Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN FISIKA

“ METODE DAN MEDIA DARI MODEL-MODEL PEMBELAJARAN”

DISUSUN OLEH :

1. SRI SUKMA AJENG N ( A1C317003 )

2. RIZKI INTAN SARI ( A1C317013 )

3. ALEXANDER YUDHA A ( A1C317029 )

4. AYUDIAH A. SIAHAAN ( A1C317046 )

5. DINDA AURA NATASYA ( A1C317077 )

DOSEN PEMBIMBING :

1. DIAN RASMI PERTIWI S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul “Metode dan Media dari Model-model
Pembelajaran”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Dosen Pengampu kami yang telah membimbing penulis dalam menulis makalah ini.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jambi, Maret 2019

Penulis

Metode dan Media Pembelajaran | ii


DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... ii


Daftar Isi ............................................................................................................. iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2

Bab II Pembahasan
2.1 Metode dan Media Pembelajaran ......................................................... 3
2.2 Metode dan Media Model Pembelajaran Langsung ............................... 18
2.3 Metode dan Media Model Pembelajaran Kooperatif ............................. 21
2.4 Metode dan Media Model Project Based Learning, Problem Based
Learning, dan Problem Solving ........................................................... 36
2.5 Metode dan Media Model Inkuiri dan Learning Cycle .......................... 36

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 40
3.2 Saran ......................................................................................................

Daftar Pustaka .....................................................................................................

Metode dan Media Pembelajaran | iii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia terlahir sebagai makhluk yang mempunyai hasrat untuk ingin tahu.
Dimana setiap manusia memerlukan adanya pendidikan. Pendidikan merupakan salah
satu usaha manusia untuk meningkatkan peradaban,mengembangkan kepribadian
terutama perubahan sikap, tingkah laku dan prestasi. Dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
seni diperlukan satu kemampuan yang professional baik dalam pengalaman, penalaran
maupun penguasaan ilmu. Untuk itu pendidikan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat mempunyai totalitas dari kelompok-kelompok individu maupun keluarga.
Dimana dalam pendidikan sangat diperlukan peran seorang guru dalam proses
pembelajaran. Seorang guru harus mampu memotivasi siswa dengan sebaik-baiknya
dalam proses pembelajaran, karena inti suatu pembelajaran terletak pada interaksi guru
dengan siswa. Dimana guru melakukan kegiatan mengajar sedang siswa melakukan
kegiatan belajar. Sehingga interaksi guru dengan siswa disebut juga proses belajar
mengajar.
Dalam proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode
mengajar dan media pembelajaran. Oleh karena itu, adalah penting sekali bagi setiap
guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar murid, agar ia dapat
memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi
bagi para siswa.
Dan juga guru harus mempunyai metode-metode dalam proses pembelajaran,
agar terjadi pendekatan yang bermutu pada siswa atau pelajar. Berbicara proses
pembelajaran, di dalamnya terdapat media-media khusus pembelajaran, yang dapat
memperlancar aktivitas pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian
dalam makalah ini.

Metode dan Media Pembelajaran | 1


1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pengunaan metode dan media dalam pembelajaran?
1.2.2 Apa saja metode dan media yang cocok digunakan dalam model pembelajaran
langsung?
1.2.3 Apa saja metode dan media yang cocok digunakan dalam model pembelajaran
kooperatif?
1.2.4 Apa saja metode dan media yang cocok digunakan dalam model pembelajaran
Project Based Learning, Problem Based Learning dan Problem Solving?
1.2.5 Apa saja metode dan media yang cocok digunakan dalam model pembelajaran
Inkuiri dan Learning Cycle?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Agar pembaca dapat mengetahui metode dan media pembelajaran.
1.3.2 Agar pembaca dapat mengetahui metode dan media yang cocok digunakan
dalam model pembelajaran langsung.
1.3.3 Agar pembaca dapat mengetahui metode dan media yang cocok digunakan
dalam model pembelajaran kooperatif.
1.3.4 Agar pembaca dapat mengetahui metode dan media yang cocok digunakan
dalam model pembelajaran Project Based Learning, Problem Based Learning
dan Problem Solving.
1.3.5 Agar pembaca dapat mengetahui metode dan media yang cocok digunakan
dalam model pembelajaran Inkuiri dan Learning Cycle.

Metode dan Media Pembelajaran | 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Metode dan Media Pembelajaran


2.1.1 Metode Pembelajaran
2.1.1.1 Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah salah satu unsur pendidikan yang dikembangkan
untuk memajukan dunia pendidikan di Indosesia. Banyak aspek yang mempengaruhi
kualitas pendidikan diantaranya adalah pemakaian metode dan media pembelajaran.
Ketepatan memilih metode pembelajaran dalam setiap proses belajar mengajar akan
menentukan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dan peningkatan
kemampuan akademik serta non akademik siswa, sehingga akan diikuti meningkatnya
pemahaman konsep yang diberikan dan kreativitas siswa dalam pembelajaran
(Kurniawan, 2013: 8-9).
2.1.1.2 Tujuan Penggunaan Metode Pembelajaran
Menurut Sumantri (2001: 116), mengemukakan tujuan penggunaan metode
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengertian tiap-tiap metode mengajar yang dibahas;
2. Menerangkan tujuan yang dicanangkan dari penggunaan setiap metode mengajar;
3. Mengungkapkan relatif penggunaan tiap-tiap metode mengajar dalam pengajaran;
4. Menyebutkan berbagai kekuatan dan keterbatasan tiap-tiap penggunaan metode
mengajar;
5. Menjelaskan prosedur penggunaan tiap-tiap metode dalam pengajaran; dan
6. Merancang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan tiap-tiap metode
mengajar.
2.1.1.3 Ciri-Ciri Metode Pembelajaran yang Baik
Banyak metode yang bisa dipilih oleh seorang guru dalam kegiatan belajar
mengajar. Oleh karena itu setiap guru yang akan mengajar diharapkan untuk memilih
metode yang baik. Karena Baik dan tidaknya suatu metode yang akan digunakan dalam

Metode dan Media Pembelajaran | 3


proses belajar mengajar terletak pada ketepatan memilih suatu metode sesuai dengan
tuntutan proses belajar mengajar.
Menurut Pupuh (2007: 56), adapun ciri-ciri metode yang baik untuk proses belajar
mengajar adalah sebagai berikut:
a. Bersifat luwes, fleksibel dan memiliki daya yang sesuai dengan watak murid dan
materi.
b. Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktik dan mengantarkan
murid pada kemampuan praktis.
c. Tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya mengembangkan materi.
d. Memberikan keleluasaan pada murid untuk menyatakan pendapat.
e. Mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat, terhormat dalam keseluruhan
proses pembelajaran.
Menurut Ahmadi & Prastya (1997: 53), dalam penggunaan suatu metode
pembelajaran harus memperhatikan beberapa hal berikut:
a. Metode yang digunakan dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar
murid.
b. Metode yang digunakan dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian murid.
c. Metode yang digunakan dapat memberikan kesempatan kepada murid untuk
mewujudkan hasil karya.
d. Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih
lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi.
e. Metode yang digunakan dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara
memperoleh ilmu pengetahuan melalui usaha pribadi.
f. Metode yang digunakan dapat meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan
menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan.
g. Metode yang digunakan dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai serta
sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam
kehidupan sehari-hari.

Metode dan Media Pembelajaran | 4


2.1.1.3 Penentuan Metode Pembelajaran
Menurut Tahar dan Saiful (1997: 7-10), adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penentuan metode pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Tujuan yang hendak dicapai. Tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar
mengajar harus menjadi perhatian utama bagi seorang guru dalam menentukan
metode apa yang dipakai (serasi).
b. Kemampuan guru. Efektif tidaknya suatu metode pembelajaran juga sangat
dipengaruhi pada kemampuan guru dalam menggunakannya. Misalnya seorang
guru yang mahir dalam berbicara, maka bisa menggunakan metode ceramah
disamping metode yang lain sebagai pendukungnya.
c. Anak didik. Guru dalam kegiatan belajar mengajar harus memperhatikan anak didik.
Karena mereka mempunyai kemampuan, bakat, minat, kecerdasan, karakter, latar
belakang ekonomi yang berbeda-beda. Oleh karena itu dengan latar belakang yang
berbeda-beda guru harus pandai dalam menentukan metode pembelajaran yang akan
digunakan.
d. Situasi dan kondisi proses belajar mengajar dimana berlangsung.
e. Situasi dan konsidi proses belajar mengajar yang berada dilingkungan dekat pasar
yang ramai akan berdampak pada metode pembelajaran yang akan digunakan.
Sehingga guru bisa menentukan metode pembelajaran yang sesuai di lingkungan
tersebut.
f. Fasilitas yang tersedia. Tersdianya fasilitas seperti, alat peraga, media pengajaran
dan fasilitas-fasilitas lainnya sangat menentukan terhadap efektif tidaknya suatu
metode.
g. Waktu yang tersedia. Disamping hal-hal di atas, masalah waktu yang tersedia juga
harus diperhatikan. Apakah waktunya cukup jika menggunakan metode yang akan
dipakai atau tidak.
h. Kebaikan dan kekurangan suatu metode. Dari masing-masing metode yang ada,
tentu memiliki kebaikan dan kekurangan. Kekurangan suatu metode bisa dilengkapi
dengan metode yang lain. Oleh karena itu guru harus bisa mepertimbangkan metode
mana yang akan digunakan.

Metode dan Media Pembelajaran | 5


2.1.1.4 Prinsip Penentuan Metode Pembelajaran
Menurut Tahar dan Saiful (1997: 56-59), adapun prinsip-prinsip penentuan
metode dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut :
a. Prinsip motivasi dan tujuan belajar. Motivasi memiliki kekuatan yang sangat dahsyat
dalam proses belajar mengajar. Belajar tanpa motivasi seperti badan tanpa jiwa.
Demikian juga tujuan, proses belajar mengajar yang tidak mempunyai tujuan yang
jelas akan tidak terarah.
b. Prinsip kematangan dan perbedaan individual. Semua perkembangan pada anak
memiliki tempo yang berbeda-beda, karena itu setiap guru agar memperhatikan
waktu dan irama perkembangan anak, motif, intelegensi dan emosi kecepatan
menangkap pelajaran, serta pembawaan dan faktor lingkungan.
c. Prinsip penyediaan peluang dan pengalaman praktis. Belajar dengan memperhatikan
peluang sebesar-besarnya bagi partisipasi anak didik dan pengalaman langsung akan
lebih memiliki makna dari pada belajar verbalistik.
d. Integrasi pemahaman dan pengalaman. Penyatuan pemahaman dan pengalaman
menghendaki suatu proses pembelajaran yang mampu menerapkan pengalaman
nyata dalam suatu proses belajar mengajar.
e. Prinsip fungsional. Belajar merupakan proses pengalaman hidup yang bermanfaat
bagi kehidupan berikutnya. Setiap belajar nampaknya tidak bisa lepas dari nilai
manfaat, sekalipun bisa berupa nilai manfaat teoritis atau praktis bagi kehidupan
sehari-hari.
f. Prinsip penggembiraan. Belajar merupakan proses yang terus berlanjut tanpa henti,
tentu seiring keb utuhan dan tuntutan yang terus berkembang. Berkaitan dengan
kepentingan belajar yang terus menerus, maka metode mengajar jangan sampai
memberi kesan memberatkan, sehingga kesadaran pada anak untuk belajar cepat
berakhir.
2.1.1.5 Macam-macam Metode Pembelajaran
Menurut Nana Sudjana (2005: 77-89), penggunaan metode pembelajaran
sangat penting karena dengan metode guru dapat merencanakan proses pembelajaran

Metode dan Media Pembelajaran | 6


yang utuh dan bersistem dalam menyajikan materi pembelajaran. Macam-macam
metode pembelajaran antara lain:
(a) Metode tutorial (pengelolaan pembelajaran yang dilakukan melalui proses
bimbingan),
(b)Metode demonstrasi (pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan proses, situasi, benda, atau cara kerja),
(c) Metode debat (meningkatkan kemampuan akademik siswa),
(d)Metode Role Playing (cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan
imajinasi dan penghayatan), dan
(e)Metode problem solving (pemecahan masalah)
Menurut Modul UPI, Jenis-jenis metode dapat dikelompokkan ke dalam
beberapa pendekatan, diantaranya:
• Berdasarkan pemberian informasi:
- Metode Ceramah
- Metode Tanya Jawab
- Metode Demonstrasi
• Berdasarkan pemecahan masalah:
- Metode Curah Pendapat (Brainstorming)
- Metode Diskusi Kelompok
- Metode Rembuk Sejoli
- Metode Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group)
- Metode Panel
- Metode Forum Debat
- Metode Seminar
- Metode Simposium
• Berdasarkan penugasan:
- Metode Latihan (Drill)
- Metode Penugasan (Resitasi)
- Metode Permainan: DIAD, Kubus Pecah, Role Playing, Sosiodrama, Simulasi
- Metode Kelompok Kerja (Workshop)

Metode dan Media Pembelajaran | 7


- Metode Studi Kasus
- Metode Karyawisata
A. Metode Ceramah
Metode Ceramah yaitu cara penyampaian informasi secara lisan yang dilakukan
oleh sumber belajar kepada warga belajar. Metode ini merupakan yang paling banyak
digunakan dalam kesempatan penyampaian informasi dalam kegiatan-kegiatan
pembelajaran. Hal ini diakibatkan adanya kemampuan setiap orang untuk
berkomunikasi atau menyampaikan pesan kepada orang lain.
B. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab yaitu cara penjelasan informasi yang pelaksanaannya
saling bertanya dan menjawab antara sumber belajar dengan warga belajar.
C. Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi yaitu cara memperagakan sesuatu hal yang
pelakasanaannya diawali oleh peragaan sumber belajar kemudian diikuti oleh warga
belajar. Hal yang diperagakan adalah harus kegiatan yang sebenarnya, tidak bersifat
abstrak.
D. Metode Curah Pendapat (Brainstorming)
Metode Brainstorming atau Curah Pendapat yaitu cara untuk menghimpun
gagasan atau pendapat dari setiap warga belajar tentang suatu permasalahan.
E. Metode Diskusi Kelompok
Metode Diskusi Kelompok yaitu cara pembahasan suatu masalah oleh sejumlah
anggota kelompok untuk mencapai suatu kesepakatan.
F. Metode Rembuk Sejoli
Metode Rembuk Sejoli yaitu cara pemecahan suatu masalah yang
pelaksanaannya warga belajar dalam kelompok dibagi secara berpasangan kemudian
dalam waktu yang singkat masing-masing kelompok membahas suatu masalah dan
diakhiri dengan penyampaian laporan nya oleh masing-masing juru bicara dalam
kelompok besar.

Metode dan Media Pembelajaran | 8


G. Metode Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group)
Metode Buzz Group yaitu cara pembahasan suatu masalah yang
pelaksanaannya warga
belajar dibagi dalam kelompok kecil antara tiga sampai enam orang membahas suatu
masalah yang diakhiri dengan penyampaian hasil pembahasannya oleh setiap juru
bicara pada kelompok besar.
H. Metode Panel
Metode Panel yaitu cara pembahasan suatu masalah melalui kegiatan diskusi
yang dilakukan oleh beberapa akhli dari berbagai keakhlian dihadapan warga belajar.
I. Metode Forum (Debate)
Metode forum (debate) adalah cara pembelajaran yang dilakukan melalui
diskusi terbuka yang disampaikan oleh beberapa nara sumber dengan topik masalah
yang kontroversial.
J. Metode Seminar
Metode Seminar yaitu cara penyampaian informasi berdasarkan hasil penelitian
yang diikuti dengan kegiatan diskusi oleh seluruh warga belajar dibawah bimbingan
sumber belajar. Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh warga belajar dapat
berdasarkan hasil penelitian tentang suatu kasus/masalah, dapat juga hasil
bacan/literatur.
K. Metode Simposium
Metode Simposium yaitu cara penyampaian materi secara lisan yang dilakukan
berupa kegiatan ceramah oleh beberapa orang nara sumber.
L. Metode Latihan (Drill)
Metode drill yaitu cara melatih warga belajar tentang kegiatan-kegiatan tertentu
secara berulang-ulang dengan materi yang sama.
M. Metode Penugasan (Resitasi)
Metode Resitasi yaitu cara pemberian tugas yang dilakukan oleh sumber belajar
kepada warga belajar yang pelaksanaannya dapat dilakukan di dalam kelas maupun di
luar kelas, serta dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.

Metode dan Media Pembelajaran | 9


N. Metode DIAD
Metode DIAD yaitu cara komunikasi diantara dua orang baik secara lisan
maupun tertulis terutama menyangkut identitas dari masing-masing pribadi.
O. Metode Kubus Pecah (Broken Square)
Metode Broken Square yaitu cara penyusunan pecahan-pecahan Bujursangkar
yang dilakukan oleh empat atau lima kelompok menjadi bentuk bujur sangkar yang
utuh.
P. Metode Bermain Peran (Role Playing)
Metode Role Playing yaitu cara permainan yang pelaksanaannya berupa
peragaan secara singkat oleh warga belajar dengan tekanan utama pada
karakteristik/sifat seseorang dengan dasar memerankan cuplikan tingkah laku dalam
situasi tertentu, yang dilanjutkan dengan kegiatan diskusi tentang masalah yang baru
diperagakan.
Q. Metode Sosiodrama
Metode Sosiodrama yaitu cara permainan yang pelaksanaannya berupa
peragaan oleh warga belajar dengan tekanan utama pada karakteristik/sifat seseorang
dengan dasar memerankan tingkah laku dalam situasi tertentu dengan didasarkan pada
cerita yang utuh, yang dilanjutkan dengan kegiatan diskusi tentang masalah yang baru
diperagakan.
R. Metode Simulasi
Metode Simulasi yaitu cara permainan yang berupa cuplikan suatu situasi
kehidupan nyata yang diangkat ke dalam kegiatan belajar.
S. Metode Kelompok Kerja (Workshop)
Metode kelompok kerja adalah cara pembelajaran yang melibatkan peserta
dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas.
T. Metode Studi Kasus
Metode studi kasus yaitu cara penelaahan suatu kasus nyata di lapangan melalui
kegiatan penelitian, yang diakhiri dengan kegiatan penyampaian laporan.

Metode dan Media Pembelajaran | 10


U. Metode Karyawisata
Metode Karyawisata yaitu cara mengunjungi suatu tempat/objek tertentu
dengan melibatkan seluruh warga belajar, dengan kegiatan ada unsur karya dan unsur
wisatanya.

2.1.2 Media Pembelajaran


2.1.2.1 Pengertian Media Pembelajaran
Istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari
"medium" yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada
penerima informasi. Istilah media ini sangat populer dalam bidang komunikasi. Proses
belajar mengajar pada dasamya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media
yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran (Falahudin, 2014:
108).
Pada mulanya media pembelajaran hanyalah dianggap sebagai alat untuk
membantu pembelajar dalam kegiatan mengajar (teaching aids). Alat bantu mengajar
yang selanjutnya digunakan adalah alat bantu visual seperti gambar, model, grafis atau
benda nyata lain. Alat-alat bantu itu dimaksudkan untuk memberikan pengalaman lebih
konkret, memotivasi serta mempertinggi daya serap dan daya ingat pebelajar dalam
belajar.
Sekitar pertengahan abad 20 usaha pemanfaatan alat visual mulai dilengkapi
dengan peralatan audio, maka lahirlah peralatan audio visual pembelajaran. Usaha-
usaha untuk membuat pelajaran abstrak menjadi lebih konkret terus dilakukan. Media,
yang tidak lagi hanya dipandang sebagai alat bantu pembelajar, melainkan telah diberi
wewenang untuk membawa pesan belajar, hendaklah merupakan bagian integral dari
kegiatan belajar mengajar. Saat ini kita mendengar kata media, hendaklah kata tersebut
diartikan dalam pengertiannya yang terakhir, yaitu meliputi alat bantu pembelajar
dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan
belajar (pebelajar). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal
tertentu, bisa mewakili pembelajar menyajikan informasi belajar kepada pebelajar. Jika

Metode dan Media Pembelajaran | 11


program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat
diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan pembelajar.
Menurut Nasution. S. (2005) dalam Falahudin (2014: 110), peranan media yang
semakin meningkat ini sering menimbulkan kekhawatiran bagi pembelajar. Namun
sebenamya hal itu tak perlu terjadi, sekiranya kita menyadari betapa masih banyak dan
beratnya peran pembelajar yang lain. Memberikan perhatian dan bimbingan secara
individual kepada pebelajar, merupakan tugas penting pembelajar yang terkadang
kurang mendapat perhatian. Hal ini mungkin karena waktu yang ada telah banyak
tersita untuk tugas menyajikan materi pelajaran. Kondisi semacam ini akan terus terjadi
selama pembelajar masih menganggap bahwa dirinya merupakan sumber belajar utama
bagi pebelajar. Padahal, jika pembelajar bisa memanfaatkan berbagai media belajar
secara baik, maka pembelajar dapat berbagi peran dengan media. Percayakanlah
sebagian peran kita kepada media pembelajaran. Dengan begitu, peran pembelajar akan
lebih mengarah sebagai manajer pembelajaran. Tanggung jawab utama manajer
pembelajaran adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa agar pebelajar dapat
belajar. Proses kegiatan akan terjadi jika pebelajar dapat berinteraksi dengan berbagai
sumber belajar. Untuk itu pembelajar bisa lebih banyak menggunakan waktunya untuk
menjalankan fungsinya sebagai penasehat, pembimbing, motivator dan fasilitator
dalam kegiatan belajar.
2.1.2.2 Kriteria Pemilihan Media
Menurut Falahudin (2014: 112-113), memilih media hendaknya tidak
dilakukan secara sembarangan, melainkan didasarkan atas kriteria tertentu. Kesalahan
pada saat pemilihan, baik pemilihan jenis media maupun pemilihan topik yang
dimediakan, akan membawa akibat panjang yang tidak kita inginkan di kemudian hari.
Banyak pertanyaan yang harus kita jawab sebelum kita menentukan pilihan media
tertentu. Secara umum, kriteria yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media
pembelajaran diuraikan sebagai berikut:

Metode dan Media Pembelajaran | 12


1. Tujuan Penggunaan
Apa tujuan pembelajaran (standar kompetensi dan kompetensi dasar) yang ingin
dicapai? Apakah tujuan itu masuk ranah kognitif, afektif, psikomotor, atau
kombinasinya? Jenis rangsangan indera apa yang ditekankan: apakah penglihatan,
pendengaran, atau kombinasinya? Jika visual, apakah perlu gerakan atau cukup visual
diam? Jawaban atas pertanyaan itu akan mengarahkan kita pada jenis media tertentu,
apakah media realia, audio, visual diam, visual gerak, audio visual gerak dan
seterusnya.
2. Sasaran pengguna media
Siapakah sasaran didik yang akan menggunakan media? bagaimana karakteristik
mereka, berapa jumlahnya, bagaimana latar belakang sosialnya, bagaimana motivasi
dan minat belajarnya? dan seterusnya. Apabila kita mengabaikan kriteria ini, maka
media yang kita pilih atau kita buat tentu tak akan banyak gunanya. Mengapa? Karena
pada akhirnya sasaran inilah yang akan mengambil manfaat dari media pilihan kita itu.
Oleh karena itu, media harus sesuai benar dengan kondisi mereka.
3. Karakteristik media
Harus diketahui karakteristik media tersebut? Apa kelebihan dan kelemahannya,
sesuaikah media yang akan kita pilih itu dengan tujuan yang akan dicapai? Kita tidak
akan dapat memilih media dengan baik jika kita tidak mengenal dengan baik
karakteristik masing-masing media. Karena kegiatan memilih pada dasamya adalah
kegiatan membandingkan satu sama lain, mana yang lebih baik dan lebih sesuai
dibanding yang lain. Oleh karena itu, sebelum menentukan jenis media tertentu,
pahami dengan baik bagaimana karaktristik media tersebut.
4. Waktu
Waktu di sini adalah berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengadakan atau
membuat media yang akan kita pilih, serta berapa lama waktu yang tersedia/yang kita
miliki, cukupkah? Pertanyaan lain adalah, berapa lama waktu yang diperlukan untuk
menyajikan media tersebut dan berapa lama alokasi waktu yang tersedia dalam proses
pembelajaran? Tak ada gunanya kita memilih media yang baik, tetapi kita tidak cukup
waktu untuk mengadakannya. Jangan sampai pula terjadi, media yang telah kita buat

Metode dan Media Pembelajaran | 13


dengan menyita banyak waktu, tetapi pada saat digunakan dalam pembelajaran
temyata kita kekurangan waktu.
5. Biaya
Penggunaan media pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran. Apalah artinya kita menggunakan media, jika akibatnya
justru pemborosan. Oleh sebab itu, faktor biaya menjadi kriteria yang harus kita
pertimbangkan. Berapa biaya yang kita perlukan untuk membuat, membeli atau
menyewa media tersebut? Bisakah kita mengusahakan biaya tersebut/apakah besarnya
biaya seimbang dengan tujuan belajar yang hendak dicapai? Tidak mungkinkah tujuan
belajar itu tetap dapat dicapai tanpa menggunakan media itu, adakah alternatif media
lain yang lebih murah namun tetap dapat mencapai tujuan belajar? Media yang mahal
belum tentu lebih efektif untuk mencapai tujuan belajar dibandingkan media sederhana
dan murah.
6. Ketersediaan
Media yang kita butuhkan itu ada di sekitar kita, di sekolah atau di pasaran? Kalau
kita harus membuatnya sendiri, adakah kemampuan, waktu tenaga dan sarana untuk
membuatnya? Kalau semua itu ada, pertanyaan berikutnya adalah tersediakah sarana
yang diperlukan untuk menyajikannya di kelas? Misalnya, untuk menjelaskan tentang
proses terjadinya gerhana matahari memang lebih efektif disajikan melalui media
video. Namun karena di sekolah tidak ada video player, maka sudah cukup bila
digunakan alat peraga gerhana matahari.
2.1.2.3 Prinsip Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Menurut Falahudin (2014: 113-114), setelah kita menentukan pilihan media
yang akan kita gunakan, maka pada akhimya kita dituntut untuk dapat
memanfaatkannya dalam proses pembelajaran. Media yang baik, belum tentu
menjamin keberhasilan belajar pebelajar jika kita tidak dapat menggunakannya dengan
baik. Untuk itu, media yang telah kita pilih dengan tepat harus dapat kita manfaatkan
dengan sebaik mungkin sesuai prinsip-- prinsip pemanfaatan media. Ada beberapa
prinsip umum yang perlu kita perhatikan dalam pemanfaatan media pembelajaran,
yaitu:

Metode dan Media Pembelajaran | 14


1. Setiap jenis media, memiliki kelebihan dan kelemahan Tidak ada satu jenis media
yang cocok untuk semua proses pembelajaran dan dapat mencapai semua tujuan
belajar. lbaratnya, tak ada satu jenis obat yang manjur untuk semua jenis penyakit.
2. Penggunaan beberapa macam media secara bervariasi memang diperlukan Namun
harap diingat, bahwa penggunaan media yang terlalu banyak sekaligus dalam suatu
kegiatan pembelajaran, justru akan membingungkan pebelajar dan tidak akan
memperjelas pelajaran. Oleh karena itu gunakan media seperlunya, jangan
berlebihan.
3. Penggunaan media harus dapat memperlakukan pebelajar secara aktif. Lebih baik
menggunakan media yang sederhana yang dapat mengaktifkan seluruh pebelajar
daripada media canggih namun justru membuat pebelajar kita terheran-heran pasif.
Sebelum media digunakan harus direncanakan secara matang dalam penyusunan
rencana pembelajaran. Tentukan bagian materi mana saja yang akan kita sajikan
dengan bantuan media. Rencanakan bagaimana strategi dan teknik penggunaannya.
Hindari penggunaan media yang hanya dimaksudkan sebagai selingan atau sekedar
pengisi waktu kosong saja. Jika pebelajar sadar bahwa media yang digunakan hanya
untuk mengisi waktu kosong, maka kesan ini akan selalu muncul setiap kali pembelajar
menggunakan media. Penggunaaan media yang sembarangan, asal-asalan, atau
"daripada tidak dipakai", akan membawa akibat negatif yang lebih buruk. Harus
senantiasa dilakukan persiapan yang cukup sebelum penggunaaan media. Kurangnya
persiapan bukan saja membuat proses pembelajaran tidak efektif dan efisien, tetapi
justru mengganggu kelancaran proses pembelajaran. Hal ini terutama perlu
diperhatikan ketika kita akan menggunakan media elektronik.
2.1.2.4 Manfaat Media dalam Pembelajaran
Menurut Yamin, Martinis (2006), secara umum, manfaat media dalam proses
pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara pembelajar dengan pebelajar
sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih
khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton (1985)
misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran, yaitu:

Metode dan Media Pembelajaran | 15


1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
Setiap pembelajar mungkin mempunyai penafsiran yang berbeda-beda terhadap
suatu konsep materi pelajaran tertentu. Dengan bantuan media, penafsiran yang
beragam tersebut dapat dihindari sehingga dapat disampaikan kepada pebelajar secara
seragam. Setiap pebelajar yang melihat atau mendengar uraian suatu materi pelajaran
melalui media yang sama, akan menerima informasi yang persis sama seperti yang
diterima oleh pebelajar-pebelajar lain. Dengan demikian, media juga dapat mengurangi
terjadinya kesenjangan informasi diantara pebelajar di manapun berada.
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Dengan berbagai potensi yang dimilikinya, media dapat menampilkan informasi
melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi.
Materi pelajaran yang dikemas melalui program media, akan lebih jelas, lengkap, serta
menarik minat pebelajar. Dengan media, materi sajian bisa membangkitkan rasa
keingintahuan pebelajar dan merangsang pebelajar bereaksi baik secara fisik maupun
emosional. Singkatnya, media pembelajaran dapat membantu pembelajar untuk
menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton, dan tidak
membosankan.
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Jika dipilih dan dirancang secara baik, media dapat membantu pembelajar dan
pebelajar melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama proses pembelajaran.
Tanpa media, seorang pembelajar mungkin akan cenderung berbicara satu arah kepada
pebelajar. Namun dengan media, pembelajar dapat mengatur kelas sehingga bukan
hanya pembelajar sendiri yang aktif tetapi juga pebelajarnya.
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
Keluhan yang selama ini sering kita dengar dari pembelajar adalah, selalu
kekurangan waktu untuk mencapai target kurikulum. Sering terjadi pembelajar
menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan suatu materi pelajaran. Hal ini
sebenarnya tidak harus terjadi jika pembelajar dapat memanfaatkan media secara
maksimal. Misalnya, tanpa media seorang pembelajar tentu saja akan menghabiskan
banyak waktu untuk mejelaskan sistem peredaran darah manusia atau proses terjadinya

Metode dan Media Pembelajaran | 16


gerhana matahari. Padahal dengan bantuan media visual, topik ini dengan cepat dan
mudah dijelaskan kepada anak. Biarkanlah media menyajikan materi pelajaran yang
memang sulit untuk disajikan oleh pembelajar secara verbal. Dengan media, tujuan
belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga
seminimal mungkin. Dengan media, pembelajar tidak harus menjelaskan materi
pelajaran secara berulang-ulang, sebab hanya dengan sekali sajian menggunakan
media, pebelajar akan lebih mudah memahami pelajaran.
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar pebelajar
Penggunaan media bukan hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien, tetapi
juga membantu pebelajar menyerap materi pelajaran lebih mendalam dan utuh. Bila
hanya dengan mendengarkan informasi verbal dari pembelajar saja, pebelajar mungkin
kurang memahami pelajaran secara baik. Tetapi jika hal itu diperkaya dengan kegiatan
melihat, menyentuh, merasakan, atau mengalami sendiri melalui media, maka
pemahaman pebelajar pasti akan lebih baik.
6. Media memungkinkan proses pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan kapan
saja
Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat
melakukan kegiatan pembelajaran secara lebih leluasa, kapanpun dan dimanapun,
tanpa tergantung pada keberadaan seorang pembelajar. Program-program
pembelajaran audio visual, termasuk program pembelajaran menggunakan komputer,
memungkinkan pebelajar dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri, tanpa
terikat oleh waktu dan tempat. Penggunaan media akan menyadarkan pebelajar betapa
banyak sumber-sumber belajar yang dapat mereka manfaatkan dalam belajar. Perlu kita
sadari bahwa alokasi waktu belajar di sekolah sangat terbatas, waktu terbanyak justru
dihabiskan pebelajar di luar lingkungan sekolah.
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif pebelajar terhadap materi dan proses
belajar.
Dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong
pebelajar untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-
sumber ilmu pengetahuan. Kemampuan pebelajar untuk belajar dari berbagai sumber

Metode dan Media Pembelajaran | 17


tersebut, akan bisa menanamkan sikap kepada pebelajar untuk senantiasa berinisiatif
mencari berbagai sumber belajar yang diperlukan.
8. Mengubah peran pembelajar ke arah yang lebih positif dan produktif.
Dengan memanfaatkan media secara baik, seorang pembelajar bukan lagi menjadi
satu-satunya sumber belajar bagi pebelajar. Seorang pembelajar tidak perlu
menjelaskan seluruh materi pelajaran, karena bisa berbagi peran dengan media.
Dengan demikian, pembelajar akan lebih banyak memiliki waktu untuk memberi
perhatian kepada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar
pebelajar, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain.
9. Media dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkrit
Mengidentifikasi bentuk pasar dalam kegiatan ekonomi masyarakat misalnya dapat
dijelaskan melalui media gambar pasar dari yang tradisional sampai pasar yang
modern, demikian pula materi pelajaran yang rumit dapat disajikan secara lebih
sederhana dengan bantuan media. Misalnya materi yang membahas tentang pusat pusat
kerajaan Islam dinusantara dapat disampaikan dengan
10. Media juga dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu
Sesuatu yang terjadi di luar ruang kelas, bahkan di luar angkasa dapat dihadirkan
di dalam kelas melalui bantuan media. Demikian pula beberapa peristiwa yang telah
terjadi di masa lampau, dapat kita sajikan di depan pebelajar sewaktu-waktu. Dengan
media pula suatu peristiwa penting yang sedang terjadi di benua lain dapat dihadirkan
seketika di ruang kelas.
11. Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia
Obyek-obyek pelajaran yang terlalu kecil, terlalu besar atau terlalu jauh, dapat kita
pelajari melalui bantuan media. Demikian pula obyek berupa proses/kejadian yang
sangat cepat atau sangat lambat, dapat kita saksikan dengan jelas melalui media,
dengan cara memperlambat, atau mempercepat kejadian. Misalnya, proses
perkembangan janin dalam kandungan selama sembilan bulan, dapat dipercepat dan
disaksikan melalui media hanya dalam waktu beberapa menit saja.

Metode dan Media Pembelajaran | 18


2.2 Metode dan Media dalam Model Pembelajaran Langsung
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Langsung
Menurut Friederici dalam Wekke dan Suardi (2014:226), model pembelajaran
langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan
dengan pengetahuan procedural dan pengetahuan dekleratif terstruktur dengan baik dan
dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Pembelajaran langsung tidak sama dengan
metode ceramah, tetapi ceramah dan resistasi (mengecek pemahaman dengan tanya
jawab) berhubungan erat dengan model pembelajaran langsung.

Menurut Sakti, dkk (2012:2), model pembelajaran langsung adalah salah satu
pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa
yang berkaitan dengan pengetajuan dekleratif dan pengetahuan procedural yang
terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap,
selangkah demi selangkah, terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa, dan
mempertahankan focus pencapaian akademi.

Menurut Suyanto dan Jihad (2013:139), ciri-ciri pembelajaran langsung adalah


sebagai berikut; Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.;
Adanya syntax atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.; Adanya system
pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung pelaksanaan dan keberhasilan
proses pembelajaran. Pada model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang
penting. Pada awal pelajaran guru menjelaskan tujuan dan latar belakang pembelajaran.
Selain itu, guru juga menyiapkan siswa untuk memasuki pembelajaran materi baru
dengan mengingatkan kembali hasil belajar yang dimiliki siswa, yang relevan dengan
materi yang akan dipelajari.

2.2.2 Metode dari Model Pembelajaran Langsung


Menurut Supriyono (2014: 3) bahwa Pembelajaran langsung tidak sama dengan
metode ceramah, tetapi ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman dengan tanya
jawab) berhubungan erat dengan model pembelajaran langsung. Guru berperan sebagai
penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai

Metode dan Media Pembelajaran | 19


media yang sesuai, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebagainya.
Model pembelajaran langsung dominan pada ceramah, maka siswa merasa cepat
bosan.Pembelajaran langsung akan terlaksana dengan baik apabila guru
mempersiapkan materi yang akan disampaikan dengan baik pula dan sistematis,
sehingga tidak membuat peserta didik cepat bosan dengan materi yang dipelajari.
Menurut Kardi (1997:3) dalam Ni’mah (2013: 4), Pembelajaran langsung dapat
berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok.
Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang
ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefesien mungkin, sehingga
guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan.
2.2.3 Media dari Model Pembelajaran Langsung
Menurut Setyosari dalam Ekasari (2016: 107), model pembelajaran langsung
adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan
pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah. Model direct instruction
terbukti efektif diterapkan dalam proses belajar mengajar dengan persentase
aktivitas siswa yang dikehendaki selama proses pembelajaran sebesar 90,09%.
Secara klasikal siswa tuntas dengan persentase 91,18%, respon siswa terhadap
pembelajaran ini adalah positif yaitu sebesar 75% dari 34 siswa. Untuk dapat
mengoptimalkan model pembelajaran tersebut dan meningkatkan penguasaan
konsep dan kreativitas siswa, maka menggunakan virtual lab sebagai media
eksperimen peserta didik. Peserta didik akan lebih termotivasi dan interaktif karena
penyajian praktikum yang dilakukan dapat menarik minat peserta didik dan lebih
efektif.
Model pembelajaran langsung (Direct Instruction) juga menggunakan media
animasi Macromedia Flash terhadap pemahaman konsep fisika siswa ditunjukkan
dengan thitung 12,259 > ttabel 1,998 untuk taraf signifikan 95%. Sehingga dapat

Metode dan Media Pembelajaran | 20


dikatakan bahwa model pembelajaran langsung lebih cocok menggunakan media
animasi macromedia flash terhadap minat belajar siswa (Sakti, 2012: 7).

2.3 Metode dan Media dalam Model Pembelajaran Kooperatif


2.3.1 Student Teams Achievement Division (STAD)

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD Menurut Hidayati dan


mariyaningisih (2018 : 47):

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin.


Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD menggunakan kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa secara heterogen. Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD terdiri dari 5 komponen utama yaitu :

a. Penyajian materi pelajaran


b. Belajar kelompok
c. Kuis
d. Skor perkembangan siswa
e. Penghargaan kelompok

Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran kooperatif tipe


STAD antara lain : (1) perangkat pembelajaran, (2) pembentukan kelompok, (3)
menentukan skor awal siswa, (4) pengaturan tempat duduk dan (5) latihan kerja
kelompok.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD Menurut Anam (2016 :18-19),


merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai
menggunakan pembelajaran kooperatif. Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD
merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan
interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang

Metode dan Media Pembelajaran | 21


menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap
minggu menggunakan presentasi verbal atau teks.

Adapun sintaks didalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini Menurut
Wirahayu, dkk (2011), menjadikan siswa sebagai pusat dalam kegiatan pembelajaran
(Student Centered). Pembelajaran semacam ini akan meningkatkan intensitas
keterlibatan siswa secara aktif di dalam proses pembelajaran. Proses aktif dalam
bertanya dan berargumen ini memberikan kesempatan siswa untuk mengekspresikan
dirinya dan menumbuhkan pemikiran kritis pada siswa. Siswa sebagai pusat dalam
proses pembelajaran memungkinkan siswa untuk menghasilkan solusi yang baru atas
suatu permasalahan yang diberikan oleh guru. Ekspresi diri, pemikiran kritis dan
penemuan yang dilakukan oleh siswa tentunya akan menumbuhkan kreativitas dalam
diri siswa. Hal ini akan berpengaruh positif terhadap suasana pembelajaran yang
menyenangkan karena tidak ada pemberian penekanan pada siswa.

a. Media pembelajaran kooperatif tipe STAD

Dalam proses pembelajaran guru mempunyai tugas untuk memilih media yang
tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran di kelas terdapat keterkaitan yang erat antara guru, siswa,
kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai tugas untuk memilih model dan
media yang pembelajaraan yang sesuai dengan materi yang disampaikan demi
tercapainya tujuan pendidikan. Disamping itu guru juga dituntut untuk lebih
berkompeten menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran. Adapun
media yang cocok di dalam Model Pembelajaran Kooperatif STAD ini adalah media
audio visual dalam bentuk video. Dengan menggunakan media audio visual dalam
pembelajaran STAD, maka peserta didik nantinya diharapkan lebih memahami materi
sehingga hasil belajar dapat meningkat ( Hasanah, 2017: 115).

Metode dan Media Pembelajaran | 22


b. Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD

Metode dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD Menurut Timur (2014 : 57),
Metode STAD dapat sekilas terlihat seperti siswa belajar berkelompok, tetapi metode
STAD ini adalah siswa belajar secara berkelompok tetapi dengan langkah-langkah
yang lebih terorganisir (terstruktur). Dimana pada awal penggunaan metode STAD,
guru melakukan pretes terlebih dahulu untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Hasil pretes tersebut berguna untuk
melakukan langkah metode STAD selanjutnya yaitu mengelompokkan siswa menjadi
beberapa kelompok. Dalam satu kelompok terdiri dari empat atau lima siswa dengan
kemampuan berbeda-beda yang ditentukan dari hasil rangking nilai pretes siswa. Pada
proses pembelajaran menggunakan metode STAD ini guru juga menyajikan konten
(materi) kepada siswa seperti halnya pembelajaran menggunakan 58 metode ceramah.
Namun bedanya, setelah menyampaikan materi, siswa diberikan lembar kerja untuk
diselesaikan secara berkelompok sebelum siswa di uji menggunakan kuis yang bersifat
individual setelah pembelajaran selesai.

Metode dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode scramble


adalah metode yang efektif dimana terdapat proses pengembangan perangkat yang
dapat diperoleh dengan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan adalah
dengan perangkat yang baik. Pada perangkat pengembangan yang baik telah memenuhi
syarat-syarat perangkat pembelajaran yang baik yaitu; (1) Kevalidan, menurut
penilaian para validator terhadap perangkat pembelajaran yang menyatakan valid
karena telah memenuhi validitas isi dan validitas konstruk; (2) Kepraktisan, karena
menurut penilaian para validator bahwa perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan dapat diterapkan dalam pembelajaran, kemampuan guru mengelola
pembelajaran dalam kategori minimal cukup baik dan aktivitas siswa selama kegiatan
pembelajaran dengan menerapkan perangkat tersebut dalam kategori baik; (3)
Keefektifan, karena respon siswa terhadap pembelajaran pada kategori positif, sikap
dan keterampilan siswa dalam kategori baik, dan instrument tes tertulis yang memenuhi
kriteria valid, reliabel dan sensitive (Zulfiah, 2017 : 110).

Metode dan Media Pembelajaran | 23


2.3.2 Number Head Together (NHT)

Menurut Trianto (2009 : 82-83), Numbered Head Together (NHT) atau


penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa sebagai alternatif terhadap struktur
kelas tradisional. Numbered Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh
Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut.
Model pembelajaran Number Head Together (NHT) merupakan sistem
kerja/belajar kelompok yang terstruktur, yakni saling ketergantungan positif, tanggung
jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerjasama dan proses kelompok di
mana siswa menghabiskan sebagian besar waktunya di kelas dengan bekerjasama
antara 4-5 orang dalam satu kelompok, serta menerima pengakuan reward berdasarkan
kinerja akademis kelompoknya . Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran
berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk
memecahkan masalah. Model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together
(NHT) disertai metode eksperimen diharapkan dapat dapat menjadi salah satu solusi
untuk meningkatkan hasil belajar yang meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan
(Haniyah, 2014: 48).
Menurut Siagian (2012: 35-36) mengatakan bahwa, pembelajaran kooperatif tipe
NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki
tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen
dalam Ibrahim (2000) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut. Untuk mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru
menggunakan empat langkah sebagai berikut:

Metode dan Media Pembelajaran | 24


1. Langkah 1: Penomoran (Numbering). Guru membagi para siswa menjadi beberapa
kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi mereka
nomor sehingga tiap siswa dalam tim memiliki nomor berbeda.

2. Langkah 2: Pengajuan Pertanyaan (Questioning). Guru mengajukan pertanyaan


kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik hingga
yang bersifat umum.

3. Langkah 3: Berpikir Bersama (Head Together). Para siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.

4. Langkah 4: Pemberian Jawaban (Answering). Guru menyebut satu nomor dan para
siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.

Dalam melaksanakan proses belajar mengajar diperlukan langkah-langkah


sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal yang harus dilakukan
dengan menggunakan metode dan media yang cocok dengan kondisi siswa agar siswa
dapat berpikir kritis, logis, dan dapat memecahkan masalah dengan sikap terbuka,
kreatif, dan inovatif. Dalam pembelajaran dikenal berbagai model pembelajaran salah
satunya adalah pembelajaran kooperatif. Media yang sesuai dengan model
pembelajaran NHT ini adalah dengan menggunkan media simulasi PHET, dimana
dalam hal ini siswa dapat melakukan percobaan sekaligus mencari jawabanya bersama-
sama kemudian membacakan hasil yang di dapat di depan kelas. Dengan adanya media
simulasi PHET ini siswa akan lebih terampil dan menarik perhatian siswa dalam setiap
pembelajaran (Suyanto,2009:223).

2.3.3 Model Teams Games Tournament

Menurut Noviana (2016:17) Teams Games Tournament merupakan salah satu


metode pembelajaran cooperative yang dikembangkan untuk membantu siswa
mereview dan menguasai materi pelajaran. TGT berhasil meningkatkan skill-skill

Metode dan Media Pembelajaran | 25


dasar, pencapaian, interaksi positif antarsiswa, harga diri dan sikap penerimaan pada
siswa-siswa lain yang berbeda.

Terdapat lima komponen utama dalam pembelajaran Cooperative tipe Teams


Games Tournament (TGT).

a. Penyajian Kelas (Class Pressentation)


Penyajian kelas dalam pembelajaran cooperative tipe Teams Games
Tournament (TGT) tidak berbeda dengan pengajaran biasa atau pengajaran
klasikal oleh guru, hanya pengajaran lebih difokuskan pada materi yang sedang
dibahas saja.Ketika penyajian kelas berlangsung mereka sudah berada dalam
kelompoknya.
b. Kelompok (Teams)
Kelompok disusun dengan beranggotakan 4-5 orang yang mewakili
pencampuran dari berbagai keragaman dalam kelas seperti kemampuan
akademik, jenis kelamin, rasa tau etnik. Fungsi utama mereka dikelompokkan
adalah anggotaanggota kelompok saling meyakinkan bahwa mereka dapat
bekerja sama dalam belajar dan mengerjakan game atau lembar kerja dan lebih
khusus lagi untuk menyiapkan semua anggota dalam menghadapi kompetisi.
c. Permainan (Games)
Pertanyaan dalam game disusun dan dirancang dari materi yang relevan dengan
materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan yang diperoleh
mewakili masing-masing kelompok. Sebagian besar pertanyaan pada kuis
adalah bentuk sederhana. Setiap siswa mengambil sebuah kartu yang diberi
nomor dan menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor pada kartu
tersebut.
d. Kompetisi/Turnament (Turnaments)
Turnamen adalah susunan beberapa game yang dipertandingkan. Biasanya
dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit pokok bahasan, setelah guru
memberikan penyajian kelas dan kelompok mengerjakan lembar kerjanya.

Metode dan Media Pembelajaran | 26


Menurut Susanna (2017:96-98) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe TGT antara lain:

1. Pembentukan Kelompok Kelas dibagi atas kelompok-kelompok kecil yang


terdiri dari 4-5 siswa. Perlu diperhatikan bahwa setiap kelompok harus
mempunyai sifat heterogen.
2. Pemberian Materi Materi pelajaran mula-mula diberikan melalui presentasi
kelas, berupa pengajaran langsung atau diskusi bahan pelajaran yang dilakukan
guru, menggunakan audio visual. Materi pengajaran dalam TGT dirancang
khusus untuk menunjang pelaksanaan turnamen. Materi ini dapat dibuat sendiri
dengan jalan mempersiapkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
3. Belajar Kelompok Kepada masing-masing kelompok diberikan tugas untuk
mengerjakan LKPD yang tersedia. Fungsi utama kelompok adalah memastikan
bahwa semua anggota kelompok belajar, dan lebih khusus lagi untuk
menyiapkan anggotanya agar dapat mengerjakan soalsoal latihan yang akan
dievaluasi melalui turnamen.
4. Turnamen Turnamen dapat dilakukan tiap bulan atau pada akhir pokok
bahasan. Turnamen ini merupakan pertandingan antar kelompok.
5. Penghargaan (Reward) Setelah turnamen berlangsung, guru menghitung nilai
setiap kelompok dan memberikan penghargaan bagi kelompok yang memiliki
nilai tertinggi.

Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT adalah:

1. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas.


2. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu.
3. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam.
4. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa.
5. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain.
6. Motivasi belajar lebih tinggi.
7. Hasil belajar lebih baik.
8. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

Metode dan Media Pembelajaran | 27


Adapun Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT adalah:

1. Bagi Guru
Sulitnya mengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari
segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak
sebagai pemegang kendali, teliti dalam menentukan pembagian kelompok. Dan
waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga
melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru
mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
2. Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit
memberikan penjelasan kepada siswa yang lainnya. Untuk mengatasi
kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang
mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan
pengetahuannya kepada siswa yang lain.
a. Metode Model Teams Games Tournament

Menurut Asy’ari (2017:38) Model pembelajaran TGT dengan metode


discovery langsung memberikan efek yang berbeda terhadap prestasi belajar siswa dan
model pembelajaran kooperatif TGT dengan metode discovery memberikan hasil
belajar yang lebih baik. Hal ini mungkin dikarenakan dalam pembelajaran TGT dengan
metode discovery, siswa dituntut aktif dalam berdiskusi dan mengonstruksi
pengetahuannya dalam memahami materi. Dalam melakukan diskusi, siswa dapat
bekerja sama dalam menemukan konsep dari materi yang dipelajari sehingga siswa
lebih mudah memahami materi pelajaran. Proses penemuan (discovery) dalam
pembelajaran akan membantu siswa memahami dan menganalisis proses kreativitas
dan pengambilan keputusan dari temuannya. Kemudian dengan menggunakan metode
pembelajaran penemuan, yang merupakan salah satu dari berbagai metode pengajaran
dimana siswa aktif dan guru membimbing mereka, diyakini dapat meningkatkan
keberhasilan siswa dan keterampilan belajar penyelidikan lebih dari metode
pembelajaran tradisional.

Metode dan Media Pembelajaran | 28


b.Media Model Teams Games Tournament

Media Kartu Domino

Kartu domino merupakan suatu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk
menarik minat siswa dalam pembelajaran. Permainan ini akan membantu anak dalam
latihan mengasah kemampuan memecahkan berbagai masalah yang menggunakan
logika.

Aturan main kartu adalah:

1. Para pemain siswa pada kelompok eksprimen.

2. Jumlah pemain berkelompok 4 atau 5 orang siswa.

3. Jumlah kartu yang dibagi berkelompok sebanyak 5 lembar.

4. Kartu pertama diambil dari kartu sisa, sebagai kartu pembuka permainan oleh guru.

5. Kartu soal boleh ditutupi oleh peserta yang memiliki jawaban untuk kartu pertama,
dengan cara meletakkan kartu tersebut di atas kartu pertama.

6. Kemudian pemain lain, secara bergiliran menutupi kartu yang sesuai. Giliran akan
dilakukan searah atau berlawanan arah jarum jam.

7. Selama bermain, tiap kali peserta tidak memiliki kartu yang sesuai untuk menutupi
kartu lain, peserta bersangkutan diwajibkan untuk mengambil kartu sisa.

8. Kemenangan pemain ditentukan oleh kartu yang habis duluan.

2.4 Metode dan Media dalam Model Pembelajaran Project Based Learning,
Problem Based Learning, dan Problem Solving

2.4.1 Model Project Based Learning

Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana dalam Lestari (2015:14), model
pembelajaran Project Based Learning adalah pendekatan pembelajaran yang

Metode dan Media Pembelajaran | 29


memperkenankan peserta didik untuk bekerja mandiri dalam mengkonstruksi
pembelajarannya dan mengkulminasikannya dalam produk nyata.

a. Metode Model Pembelajaran Project Based Learning

Menurut Lestari (2015:80), Dengan diterapkannya model pembelajaran Project


Based Learning dengan menggunakan metode pembelajaran demonstrasi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam ranah afektif dan psikomotorik. Terdapat
peningkatan hasil belajar ranah afektif siswa setelah diterapkannya Model
Pembelajaran Project Based Learning Dan Metode Pembelajaran Demonstrasi. Pada
siklus I, rata-rata persentase hasil belajar afektif sebesar 68,71%. Persentase tersebut
meningkat pada siklus II yaitu sebesar 83,22%. Terdapat peningkatan hasil belajar
ranah psikomotorik siswa setelah diterapkannya Model Pembelajaran Project Based
Learning Dan Metode Pembelajaran Demonstrasi. Pada siklus I, rata-rata persentase
peningkatan hasil belajar psikomotorik sebesar 70,00%. Persentase tersebut meningkat
pada siklus II menjadi 86,85%. Sedangkan hasil psikomotorik kelompok pada siklus I
rata-rata presentase hasil belajar psikomotorik secara kelompok adalah 75,66% dan
meningkat pada siklus II menjadi 84,33%.

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran project


Based Learnig dengan meode demonstrasi adalah sebagai berikut:
 Perencanaan:
1. Persamaan persepsi tentang skenario pembelajaran antara pelaksana dan
peneliti.

2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi


menggambar objek sesuai dengan model pembelajaran Project Based Learning
dan metode pembelajaran Demonstrasi kemudian dikonsultasikan dengan
dosen pembimbing dan guru mata pelajaran yang bersangkutan.

Metode dan Media Pembelajaran | 30


3. Merancang materi pembelajaran tentang menyajikan contoh-contoh ilustrasi
yang akan dipraktekkan dikelas yang bersangkutan.

4. Merencanakan proses evaluasi.

 Pelaksanaan Tindakan
Apabila tahap perencanaan tindakan telah matang, maka langkah selanjutnya
yaitu melaksanakan rencana tersebut di kelas dengan berpedoman pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Pada tahap ini guru
sebagai tenaga pengajar, melaksanakan tindakan berdasarkan perencanaan
sebelumnya. Guru mempraktekkan bahan ajar dengan menggunakan metode
demonstrasi. Setelah mendemonstrasikan materi ajar guru memberikan pretest
kepada siswa. Setelah selesai pretest guru menerapkan model pembelajaran Project
Based Learning dengan membagi peserta didik dalam kelompok dan memberikan
sebuah project sebagai posttes dengan menggunakan model pembelajaran Project
Based Learning.
b. Media Model Project Based Learning
Menurut Prabawati (2015: 255), melalui model project based learning (PJBL)
variasi group resume dengan mediapermainan berburu harta karun dapat meningkatkan
keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas siswa selama
pembelajaran, menciptaka iklim pembelajaran yang kondusif, kualitas materi yang
lebih baik serta pemanfaatan media pembelajaran juga mengalami peningkatan,
sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas pembelajaran matematika telah meningkat.
 Keterampilan guru pada siklus I memperoleh rata-rata skor 32,5 dengan kriteria baik
dan pada siklus II mengalami peningkatan dengan jumlah ratarata skor 39,5 dengan
kriteria sangat baik.
 Aktivitas siswa pada siklus I memperoleh jumlah rata-rata skor 17,16 dengankriteria
baik dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 24,96 dengan kriteria sangat
baik.

Metode dan Media Pembelajaran | 31


 Iklim pembelajaran pada siklus I memperoleh jumlah rata-rata skor sebesar
12dengan kriteria baik dan pada siklus II meningkat menjadi 13 dengan kriteria
sangat baik.
 Kualitas materi pembelajaran pada siklus I memperoleh jumlah rata-rata skor 5,5
dengan kriteria baik dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 6 dengan
kriteria sangat baik.
 Kualitas media pembelajaran pada siklus I memperoleh jumlah rata-rata skor 14
dengan kriteria sangat baik dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 14,5
dengan kriteria sangat baik.
 Hasil belajar siswa pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 66, 005 dan ketuntasan
klasikal sebesar 70 %, pada siklus II memperoleh nilai rata-rata sebesar 88,9 dengan
ketuntasan klasikal sebesar 81, 8 %.

2.4.2 Model Problem Based Learning


Ali dalam Deta dkk (2013: 29) menyimpulkan bahwa pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) pada materi fisika cocok diterapkan pada mahasiswa teknik di
Universiti Tun Hussein Malaysia karena dapat meningkatkan prestasi belajar.
Pembelajaran model PBL memiliki ciri khusus yakni mengajukan permasalahan
hingga mencari solusinya yang tepat. Adapun langkah model PBL yakni:
Memunculkan permasalahan; Merumuskan masalah; Mengajukan hipotesis;
Merencanakan investigasi; Melakukan investigasi; Menguji Hipotesis; dan Refleksi.
Sintaks ini pada dasarnya merupakan metode ilmiah untuk menyelesaikan
permasalahan tertentu.

a. Metode Model Problem Based Learning


Menurut Deta dkk (2013: 30), Kelompok pertama merupakan kelompok yang
diberi pembelajaran model PBL menggunakan metode pro-yek dan kelompok kedua
diberi pembelajaran model PBL menggunakan metode inkuiri terbimbing. Dari kedua
kelompok tersebut dilihat prestasi belajar kognitif, psikomotor, dan afektif siswa yang
ditinjau dari keterampilan proses sains dan kreativitas siswa.

Metode dan Media Pembelajaran | 32


Menurut Suparmi dkk (2013: 31-32), dengan meodel PBL terdapat perbedaan
hasil belajar dalam ranah koginitf. rata-rata prestasi belajar kognitif siswa, diperoleh
rata-rata prestasi belajar kognitif siswa dengan metode inkuiri terbimbing lebih baik
daripada siswa dengan metode proyek. Karena pada metode inkuiri terbimbing siswa
dibimbing oleh guru dalam memahami konsep melalui sebuah percobaan. Sedangkan
dalam metode proyek, siswa diberikan kebebasan untuk merancang dan melakukan
percobaan serta mendesain suatu alat untuk memecahkan suatu masalah. Namun dalam
ranah afektif dan psikomotorik tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara metode
inkuiri terbimbing dengan metode proyek.
b. Media Model Problem Based Learning
Menurut Jauhar dalam Prastantya (2015:25) media audiovisual diam adalah media
yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera
penglihatan, akan tetapi gambar yang dihasilkannya adalah gambar diam atau sedikit
memiliki unsur gerak. Media audiovisual gerak adalah media audiovisual yang
memiliki unsur gerak sama dengan film, salah satunya adalah televisi.
Menurut Prastantya (2015:72) Model Pembelajaran Problem Based Learning
dengan Media Audiovisual dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
 Perencanaan
1. Mengidentifikasi SK, KD, indikator, dan materi pembelajaran IPA tentang
perubahan kenampakan pada bumi akibat pengaruh angin.
2. Menyiapkan media pembelajaran IPA model problem based learning dengan
media audiovisual tentang perubahan kenampakan pada bumi akibat pengaruh
angin berupa media audiovisual yang ditampilkan oleh proyektordilakukan
lebih awal.
3. Menarik perhatian siswa dengan menaikkan volume suara dan bersikap tegas
dalam mengendalikan kelas.
4. Menyiapkan kertas lembar kerja siswa dan alat-alat yang digunakan dalam
percobaan (sterefoam, sumpit, kertas warna, jarum, sedotan.
5. Menyiapkan lembar catatan lapangan dan lembar observasi untuk mengamati
keterampilan guru dan aktivitas siswa.

Metode dan Media Pembelajaran | 33


 Pelaksanaan Tindakan
A. Kegiatan awal (10 menit)
1. Guru melakukan kegiatan apersepsi melalui pertanyaan yang terkait dengan
materi.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3. Guru memberikan motivasi kepada siswa.
B. Kegiatan inti (80 menit)
1. Siswa mengamati media audiovisual tentang perubahan kenampakan bumi
akibat pengaruh angin yang ditayangkan guru yang disampaikan secara singkat.
(Eksplorasi).
2. Guru memberi kesempatan siswa berpikir dan motivasi agar siswa lebih
bersemangat dalam pembelajaran. (Elaborasi)
3. Guru mengajukan pertanyaan tentang masalah nyata yang telah ada di media
yang ditampilkan media audiovisual. (Elaborasi)
4. Siswa membentuk kelompok, ada 7 kelompok dengan setiap kelompok
beranggotakan 6 orang siswa. (Elaborasi)
5. Siswa dibagikan LKS untuk diselesaikan secara berkelompok. (Elaborasi)
6. Siswa diminta mengidentifikasi permasalahan yang telah disampaikan.
7. Siswa dibimbing oleh guru secara individu atau kelompok yang mengalami
kesulitan mengumpulkan dan menganalisa informasi pada pemecahan masalah.
(Elaborasi)
8. Siswa diminta mencatat hasil penyelidikan dalam lembar kerja kelompok yang
sudah disediakan. (Elaborasi)
9. Perwakilan dari setiap kelompok mempresentasikan/ melaporkan hasil karya
pekerjaan/ produk dari penyelesaian masalah atas jawaban dari permasalahan
di depan kelas. (Elaborasi)
10. Kelompok lain menanggapi hasil yang telah disampaikan oleh kelompok yang
telah presentasi di depan kelas. (Konfirmasi)
11. Guru memberikan penguatan terhadap jawaban dari siswa, dengan
menganalisis data hasil kerja kelompok. (Konfirmasi)

Metode dan Media Pembelajaran | 34


12. Guru memberi penghargaan pada kelompok yang terbaik. (Konfirmasi)
13. Guru melakukan refleksi, dengan bertanya pada siswa tentang hal-hal yang
belum dipahami dengan baik, kesan, dan pesan selama mengikuti
pembelajaran. (Konfirmasi)
C. Kegiatan Penutup (15 menit)
1. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan kegiatan pembelajaran.
2. Siswa mengerjakan soal evaluasi.
3. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi yang akan datang.
4. Berdoa dan salam.

Keterampilan siswa dalam menerapkan model pembelajaran problem based


learning dengan media audiovisual mengalami peningkatan. Hasil penelitian pada
siklus I siswa mendapat skor 19 dengan kriteria cukup, siklus II diperoleh skor 25
dengan kriteria baik, dan siklus III diperoleh skor 29dengan kriteria sangat baik.
Aktivitas siswa dalam menerapkan model pembelajaran problem based learning
dengan media audiovisual mengalami peningkatan. Hasil penelitian pada siklus I siswa
mendapat skor 17,28 dengan kriteria cukup, siklus II diperoleh skor 21,5 dengan
kriteria baik, dan siklus III diperoleh skor 27,06 dengan kriteria sangat baik. Hasil
belajar siswa dalam menerapkan model pembelajaran problem based learning dengan
media audiovisual mengalami peningkatan. Hasil penelitian pada siklus I memperoleh
rata-rata nilai 65,95 dan persentase ketuntasan 66,67%, siklus II memperoleh rata-rata
nilai 72,73 dan persentase ketuntasan 184 78,57%, siklus III memperoleh rata-rata nilai
75,35 dan persentase ketuntasan88,09%.
2.4.3 Model Pembelajaran Problem Solving
Menuurut Sukaesih dkk (2012: 35), Model pembelajaran problem solving
diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa karena
kemampuan memecahkan masalah (problem solving) merupakan bekal bagi siswa
untuk menjalani proses kehidupan, dimana dalam hidup terdapat berbagai masalah
yang dihadapi, dan hendaknya dimaknai secara positif. Adanya permasalahan
(problem) yang diberikan akan mengajak siswa lebih aktif dalam pembelajaran,

Metode dan Media Pembelajaran | 35


memahami isi pembelajaran, menantang kemampuan berpikir siswa untuk mengatasi
masalah yang dihadapinya, menemukan solusi yang tepat (solving) atas permasalahan
tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2009) yang menyatakan bahwa
problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa.
a. Media Model Pembelajaran Problem Solving
Menurut Sukaesih dkk (2012: 35), model problem solving dipadukan dengan
Main Mapping sebagai media. Kemampuan siswa dalam berpikir juga dapat dilatih
melalui penugasan untuk membuat mind mapping. Mind mapping diterapkan untuk
penanaman konsep dan meningkatkan pemahaman konsep biologi agar siswa lebih
mudah dalam mengingat materi yang telah diajarkan, dengan mind mapping siswa
mampu mengkonstruksi kembali informasi-informasi yang telah diperoleh. Mind
mapping merupakan cara mencatat yang kreatif dan efektif bagi siswa untuk
menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak.

2.5 Metode dan Media dalam Model Pembelajaran Inkuiri dan Learning Cycle
2.5.1 Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Mulyasa (2003:234) dalam Chodijah et al. (2012: 6),“Inquiry adalah


suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan
observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap
pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis
dan logis”. Inquiry sebenarnya merupakan prosedur yang biasa dilakukan oleh
ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam upaya memahami
fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannnya dalam kehidupan
seharihari. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif .
Menurut Joyce dan well (2000) dalam Usdalifah et al. (2016: 9), berdasarkan
Kemendikbud tahun 2014, mengemukakan bahwa inti dari pembelajaran inkuiri adalah
melibatkan peserta didik dalam masalah penyelidikan nyata dengan menghadapkan
mereka dengan cara penyelidikan (investigasi), membantu mereka mengidentifikasi

Metode dan Media Pembelajaran | 36


masalah konseptual atau metodologis dalam wilayah investigasi, dan meminta mereka
merancang cara mengatasi masalah. Melalui inkuiri peserta didik belajar menjadi
seorang ilmuwan dalam menyusun pengetahuan. Selaim itu peserta didik belajar
menghargai ilmu dan mengetahui keterbatasan pengetahuan dan ketergantungan satu
dengan yang lain.

a. Metode Model Inkuiri

Model inquiry dengan metode eksperimen adalah suatu cara guru menyajikan
materi yang merujuk pada aktivitas siswa dalam menemukan sendiri pengetahuannya
dengan melakukan eksperimen. Keberhasilan penggunaan model ini ditinjau dari hasil
belajar siswa. Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu
pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Dengan melakukan eksperimen siswa dapat
beraktivitas secara maksimal sehingga diharapkan siswa dapat menguasai konsep
secara maksimal pula (Andiasari, 2015: 16).

Multi representasi merupakan salah satu metode yang baik dan sedang
berkembang untuk menanamkan pemahaman konsep, penyelesaian masalah fisika dan
kesulitan yang disebabkan karena banyaknya keterlibatan gambaran mental, bentuk
dari kemampuan multi repesentasi fisika adalah kemampuan untuk menyelesaikan
masalah-masalah fisika dengan proses representasi yang bermacam cara yaitu
matematis, verbal (tulisan atau oral), dan visual (notasi, gambar, dan grafik). Tantangan
dalam pembentukan kemampuan multi representasi dapat dicapai dengan
menggunakan model inkuiri yang dapat melatihkan kemampuan multi representasi
dengan penyelidikan (inquiry) dan bimbingan. Setiap langkah dalam model inkuiri
membutuhkan kemampuan representasi yang memberi kesempatan para siswa
membangun pengetahuan secara multi representasi dan membantu siswa
mengembangkan pemahaman konsep (Prahani, 2015: 505).

Metode dan Media Pembelajaran | 37


b. Media Model Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang
berlandaskan paham konstruktivistik dan memberikan pengalaman yang bermakna
(meaningfull learning) kepada mahasiswa sebagai salah satu bekal untuk/menghadapi
tantangan dunia kerja. Inkuiri menitik beratkan pada kegiatan investigasi suatu
permasalahan secara mendalam yang sesuai dengan tahapan kerja dari metode ilmiah
(scientific methods). Model pembelajaran inkuiri ini dapat dipadukan atau
diintegrasikan dengan media pembelajaran mahasiswa yang tidak hanya bersifat minds
on akan tetapi juga hands on. Salah satu media pembelajaran yang sesuai dengan
kriteria tersebut adalah media pembelajaran video berpartisipatif. Penggunaan media
ini dalam model pembelajaran inkuiri tidak hanya memberikan dampak akademis yang
baik tetapi juga memberikan life skill baik sebagai video maker, video editor, maupun
video taker (Arjaya, 2016: 58-59).
Untuk merancang pembelajaran hendaknya dipilih media yang benar-benar
efektif dan efisien. Media yang efektif adalah yang mampu untuk mengkomunikasikan
sesuatu yang ingin disampaikan. Media yang digunakan di IPA fisika diantaranya
adalah laboratorium. Laboratorium membantu siswa untuk memahami konsep-konsep
fisika, membuktikan berbagai konsep, dan melakukan penelitian sederhana. Proses
pembelajaran dapat dilakukan dengan melakukan percobaan langsung di laboratorium
riil dan dapat juga dilakukan dengan percobaan tidak langsung dengan melihat simulasi
di komputer virtual. Dengan menggunakan laboratorium virtual diharapkan akan
mengatasi keterbatasan alat-alat di laboratorium. Untuk menunjang proses
pembelajaran, metode yang sesuai adalah metode yang dapat merangsang siswa untuk
berpikir, menumbuhkan siswa aktif, kreatif, inovatif dan disesuaikan dengan materi
yang akan diajarkan (Nugroho, 2012: 237).

2.5.2 Model Pembelajaran Learning Cycle


Menurut Medriati (2011 : 51 - 52), Model Siklus Belajar (Learning Cycle)
merupakan model pembelajaran Sains yang fokus pada peningkatan kemampuan
penguasaan Aplikasi konsep Sains siswa SD dengan menekankan pada pengalaman

Metode dan Media Pembelajaran | 38


langsung pada siswa melalui bantuan benda kongkrit disekitar siswa. Model
Pembelajaran Siklus Belajar secara signifikan dan efektif terbukti dapat meningkatkan
kemampuan penguasaan aplikasi konsep Sains siswa SD bila dibandingkan dengan
model pembelajaran yang selama ini digunakan guru.
Model learning cycle ini merupakan suatu rancangan pembelajaran yang terdiri
dari fase-fase atau tahapan-tahapan yang diorganisasikan dan menekankan pentingnya
siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan proses belajar
mengajar. Model learning cycle ini mempunyai tujuan yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri
dengan terlibat secara aktif mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan
berfikir baik secara individu maupun kelompok, sehingga siswa dapat menguasai
kompetensi–kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran (Fitriyani, 2016: 514).
a. Media Model Learning Cycle
Dalam penelitian yang dilakukan Hidayati (2015: 2-4) salah satu media
pembelajaran dalam model learning cycle yang diharapkan dapat menimbulkan
ketertarikan siswa untuk belajar lebih aktif dan mempertinggi kualitas proses belajar
siswa adalah media kartu link and match . Kartu link and match berhubungan dengan
cara-cara untuk mengingat kembali apa yang telah siswa pelajari dan menguji
pengetahuan serta kemampuan mereka saat ini dengan teknik mencari pasangan kartu
yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasana menyenangkan. Agar penggunaan media yang dipakai sesuai dan lebih
baik, maka metode yang cocok dipakai adalah metode permainan.
b. Metode Model Learning Cycle
Metode permainan adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui
berbagai bentuk permainan. Metode ini bermanfaat karena dapat mengembangkan
motivasi intrinsik, memberikan kesempatan untuk berlatih mengambil keputusan, dan
mengembangkan pengendalian emosi bila menang atau kalah serta lebih menarik dan
menyenangkan sehingga memudahkan siswa untuk memahami bahan pelajaran yang
disajikan. Dengan demikian, tujuan pembelajaran akan tercapai secara tidak langsung.

Metode dan Media Pembelajaran | 39


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Sehubungan dengan bahasan makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran
para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnan makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Kepada rekan-rekan mahasiswa agar
lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih dalam tentang bagaimana metode
dan media yang cocok diterapkan pada model-model pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi dan Prasetya. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Anam, K, dkk. 2016. Implementasi Model STAD Dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa. Jurnal Riset dan Konseptual. Vol. 01. No 01.

Andiasari, Liena. 2015. Penggunaan Model Inquiry dengan Metode Eksperimen dalam
Pembelajaran IPA di SMPN 10 Probolinggo. Jurnal Kebijakan dan
Pengembangan Pendidikan. Vol. 3. ISSN: 2337-7623.

Arijaya dan Ekayanti. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Media
Video Berpartisipatif Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa UNMAS Denpasar
ditinjau dari Motivasi Berprestasi. Jurnal Santiaji Pendidikan. Vol.6. ISSN:
2087-9016.
Chodijah, Siti., Ahmad, Fauzi dan Ratna Wulan. 2012. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Guided Inquiry yang Dilengkapi
Penilaian Portofolio Pada Materi Gerak Melingkar. Jurnal Penelitian
Pembelajaran Fisika 1. ISSN: 2252-3014.

Metode dan Media Pembelajaran | 40


Deta, U.A dkk. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Dan Proyek, Kreativitas,
Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia. ISSN: 1693-1246.
Ekasari, dkk. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Media
Laboratorium Terhadap Kreatifitas Fisika Siswa SMA. Jurnal Pendidikan
Fisika dan Teknologi. Volume II. No 3. ISSN: 2407-6902.
Falahudin, Iwan. 2014. Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran. Jurnal Lingkar
Widyaiswara. Edisi 1 No. 4 p.104 – 117 ISSN: 2355-4118.
Fitriyani, dkk. 2016. Penerapan Model Learning Cycle pada Materi Sumber Daya
Alam untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IVA SDN I Depok
Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon. Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1.
Haniyah, Lailatul. 2014. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head
Together) Disertai Metode Eksperimen. Jember: Universitas Jember. Jurnal
Pembelajaran Fisika. ISSSN: 2301-9794.

Hasanah, H. 2017. Penerapan Model Pembelajarn Kooperatif Tipe Student Teams


Achievement Division (STAD) Berbantuan Media Audio Visual Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Mengelola
Peralatan Kantor Di Kelas X SMA BATIK 2 Surakarta Tahun Pelajaran
2015/2016. Jurnal Informasi dan Komunikasi Administrasi Perkantoran. Vol.
01. No. 01.

Hidayati, dkk. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5e disertai Kartu
Link and Match untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi
(Pokok Bahasan Ekologi Siswa Kelas X3 SMAN Rambipuji Jember Tahun
Pelajaran 2014/2015). Artikel Ilmiah Mahasiswa.
Hidayati, M dan Mariyaningsih, N. 2018. Teori dan Praktek Berbagai Model dan
Metode Pembelajaran Menerepkan Inovai Pembelajaran di Kelas-Kelas
Inspiratif. Surakarta : CV KEKATA GROUP.

Metode dan Media Pembelajaran | 41


http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195404021980112
001-IHAT_HATIMAH/JENIS_METODE_PEMBELAJARAN.pdf (Diakses
pada tanggal 10 Maret 2019 pukul 21.45 WIB).

Joyce Bruce, dkk. 2016. Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Lestari, Tutik. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Dasar Menyajikan
Contoh-Contoh Ilustrasi Dengan Model Pembelajaran Project Based
Learning Dan Metode Pembelajaran Demonstrasi Bagi Siswa Kelas XI
Multimedia Smk Muhammadiyah Wonosari. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta.
Medriati, Rosane. 2011. Pengembangan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Penguasaan Aplikasi Konsep (Studi
Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Bidang Sains Di Sekolah Dasar.
Jurnal Exacta.Vol.9. No.2. ISSN 1412-3617.
Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdikarya.
Ni’mah, Rizka Faidatun. 2013. Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan
Keterampilan Pengambilan Keputusan Siswa Sekolah Dasar. JPGSD. Volume
02 Nomor 01.
Nugroho, dkk. 2012. Pembelajaran IPA dengan Metode Inkuiri Terbimbing
Menggunakan Laboratorium Riil dan Virtual Ditinjau dari Kemampuan
Memori dan Gaya Belajar Siswa. Jurnal Inkuiri. ISSN: 2252-7893. Vol 1.
Prabawati, Astuti Diana. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika
Melalui Pjbl Variasi Group Resume Dengan Media Permainan Buharun Pada
Siswa Kelas Iva Sd Labschool Unnes. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Prahani, dkk. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Inkuiri
Terbimbing untuk Melatihkan Kemampuan Multi Representasi Siswa SMA.
ISSN : 2089-1776. Vol. 4.

Metode dan Media Pembelajaran | 42


Prastantya, Febriyanti Gita. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning Dengan Media Audiovisual Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Ipa Kelas Iv Sdn Tambakaji 05 Kota Semarang. Skrispsi
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang.
Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar melalui
Penanaman Konsep Umum dan Islami. Bandung: Rafika Aditama.
Sakti, dkk. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Melaui
Media Animasi Berbasis Macromedia Flash Terhadap Minat Belajar dan
Pemahaman Konsep Siswa DI SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu. Jurnal
Exacta. Vol X. No 1. ISSN: 1412-3617.
Siagian, Faridah Anum. 2012. Pengaruh Model Kooperatif Tipe NHT Terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 18 Medan. Medan: Universitas Negeri
Medan. Jurnal Pendidikan Fisika. ISSN: 2301-7651.Vol.1.

Sukaesih, dkk. 2012. Model Pembelajaran Problem Solving Dengan Mind Mapping
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Unnes Journal of Biology
Education. ISSN :22526579.
Sumantri, Mulyani dan Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
C.V. Maulana.

Suyanto, dan Jihad.A. 2013. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Esensi Erlangga
group.

Suyanto, dkk. 2009. Penggunaan Tipe Number Head Together (NHT)


Dengan Media Gambar Dalam Peningkatan Pembelajaran Pecahan Di Sekolah
Dasar. Jurnal KALAM CENDEKIA. Vol. 04. No. 03

Tahar Yusuf & Saiful Anwar. 1997. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Metode dan Media Pembelajaran | 43


Timur, R, D. 2014. Perbandingan Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD (Student Teams Achievement Division) Dengan Metode Konvesional
Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Keterampilan Komputer Dan
Pengelolaan Informasi (KKPI) Siswa Kelas XI SMK Batik Terbaik Purwokerto
Tahun Ajaran 2013/ 2014. Skripsi Program Studi Pendidikan Teknik Informasi
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana

Wekke, dan Suardi. 2014. Model Pembelajaran Bahasa Arab. Sleman: Deepublish.

Wirahayu, dkk. 2011. Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division


(STAD), Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan. Vol. 01. No.
14.

Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung


Persada Press.

Zulfiah, A. 2017. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Dengan Metode Scramble Pada Materi Sistem Koordinat. Jurnal Penelitian
Pendidikan. Vol. 34 Nomor 2.

Metode dan Media Pembelajaran | 44

Anda mungkin juga menyukai