PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status gizi balita menjadi salah satu indikator untuk menilai kesejahteraan
masyarakat. Kondisi status gizi balita dapat memprediksi bagaimana output SDM di
masa mendatang. Untuk menjadi calon penerus dalam membangun bangsa yang
unggul dibutuhkan status gizi yang baik. Menurut Black, et al. (2013), masalah gizi
yang sering menjadi penyebab kematian balita adalah masalah kurang gizi.
Masalah gizi buruk dan gizi kurang nampaknya belum bisa teratasi dengan baik
dalam skala internasional maupun nasional, tercatat 101 juta anak di dunia dibawah
mengalami kemajuan sama sekali dalam menurunkan tingkat kurang gizi anak sejak
tahun 2007 yaitu sebanyak 18,4% anak Indonesia di bawah usia lima tahun
menderita gizi kurang. hasil PSG Indonesia 2017status gizi balita dengan indeks
berdasarkan BB/U yaitu sebanyak 3,8% balita mempunyai status gizi buruk dan
status gizi balita dengan indeks berdasarkan TB/U yaitu sebanyak 9,8% balita
mempunyai status gizi sangat pendek Dan 19,8% balita mempunyai status gizi
lebih tinggi dibandingkan kelompok baduta (20,1%). status gizi balita dengan indeks
berdasarkan BB/TB sebanyak 2,8% balita mempunyai status gizi sangat kurus dan
1
pada kelompok balita (9,5%) lebih rendah dibandingkan kelompok baduta (
bulan menurut status gizi dengan indeks BB/U menurut Provinsi tahun 2016, di
Sulawesi Tenggara kejadian gizi buruk 2,0%; gizi kurang 13,8%; gizi baik 83,3%
dan gizi lebih 0,9%. Berdasarkan Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara tahun 2016
yaitu sebaran kasus gizi buruk pada balita menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Sulawesi tenggara tahun 2016 yaitu Kolaka Timur, Kolaka, Konawe Utara, Muna
Barat, Buton Utara, Konawe Kepulauan, Wakatobi dan Bau-Bau memiliki 1-10
jumlah kasus gizi buruk. Kemudian Buton Selatan memiliki 11-20 kasus gizi buruk,
dan Kolaka Utara, Konawe Selatan, Bombana, Muna, Buton Tengah, Buton,
Kendari dan Konawe memiliki kasus gizi buruk diatas 20 kasus. (Dinkes Provinsi
Tingginya angka kejadian gizi kurang tentunya tidak lepas dari faktor-faktor
adalah kurangnya kecukupan zat gizi dan penyakit infeksi pada balita. Penyebab
tidak langsung adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi, kepercayaan ibu
yang kurang baik terhadap makanan tertentu, tidak tersedianya fasilitas kesehatan,
gizi, terutama dalam hal asupan gizi keluarga, mulai dari penyiapan makanan,
pemilihan bahan makanan, sampai menu makanan. Ibu yang memiliki status gizi
baik akan melahirkan anak yang bergizi baik. Kemampuan keluarga dalam
2
memenuhi kebutuhan pangan baik dalam jumlah maupun mutu gizinya sangat
berpengaruh bagi status gizi anak. Keluarga dengan penghasilan relatif tetap,
kemampuan ibu dalam mengelola sumber pangan yang ada untuk mendapatkan
makanan bagi kesehatan keluarga dapat membantu ibu memilih bahan makanan
(Sulfiah, 2013).
Begitu dominannya peranan ibu bagi kesehatan anak balita terutama dalam
pemberian gizi yang cukup pada anak balita, menuntut ibu harus mengetahui dan
memahami akan kcbutuhan gizi pada anak, untuk itu yang harus dimiliki oleh ibu
adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang
dikarenakan adanya reaksi, persentuhan dan hubungan dengan lingkungan dan alam
tingkat pengetahuan ibu balita tentang gizi masih sangat kurang. Hasil penelitian
tingkat pengetahuan tentang cara pengolahan bahan makanan yang baik dan benar
dikategorikan kurang sejumlah 55%. Selain itu hasil Penelitian Tantejo, Chriastianto
ibu tentang gizi dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas XIII Koto
3
Kampar tahun 2013, dimana pengetahun ibu balita dalam kategori kurang sebesar
26.%, hal tersebut diakibatkan karena adalah tingkat pendidikan ibu yang rendah
pengetahuan ibu tentang gizi. Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti
“ Gambaran status gizi anak balita dan tingkat pengetahuan gizi ibu baliata didesa
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakan gambaran status gizi balita dan tingkat pengetahuan ibu balita di
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
pengetahuan gizi ibu balita di desa Mekar Jaya Kecamatan Soropia Kabupaten
Konawe
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui gambaran status gizi anak balita di desa Mekar Jaya
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
wilayah kerjanya.
4
2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe
upaya penanggulangan masalah gizi kurang pada anak balita terutama faktor
4. Bagi peneliti
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kepada kelompok atau anggota orang lain. Gizi adalah ikatan kimia yang
Status gizi meupakan keadaan tubuh sebagi akibat konsumsi makanan dan
1) . Antropometri
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa,
gizi adalah :
6
ini, maka indeks berat badan menurut umur di gunakan sebagai
salah satu cara pengukuran status gizi (Supariasa, Bakri dan Fajar,
2012).
umum, baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis, sangat
Tabel 1
Status gizi dengan indikator BB/U menurut Kemenkes 2011
Kategori Z-Score
Status gizi lebih >2 SD
Status gizi baik - 2 sampai dengan 2 SD
Status gizi kurang -3 sampai dengan <-2 SD
Status gizi buruk <- 3 SD
Fajar, 2012).
7
Tabel 2
Status gizi dengan indikator TB/U menurut Kemenkes 2011
Kategori Z-Score
Tinggi >2 SD
Normal - 2 sampai dengan 2 SD
Pendek -3 sampai dengan <-2 SD
Sangat pendek <- 3 SD
Fajar, 2012).
Tabel 3
Status gizi dengan indikator BB/TB menurut Kemenkes 2011
Kategori Z-Score
Gemuk >2 SD
Normal - 2 sampai dengan 2 SD
Kurus -3 sampai dengan <-2 SD
Sangat kurus <- 3 SD
𝐵𝐵 (𝑘𝑔)
IMT =
𝑇𝐵 (𝑚)𝑥𝑇𝐵 (𝑚)
8
Tabel 4
Status gizi dengan indikator IMT/U menurut Kemenkes 2011
Kategori Z-Score
Obesitas >2 SD
Gemuk >1SD sampai 2 SD
Normal - 2 sampai dengan 1 SD
Kurus -3 sampai dengan <-2 SD
Sangat kurus <- 3 SD
2) Biofisik
3) Klinis
cukupan zat gizi.Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit,
mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ – organ yang dekat
Fajar, 2012).
4) Biokimia
tubuh seperti darah, tinja, urin dan juga beberapa jaringan tubuh seperti
9
b. Penilaian Secara Tidak Langsung
secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
2) Statistik Vital
penyebab tertentu dan data yang lainnya yang berhubungan dengan gizi
3) Faktor Ekologi
2012).
(Supariasa, 2002) :
a. Faktor langsung
1) Keadaan infeksi
bahwa ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit)
10
sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi. Mekanisme
kebutuhan baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit dan parasit yang
2) Konsumsi makan
kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna
untuk mengukur status gizi dan menemukan faktor diet yang dapat
menyebabkan malnutrisi.
1) Pengaruh budaya
pencernaan. Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak
Konsumsi zat gizi keluarga yang rendah, juga dipengaruhi oleh produksi
11
pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan karena para petani
a) Data sosial
b) Data ekonomi
c) Produksi pangan
serta keuangan.
karang tarunanya serta media masa seperti radio, televisi dan lainlain.
12
B. Tinjauan tentang Pengetahun Gizi
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua
zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi
bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau
status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang
kekurangan satu atau lebih zat gizi essential. Sedangkan status gizi lebih terjadi
apabila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah yang berlebihan, sehingga
2. Tingkatan Pengetahuan
a. Tahu ( Know )
kembali) terhadap suatu yang spesifik terhadap suatu bahan yang dipelajari
13
b. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi
2003)
c. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau konsulidasi riil (sebenarnya). Aplikasi
ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain (Notoatmodjo, 2003)
d. Analisa
Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
tersebut, dan masih ada kaitan satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat
e. Sintesis
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan
kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek penilaian ini
14
berdasarkan suatu keriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
a. Faktor Internal
1) Umur
seseorang akan lebih matang dalam berfikir maupun bekerja. Dari segi
dari orang yang belum cukup umur ( Nursalam dan Pariani, 2001).
2) IQ (Intelegency Quotient)
IQ ( Intelegency Quotient) yaitu skor yang diperoleh dari sebuah alat tes
3) Keyakinan ( Agama ).
b. Faktor Eksternal
1) Pendidikan
15
belajar-mengajar, dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku yaitu
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan
dari tidak dapat menjadi dapat. Maka makin tinggi pendidikan seseorang
2) Informasi
sumber media sebagai sarana komunikasi yang dibaca atau dilihat, baik
dari media cetak maupun elektronik seperti televisi, radio, surat kabar,
3) Sosial Budaya
Pariani, 2001).
1) Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari
seluruh pernyataan.
2) Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari
seluruh pernyataan.
3) Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari
seluruh pernyataan.
16
C. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
1. Kerangka Teori
Adapun kerangka teroi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
pendekatan survey.
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan November 2018 di Desa Mekar
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita di Desa Mekar Jaya
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah balita sedangkan ibu balita ada
responden.
b. Besar Sampel
Sampel untuk penelitian ini adalah sebagian dari jumlah populasi
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
18
Keterangan :
n = jumlah sampel
192
𝑛=
1 + 192. 0.12
192
𝑛=
2.92
n = 65.7 = 66 balita
c. Teknik sampling
yakni 66.
1. Data Primer
PB/TB balita
19
2. Data Sekunder
1. Pengolahan data
b. Data tentang pengetahuan ibu balita diolah dengan cara menjumlah semua
skor kemudian dibagi dengan total skor dikali dengan 100%, hasilnya
kemudian diketegorikan.
2. Penyajian Data
balita, kebutuahan gizi pada balita serta cara pengolahan makanan yang baik
untuk balita. Cara penilaian dilakukan dengan skoring dalam satuan persen
Baik : ≥ 76%
Cukup : 60 – 75%
20
2. Kondisi fisik balita yang ditentukan dengan melakukan pengukuran
antropometri Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur
Gizi kurang : -3 SD - ≤ 2 SD
Gizi Baik : - 2 SD – 2 SD
Pendek : -3 SD - ≤ 2 SD
Normal : - 2 SD – 2 SD
Tinggi : > 2 SD
Kurus : -3 SD - ≤ 2 SD
Normal : - 2 SD – 2 SD
Genuk : > 2 SD
21
DAFTAR PUSTAKA
amelinda calida rahma, sitti rahayu nadhiroh. (2016). Perbedaan Sosial Ekonomi Dan
Pengetahuan Gizi Ibu Balita Gizi Kurang Dan Gizi Normal. Media Gizi Indonesia,
11, 55–60. Retrieved from http://e-
journal.unair.ac.id/index.php/MGI/article/view/4391
anik sholikah, eunike raffy rustiana. (2017). Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan
Status Gizi Balita di Pedesaan dan Perkotaan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(1),
9–18.
Anindita, P. (2012). Putri Anindita Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP ©
2012 Page 1, 1, 1–10.
Buku Saku Nasional PSG 2017.
sari fatimah, ikeu nurhidayah, windhy rakhmawati. (2008). Faktor-Faktor yang
Berkontribusi terhadap Status Gizi, 10(Xviii), 37–51.
Kemenkes RI. 2016. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan.
Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara. 2017. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun
2016. Kota Kendari.
Shely rosita dewi. (2013). Hubungan Antara Pengetahuan Gizi, Sikap Terhadap Gizi
dan Pola Konsumsi Buku saku pemantauan status Gizi Tahun 2017
22
23