Anda di halaman 1dari 5

Skenario F Blok 27 Tahun 2014

Seorang anak laki-laki, usia 3 tahun, berat badan 13 kilogram, datang dengan kejang. Dari rekam medis tercatat
bahwa masih kejang saat datang ke rumah sakit, setelah diberikan diazepam per rektal dua kali dan intravena
satu kali kejang masih belum teratasi. Kejang berhenti setelah diberikan drip fenitoin. Kejang didahului demam.
Pasca kejang penederita tidak sadar.
Saat ini sekitar tiga jam setelah masuk rumah sakit, kesadaran penderita Nampak membaik. Orang tua
memperhatikan lengan dan tungkai sebelah kanan nampak lemah dan penderita sering tersedak.
Pada riwayat sebelumnya, saat usia Sembilan bulan, penderita mengalami kejang dengan demam tinggi. Dirawat
di rumah sakit dengan diagnosis meningitis. Dirawat di rumah sakit selama lima belas hari.
Pada usia satu tahun penderita mengalami kejang dengan demam sebanyak dua kali. Usia 18 bulan penderita
kembali mengalami kejang yang disertai demam tinggi. Penderita berobat ke dokter dan diberi obat asam
valproate. Setelah 5 bulan berobat, orang tua menghentikan pengobatan karena penderita tidak pernah kejang.
Penderita sudah bisa bicara lancer, sudah bisa memakai baju sendiri dan mengendarai sepeda roda tiga.
Pada pemeriksaan fisik, anak Nampak sadar. Suhu 38,5 derajat celcius. Tekanan darah 90/45 mmHg (normal
untuk usia). Nadi 120 kali permenit. Laju nafas 40 kali permenit.
Pada pemeriksaan neurologis pergerakan lengan dan tungkai kanan Nampak terbatas dan kekuatannya lebih
lemah dibanding sebelah kiri. Lengan dan tungkai kanan dapat sedikit diangkat, namun sama sekali tidak dapat
melawan tahanan dari pemeriksa. Lengan dan tungkai kiri dapat melawan tahanan kuat sewajar usianya. Tonus
otot dan reflex fisiologis lengan dan tungkai kanan meningkat, dan ditemukan reflex Babinski di kaki sebelah
kanan.
I. Klarifikasi Istilah
1. Kejang : serangan mendadak/ gangguan penyakit
2. Diazepam : benzodiazepine yang digunakan sebagai agen anti ansietas, sedatif, agen anti
konvulsan
3. Drip fenitoin : anti konvulsan dan depresan jantung yang fdigunakan pada pengobatan dalam
bentuk semua epilepsi
4. Kejang demam :
5. Meningitis : radang pada membrane pelindung yang menyelubungi otak dan sumsum tulang
belakang
6. Asam valproate : anti konvulsan, asam 2/ profilpentanoat digunakan untuk mengontrol kejang
yang tidak terliat
7. Pemeriksaan neurologis :
8. Reflex fisiologis :
9. Reflex Babinski : dorso fleksi ibu jari kaki pada perangsangan telapak kaki yang menunjukan
terjadinya lesi yang mengenai traktus piramidalis walaupun reflek normal pada bayi

II. Identifikasi Masalah


1. Seorang anak laki-laki, usia 3 tahun, berat badan 13 kilogram, datang dengan kejang. Dari rekam medis
tercatat bahwa masih kejang saat datang ke rumah sakit, setelah diberikan diazepam per rektal dua kali
dan intravena satu kali kejang masih belum teratasi. Kejang berhenti setelah diberikan drip fenitoin.
Kejang didahului demam. Pasca kejang penederita tidak sadar.
a. Apa hubungan usia, jenis kelamin dan berat badan pada kasus
Data mengenai insidensi kejang agak sulit diketahui. Diperkirakan bahwa 10% orang
akan mengalami paling sedikit satu kali kejang selama hidup mereka dan sekitar 0,3%
sampai 0,5% akan didiagnosis mengidap epilepsi (didasarkan pada kriteria dua atau
lebih kejang spontan/tanpa pemicu). Laporan-laporan spesifik-jenis kelamin
mengisyaratkan angka yang sedikit lebih besar pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan. Insidensi berdasarkan usia memperlihatkan pola konsisten berupa angka
paling tinggi pada tahun pertama kehidupan, penurunan pesat menuju usia remaja, dan
pendataran secara bertahap selama usia remaja, dan pendataran secara bertahap selama
usia pertengahan untuk kembali memuncak pada usia setelah 60 tahun

b. APa saja klasifikasi kejang


Klasifikasi International League Against Epilepsy of Epileptic Seizure (ILAE)
1981:
1. Kejang parsial (fokal,lokal)
- Kejang fokal sederhana
- Kejang parsial kompleks
- Kejang parsial yang menjadi umum
2. Kejang umum
- Absens
- Mioklonik
- Klonik
- Tonik
- Tonik-klonik
- Atonik

c. Apa etiologi dan mekanisme kejang disertai demam


 Gangguan fungsi otak yang bisa menyebabkan lepasnya muatan listrik
berlebihan di sel neuron saraf pusat, bisa disebabkan oleh adanya faktor
fisiologis, biokimiawi, anatomis atau gabungan faktor tersebut. Tiap-tiap
penyakit atau kelainan yang dapat menganggu fungsi otak, dapat menyebabkan
timbulnya bangkitan kejang.
 Mekanisme dasar kejang adalah peningkatan aktifitas listrik yang berlebihan
pada neuron-neuron dan mampu secara berurutan merangsang sel neuron lain
secara bersama-sama melepaskan muatan listriknya. Hal ini disebabkan oleh :
1. Kemampuan membran sel sebagai pacemaker neuron untuk melepaskan arus
listrik yang berlebihan
2. Berkurangnya inhibisi oleh neurotransmitter asam gama amino butirat
3. 3. Meningkatnya eksitasi sinaptik oleh transmitter asam glutamat dan
aspartat melalui jalur eksitasi yang berulang. Status epileptikus terjadi
karena proses eksitasi yang berlebihan berlangsung terus menerus, di
samping akibat inhibisi yang tidak sempurna.

d. Hubungan Kejang dengan demam


Kejang pertama itu berkaitan dengan meningitis ( radang pada selaput meningen )
sehingga demam yg terjadi adalah karena proses inflamasi akibat meningitis. Kejang
yang terjadi saat kecil dikarenakan inflamasi yg berlanjut di meningen.

e. Mengapa kejang belum teratasi setelah diberikan diazepam? Dan kejang berhenti setelah
diberi fenitoin?
Karena diazepam pemberian rektal tidak bermanfaat untuk mengatasi kejang akut. Kadar
puncak lambat tercapai dan kadar plasmanya rendah. Indikasi ntuk terapi bangkitan
parsial sederhana.

f. Apa yang menyebabkan penderita tidak sadar setelah kejang?


Hipermetabolik di otak menyebabkan otak memerlukan energy (ATP) yang lebih
banyak. Sehingga, otak akan merasa capek dan anak menjadi tidak sadar.

g. Bagaimana mekanisme kerja obat diazepam dan fenitoin?


2. Saat ini sekitar tiga jam setelah masuk rumah sakit, kesadaran penderita Nampak membaik. Orang tua
memperhatikan lengan dan tungkai sebelah kanan nampak lemah dan penderita sering tersedak.
Pada riwayat sebelumnya, saat usia Sembilan bulan, penderita mengalami kejang dengan demam tinggi.
Dirawat di rumah sakit dengan diagnosis meningitis. Dirawat di rumah sakit selama lima belas hari.
a. Mengapa ekstremitas penderita tampak lemah?
b. Mengapa Penderita sering tersedak?
c. Apa hubungan kejang dengan kelemahan ekstremitas dan sering tersedak?
d. Apa hubungan meningitis dengan kejang?

Riwayat pernah menderita meningitis pada usia 9 bulan dapat menjadi penyebab epilepsy
simtomatik. Kejang demam pada usia 18 bulan juga merupakan penyebab dari epilepsi
simtomatik. Infeksi menimbulkan suatu jaringan parut yang mendasari perangsangan daerah
korteks serebri tertentu sehingga timbul serangan epilepsi
e. Bagaimana cara membedakan kejang, bangkitan, dan status epileptikus? Apakah ini
termasuk kejang atau bangkitan?
Kejang: gangguan fungsi otak paroksismal yang dapat dilihat sebagai kehilangan kesadaran,
aktivitas motorik abnormal, kelainan perilaku, gangguan sensoris, atau disfungsi autonom.
Status epileptikus: kejang yang terjadi lebih dari 30 menit atau kejang berulang lebih dari 30
menit tanpa disertai pemulihan kesadaran

3. Pada usia satu tahun penderita mengalami kejang dengan demam sebanyak dua kali. Usia 18 bulan
penderita kembali mengalami kejang yang disertai demam tinggi. Penderita berobat ke dokter dan diberi
obat asam valproate. Setelah 5 bulan berobat, orang tua menghentikan pengobatan karena penderita
tidak pernah kejang. Penderita sudah bisa bicara lancar, sudah bisa memakai baju sendiri dan
mengendarai sepeda roda tiga.
a. Apa hubungan riwayat kejang dahulu dengan kejang yang sekarang?
b. Bagaimana mekanisme kejang dengan disertai demam yang tinggi?
c. Apa efek samping penghentian obat asam valproate pada kasus?
Penghentian secara mendadak dapat menyebabkan kejang berulang pada penderita.
Utamanya pemeberhentian penggunaan obat anti epilepsy adalah setelah 2 tahun bebas
kejang atau lebih. Serta pengurangan dosis secara bertahap

d. Apa saja DD Kejang (ensefalopati, dst)?


4. Pada pemeriksaan fisik, anak Nampak sadar. Suhu 38,5 derajat celcius. Tekanan darah 90/45 mmHg
(normal untuk usia). Nadi 120 kali permenit. Laju nafas 40 kali permenit.
a. Apa interpretasi pemeriksaan fisik (anak 3 tahun) dan Bagaimana Mekanisme
Abnormalnya?

5. Pada pemeriksaan neurologis pergerakan lengan dan tungkai kanan Nampak terbatas dan kekuatannya
lebih lemah dibanding sebelah kiri. Lengan dan tungkai kanan dapat sedikit diangkat, namun sama sekali
tidak dapat melawan tahanan dari pemeriksa. Lengan dan tungkai kiri dapat melawan tahanan kuat
sewajar usianya. Tonus otot dan reflex fisiologis lengan dan tungkai kanan meningkat, dan ditemukan
reflex Babinski di kaki sebelah kanan.
a. Bagaimana Mekanisme kelemahan ekstremitas dan keluhan utama?
b. Apa makna klinis Peningkatan Tonus otot dan reflex fisiologis lengan dan tungkai kanan?
c. Bagaimana cara pemeriksaan reflex fisiologis dan patologis pada anak-anak?
6. Apa diagnosis banding pada kasus
7. Bagaimana Cara mendiagnosis kasus
8. Apa diagnosis Kerja pada kasus
Epilepsy hemipharesis dextra tipe central serta pharesis nervus 7 dan 12 tipe sentral
dikarenakan status epileptikus.

9. Apa etiologi dan faktor risiko kejang demam?


10. Bagaimana Epidemiologi Kejang demam di Indonesia?
11. Apa Tatalaksana awal pada kejang dan bagaimana tatalaksana lanjutannya?
12. Bagaimana Pencegahan pada kasus
13. Apa Komplikasi
14. Bagaimana Prognosis
15. SKDI

Hipotesis:
Anak laki-laki 3 tahun BB 13 Kg datang dengan kejang demam disertai kelemahan ekstremitas dan
peningkatan reflex fisiologis pada ekstremitas diduga karena mengalami status epileptikus

Anda mungkin juga menyukai