Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

“Bakat Kreatifitas dan cara memberikan


motivasi”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori,


Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan

Dosen Pengampu : Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd.

Disusun oleh Kelompok 10 :

1. Frety S Mariam Husen 20187279135


2. Rangga Aditia 20187279155
3. Ratna Puspitasari 20187279089
4. Ruaida Tumanggor 20187279091
5. Rosidah 20187279093

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA
2019

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan berkat serta karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Bakat Kreativitas dan Cara
Memotivasi” tepat pada waktunya.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun
materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun
guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata, penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Jakarta, Maret 2019

Penyusun

Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………...... 2
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Bakat Kreativitas……………………………………………………. 3
2.1.1 Pengertian Bakat Kreativitas..................................................... 3
2.1.2 Bakat Menurut Para Ahli ........................................................ 4
2.1.3 Jenis-jenis bakat 6
2.3 Identifikasi dan pengukuran bakat dan kreativitas……………........ 9
2.3.1 Alasan Untuk Menemu Kenali Bakat Kreatif.......................... 9
2.3.2 Jenis Alat Untuk Mengukur Bakat Kreatif ………………….. 12
2.3.3 Alat Identifikasi Berdasarkan Enam Bidang Bakat…………. 14
2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bakat dan Kreativitas………. 19
2.4.1 Faktor-faktor Mempengaruhi Perkembangan Bakat Khusus…. 19
2.4.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kreativitas 19
2.4.3 Kendala Dalam Mengembangkan Bakat dan Kreativitas……
19
2.5 Gambaran Umum Tentang Motivasi………………………………. 20
2.5.1 Pengertian Motivasi ………………………………………… 20
2.5.2 Jenis Motivasi……………………………………………….. 22
2. 5. 3 Guru Sebagai Motivator…………………………………. 23
2.6 Cara Guru Meningkatkan Motivasi Pada Siswa Pada Proses 24

Pembelajaran
3.1 Simpulan 27
3.2 Saran 27
Daftar Pustaka 29

Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu masalah yang sering dijumpai dalam ranah pendidikan yaitu
mitovasi dan kreatifitas. Siswalah yang mendapatkan motivasi disekolah-sekolah,
serta siswa juga yang memperlihatkan kreatifitas dari dalam dirinya. Semua sesuai
pula dengan yang mengajar atau mengarahkan dan memberikan pengajaran di
lingkup sekolah. Yang paling mempengaruhi dalam proses belajar-mengajar yaitu
guru. Guru perlu menyadari bahwa mengajar merupakan suatu pekerjaan yang
tidak sederhana dan mudah. Karena mengajar perlu adanya kreatifitas dari seorang
guru agar proses belajar mengajar terkesan tidak membosankan supaya dapat
membangun motivasi-motivasi dari dalam jiwa seorang siswa.
Motivasi (motivation) berarti pemberian atau penimbulan motif atau hal
menjadi motif, tegasnya ,otivasi adalah motif atau hal yang menjadi aktif pada
saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan terasa sangat
mendesak (Rachman Abror 1993, 114). Terutama mencapai tujuan pembelajaran
diperlukannya motivasi sangat tinggi. Oleh karena itu guru harus mendampingi
para siswanya menuju kesuksesan belajar atau kedewasaan. Dalam banyak kasus
mungkin guru memotivasi dan dimotivasi supaya tercapainya proses
pembelajaran. Serta kreatifita smengajar bertujuan dapat mengasah otak siswa
menjadi lebih kreatif dan inovatif. Jika potnsi siswa dan guru ini dapat tergali,
memperoleh wahana ekspresi yang teat, dan penghargaan dari guru, mugkin saja
dapat menjadi individu yang mencapai prestasi yang tidak terduga. Ciri-ciri orang
kreatif mereka terus-menerus belajar. Mereka melihat setiap hari yang mereka
miliki sebagai kesempatan untuk terus belajar sesuatu yang baru.Entah itu belajar
tentang tsaqafah yang baru, teknik artistik baru, fakta-fakta baru, dan lain-
lain.Orang yang berpikir kreatif selalu ingin belajar.Ini merupakan kebiasaan yang
paling menonjol dari orang-orang kreatif. Kreatif dan motivasi yaitu perlu adanya
terus belajar agar tercapai suatu tujuan pembelajaran yang diinginkan.

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari bakat kreatifitas ?
2. Bagaimana menurut para ahli tentang bakat kreatifitas?
3. Apa sajakah jenis-jenis dari bakat ?
4. Bagaimanakah Hubungan Intelegensi dengan kehidupan?
5. Apakah definisi dari Berpikir Kritis?
6. Bagaimanakah Karakteristik dari Berpikir Kritis?
7. Apakah manfaat dari berpikir kritis?

1. 3 Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini antara lain untuk :

1. Mengetahui definisi bakat kreatifitas.


2. Mengetahui hubungan bakat dan penerapannya dalam kehidupan.
3. Mengetahui pengertian dari berpikir kritis
4. Mengetahui karakteristik dari bepikir kritis.
5. Mengetahui manfaat dari berpikir kritis
6. Mengetahui cara menemukan bakat pada anak.

BAB II

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
PEMBAHASAN

2.1 Bakat Kreativitas


2.1.1 Pengertian Bakat Kreativitas
Bakat dan kreativitas adalah dua hal yang terdapat dalam setiap individu
selain kemampuan – kemampuan individual lain. Menurut definisinya, bakat
adalah kemampuan potensial dalam diri seseorang, baik yang sudah
dikembangkan maupun yang belum.

Kreativitas merupakan hal yang sangat penting, karena kreativitas


merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan
manusia.Pengajaran atau menumbuhkan kreativitas dalam diri peserta didik akan
sangat bermanfaat bagi kehidupannya baik dalam masa persaingan meraih prestasi
di sekolah maupun meraih kesuksesan ketika mereka telah memasuki dunia kerja.
Kreativitas dalam pembelajaran dapat menciptakan situasi yang baru, tidak
monoton dan menarik sehingga siswa akan lebih terlibat dalam kegiatan
pembelajaran.

Bakat adalah kemampuan yang memang sudah dimiliki oleh setiap orang
yang digunakan untuk mempelajari sebuah hal dengan cepat, bahkan beberapa
diantaranya dalam waktu yang singkat serta memiliki hasil yang sangat baik pula.
Bakat sudah dimiliki oleh manusia sejak ia lahir.Bakat setiap orang berbeda-
beda.Ada yang pandai menari, menyanyi, melukis, memasak, dan lain
sebagainya.Faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat yang dimiliki oleh
seseorang diantaranya adalah sebagai berikut.
 Tingkat pendidikan yang dilalui.
 Lingkungan sekitar.
 Struktur syaraf serta motorik.
 Motivasi.
 Minat.
 Emosi.

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
2.1.2 Pengertian Bakat Menurut Para Ahli
Berikut ini merupakan pengertian bakat menurut para ahli:

 Brigham (Dalam Suryabrata 1995)

Pengertian bakat menurut Brigham adalah sesuatu yang menjadi titik berat
yang sudah dimiliki setiap manusia yang sudah didapatkan dari latihan latihan
tertentu dari peforma ataupun kinerjanya.

 Crow dan Crow (1989)

Selain Brigham, Crow dan Crow juga mendevinisikan pengertian bakat.


Menurutnya, bakat merupakan sebuah kualitas yang dimiliki oleh setiap orang
yang mana dalam tingkatan yang sangat beragam satu sama lainnya.

 Guidford (Dalam Suryabrata, 1995)

Definisi bakat menurut Guidford adalah sebuah hal yang memiliki corak
yang berbeda, bakat merupakan kemampuan kinerja yang mana mencakup
dimensi psikomotor, dimensi intelektual, serta dimensi perseptual.

 Kamus Besar Bahasa Indonesia

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Bakat merupakan dasar


“kepandaian, sifat dan pembawaan” yang dibawa sejak lahir.

 Kartini Kartono (1979)

Kartini Kartono berpendapat bahwa bakat merupakan hal yang mencakup


segala faktor yang ada di dalam diri individu yang dimiliki sejak awal pertama
kehidupannya dan kemudian menumbuhkan perkembangan keahlian, ketrampilan,
dan kecakapan tertentu. Bakat ini sifatnya laten potensial, sehingga masih bisa
tumbuh dan dikembangkan.

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
 M. Ngalim Purwanto (Menurut Buku Psikologi Pendidikan)

M. Ngalim Purwanto berpendapat bahwa kata bakat lebih dekat


definisinya dengan aptitude yang memiliki arti kecakapan pembawaan, yang mana
mengenai kesanggupan dan potensi tertentu yang dimiliki oleh seseorang.

 Suganda Pubakawatja (1982)

Suganda Pubakawatja (1982) berpendapat bahwa bakat merupakan benih


yang berasal dari suatu sifat yang mana baru akan tampak nyata jika seseorang
tersebut mendapat sebuah kesempatan dan kemungkinan untuk dapat
mengembangkannya.

 Sarwono (1986)

Pengertian bakat menurut Sarwono adalah bakat merupakan kondisi yang


ada di dalam diri seseorang yang mana memungkinkannya dengan latihan latihan
khusus dalam mencapai pengetahuan, ketrampilan khusus, serta kecakapan.

 S.C Utami Munandar (1985)

Menurut S.C Utami Munandar, bakat atau aptitude dapat diartikan sebagai
sebuah kemampuan bawaan dari seseorang yang mana sebagai potensi yang masih
perlu untuk dikembangkan lebih lanjut dan dilatih agar dapat mencapai impian
yang ingin diwujudkan.

 William B. Michael

Pengertian bakat menurut William B. Michael adalah kapasitas yang ada


pada diri seseorang yang mana dalam melakukan tugas serta melakukannya
dipengaruhi oleh latihan yang sudah dijalaninya.

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
 Woodworth dan Marquis

Woodworth dan Marquis juga berpendapat bahwa bakat adalah sebuah


prestasi yang mana dapat diramalkan serta diukur dengan melalui sebuah tes
khusus. Oleh karena itu, bakat bisa dikategorikan sebagai sebuah kemampuan atau
ability. Ability sendiri sebenarnya mempunyai 3 arti, antara lain adalah:
 Achievement merupakan actual ability, yang mana dapat diukur
langsung dengan menggunakan alat ataupun tes tes tertentu. (baca juga:
Cara Mendidik Anak Hiperaktif)
 Capacity, merupakan potential ability yang mana hal tersebut dapat
diukur dengan cara tidak langsung yaitu melalui kecakapan individu yang
mana kecakapan ini dapat dikembangkan dengan perpaduan antara dasar
dengan latihan yang intensif serta pengalaman.
 Aptitude, merupakan kualitas yang mana hanya dapat diukur dengan
tes tes yang memang ditujukan untuk tujuan tersebut.

 Kapita Selekta Pendidikan SD

Bakat adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu tugas tanpa banyak


bergantung pada latihan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa bakat merupakan potensi
yang ada dalam diri seseorang yang perlu dilatih dan dikembangkan karena tanpa
latihan dan pengembangan maka bakat yang ada dalam diri seseorang tidak akan
terwujud.

2.1.3 Jenis-Jenis Bakat


Bakat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Bakat Umum
Bakat umum adalah kemampuan yang memang berupa potensi
dasar yang bersifat umum.Hal ini dapat diartikan apabila semua orang
memang mempunyainya.

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
2. Bakat Khusus
Bakat khusus adalah kemampuan yang mana memang berupa
potensi khusus, yang berarti tak semua orang mempunyainya. Contoh
bakat khusus adalah bakat olahraga, seni, pemimpin, penceramah, dan lain
sebagainya.Bakat khusus dibedakan menjadi berbagai macam, sebagai
berikut.
 Bakat verbal adalah bakat yang ditunjukan dengan konsep dalam
bentuk kata-kata.
 Bakat numerikal adalah bakat yang mengenai konsep dalam bentuk
angka-angka.
 Bakat skolastik adalah kombinasi dari kata dan angka. Bakat skolastik
terdiri dari kemampuan dalam menalar, berpikir, mengurutkan,
menciptakan hipotesis, pandangan hidup yang sifatnya rasional, dan
lain-lain. Biasanya kecerdasan ini ditemukan pada akuntan, ilmuwan,
pemograman, dan lain sebagainya.
 Bakat abstrak adalah bakat yang bukan dalam bentuk angka maupun
kata namun lebih dalam bentuk pola, rancangan, ukuran, bentuk serta
posisi-posisinya.
 Bakat mekanik biasanya dalam bentuk prinsip-prinsip umum IPA, tata
kerja, alat alat, dan lainnya.
 Bakat relasi ruang (spasial) adalah jenis bakat yang digunakan guna
mengamati serta menceritakan pola 2 dimensi ataupun berpikir 3
dimensi. Bakat relasi ruang atau spesial akan membuat seseorang
mempunyai sifat peka yang tajam kepada dalam detail visual. Bakat ini
biasanya dimiliki oleh fotografer, artis, pilot, arsitek, dan lain
sebagainya.
 Bakat kecepatan ketelitian klerikal adalah bakat yang berupa tulis
menulis, meramu dalam laboraturium, dan lain-lain.
 Bakat bahasa adalah bakat yang berupa penalaran analistis bahasa.
Bakat bahasa biasanya dimiliki oleh penyiaran, editing, hukum,
pramuniaga, jurnalistik, dan lain-lain.

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
 Bakat Seni, Bakat khusus dalam bidang seni, misalnya mampu
mengaran semen musik yang banyak digemari orang, menciptakan lagu
dalam waktu yang singkat dan mampu melukis dengan indah dalam
waktu yang relatif singkat. Mengenali bakat seni bergantung pada
metode observasi yang dinilai oleh ahli dalam bidang seni. Diharapkan
ahli-ahli tersebut tidak hanya menilai kemampuan reproduktif di bidang
eni, tetapi juga kemampuan inovatif, melalui kecenderungan untuk
dapat melepaskan diri dari bentuk seni yang konvensional tradisional
(Munandar 1999).
 Bakat Kinestik/Psikomotorik, Bakat khusus kinestik/psikomotorik,
antara lain sepak bola dan bulu tangkis. Kemampuan psikomotor tidak
hanya diperlukan dalam berolah raga namun juga berbagai kegiatan lain
seperti memainkan alat musik dan drama, menari, dsb. Derajad
keterampilan motorik yang diperlukan untuk masing-masing kegiatan
berbeda-beda. Dalam melakukan identifikasi kemampuan psikomotorik,
diperlukan pemahaman mengenai kemampuan-kemampuan yang terkait
dengan kemampuan psikomotorik yang akan diukur. Kemampuan-
kemampuan yang terkait dengan kemampuan psikomotorik adalah
kemampuan intelektual, kemampuan khusus yang berkaitan dengan
bakat, tingkat perkembangan keseluruhan badan misalnya, kelenturan,
kecepatan, koordinasi, dll.
 Bakat Sosial. Bakat khusus di bidang sosial antara lain mahir
melakukan negosiai, menawarkan suatu produk, berkomunikasi dalam
organisai, dan mahir dalam kepemimpinan. Bakat sosial didefinisikan
oleh Marlan (Munandar, 1999) sebagai bakat yang tidak hanya
mencakup kemampuan intelektual, tetapi juga kepribadian.Faktor yang
paling erat kaitannya dengan kepemimpinan adalah kapasitas, prestasi,
tanggung jawab, peran serta, status, dan situasi (Stogdill, dikutip
Katena, dalam Munandar, 1999).

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
2.3 Identifikasi dan Pengukuran Bakat Dan Kreativitas
2.3.1 Alasan Untuk Menemu kenali Bakat Kreatif
Dari berbagai alasan yang dikemukakan untuk mengukur bakat kreatif,
lima alasan tampak paling penting yaitu untuk tujuan pengayaan (enrichment),
remedial, bimbingan kejuruan, penilaian program pendidikan, dan mengkaji
perkembangan kreativitas pada berbagai tahap kehidupan.
1. Pengayaan
Tujuan utama tes kreativitas adalah untuk mengidentifikasi bakat kreatif
anak. Karena kreativitas sangat bermakna dalam hidup, masyarakat terutama
orangtua dan guru ingin memberikan pengalaman pengayaan kepada mereka yang
berbakat kreatif.
Secara historis, keterbakatan diartikan sebagai mempunyai inteligensi (IQ)
yang tinggi, dan tes inteligensi tradisional merupakan ciri utama untuk
mengidentifikasikan anak berbakat intelektual. Anak berbakat intelektual
diizinkan meloncat kelas, atau masuk kelas khusus (advanced placement class)
yang menuntut mereka harus bekerja lebih banyak dan lebih keras.
Lewis Terman telah melakukan studi longitudinal terhadap 1528 anak dan
remaja dengan IQ 140 atau lebih, disebut genius. Terman menemukan bahwa
meskipun siswa-siswi ini mencapai prestasi lebih tinggi dari rata-rata siswa, tetapi
hanya sedikit sekali di antara mereka yang menjadi termasyur karena kualitas dan
kinerjanya, disebut sindrom siswa baik; dalam upaya untuk berhasil di sekolah
dan dalam hidup, agaknya mereka kurang memiliki atau kehilangan imajinasi
petualangan yang diperlukan untuk mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi.
Kesamaan antara inteligensi dan talenta khusus adalah apa yang
disebut precocity(keadaan cepat menjadi matang). Anak yang precocious adalah
seseorang yang mampu melakukan hal-hal yang biasanya dilakukan oleh mereka
yang lebih tinggi usianya. Keuntungan ini dapat atau tidak dapat dipertahankan
selama jangka hidup, tetapi bagaimanapun, prococity belum tentu berarti mampu
mencapai produktivitas yang orisinil disebut prodigiousness. Childprodigy adalah
seseorang yang prestasinya begitu luar biasa dan langka sehingga menakjubkan.

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
2. Remediasi
Alasan untuk melakukan pengukuran (assessment) adalah untuk
menemukenali mereka yang kemampuan kreatifnya sangat rendah.
Yang tidak menguntungkan adalah bahwa program remedial dalam kreativitas
masih sangat langka, karena kita kurang mengetahui bagaimana melakukan hal
ini, banyak orang melihat kreativitas sebagai bakat pembawaan dan tidak sebagai
suatu kapasitas yang dapat dipelajari dan dilatih.

3. Bimbingan Kejuruan
Untuk membantu siswa memilih jurusan pendidikan dan karier masih
tahap awal. Informasi mengenai kemampuan ini berguna dalam menyarankan
siswa mengikuti pendidikan dan kejuruan yang menuntut kemampuan kreatif.

4. Evaluasi Pendidikan
Pendidik sering mengalami kesulitan untuk memutuskan apakah sekolah
akan menggunakan program pengembangan kreativitas. Dapat menyebabkan
menurunnya prestasi belajar siswa. Sesungguhnya faktor-faktor lainlah
bertanggung jawab untuk menurunnya rata-rata prestasi siswa, yaitu terlalu
banyak menonton televisi, kurangnya pengawasan atas pekerjaan rumah, dan
peningkatan jumlah siswa yang kemampuannya rendah. Kurangnya evaluasi hasil
pendidikan menyulitkan untuk menentukan apakah programnya efektif.
Diperlukan evaluasi pendidikan secara menyeluruh dan berkelanjutan.

5. Pola Perkembangan Kreativitas


Pakar psikologi tertarik untuk mengetahui pola perkembangan kreativitas
karena dua alasan: pertama, mereka ingin mengetahui bagaimana pertumbuhan
dan penurunan kreativitas pada macam-macam tipe orang; dan kedua, mereka
ingin mengetahui apakah ada masa puncak kala mana kreativitas sebaiknya
dilatih.Penelitian seperti ini menghadapi masalah khusus; untuk membandingkan
kelompok usia usia (atau kelompok suku, jenis kelamin dll) perlu menggunakan
tes yang sama atau sebanding.

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
6. Tujuan Penggunaan Tes Kreativitas
Ada 3 penggunaan utama untuk tes kreativitas, yaitu untuk
mengidentifikasi siswa berbakat kreatif, untuk tujuan penelitian, dan untuk tujuan
konseling.
a. Identifikasi Anak Berbakat Kreatif
Tes kreativitas sering digunakan untuk mengidentifikasi siswa berbakat
kreatif untuk program anak berbakat intelektual. Kebanyakan program anak
berbakat berasaskan bahwa siswa kreatif perlu diidentifikasikan dan kreativitas
perlu diajarkan.
b. Penelitian
Penelitian membantu kita memahami perkembangan kreativitas. Tes
kreativitas dalam penelitian dapat digunakan dengan dua cara. Pertama, untuk
mengidentifikasi orang-orang kreatif dan membandingkan mereka dengan orang-
orang biasa. Kedua, tes kreativitas dalam penelitian dapat digunakan untuk
menilai dampak pelatihan kreativitas terhadap kekreatifan peserta.
c. Konseling
Konselor atau psikolog sekolah di sekolah dasar dan menengah
memerlukan informasi mengenai seorang siswa yang dikirim karena sikapnya
yang apatis, tidak kooperatif, berprestasi kurang, atau karena masalah lain.
Mungkin saja siswa itu sebetulnya kreatif, tetapi tidak tahan akan pekerjaan rutin
yang baginya membosankan, sikap guru yang otoriter dan kurang memberikan
kebebasan dalam ungkapan diri.
Tes kreativitas dapat membantu konselor, guru, orangtua, dan siswa sendiri
untuk mengenali dan memahami bakat kreatif siswa yang terpendam. Informasi
ini memungkinkan guru untuk merancang kegiatan yang menantang dan menarik
bagi siswa kreatif.

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
2.3.2 Jenis Alat Untuk Mengukur Bakat Kreatif
Potensi kreatif dapat diukur melalui beberapa pendekatan, yaitu
pengukuran langsung; pengukuran tidak langsung, dengan mengukur unsur-unsur
yang menandai ciri tersebut; pengukuran ciri kepribadian yang berkaitan erat
dengan ciri tersebut; dan beberapa jenis ukuran yang bukan tes. Pendekatan
kelima adalah dengan menilai produk kreatif nyata.

1. Tes yang Mengukur Kreativitas secara Langsung


Sejumlah tes kreativitas telah disusun dan digunakan, antara lain tes
terkenal dari Torrance yang digunakan untuk mengukur pemikiran kreatif
(TorranceTestofCreativeThinking: TICT) yang mempunyai bentuk verbal dan
bentuk figural. Ada yang sudah diadaptasi untuk Indonesia, yaitu Tes Lingkaran
(CirclesTest) dari Torrance.tes ini pertama kali digunakan di Indonesia dalam
penelitian Utami Munandar (1997) untuk disertasinya “GreativityandEducation”,
dengan tujuan membandingkan ukuran kreativitas verbal dengan ukuran
kreatifitas figural.

2. Tes yang Mengukur Unsur-Unsur Kreativitas


Kreativitas merupakan suatu konstruk yang multidimensi, terdiri dari
berbagai dimensi, yaitu dimensi kognitif (berpikir kreatif), dimensi afektif (sikap
dan kepribadian), dan dimensi psikomotorik (keterampilan kreatif). Masing-
masing dimensi meliputi berbagai kategori, misalnya dimensi kognitif dari
kreativitas-berpikir divergen-mencakup antara lain kelancaran, kelenturan, dan
orisinalitas dalam berpikir, kemampuan untuk memperinci (elaborasi), dll.

3. Tes yang Mengukur Ciri Kepribadian Kreatif


Beberapa tes mengukur ciri-ciri khusus, antara lain adalah :
 Tes Mengajukan Pertanyaan, yang merupakan bagian dari Tes Torrance
untuk Berpikir Kreatif.
 Tes RiskTaking, digunakan untuk menunjukkan dampak pengambilan
resiko terhadap kreativitas.

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
 Tes Figure Preference dari Barron-Welsh yang menunjukkan dampak
pengambilan risiko terhadap kreativitas.
 Tes Sex Role Identity untuk mengukur sejauh mana seseorang
mengidentifikasikan diri. Dengan peran jenis kelaminnya. Alat yang sudah
digunakan di Indonesia adalah Bem Sex RoleInventory.

4. Pengukuran Bakat Kreatif secara Non-Tes


Dalam upaya mengatasi keterbatasan tes tertulis untuk mengukur
kreativitas dirancang beberapa pendekatan alternatif.
 Daftar Periksa (Cheklist) dan Kuesioner
Alat ini disusun berdasarkan penelitian tentang karakteristik khusus yang
dimiliki pribadi kreatif.
 Daftar Pengalaman
Teknik ini menilai apa yang telah dilakukan seseorang di masa lalu.
Beberapa studi menemukan korelasi yang tinggi antara “laporan diri” dan
prestasi kreatif di masa depan. Format yang paling sederhana adalah
meminta seseorang menulis autobiografi singkat, yang kemudian dinilai
untuk kuantitas dan kualitas perilaku kreatif.
` Metode yang paling formal adalah The State of Past Creative
Activities yang dikembangkan oleh Bell. Instruksinya: “Daftarlah kegiatan
kreatif yang telah Anda lakukan selama 1-3 tahun terakhir. Meliputi kegiatan
seni, sastra, atau ilmiah.
5. Pengamatan Langsung terhadap Kinerja Kreatif
Mengamati bagaimana orang bertindak dalam situasi tertentu nampaknya
merupakan teknik yang paling absah, tetapi makan waktu dan dapat pula
bersifat subyektif.

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
2. 3. 3 Alat Identifikasi Berdasarkan Enam Bidang Bakat
Sesuai dengan definisi U.S.O.E., bakat kreatif merupakan salah satu dari
enam bidang keberbakatan. Definisi Marland tentang kebebakatan, membedakan
enam bidang keberbakatan yaitu:
 Bakat intelektual umum
 Bakat akademik khusus
 Bakat kreatif-produktif
 Bakat kepemimpinan
 Bakat seni visual dan pertunjukkan
 Bakat psikomotor
1. Identifikasi Kemampuan Intelektual Umum
Untuk mengidentifikasi kemampuan intelektual umum ditentukan taraf
inteligensi atau IQ (IntelligenceQuotient). Ada dua macam tes inteligensi, yaitu
tes inteligensi individual dan tes inteligensi kelompok.
Tes inteligensi individual merupakan cara yang lebih cermat untuk
menemu kenali kemampuan intelektual umum anak, karena diberikan secara
perorangan sehingga memungkinkan mengobservasi anak ketika dites. Tes
inteligensi individual membutuhkan banyak waktu untuk pengetesannya, dan
biaya pengetesan termasuk cukup mahal.
Tes inteligensi kelompok lebih efisien, baik dalam ukuran waktu dan
biaya. Keterbatasannya adalah bahwa tes inteligensi kelompok tidak
memungkinkan kontak dan pengamatan anak selama diuji, sehingga sulit
diketahui apakah hasil tes inteligensi kelompok sudah optimal, dalam arti betul-
betul menggambarkan kemampuan intelektual anak. Tes inteligensi kelompok
yang banyak digunakan di Indonesia adalah tes ProgressiveMatrices dari Raven,
Culture-FairIntelligenceTest (CFIT), dan Tes Inteligensi Kolektif Indonesia
(TIKI). Yang terakhir khusus dikembangkan untuk Indonesia oleh Fakultas
Psikologi Universitas Padjajaran dan FreeUniversityof Amsterdam, Belanda.
Tes inteligensi kelompok biasanya digunakan pada tahap pertama, yaitu
tahap penjaringan (screening) dengan tujuan dapat menjaring dengan waktu
singkat siswa yang memenuhi syarat untuk mengikuti tahap berikutnya yaitu

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
tahap penyaringan (tahap seleksi). Pada tahap kedua ini digunakan tes inteligensi
individual dengan tujuan mengambil keputusan tentang siswa mana yang dapat
dikategorikan sebagai berbakat intelektual dan dapat mengikuti program
pendidikan keberbakatan.
Identifikasi siswa berbakat berlangsung dalam dua tahap, yaitu tahap
penjaringan dan tahap penyaringan. Pada tahap penjaringan diberi tes Progressive
Matrices dan tes Prestasi Belajar Baku (Standardized Achievement Test). Semua
siswa yang mencapai skor inteligensi di atas rata-rata boleh meneruskan
mengikuti tahap penyaringan; tes yang diberikan pada tahap ini adalah Tes
Kreeativitas Verbal (TKV) dan Tes Inteligensi Kolektif Indonesia (TIKI). Yang
terakhir, meskipun diberikan kepada kelompok tetapi dinilai cukup cermat dan
andal, karena tes ini meliputi sebelas subtes yang masing-masing mengukur
bidang kemampuan intelektual yang berbeda, sehingga memberikan profil yang
lebih berdiferensiasi tentang bakat intelektual siswa, dibandingkan tes Progressive
Matrices yang hanya terdiri dari satu tipe tes.

2. Identifikasi Bakat Akademik Khusus


Cara lain untuk mengidentifikasi anak berbakat intelektual adalah dengan
melihat prestasi akademis, bersama-sama dengan pengukuran IQ. Jika tes
inteligensi bertujuan mengukur kapasitas untuk berprestasi baik di sekolah, tes
prestasi akademis bertujuan mengukur pembelajaran dalam arti pengetahuan
tentang fakta dan prinsip, dan dapat ditambahkan kemampuan untuk
menerapkannya dalam situasi kompleks dan yang menyerupai hidup.
Prestasi belajar dapat diukur sehubungan dengan kinerja pada mata ajaran
di sekolah dalam kelas tertentu, dalam hal ini tes dapat dibuat oleh guru sendiri,
atau dapat diukur sehubungan dengan apa yang diharapkan dipelajari oleh siswa
dari tingkat kelas tertentu di seluruh negeri (secara nasional); dalam hal ini diberi
tes prestasi belajar baku. Tes ini terdiri dari berbagai subtes, dan memberikan
petunjuk sejauh mana peserta tes memenuhi syarat untuk mengikuti pendidikan
tersier.

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
3. Identifikasi Bakat Kepimpinan
Kemampuan untuk memimpin tidak hanya mencakup kemampuan
intelektual, tetapi juga peubah kepribadian lainnya. Berdasarkan tinjauan teori dan
hasil riset, pada umumnya ditemukan faktor berikut yang paling erat kaitannya
dengan kepemimpinan:
a. Kapasitas
b. Prestasi
c. Tanggung jawab
d. Peran serta
e. Status
f. Situasi

4. Identifikasi Bakat Seni Visual dan Pertunjukan


Menemu kenali bakat dalam bidang seni visual dan pertunjukkan tidak
mudah. Masalahnya adalah bahwa beragamnya kategori talenta dan belum adanya
alat yang canggih untuk mengukur bermacam-macam bidang talenta tersebut.
Baik teori maupun hasil penelitian menekankan bahwa pada umumnya
orang yang bertalenta dalam seni visual dan pertunjukkan pada umumnya juga
memiliki tingkat inteligensi dan kreativitas yang cukup tinggi, di samping
kemampuan dan keterampilan khusus dalam bidang seni. Oleh karena itu setiap
pendekatan untuk menemukenali talenta dalam bidang seni visual dan
pertunjukkan harus mengikutsertakan peubah tersebut. Tes inteligensi dan tes
kreativitas dapat secara umum digunakan untuk semua bidang talenta.
Jika alat psikometris yang sesuai belum ada, identifikasi bakat dalam
bidang seni visual dan pertunjukkan bergantung pada metode observasi, yang
dinilai oleh ahli-ahli dalam bidang seni tersebut. Diharapkan ahli-ahli tersebut
tidak hanya menilai kemampuan reproduktif, tetapi juga kemampuan inovatif,
dengan kecenderungan untuk dapat melepaskan diri dari bentuk seni yang
konvensional tradisional semata-mata.

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
5. Identifikasi Bakat Psikomotor
Kemampuan psikomotor diperlukan dalam kegiatan manusia dan dapat
diamati jika seseorang belajar melakukan kegiatan olahraga dan atletik,
menangani macam-macam peralatan mesin, atau jika ia memainkan alat musik
atau main drama. Drajat diperlukannya keterampilan psikomotor dalam berbagai
kegiatan tersebut berbeda.
Untuk mengidentifikasikan tingkat kemampuan psikomotor, sebaiknya
dilakukan penjaringan terlebih dahulu untuk menentukan tingkat kemampuan
intelektual, kemampuan yang khusus berkaitan dengan bidang talenta,
kemampuan berpikir kreatif jika kemampuan psikomotor tersebut memerlukan
inovasi (misalnya untuk dapat merancang perabot baru, atau bagi musikus untuk
dapat melakukan improvisasi), dan tingkat perkembangan keseluruhan badan atau
bagian badan yang berhubungan denganb kemampuan yang dicari, misalnya,
kekuatan, kcepatan, koordinasi, kelenturan, dll. Tes inteligensi WISC disamping
bagian verbal (yang menghasilkan IQ Performancedengansubtes yang dapat
memberikan informasi bermanfaat mengenai koordinasi visual motoris, organisasi
visual, dan organisasi persepsi.

6. Identifikasi Bakat Kreatif


Kreativitas merupakan bentuk bakat yang majemuk, oleh karena itu
penyusunan ukuran-ukuran untuk mengidentifikasi bakat kreatif harus dimulai
dengan definisi kerja dari konsep tersebut. Psikolog terkemuka dalam bidang
pengukuran kreativitas adalah J.P. Guilford dan E.P. Torrance. Pada umumnya alat
tes mereka mengutamakan kemampuan berpikir seperti kelancaran, kelenturan,
orisinalitas, dan elaborasi, namun pendekatan mereka berbeda. Torrance (1974)
mengukur kemampuan melalui penampilan beberapa tugas majemuk yang
dirancang untuk memicu ungkapan beberapa kemampuan pada saat yang sama,
sedangkan Guilford (1976) mengukur berpikir divergen dengan menggunakan
format tes yang pada umumnya menuntut subjek untuk berespons terhadap
banyak stimulus (rangsangan), yang masing-masing mengukur komponen khusus
dari struktur intelek.

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
Sehubungan dengan konsep kreativitas sebagai kemampuan untuk
membentuk asosiasi, perangkat yang terkenal adalah alat dari Mednick dan
Mednick (1967) yang menuntut penyusunan tiga stimulus untuk menghasilkan
satu asosiasi yang jauh dan orisinil (The RemoteAssociatesTest) yang terdiri atas
32 set tiga kata, yang masing-masing mempunyai kaitan yang lemah (jauh)
dengan pikiran kebanyakan orang. Subjek diminta untuk menemukan kata
keempat yang ada kaitannya dengan masing-masing dari tiga kata pertama. Hanya
ada satu jawaban yang tepat, hal mana menimbulkan kritik bahwa tes
kreativitasnya seharusnya memungkinkan berbagai alternatif jawaban terhadap
suatu masalah (berpikir divergen). Namun, terrnyata tes ini berhasil ntuk
mengidentifikasikan secara cepat, sederhana dan tepat, mereka yang mempunyai
bakat kreatif tinggi.
Sebagai tambahan, ada alat tes yang mengidentifikasikan pribadi kreatif melalui:
· Biografi atau persepsi kreatif
· Alat yang mengukur sikap dan motivasi
· Alat yang mengukur konsep diri kreatif
· Alat ukur kecenderungan konformitas-nonkonformitas
· Alat yang mengukur fungsi belahan otak kiri dan kanan
· Alat yang mengukur berpikir kreatif dalam tindakan dan gerakan.
Inventori kepribadian digunakan untuk mempelajari kepribadian kreatif,
tetapi bukan terutama untuk mengukur kreativitas. Beberapa pendekatan yang
efektif untuk mengidentifikasi karakteristik individu yang kreatif antara lain
melalui wawancara sejarah hidup dan penilaian ciri kepribadian.
Hanya sedikit instrumen yang mengukur prestasi kreatif, diantaranya
Daftar Periksa (Chekslist) atau petunjuk dan prestasi kreatif dari kehidupan nyata.
Identifikasi talenta kreatif dilakukan melalui beberapa cara yang meliputi ukuran
kemampuan berpikir kreatif, orisinalitas, imagery kreatif, dan persepsi diri kreatif.

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
2.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bakat dan Kreativitas
2.4.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat Khusus.
Bakat sebagai potensi masih memerlukan pengembangan agar dapat
diwujudkan dalam bentuk prestasi. Sejumlah faktor yang mempengaruhi
perkembangan bakat khusus dikelompokkan ke dalam dua golongan: yaitu, Faktor
Internal dan Faktor Eksternal. Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari
dalam diri individu, yang mencakup: minat, motif berprestasi, keberanian
mengambil resiko, ulet dan tekun, serta kegigihan dan daya juang. Adapun Faktor
eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari lingkungan tempat seorang anak
tumbuh dan berkembang. Yang meliputi: kasempatan maksimal untuk
mengembangkan diri, sarana dan prasarana, dukungan dan dorongan orang
tua/keluarga, lingkungan tempat tinggal dan pola asuh.

2.4.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kreativitas


Kreativitas membutuhkan rangsangan dari lingkungan untuk berkembang
secara optimal. Beberapa faktor yang menentukan adalah:
1. Kebebasan: orang tu yang percaya untuk memberikan kebebasan kepada
anak.
2. Respek: orang tua yang menghormati anaknya sebagai individu, percaya
akan kemampuan anak mereka, dan menghargai keunikan anak mereka.
3. Kedekatan emosi yang sedang: kreativitas akan dapat dihambat dengan
suasana emosi yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan, atau rasa
terpisah.
4. Prestasi bukan angka: orang tua anak kreatif menghargai prestasi anak,
mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya, dan menghasilkan karya-
karya yang baik.
5. Orang tua aktif dan mandiri: sikap orang tua terhadap diri sendiri amat
penting karena orang tua merupakan model bagi anak.
6. Menghargai kreativitas: anak yang kreatif memperoleh banyak dorongan dari
orang tua untuk melakukan hal-hal yang kreatif.

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
2.4.3 Kendala-Kendala Dalam Mengembangkan Bakat dan Kreativitas
Kendala terhadap produktifitas kreatif dapat bersifat internal, yaitu berasal
dari individu itu sendiri. Dapat pula bersifat eksternal, yaitu terletak pada
lingkungan individu, baik lingkungan makro maupun lingkungan mikro. Kendala
internal yaitu keyakinan bahwa lingkunganlah yang menyebabkan dirinya tidak
mempunyai kesempatan mengembangkan kreativitasnya. Kendala eksternal antara
lain yaitu tentang evaluasi, pujian, perasaan diamati selagi mengerjakan sesuatu,
pemberian hadiah dan persaingan.

2.5 Gambaran Umum Tentang Motivasi


2.5.1 Pengertian Motivasi
Pengertian motivasi menurut kamus bahasa Indonesia adalah dorongan
yang timbul dalam diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan
tindakan, tujuan tertentu. Menurut E. Kusuma Fachrudin (2000:44) motivasi
dibedakan atas dua golongan yaitu :
a. Motivasi asli. Motivasi asli adalah motivasi untuk berbuat sesuatu atau
dorongan untuk melakukan sesuatu yang muncul secara kodrati pada diri
manusia.
b. Motivasi Buatan. Motivasi buatan adalah motivasi yang masuk pada diri
seseorang baik usaha yang disengaja maupun secara kebetulan.
Sejalan dengan pendapat Irianto (1997:247), motivasi eksternal
adalah setiap pengaruh dengan maksud menimbulkan, menyalurkan atau
memelihara perilaku manusia.Dipertegas oleh Mulia Nasution (2000:11),
motivasi dari luar adalah pembangkit, penguat, dan penggerak seseorang
yang diarahkan untuk mencapai tujuan.Dari beberapa pendapat diatas
maka, jelas motivasi merupakan faktor yang berarti dalam mendorong
seseorang untuk menggerakan segala potensi yang ada, menciptakan
keinginan yang tinggi serta meningkatkan semangat sehingga tujuan yang
diinginkan dapat tercapai.
Menurut Sudirma (2007) motiv yang diartikan sebagai penggerak
yang mendorong seseorang melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk
mencapai suatu tujuan. Motiv yang sudah aktif disebut motivasi,

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
sedangkan menurut Berelson dan Stener (dalam Sofiah nur. 2003 : 14)
mendifinisikan motiv sebagai suatu keadaan didalam diri seseorang yang
mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan dan mengarahkan perilaku
pada tujuan. Sedangkan menurut Koontz motivasi adalah istilah umum
mencakup keseluruhan dorongan, keinginan, kebutuhan, dan daya yang
sejenis.Hal-hal yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu berawal
dari luar diri seseorang disebut motivator. Sedangkan menurut Mc Donald,
dalam Sudirma (2007) mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan
energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “filing” dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Para pakar Humanistik menitik-beratkan pentingnya motivasi dari
dalam diri sendiri (self motivation).Mereka menganjurkan agar guru-guru
mendorong dan menumbuh kembangkan rasa ingin tahu dan minat siswa
dalam belajar, sedangkan para pakar Behavioristik pula menekankan
pentingnya guru menciptakan kondisi belajar yang dapat memotivasi
siswa.Mereka menganjurkan agar guru mengaitkan kegiatan belajar
dengan rangsangan yang menimbulkan perasaan senang dan membentuk
tingkah laku siswa.
Motivasi merupakan jantung-nya proses belajar, oleh kerana
motivasi begitu penting dalam proses pembelajaran, maka dalam kegiatan
belajar mengajar, apabila ada seorang siswa misalnya tidak berbuat sesuatu
yang seharusnya ia kerjakan, maka perlu diselidiki sebabnya. Sebab-sebab
itu bisa bermacam-macam, mungkin ia kurang senang, mungkin ia sakit,
lapar atau ada problem pribadi dalam diri siswa tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan dalam diri siswa tersebut
untuk melakukan sesuatu, karena tidak punya tujuan atau kebutuhan akan
belajar. Maka tugas guru yang pertama dan terpenting adalah
membangkitkan atau membangun motivasi siswa terhadap apa yang akan
dipelajari oleh pelajar. Motivasi bukan hanya menggerakkan tingkah laku,
tetapi juga mengarahkan dan memperkuat tingkah laku. Siswa yang
bermotivasi dalam pembelajaran akan menunjukkan minat, semangat dan

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
ketekunan yang tinggi dalam pembelajaran, tanpa banyak bergantung
kepada guru.

2.5.2 Jenis Motivasi


Menurut para pakar motivasi terdapat dua jenis motivasi yang
umum, yaitu motivasi intrinsic dan ekstrinsik.Motivasi intrinsik adalah
keinginan untuk melakukan sesuatu, yang disebabkan oleh faktor
dorongan yang berasal dari dalam diri sendiri dengan hasrat untuk
mencapai tujuan tertentu, sedangkan motivasi ekstrinsik, yaitu keinginan
untuk melakukan sesuatu yang disebabkan oleh faktor dorongan dari luar
diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Didalam proses belajar, motivasi intrinsik lebih berperan untuk
mendorong siswa dalam belajar. Namun bukan berarti motivasi ekstrinsik
tidak diperlikan dalam proses belajar mengajar, motivasi ekstrinsik dapat
memancing timbulnya motivasi intrinsik. Banyak siswa yang termotivasi
secara ekstrinsik dapat berhasil dalam belajar, seperti halnya dengan siswa
yang termotivasi secara intrinsik, hal ini bergantung bagaimana guru dapat
membantu siswa dengan cara yang tepat sesuai dengan keperluan siswa.
Ada berbagai cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam membangkitkan
motivasi siswa dalam belajar, seperti memberikan penghargaan atau
hukuman, memberikan hadiah atau hukuman, dan memberitahu kemajuan
yang dicapai oleh siswa. Masing-masing teknik membangkitkan motivasi
mempunyai kelebihan dan kelemahan sendiri, bergantung bagaimana guru
harus menentukan cara yang paling tepat sehingga dengan melihat
berbagai kelemahan, jika dapat dikurangi atau bahkan dihindarkan sama
sekali, dan sebaliknya kelebihan yang ada dalam membangkitkan motivasi
siswa dapat dikembangkan.
Dari beberapa teori yang telah dikemukakan di atas, penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada
diri seseorang untuk melakukan suatu perbuatan, yang disebabkan adanya
tujuan, baik dari internal maupun external.

2. 5. 3 Guru Sebagai Motivator

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
Sebagai seorang guru, kita memiliki tanggung jawab dan tugas
yang harus dilaksanakan sesuai dengan tuntutan profesi guru. Tugas utama
dan terpenting yang menjadi tanggung jawab seorang guru adalah
memajukan, merangsang dan membimbing pelajar dalam proses belajar.
Segala usaha kearah itu harus dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam
menjalankan tugasnya, yaitu menjadikan pembelajar bermakna serta
memotivasi siswa dalam belajar.Oleh itu untuk menjadikan pembelajaran
dikelas berkesan maka guru harus berusaha memahami makna motivasi
belajar itu sendiri dan mengembangkan serta menggerakkan motivasi
pembelajaran pelajar itu ketahap yang maksimum.
Guru dapat memahami motivasi belajar jika sewaktu mengajar dia dapat
melaksanakan langkah-langkah seoerti berikut: (1) Memahami tingkat
kecerdasan siswanya. (2) Melaksanakan teknik memotivasi siswa. (3)
Merumuskan tujuan belajar dan mengaitkan tujuan itu dengan minat siswa.
(4) Menerapkan kebiasaan bertanya kepada siswa. (5) Melaksanakan
aktivitas pengajaran dengan urutan yang sistematik. (6) Melaksanakan
penilaian diagnostik. (7) Melaksanakan komunikasi dengan siswa yang
kesulitan dalam belajar.
Memotivasi siswa merupakan salah satu langkah awal yang harus
dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran. Jika guru telah berhasil
membangun motivasi siswa sewaktu pembelajaran berlangsung,guru itu
telah berhasil dalam mengajar. Namun tugas ini tidaklah mudah,
memotivasi siswa tidak hanya menggerakan siswa agar aktif dalam belajar,
akan tetapi juga mengarahkan dan membimbing siswa agar termotivasi
untuk belajar secara terus-menerus, walaupun dia berada di luar kelas
ataupun setelah meninggalkan sekolah.
Mengapa memotivasi siswa itu sangat penting bagi guru?Sebagian
guru mungkin beranggapan tugas mereka sebagai guru hanyalah mengajar
saja, bukan menimbulkan minat belajar kepada siswa. Guru seperti ini
hanya menghabiskan waktu di dalam kelas hanya untuk menuangkan
bahan pelajaran kepada siswa. Guru yang tidak memperhatikan apakah

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
pembelajaran yang di lakukan guru dapat mempengaruhi tingkah laku atau
perkembangan siswa dalam belajar.
Guru seharusnya meluangkan waktu pada saat mengajar untuk memotivasi
siswa. Siswa yang termotivasi dengan baik dalam belajar akan melakukan
lebih banyak aktivitas dan dapat meningkatkan prestasinya, jika
dibandingkan siswa yang tidak termotivasi pada saat belajar. Jika guru
dapat membangkitkan motivasi siswa terhadap mata pelajaran yang diajar
maka diharapkan siswa akan senantiasa senang terhadap mata pelajaran
matematika.
Sesungguhnya usaha memotivasi siswa dalam pendidikan adalah
merupakan suatu proses (1) membimbing siswa untuk memberikan
pengalaman saat proses belajar sedang berlangsung ; (2) memberikan
semangat dan keaktifan pada diri siswa sehingga dia benar-benar bersedia
untuk belajar ; dan (3) perhatian siswa dalam belajar, untuk meraih hasil
belajar yang baik.

2.6 Cara Guru Meningkatkan Motivasi Pada Siswa Pada Proses


Pembelajaran
Berikut sarana yang dapat digunakan untuk memotivasi siswa
mengerahkan upaya yang diperlukan pembelajaran.Yang pertama ialah
motivasi instrinsik- nilai motivasi sendiri.Motivasi ekstrinsik- penggunaan
pujian, umpan balik, dan insentif.
Kadang-kadang suatu mata pelajaran disarankan begitu menarik
dan bermanfaat bagi siswa sehingga mereka bersedia menyelesaikan
pekerjaan yang diperlukan untuk mempelajari bahan tersebut tanpa
insentif selain tingkat ketertarikan akan bahan itu sendiri. Contoh : banyak
siswa yang mengambil kursus tersebut tidak menawarkan kredit atau nilai.
Bagi siswa ini, pelajaran favorit itu sendiri mempunyai nilai insentif
instrinsik yang mencukupi untuk memotivasi mereka belajar.
Namun, banyak diantara yang harus dipelajari disekolah tidak
menarik atau bermanfaat pada dirinya bagi kebanyakan siswa dalam
jangka pendek. Siswa menerima 900 jam pengajaran setiap tahun, dan
daya tarik instrinsik sendiri tidak akan membuat mereka tetap bekerja

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
dengan antusias setiap hari, khususnya motivasi instrinsik siswa menurun
dari tahun pertama sekolah dasar sampai menengah atas. (Gootfried dan
Flemming, 2001 : Sethu Drake, Diadlin dan Lapper, 1995). Karena alasan
ini, sekolah menerapkan berbagai jenis insentif ekstrinsik, yaitu imbalan
atas pembelajaran yang tidak melekat didalam bahan yang sedang
dipelajari.( Broply, 1998). Imbalan ekstrinsik dapat berkisar dari pujian,
nilai penghargaan, hingga hadiah, atau imbalan lainnya.
a. Cara meningkatkan semangat motivasi beajar siswa dan mahasiswa
Cara meningkatkan motivasi belajar memang termasuk salah satu
hal yang penting, apalagi bagi anak-anak remaja. Inilah masalahnya,
anak-anak remaja sekarang cenderung malas untuk belajar dan
memilih untuk melakukan aktifitas lain menurut mereka lebih menarik.
b. Cara meningkatkan motivasi belajar menggunakan metode dan
kegiatan belajar mengajar yang beragam.
Melakukan kegiatan yang sama secara terus-menerus tentu akan
menimbulkan rasa bosan yang berlebihan, hal ini tentu dapat
menurunkan semangat belajar para siswa. Apabila siswa sudah merasa
bosan tentu akan mengakibatkan terganggunya proses belajar
mengajar. Disinilah anda sebagai guru harus bertindak, berikanlah
variasi belajar sehingga para siswa bisa tetap termotivasi dan
konsentrasi dalam belajar. Sesekali anda bisa mencoba metode belajar
yang berbeda seperti membuat pembagian peran, studi kasus, simulasi,
debat, transfer pengetahuan secara singkat, diskusi, presentasi dengan
audio visual dan kerja kelompok kecil.
c. Cara meningkatkan motivasi belajar jadikan siswa sebagai peserta aktif
Contoh upaya meningkatkan motivasi belajar siswa yang kedua
adalah dengan menjadikan siswa sebagai peserta yang aktif. Di usia
siswa yang masih muda tentu kehidupan mereka sepenuhnya hanya
melakukan kegiatan, menulis, belajar, berpetualang, menciptakan
sesuatu hal baru, menyelesaikan suatu masalah, serta mendesain.
d. Cara meningkatkan motivasi belajar menciptakan suasana kelas yang
kondusif
Contoh motivasi belajar siswa selanjutnya adalah dengan
menciptakan suasana kelas yang kondusif. Karena kelas yang aman
i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
dan tidak mendikte umumnya akan membuat siswa merasa didukung
untuk berusaha. Hal ini akan berpengaruh terhadap minat belajarnya
dan akan menumbuhkan motivasi belajar secara tidak langsung.
Apabila siswa belajar di suatu kelas yang kondusif, maka siswa
cenderung terdorong untuk terus mengikuti proses belajar.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, simpulan yang didapat adalah munculnya


karakteristik-karakteristik yang bakat dan kreatif pada peserta didik dikarenakan
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi, baik dari factor lingkungan termasuk
orang tua maupun dari diri peserta didik itu sendiri. Kemudian karakteristik-
karakteristik tersebut akan terus berkembang di dalam diri peserta didik,
menjadikan seseorang yang memiliki jiwa kreativitas yang tinggi, dimana

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
kreativitasitu merupakan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh individu yang menandai
adanya kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru atau
kombinasi dari karya-karya yang telah ada sebelumnya, menjadi sesuatu karya
baru yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi
permasalahan.
Setiap anak tentu memiliki bakat masing-masing. Bahkan anak kembarpun
memiliki bakat yang berbeda satu sama lain. Perbedaan bakat setiap anak
menjadikannya sesuatu yang unik. Salah satu sarana untuk menemukan bakat
anak adalah pada Ekstrakurikuler. Pada kegiatan yang dilaksanakan di sekolah
tersebut,anak-anak berkesempatan untuk mengembangkan bakatnya. Guru harus
senantiasa mengawasi agar perkembangan bakat anak senantiasa dapat terus
diobservasi.

3.2 Saran

Sebagai lembaga pendidikan yang terdepan dalam menangani


perkembangan anak, sekolah harus kooperatif dalam menyediakan program dan
sarana untuk menunjang perkembangan minat dan bakat anak. Sekolah harus jadi
wahana akselerasi tumbuh kembang anak. Anak juga harus memiliki rasa nyaman
untuk mengembangkan bakat dan potensi dalam diri mereka. Dengan hadirnya
unsur yang lengkap seperti disebutkan di atas, maka akan tercipta suasana
kondusif yang memunculkan optimisme dalam benak anak untuk meyakini bahwa
dirinya adalah karakter terbaik yang siap menjadi manfaat besar bagi dirinya juga
masyarakatnya.

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, H.Syarif. 2019. Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan.
Jakarta: PT. Pusaka Mandiri.
https://www .academia.edu/35168020/Kreativitas.pdf
http://novittralala.blogspot.com/2016/05/mengembangkan-bakat-dan-
kreativitas.html
http://www.sumberpengertian.co/pengertian-bakat
.

i
Teori, Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai