4F - 2 Ikan Hasil Tangkap 3 PDF
4F - 2 Ikan Hasil Tangkap 3 PDF
Karakteristik: badan bulat seperti cerutu dan padat. Terdapat 8 sirip tambahan (finlet) di
belakang sirip punggung kedua dan sirip dubur dan pada ekor terdapat satu keel diantara 2 keel
pada setiap sisi tubuh. Punggung berwarna gelap dengan garis tidak teratur berwarna biru
kehitaman. Sedangkan perut berwarna cerah. Jenis yang paling umum tertangkap di Indonesia
adalah Euthynnus affinis. Nama lokal: Tongkol Komo, mangkok, Ambu-Ambu, Tongkok Kurik,
Sembak.
Habitat: termasuk ikan yang hidup pada perairan Laut epas namun dekat dengan garis pantai.
Ikan-ikan muda sering masuk ke dalam teluk atau pelabuhan. Gerombolannya terbentuk bersama
spesies lain, terdiri dari 100 sampai 5.000 ekor. Termasuk predator oportunistik dengan jenis
makanan dari ikan kecil (Clupeidae dan Engraulidae), Cumi-cumi, Crustacea sampai Zooplankton.
Gambar 4.57 Morfologi umum ikan Tongkol (Scombridae). Karakteristik utama: bagian
pungung terdapat sadel berwarna hitam yang dimulai dari (bawah)
pertengahan sirip punggung pertama (Foto: Pasar Ikan Waegio, Raja Ampat
– oleh Kartika Sumolang).
Karakteristik: badan pipih dan lebar (vertikal). Mulut kecil dengan posisi terminal, rahang tidak
bisa ditarik. Sisik jenis cycloid dan berukuran kecil. Sirip dengan duri keras mengandung kelenjar
untuk mengeluarkan racun. Ikan-ikan yang hidup di karang umumnya berwarna terang dan beragam.
Spesies yang hidup di luar karang umumnya berwarna kecoklatan. Nama lokal: Lada, Samdanar,
Masadar, Limaran, Belais.
Habitat: lebih banyak hidup di dasar (demersal) pada Perairan Pantai sampai kedalaman 50 m.
Beberapa hidup secara berpasangan pada habitat karang. Jenis lain hidup bergerombol di sekitar
Karang, Bakau, Estuari, Air Payau dan Laguna (Nambo). Termasuk jenis ikan herbivor dengan jenis
makanan Zooplankton (umur muda) sampai rumput Laut, lamun, Spons dan Tunikata. Namun jika
dipancing dengan umpan ikan, dia bisa memakan umpannya.
Perikanan: ikan Beronang umumnya ditangkap di Pantai dengan alat tangkap Pancing, Bagan,
Jaring Insang dan Muro Ami. Untuk jenis yang suka bergerombol, nelayan kadang menggunakan alat
peledak yang sudah dilarang oleh pemerintah. Dulunya ikan ini tidak termasuk jenis ikan ekonomis
penting. Ikan ini bisa mencapai ukuran 40 cm (tergantung jenisnya). Pada umumnya ditangkap pada
ukuran sekitar 25 cm. Pasar ikan Beronang dalam bentuk segar, kering dan asin.
Gambar 4.58 Morfologi umum ikan Beronang (Siganidae). Karakteristik utama: bentuk badan oval
dan kompres (tipis secara vertikal), mulut sangat kecil dan posisi terminal, sirip keras
Karakteristik: badan umumnya oblong (segi empat) dan pipih. Gigi pada rahang menyatu
seperti pada burung Kakatua. Mulut kecil; sisik cycloid berukuran besar. Sirip ekor bervariasi dari
bundar (rounded) sampai lunate, namun tidak sampai bercagak (forked). Warna bervariasi dan
beragam sesuai dengan habitatnya pada Terumbu Karang. Nama lokal: Kerotong, Angke, Bayan,
Perencong. Spesies yang paling terkenal sebagai ikan Kakatua adalah Bolbometopon muricatum.
Habitat: Semua jenis ikan Kakatua hidup pada habitat Terumbu Karang di sekitar pantai sampai
kedalaman 30 m. Termasuk ikan jenis ikan demersal dan bersifat herbivor, ikan ini sering memakan
Alga yang menempel pada karang mati. Karena giginya yang kuat, ikan ini memakan Alga bersama
karang. Kotorannya sering membentuk pasir Laut.
Perikanan: Ikan Kakatua termasuk salah satu jenis ikan penting untuk konsumsi lokal, namun
tidak termasuk dalam catatan statistik perikanan di Indonesia. Alat tangkap yang digunakan adalah
perangkap, Jaring Muro Ami maupun Spear Fishing.
Gambar 4.59 Morfologi umum ikan Kakatua (Scaridae). Karakteristik utama: bentuk badan oblong
dan kompres, bagian kepala bundar, gigi menjadi satu seperti gigi burung Kakatua
(Foto: ikan kaka tua oleh Peter J. Mous).
Karakteristik: badan pipih (vertikal) dan lebar. Pada caudal peduncle terdapat 1 atau lebih keel
yang disebut juga ‘peduncular spines’. Mulut kecil terletak agak jauh di bawah kepala, namun posisi
mulut terminal. Gigi pada rahang tersusun dalam satu baris; bentuk gigi incisor/gigi potong. Ukuran
sisik kecil, jenis ctenoid. Warna dominan adalah coklat dan grey, beberapa spesies mempunyai
warna yang beragam (warna warni). Teridi dari spesies yang beragam (> 90 spesies).
Habitat: Ikan kulit Pasir selalu berasosiasi dengan habitat Terumbu Karang. Termasuk jenis ikan
demersal, sampai kedalaman < 100 m, namun pemijahan terjadi secara pelagis. Beberapa jenis ikan
Kulit Pasir termasuk pemakan Zooplankton. Sebagian besar lainnya adalah herbivor pemakan alga
yang melekat pada Terumbu Karang.
Perikanan: ikan Kulit Pasir dulunya bukan termasuk ikan ekonomis penting walaupun sudah
sering ditangkap sejak dulu. Belakangan ini alat tangkap yang sudah berkembang menangkap ikan ini
adalah Bubu (Perangkap). Alat tangkap lainnya yang juga dikembangkan adalah Muro Ami dan Spear
Gun.
Karakteristik: kulit luar (cangkang) keras. Lebarnya bisa mencapai 2x panjang. Pada ujung
depan kulit luar terdapat 9 buah duri (anterolateral tooth), duri terakhir lebih besar dan panjang.
Kaki belakang terakhir pipih dan bulat. Semua kaki berbulu, kecuali kaki pertama.
Habitat: Swimming Crabs termasuk jenis organisme bentik dan semipelagik dengan tingkah
laku yang sangat beragam. Makanan utamanya adalah Detritus dengan tingkah laku filter feeder.
Perikanan: jenis yang komersial di Indonesia termasuk Portunus pelagicus, P. sanguinolentus
dan P. trituberculatus. Alat tangkap yang biasa dipakai adalah Bagan yang dilengkapi dengan umpan,
jermal, Bubu dan jaring.
Karakteristik: kulit luar (cangkang) keras. Terdapat duri (anterolateral tooth) pada setiap sisi
dari ujung kulit luar, namun duri terkahir ukurannya sama. Kulit mempunyai tonjolan-tonjolan kecil.
Kaki depan mempunyai tonjolan seperti duri. Warna kulit dominan hijau. Jenis yang paling umum
ditemukan adalah scylla serrata.
Habitat: jenis Kepiting ini hidup di hutan bakau; termasuk jenis demersal dan melakukan
proses ganti kulit setiap 15 hari sekali (proses pertumbuhan). Jenis makanannya adalah Detritus.
Perikanan: nelayan menangkap jenis Kepiting ini tidak menggunakan alat khusus. Mereka
hanya menggunakan sepotong kayu Bakau untuk menusuk lubang yang ditinggali oleh Kepiting.
Penangkapan umumnya dilakukan pada malam hari. Jenis Kepiting bakau akhir-akhir ini termasuk
jenis komoditas ekspor maupun dijual segar untuk konsumsi restoran.
Karakteristik: kerangka kepala (carapace) tebal dan ditutupi oleh duri besar dan kecil. Ujung
kepala bagian atas mata terdapat dua tonjolan yang keras. Diantara dua tonjolan tersebut terdapat
dua pasang sungut. Sungut kedua keras, kaku dan panjang. Ekornya seperti kipas berwarna merah.
Pada badan terdapat garis melintang berwarna hitam. Jenis yang paling umum ditemukan di
Indonesia adalah genus Panulirus spp. Tubuh umumnya berwarna warni.
Habitat: semua Udang Barong termasuk jenis penghuni karang. Dia hidup pada lobang-lobang
diantara karang; termasuk tipe scavenger, dengan jenis makanan Detritus maupun Makrofauna
lainnya.
Perikanan: penangkapan Udang Barong dilakukan dengan cara menyelam dan dengan bantuan
Hookah Compressor. Karena jenis yang beragam, ukuran Udang ini juga bervariasi. Panjang
maksimum yang bisa dicapai adalah 50 cm, umumnya tertangkap pada ukuran 20 – 30 cm. Udang
Barong termasuk komoditas ekspor dan ditangkap oleh nelayan skala kecil. Udang umumnya dijual
dalam kondisi hidup.
Gambar 4.61 Morfologi umum Udang Barong (Palinuridae). Karakteristik utama: Udang Karang
dengan warna yang beragam (Foto: Kofiau Raja Ampat – oleh Andreas Muljadi).
Karakteristik: kulit (carapace) agak keras tapi tidak kaku. Pada badan terdapat ‘ban’ berwarna
ungu kehitaman. Masing-masing ruas badan mempunyai dua bean. Warna ini tampak jelas ketika
Udang masih hidup. Kaki umumnya berwarna merah. Nama ilmiah untuk jenis ini adalah Penaeus
monodon. Jenis lainnya adalah Udang Putih atau Penaeus merguiensis.
Habitat: Udang Windu dan Putih termasuk jenis demersal dan menyenangi substrat dasar yang
halus (pasir dan sedikit lumpur). Termasuk jenis Scavenger, jenis makanan utamanya adalah Detritus.
Perikanan: Udang ini bisa mencapai panjang 35 cm, namun umumnya tertangkap pada ukuran
10 – 20 cm. Dulunya Udang ini ditangkap dengan alat Trawl. Lokasi potensial untuk perikanan Udang
adalah Pantai Sumatera, Utara Jawa, Kalimantan Timur dan Laut Arafura. Saat ini, alat tangkap yang
biasa digunakan adalah Jaring Klitik, Dogol dan Sero. Hasil tangkapan umumnya dijual beku untuk
konsumsi ekspor (headless) dan pasar domestik. Perikanan Udang ini bernilai ekonomis tinggi dan
penting bagi nelayan lokal.
Karakteristik: kulit (carapace) halus, licin dan mengkilap. Badan berwarna putih kekuningan
dengan bintik coklat dan hijau samar-samar. Ujung ekor dan kaki berwarna merah. Nama ilmiah
untuk jenis Udang ini adalah Penaeus merguiensis.
Habitat: Udang Putih termasuk jenis demersal dan menyenangi substrat dasar yang halus
(pasir dan sedikit lumpur). Termasuk jenis Scavenger, jenis makanan utamanya adalah Detritus.
Perikanan: Udang ini bisa mencapai panjang 30 cm, namun umumnya tertangkap pada ukuran
15 – 25 cm. Dulunya Udang ini ditangkap dengan alat Trawl. Lokasi potensial untuk perikanan Udang
adalah Pantai Sumatera, Utara Jawa, kalimantan Timur dan Laut Arafura. Saat ini, alat tangkap yang
biasa digunakan adalah Jaring Klitik, Dogol dan Sero. Hasil tangkapan umumnya dijual beku untuk
konsumsi ekspor (headless) dan pasar domestik. Perikanan Udang ini bernilai ekonomis tinggi dan
penting bagi nelayan lokal.
Karakteristik: badan bulat panjang (Cumi-cumi), bulat telur dan pendek (untuk Sotong). Pada
masing-masing sisi tubuh terdapat sirip (berupa daging) yang bersatu dengan tubuh. Bagian
punggung keras karena di dalamnya disangga oleh kerangka tulang dari kapur. Di sekitar mulut
terdapat 8 tangan pendek dengan dua buah baris lobang penghisap. Juga terdapat dua tangan
panjang dengan empat baris tangan penghisap. Warna tubuh umumnya putih dengan bintik merah
kehitaman.
Habitat: Cumi-cumi dan Sotong tersebar pada seluruh wilayah Perairan Pantai Indonesia. Jenis
khewan ini bersifat pelagis dan tertarik dengan cahaya lampu. Jenis makanannya adalah ikan kecil.
Perikanan: Dulunya Selat Malaka merupakan lokasi penangkapan yang ideal. Setelah itu lokasi
penangkapan bergeser ke perairan Selat Bali dan Lombok. Fishing Gound potensial setelah itu adalah
Perairan Flores. Saat ini, lokasi yang cukup terkenal adalah perairan di sekitar Pulau Sumba. Alat
tangkap paling dominan menangkap jenis ini adalah Bagan dengan bantuan lampu. Operasi
penangkapan terutama dilakukan pada saat bulan mati. Jenis ini juga bisa ditangkap dengan
menggunakan alat pancing, namun tidak bersifat komersial seperti Bagan.
Karakteristik: badan bulat seperti cungkup, mata kecil. Di sekitar mulut terdapat 8 tangan yang
melingkar. Panjang tangan bisa mencapai 6 – 7 kali panjang badan. Tangan bagian dalam dilengkapi
dengan 2 baris alat penghisap yang relatif kuat. Warna badan bervariasi, dari kuning oranye,
kemerahan, merah bata dan sering dilengkapi dengan bintik-bintik putih. Bisa mencapai panjang
(termasuk tangan) 90 – 110 cm. Umumnya tertangkap pada ukuran 50 – 70 cm.
Habitat: Gurita adalah penghuni Perairan Pantai dangkal, senang bersembunyi di bawah batu.
Dia sering berada pada perairan di sekitar Terumbu Karang. Makanannya termasuk ikan-ikan kecil
yang tertangkap dengan tangannya.
Perikanan: Ikan ini bisa ditangkap dengan menggunakan alat bagan. Belakangan ini nelayan
menangkap Gurita dengan menggunakan Tombak. Nelayan umumnya membuat umpan berupa
Gurita palsu untuk merangsang Gurita keluar dari sarangnya.
Karakteristik: badan bulat panjang seperti tabung. Seluruh tubuh ditutupi oleh duri-duri lunak
(podia). Tubuh ditutupi oleh selapis kulit yang agak tebal. Pada ujungnya terdapat saluran untuk
menghisap dan pembuangan (mouth dan anus). Teripang yang tertangkap di Indonesia berasal dari
spesies yang beragam.
Habitat: Teripang termasuk jenis dasar (demersal) dengan habitat utama pasir maupun
Terumbu Karang. Individu yang masih muda umumnya berada pada perairan yang lebih dangkal
(reef flat), setelah dewasa memilih perairan lebih dalam atau pada Terumbu Karang bagian luar
Gambar 4.63 Morfologi umum Teripang (Holothuriidae) – Karakteristik: badan bulat seperti
tabung, permukaan badan mempunyai duri lunak yang disebut podia (Foto: Nelayan
Kofiau, Raja Ampat – Andreas Muljadi).
Carpenter, K. E., & V.H. Niem, 1998. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. FAO
Species Identification Guide for Fishery Purposes. Rome, Italy, FAO. Volume 1:
Seaweeds, Corals, Bivalves and Gastropods: 1-686.
Carpenter, K. E., & V.H. Niem, 1998. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. FAO
Species Identification Guide for Fishery Purposes. Rome, Italy, FAO. Volume 2:
Cephalopods, Crustaceans, Holothurians and Shark: 688-1396.
Carpenter, K. E., & V.H. Niem, 1999. The Living Marine Resources of The Western Central Pacific. FAO
Species Identification Guide for Fishery Purposes. Rome, Italy, FAO. Volume 3: Batoid
Fishes, Chimaeras and Bony Fishes Part 1 (Elopidae to Linophrynidae): 1398-2067.
Carpenter, K. E., & V.H. Niem, 1999. The Living Marine Resources of The Western Central Pacific.
FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. Rome, Italy, FAO. Volume 4: Bony
Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae): 2069-2790.
Carpenter, K. E., & V.H. Niem, 2001. The Living Marine Resources of The Western Central Pacific.
FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. Rome, Italy, FAO. Volume 5: Bony
Fishes Part 3 (Menidae to Pomacentridae): 2791-3379.
Ringkasan:
1. Total hasil tangkap yang dilaporkan dalam statistik perikanan di Indonesia cenderung lebih
rendah dari kondisi sebenarnya pada tingkat lapang. Jelaskan terjadinya kencenderungan ini
sejak statistik perikanan tahun 1976?
2. Perikanan sebagai kegiatan primer, di Indonesia, bisa dibedakan atas 8 sub-kegiatan atau sub-
sektor. Sebutkan (dengan penamaan masing-masing) dari sub-sektor tersebut?
3. Jenis alat tangkap dibedakan atas: Pancing, Jaring dan kategori lain. Apa alasan yang membuat
alat tangkap Pencar dan Sotok masuk ke dalam kategori lain?
4. Dari semua jenis alat tangkap yang ada di Indonesia, kategori mana yang termasuk paling
selektif? Apa yang dimaksud dengan alat tangkap selektif?
5. Alat tangkap selektif sering dianggap tidak ekonomis dalam jangka pendek. Apa kemungkinan
alasannya?
6. Apa perbedaan antara Jaring Trawl (Pukat Harimau) dengan pukat pantai atau Jaring Tarik
(Beach Seine)?
7. Memegang ikan kulit pasir (Acanthuridae) di bagian caudal peduncle dianggap sangat berbahaya,
apa alasannya?
8. Ikan Tuna (Thunnus spp.) sangat sulit ditangkap dengan jaring pukat cincin, apa alasannya?
9. Apa perbedaan yang paling dasar antara ikan Tongkol dengan ikan Cakalang (sama-sama berasal
dari famili Scombridae)?
10. Ikan Beronang sering disebut beracun – bagian mana yang harus dihindari kalau memegang ikan
Beronang?