Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Campak sering menyerang anak anak balita. Penyakit ini mudah

menular kepada anak anak sekitarnya, oleh karena itu, anak yang menderita Campak

harus diisolasi untuk mencegah penularan. Campak disebabkan oleh kuman yang

disebut Virus Morbili. Anak yang terserang campak kelihatan sangat menderita, suhu

badan panas, bercak bercak seluruh tubuh terkadang sampai borok bernanah.

Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian

menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah

menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai

umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si

bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia

hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia

menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan

seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir

mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.

Morbili / campak adalah penyakit akut yang disebabkan virus campak

yang sangat menular pada umumnya menyerang anak-anak. Menurut kriteria

diagnostiknya, ada 4 stadium campak meliputi stadium tunas, stadium prodormal /

kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. Gejala klinis morbili meliputi
demam mencapai 400C, pilek, batuk, konjungtivitis, ruam erupsi makulopapular, dan

koplik’s spot (merupakan tanda pathognomonis penyakit campak, bentuk bintik tidak

teratur dan kecil berwarna merah terang, pada pertengahan di dapat noda putih

keabuan, mula-mula 2-6 bintik). Pada pasien ini masih di observasi febris hari ke-2

dengan suspek morbili. Untuk terapi medikamentosa diberikan infus KAEN 3A,

antipiretik (parasetamol), ambroxol, vitamin A dan C. Sedangkan untuk

Supportifnya, pasien diminta untuk istirahat, dan pasien dirawat di bangsal isolasi

untuk mencegah penularan ke pasien lain.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan anak dengan morbili

2. Tujuan Khusus

a) Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada anak dengan morbili.

b) Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada anak

dengan morbili.

c) Dapat membuat perencanaan pada anak dengan morbili.

d) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi

tindakan yang telah dilakukan pada anak dengan morbili.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Anatomi fisiologi

1. Anatomi kulit.

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,

merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya

sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya

sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm

sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis

terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial

lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki,

punggung, bahu dan bokong.

Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan

luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm

sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau

korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.

a. Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri

dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit,

Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai

tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan
epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi

regenerasi setiap 4-6 minggu.

Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas

sampai yang terdalam) :

1) Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas

dan berganti.

2) Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit

tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.

3) Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang

intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang

dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan

histidin. Terdapat sel Langerhans.

4) Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan

tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan

penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap

efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan

tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril.

Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi.

Terdapat sel Langerhans.

5) Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis

yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis

secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke


permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan

satu lapis sel yang mengandung melanosit.

Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D

dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan

pengenalan alergen (sel Langerhans).

b. Dermis

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering

dianggap sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong

epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya

bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.

Dermis terdiri dari dua lapisan :

1. Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.

2. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.

Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang

dengan bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat

dan menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali

dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan

dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit

terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput.

Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis

juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut,


kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak

tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.

Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai

nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi

c. Subkutis

Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari

lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan

kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya

berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.

Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.

Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi

panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock

absorber.
2. Vaskularisasi Kulit

Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus

terletak antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara

dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini

memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri

asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh

darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis

3. Fisiologi Kulit

Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi

tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai

kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh

(termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.

Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan

dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi

mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu

fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran

saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan

pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit.

Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer

mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari

kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan

dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat


terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi

temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim

sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada

temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi

yang kemudian akan mempertahankan panas.

B. Pengertian

Morbili adalah penyakit infeksi virus akut,menular yang ditandai 3 stadium

yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensensia. Morbili dapat

disebut juga campak,”measles”,rubeola.(IKA,FKUI Volume 2, 1985)

Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3

stadium yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi

(Rampengan, 1997: 90).

Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute

udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer,

2001:2443).

Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3

stadium, yaitu : a. stadium kataral, b. stadium erupsi dan c. stadirum konvelensi.

(Rusepno, 2002:624)

Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3

stadium, yaitu (1) stadium kataral, (2) stadium erupsi dan (3) stadirum konvelensi.

(Ngastiyah, 1997:351)
Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan

oleh virus campak. (Hardjiono, 2004:95).

Campak adalah demam eksantematosa akut oleh virus yang menular

ditandai oleh gejala prodromal yang khas, ruam kulit dan bercak koplik. (Ovedoff,

1995:451).

Measles atau rubeola adalah penyakit infeksi tinggi akut melibatkan traktus

respiratorius dan dikarakteristikkan oleh ras makulopapuler confluent. (N. Clex,

2001:153).

Morbili adlah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga stadium

yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi, 2001:211).

Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3

stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. (Mansjoer,

2000 : 47).

C. Etiologi

Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring

dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbulnya bercak-bercak.

Cara penularannya dengan droplet dan kontak (IKA,FKUI Volume 2, 1985).

Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili

paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan

dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter,
tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya

tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen. (Rampengan, 1997 : 90-91)

Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret

nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-

bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah, 1997:351)

Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae,

genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip dengan

virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di

dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak selama periode prodromal

dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan, virus

tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam. (Nelson, 1992 : 198).

D. Manesfestasi Klinik

Menurut Ngastiyah, 2005 manifestasi klinis morbili terbagi dalam 3 stadium:

1. Stadium Kataral

a. Biasanya stadium ini berlangsung selama 3 – 5 hari disertai panas, demam,

malaise, batuk, korise, konjungtivitis, dan fotofobia

b. Menjelang akhir stadium ini 24 jam sebelum timbulnya eritema (titk merah)

timbulnya bercak koplik yang patognomonik tetapi sangat jarang ditemui

c. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebagian ujung jarum dikelilingi oleh

eritema, yang lokasinya di mukosa bukalis berhadapan molar bawah

d. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopetania.


2. Stadium erupsi

a. Koreza dan batuk-batuk bertambah

b. Timbul eritema (titik merah) di palatum durummole

c. Eritema meningkat, berbentuk makula papula, mula-mula muncul dari

belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian

belakang bawah

d. Disertai suhu meninggi 40-40,5C (104 –105C)

e. Rasa gatal dan muka bengkak

f. Kadang-kadang terdapat pendarahan ringan dibawah kulit

g. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandi bula dan didaerah

leher belakang

h. Terdapat sedikit splenomegali

i. Tak jarang disertai diare dan muntah

3. Stadium konvalensi

a. Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua

(hyperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri.

b. Suhu tubuh menurun bila tidak ada komplikasi

Menurut ahli lain manifestasi yang timbul adalah:

1) Stadium Kataral (prodromal)

Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise,

batuk, fotofobia, konjungtivis, dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral


dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang

patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik

berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema,

lokasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.

2) Stadium erupsi

Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di

palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak

koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makula-popula disertai

menaiknya suhu badan diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-

mula eritema timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk,

sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, kadang-kadang terdapat

perdarahan ringan pada kulit, rasa gatal, muka bengkak.

3) Stadium Konvalesensi

Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua

(hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Suhu menurun

sampai menjadi normal, kecuali bila ada komplikasi (Rusepno, 2002 : 625)

Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul

pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain

itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivis).

Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan
tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti

bersisik. (Supartini, 2002 : 179)

E. Patofisiologi

Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran

pernafasan dan masuk ke system retikulo endothelial, berkembang biak dan

selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala pada

saluran pernafasan, saluran cerna, konjungtiva dan disusul dengan gejala patoknomi

berupa bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang terbentuk berperan dalam

timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus dalam sirkulasi. Mekanisme

imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi virus.

Patofisiologi Organisme (virus morbili) menular melalui rute udara, dalam

waktu 24 jam, dari awal muncul reaksi terhadap virus morbili maka akan terjadi

eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel

polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir

nasofaring, bronkus dan konjungtiva (Ngastiyah, 1997:352).

Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan

proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler.

Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva

(IKA,FKUI Volume 2,1985).


F. pahway

Gangguan Integritas Kulit


G. Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya lekopenia.Dalam

sputum , sekresi nasal, sediment urin dapat ditemukan adanya

multinucleated giant cells yang khas( Rampengan,T.H., 1993)

 Pada pemeriksaan serologis

Dengan cara Hemaglutination inhibition test dan Complemen fixation test

akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 – 3 hari setelah

timbulnya rashdan mencapai puncaknya pada 2 – 4 minggu kemudian.tes

ini cukup praktis dan spesifik untuk mendiagnosis morbili atipik atau

subklinik.(Rampengan, 1997 : 94)

Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemaglutination inhibition test

dan complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody yang

spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya

pada 2-4 minggu kemudian.

H. Komplikasi

(Rampengan, 2007)

Pada penyakit morbili terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat

terjadi alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan

ini menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti otitis media akut,

ensefalitis, bronkopneumonia dan kelainan neurologis.


Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus morbili atau oleh

Pneumococcus, Streptococcus, Staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat

menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi

protein, penderita penyakit menahun (misal tuberkulosis), leukimia dan lain-lain.

Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan.

Komplikasi neurologis pada morbili dapat berupa hemiplegia, paraplegia,

afasia, gangguan mental, neuritis optika dan ensefalitis.

Ensefalitis morbili dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang

vaksin virus morbili hidup (ensefalitis morbili akut); pada penderita yang sedang

mendapat pengobatan imunosupresif (immunosuppresive measles encephalopathy)

dan sebagai subacute sclerosing panencephalitis (SSPE).

Ensefalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian

rendah dan sisa defisit neurologis sedikit. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi

morbili ialah 1 : 1000 kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus

morbili hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis.

Otitis media merupakan salah satu komplikasi paling sering. Biasa terjadi

akibat invasi virus ke dalam telinga tengah (tuba eustachii). Bila disertai infeksi

sekunder, dapat terjadi otitis media purulenta.

Mastoiditis merupakan komplikasi dari otitis media. Dengan pemberian

antibiotik, komplikasi dapat dicegah.

SSPE adalah suatu penyakit degenarasi yang jarang dari susunan saraf pusat.

Penyakit ini progresif dan fatal serta ditemukan pada anak dan orang dewasa.
Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi

motorik, kejang dan koma. Perjalanan klinis lambat dan sebagaian besar penderita

meninggal dunia dalam 6 bulan – 3 tahun setelah terjadi gejala pertama. Meskipun

demikian remisi spontan masih bisa terjadi.

Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbili

memegang peranan dalam patogenesisnya. Biasanya anak menderita morbili sebelum

umur 2 tahun sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun setelah morbili. SSPE

yang terjadi setelah vaksinasi morbili didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian.

Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5 - 1,1 tiap 10 juta;

sedangkan setelah infeksi morbili sebesar 5,2 – 9,7 tiap 10 juta.

Immunosuppresive measles encephalophaty didapatkan pada anak dengan

morbili yang sedang menderita defisiensi imunologik karena keganasan atau karena

pemakaian obat-obatan imunosupresif.

Di Afrika didapatkan kebutaan sebagai komplikasi morbili pada anak yang

menderita malnutrisi.

I. Penatalaksanaan

a. Medis

Pengobatan simptomatik dengan antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat

batuk dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain ialah pengobatan

segera terhadap komplikasi yang timbul.


b. Keperawatan

1) Kebutuhan nutrisi

a) Mengusahakan cairan masuk lebih banyak dengan memberikan banyak

minum.

b) Pemberian saat buah-buahan atau buah yang banyak mengandung air

seperti jeruk atau lainnya yang anak sukai.

c) Susu dibuat agak encer dan jangan terlalu manis, berikan dalam

keadaan hangat, bila perlu ditawarkan apakah mau campur sirop atau

coklat.

d) Berikan makanan lunak misalnya bubur pakai kuah, sup, dan lain-lain,

usahakan sedikit tapi sering.

e) Berikan makan TKTP jika suhu turun dan nafsu makan mulai timbul.

2) Gangguan suhu tubuh

a) Beri obat penurun panas atau antibiotik bila tidak juga turun sebelum

enantem atau eksantem (campaknya keluar).

b) Beri obat penurun suhu tubuh dengan obat antipiretikum dan jika tinggi

sekali juga diberikan sedativa untuk mencegah terjadinya kejang.

3) Gangguan rasa aman dan nyaman

a) Beri bedak salisil 1% untuk mengurangi rasa gatal.

b) Usahakan agar anak tidak tidur di bawah lampu karena silau.

c) Selama demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering di bedak

saja.
d) Di lap muka, tangan, dan kaki.

e) Jika suhu turun untuk mengulangi rasa gatal dapat dimandikan dengan

PK 1/1000 atau air hangat saja dan jangan terlalu lama. Dapat juga

dengan phisohex atau bethadine.

4) Risiko terjadi komplikasi

a) Diubah sikap baringnya beberapa kali sehari dan berikan bantal untuk

meninggikan kepala. Dudukkan anak pada waktu minum atau

dipangku.

b) Jangan membaringkan pasien di depan jendela atau membawa pasien

ke luar rumah selama masih demam (bila anak terkena angin, batuk

akan menjadi lebih parah).

5) Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit

Penyuluhan pemberian gizi yang baik bagi anak agar mereka tidak

mendapat infeksi dan tidak akan mudah timbul komplikasi yang berat.

(Ngastiyah, 1997 : 356-357)

J. Prognosis

Baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk

bila keadaan umumnya buruk atau anak yang sedang menderita penyakit kronik atau

komplikasi.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. PENGKAJIAN

1) Identitas penderita

Biasanya Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan

status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L

dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah

sakit, diagnosa medis DLL.

a) Keluhan utama

Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema

dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan

bagian belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum

durum dan palatum mole.

b) Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah

kontak dengan pasien campak.

c) Riwayat kesehatan sekarang

Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang

tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis,


koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan

untuk mengatasinya.

d) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.

e) Riwayat imunisasi

Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III;

DPT I, II, III; dan campak.

f) Riwayat nutrisi

Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori

untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat

badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.

Status Gizi

Klasifikasinya sebagai berikut :

o Gizi buruk kurang dari 60%

o Gizi kurang 60 % - <80 %

o Gizi baik 80 % - 110 %

g) Riwayat tumbuh kembang anak.

a. Tahap pertumbuhan

Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram

mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi

ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg

dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata
pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan

tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12

tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra

sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm.

Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada

anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.

b. Tahap perkembangan

 Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa

bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika

anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan

menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang

menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.

 Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase

oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak

berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat

dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke

ayahnya ).

 Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap

preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase

pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum

sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar

dan magical thinking.


B) Pemeriksaan fisik ( had to toe )

a) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan

tanda-tanda vital.

b) Kepala dan leher

 Inspeksi :

Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia,

adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk,

sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.

 Palpasi :

adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah

leher belakang,

c) Mulut

o Inspeksi :

Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah,

enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan

traktus digestivus.

d) Toraks

o Inspeksi :

Biasanya Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring,

perdarahan pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara

klinis menyerupai influenza.


o Auskultasi :

Biasanya Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.

e)Abdomen

-Inspeksi :

Biasanya Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.

-Auskultasi

Biasanya Bising usus.

-Perkusi

Biasanya Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda

abnormal, misalnya masa atau pembengkakan.

e) Kulit

-Inspeksi :

Biasanya Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.

-Palpasi :

Biasanya Turgor kulit menurun

C) Analisa Data

Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan analisa

serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data subyektif

objektif.

Data yang telah dikelompokkan tadi dianalisa sehingga dapat diambil

kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab.


D) DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Morbili adalah

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash

2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia

3. Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi / infeksi

virus.
3.4 Intervensi dan Rasional

Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional

1 Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan kuku anak 1. Untuk mencegah terjadinya

kulit berhubungan keperawatan selama 2 x 24 jam tetap pendek, menjelaskan luka pada saat anak

dengan adanya rash bintik-bintik merah pada kulit kepada anak untuk tidak menggaruk

akan hilang. menggaruk rash

Kriteria hasil : 2. Berikan obat antipruritus 2. Agar tidak merasakan gatal

Pasien tidak merasakan gatal topikal, dan anestesi dan sakit pada kulit pasien

dan nyaman dengan topikal 3. Untuk mencegah infeksi

keadaannya 3. Mandikan klien dengan Untuk mencegah terjadinya

Rash pada kulit berkurang menggunakan sabun yang luka pada saat anak

tidak perih menggaruk

4. Kolaborasi: Pemberian 4. Agar tidak merasakan gatal

antihistamin dan sakit pada kulit


2 Gangguan kebutuhan Setelah dilakukan askep 2x 24 jam 1. Berikan banyak minum 1. Untuk mengkompensasi

nutrisi kurang dari diharapakan pasien menunjukkan (sari buah-buahan, sirup adanya peningkatan suhu

kebutuhan tubuh peningkatan nafsu makan dengan. yang tidak memakai es). tubuh dan merangsang nafsu

berhubungan dengan Kriteria Hasil : makan

anoreksia BB meningkat 2. Berikan susu porsi sedikit 2. Untuk memenuhi kebutuhan

Nafsu makan meningkat. tetapi sering (susu dibuat nutrisi melalui cairan

(dapat menghabiskan 1 porsi encer dan tidak terlalu bernutrisi.

untuk anak) manis.

3. Berikan makanan lunak, 3. Untuk memudahkan

misalnya bubur yang mencerna makanan dan

memakai kuah, dengan meningkatkan asupan

porsi sedikir tetapi dengan makanan.

kuantitas yang sering.

3 Gangguan rasa nyaman : Setelah dilakukan askep selama 2 1. Libatkan keluarga dalam 1. Agar keluarga lebih

peningkatan suhu tubuh x 24 jam diharapkan suhu badan perawatan serta ajari cara kooperatif dalam terapi

bd proses inflamasi / pasien berkurang menurunkan suhu tubuh


infeksi virus Kriteria hasil : 2. Berikan kompres hangat. 2. untuk membantu dalam

Suhu tubuh 36,5 – 37,50 C penurunan suhu tubuh pada

Nadi normal pasien.

Badan tidak terasa panas 3. Pantau suhu lingkungan, 3. suhu ruangan / jumlah

Akral Normal batasi / tambahkan linen selimut harus diubah untuk

tempat tidur sesuai mempertahankan

indikasi.

4. Monitor perubahan suhu 4. untuk mengetahui dan

tubuh merencanakan intervensi

selanjutnya
BAB IV

LAPORAN KASUS

Nama Mahasiswa : Kelompok C

Nim :-

Tanggal Pengambilan Data : 19 Juni 2015

No.Rekam Medik : Kartu Tinggal (Nomor rekam medik tidak Ingat)

Ruang : Ruang Anak Kelas 1

Dx. Medis : Morbili dengan sekunder nasofaringitis

Alasan Masuk RS : Demam

A. IDENTITAS KLIEN

Inisial Nama : An.S

Tempat/Tanggal Lahir :

Jenis Kelamin :

Nama Ayah/Ibu :

Pekerjaan Ayah :

Pekerjaan Ibu :

Alamat :

Suku Bangsa :
Agama :

Biaya Ditanggung Oleh :

B. PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan Umum

Kesadaran :

BB/TB/PB :

Tekanan Darah :

Nadi :

Pernafasan :

Suhu :

Lingkar Kepala :

Fontanel :

2. Genogram Keluarga
Penyakit yang pernah di derita oleh keluarga:

3. Gastro Intestinal/Nutrisi

4. Mata Dan Telinga

I :

5. Sistem Respirasi

I :

P :

P :

A :

6. Sistem Persyarafan/GCS

I :

7. Sistem Endokrin

I :

P :
8. Nyeri

Lokasi :

Skala yang digunakan :

9. Kontrol Nyeri

Obat yang diperoleh :

Dosis Obat :

Rute Pemberian :

Apakah Obat Efektif (Ya/Tidak) :

(Lingkari)

Level Nyeri :

Face Pain Scale :

(Lingkari)

Interpretasi :

10. Sistem Kardiovaskuler


I :

P :

P :

A :

11. Sistem Urinary

12. Sistem Muskuloskeletal/Imobilitas

I :

P :

P :

A :

13. Sistem Hematologi/Imun

14. Cairan / Elektrolit


15. Informasi Penting pemeriksaan fisik lainnya:

16. Pemeriksaan DDST

Kemandirian Bergaul :

Motorik Halus :

Kognitif dan Bahasa :

Motorik Kasar :

17. Riwayat Penyakit Sebelumnya

Penyakit yang pernah di derita :

Pernah dirawat di RS :

Obat-Obatan yang digunakan :

Tindakan(Operasi) :

Alergi :

Kecelakaan :
Imunisasi : Lengkap Atau tidak(Cekhlis)

Jenis Lengkap Tidak

Imunisasi Lengkap

BCG

DPT

Polio

Hepatitis B

Campak

18. Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang

19. Obat- Obatan yang di berikan:

Nama Obat/ Dosis Indikasi Efek Samping


20. Data Fokus

DS:

DO:
ANALISA DATA

Data Klien Etiologi Masalah Keperawatan


Diagnosa Keperawatan:

1. ……………………………………………………………………………………

……………

2. ……………………………………………………………………………………

……………

3. ……………………………………………………………………………………

……………
RENCANA KEPERAWATAN

Tanggal Pengkajian :

Nama Mahasiswa :

Ruang Rawat :

Inisial Klien :

Umur :

Jenis Kelamin :

No.Rekam Medik :

Diagnosa Medis :

Alamat :

Keluarga Terdekat :

No Telpon :gl ( DO Dan


Dx.Kep Tujuan dan Intervensi Rasional

DS) Kriteria Keperawatan Tindakan

Hasil
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Pengkajian :

Nama Mahasiswa :

Ruang Rawat :

Inisial Klien :

Umur :

Jenis Kelamin :

Diagnosa Medis :

No.Rekam Medis :

Tgl/Jam No.Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf &

(DO & DS) (SOAP) Nama


BAB V

PEMBAHASAN
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari morbili ialah penyakit infeksi yang ditandai oleh tiga stadium

kataral, stadium erupsi dan stadium konvensial. Virus ini berasal dari sekret saluran

pernfasan,darah dan urin dari orang yang terinfeksi penyebaran virus ini melalui

kontak langsung dengan orang yang terkena infeksi.

Morbili merupakan infeksi umum dengan lesi patoogs yan khas. Pada stadium

prodromal terdapat jaringan limfoid pada tonsil, adenoid, kelenjar limfe, lien dan

apendiks. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan

konjungtiva, menurut gmbaran klinis penyakit ini memiliki masa tuns 10-20 hari.

1. Stadium kataral : biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas,

malaise, batuk, fotofobia, konjungtivis dan koriza.

2. Stadium erupsi : koriza dan batuk bertambah

3. Stadium konvalesensi : erupsi berkurang meninggalkan bekas berwarna lebih tua

dan lama-kelaman akan hilang sendiri.

Komplikasi yang dapat disebabkan oleh virus morbilin terjadi komplikasi sekunder

seperti otitis media akut,ensefalitis, bronkopneumonia.


D. Saran

1. Kelompok menyadari bahwa pembuatan makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu,

kelompok mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

2. Untuk para mahasiswa hendaknya mempunyai kesadaran bahwa pentingnya

pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan morbili.


DAFTAR PUSTAKA

Rampengan T.H , Laurents I.R. 1997. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Edisi 1,

Cetakan III. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Silalahi Levi, 2004. Campak. http://www.tempointeraktif.com

Depkes, R.I., 2004. Campak di Indonesia. http://www.penyakitmenular. info.

Hassan, et al. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Infomedika: Jakarta.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC: jakarta.

Hartanto, Huriawati, dr., dkk,. 2006. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi Dua

Sembilan. EGC: Jakarta.

Betz, Cecity L., Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawan Pediatri. EGC:

Jakarta.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

1985. Ilmu Kesehatan Anak 2. Bagian Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia: Jakarta

H. John. 2005. Kamus Ringkas Kedokteran Stedman untuk Profesi Kesehatan Edisi

Empat, EGC: Jakarta.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Rampengan. 2007. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Edisi kedua. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai