Pendahuluan
1
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa rumah tangga
di Indonesia menggunakan fasilitas BAB milik sendiri (76,2%), milik bersama (6,7%),
dan fasilitas umum (4,2%). Meskipun sebagian besar rumah tangga di Indonesia memiliki
fasilitas BAB, masih terdapat rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB sehingga
melakukan BAB sembarangan, yaitu sebesar 12,9%. Proporsi rumah tangga yang
menggunakan fasilitas BAB milik sendiri di perkotaan lebih tinggi (84,9%) dibandingkan
di perdesaan (67,3%); sedangkan proporsi rumah tangga BAB di fasilitas milik bersama
dan umum maupun BAB sembarangan di perdesaan (masing-masing 6,9%, 5,0%, dan
20,8%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan (6,6%, 3,5%, dan 5,1%).4
Selain itu, berdasarkan data Riskesdas 2013 didapatkan bahwa pembuangan akhir
tinja rumah tangga di Indonesia sebagian besar menggunakan tangki septik (66,0%).
Masih terdapat rumah tangga dengan pembuangan akhir tinja tidak ke tangki septik
(SPAL, kolam/sawah, langsung ke sungai/danau/laut, langsung ke lubang tanah, atau ke
pantai/kebun). Proporsi rumah tangga dengan pembuangan akhir tinja menggunakan
tangki septik di perkotaan lebih tinggi (79,4%) dibanding di perdesaan (52,4%).5
Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang 2014-
2018 didapatkan 38,77% masyarakat belum memiliki akses terhadap jamban dan masih
melakukan BABS. Kepemilikan jamban di Kabupaten Karawang baru mencapai 62%
dengan rincian memiliki dan menggunakan 60% jamban pribadi, 2% MCK/WC Umum
dan 38% BABS.6
Berdasarkan data yang di dapatkan dari hasil pencatatan program pengawasan
jamban di puskesmas kecamatan Klari, kabupaten Karawang dalam bentuk angka yang
sudah diolah dan disajikan dalam PKP dan laporan tahunan program, didapatkan cakupan
hasil pengawasan / inspeksi jamban keluarga yaitu 38,74% dari target 75% dengan besar
masalah 48,34% dan cakupan jamban keluarga yang memenuhi syarat yaitu 35,26% dari
target 75% dengan besar masalah 52,98%. Di puskesmas kecamatan Klari, kunjungan
sepuluh penyakit terbanyak tahun 2016 adalah ISPA, tukak lambung, myalgia, hipertensi,
influenza, dermatitis, dyspepsia, diare, asma, dan karies gigi. Berdasarkan data tersebut,
diantara sepuluh penyakit terbanyak tahun 2016 di puskesmas kecamatan Klari
didapatkan penyakit diare didalamnya yang sangat berhubungan erat dengan program
pengawasan jamban keluarga di wilayah tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan evaluasi program untuk mengetahui
tingkat keberhasilan program pengawasan jamban keluarga, dan jumlah jamban yang
2
memenuhi syarat di Puskesmas Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang periode Agustus
2016 sampai dengan Juli 2017.
3
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, serta menemukan dan
menyelesaikan permasalahan yang ada dalam program pengawasan jamban keluarga
di wilayah kerja Puskesmas Klari periode Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017.
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Evaluator
1. Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.
2. Mempersiapkan dan melatih diri dalam mengatur suatu program khususnya
program upaya kesehatan lingkungan terutama program pengawasan jamban.
3. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan antara lain perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
4. Menumbuhkan minat dan pengetahuan dalam mengevaluasi.
5. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.
4
3. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) sebagai universitas yang
menghasilkan dokter yang berkualitas.
1.5. Sasaran
Semua keluarga di wilayah kerja Puskesmas Klari, Kabupaten Karawang, Jawa
Barat pada periode Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017.
5
Bab II
Materi dan Metode
2.1. Materi
Materi yang dievaluasi dalam program pengawasan jamban keluarga periode
Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017 di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (DTP) Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat,
antara lain:
2.2. Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, pengolahan data,
dan analisis data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan
pelaksanaan program pengawasan jamban di Puskesmas Klari periode Agustus 2016
sampai dengan Juli 2017 dengan cara membandingkan cakupan hasil program terhadap
tolok ukur yang telah ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan
menggunakan pendekatan sistem.
6
Bab III
Kerangka Teoritis
7
5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa pencatatan dan
pelaporan yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.
8
Bab IV
Penyajian Data
9
4.2.1.3. Wilayah Administrasi
Luas wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Klari ± 2563,90 Ha,
mencakup 8 desa, 64 RW, 285 RT. Kedelapan desa tersebut adalah:
1. Desa Duren
2. Desa Pancawati
3. Desa Walahar
4. Desa Kiarapayung
5. Desa Sumurkondang
6. Desa Cibalongsari
7. Desa Klari
8. Desa Belendung
4.2.1.5. Iklim
Sesuai dengan bentuk morfologinya, Klari merupakan dataran rendah
dengan temperatur udara rata-rata 26-310C. Tekanan udara rata-rata 0,01
milibar, penyinaran matahari 66% dan kelembaban 80%. Curah hujan tahunan
berkisar antara 1.100-3.200 mm/tahun. Pada bulan Januari sampai April beriup
angin muson laut dan sekitar bulan Juni bertiup angin muson tenggara.
Kecepatan angin antara 30-35 km/jam, lamanya tiupan rata-rata 5-7 jam.
10
Tingkat pendidikan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Klari,
Kabupaten Karawang tahun 2016: Tidak pernah sekolah (22,9%), Tidak tamat SD
(25,4%), SD (23,6%), SMP (14,7%), SMA (6,4%), Diploma (4,0%), Sarjana (3,0%).
B. Dana(Money)
Dana untuk pelaksanaan program diperoleh dari :
- APBD : Tersedia
- BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) : Tersedia
C. Sarana (Material)
1. Sarana medis:
- Sanitarian kit : Tidak ada
2. Sarana non medis:
- Infocus : Ada
- Layar : Ada
- Leaflet : Ada
- Lembar balik : Tidak ada
- Poster : Ada
11
- Formulir wawancara/formulir
pengawasan sarana jamban : Ada (Lampiran 4)
- Buku pedoman Kesling : Ada
- Alat tulis : Ada
- Sarana transportasi : Ada
D. Metode (Method)
- Pendataan
Pendataan dilakukan setiap awal tahun sampai akhir tahun berupa
jumlah jamban yang ada, jumlah rumah penduduk yang memakai sarana
jamban, jenis jamban yang digunakan dan jumlah akses fasilitas yang
memadai. Pendataan biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan
pengawasan/inspeksi. Data tentang jumlah jamban yang ada juga didapatkan
melalui data kecamatan yaitu buku potensi desa yang disesuaikan dengan
Puskesmas Klari.
- Penyuluhan
Penyuluhan/pemicuan mengenai sarana jamban yang memenuhi syarat
kesehatan yang berdasarkan program STBM. Penyuluhan dilakukan di dalam
dan di luar gedung.
- Pemetaan jamban yang sudah memenuhi syarat
Pemetaan jamban dilakukan setahun sekali di balai desa, terutama di
desa binaan. Pemetaan dilakukan setelah pertengahan tahun atau di akhir
tahun yang bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan program yang sudah
dijalankan melalui lingkup area/daerah, dimana pemetaan berisikan tentang
kondisi sarana jamban yang ada, rumah yang memakai jamban, akses fasilitas
sanitasi yang layak (jamban sehat) dan rumah dengan kasus diare/penyakit
berbasis lingkungan yang diakibatkan oleh sarana jamban yang tidak
memenuhi syarat kesehatan.
- Pengawasan/inspeksi sarana jamban keluarga
Inspeksi dilakukan secara berkala sebanyak 8 kali dalam sebulan (1
minggu 2 kali) oleh petugas kesehatan lingkungan terlatih bersama dengan
kader/perangkat desa/bidan dengan mengunjungi satu persatu rumah di
wilayah kerja Puskesmas Klari. Jamban adalah suatu ruangan yang
mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat
12
jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya. Jamban sehat harus dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh
keluarga dengan penempatan (di dalam atau di luar rumah) yang mudah
dijangkau oleh penghuni rumah serta efektif untuk memutus mata rantai
penularan penyakit.7 Pengawasan/inspeksi jamban diperiksa secara fisik,
dimana diperiksa fasilitas pembuangan tinja dan penggunaan septik tank
dengan sarana air bersih, kloset leher angsa atau tidak leher angsa yang
tertutup, serta pembuangan akhir yang tidak mencemari sumber air/tanah.
Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang STBM salah satu
pilar dan indikator adalah setiap individu dan komunitas mempunyai akses
terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang
bebas dari BABS.
Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBABS) merupakan suatu
kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar
sembarangan. Perilaku SBABS diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi
yang saniter berupa jamban sehat.
Kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar dan persyaratan
kesehatan yaitu:7
i. Tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan
yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia.
ii. Dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada
pemakai dan lingkungan sekitar.
Syarat jamban sehat, serta standar dan persyaratan kesehatan bangunan
jamban,8 dapat dilihat pada (lampiran 5).
- Pencatatan dan Pelaporan
a) Pencatatan
Petugas lapangan mencatat kegiatan-kegiatan yang dikerjakan, dalam
format pencatatan pengawasan sarana jamban (register dan formulir lain
yang diperlukan) seterusnya membuat penyajian/visualisasi data dalam
bentuk grafik atau tabel yang diperbaharui secara periodik (bulanan dan
tahunan).
13
b) Pelaporan
Puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai format yang telah ada dan diberikan
secara periodik (bulanan dan tahunan).
4.3.2. Proses
A. Perencanaan
- Melakukan pendataan 1 kali setahun setiap awal tahun tentang sarana jamban
keluarga yang ada di wilayah kerja Puskesmas Klari. Pendataan sarana jamban
keluarga meliputi jumlah penduduk yang menggunakan jamban, jumlah
jamban keluarga yang ada, jumlah jamban keluarga yang diperiksa, jumlah
jamban keluarga yang memenuhi syarat, jenis jamban keluarga yang
digunakan, dan jumlah keluarga yang tidak memiliki jamban.
- Merencanakan pelaksanaan kegiatan pengawasan/inspeksi sarana jamban
keluarga sebanyak 8 kali dalam sebulan (1 minggu 2 kali) oleh petugas
kesehatan lingkungan terlatih pada hari kerja dari jam 08.00 – 11.00 WIB.
Perencanaan kegiatan dibuat 1 bulan sebelumnya mengenai jadwal tempat dan
waktu dilakukannya pengawasan jamban.
- Merencanakan pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat (1 tahun sekali)
yang berada di kantor kepala desa pada pertengahan tahun, sekitar bulan Juni-
Juli.
- Merencanakan kegiatan penyuluhan sebanyak 12 kali (1 bulan sekali) yang
dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan melalui kerjasama lintas
program (program promosi kesehatan) dan lintas sektor (RT/RW setempat).
Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya kesehatan lingkungan dan sosialisi program STBM.
- Pencatatan dan pelaporan :
• Pencatatan : setiap kegiatan dilaksanakan (pada hari kerja pukul
12.00 - 14.00 WIB).
• Pelaporan : setiap awal bulan.
B. Pengorganisasian
Terdapat struktur organisasi tertulis yang terinci dan jelas dalam menjalankan
program pengawasan jamban keluarga, berupa pembagian tugas secara umum di
14
Puskesmas Klari, yaitu kepala puskesmas sebagai penanggung jawab program,
melimpahkan kekuasaan kepada koordinator program (programmer), kemudian
programmer melakukan koordinasi dengan pelaksana program;
C. Pelaksanaan
Sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan, dilaksanakan secara
berkala:
- Dilakukan pendataan sebanyak 1 kali selama 1 tahun di seluruh desa di
wilayah kerja Puskesmas Klari, yang dilakukan pada awal tahun. Data yang
didapatkan merupakan data jumlah rumah dan jumlah jamban keluarga yang
ada, data didapatkan melalui data kecamatan. Sedangkan pendataan jumlah
15
jamban yang diperiksa dan jumlah jamban yang memenuhi syarat kesehatan
dilakukan setiap bulan.
- Kegiatan pengawasan/inspeksi sarana jamban keluarga dilakukan setiap bulan,
namun tidak sesuai dengan rencana yaitu 8x/bulan.
- Tidak dibuat pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat.
- Kegiatan penyuluhan dilakukan 2-3 kali dalam setahun dan dilaksanakan oleh
petugas kesehatan lingkungan melalui lintas program dan lintas sektor.
- Pencatatan dilakukan setiap melakukan kegiatan dan dilakukan pelaporan
setiap awal bulan.
D. Pengawasan
1. Adanya pencatatan setiap melakukan kegiatan dan pelaporan secara berkala
tentang kegiatan pengawasan jamban keluarga ke tingkat Kabupaten minimal 1
bulan sekali.
2. Adanya rapat bulanan di Puskesmas Klari tentang hasil pencapaian program
pengawasan jamban keluarga antara programmer dengan kepala puskesmas
dalam rapat mini lokakarya bulanan.
4.3.3. Keluaran
A. Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban Keluarga
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎 𝑑𝑖 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑃𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐴𝑔𝑢𝑠𝑡𝑢𝑠 2016 − 𝐽𝑢𝑙𝑖 2017
= × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎 𝑗𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑖 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑃𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐴𝑔𝑢𝑠𝑡𝑢𝑠 2016 − 𝐽𝑢𝑙𝑖 2017
16
B. Cakupan Jamban Keluarga yang Memenuhi Syarat
𝐶𝑎𝑘𝑢𝑝𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑆𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑖 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑃𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐴𝑔𝑢𝑠𝑡𝑢𝑠 2016 − 𝐽𝑢𝑙𝑖 2017
= × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎 𝑗𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑖 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑃𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐴𝑔𝑢𝑠𝑡𝑢𝑠 2016 − 𝐽𝑢𝑙𝑖 2017
4.3.4. Lingkungan
A. Lingkungan Fisik
- Lokasi : Seluruh lokasi sarana jamban dapat dijangkau dengan sarana
transportasi yang ada karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui kendaraan,
namun ada beberapa tempat yang belum diaspal dan masih berupa tanah,
sehingga pada musim hujan jalanan menjadi becek dan licin.
- Iklim : Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program secara signifikan,
namun bila musim hujan akses ke beberapa desa di wilayah kerja Puskesmas
17
Klari sulit dilewati karena becek dan licin, serta lubang-lubang di jalan
tergenang air, sehingga terkadang sulit untuk dilewati.
- Geografis : Wilayah kerja Puskesmas Klari berada pada dataran rendah.
Kondisi geografi tidak mempengaruhi program pengawasan jamban keluarga.
4.3.6. Dampak
A. Langsung
Masyarakat tidak mudah terkena penyakit yang penularannya melalui fekal oral.
B. Tidak langsung
Meningkatkan derajat kesehatan keluarga yang kaitannya dengan kesehatan
lingkungan.
18
Bab V
Pembahasan Masalah
19
4 Metode 1. Pendataan 1x dalam 1. Pendataan dilakukan tetapi 1. (+)
(Method) setahun hanya terbatas pada
jumlah jamban yang ada
dan jumlah jamban yang
memenuhi syarat. Tidak
ada pendataan mengenai
jenis jamban yang
digunakan.
2. Pengawasan/inspeksi 2. Pengawasan/inspeksi 2. (+)
sarana jamban 8x/bulan sarana jamban hanya
dilakukan 1-2 kali dalam
sebulan.
3. Pemetaan sarana jamban 3. Tidak dilakukan pemetaan 3. (+)
yang sudah memenuhi sarana jamban yang
syarat memenuhi syarat.
4. Penyuluhan mengenai 4. Penyuluhan hanya 4. (+)
sarana jamban dilakukan dilakukan 2-3 kali dalam
sebanyak 12 kali dalam setahun.
setahun (1 bulan sekali)
20
program, melimpahkan pengawasan jamban belum
kekuasaan kepada optimal.
koordinator program
(programmer),
kemudian melakukan
koordinasi dengan
pelaksana program
21
5.4 Masalah Menurut Variabel Lingkungan
No Variabel Tolak Ukur Pencapaian Masalah
1 Non Fisik 1. Keadaan sosial 1. Sebagian besar penduduk 1. (+)
ekonomi Kecamatan Klari
memiliki tingkat ekonomi
rendah.
2. Tingkat pengetahuan 2. Tingkat pengetahuan 2. (+)
masyarakat tentang
kesehatan lingkungan
masih rendah.
3. Perilaku masyarakat 3. Perilaku masyarakat yang 3. (+)
masih BAB sembarangan
22
Bab VI
Perumusan Masalah
6.2.2 Proses
A. Perencanaan
Sudah dibuat jadwal kegiatan pengawasan / inspeksi jamban setiap 1 bulan
sebelum kegiatan, namun jadwal yang dibuat tersebut tidak mencakup tempat
dan waktu kegiatan secara rinci.
23
B. Pengorganisasian
Struktur organisasi sudah jelas, namun koordinasi di lintas program dan
lintas sektoral antar petugas pelaksana program pengawasan jamban belum
optimal.
C. Pelaksanaan
- Pendataan yang dilakukan hanya terbatas jumlah rumah, jumlah jamban
yang ada dan jumlah jamban yang memenuhi syarat sedangkan jenis
jamban tidak masuk dalam pendataan.
- Pengawasan/inspeksi hanya dilakukan 1-2 kali dalam 1 bulan.
- Tidak dilakukan pemetaan jamban yang memenuhi syarat.
- Penyuluhan hanya dilakukan 2-3 kali dalam setahun.
6.2.3 Lingkungan
A. Non Fisik
- Sebagian besar penduduk Kecamatan Klari bermata pecaharian sebagai
karyawan pabrik dan termasuk penduduk dengan tingkat ekonomi
rendah.
- Tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lingkungan masih
rendah.
- Perilaku masyarakat yang masih BAB sembarangan
24
Bab VII
Prioritas Masalah
Pada keluaran hanya didapatkan 2 masalah, sehingga tidak dilakukan prioritas masalah.
25
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
8.1. Masalah I
Kurangnya cakupan pengawasan / inspeksi jamban keluarga yaitu 38,74% dari target
75% dengan besar masalah 48,34%.
26
8.1.2. Penyelesaian Masalah I
Masukan
A. Tenaga (Man)
Menambah jumlah petugas / kader yang dapat membantu pelaksanaan
program pengawasan jamban di wilayah kerja Puskesmas Klari. Selain itu
dilakukan pelatihan terhadap petugas yang menjalankan program
kesehatan lingkungan agar lebih terampil dalam menjalankan tugasnya.
Juga dilakukan pelatihan terhadap kader-kader di masyarakat agar dapat
meringankan pekerjaan pelaksana program kesehatan lingkungan.
B. Dana (Money)
Dilakukan pembukuan secara rinci terhadap dana yang telah diterima dan
dana yang telah digunakan. Selain itu juga mencari sumber-sumber dana
yang baru di Puskesmas untuk menambah pemasukan dana jika memang
dibutuhkan.
C. Metode (Method)
Melakukan pendataan terhadap jenis jamban dan pemetaan jamban yang
memenuhi syarat dan melatih kader-kader dari tiap-tiap desa yang ada
untuk dapat melakukan pengawasan/inspeksi dan pemetaan sarana jamban
secara berkala di daerah tempat tinggalnya.
Proses
A. Perencanaan
Dibuat jadwal yang lebih rinci mengenai tempat dan waktu dilakukannya
pengawasan jamban. Sehingga dalam melakukan program pengawasan
jamban dapat lebih terarah.
B. Pengorganisasian
Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab dengan koordinator
program, koordinator dengan pelaksana serta mengoptimalkan koordinasi
lintas program dan lintas sektoral seperti mengikuti rapat mingguan desa
dan kecamatan, bekerja sama dengan promosi kesehatan, bidan desa, kader
dan sebagainya.
C. Pelaksanaan
Pengawasan/inspeksi jamban dilakukan lebih sering. Minimal 1 minggu 1
kali dilakukan pengawasan jamban. Selain itu, perlu dilakukan pendataan
mengenai jenis jamban dan pemetaan jamban yang telah memenuhi syarat.
27
8.2. Masalah II
Kurangnya cakupan jamban keluarga yang memenuhi syarat yaitu 35,26% dari target
75% dengan besar masalah 52,98%
28
Proses
A. Pengorganisasian
Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab dengan koordinator
program, koordinator dengan pelaksana serta mengoptimalkan koordinasi
lintas program dan lintas sektoral seperti mengikuti rapat mingguan desa
dan kecamatan bekerja sama dengan promosi kesehatan, bidan desa, kader
dan sebagainya.
B. Pelaksanaan
Meningkatkan penyuluhan di dalam dan di luar gedung, minimal 1-2 bulan
sekali.
Lingkungan Non Fisik
- Dilakukan penyuluhan secara intensif dengan meningkatkan frekuensi
penyuluhan, bervariasi dengan memberikan contoh sarana jamban yang
memenuhi syarat dan yang tidak memenuhi syarat di lapangan.
Penyuluhan tentang pentingnya sarana jamban sehat dengan kesehatan.
Penyuluhan diharapkan menambah pengetahuan masyarakat sehingga
mengubah sikap dan perilaku dalam hal BABS, dan mensosialisasikan
program SBABS.
29
Bab IX
Penutup
9.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi program yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa Program Pengawasan Jamban Keluarga di wilayah kerja
Puskesmas Klari periode Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017 dikatakan belum
berhasil, sebab tidak sesuai dengan tolok ukur yang sudah ditentukan. Dari hasil
kegiatan program, didapatkan :
1. Jumlah sarana jamban yang ada di wilayah kerja Puskesmas Klari periode Agustus
2016 sampai dengan Juli 2017 sebanyak 30.575. Jumlah jamban yang diperiksa
pada periode tersebut sebanyak 11.845 dan jumlah jamban yang memenuhi syarat
sebanyak 10.781.
2. Cakupan hasil pengawasan / inspeksi jamban keluarga periode Agustus 2016
sampai dengan Juli 2017 yaitu 38,74% dari target 75% dengan besar masalah
48,34%.
3. Cakupan jamban keluarga yang memenuhi syarat periode Agustus 2016 sampai
dengan Juli 2017 yaitu 35,26% dari target 75% dengan besar masalah 52,98%.
4. Penyuluhan tentang sarana jamban yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Klari periode Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017 belum mencapai target, yaitu
sebanyak 2-3 kali dalam setahun.
9.2. Saran
A. Saran bagi kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab program
- Memantau (supervise) kegiatan pengawasan jamban keluarga dengan cara
membandingkan dengan hasil tahun sebelumnya, juga bertanya kepada pemegang
dan pelaksana program mengenai kendala apa saja yang ditemui.
- Memotivasi petugas kesehatan lingkungan untuk memberdayakan masyarakat
dalam pengawasan jamban keluarga.
- Menggalakkan promosi kesehatan untuk memberikan penyuluhan yang intensif
kepada masyarakat tentang pentingnya sanitasi yang layak/jamban sehat.
30
B. Saran bagi pemegang program pengawasan jamban Keluarga
- Menambah jumlah kader dan melakukan pelatihan terhadap kader dari tiap-tiap
desa yang ada untuk dapat melakukan pengawasan/inspeksi dan pemetaan sarana
jamban secara berkala di daerah tempat tinggalnya.
- Petugas kesehatan lingkungan lebih aktif untuk membuat poster, leaflet atau
selembaran yang dapat membantu masyarakat untuk memahami jamban sehat dan
mengetahui pentingnya menggunakan jamban yang sehat serta mendorong
masyarakat untuk memiliki jamban yang sehat.
- Melakukan pendataan meliputi jenis jamban dan pemetaan jamban yang memenuhi
syarat untuk melihat wilayah kerja yang belum memiliki akses fasilitas sanitasi
yang layak/jamban sehat.
- Dibuat jadwal yang lebih rinci mengenai tempat dan waktu dilakukannya
pengawasan jamban. Sehingga dalam melakukan program pengawasan jamban
dapat lebih terarah.
- Meningkatkan koordinasi dan kerjasama lintas program dengan program PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), bidan desa dan sebagainya serta
mengoptimalkan kerjasama lintas sektoral seperti mengikuti rapat mingguan desa
dan kecamatan, melakukan pelatihan dan memotivasi untuk memberdayakan kader
masyarakat dalam pengawasan jamban sehat dan kegiatan BABS pada daerah
tersebut.
- Melakukan penyuluhan/pemicuan kepada masyarakat mengenai jamban sehat,
mata rantai diare dan fungsi jamban sehat sebagai pemutus mata rantai diare,
dengan tujuan mengubah sikap dan perilaku dalam hal tidak buang air besar
sembarangan.
- Meningkatkan partisipasi dari masyarakat setempat dalam usaha pembuatan
jamban sehat dengan salah satu cara dibentuk kelompok arisan jamban.
31
Daftar Pustaka
1. Notoadmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi revisi 2011. Jakarta:
Rineka Cipta. 2011.
2. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman
Teknis Kesehatan Lingkungan. Propinsi Jawa Barat. 2014
3. Sanitasi total berbasis masyarakat. 2017. Diunduh dari : www.sanitasi.net/sanitasi-
total-berbasis-masyarakat.html. 22 Juli 2017
4. RISKESDAS 2013. Riset kesehatan dasar. 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI .h.89-91.
5. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2013. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh dari:
http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf, 24 Agustus 2017.
6. Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Karawang Tahun 2014-2018. Diunduh
dari
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:aGhRbnVdTi8J:ppsp.nawasi
s.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/mp/kab.karawang/BAB%2520I%2520MP
S%2520oke.docx+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id, 24 Agustus 2017.
7. Aditama YT. Pedoman Pelaksaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. 2012. Jakarta :
Direktorat Jeneral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta : Kementeria Kesehatan; 2014. H.12-5.
32