BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Pada masa revolusi industri 4.0 seperti sekarang dimana transformasi komprehensif dari
keseluruhan aspek di industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri
konvensional. Sehingga persaingan akan berlangsung secara cepat dan masif .Dan sebagian besar
persaingan tersebut akan terjadi di internet, sehingga memberi kesempatan pada semua orang untuk
terlibat dalam revolusi industri 4.0 termasuk UKM dan UMKM di Indonesia.
Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM). Usaha Mikro merupakan usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini. Kriteria asset: Maks. Rp 50 Juta, kriteria Omzet: Maks. Rp 300 juta rupiah. Usaha
Kecil merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Kriteria
asset: Rp 50 juta – Rp 500 juta, kriteria Omzet: Rp 300 juta – Rp 2,5 Miliar rupiah. Sedangkan Usaha
menengah merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha Kecil atau
usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini. Kriteria asset: 500 juta – Rp 10 Miliar, kriteria Omzet: >Rp 2,5 Miliar – Rp 50
Miliar rupiah[1]
Sedangkan pengertian UKM diatur pada Surat edaran Bank Indonesia No.26/I/UKK tanggal 29
Mei 1993 perihal Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah usaha yang memiliki total asset Rp 60 juta (enam
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah atau rumah yang ditempati. Pengertian usaha kecil ini meliputi
usaha perseorangan, badan usaha swasta dan koperasi, sepanjang asset yang dimiliki tidak melebihi nilai
Rp 600 juta[2]
Terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang belakangan ini memandang penting
keberadaan usaha mikro dan kecil.Alasan pertama adalah karena kinerja usaha mikro dan kecil cenderung
lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua, sebagai bagian dari dinamikanya,
usaha mikro dan kecil sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan
teknologi. Ketiga adalah karena sering diyakini bahwa usaha mikro dan kecil memiliki keunggulan dalam
hal fleksibilitas ketimbang usaha besar(4). Kesempatan inilah yang membuat pemerintah Indonesia
menggencarkan pertumbuhan UKM dan UMKM di Indonesia Ini dibuktikan dari data tabel berikut[3]:
Tabel 1.1Perkembangan jumlah UKM dan UMKM di Indonesia pada tahun 2004-2013
2004 44.777.388 - -
2005 47.017.062 5.00
(a) (b)
Gambar 1.2 (a) Produk UKM Halima (b) Produk UKM Narwastu
Pesaing yang ada Busabun memiliki strategi agar dapat terdifirensisasi dengan yang lain.
Busabun sama sekali tidak menggunakan bahan yang tidak dapat di daur ulang atau biasa disebut zero
waste. Zero Waste merupakan konsep yang menekankan pada pengurangan jumlah sampah yang masuk
ke TPA ataupun masyarakat (Widiarti, 2012). Dengan konsep ini Busabun mengurangi penggunaan
plastik dalam kemasan, alat promosi, dan kepeluan tambahan lainnya.
Gambar 1.3 Produk Busabun Zero Waste
Sebagai sarana promosi dan pengenalan Busabun sendiri sudah memiliki sebuah logo sendiri,
namun belum memiliki brand sendiri. Hal ini merupakan sebuah kelemahan dikarenakan tanpa brand
yang baik, Busabun akan sangat sulit untuk dikenal dikarenakan persaingan dan arus informasi yang
sangat cepat ke masyarakat. Brand sendiri memiliki fungsi sebagai pembangun kesadaran dan
mempererat kesetiaan pelanggan terhadap produk dengan mengekspresikan alas an mengapa orang harus
membeli brand tersebut daripada brand yang lain (Wheeler, 2009:14-18). Hal ini dikarenakan Busabun
merupakan UKM yang baru didirikan, sehingga brand yang ingin dibangun masih kurang jelas dan
kurang terdiferensiasi dari yang lain.
Product life cycle dibagi menjadi 3 tahap (Hoque and James, 2000), yaitu tahap Introduction.
Dimana produk mulai dilauncing, penjualan produk masih rendah, dan harga produk tinggi. Kemudian
Growth, yaitu tahap dimana penjualan produk meningkat secara cepat karena banyaknya promosi yang
dilakukan sehingga kesadaran konsumen meningkat. Lalu tahap Maturity dimana penjualan produk sudah
mencapai puncaknya dan terakhir Decline, yaitu penjualan produk semakin menurun. Busabun sendiri
sebagai UKM yang baru saja berdiri sedang mengalami masa Introduction dimana produk belum terlalu
dikenal masyarakat dan membutuhkan pengenalan ke masayarakat.
Dalam pemasarannya juga Busabun masih kurang dikenal masyarakat di didapat dari data lalu
lintas media sosial dan toko online dari Busabun. Dari data Instagram, Busabun memiliki 255 follower
dengan rata rata 20-30 likes tiap postingan Instagram. Kemudian dari shopee dari berdirinya toko hanya
memiliki 7 feedback.
Pada bab ini dijelaskan latar belakang penulisan secara umum dari permasalahan yang terjadi.
Serta ruang lingkup batasan dari apa yang dirancang, tujuan dan manfaat yang akan dicapai dan
sistematika yang digunakan dalam penulisan
Pada bab ini dijelaskan penjelasan lebih dalam menurut teori-teori dari para ahli yang mendukung
dalam penelitian dan perancangan
Pada bab ini akan dijelaskan alur metode perancangan yang digunakan, meliputi permasalahan,
pengumpulan data, dan analisa data
Pada bab ini dijelaskan tentang proses desain dan penerapannya pada bidang permainan
BAB 7. KESIMPULAN
Pada bab ini berisi kesimpulan, saran dan hasil penellitian yang telah dilakukan
BAB II
Tinjauan Pustaka
Gambar 2.1 Perbedaan Antara Produk Cold Process dan Hot Process
2.1.4 Teori Brand dan Branding
Kata branding berasal dari kata brand yang dalam bahasa Indonesia berarti merek. Dalam
penggunaannya, kata brand dan branding memiliki makna yang berbeda. Jika kata brand berarti merek,
maka pengertian branding adalah berbagai kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan
dengan tujuan untuk membangun dan membesarkan sebuah brand atau merek. Menurut Kotler (2009),
pengertian branding adalah pemberian nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari
kesemuanya, yang dibuat dengan tujuan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa atau kelompok
penjual dan untuk membedakan dari barang atau jasa pesaing.
Jenis-jenis branding terdiri dari 5 komponen utama, yaitu:
a. Cultural Branding adalah usaha pemberian identitas atau merek yang disesuaikan dengan
keadaan reputasi suatu bangsa atau orang-orang dari daerah tertentu.
b. Produk Branding adalah usaha pemberian identitas pada sebuah produk yang mampu
memengaruhi konsumen untuk memilih produk tersebut dibandingkan produk pesaing lainnya.
c. Geographic Branding adalah sebuah usaha pemberian identitas yang memiliki tujuan dalam
memunculkan gambaran dari produk atau jasa yang identik dengan nama sebuah lokasi sehingga
bila lokasi itu disebut maka orang akan langsung mengingat brand tersebut.
d. Personal Branding adalah usaha yang digunakan oleh perseorangan untuk menjadikan diri
mereka sebagai brand yang dikenal dan diingat sehingga memiliki penilaian atau pandangan
tersendiri dari masyarakat umum. Contoh personal branding adalah artis, pemusik, ataupun
orang-orang terkenal lainnya
e. Corporate Branding adalah branding dari sebuah perusahaan yang dimulai dari produk yang
ditawarkan hingga kontribusi pegawai perusahaan terhadap masyarakat.
Sedangkan brand adalah adalah segala sesuatu yang terkait dengan perusahaan, produk, atau
layanan – semua atribut, baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Ini adalah apa yang harus Anda
perjuangkan, apa yang harus Anda lakukan, katakan dan tampilkan ke depan public. Menurut Bilson
Simamora (2001;149) Brand/Merek adalah nama, tanda, istilah, simbol, desain atau kombinasinya yang
ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendiferensiasi (membedakan) barang atau layanan suatu penjual
dari barang atau layanan penjual lain.
Jenis-jenis dari brand untuk meningkatkan tingkat kepercayaan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Janji yang diberikan sesuai dengan kenyataan walaupun hal ini tidak dinyatakan dengan jelas,
tetapi menjadi salah satu faktor utama kesuksesan sebuah brand.
b. Memberikan kepribadian tersendiri terhadap pengguna brand. Pengguna mobil mewah akan
merasakan lebih elegan dan ekslusif ketimbang pengguna mobil pasaran pada umumnya.
c. USP (Unique Selling Proposition). Munculnya sebuah brand sebagai dasar untuk membedakan
perusahaan, produk atau layanannya dengan perusahaan, produk atau layanan lainnya (Miletsky
dan Smith, 2009: 3).
Gambar 2.2Piramida Brand (Merek)
Gambar 2.1 menunjukkan empat tingkatan kesadaran merek yang disebut sebagai piramida
kesadaran merek dari tingkat tertinggi sampai terendah yaitu:
a. Puncak pikiran adalah apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan
pengingatan dan ia dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek yang paling banyak
disebutkan pertama kali merupakan puncak pikiran. Dengan kata lain merek tersebut merupakan
merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen.
b. Pengingatan kembali adalah pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan
seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas.
c. Pengenalan merek adalah tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat
seorang pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian. produk. Hal ini
diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan.
d. Tidak menyadari merek adalah tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek,
dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek
Upaya meraih kesadaran merek, baik dalam tingkat pengenalan maupun pengingatan kembali, melibatkan
dua kegiatan, yaitu: berusaha memperoleh identitas merek dan berusaha mengaitkannya dengan kelas
produk tertentu.
2.1.5 Brand Awarness
Menurut Keller (2008 ,P54) brand awareness terdiri dari brand recognition dan brand
recallBrand recognition berarti bahwa konsumen dapat mengenali dengan tepat suatu merek
sebagaimana pemah dilihat atau didengar sebelumnya. Sebagai contoh, apabila konsumen pergi ke toko,
apakah mereka dapat mengenali merek sebagaimana pemah dilihat atau didengar di iklan sebelumnya?
Brand recall berkaitan dengan kemampuan konsumen untuk menelusuri kembali merek dari
ingatannya ketika kategori produk, kebutuhan yang dipenuhi oleh kategori tersebut, pembelian ataupun
situasi penggunaan diberi sebagai pemancing. Dengan kata lain, brand recall adalah kemampuan
konsumen untuk memunculkan dengan benar merek dari ingatannya ketika diberi pancingan yang
relevan.
Sebagaimana ingatan pada umumnya, brand reaJgnition jauh lebih mudah dari brand recall
Dalam hal pengambilan keputusan atas merek yang disertai dengan kehadiran produk secara fisik
seperti di toko brand reaJgnition lebih berperan. Tetapi dalam hal produk yang tidak dapat dilihat
produk yang bersifat pelayanan atau produk on line, maka Brand Recall akan jauh lebih penting.
Membangun brand awareness dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan penampakan (exposure)
berulang-ulang seperti di iklan, !klan Radio, Billboard dan sebagainya untuk Brand Recognition dan
asosiasi yang kuat melalui kategori produk yang tepat untuk brand recall.
2.1.6 Kekuatan Asosiasi Merek (Strength of Brand Association)
Membuat asosiasi mempunyai hubungan yang kuat dengan merek akan sangat tergantung
pada marketing program dan faktor lainnya yang secara langsung memberi pengaruh pada pengalaman
dengan merek (brand experiences). Kekuatan ini akan dipengaruhi oleh baik kuantitas maupun kualitas
dari proses informasi yang diterima. Dua faktor utama yang menfasilitasi kekuatan asosiasi dengan
suatu informasi adalah keterkaitan personal (personal relevance) dengan informasi yang diterima dan
dikonsistensi dari informasi yang dihadirkan dari waktu ke waktu. Membuat merek mempunyai nilai
manfaat dibenak konsumen adalah dengan cara meyakinkan konsumen bahwa merek dapat memenuhi
keinginan ataupun kebutuhannya dan berhasil dipenuhi oleh produk serta didukung oleh program
marketing yang sesuai dari merek yang dimaksud. Dengan demikian kata kuncunya adalah tingkat
keinginan (desirability) dan tingkat pemenuhan (deliverability) (Keller,2008, PPSG-58).
Ada dua poin penting dalam keunikan merek yaitu :
a. Point of difference yaitu asosiasi yang unik yang tidak dimiliki oleh merek lain dalam karegori
yang sama.
b. point of parity yaitu asosiasi bersama yang dimiliki oleh merek-merek pada kategori
tertentu.
b. Menurut Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati (2005, p28),"Pelayanan pada dasamya adalah
seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi dan
diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud
(intangible) bagi pembeli pertamanya."
Berdasarkan pengertian kedua ahli di atas, Rangkuti dan Zeitham. maka dapat disimpulkan bahwa
pelayanan adalah rangkaian aktivitas yang menunjukkan perforrnansi kualitas kerja yang baik yang
ditujukan untuk melayani kebutuhan konsumen agar tercipta kepuasan yang diharapkan.
Sedangkan kualitas pelayanan dalani perusahaan merupakan hal yang sangat penting dari sudut
pandang konsumen, adalah perrnulaan dari kepuasan konsumen, dimana mutu pelayanan dan
kepuasan konsumen ini akan mempengaruhi intensitas pembelian dan loyalitas konsumen.
Berdasarkan hal ini maka peningkatan kualitas pelayanan harus berorientasi kepada konsumen.
a. Menurut Tjiptono (2005, p59), "Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang
diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan
pelanggan". Kualitas pelayanan menurut Bateson dan Houffrnan (2001, p324) didefinisikan
sebagai "Sikap yang dibentuk dalam jangka panjang dan evaluasi keseluruhan terhadap
kinerja perusahaan".
b. Menurut Bilson Simamora (2003, p180-181), defenisi kualitas layanan berpusat pada
upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan penyampaiannya
untuk mengimbangi harapan pelanggan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan adalah kinerja
yang mengarah pada mutu yang diharapkan dari jasa yang ditawarkan secara lebih mendalam karena
manfaat besar yang dihasilkan dari pelayanan,yang dapat meningktakan insensitas pembelian dan
loyalitas pelanggan.
Keberhasilan suatu perusahaan dalam membangun bisnisnya, tidak luput dari peran
pelayanan yang baik dan memuaskan pelanggannya. Kualitas pelayanan akan memberikan manfaat
yang cukup besar bagi perusahaan sebagai berikut: (Simamora,2003,p180).
a. Pelayanan yang istimewa (nilai layanan yang benar-benar dialami melebihi harapan
konsumen) atau sangat memuaskan merupakan suatu basis untuk penetapan harga premium.
Perusahaan yang memberikan kepuasan tinggi bagi pelanggannya dapat menetapkan suatu
harga yang signifikan.
b. Pelayanan istimewa membuka peluang untuk diversifikasi produk dan harga. Misalnya
pelayanan dibedakan menurut kecepatan pelayanan yang diminta oleh pelanggan yaitu tarif
yang lebih mahal dibebankan terhadap layanan yang membutuhkan penyelesaian yang paling
cepat.
c. Menciptakan loyalitas pelanggan. Pelanggan yang loyal tidak hanya potensial untuk
penjualan produk yang sudah ada tetapi juga untuk produk-produk baru dari perusahaan.
d. Pelanggan yang terpuaskan merupakan sumber informasi positf dari perusahaan dan produk-
produk bagi pihak luar bahkan mereka dapat menjadi pembela bagi perusahaan khususnya
dalam menangkal isu-isu negatif.
e. Pelanggan merupakan sumber informasi bagi perusahaan dalam hal intelijen pemasaran dan
pengembangan pelayanan atau produk perusahaan pada umumnya.
Kualitas yang baik berarti menghemat biaya-biaya seperti biaya untuk memperoleh pelanggan
baru, membangun kembali citra karena wanprestasi, dan sebagainya. Jadi mempertahankan
pelanggan yang sudah ada melalui kualitas layanan yang memuaskan merupakan hal yang sangat
penting..
Kualitas pelayanan yang didesain dan diimplementasikan secara memadai bukan hanya
memuaskan pelanggan tetapi juga memberikan kepuasan kerja bagi karywannya. Karyawan dapat
menerima tuntutan untuk senantiasa memuaskan pelanggan,karena dengan cara demikian ia dapat
memajukan keadaan finansial dan ekspresi lainnya. Bagi usaha layanan, kepuasan karyawan yang
berhubungan langsung dengan pelanggan memegang peranan penting dalam memelihara citra
kualitas yang dibangun.
b. Menurut Schiffman dan Kanuk (2007, p285), "Keputusan pembelian konsumen adalah
seleksi terhadap dua pilihan atau lebih. Dengan perkataan lain, pilihan alternatif harus tersedia
bagi seseorang ketika mengambil keputusan".
Perilaku konsumen yang teramati dari perilaku pembelian konsumen merupakan salah satu
tahap dari proses pembuatan atau pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making). Proses
pengambilan keputusan konsumen meliputi serangkaian kegiatan mulai dari identifikasi kebutuhan f
masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan evaluasi perilaku pasca
pembelian. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Identifikasi Pencarian Evaluasi Keputusan Perilaku Pasca
Masalah Informasi Alternatif Pembelian Pembelian
a. Identifikasi masalah adalah proses pembelian dimulai pada saat pembeli mengenali sebuah
masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh stimulus internal atau
eksternal. Dalam kasus pertama, salah satu kebutuhan dasar seseorang, misalnya lapar,haus.
Dalam kasus kedua,kebutuhan ditimbulkan oleh rangsangan eksternal.
b. Pencarian infomasi adalah konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk
mencari informasi lebih banya. Melalui pengumpulan informasi, konsumen mengetahuitentang
merek merek yang ada dan keistimewaan dari tiap merek tersebut.
c. Evaluasi alternatif adalah beberapa konsep dasar akan membantu dalam memahami
proses evaluasi konsumen: pertama, konsumen akan berusaha memenuhi kebutuhan.
Kedua, konsumen mencari manfaat yang akan diperoleh dari solusi produk yang ditawarkan.
Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan
kemampuan berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan
kebutuhan tersebut. Konsumen akan memberikan perhatian terbesar kepada atribut yang
mampu memberi manfaat yang dicarinya.
d. Keputusan pembelian adalah pada saat hendak memutuskan pilihan pembeliannya,terdapat dua
faktor antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain.
Faktor kedua ialah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat mengubah niat
pembelian. Faktor pertama, sikap orang lain seperti: (1) intensitas sikap negatif orang lain
terhadap alternatif yang disukai oleh konsumen, dan (2) motivasi konsumen untuk
menuruti keinginan orang lain.
e. Perilaku pasca pembelian adalah setelah membeli produk, konsumen mengalam level kepuasan
atau ketidakpuasan tertentu. Para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian,tindakan
pasca pembelian, pemakaian produk pasca pembelian. Kepuasan atau ketidakpuasan
konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen
puas, ia akan menunjukkan loyalitas produk tersebut lebih tinggi. Para pelanggan yang tidak
puas akan bereaksi sebaliknya.
Sehingga menurut para ahli Schiffman dan Kanuk (2007, p250) mendefinisikan suatu keputusan sebagai
pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih alternatif pilihan. Seorang konsumen yang hendak
melakukan pemilihan haruslah memiliki pilihan alternatif karena jika tldak maka hal tersebut
bukanlah situasi konsumen melakukan keputusan. Suatu keputusan tanpa pilihan disebut sebagai sebuah
Hobson's Choice
2.4. Studi Eksisting
Busabun soap didirika pada tahun 2018 oleh Ibu Wahyu Nurina atau biasa dipanggil Ayu, warga
Indonesia yang bertempat tinggal di Perak Surabaya, dengan latar belakang pemdidikan Arsitektur ITB
lulusan 2016. Beliau mendirikan UKM Busabun yang berhubungan dengan perawatan kecantikan karena
didorong dengan keinginan diri sendiri dan support keluarga untuk mulai merintis UKM Busabun Artisan
Soap. Diawali dengan trial and error, Busabun soap kini memiliki toko di dua e-commerce Shopee, dan
tokopedia. Tidak hanya itu, Instagram juga sebagai sosial media yang sangat berpengaruh untuk
memasarkan produknya. Busabun juga cukup sering melakukan pameran yang ada di Surabaya seperti
yang diadakan di CO2 Library, Kultur Space, dan lain sebagainya dengan tema Zero Waste.
UKM Busabun memiliki rumah pembuatan yang berada di Jl. Lumba-Lumba No 18, Perak,
Krembangan, Kota Surabaya Jawa Timur. Busabun Soap memiliki kurang lebih 5 varian produk seperti
Kopi Cocoa Butter, Pink Clay, Calendula, Moringa Charcoal, Charcoal, 5 Varian tersebut terus bertambah
seiringnya minat konsumen. Sabun yang ia buat tidak mengandung SLS, Paraben, pewangi buatan,
pewarna buata dan mineral oil seperti minyak kelapa sawit, sehingga aman digunakan untuk Ibu
menyusui, Ibu hamil, penderita kulit sensitif seperti eksim. Produ Busabun Soap dibandrol dari harga 27
ribu hingga 35 ribu rupiah per batangnya, serta tambahan kemasan hadiah sebesar 15 ribu dengan berat 90
gram. Busabun juga memiliki beberapa paket penawaran seperti Single Soap, Duo Soap Bar, dan Triple
Bar Soap sekaligus dengan kemasan karton yang bisa dijadikan hadiah. Produk-produk tersebut dapat
dibeli pada e-commerce mereka untuk melihat galeri produk dapat langsung ke instagram atau melalui
line@.
Produk sabun Busabun telah dikirim hingga keluar Surabaya tidak hanya sebagai sabun perawatan
kulit, tetapi juga sebagai souvenir acara besar. Karena pada setiap sabun buatannya, tidak ada satupun
sabun yang sama. Semua berbeda secara bentuk dan corak, itu yang membuat Artisan Soap memiliki
pesona khusus untuk mengikat konsumen, sehingga membuat para konsumen Busabun untuk
membelinya.
Visi Misi penting UKM Busabun soap adalah menjadi UKM yang dapat memberikam
kepuasan dan manfaat kepada pelanggan, sehingga bisa memberikan kontribusi pengurangan sampah
kepada lingkungan dan masa depan.Kelebihan Busabun adalah bahan baku yang digunakan menggunakan
bahan natural tanpa pengawet, pewarna buatan, mineral oil. Sehingga sangat baik bagi pengidap penyakit
eczema atau kulit sensitif lainnya.
Kemasan yang digunakan menggunakan kemasan 100% daur ulang dan mudah terurai oleh
lingkungan, tanpa penggunaan plastik atau sterofoam seperti kardus daur ulang sebagai kemasan luar,
kertas roti sebagai penyangga sabun agar aman saat pengiriman, serta penggunaan tali dari pada
menggunakan selotip plastik, dan kemasan lain seperti kemasan dalam bentuk kertas kalkir transparan
yang mudah terurai dan dapat dilihat.
Gambar 2.3 Pendiri Busabun Soap Ibu Ayu (Kiri) dan Logi Busabun (kanan)
Gambar 2.4 Ruang Pembuatan Produk Busabun Soap
Gambar 2.5 Stand Pameran Busabun Soap.
2.5.1 Monimici
Monimici merupakan toko baru pada tahap launching yang menjual artisan cold process soap yang
berbasis di Serpong, Tanggerang Indonesia. Monimici sejatinya telah berdiri semenjak tahun 2017 naum
baru pertama kali memulai usaha Artisan Soap pada tahun 2018. Monimici didirikan oleh Ibu Stefani.
Usaha ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadinya ketika dirinya menjalani kehamilan dan sulit
menggunakan produk sabun yang beredar di pasaran. Kulitnya menjadi kemerahan, gatal-gatal, dan
kering. Kulit sensitif tersebut menjadikan Ibu Stefani untuk memulai percobaannya membuat sabun alami
seperti Artisan Soap yang telah dijual sampai sekarang. Karena itu, Ibu Stefani tertarik dengan produk
tersebut sehingga ia terus menggeluti usahanya, dan menjadikan Monimici sebagai brand sabun alaminya.
Gambar 2.11 Varian Sabun Monici. Lavendula (kiri) dan Coco Bar (kanan)
(Sumber: Monimici Instagram)
Memiliki visi dan misi Monimici membuat sabun artisan adalah membuat sabun yang tidak hanya
lembut di kulit tetapi juga Cantik dipandang, karena tidak adanya bentuk yang identik antar sabun yang
satu dengan yang lain. Dengan menggunakan bahan-bahan yang dipilih secara selektif, tanpa pengawet,
paraben, SLS. Dibuat dengan jumlah yang terbatas dan eksklusif untuk setiap pembelinya. Tujuan
kedepannya adalah sabun sabun tersebut akan semakin beragam dari warna, sisi desain serta bahan
bakunya. Penjualan Sabun Monimici mengandalkan pemasaran mouth to mouth. Berasal dari kerabat,
keluarga dan teman-teman sehingga Monimici bisa terus berkembang dan direkomendasikan.
Gambar 2.12Tampilan Instagram dan Shoppe Monimici
Monimici memiliki toko online yang berada di Shopee. Berlabel produk yang bebas dari SLS,
Mineral Oil, Paraben, sehingga aman digunakan ibu hamil dan menyusui, serta penderita kulit sensitif.
Produk sabun Monimici dijual dengan harga 37 ribu hingga 45 ribu dengan berat 60 sampai dengan75
gram. Monimici memiliki 6 varian yang mereka jual antara lain Lavendula, Coco Marble, Soft Beauty,
Green Tea, Fresh Baby, dan Charcoal Soap Selain sabun, Monimici juga menjual beberapa alat
pendukung untuk membuat sabun handmade dengan harga yang terjangkau. Monimici juga memiliki
penawaran paket lain seperti paket sabun pembersih kulit dan handuk mini, ataupun pembelian secara
grosir. Pemesanan sabun Monimici bisa dipesan melalui Shopee ataupun kontak by whatsapp.
Produknya kini telah dikirim ke berbagai kota dan daerah di Indonesia, namun belum pernah melakukan
ekspor ke luar negeri. Memiliki jumlah 2000 pengikut di akun instagramnya. Kemasan yang digunakan
adalah karton dan guntingan kertas pengganti bubble wrap. Konsep ramah lingkungan serta didukung
dengan bentuk desain sabun yang menarik menjadikan Monimici cukup diminati bagi pecinta handmade
soap.
Monimici belum memiliki poster promosi ataupun iklan yang diunggah dalam akun tokonya.
Monimici baru mengunggah poster event seperti giveaway yang diadakan untuk memberikan reward
kepada konsumennya. Desain yang digunakan terkesan simple menggunakan typeface lettering, bernuansa
putihdan elegan dengan foto sabun sebagai hadiahnya beserta logo monimici untuk menyambut tahun
baru 2019. Monimici terus berinovasi tentang bahan baku dan desain dari sabun handmade buatannya
sendiri. Dengan unggahan story instagram yang cukup sering dalam seminggu menjadikan akun
instagramnya aktif dan dikenal oleh para pengikutnya.
Batty’s Soap merupakan perusahaan botanical skin care dan Sabun yang berbasis di Ontario, Canada yang
memiliki slogan ‘Restoring Balance Naturally’. Betty’s Soap Bermula dari seorang perempuan bernama
Jamie Sabot, atau teman-temannya memanggilnya Batty. Dia adalah seorang ahli kimia botanika dan
Konselor Perawatan Kulit Alami. Usaha ini dimulai semenjak tahun 2009 karena keresahanna terhadap
kulit yang dialaminya, seperti kulit sangat sensitif yang menyebabkan kering, terbakar terkena matahari.
Ia melakukan riset bertahun-tahun bersama empat orang temannya melakukan uji coba dan terus
melakukan sebuah inovasi.
Gambar 2.15Pendiri Batty’s Bath: Batty (kiri) dan Logo batty’s Batyh (kanan)
Komitmen mereka adalah membuat sebuah brand yang people-friendly, earth-friendly, animal
friendly, serta telah terdaftar dengan Health Canada “Cruelty Free”, Bunny program, PETA, Humane
Society International. My Beauty Bunny dan Cruetly Free Canada. Sebagian penghasilan mereka juga
didonasikan untuk lembaga penyayang hewan seperti Need Dog Rescue, Animal Aide, Cedar Row Farm
Sanctuary, dan banyak lainnya. Kemasan yang digunakan oleh Batty’s Soap dapat di daur ulang dan bisa
digunakan kembali.
Batty Soap memiliki website khusus untuk menjual produknya seperti ShopBattyBath.ca dan
beberapa 23ook fisik di Daerah Canada dan USA. Batty’s Soap dalam websitenya memiliki banyak
option seperti blog, 23ook, skincare 101 dan bahkan tanya jawab seputar keadaan kulit kita. Komunitas
dengan keresahan dan kondisi yang sama terus berkembang menjadikan Batty’s Soap tidak hanya Sebuah
penjual sabun, tetapi juga memberikan edukasi serta rekomendasi tentang perawatan kulit apa yang
sebaiknya digunakan berdasarkan Jenis kulit kita. Pada setiap poster promosinya, Batty’s Bath selalu
menyertakan fungsi dan tujuan dari produk tersebut, sehingga konsumen mengerti produk mana yang
Cocok bagi kebutuhan kulitnya saat ini.
Batty’s Bath memiliki banyak pembeli dan pengguna aktif dalam website dan blog nya. Penawaran
seperti diskon, dan harga rata untuk semua pengiriman ke Canada-USA menjadikan tokonya tidak sepi
pengunjung. Batty’s Bath juga membuka akun di yotube, pinterest, twitter, instagra, dan facebook untuk
menggaet pasar yang lebih luas. Desain yang dibuat terkesan manis pastel ala ala remaja dengan pattern
bunga-bunga berwarna soft. Kampanye Menyayangi hewan dan lingkungan yang selalu diselipkan
disetiap produk dan akun Batty’s Bath milik mereka. Karena misi mereka adalah “Our mission is to help
you achieve the Radiant Rebel in you.”
Sosial media yang dimiliki memiliki peran aktif dalam kegiatan promosi produknya. Saat Ini
Battys Bath memiliki jumlah subscriber youtube 923 subscribers, 6000 followers di twitter, dan 8.900
orang menyukai halaman facebook Battys Bath, 833 pengikut di pinterest yang rata-rata 253.400 viewers
setiap bulannya mendatangi akun miliknya. Didukung dengan Foto yang menarik, tawaran sabun yang
menjanjikan serta pelayanan yang terus menerus dilakukan oleh Batty’s Bath hingga saat ini.
Gambar 2.20 Tampilan Kemasan Karton Isi 6 (kiri) dan Kemasan Satuan (kanan)
BAB III
METODE PENELITIAN
Brand adalah suatu alat yang berguna untuk mengindikasikan kualitas atau tanda dari sebuah
produsen, sebagai merk dagang. Sedangkan Brand Association, menurut A. Aaker, merupaka dimensi
dari ekuitas merk yang mencerminkan adanya diferensiasi terhadap fisik produk, pelayanan, maupun
saluran. Brand Association merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek
suatu produk. Sebagai contoh restoran cepat saji McDonalds yang dapat dikaitkan dengan ingatan akan
karakter Ronald Mc Donalds. 69
Busabun adalah, Usaha kecil menengah yang menjual sabun natural menggunakan cara cold
process. Diproduksi secara rumahan di Surabaya, Jawa Timur. Busabun menjual berbagai macam sabun
natural berbahan dasar alami seperti pink clay, calendulla, charcoal. Menggunakan pewangi natural dari
bahan-bahan yang digunakan. Tidak menggunakan Palm Oil dan plastik. Dimana Saat ini sampah plastik
menjadi persoalan penting di Indonesia dan Dunia.( http://pusdiklatmigas.esdm.go.id/file/t2-
_Bahaya_Plastik_---_Nurhenu_K.pdf) Karena kandungan yang alami tersebut, penderita kulit sensitif dan
penyakit kulit seperti eksim dapat menggunakan Busabun. Karena memiliki khasiat dan manfaat yang
penting bagi kulit dibandingkan sabun-sabun yang beredar di pasaran.
Secara keseluruhan, arti dari judul “Perancangan Baranding Busabun Soap” adalah merancang
sebuah brand yang terdiri dari identitas visual, brand association, yang mampu menanamkan di benak
konsumen Busabun Soap untuk mengasosiasikan Busabun Soap sebagai produk Sabun Natural Cold
Process yang berkualitas, bermanfaat, dan alami.
Dalam Perancangan ini, untuk memperoleh hasil yang tepat dan sesuai dengan kerangka dan
tujuan, maka dibutuhkan metode untuk dilakukannya sebuah riset sesuai dengan kebutuhan. Ketepatan
hasil dari proses riset ini dapat dilihat dari pemilihan audiens dan mencari data. Selain itu, dilihat juga
dari teknik pengambilan data yang digunakan dalam proses riset itu sendiri.
Dalam judul “Perancangan Branding Busabun Soap” ini target yang akan diteliti untuk memperoleh
data adalah pemilik dan Pendiri UKM Busabun Soap. Pengambilan data dari para target audience tersebut
akan dilakukan dengan metode pengambilan data kualitatif, yaitu berupa Depth Interview.
3.2.1. Populasi
Populasi pada riset ini terdiri dari pemilik UKM Busabun Ibu Ayu. Untuk pemegang wewenang
yang terkait dengan pengembangan brand dan pemasaran UKM Busabun. Selain itu terdapat pula
masyarakat baik dari Surabaya maupun luar Surabaya yang membeli produk Busabun Soap, dan memiliki
kebutuhan yang tinggi akan penggunaak produk sabun natural.
3.2.2 Sampel.
Sampel dari riset ini diambil melalui wawancara mendalam (depth Interview) dengan beberapa
narasumber yang terkait langsung dengan topik bahasan riset ini. Narasumber tersebut antara lan yaitu Ibu
Ayu selaku pemilik dan founder Busabun Soap. Sedangkan untuk penyebaran kuesioner, sampel yang
diambil adalah masyarakay luas yang memiliki daya beli Busabun Soap.
3.3. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
- Depth Interview dengan Ibu Ayi sebagai pemilik dan pendiri UKM Busabun Soap.
2. Data Sekunder
- Artikel dari buku
- Artikel dari media massa
- Artikel dari internet
- Teori pendukung yang berhubungan dengan masalah yang diangkat dalam riset
- Studi eksisting
- Studi komparator
- Kuesioner dari masyarakat umum mengenai pengetahuan, persepsi atau pandangan, dan
keinginan yang diharapkan dari Produk Busabun Soap.
Dalam “Perancangan Branding Busabun Soap”, konsep desain untuk menyelesaikan permasalahan
diperoleh melalui beberapa tahap. Tahap pertama yaitu dengan menentukan problematik desain.
Problematik desain diperoleh dengan cara melakukan pengumpulan data sekunder berupa fenomena yang
diperoleh dari media sosial, internet serta wawancara langsung dengan pihak terkait Busabun Soap.
Setelah itu digali masalah dari setiap data yang ditemukan, lalu mengambil masalah yang mengandung
problemati desain.
Setelah problematik desain ditemukan, maka dari hasil wawancara mendalam juga akan digali mengenai
karakteristik dari UKM Busabun Soap dan mencari penyelesaian desain yang sesuai dengan masalah yang
ditemukan. Setelah itu akan ditemukan kata kunci untuk menyelesaikan problematik Desain. Penentuan
kata kunci ini diperoleh melalui analisa hasil wawancara mendalam dengan pemilik dan founder UKM
Busabun Soap, tentang harapan yang diinginkan terhadap tampilan UKM Busabun Soap terhadap
masyarakat dan konsumen kedepannya.
Kriteria desain pada perancangan ini akan diperoleh melalui penentuan variabel penelitian.
Variabel penelitian ini diperoleh melalui hasil wawancara mendalam dengan pemilik dan pendiri UKM
Busabun Soap, dimana kriteria tersebut telah memiliki dasar-dasar kriteria desain, serta melakukan
mapping dari desain-desain terkait yang sudah pernah ada dan sesuai dengan problem desain yang telah
ditentukan. Lalu dilakukan juga studi dari teori-teori yang sudah ada untuk dapat diambil sebagai dasar
penentuan kriteria desain UKM Busabun Soap.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui value UKM Busabun Soap, strategi yang tepat untuk
membangun brand pada UKM Busabun yang masih pada tahap merinitis sehingga citra yang dibangun
UKM akan sesuai dengan karakteristik Busabun Soap yang akan diaplikasikan dalam media desain.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui Visi dan Misi UKM Busabun. Penelitian eksternal juga
dilakukan untuk mengetahui target market, kompetitor serta komoparator untuk menentukan strategi
UKM Busabun yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Januari 2018
2. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG
USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
3. Surat edaran Bank Indonesia No.26/I/UKK tanggal 29 Mei 1993
4. Ragam Pengukuran Kinerja pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Surabaya
.Islami A.C., Kunaifi A., dan Gunawan J. Departemen Manajemen Bisnis, Fakultas Bisnis dan
Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
5. https://www.bps.go.id/statictable/2014/01/30/1322/tabel-perkembangan-umkm-pada-periode-
1997--2013.html .visitasi : 24 Februari
6. https://www.kominfo.go.id/content/detail/11526/kemenkop-ukm-379-juta-umkm-sudah-go-
online/0/sorotan_media . Visitasi : 24 Februari
7. https://www.liputan6.com/bisnis/read/3581067/umkm-sumbang-60-persen-ke-pertumbuhan-
ekonomi-nasional .visitasi:24 februari
8. http://ekonomibisnis.suarasurabaya.net/news/2018/208866-Masih-Banyak-Pelaku-UKM-di-
Surabaya-yang-Tidak-Tahu-Mengurus-Izin-Usaha .visitasi : 24 Februari
9. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 4, Nomor 2, Juni 2012, Halaman 101‐ 113 Peng
elolaan Sampah Berbasis “Zero Waste” Skala Rumah Tangga Secara Mandiri. Ika Wahyuning
Widiarti Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi Mineral Universitas
Pembangunan “Veteran” Yogyakarta e-mail: ika_wah84@yahoo.co.id
10. Hoque, Zahirul & James, Wendy. (2000). Linking balanced scorecard measures to size and
market factors: Impact on organizational performance. Journal of Management Accounting
Research 12 , pp. 1-17.
11. Wheeler, Alina. 2009. Designing Brand Identity. New Jersey : John Wiley & Sons, Inc. Page
14 -18
12. PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SABUN PADAT BERBAHAN DASAR VCO DAN
SUSU KAMBING DENGAN PENAMBAHAN MINYAK KAYU MANIS SEBAGAI
PARFUM Sri Hartuti 2014
13. Penyusunan dan Implementasi Strategi Branding Produk Kuliner dalam Membentuk Brand
Knowledge sebagai Oleh-Oleh Khas Kabupaten Madiun, : Zendy Tedja Wijaya, Universitas
Atma Jaya Yogyakarta 2010
Daftar pustaka tambahan
http://digilib.unila.ac.id/200/12/Bab%202.pdf
http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2Doc/2010-2-00376-MN%20BAB%202.doc