Anda di halaman 1dari 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Bank

B. Sejarah Perbankan Syariah

1. Sejarah perbankan syariah di dunia

2. Sejarah perbankan syariah di indonesia

Perkembangan bank-bank bedasarkan prinsip non ribawi pada akhirnya


berpengaruh ke Indonesia. Masyarakat muslim Indonesia di era tahun 1970-an telah
diliputi pengharapan untuk dapat melakukan transaksi yang berbasis syariah, sejak di
beberapa negara lain mayoritas penduduknya beragama Islam telah mendirikan
perbankan yang berbasis syariah. Pengharapan masyarakat untuk melakukan transaksi
yang berbasis non ribawi telah didukung oleh keputusan organisasi masyarakat islam
perihal penerapan kaidah islam dalam kegiatan perbankan. Organisasi masyarakat Islam
yang berpengaruh di Indonesia telah mengeluarkan fatwa yang membahas masalah riba.
Kedua organisasi masyarakat Islam tersebut memiliki lembaga ijtihad, yaitu Majlis Tarjih
Muhammadiyah dan Lajnah Bahsul Masa’il Nahdlatul Ulama.

Menurut Dawam Rahardjo dalam Muhammad Syafi’I Antonio, bahwa Majlis


Tarjih Muhammadiyah telah mengambil keputusan mengenai hukum perbankan ( 1968
& 1972 ) yang pada pokoknya menentukan bahwa riba hukumnya haram dengan nsh
sharih al-Qur’an dan as-Sunnah, serta menyarankan kepada PP Muhammadiyah untuk
mengusahakan terwujudnya konsepsi sistem perekonomian, khususnya lembaga
perbankan, yang sesuai dengan kaidah Islam.

Menurut Rifyal Ka’bah dalam Muhammad Syafi’I Antonio, bahwa sesungguhnya


Lajnah Bahsul Masa’il Nahdhatul Ulama juga telah memutuskan masalah bank dan
pembungaan uang melalui beberapa kali sidang. Adapun isi keputusan tersebut pada
pokoknya menetapkan dengan sikap yang lebih berhati-hati bahwa bunga bank adalah
haram. Keputusan Lajnah Bahsul Masa’il yang lebih lengkap tentang masalah bank
ditetapkan pada sidang di Bandar Lampung (1982). Dari keputusan tersebut, Lajnah
memandang perlu mencari jalan keluar menentukan sistem perbankan yang sesuai dengan
hukum Islam, antara lain menyetujui berdirinya bank Islam NU dengan sistem tanpa
bunga.1

Beberapa kalangan yang menjadi penggiat ekonomi yang berbasis syariah mulai
berupaya untuk mendirikan perbankan yang berbasis non ribawi di Indonesia. Istilah ini
lebih dikenal dan disosialisasikan kepada masyarakat, menurut Dawam Raharjo dalam
Adiwarman Karim adalah perbankan Syariah, dan dapat ditelusuri sejak tahun 1988,
yaitu pada saat Pemerintah mengeluarkan kebijakan liberalisasi sistem kegiatan
perbankan nasional dalam konteks perkembangan ekonomi politik international yang
sedang berubah, melalui paket kebijakan Oktober yang mengatur tentang deregulasi
industri perbankan nasional. Sehubungan dengan dikeluarkannya kebijakan yang
mendorong pendirian bank-bank baru maka para pihak yang berkepentingan telah
berusaha dalam upayanya pendirian bank yang bebas bunga, namun dasar hukum
kegiatan operasionalnya belum ditemukan dalam aturan hukum yang berlaku. Pada
awalnya, lembaga keuangan yang menjalankan kegiatan usaha yang berbasis bagi hasil
telah dilaksanakan oleh kalangan praktisi ekonomi yang concern dengan kajian ekonomi
Islam.2

1
Jundiani, Pengaturan Hukum Perbankan Syariah (Malang : UIN-Malang Press, 2009), h.20
2
Jundiani, Pengaturan Hukum Perbankan Syariah (Malang : UIN-Malang Press, 2009), h.20-21

Anda mungkin juga menyukai