SYOK HIPOVOLEMIK
KELOMPOK 1:
FAKULTAS KEPERAWATAN
2018
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya berkat serta penyertaannyalah sehingga kami dapat membuat makalah ini
dengan baik. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah kami yaitu
mata kuliah Kegawatdaruratan system I tentang “Syok Hipovolemik”. Dalam
menyusun makalah ini kami pun memiliki beberapa rintangan dan kendala sebagai
penyusun, namun berkat Tuhan Yang Maha Esa dan kesabaran serta komunikasi
dalam kelompok sehingga makalah ini boleh terselesaikan dengan baik. Kami
mengucapkan terimah kasih kepada dosen dan teman-teman yang sudah boleh
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan
boleh menambah wawasan bagi pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat
kami butuhkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Kelompok 1
BAB I
LaporanPendahuluan
1.2 Klasifikasi
Menurut Nyrarif & Kusuma, 2015 klasifikasi untuk syok hipovolemik dibagi
beberapa tahap yaitu:
1.3 Etiologi
Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akibat berkurangnya volume
plasma di intravascular syok ini dapat terjadi akibat perdarahanhebat
(hemoragik), trauma yang menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi)
keruang tubuh non fungsional dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti
luka bakar dan diare berat. Kasus-kasus syok hipovolemik yang paling sering di
temukan di sebabkan oleh perdarahan. Perdarahan hebat dapat di sebabkan oleh
berbagai trauma hebat pada organ-organ tubuh atau fraktur yang disertai dengan
luka atau pun luka langsung pada pembuluh darah arteri. Menurut Nurarif &
Kusuma (2015) penyebab syok hipovolemik :
1. Perdarahan
2. Kehilangan plasma
- Muntah (vomitus )
- Dehidrasi
- Diare
- Terapi diuretik yang sangat agresif
- Diabetes insipdus
- Insufisiensi adrenal
Penurunan kesadaran merupakan gejala yang sangat penting pada pasien yang
mengalami syok hipovolemik. Tanda dan gejala syok hipovolemik berdasar pada
jumlah kehilangan volume darah , yaitu :
Transisi dari syok hipovolemik dari ringan ke berat dapat terjadi secara
bertahap bahkan terjadi sangat cepat, terutama pada pasien usia lanjut dan yang
memiliki penyakit berat dimana kematian mengancam.
1.5 Komplikasi
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia jaringan
yang berkepanjangan
2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus
kapiler karena hipoksia.
3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian
jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.
4. Gagal jantung & gagal ginjal
5. Kerusakan otak irreversible
6. Dehidrasi kronis
(Crowin dan Elizabeth,2009)
Baroreseptor
Sistem Kardiovaskular
2. Kemoreseptor (Reseptor Kimia) : Reseptor ini bekerjasama dengan
baroreseptor untuk mengatur sirkulasi. Kemoreseptor dirangsang oleh
perubahan pH darah. Jika mencapai kondisi asidosis, kemoreseptor
memberikan rangsangan untuk mempercepat sirkulasi dan laju pernafasan.
Dan sebaliknya apabila terjadi alkalosis, responnya adalah memperlambat
sirkulasi dan pernafasan.
Kemoreseptor
Sistem Kardiovaskular
3. Cerebral Ischemic Receptor : Reseptor di otak ini mulai bekerja ketika aliran
darah di otak turun <40 mmHg. Akan terjadi respon massive sympathetic
discharge untuk merangsang sistem sirkulasi jauh lebih kuat.
4. Humaral Response : Saat kondisi hipovolemik, sistem hormonal tubuh
mengeluarkan hormon stres untuk membantu memacu sirkulasi. Hormon
tersebut diantaranya adrenalin, glukagon dan kortisol. Hormon-hormon
tersebut juga membantu terjadinya respon kardiologis yaitu takikardi,
vasokonstriksi namun terdapat efek hiperglikemia. Pada kondisi tubuh yang
stress, hormon ADH juga dikeluarkan sehingga restriksi cairan makin kuat.
Produksi urin turun.
5. Sistem Kompensasi Ginjal (Retensi Air dan Garam) : RAA System ini sangat
membantu dalam kondisi syok. Jika terjadi hipoperfusi ke ginjal maka akan
terjadi pengeluaran hormon renin oleh aparatus juxtaglomerolus untuk
mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I. Angiotensin I kemudian
diubah menjadi Angiotensin II oleh ACE (angiotensin converting enzyme).
Angiotensin II memiliki fungsi yaitu vasokonstriktor kuat, kemudian juga
merangsang aldosteron untuk meningkatkan absorpsi Natrium di Tubulus
Ginjal.
Jalur Renin Angiotensin
Aldosteron
2.1 Pengkajian
1. Pengkajian Primer
Pengkajian syok hipovolemik menurut Smeltzer dkk., (2002) yaitu:
1) Airway : Penilaian kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan mengenai
adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat
berbicara dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian
adanya suara napas tambahan seperti snoring.
2) Breathing : Penilaian frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu
pernapasan, retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi
pengembangan paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas
tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
3) Circulation : Pada pengkajian sirkulasi dilakukan pengkajian tentang
volume darah dan cardiac output serta adanya perdarahan. Pengkajian
juga meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi.
4) Disability : Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil. Gejala-
gejala syok seperti kelemahan, penglihatan kabur, dan kebingungan.
Nyeri dada, perut, atau punggung mungkin menunjukkan gangguan pada
pembuluh darah.
5) Exposure : Pada pengkajian ini yang dilakukan yaitu menentukan apakah
pasien mengalami cidera tertentu.
2. Pengkajian Sekunder
Menurut Horne (2000), pengkajian pada klien syok hipovolemik meliputi:
1) Penampilan umum (GCS)
2) Riwayat penyakit/pengkajian SAMPLE
(Sign and Symptom, Allergies, Medications, Past Illness, Last Meal, Event
leading to injury or illness)
3) Pengkajian nyeri (PQRST)
4) Tanda dan gejala : Tanda dan gejala meliputi pusing, kelemahan,
keletihan, sinkope, anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental,
konstipasi, oliguria.
5) Pengkajian fisik : Pada pengkajian fisik dapat dilakukan dengan inspeksi
dan didapatkan hasil takipnea dan hiperventilasi, pada pemeriksaan secara
palpasi didapatkan hasil kulit dingin, berkeringat, dan saat diauskultasi
didapatkan takikardia dan nadi lemah halus. Selain itu, secara umum hasil
pengkajian akan didapati penurunan tekanan darah, peningkatan frekuensi
jantung, turgor kulit menjadi buruk, lidah kering dan kasar, mata cekung,
vena leher kempes, peningkatan suhu, dan penurunan berat badan akut.
Pasien syok hipovolemik akan tampak pucat, hipotensi terlentang, dan
oliguria.
6) Pengkajian perubahan pada hipovolimea
Respiratory monitoring:
1) Monitor rata-rata kedalaman, irama dan usaha respirasi
2) Auskultasi suara napas, catat area penurunan atau tidak adanya ventilasi
atau suara tambahan
3) Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
10. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran
1) Sediakan lingkungan yang nyaman untuk klien
2) Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan kondisi fisik dan
fungsi kognitif klien dan riwayat penyakit
3) Memasang side rail tempat tidur
4) Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
5) Membatasi pengunjung
6) Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
7) Mengontrol lingkungan dari kebisingan
8) Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
9) Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi
kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ.
Disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi
yang tidak adekuat. Syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang
cepat (syok hemoragic). Gejala yang disebabkan syokhipovolemik yaitu
Peningkatan kerja saraf simpatis, hiperventilasi, pembuluh vena yang kolaps,
pelepasan hormone stress, ekspansi besarguna pengisian volume pembuluh darah
dengan menggunakan cairan intersisial, intraseluler dan menurunkan produksi
urin.
3.2 Saran
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya
menjadi seorang perawat professional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan
gejala ketika kita menemukan pasien yang mengalami syok sehingga dapat
melakukan tindakan-tindakan emergency untuk melakukan pertolongan segera
kepada pasien yang mengalami syok.
Daftar Pustaka
Dewi, E., & Rahayu, S. (2010). Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik. Solo: Fik Ums.
Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis
Dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta :Mediaction
Hardisman, 2013. Memahami Patofisiologi Dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik:
Update Dan Penyegar. Jurnal Kesehatan Andalas.
Sudoyo, A. W. Dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Nanda International. (2017). Diagnosa Keperawatan : Definisi Dan Klasifikasi 2015-
2017. Jakarta: Egc.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Sjamsuhidayat, Jong WD. Buku Ajar IlmuBedah. Jakarta: EGC; 2005. 119-24.