Standar audit adalah pedoman umum untuk membantu para auditor dalam memenuhi
tanggung jawab profesional mereka dalam pengauditan laporan keuangan historis. Standar
tersebut mencakup pertimbangan kualitas profesional antara lain persyaratan kompetensi dan
independensi, pelaporan, dan bukti.
Seperti telah dikemukakan pada bab yang lalu, Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI) sebagai organisasi profesi berkewajiban untuk menetapkan standar auditing. Umtuk
melaksanakan tugas tersebut IAPI membentuk Dewan Standar yang ditetapkan sebagai badan
teknis senior dari IAPI untuk menerbitkan pernyataan-pernyataan tentang standar auditing.
Sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam era globalisasi, IAPI telah memutuskan
untuk mengadopsi International Auditing and Assurance Standarts (ISA) yang diterbitkan oleh
International Auditing and Assurance Standarts Boards (IAASB) dan dengan demikian tidak
memberlakukan lagi standar auditing yang selama ini berlaku. Sebagai langkah pertama IAPI
menerjemahkan ISA ke dalam Bahasa Indonesia dan diberi judul Standar Profesi Akuntan
Piblik (SPAP) dan menetapkan memberlakukan SPAP terhitung mulai 1 Januari 2013 untuk
emiten.
Isi dan struktur SPAP wajib dipahami oleh para auditor dan calon auditor, karena SPAP
merupakan paduan utama yang wajib dilaksanakan dalam pengauditan laporan keuangan
historis berdasarkan standar audit. Walaupunisinya mengandung banyak persamaan,
sistematika, dan struktur SPAP yang sekarang berlaku sangat berbeda bila dibandingkan
dengan SPAP yang berlaku sebelumnya.
LAPORAN AUDITOR
Laporan auditor sangat penting dalam penugasan audit dan asurans karena laporan
mengomunikasikan temuan auditor. Pengguna laporan keuangan dapat mengandalkan pada
laporan auditor untuk mendapatkan asurans tentang laporan keuangan entitas (perusahaan).
Laporan auditor adalah tahapan terakhir dari keseluruhan proses audit.
PARAGRAF OPINI
Ketika auditor memodifikasi opini audit, auditor harus menggunakan judul “Opini
Wajar dengan Pengecualian”, “Opini Tidak Wajar” atau “opini Tidak Menyatakan
Pendapat” sesuai dengan kondisinya, untuk paragraf opini.
Ketika auditor menyatakan suatau opini wjaar dengan pengecualian karena terdpata
kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan, auditor haru mrnyatakan dalam
paragraf opini bahwa, menurut opini auditor, kecuali untuk dampak hal-hal yang
dijelaskan dalam laporan paragraf Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian:
(a) Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai
dengan kerangka laporan keuangan yang berlaku, ketika melaporkan berdasarkan
kerangka penyajian wajar; atau
(b) Laporan keuangan telah disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, ketika melaporkan berdasarkan
kerangka kepatuhan.
Ketika auditor menyatakan suatu opini tidak wjara, auditor harus menyatakan
signifikansi paragraf opini bahwa, menurut opini auditor, karena signifikansi hal-hal
yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini Tidak Wajar:
(a) Laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang belaku, ketika melaporkan berdasarkan kerangk
penyajian wajar; atau
(b) Laporan keuangan tidak disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, ketika melaporkan berdasarkan
kerangka kepatuhan.
Ketika auditor tidak menyatakan pendapat karena ketidakmampuannya untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
Penjelasan tentang Tanggungjawab Auditor Ketika Auditor Menyatakan suatu Opini
Wajar dengan Pengecualian atau Opini Tidak Wajar
Ketika auditor menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak
wajar, auditor harus mengubah penjelasan tentang tanggungjawab auditor untuk
menyatakan bahwa auditor yakin bahwa bukti audit yang diperoleh oleh auditor adalah
cukup dan tepat untuk menyediakan suatu basis bagi opini modifikasian.
Penjelasan tentang Tanggungjawab Auditor Ketika Auditor Tidak Menyatakan
Pendapat
Ketika auditor tidak menyatakan pendapat karena ketidakmampuan auditor untuk memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat, auditor harus mengubah paragraf pendahuluan dalam laporan
auditor untuk menyatakan bahwa auditor ditugasi untuk mengaudit laporan keuangan. Auditor
juga harus mengubah penjelasan tentang tanggungjawab auditor dan ruang lingkup audit untuk
menyatakan sebagai berikut: “Tanggungjawab kami adalah untuk menyatakan suatu opini atas
laporan keuangan berdasarkan pelaksanaan audit yang sesuai dengan Standar Audit yang
ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. Namun, oleh karena hal-hal yang dijelaskan
dalam paragraf Basis untuk Opini Tidak Menyatakan Pendapat, kami tidak memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat untuk menyediakan suatu basis untuk opini audit”.