Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN

DAN GLOBAL PASCA REFORMASI


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila

DOSEN PEMBIMBING

Rizwan Martiadi, M.Pd

disusun oleh

TITA LELA ROSALINA

NIM : E.0105.18.037

PRODI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Eksistensi
Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.

Cimahi, 26 November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. Pengertian Pancasila.............................................................................................................3
B. Peran Pancasila di Era Modernisasi......................................................................................4
C. Peran Pancasila di Era Globalisasi dan Solusinya................................................................4
D. Peran Pancasila Pasca Era Reformasi...................................................................................7
BAB III KESIMPULAN...............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................11

iii
iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan,


sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia. Bangsa
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak akan bisa maju selama belum
memperbaiki kualitas sumber daya manusia bangsa kita. Oleh karena, itu sebagai warga
negara Indonesia seharusnya manusia itu memiliki pedoman dan pegangan dalam
bersikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia.
Menurut Modjanto (1989:13) bahwa pancasila merupakan dasar negara yang
mengandung filsafat sebagai upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang
nantinya bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia.
Pancasila terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat yakni suatu
kesatuan bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk tujuan tertentu dan
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa yang berisi sistem nilai ke-indonesiaan yang telah berkembang secara
akulturatif selama ribuan tahun. Ini berarti bahwa pancasila adalah suatu sistem budaya
yang merupakan sari dari sistem-sistem budaya yang diwarisi secara turun-temurun oleh
setiap masyarakat Indonesia.
Sebagai sebuah ideologi, pancasila bukanlah ideologi tertutup melainkan
dikembangkan sebagai ideologi terbuka sejalan dengan keterbukaan budaya. Dengan
demikian, pancasila berciri dinamis, mau menerima berbagai unsur lokal dan modern
sejauh tidak bertentangan dengan sila-silanya. Pancasila menjadi sebuah gerbang
penyaring dalam menghadapi arus globalisasi. Globalisasi berdiri atas dasar kemajuan
teknologi sebagai bagian modernisasi. Hal tersebut berimplikasi pada bagaimana
kehidupan manusia terbentuk. Dalam hal ini, teknologi komunikasi membentuk
fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini karena komunikasi adalah sebuah
proses primer di mana terjadi transaksi informasi yang memiliki efek tertentu di dalam
segala aspek kehidupan manusia.
Ada hal-hal yang perlu disaring secara ketat dari arus globalisasi yang
berlangsung saat ini. Budaya globalisasi adalah budaya beresiko besar yang
menghilangkan pribadi manusia dengan segala jati diri dan keunikannya selaku insan
yang berarti terseret ke dalam materialisme. Untuk itu pancasila merupakan dasar negara
yang harus tertanam dalam diri manusia dalam menghadapi tantangan zaman di era
globalisasi.

1
B. Rumusan Masalah

Berkaitan dengan judul tersebut, maka masalah yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengertian pancasila sebagai dasar negara?
2. Bagaimana peran pancasila di era modernisasi?
3. Bagaimana peran pancasila di era globalisasi dan solusinya?
4. Bagaimana peran pancasila pasca era reformasi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian pancasila sebagai dasar negara.

2. Untuk mengetahui peran pancasila di era modernisasi.

3. Untuk mengetahui peran pancasila di era globalisasi dan solusinya.

4. Untuk mengetahui peran pancasila pasca era reformasi.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pemerintah

Bisa dijadikan sebagai sumbangsih dalam meningkatkan eksistensi pancasila


sebagai dasar negara.

2. Bagi Guru

Bisa dijadikan acuan dalam mengajar agar para peserta didiknya dapat
mengetahui makna pancasila yang sesungguhnya.

3. Bagi Mahasiswa

Bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka mengetahui makna
pancasila dan tetap mempertahankan eksistensi pancasila.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila

Kata Pancasila berasal dari kata Sansekerta (Agama Buddha) yaitu untuk
mencapai nirwana diperlukan lima dasar atau ajaran, yaitu:
1. Jangan mencabut nyawa makhluk hidup/dilarang membunuh
2. Jangan mengambil barang orang lain/dilarang mencuri
3. Jangan berhubungan kelamin/dilarang berzina
4. Jangan berkata palsu/dilarang berbohong
5. Jangan minum yang menghilangkan pikiran/dilarang minuman keras
Secara historis pancasila dapat diartikan, pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno
berpidato dalam teks mengenai Pancasila sebagai dasar negara. Pada tanggal 17 Agustus
1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, kemudian keesokan harinya 18 Agustus
1945 disahkan UUD 1945 termasuk pembukaannya di mana di dalamnya terdapat
rumusan lima prinsip sebagai Dasar Negara yang diberi nama Pancasila. Sejak saat itulah
Pancasila menjadi bahasa Indonesia yang umum. Jadi walaupun pada alinea 4
Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah pancasila namun yang dimaksud dasar
Negara RI adalah pancasila.
Pancasila terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat yang
merupakan suatu kesatuan organis. Artinya, antara sila-sila pancasila itu saling berkaitan,
saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran tentang manusia yang
saling berhubungan dengan Tuhan, siri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat
bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sila-sila pancasila merupakan
satu kesatuan sistem yang bulat dan utuh.
Menurut Kaelan (2007: 13) “Pancasila memiliki susunan yang hierarkis piramida
berarti juga pancasila susunan bersatu membentuk satu kesatuan dan urutannya sudah
diatur sedemikian rupa sehingga pancasila saling menjiwai dan dijiwai diantara sila-
silanya”. Sila ketuhanan merupakan tingakatan yang tertinggi di antara sila dibawahnya.
Karena sila pertama ini merupakan nilai yang bersifat mutlak, kemudian diikuti dengan
sila kedua. Sedangkan untuk sila Persatuan, sila Kerakyatan, dan sila Keadilan berkaitan
dengan kehidupan kenegaraan. Nilai persatuan dipandang memiliki nilai yang lebih
tinggi daripada nilai kerakyatan merupakan syarat terwujudnya keadilan, sedangkan
keadilan merupakan tujuan dari keempat sila lainnya.
Kahlberg (1995: 62) memaknai Moral Pancasila dalam arti kata normatif yakni
faktor yang mengharuskan manusia dalam tingkah laku kita sehari-hari, baik sebagai
pemegang kekuasaan, maupun sebagai rakyat biasa. Dengan moral pancasila manusia
selalu bersedia mempertanggungjawabkan tingkah laku dan sikap tindakan tersebut
kepada Tuhan Yang Maha Esa; selalu menempuh cara-cara perikemausiaan dan

3
mengutamakan jalan musyawarah dan mufakat; dan selalu memusatkan daya-upaya
kepada terlaksananya kebahagiaan dan keadilan di bidang rohani dan jasmani, untuk
kebesaran dan kejayaan jiwa Bangsa Indonesia.

B. Peran Pancasila di Era Modernisasi

Modernisasi dalam perspektif dapat dianggap sebuah semangat untuk maju.


Dalam sejarah filsafat, sejak zaman renaissance, modernisme menyertai perkembangan
humanisme. Humanisme berpandangan bahwa rasion manusia merupakan kekuatan yang
dimiliki oleh manusia untuk memahami realitas, membangun pengetahuan, menentukan
arah hidup atau sejarah, memecahkan persoalan, dan mengendalikan sistem sosial,
politik, dan budaya. Rasio dipandang sebagai kekuatan tunggal yang menentukan segala-
galanya.
Pengakuan atas rasio ini berimplikasi terhadap pengakuan harkat dan martabat
manusia. Manusia dengan rasionya adalah subjek yang memberi bentuk pada realitas dan
menjadi pusat kehidupan dari dunia ini. Rasio, dalam perspektif kaum modernis adalah
sesuatu yang sangat vital, sentral, dominan, paling utama dalam membentuk wajah
peradaban umat manusia. Konsekuensi logis yang muncul dari anggapan tersebut adalah
bahwa manusia yang “tidak rasional‟ berada di luar hitungan dan terpinggirkan dari
kekuasaan. Akhirnya, tersusunlah sebuah hierarki mengenai tata urutan narasi-narasi
besar kaum modernisme. Salah satu puncak narasi-narasi besar itu adalah kapitalisme.
Seperti diketahui, kapitalisme yang bermula dari liberalisme mengagungkan
kebebasan individu dalam memanfaatkan segenap kemampuannya untuk mencari laba
sebesar-besarnya. Logika yang dipakai adalah dengan menggunakan biaya serendah
mungkin menghasilkan keuntungan sebanyak mungkin. Dalam dunia industri, terutama
yang memanfaatkan sumber daya alam yang tak terbarukan, logika tersebut menimbulkan
kecenderungan untuk melupakan dampak lingkungan dari pemakaian sumber daya alam
yang tak terbarukan tersebut. Tak salah apabila ada anggapan yang menyatakan bahwa
kapitalisme ikut andil dalam menciptakan masalah-masalah global seperti efek rumah
kaca.

C. Peran Pancasila di Era Globalisasi dan Solusinya

Globalisasi muncul sejak manusia hidup di bumi ini. Globalisasi lahir sejalan
modernisasi yang dimulai dikenal peradaban barat yang sejalan dengan perkembangan
kapitalisme, ketika, globalisasi merupakan fenomena baru yang berkaitan dengan pasca
industri, pasca modern atau disorganisasi kapitalisme. (Tilaar, 1997: 16).
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak
mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya merupakan suatu proses dari
gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang

4
akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama
bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia.
Menurut Tabb (2001:10) yang mengatakan bahwa definisi globalisasi merupakan
sebuah kategori luas yang mencakup banyak aspek dan makna, yaitu:
“Istilah tersebut berarti sebuah proses saling keterhubungan antar negara dan
masyarakat. Ini adalah gambaran bagaimana kejadian dan kegiatan di satu bagian
dunia memiliki akibat signifikan bagi masyarakat dan komunitas di bagian dunia
lainnya…. Ini bukan saja soal ekonomi tapi bahkan meningkatnya saling
ketergantungan sosial dan budaya dari desa global yang minum Coke dan
menonton Disney“.
Proses globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa,
yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat
dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua
bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan
keamanan dan lain- lain. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung
utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga
segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh
dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara
termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan
pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan
politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai
nasionalisme terhadap bangsa.

Globalisasi mempunyai pengaruh-pengaruh terhadap nilai-nilai nasionalisme,


antara lain:
 Pengaruh positif

1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan


demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan
djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif
dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara
menjadi meningkat.

2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan


kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan
meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional
bangsa.

3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti
etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk
meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan
mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
5
 Pengaruh negatif

1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat


membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan
berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi
akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang

2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri
karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.)
membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri
menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa
Indonesia.

3. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai
bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh
masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.

4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan
miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut
dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat
mengganggu kehidupan nasional bangsa.

5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku


sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan
kehidupan bangsa.

Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak
daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi
pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme. Langkah- langkah untuk
mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme antara lain
yaitu :

1. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat


mencintai produk dalam negeri.

2. Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaikbaiknya.

3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaikbaiknya.

4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam


arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.

6
5. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi,
sosial budaya bangsa.

Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu


menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap
bangsa. Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa.

Nilai-nilai filosofis untuk membangun karakter bangsa dan kepribadian nasional


tentu sangatlah diperlukan dalam era globalisasi. Untuk itu maka nilai-nilai tersebut harus
dikenal, diterima, diinternalisasi, diaplikasi dan diproyeksikan dalam hubungan antar
manusia. Proses tersebut adalah proses pembiasaan atau habituasi. Salah satu sarana
untuk melakukan pembiasaan adalah dalam interaksi antar kader.

Pemahaman mengenai posisi pancasila dari berbagai prespektif tersebut


diperlukan agar penanaman rasa kebangsaan benar-benar sesuai dengan yang diharapkan
dalam kerangka menghadapi globalisasi. Kebangsaan setidaknya memiliki dimensi
pemahaman, cita-cita dan tindakan. Pada tataran pemahaman ia berisi faham untuk
mengutamakan kepentingan bangsa dan memberikan energi untuk mempertahankan
kelangsungan hidup, pada tataran cita-cita ia mendorong berbuat secara efektif untuk
kepentingan bangsa dan dunia serta pada tataran tindakan ia mengarahkan perilaku yang
sesuai dengan kepentingan dan kepribadian bangsa.

D. Peran Pancasila Pasca Era Reformasi

Peran Pancasila pasca era reformasi adalah sebagai berikut:

1. Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan


Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan artinya pancasila menjadi kerangka
berpikir atau pola berpikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai dasar negara ia
sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini berarti, bahwa setiap gerak
langkah bangsa dan negara Indonesia harus selalu dilandasi oleh sila-sila yang
terdapat dalam Pancasila. Sebagai negara hukum setiap perbuatan, baik dari warga
masyarakat maupun dari pejabat-pejabat dan jabatan-jabatan harus berdasarkan
hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dalam kaitannya dalam
pengembangan hukum, pancasila harus menjadi landasannya. Artinya hukum yang
akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila pancasila.
Sekurang-kurangnya, substansi produk hukumnya tidak bertentangan dengan sila-sila
pancasila.
2. Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang sosial politik

7
Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang sosial politik mengandung arti
bahwa nilai-nilai pancasila sebagai wujud cita-cita Indonesia merdeka di
implementasikan sebagai berikut:
a. Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya,
agama, dan ekonomi dalam kehidupan seharihari.
b. Mementingkan kepentingan rakyat / demokrasi dalam pemgambilan keputusan ;
c. Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan
konsep mempertahankan kesatuan ;
3. Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang ekonomi
Pancasila sebagai paradigma nasional bidang ekonomi mengandung pengertian
bagaimana suatu falsafah itu diimplementasikan secara riil dan sistematis dalam
kehidupan nyata.
4. Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang kebudayaan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang kebudayaan mengandung
pengertian bahwa pancasila adalah etos budaya persatuan, dimana pembangunan
kebudayaan sebagai sarana pengikat persatuan dalam masyarakat majemuk. Oleh
karena itu semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan pelaksanaan UUD 1945 yang
menyangkut pembangunan kebudayaan bangsa hendaknya menjadi prioritas, karena
kebudayaan nasional sangat diperlukan sebagai landasan media sosial yang
memperkuat persatuan. Dalam hal ini bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa
persatuan.
5. Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang hankam
Dengan berakhirnya peran sosial politik, maka paradigma baru TNI terus
diaktualisasikan untuk menegaskan, bahwa TNI telah meninggalkan peran sosial
politiknya atau mengakhiri dwifungsinya dan menempatkan dirinya sebagai bagian
dari sistem nasional.
6. Pancasila sebagai paradigma ilmu pengetahuan
Dengan memasuki kawasan filsafat ilmu pengetahuan yang diletakkan di atas
pancasila sebagai paradigmanya perlu dipahami dasar dan arah penerapannya, yaitu
pada aspek ontologis, epistomologis, dan aksiologis. Ontologis, yaitu bahwa hakikat
ilmu pengetahuan aktivitas manusia yang tidak mengenal titik henti dalam upaya
untuk mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan. Epistimologi, yaitu bahwa
pancasila dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya dijadikan metode berpikir,
dalam arti dijadikan dasar dan arah di dalam pengembangan ilmu pengetahuan ; yang
parameter kebenaran serta kemanfaatan hasil-hasil yang dicapainya adalah nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila itu sendiri. Aksiologi yaitu bahwa dengan
menggunakan epistemologi tersebut diatas, pemanfaatan dan efek pengemabangan
ilmu pengetahuan secara negatif tidak bertentangan dengan pancasila dan secara
positif mendukung atau mewujudkan nilai-nilai ideal pancasila. Lebih dari itu, dengan
penggunaan pancasila sebagai paradigma, merupakan keharusan bahwa pancasila
harus dipahami secara benar.

8
BAB III

KESIMPULAN

9
Berdasarkan uraian mengenai Eksistensi Pancasila dalam konteks modern dan
global pasca reformasi, dapat disimpulkan bahwa:

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang mengatur pemerintahan negara


atau digunakan sebagai dasar negara untuk mengatur penyelenggara negara. Sebagai
pokok kaidah negara yang fundamental, pancasila menjadi sumber dari UUD 1945 dan
harus dijadikan landasan dalam menetapkan garis-garis haluan negara dan kebijaksanaan
pemerintah. Disamping itu, pancasila juga mempunyai peran dalam beberapa
permasalahan yang terjadi pada bangsa ini, antara lain: Sebagai modernisasi, menghadapi
tantangan globalisasi dan pasca reformasi.

Pemahaman mengenai posisi pancasila dari berbagai prespektif tersebut


diperlukan agar penanaman rasa kebangsaan benar-benar sesuai dengan yang diharapkan
dalam kerangka menghadapi globalisasi. Kebangsaan setidaknya memiliki dimensi
pemahaman, cita-cita dan tindakan. Pada tataran pemahaman ia berisi faham untuk
mengutamakan kepentingan bangsa dan memberikan energi untuk mempertahankan
kelangsungan hidup, pada tataran cita-cita ia mendorong berbuat secara efektif untuk
kepentingan bangsa dan dunia serta pada tataran tindakan ia mengarahkan perilaku yang
sesuai dengan kepentingan dan kepribadian bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

10
G. Moedjanto. 1989. Pancasila. Jakarta: Gramedia.

Kaelan. 2007. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma Yogyakarta Indonesia.

Kohlberg, Laurence. 1995. Tahap-tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta:Kanisius.

Tabb, William K. 2003. Tabir Politik Globalisasi. Yogyakarta: Lafadl.

Tilaar, H. A. R. 1997. Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Era Globalisasi. Jakarta:
Grasindo.

11

Anda mungkin juga menyukai