(PjBL)
Disusun oleh :
JURUSAN MATEMATIKA
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang telah memberikan
berkat, anugerah dan karunia yang melimpah sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
ini. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas dalam mata kuliah Pembelajaran Inovtif 2
adapun judul penulisan makalah ini adalah "Model Pembelajaran Project Based Learning
(PjBL)”.
Selanjutnya penulis menyadari jika dalam pembuatan makalah ini banyak memperoleh
pengarahan dari semua pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
3. Kedua orang tua kami yang selalu mendoakan dan mendukung kami
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran matematika diajarkan dengan menekankan pada proses member
pengalaman kepada siswa dalam memadukan pengetahuan awal siswa dengan pengetahuan
yang sesuai konsep ilmuwan. Pengetahuan awal siswa yang diperoleh dari pengalaman
mengamati fenomena-fenomena di lingkungan tempat tinggal memberikan latar belakang
dalam membangun pengetahuan awal siswa. Setiap siswa tentu mempunyai tafsiran yang
berbeda terhadap pengalaman yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Ketika siswa
berada dalam proses pembelajaran di kelas, guru memfasilitasi kegiatan pembelajaran agar
terbentuk konsep baru yang sesuai dengan konsep ilmuwan. Guru hendaknya merancang
pembelajaran yang efektif dengan memperhatikan karakteristik materi pembelajaran yang
diajarkan. Hal-hal yang perlu dipertimbangan guru dalam merancang pembelajaran dengan
memilih model pembelajaran.
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Mencermati upaya reformasi
pembelajaran yang dikembangkan di Indonesia, para guru saat ini banyak ditawari dengan
aneka pilihan model pembelajaran, sebagaimana yang disyaratkan dalam kurikulum nasional.
Jika guru telah memahami karakteristik materi ajar dan siswa, pemilihan model pembelajaran
diharapkan dapat mewujudkan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Makalah ini membahas pembelajaran berbasis proyek (project based learning = PjBL).
Pembelajaran berbasis proyek lebih cocok untuk pengajaran interdisipliner karena secara
alami melibatkan banyak keterampilan akademik yang berbeda, seperti membaca, menulis,
dan cocok untuk membangun pemahaman konseptual.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengertian dari Project Based Learning (PjBL)?
2. Bagaimana tokoh dan landasan teori dari Project Based Learning (PjBL)?
3. Bagaimana tujuan dari Project Based Learning (PjBL)?
1
4. Bagaimana prinsip-prinsip dari Project Based Learning (PjBL)?
5. Bagaimana langkah-langkah dari Project Based Learning (PjBL)?
6. Bagaimana Materi yang cocok untuk Project Based Learning (PjBL)?
C. Tujuan
Adapun tujuan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian dari Project Based Learning (PjBL).
2. Untuk mengetahui tokoh dan landasan teori yang mendukung model pembelajaran
Project Based Learning (PjBL)
3. Untuk mengetahui tujuan dari Project Based Learning (PjBL).
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari Project Based Learning (PjBL).
5. Untuk mengetahui langkah-langkah dari Project Based Learning (PjBL).
6. Untuk mengetahui materi yang cocok untuk Project Based Learning (PjBL).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
based learning (PBL) dalam PjBL. PBL berfokus pada solving real-world, sedangkan
PjBl berfokus pada penciptaan proyek atau produk dalam membangun konsep.
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan pada siswa.
Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam pikirannya. Guru dapat memberikan
kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau
menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga
yang membawa siswa kepemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang
harus memanjat anak tangga tersebut (Nur, 2008: 8) Sejalan dengan teori belajar
Kontruktivisme, bahwa dalam penelitian ini diterapkan pembelajaran berbasis Project Based
Learning (PjBL) dimana pada prinsipnya PjBL mendorong siswa mengkontruksi
pengetahuannya melalui proses pengamatan, percobaan, dan pengalaman dalam pembuatan
proyek. Atas dasar ini, penerapan kontruktivisme dalam pembelajaran berbasis PjBL
mendorong siswa untuk mampu mengkontruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman
nyata.
4
2. Teori Belajar Menurut Piaget
Vygotsky berpendapat seperti Piaget, bahwa siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil
dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Teori Vygotsky ini lebih menekankan
pada aspek sosial dari pembelajaran. Menurut Vygotsky bahwa proses pembelajaran akan
terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-
tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximal
development, yaitu daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan
seseorang saat ini.
5
disesuaikan oleh setiap individu. Proses dalam kognisi diarahkan melalui adaptasi intelektual
dalam konteks sosial budaya. Proses penyesuaian itu sebanding dengan pengkonstruksian
pengetahuan secara intra-individual yakni melalui proses regulasi diri internal. Dalam
hubungan ini, konstruktivis Vygotsky lebih menekankan pada penerapan teknik saling tukar
gagasan antar individual. Berdasarkan teori Vygotsky di atas, maka diperoleh keuntungan
jika: (1) anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan
proksimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang; (2) pembelajaran perlu
dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya dari pada tingkat perkembangan
aktualnya; (3) pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan
kemampuan intermentalnya dari pada kemampuan intramentalnya; (4) anak diberi
kesempatan yang luas untuk mengintregrasikan pengetahuan deklaratif yang telah
dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat digunakan untuk melakukan tugas-
tugas dan memecahkan masalah; (5) proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat
transferal tetapi lebih merupakan konstruksi (membangun), yaitu suatu proses mengkonstruksi
pengetahuan atau makna baru secara bersama-sama antar semua pihak yang terlibat di
dalamnya.
Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang-orang lain terlebih yang
punya pengetahuan lebih baik dan sistem yang secara kultural telah berkembang dengan baik,
dan serta dialog atau komunikasi verbal dengan individu lain. Penerapan teori pembelajaran
Vygotsky bertolak pada pentingnya interaksi sosial dengan orang-orang lain terlebih yang
punya pengetahuan lebih baik yaitu siswa yang belajar dalam kelompok kecil dapat
mengkonstruksikan gagasan-gagasan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Para siswa dalam tahap ini diharapkan dapat bertukar pendapat atau pemikiran selama
proses pembelajaran berlangsung, sehingga akan diperoleh solusi yang tepat dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Penerapan pembelajaran berbasis Project Based
Learning (PjBL) sejalan dengan teori belajar Vygotsky karena dalam PjBL siswa dituntut
untuk bertukar informasi dalam dan antar kelompok. Siswa mendapat kesempatan untuk
mengintegrasikan kemampuan deklaratif dan pengetahuan siswa terbangun dalam proses
diskusi dalam kelompok dalam menyelesaikan tugas eksperimen atau pembuatan proyek.
6
4. Teori Belajar Bruner
Menurut Bruner Salah satu model intruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah
model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan. Bruner menganggap,
bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan
dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari
pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang
benar-benar bermakna. Belajar adalah bagaimana seorang memilih, mempertahankan, dan
mentrasformasikan informasi secara aktif. Selama proses belajar berlangsung murid dibiarkan
mencari dan menemukan sesuatu yang dipelajarinya.
Menurut Bruner, proses belajar siswa tersebut melibatkan tiga hal yang berlangsung
hampir bersamaan, yaitu: 1) memperoleh informasi baru, 2) transformasi informasi, 3)
menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Bruner menyarankan agar siswa-siswa
hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip,
serta mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen yang
mengijinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.
Pembelajaran berbasis Project Based Learning (PjBL) sesuai dengan teori belajar yang
dikemukakan oleh Bruner. Dalam PjBL siswa diajak berpartisipasi aktif dari percobaan
sederhana dalam memahami konsep-konsep dan memperoleh pengalaman dari aplikasi
konsep tersebut melalui proyek yang dibuat dalam pembelajaran.
Inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna. Belajar bermakna
merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Faktor yang mempengaruhi belajar ialah apa yang
telah diketahui peserta didik. Dengan demikian agar terjadi belajar bermakna, konsep baru
atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur
kognitif peserta didik.
7
didik yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Sehingga jika dikaitkan dengan
model pembelajaran berdasarkan masalah, dimana peserta didik mampu mengerjakan
permasalahan yang autentik sangat memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki peserta
didik sebelumnya untuk suatu penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.
Prinsip ini menegaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan esensi dari
kurikulum, dilakukan sebagai kegiatan utama dalam pembelajaran, bukan hanya sebagai
kegiatan pendamping atau praktik tambahan untuk memahami konsep yang dipelajari.
Prinsip ini menegaskan bahwa kerja proyek yang dilakukan harus dapat mendorong siswa
untuk memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu.
Prinsip investigasi konstruktif merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan,
yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep dan resolusi. Selain itu
8
pembelajaran berbasis proyek juga mencakup proses transformasi dan konstruksi pengetahuan
(Wena: 2010)
Prinsip otonomi dalam pembelajaran berbasis proyek memberikan kebebasan pada siswa
untuk menetukan sendiri pilihan dan bertanggung jawab atas proyek yang dilakukannya. Guru
hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam pelaksanaan proyek siswa. Oleh
karena itu, LKS dan petunjuk praktikum bukan merupakan instrument pembelajaran berbasis
proyek.
Prinsip realistis berarti bahwa proyek yang dilakukan siswa merupakan sesuatu yang nyata
terjadi di masyarakat, bukan simulasi yang dibuat-buat.
9
Adapun langkah‐langkah pembelajaran dengan metode Project Based Learning adalah
sebagai berikut:
1. Peserta didik dibagi dalam kelompok‐kelompok kecil dan masing masing kelompok
melaksanakan proyek nyata (connecting theproblem).
2. Masing‐masing kelompok diberikan penjelasan tentang tugas dan tanggung jawab
(setting the structure) yang harus dilakukan oleh kelompoknya dalam praktik.
3. Peserta didik di masing‐masing kelompok berusaha maksimal untuk
mengidentifikasikan masalah bisnis (visiting the problem) yang dihadapi sesuai
pengetahuan yang dimiliki.
a. Mengidentifikasi masalah dengan seksama untuk menemukan inti problem bisnis
yang sedang dihadapi
b. Mengidentifikasi cara untuk memecahkan masalah.
4. Peserta didik di masing‐masing kelompok mencari informasi dariberbagai sumber
(buku, pedoman dan sumber lain) atau bertanya pada pakar yang mendampingi untuk
mendapatkan pemahaman tentang masalah (revisiting the problem).
5. Berbekal informasi yang diperoleh peserta didik saling bekerjasama danberdiskusi
dalam memahami masalah dan mencari solusi (produce the product) terhadap
masalah dihadapi dan langsung diaplikasikan. Pelatih bertindak sebagai pendamping.
6. Masing‐masing kelompok mensosialisasikan pengalaman dalammemecahkan
masalah kepada kelompok lainnya untuk mendapatkan masukan dan penilaian
(evaluation) dari kelompok lainnya.
10
keseluruhan proses bagaimana peserta didik latihan berfikir melalui situasi nyata dan
mencapai solusi yang tepat.
3. Visiting the problem.
Pendidik fokus pada ide‐ide yang dimiliki peserta didik pelatihan bagaimana
menyelesaikan masalah. Fokus tersebut diarahkan untuk menghasilkan fakta dandaftar
item yang membutuhkan klarifikasi lebih lanjut.
4. Revisiting the problem.
Setelah peserta didik dalam kelompok kecil telah menyelesaikantugasmandiri, mereka
harus segera bergabung kembali dalam kelas untuk menemukan kembalimasalah‐masalah
tersebut. Pendidik pertama‐tama meminta kelompok kecil untuk melaporkan hasil
pengamatan mereka. Pada saat itu pendidik menilaisumber yang mereka pakai
sebagaireferensi, waktu yang digunakan, danefektivitas rencana tindakan yang akan
dilakukan.
5. Producing a product/performance.
Membuat hasil pemecahan masalah yang disampaikan kepada pendidik untukdievaluasi
tentang mutu isi danpenguasaan skill mereka.
6. Evaluating performance and theproblem.
Pendidik meminta peserta didik untuk mengevaluasi hasil kerja(performance) dari kajian
masalah danalternatif solusi yang diajukan.
Menurut Kemendikbud dalam Afriana (2015) tahapan PjBL dikembangkan oleh dua ahli,
The George Lucas Education Foundation dan Dopplet. Sintaks PjBL yaitu :
11
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan
demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan
berisi tentang aturan main, pemilihan kegiatan yang dapat mendukung dalam menjawab
pertanyaan penting, dengan cara mengintegrasikan berbagai materi yang mungkin, serta
mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
Fase 3: Menyusun jadwal (create schedule)
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal kegiatan dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat jadwal untuk
menyelesaikan proyek, (2) menentukan waktu akhir penyelesaian proyek, (3) membawa
siswa agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing siswa ketika mereka membuat
cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk membuat
penjelasan (alasan) tentang cara pemilihan waktu. Jadwal yang telah disepakati harus
disetujui bersama agar guru dapat melakukan monitoring kemajuan belajar dan
pengerjaan proyek di luar kelas.
Fase 4: Memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring the students and progress of project)
Guru bertanggung jawab untuk memantau kegiatan siswa selama menyelesaikan
proyek. Pemantauan dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses.
Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah
proses pemantauan, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan kegiatan yang
penting.
Fase 5: Penilaian hasil (assess the outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar
kompetensi, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi
umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru
dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
Fase 6: Evaluasi Pengalaman (evaluation the experience)
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap
kegiatan dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara
individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan
perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru dan siswa
mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran,
12
sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab
permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
1. Statistika
Penerapan PjBL pada materi statistika ini diberikan proyek sesuai dengan sub topic
bahasan yang terdapat dalam materi pokok SMP, yaitu proyek untuk menentukan mean,
median, dan modus dengan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
2. Mencari luas permukaan bangun ruang
Penerapan PjBL pada materi ini diberikan proyek sesuai dengan sub topic bahasan yang
terdapat dalam materi pokok SMP, yaitu proyek untuk merekonstruksi rumus luas
permukaan bangun ruang dari pengetahuan sebelumnya yakni materi bangun datar
dengan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. PjBL adalah model pembelajaran yang terpusat pada siswa untuk membangun dan
mengaplikasikan konsep dari proyek yang dihasilkan dengan mengeksplorasi dan
memecahkan masalah di dunia nyata secara mandiri.
2. Terdapat berbagai teori yang berkaitan dengan penelitian pengembangan dan basis
pembelajaran Project Based Learning (PjBL) antara lain: Teori Belajar Konstruktivisme,
Teori Belajar Piaget, Teori Belajar Vygotsky, Teori Belajar Ausubel, dan Teori Belajar
Bruner.
3. Tujuan pembelajaran model PjBL yaitu dapat menuntun siswa untuk lebih mandiri,
mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya, mengembangkan pengetahuan dan
penguasaan konsep berdasarkan pengalaman belajar yang dimilikinya, juga bersosialisasi
dengan teman dan lingkungannya.
4. Prinsip-prinsip Project Based Learning antara lain: Prinsip Sentralis, Prinsip Pertanyaan
Pendorong atau Penuntun, Prinsip Investigasi Konstruktivis, Prinsip Otonom, dan Prinsip
Realistis.
5. Langkah-langkah Project Based Learning antara lain:
Fase 1: Menyusun Pertanyaan Mendasar
Fase 2: Menyusun Perencanaan Proyek
Fase 3: Menyusun Jadwal
Fase 4: Memantau Siswa dan Kemajuan Proyek
Fase 5: Penilaian Hasil
Fase 6: Evaluasi Pengalaman
6. Materi yang cocok untuk Project Based Learning yaitu statistika dan luas permukaan
bangun ruang.
14
DAFTAR PUSTAKA
Afriana, Jaka. 2015. Makalah Project Based Learning. Bandung :Universitas Pendidikan
Indonesia.
15