PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem politik pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya partai-
partai politik, karena dalam system kepartaian maenganut system multi partai. Konsekuensi
logis dari pelaksanaan system politik demokrasi liberal parlementer gaya barat dengan system
multi partai yang dianut, maka partai-partai inilah yang menjalankan pemerintahan melalui
perimbangan kekuasaan dalam parlemen dalam tahun 1950 – 1959, PNI dan Masyumi
merupakan partai yang terkuat dalam DPR, dan dalam waktu lima tahun ( 1950 -1955 ) PNI
dan Masyumi silih berganti memegang kekuasaan dalam empat kabinet. Adapun susunan
kabinet yang menjalankan roda pemerintahan pada masa demokrasi liberal, sebagai berikut :
Kabinet ini dilantik pada tanggal 7 September 1950 dengan Mohammad Natsir
(Masyumi) sebagai perdana menteri. Kabinet ini merupakan kabinet koalisi yang dipimpin
Masyumi, di mana PNI sebagai partai kedua terbesar dalam parlemen tidak turut serta, karena
tidak diberi kedudukan yang sesuai. Kabinet ini merupakan kabinet dimana tokoh-tokoh
terkenal duduk di dalamnya, seperti Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Mr. Asaat, Ir. Djuanda,
dan Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo, sehingga kabinet ini merupakan Zaken Kabinet.
2
d. Memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat secepatnya.
e. Mengembangkan dan memperkokoh kesatuan ekonomi rakyat sebagai dasar bagi
pelaksanaan ekonomi nasional yang sehat.
f. Membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas usaha – usaha
meninggikan derajat kesehatan dan kecerdasan rakyat.
a. Di bidang ekonomi, ada Sumitro Plan yang mengubah ekonomi kolonial ke ekonomi
nasional.
b. Indonesia masuk PBB.
c. Berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai
masalah Irian Barat.
a. Bidang keamanan, menjalankan tindakan – tindakan yang tegas sebagai negara hukum
untuk menjamin keamanan dan ketentraman.
b. Sosial – ekonomi, mengusahakan kemakmuran rakyat secepatnya dan memperbaruhi
hukum agraria agar sesuai dengan kepentingan petani. Juga mempercepat usaha
penempatan bekas pejuang di lapangan usaha.
c. Mempercepat persiapan – persiapan pemilihan umum.
3
d. Di bidang politik luar negri: menjalankan politik luar negri secara bebas – aktif serta
memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI secepatnya.
e. Di bidang hukum, menyiapkan undang – undang tentang pengakuan serikat buruh,
perjanjian kerja sama,penetapan upah minimum,dan penyelesaian pertikaian buruh.
Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjutkan program Kabinet Natsir. Hanya
saja terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti awalnya
program menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman, selanjutnya diprioritaskan untuk
menjamin keamanan dan ketentraman.
Pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno menunjukan Sidik Djojosukarto (PNI)
dan Prawoto Mangkusasmito (Masyumi) menjadi formatur, namun gagal. Kemudian
menunjuk Wilopo dari PNI sebagai formatur. Setelah bekerja selama dua minggu berhasil
dibentuk kabinet baru di bawah pimpinan Perdana Mentari Wilopo, sehingga terbentuklah
Kabinet Wilopo. Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para
pakar yang ahli dalam biangnya.
4
b. Program luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda,
Pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta menjalankan politik luar
negeri yang bebas-aktif menuju perdamaian dunia.
Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani
Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada
presiden pada tanggal 2 Juni 1953.
Setelah mundurnya Kabinet Wilopo, terbentuk kabinet baru, yaitu Kabinet Ali
Sastroamidjojo. Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU. Sedangkan, Masyumi
menjadi partai oposisi.
Hasil :
Setelah jatuhnya Kabinet Ali, sebagai gantinya Wakil Presiden Dr. Muh. Hatta
menunjuk Mr. Burhanuddin Harahap (Masyumi) sebagai formatir kabinet. Kejadian ini baru
pertama kali di Indonesia, formatir kabinet ditunjuk oleh Wakil Presiden sebagai akibat dari
kepergian Soekarno naik Haji ke Mekkah. Kabinet ini terbentuk pada tanggal 11 Agustus
5
1955, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 141 Tahun 1955 tertanggal 11 Agustus 1955
dan mulai bekerja setelah dilantik tanggal 12 Agustus 1955 dengan dipimpin oleh
Burhanuddin Harahap.
Kabinet Burhanuddin Harahap adalah merupakan kabinet koalisi yang terdiri atas
beberapa partai, bahkan hamper merupakan Kabinet Nasional, sebab jumlah partai yang
tergabung dalam koalisi kabinet ini berjumlah 13 partai. Tetapi karena masih ada beberapa
partai yang sebagai oposisi tidak duduk dalam kabinet seperti PNI dan beberapa partai
lainnya, maka kabinet ini termasuk kabinet koalisi.
Hasil :
6
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
Ali Sastroamidjoyo diserahi mandat untuk membentuk kabinet baru pada tanggal 20
Maret 1956. Kabinet yang terbentuk merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi,
dan NU dengan dipimpin oleh Ali Sastroamidjoyo.
Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat
program jangka panjang, sebagai berikut :
a. Pembatalan KMB.
b. Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik
luar negeri bebas aktif.
c. Melaksanakan keputusan KAA.
7
Hasil:
Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari periode
planning and investment, hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB pada tanggal 3
Mei 1956.
Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi (Januari 1957), membuat kabinet hasil
Pemilu I ini jatuh dan menyerahkan mandatnya pada Presiden pada tanggal 14 Maret 1957.
Kabinet Djuanda/Kabinet Karya resmi dilantik tanggal 9 April 1957. Kabinet ini
merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang tidak berdasarkan atas dukungan dari parlemen
karena negara dalam keadaan darurat, namun tetap terdiri dari para pakar yang ahli dalam
bidangnya. Kabinet ini dibentuk karena Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-
undang Dasar pengganti UUDS 1950. Serta terjadinya perebutan kekuasaan antara partai
politik denga dipimpin oleh Ir. Djuanda.
Programnya disebut Panca Karya sehingga sering juga disebut sebagai Kabinet Karya,
programnya yaitu :
8
b. Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan menampung dan
menyalurkan pertumbuhan kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan presiden
sebagai ketuanya. Sebagai titik tolak untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin.
c. Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di
berbagai daerah. Musyawarah ini membahas masalah pembangunan nasional dan
daerah, pembangunan angkatan perang, dan pembagian wilayah RI.
d. Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk mengatasi masalah krisis
dalam negeri tetapi tidak berhasil dengan baik.
Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan
mulailah babak baru sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.
Selama masa Presiden Soekarno (1945-1965), yang melewati beberapa era seperti
Revolusi fisik, Demokrasi Parlementer, dan Demokrasi Terpimpin, hanya sekali terjadi
Pemilu, yaitu Pemilu 1955. Pemilu ini terjadi pada masa pemerintahan Perdana Menteri
Buhanuddin Harahap dari Masyumi (29 Juli 1955-2Maret 1956). Akan tetapai peraturan yang
dijadikan landasan dalam pemilihan umum 1955 adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1953 yang telah disusun pada masa pemerintahan Perdana Menteri Wilopo dari PNI (30
Maret 1952-2 Juli 1953).
Adapun latar belakangnya diselengarakannya Pemilu 1955:
9
Hadikusumo mengumumkan bahwa pemilihan umum untuk parlemen akan diadakan
pada tanggal 29 September 1955. Pengumuman dari Hadikusumo sebagai ketua
panitia pemilihan umum pusat mendorong partai untuk meningkatkan kampanyenya.
Mereka berkampanye sampai pelosok desa. Setiap desa dan kota dipenuhi oleh tanda
gambar peserta pemilu yang bersaing. Masing-masing partai beruasaha untuk
mendapatkan suara yang terbanyak.
10
Dengan perbandingan setiap 300.000 penduduk diwakili seorang wakil. Pemilu pertama ini
diikuti oleh banyak partai politik karena pada saat itu NKRI menganut kabinet multi partai
sehingga DPR hasil Pemilu terbagi ke dalam beberapa fraksi.
Sesuai tujuannya, Pemilu 1955 ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
a) Tahap pertama adalah Pemilu untuk memilih anggota DPR. Tahap ini diselenggarakan
pada tanggal 29 September 1955, dan diikuti oleh 29 partai politik dan individu.
b) Tahap kedua adalah Pemilu untuk memilih anggota Konstituante. Tahap ini
diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 1955.
Meskipun Kabinet Ali Jatuh, pemilu terlaksana sesuai dengan rencana semasa kabinet
Burhanudin Harahap. Pemilu yang pertama dilaksanakan pada tahun 1955. Sekitar 39 Juta
rakyat Indonesia datang ke bilik suara untuk memberikan suaranya. Pemilu saat itu berjalan
dengan tertib, disiplin serta tanpa politik uang dan tekanan dari pihak manapun. Oleh karena
itu, banyak pakar politik yang menilai bahwa pemilu tahun 1955 sebagai pemilu paling
demokratis yang terlaksana di Indonesia sampai sekarang.
2.2.4 Hasil Pemilihan Umum 1955
Hasil Pemilu Tahap I (29 september 1955)
Pada tanggal 29 September 1955 lebih dari 39 juta rakyat Indonesia memberikan
suararanya dikotak-kotak suara. Hasil pemilihan Umum I yang diikuti 172 kontestan Pemilu
1955, hanya 28 kontestan (tiga diantaranya perseorangan) yang berhasil memperoleh kursi.
Empat partai besar secara berturut-turut memenangkan kursi: Partai Nasional Indonesia (57
kursi/22,3%), Masyumi (57 kursi/20,9%), Nahdlatul Ulama (45 kursi/18,4%), dan Partai
Komunis Indonesia (39 kursi/15,4%).
Hasil Pemilu Tahap II
Jumlah kursi anggota Konstituante dipilih sebanyak 520, tetapi di Irian Barat yang
memiliki jatah 6 kursi tidak ada pemilihan. Maka kursi yang dipilih hanya 514. Hasil
pemilihan anggota Dewan Konstituante menunjukkan bahwa PNI, NU dan PKI meningkat
dukungannya, sementara Masyumi, meski tetap menjadi pemenang kedua, perolehan
suaranya merosot 114.267 dibanding-kan suara yang diperoleh dalam pemilihan anggota
DPR.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam perkembangan Demokrasi Indonesia, Indonesia sudah mengalami
beberapa kali pergantian sistem politik dan pemimpin. Namun dengan sejalannya
demokrasi itu Indonesia sampai saat ini masih saja belum menemukan sistem
Demokrasi yang tepat. Banyak permasalahan yang datang dalam pencarian sistem
Indonesia maupun jiwa para pemimpinnya.
3.2 Saran
Entah mengapa sampai saat ini Indonesia masih tertinnggal oleh negara lain,
tapi patut kita ketahui bahwa perubahan itu tidak ada dengan sendirinya. Kita sebagai
rakyat Indonesia lah yang harus memulai perubahan itu. Dimulai dari penetapan
sistem politik yang benar-benar tepat dan juga para anak bangsa yang harus
memperbaharuinya dengan perubahan yang membawaIndonesia maju.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://www.rifalnurkholiq.com/2015/10/makalah-demokrasi-liberal-demokrasi.html
https://history1978.wordpress.com/2013/03/26/indonesia-masa-demokrasi-liberal-1950-
1959/
http://fikaisman.blogspot.co.id/2011/01/indonesia-pada-masa-demokrasi-
liberal.html#!/tcmbck
13