg) (mmHg) (mmHg) (detik) (detik) (detik) (L)
215 194 21 7 31,74 33,49 32,62
Pipa kasar 0.5 0,15
218 189 29 15 16,88 16,72 16,8
Pipa 213 194 19 5 28,22 28,86 28,54
halus 1 215 193 22 8 22,58 22,03 22,30
217 190 27 13 18,41 18,20 18,30
220 188 32 18 27,84 29,17 28,50
Pipa halus 1 222 185 37 23 23,03 24,25 23,64
227 180 47 33 23,27 24,01 23,64
213 195 18 4 12,90 12,62 12,76
Pipa halus 1 ke
216 192 24 10 7,76 7,44 7,6
(ekspansi ) 2
220 188 32 18 6,28 5,51 5,89
212 195 17 3 13,47 13,35 13,41
Pipa kasar 2 214 193 21 7 8,20 8,39 8,29
220 185 35 21 4,59 5,03 4,81 1
214 192 22 8 3,31 3,23 3,27
Pipa halus 2 218 187 31 17 1,78 1,56 1,67
220 185 35 21 1,29 1,35 1,32
Pipa halus 212 195 17 3 6,25 6,51 6,39
2
(ball valve) 214 192 22 8 6,24 6,52 6,40
214 197 17 3 3,86 3,79 3,84
Elbow 45 2 212 191 21 7 2,06 2,15 2,10
217 190 27 13 1,98 1,91 1,95
215 194 21 7 3,14 2,56 2,85
Elbow 90 2 216 193 23 9 3,03 2,64 2,84
218 191 27 13 1,78 1,45 1,62
3.2. Data Perhitungan
3.2.1. Data hasil perhitungan

ΔP’
A Q V ΔP’ Kv pipa
Jenis Pipa (mmH
(m2) (m3/s) (m/s) (kg/m.s2) lurus (m/s2)
g)

4,59 x 10-6 2,338 7 931 3.338


1,9625 x
Pipa kasar
10-5 8,92 x 10-6 4,545 15 1995 1.893

3,50 x 10-5 0,445 5 665 65.819


Pipa halus
7,85 x 10-5 4,48 x 10-5 0,570 8 1064 64.187
(titik ke 2)
5,46 x 10-5 0,695 13 1729 65.158

3,50 x 10-5 0,445 18 2394 246.951


Pipa halus 4,23 x 10-5 0,538 23 3059 207.143
0,00034
(titik ke 3)
5,23 x 10-5 0,638 33 4389 257.205

7,45 x 10-5 0,237 3 399 139.229


Pipa kasar
0,00034 1,20 x 10-4 0,382 7 931 125.048
(titik ke 5)
2,07 x 10-4 0,659 21 2793 126.053

3,05 x 10-4 0,971 8 1064 22.119


Pipa halus
0,00034 5,98 x 10-4 1,904 17 2261 12.224
(titik ke 6)
7,57 x 10-4 2,410 21 2793 9.425

3.2.2. Data Hasil Hitungan untuk Ball Valve

A Q V ΔP’ ΔP’ Kv pipa


Jenis Pipa
(m2) (m3/s) (m/s) (mmHg) (kg/m.s2) lurus (m/s2)
Ball Valve ½
terbuka 0,000314 1,50 x 10-4 0,477 8 1064 91.656
(titik ke 7)

Ball valve
penuh terbuka 0,000314 1,56 x 10-4 0,496 3 399 31,788
(titik ke 7)
3.2.3. Data Hasil Perhitungan untuk elbow 45⸰

A Q V ΔP’ ΔP’ Kb elbow


Jenis Pipa
(m2) (m3/s) (m/s) (mmHg) (kg/m.s2) 45o (m/s2)

2,60 x 10-4 1,630 3 399 2.943


Sambungan 4,76 x 10-4 1,515 7 931 7.950
0,000314
elbow 45o
5,12 x 10-4 0,828 13 1729 3.802

3.2.4. Data Hasil Perhitungan untuk elbow 90o

A Q V ΔP’ ΔP’ Kb elbow


Jenis Pipa
(m2) (m3/s) (m/s) (mmHg) (kg/m.s2) 90o (m/s2)

3,50x10-4 1,114 7 931 14.703


Sambungan
0,000314 3,52x10-4 1,121 9 1197 18.669
elbow 90o
6,17x10-4 1,964 13 1729 8.786

3.2.5. Data Hasil Perhitungan untuk ekspansi

Jenis A Q V1 V2 Head loss ΔP’ ΔP’


Pipa (m2) (m3/s) (m/s) (m/s) (m) (mmHg) (kg/m.s2)

Pipa 7,83x10-5 0,997 0,249 0.028 4 532


halus 7,85x 0,000
10-5 314
1,31x10-4 1,668 0,417 0.079 10 1330
(1 cm -
> 2 cm) 1,69x10-4 2,152 0,538 0.133 18 1564

3.3. Pembahasan

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara head loss pada fluid
friction dan kecepatan untuk aliran air melalui pipa halus, menentukan head loss
diprediksi dengan suatu persamaan pipa friksi yang diasosiasikan dengan aliran air
yang melalui fitting-fitting standar yang digunakan pada pipa instalasi pipa leading,
menentukan rangkaian bacaan head loss pada perbedaan kecepatan aliran melului
tiga tes pipa kasar serta mendemonstrasikan aplikasi perbedaan peralatan head
dalam pengukuran kecepatan aliran dan kecepatan air dalam suatu pipa.

Mengkalibrasi pompa dengan mengukur waktu pada volume tertentu dengan titik
pada pipa yang di variasikan. Waktu rata-rata yang dihasilkan dari proses kalibrasi
pompa digunakan untuk menghitung debit aliran dengan cara membagi volume
dengan waktu rata-rata yang diperoleh. Kemudian dari hasil perhitungan
didapatkan debit aliran pada titik pipa. Pada pipa kasar (1) pada tekanan 931 kg/m.s2
didapatkan debit sebesar 4,59 x 10-5 m3/s dan pada tekanan 1995 kg/m.s2 didapatkan
debit sebesar 8,92 x 10-5 m3/s
2.50E+03
delta P (Kg/m.s2)

2.00E+03
1.50E+03
1.00E+03
5.00E+02
0.00E+00
4.59E-05 1.50E+02 3.00E+02 4.50E+02 6.00E+02 7.50E+02 9.00E+02 1.05E+03
Q(m3 /s)

Gambar 1 grafik Q vs delta P pada pipa kasar(0,5cm)


Pada pipa kasar (1) pada tekanan 665 kg/m.s2 didapatkan debit sebesar 3,50 x 10-5
m3/s, pada tekanan 1064 kg/m.s2 didapatkan debit sebesar 4,48 x 10-5 m3/s dan pada
tekanan 1729 kg/m.s2 didapatkan debit sebesar 5,46 x 10-5 m3/s
2000
delta P (kg/m.s2)

1500

1000

500

0
3.50E-05 4.00E-05 4.50E-05 5.00E-05 5.50E-05 6.00E-05
Q (m3/s)

Gambar 2 Q Vs delta P di Pipa halus (titik ke 2)


Pada pipa halus (2) pada tekanan 2394 kg/m.s2 didapatkan debit sebesar 3,50 x 10-5
m3/s, pada tekanan 3059 kg/m.s2 didapatkan debit sebesar 4,23 x 10-5 m3/s dan pada
tekanan 4389 kg/m.s2 didapatkan debit sebesar 5,23 x 10-5m3/s
5000
delta P (kg/m.s2)

4000

3000

2000

1000

0
3.50E-05 3.70E-05 3.90E-05 4.10E-05 4.30E-05 4.50E-05 4.70E-05 4.90E-05 5.10E-05
Q (m3/s)

Gambar 3 Q Vs delta P di Pipa halus (titik ke 3)

Pada pipa halus (3), pada tekanan 399 kg/m.s2 didapatkan debit sebesar 7,45 x 10-5
m3/s, pada tekanan 931 kg/m.s2 didapatkan debit sebesar 1,20 x 10-4 m3/s dan pada
tekanan 2793 kg/m.s2 didapatkan debit sebesar 2,07 x 10-4 m3/s
3000
2500
delta P (kg/m.s2)

2000
1500
1000
500
0
7.45E-05 9.45E-05 1.15E-04 1.35E-04 1.55E-04 1.75E-04 1.95E-04
Q (m3/s)

Gambar 4 Q Vs delta P di Pipa kasar (titik ke 5)

Pada pipa kasar (5), pada tekanan 1064 kg/m.s2 didapatkan debit sebesar 3,50 x 10-
4
m3/s, pada tekanan 2261 kg/m.s2 didapatkan debit sebesar 5,98 x 10-4 m3/s dan
pada tekanan 2793 kg/m.s2 didapatkan debit sebesar 7,57 x 10-4 m3/s
3000
delta P (kg/m.s2)
2500
2000
1500
1000
500
0
3.05E-04 3.55E-04 4.05E-04 4.55E-04 5.05E-04 5.55E-04 6.05E-04 6.55E-04 7.05E-04 7.55E-04
Q (m3/s)

Gambar 5 Q Vs delta P Pipa halus (titik ke 6)

Pada pipa halus (6), pada tekanan 399 kg/m.s2 didapatkan debit sebesar 1,50 x 10-4
m3/s, dan pada tekanan 1064 kg/m.s2 didapatkan debit sebesar 1,56 x 10-4 m3/s.
1200
delta P (kg/m.s2)

1000
800
600
400
200
0
1.50E-04 1.51E-04 1.52E-04 1.53E-04 1.54E-04 1.55E-04 1.56E-04
Q (m3/s)

Gambar 6 Q Vs delta P di Pipa halus (ball valve) (titik ke 7)

Pada ekspansi, pada tekanan 4 kg/m.s2 didapatkan debit sebesar 7,83x10-5 m3/s, pada
tekanan 10 kg/m.s2 didapatkan debit sebesar 1,31x10-4 m3/s dan pada tekanan 18
kg/m.s2 didapatkan debit sebesar 1,69x10-4 m3/s.

2000
delta P (kg/m.s2)

1500

1000

500

0
7.80E-05 9.80E-05 1.18E-04 1.38E-04 1.58E-04
Q (m3/s)

Gambar 7 Q Vs delta p di ekspansi


Sehingga dari percobaan dapat diketahui bahwa semakin besar laju alir(debit) maka
semakin besar tekanannya.
Pada ekpansi dihitung nilai head loss, pada elbow dihitung nilai kb, dan pada pipa
lurus dihitung nilai kv. Pada ekspansi tepatnya Pipa halus (1 cm -> 2 cm) diperoleh
nilai head loss pada debit 7,83x10-5 m3/s sebesar 0.028 m, pada debit 1,31x10-4
m3/s sebesar 0.079 m, dan pada debit 1,69x10-4 m3/s sebesar 0.133 m. sehingga
dapat diketahui bahwa semakin besar debit head loss yang dihasilkan semakin besar
juga atau berbanding lurus.
Pada pipa kasar (1) terlihat pada grafik debit vs kv yaitu :
4,000

3,000
Kv (m/s2)

2,000

1,000

0
4.59E-05 5.29E-05 5.99E-05 6.69E-05 7.39E-05 8.09E-05 8.79E-05
Q (m3/s)

Gambar 8 grafik Q vs kv pada pipa kasar(1)


Nilai Kv1 sebesar 3.338 m/s2 dan, Kv2 sebesar 1.893 m/s2. Pada pipa halus (2)
terlihat pada grafik debit vs kv yaitu :
66,000

65,500
Kv (m/s2)

65,000

64,500

64,000
3.50E-053.70E-053.90E-054.10E-054.30E-054.50E-054.70E-054.90E-055.10E-055.30E-05
Q (m3/s)

Gambar 9 grafik Q vs kv pada pipa halus(2)


Nilai Kv1 sebesar 65.819 m/s2, Kv2 sebesar 64.187 m/s2 , dan Kv3 sebesar 65.158
m/s2. Pada pipa halus (3) terlihat pada grafik debit vs kv yaitu :
300,000
250,000
200,000
kv (m/s2)

150,000
100,000
50,000
0
3.50E-05 3.70E-05 3.90E-05 4.10E-05 4.30E-05 4.50E-05 4.70E-05 4.90E-05 5.10E-05
Q (m3/s)

Gambar 10 grafik Q vs kv pada pipa halus (3)


Nilai Kv1 sebesar 246.951 m/s2, Kv2 sebesar 207.143 m/s2 , dan Kv3 sebesar
257.205 m/s2. Pada pipa kasar (5) terlihat pada grafik debit vs kv yaitu :
140,000

135,000
kv (m/s2)

130,000

125,000

120,000
7.45E-05 9.45E-05 1.15E-04 1.35E-04 1.55E-04 1.75E-04 1.95E-04
Q (m3/s)

Gambar 11 grafik Q vs kv pada pipa kasar(5)


Nilai Kv1 sebesar 139.229 m/s2, Kv2 sebesar 125.048 m/s2 , dan Kv3 sebesar
126.053 m/s2. Pada pipa halus (6) terlihat pada grafik debit vs kv yaitu :
25,000
20,000
kv (m/s2)

15,000
10,000
5,000
0
3.05E-04 3.55E-04 4.05E-04 4.55E-04 5.05E-04 5.55E-04 6.05E-04 6.55E-04 7.05E-04 7.55E-04
Q (m3/s)

Gambar 12 grafik Q vs kv pada pipa halus(6)


Nilai Kv1 sebesar 22.119 m/s2, Kv2 sebesar 12.224 m/s2 , dan Kv3 sebesar 9.425
m/s2. Pada Ball Valve terlihat pada grafik debit vs kv yaitu :
100,000
80,000
kv (m/s2)

60,000
40,000
20,000
0
1.50E-04 1.51E-04 1.52E-04 1.53E-04 1.54E-04 1.55E-04 1.56E-04
Q (m3/s)

Gambar 13 grafik Q vs kv pada pipa halus(Ball Valve)


Nilai Kv1 sebesar 31,788 m/s2 dan, Kv2 sebesar 91.656 m/s2
Pada grafik hubungan antara debit(Q) dengan Kv terlihat bahwa bentuk grafik
cenderung menurun seiring bertambahnya Q. dari grafik tersebut dapat dilihat
bahwa semakin besar debit maka nilai kv semakin kecil.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai dan konstanta KV dipengaruhi oleh laju
aliran fluida dan nilainya cenderung semakin kecil seiring bertambahnya debit(Q).
BAB IV
KESUMPULAN

Dari Percobaan diperoleh kesimpulan yaitu :


1. Dari percobaan dapat diketahui bahwa semakin besar nlai Q maka tekanan
semakin besar.
2. Dari percobaan praktikum friksi aliran fluida, dapat disimpulkan bahwa pada
pipa ekspansi semakin besar debit maka head loss semakin besar
3. Dari percobaan praktikum friksi aliran fluida, dapat disimpulkan bahwa nilai dan
konstanta Kv dipengaruhi oleh laju aliran fluida dan nilainya cenderung semakin
kecil seiring bertambahnya debit(Q).
4. Perbedaan nilai Q sangat dipengaruhi oleh permukaan didalam pipa. Nilai Q
akan semakin besar apabila permukaan pipa halus karena tidak ada hambatan
yang menghambat fluida mengalir didalam pipa.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Tekanan Fluida. http://www.gurumuda.com/tekanan-dalam-fluida/


(diakses 25 Februari 2019)

Anonim. 2009 Aliran Fluida dalam Pipa. http://valdvampire.wordpress.com


(diakses 25 Februari 2019)

Hardinata, dkk,. 2014. Aliran Fluida dalam Sistem Perpipaan. http://Academi.edu.


(diakses 25 Februari 2019)

Rudi. 2006. Getaran Akibat Aliran Fluida. rudiwd.files.wordpress.com (diakses 27


Februari 2018)

Thamrin, dkk., 2013. Aliran Fluida. www.scribd.com. (diakses 25 Februari 2019)

Tim Laboratorium Operasi Teknik Kimia, 2019. Penuntun Praktikum Perpindahan


Massa dan Mekanika Fluida. Samarinda : Politeknik Negeri Samarinda.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
A) Menghitung nilai A
𝟏
A = 𝟒 × 𝝅 × D2

1) Pipa kasar 0,5 cm = 0,005 m


1
A= × 3,14 × (0,005 m)2
4

= 1,9625×10-5 m2
2) Pipa halus 1 cm = 0,01 m
1
A= × 3,14 × (0,01 m)2
4

= 7,85×10-5 m2
3) Pipa kasar dan halus 2 cm = 0,02 m
1
A= × 3,14 × (0,02 m)2
4

= 0,000314 m2

B) Menghitung nilai Q

𝒗
Q= 𝒕

1) Pipa kasar 0,5 cm = 0,005 m

1,5 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3


Q pada t1 = = 0,00459 = 4,59×10-6
32,62 𝑠 𝑠 𝑠

1,5 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3


Q pada t2 = = 0,00892 = 8,92×10-6
16,8 𝑠 𝑠 𝑠

2) Pipa halus 1 cm = 0,01 m

1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t1 = 28,54 𝑠 = 0,0350 = 3,50×10-5
𝑠 𝑠

1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t2 = 22,30 𝑠 = 0,0448 = 4,48×10-5
𝑠 𝑠

1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t3 = 18,30 𝑠 = 0,0546 = 5,46×10-5
𝑠 𝑠

3) Pipa halus 1 cm = 0,01 m (titik ketiga)


1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t1 = 28,50 𝑠 = 0,0350 = 3,50×10-5
𝑠 𝑠
1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 -5 𝑚 3
Q pada t2 = 23,64 𝑠 = 0,0423 = 4,23×10
𝑠 𝑠

1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t3 = 23,64 𝑠 = 0,0423 = 4,23×10-5
𝑠 𝑠

4) Pipa halus ekspansi 1-2 cm = 0,01-0,02 m

1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t1 = 12,76 𝑠 = 0,0783 = 7,83×10-5
𝑠 𝑠

1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t2 = = 0,131 = 1,31×10-4
7,6 𝑠 𝑠 𝑠

1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t3 = = 0,619 = 1,69×10-4
5,89 𝑠 𝑠 𝑠

5) Pipa kasar 2 cm = 0,02 m

1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t1 = 13,41 𝑠 = 0,0745 = 7,45×10-5
𝑠 𝑠

1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t2 = = 0,120 = 1,20×10-4
8,29 𝑠 𝑠 𝑠

1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t3 = = 0,207 = 2,07×10-4
4,81 𝑠 𝑠 𝑠

6) Pipa halus 2 cm = 0,02 m

1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t1 = = 0,305 = 3,05×10-4
3,27 𝑠 𝑠 𝑠

1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t2 = = 0,598 = 5,98×10-4
1,67 𝑠 𝑠 𝑠

1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t3 = = 0,757 = 7,57×10-4
1,32 𝑠 𝑠 𝑠

7) Pipa halus Ball Valve 2 cm = 0,02 m


1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t1 = = 0,156 = 1,56×10-4
6,39 𝑠 𝑠 𝑠

1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t2 = = 0,156 = 1,56×10-4
6,38 𝑠 𝑠 𝑠
8) Elbow 45 o

1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t3 = = 0,512 = 5,12×10-4
1,95 𝑠 𝑠 𝑠

1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t2 = = 0,476 = 4,76×10-4
2,10 𝑠 𝑠 𝑠

1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t1 = = 0,260 = 2,60×10-4
3,84 𝑠 𝑠 𝑠

9) Elbow 90o

1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t1 = = 0,350 = 3,50×10-4
2,85 𝑠 𝑠 𝑠

1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t2 = = 0,352 = 3,52×10-4
2,84 𝑠 𝑠 𝑠

1 𝑑𝑚3 𝑑𝑚3 𝑚3
Q pada t3 = = 0,617 = 6,17×10-4
1,62 𝑠 𝑠 𝑠

C) Menghitung nilai V
Q=A×V
𝑸
V=𝑨

1) Pipa kasar 0,5 cm = 0,005 m

3
4,59×10−5 𝑚 ⁄ 𝑚
V1 = 1,9625×10−5 𝑚𝑠2 = 2,338 𝑠

3
8,92×10−5 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V2 = = 4,545
1,9625×10−5 𝑚2 𝑠

2) Pipa halus 1 cm = 0,01 m

3
3,50×10−5 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V1 = = 0,445
7,85×10−5 𝑚2 𝑠

3
4,48×10−5 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V2 = = 0,570
7,85×10−5 𝑚2 𝑠
3
5,46×10−5 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V3 = = 0,695
7,85×10−5 𝑚2 𝑠

3) Pipa halus 1 cm = 0,01 m

3
3,50×10−5 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V1 = = 0,445
7,85×10−5 𝑚2 𝑠

3
4,23×10−5 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V2 = = 0,538
7,85×10−5 𝑚2 𝑠

3
4,23×10−5 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V3 = = 0,538
7,85×10−5 𝑚2 𝑠

4) Pipa halus ekspansi 1 cm = 0,01 m

3
7,83×10−5 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V1 = = 0,997
7,85×10−5 𝑚2 𝑠

3
1,31×10−4 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V2 = = 1,668
7,85×10−5 𝑚2 𝑠

3
1,69×10−4 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V3 = = 2,152
7,85×10−5 𝑚2 𝑠

5) Pipa halus ekspansi 2 cm = 0,02 m

3
7,83×10−5 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V1 = = 0,249
0,000314 𝑚2 𝑠

3
1,31×10−4 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V2 = = 0,417
0,000314 𝑚2 𝑠

3
1,69×10−4 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V3 = = 0,538
0,000314 𝑚2 𝑠

6) Pipa kasar 2 cm = 0,02 m

3
7,45×10−5 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V1 = = 0,237
0,000314 𝑚2 𝑠

3
1,20×10−4 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V2 = = 0,382
0,000314 𝑚2 𝑠
3
2,07×10−4 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V3 = = 0,659
0,000314 𝑚2 𝑠

7) Pipa halus 2 cm = 0,02 m

3
3,05×10−4 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V1 = = 0,971
0,000314 𝑚2 𝑠

3
5,98×10−4 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V2 = = 1,904
0,000314 𝑚2 𝑠

3
7,57×10−4 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V3 = = 2,410
0,000314 𝑚2 𝑠
8) Pipa halus ball valve

3
1,56×10−4 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V1 = = 0,496
0,000314 𝑚2 𝑠

3
1,50×10−4 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V2 = = 0,477
0,000314 𝑚2 𝑠

9) Pipa halus Pitot

3
5,12×10−4 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V1 = = 1,630
0,000314 𝑚2 𝑠

3
4,76×10−4 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V2 = = 1,515
0,000314 𝑚2 𝑠

3
2,60×10−4 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V3 = = 0,828
0,000314 𝑚2 𝑠

10) Elbow 90o

3
3,50×10−4 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V1 = = 1,114
0,000314 𝑚2 𝑠

3
3,52×10−4 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V2 = = 1,121
0,000314 𝑚2 𝑠

3
6,17×10−4 𝑚 ⁄𝑠 𝑚
V3 = = 1,964
0,000314 𝑚2 𝑠
Menghitung head loss untuk ekspansi
𝑚 𝑚
(𝑣1 −𝑣2 )2 (0.997 −0.249 )2
𝑠 𝑠
hl = = 𝑚 = 0.028 m
2 ×𝑔 2 ×9.8 2
𝑠

𝑚 𝑚
(𝑣1 −𝑣2 )2 (1.668 −0.417 )2
𝑠 𝑠
hl = = 𝑚 = 0.079 m
2 ×𝑔 2 ×9.8 2
𝑠

𝑚 𝑚
(𝑣1 −𝑣2 )2 (2.152 −0.538 )2
𝑠 𝑠
hl = = 𝑚 = 0.133 m
2 ×𝑔 2 ×9.8 2
𝑠

Menghitung Kb untuk pipa elbow


 Elbow 45o
𝑚 𝑘𝑔
2 ×𝑔 ×∆𝑃 2 ×9.8 ×399 2 𝑚
𝑠 𝑚.𝑠
Kb = = 𝑚 𝑘𝑔 = 2.943 𝑠2
𝑣2× 𝜌 (1.630 )2 ×1000 3
𝑠 𝑚
𝑚 𝑘𝑔
2 ×𝑔 ×∆𝑃 2 ×9.8 ×931 2 𝑚
𝑠 𝑚.𝑠
Kb = = 𝑚 𝑘𝑔 = 7.950 𝑠2
𝑣2× 𝜌 (1.515 )2 ×1000 3
𝑠 𝑚
𝑚 𝑘𝑔
2 ×𝑔 ×∆𝑃 2 ×9.8 ×133 2 𝑚
𝑠 𝑚.𝑠
Kb = = 𝑚 𝑘𝑔 = 3.802 𝑠2
𝑣2× 𝜌 (0.828 )2 ×1000 3
𝑠 𝑚

 Elbow 90o
𝑚 𝑘𝑔
2 ×𝑔 ×∆𝑃 2 ×9.8 ×931 2 𝑚
𝑠 𝑚.𝑠
Kb = = 𝑚 𝑘𝑔 = 14.703 𝑠2
𝑣2× 𝜌 (1.114 )2 ×1000 3
𝑠 𝑚
𝑚 𝑘𝑔
2 ×𝑔 ×∆𝑃 2 ×9.8 ×1197 2 𝑚
𝑠 𝑚.𝑠
Kb = = 𝑚 𝑘𝑔 = 18.669 𝑠2
𝑣2× 𝜌 (1.121 )2 ×1000 3
𝑠 𝑚
𝑚 𝑘𝑔
2 ×𝑔 ×∆𝑃 2 ×9.8 ×1729 2 𝑚
𝑠 𝑚.𝑠
Kb = = 𝑚 𝑘𝑔 = 8.786 𝑠2
𝑣2× 𝜌 (1.964 )2 ×1000 3
𝑠 𝑚

Kv untuk pipa lurus

 Pipa kasar 0,5 cm (0,005 m)

2gP
kv 
v2  
2  9,8 m/s 2  931 kg/m  s 2

(2,338 m/s) 2  1000 kg/m 3
 3,338 m/s 2
2gP
kv 
v2  
2  9,8 m/s 2  1995 kg/m  s 2

(4,545 m/s) 2  1000 kg/m 3
 1,893 m/s 2

 Pipa halus 1 cm (0,01 m)

2gP
kv 
v2  
2  9,8 m/s 2  665 kg/m  s 2

(0,445 m/s) 2  1000 kg/m 3
 65,819 m/s 2

2gP
kv 
v2  
2  9.8 m/s 2  1064 kg/m.s 2

(0.570 m/s) 2  1000 kg/m 3
 64.187 m/s 2

2gP
kv 
v2  
2  9.8 m/s 2  1729 kg/m.s 2

(0.695 m/s) 2  1000 kg/m 3
 70.158 m/s 2

 Pipa halus 1 cm (0.01 m)

2gP
kv 
v2  
2  9.8 m/s 2  2394 kg/m.s 2

(0.445 m/s) 2  1000 kg/m 3
 236.951 m/s 2
2gP
kv 
v2  
2  9.8 m/s 2  3059 kg/m.s 2

(0.538 m/s) 2  1000 kg/m 3
 207.143 m/s 2

2gP
kv 
v2  
2  9.8 m/s 2  4389 kg/m.s 2

(0.538 m/s) 2  1000 kg/m 3
 297.205 m/s 2

 Pipa kasar 2 cm (0.02 m)

2gP
kv 
v2  
2  9.8 m/s 2  399 kg/m.s 2

(0.237 m/s) 2  1000 kg/m 3
 139.229 m/s 2

2gP
kv 
v2  
2  9.8 m/s 2  931 kg/m.s 2

(0.382 m/s) 2  1000 kg/m 3
 125.048 m/s 2

2gP
kv 
v2  
2  9.8 m/s 2  2793 kg/m.s 2

(0.659 m/s) 2  1000 kg/m 3
 126.053 m/s 2

 Pipa halus 2 cm (0.02 m)


2gP
kv 
v2  
2  9.8 m/s 2  1064 kg/m.s 2

(0.971 m/s) 2  1000 kg/m 3
 22.119 m/s 2

2gP
kv 
v2  
2  9.8 m/s 2  2261 kg/m.s 2

(1.904 m/s) 2  1000 kg/m 3
 12.224 m/s 2

2gP
kv 
v2  
2  9.8 m/s 2  2793 kg/m.s 2

(2.410 m/s) 2  1000 kg/m 3
 9.425 m/s 2

 Pipa halus ( ball valve )

2gP
kv (1/2 putaran) 
v2  
2  9.8 m/s 2  399 kg/m.s 2

(0.496 m/s) 2  1000 kg/m 3
 31.788 m/s 2

2gP
kv (full putaran) 
v2  
2  9.8 m/s 2  1064 kg/m.s 2

(0.477 m/s) 2  1000 kg/m 3
 91.656 m/s 2
2.50E+03

2.00E+03
delta P (Kg/m.s2)

1.50E+03

1.00E+03

5.00E+02

0.00E+00
4.59E-05 1.50E+02 3.00E+02 4.50E+02 6.00E+02 7.50E+02 9.00E+02 1.05E+03
Q(m3 /s)

Gambar 1.1 Q Vs delta P di Pipa Kasar (titik ke 1)

4,000
3,500
3,000
Kv (m/s2)

2,500
2,000
1,500
1,000
500
0
4.59E-06 5.19E-06 5.79E-06 6.39E-06 6.99E-06 7.59E-06 8.19E-06 8.79E-06
Q (m3/s)

Gambar 1.2 Q Vs Kv di Pipa Kasar (titik ke 1)

2000
delta P (kg/m.s2)

1500

1000

500

0
3.50E-05 4.00E-05 4.50E-05 5.00E-05 5.50E-05 6.00E-05
Q (m3/s)

Gambar 1.3 Q Vs delta P di Pipa halus (titik ke 2)


66,000

Kv (m/s2) 65,500

65,000

64,500

64,000
3.50E-05 4.00E-05 4.50E-05 5.00E-05
Q (m3/s)

Gambar 1.4 Q Vs Kv di Pipa halus (titik ke 2)

5000
delta P (kg/m.s2)

4000

3000

2000

1000

0
3.50E-05 3.70E-05 3.90E-05 4.10E-05 4.30E-05 4.50E-05 4.70E-05 4.90E-05 5.10E-05
Q (m3/s)

Gambar 1.5 Q Vs delta P di Pipa halus (titik ke 3)

300,000
250,000
200,000
kv (m/s2)

150,000
100,000
50,000
0
3.50E-05 3.70E-05 3.90E-05 4.10E-05 4.30E-05 4.50E-05 4.70E-05 4.90E-05 5.10E-05
Q (m3/s)

Gambar 1.6 Q Vs Kv di Pipa halus (titik ke-3)


3000
2500
delta P (kg/m.s2)

2000
1500
1000
500
0
7.45E-05 9.45E-05 1.15E-04 1.35E-04 1.55E-04 1.75E-04 1.95E-04
Q (m3/s)

Gambar 1.7 Q Vs delta P di Pipa kasar (titik ke 5)

140,000

135,000
kv (m/s2)

130,000

125,000

120,000
7.45E-05 9.45E-05 1.15E-04 1.35E-04 1.55E-04 1.75E-04 1.95E-04
Q (m3/s)

Gambar 1.8 Q Vs Kv di Pipa kasar (titik ke 5)

3000
delta P (kg/m.s2)

2500
2000
1500
1000
500
0
3.05E-04 3.55E-04 4.05E-04 4.55E-04 5.05E-04 5.55E-04 6.05E-04 6.55E-04 7.05E-04 7.55E-04
Q (m3/s)

Gambar 1.9 Q Vs delta P Pipa halus (titik ke 6)


25,000
20,000
kv (m/s2)

15,000
10,000
5,000
0
3.05E-04 3.55E-04 4.05E-04 4.55E-04 5.05E-04 5.55E-04 6.05E-04 6.55E-04 7.05E-04 7.55E-04
Q (m3/s)

Gambar 1.10 Q Vs Kv di Pipa halus (titik ke 6)

1200
delta P (kg/m.s2)

1000
800
600
400
200
0
1.50E-04 1.51E-04 1.52E-04 1.53E-04 1.54E-04 1.55E-04 1.56E-04
Q (m3/s)

Gambar 1.11 Q Vs delta P di Pipa halus (ball valve) (titik ke 7)

100,000
80,000
kv (m/s2)

60,000
40,000
20,000
0
1.50E-04 1.51E-04 1.52E-04 1.53E-04 1.54E-04 1.55E-04 1.56E-04
Q (m3/s)

Gambar 1.12 Q Vs Kv di Pipa halus (ball valve) (titik ke 7)


2000
delta P (kg/m.s2)
1500

1000

500

0
7.80E-05 9.80E-05 1.18E-04 1.38E-04 1.58E-04
Q (m3/s)

Gambar 1.13 Q Vs delta p di ekspansi

Anda mungkin juga menyukai