Bab Ii New
Bab Ii New
BAB II
KEPENDUDUKAN, SOSIAL BUDAYA, EKONOMI, KEADAAN
LINGKUNGAN, KEADAAN PERILAKU DAN DERAJAT
KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
terletak pada garis 10 – 40 Lintang Utara, dan 980 – 1000 Bujur Timur,
berbatasan dengan daerah perairan dan laut, serta tiga provinsi di Indonesia
yaitu Aceh, Riau dan Sumatera Barat dan negara tetangga. Sebelah Utara
berbatasan dengan Provinsi Aceh, sebelah Timur dengan Negara Malaysia
melalui selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan
Sumatera Barat, serta di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
6.262,00 km2 atau sekitar 8,58% dari total luas wilayah Sumatera Utara.
hanya seluas 31,00 km2 atau sekitar 0,04% dari total luas wilayah Sumatera
Utara. Berdasarkan letak dan kondisi alam, wilayah Sumatera Utara dapat
kisaran suhu antara 150C – 330C, mempunyai 2 musim yakni kemarau pada
bulan Januari s/d Juli dan musim hujan pada bulan Agustus s/d Desember,
serta diantara kedua musim tersebut diselingi oleh musim pancaroba. Adapun
letak ketinggian daerah dari permukaan laut untuk masing – masing
kabupaten/kota adalah sebagai berikut :
KETINGGIAN DARI
NO NAMA KABUPATEN/KOTA
PERMUKAAN LAUT
1 Gunung Sitoli 0 - 600 m
2 Padang Sidempuan 260 - 1.100 m
3 Binjai 0- 28 m
4 Medan 2,5 - 37,5 m
5 Tebing Tinggi 26 - 34 m
6 Pematang Siantar 400 - 500 m
7 Tanjung Balai 0 - 3 m
8 Sibolga 0 - 50 m
9 Nias Barat 0 - 800 m
10 Nias Utara 0 - 478 m
11 Labuhan Batu Utara 0 - 700 m
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
21 JANUARI 2019 – 30 MARET 2019 7
LAPORAN KEGIATAN
sex ratio sebesar 99,60 dan rata-rata kepadatan penduduk 196 jiwa per km2 .
adalah Kota Medan yakni sebesar 8.481 jiwa per km2, disusul Kota Tebing
Tinggi dengan kepadatan penduduk 5.183 jiwa per km2 dan Kota Binjai
dengan kepadatan penduduk sebesar 4.592 jiwa per km2. Sedangkan wilayah
dengan kepadatan penduduk tergolong rendah adalah Kabupaten Tapanuli
Selatan yakni sebesar 46 jiwa per km2, disusul dengan Kabupaten Pakpak
Bharat dengan kepadatan penduduk sebesar 49 jiwa per km2 dan Kabupaten
berdasarkan data tahun 1961 s/d 2017 adalah seperti digambarkan pada
grafik di bawah ini.
yang minimal telah tamat SLTA sebesar 57,73%, diikuti Kota Medan sebesar
55,79% dan Kota Binjai sebesar 51,50%. Persentase penduduk 10 tahun ke
atas yang minimal telah tamat SLTA per kabupaten/kota dapat dilihat pada
grafik 2.2.1 dibawah ini.
2.2.2 Agama
10.818 unit mesjid, 6.235 unit langgar/musollah, 12.401 unit gereja protestan,
2.138 unit gereja katolik, 82 unit kuil, 353 unit wihara dan 83 unit klenteng di
Sumatera Utara. (SUDA 2017).
2.2.3 Ketenagakerjaan
rumah tangga dengan luas lantai rumah dalam meter persegi (m2). Hasil
perhitungan dikategorikan sesuai kriteria Permenkes
N0.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang rumah sehat, yaitu memenuhi syarat
bila memiliki ukuran ≥8 m2/kapita (tidak padat) dan tidak memenuhi syarat
bila <8 m2/kapita (padat). Dari 3.239.937 unit rumah yang terdapat pada
tahun 2016, sebanyak 2.059.144 diantaranya (63,56%) telah memenuhi syarat
kesehatan. Pada tahun 2017, terdapat 558.223 rumah yang dibina (47,28%),
dimana dari jumlah tersebut 332.184 rumah diantaranya (59,51%) telah
memenuhi syarat kesehatan. Dengan demikian total rumah yang memenuhi
syarat kesehatan sampai dengan akhir 2017 (termasuk yang telah memenuhi
syarat pada tahun 2016) adalah sebesar 2.391.328 unit (73,81%).
Tabel 2.3 Jumlah dan Jenis Sarana Air Minum di Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2017
JLH SARANA YG
JUMLAH
N JENIS SARANA MEMENUH %
SARANA
O I SYARAT
1 Sumur Gali Terlindung 1.076.221 495.519 46,04
Pada tahun 2017 jumlah TTU ada sebanyak 16.026 unit (bertambah
sebanyak 114 unit dari tahun 2016), dimana 10.615 unit diantaranya (66,23%)
telah memenuhi syarat kesehatan. Bila dibandingkan dengan tahun 2016,
dimana jumlah TTU yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 11.481 buah
(72,15%), maka telah terjadi penurunan persentase TTU yang memenuhi
syarat kesehatan pada tahun 2017 sebesar 5,93%.
Grafik 2.7 Persentase Rumah Tangga ber PHBS Di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2010-2017
Dari grafik 2.7 diatas dapat dilihat bahwa jumlah rumah tangga yang
ber-PHBS cenderung naik dalam tiga tahun terakhir, yaitu dari 18,38% RT
tahun 2015 menjadi 23,08% di tahun 2016, serta meningkat lagi menjadi
27,25% di tahun 2017. Namun kalau dilihat jumlah rumah tangga yang sudah
dipantau sampai dengan tahun 2017, baru 49,22% saja dari total rumah
tangga yang ada di Sumatera Utara. Oleh karena itu perlu peningkatan
pelaksanaan program/kegiatan promosi kesehatan khususnya dalam
pemantauan rumah tangga ber-PHBS.
Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan
tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, baik penyakit
maupun sebab lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung
dengan melakukan survei dan penelitian. Berikut ini diruraikan angka
kematian serta penyakit-penyakit penyebab utama kematian di Sumatera
Utara dalam beberapa kurun waktu hingga akhir tahun 2017.
145
150
125
109
Per 1.000 kelahiran hidup
121
100
89 71
75
50 61
44 26
47
25 Sumut Indonesia
26
-
SP71 SP80 SP90 SP2000 SP2010
2.5.2 Morbiditas
1. Diare
2. Pneumonia
3. TB Paru
5. HIV/AIDS
9000 8421
8000
7000 5762
5233
5000 4889
4628 4858
4000
4020 56622150
6000
2916
3000
2000
1000
'13 '14 '15 '16 ^17
HIV AIDS
0
6. Kusta
a) Difteri
Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah
dan insidensi kasusnya relatif rendah. Pengendalian
kasus difteri ini dapat dipengaruhi dengan adanya
program imunisasi. Pada tahun 2017, ditemukan 5 kasus
difteri di Sumatera Utara, yaitu 2 kasus di Kota Medan,
dan masing-masing 1 kasus di Kabupaten Asahan,
Kabupaten Langkat dan Kabupaten Tapanuli Tengah.
e) Campak
Pada tahun 2017 jumlah kasus campak ditemukan
sebanyak 591 kasus, menurun 70 kasus dibandingkan
dengan jumlah kasus yang ditemukan tahun 2016
(sebesar 661 kasus). Campak merupakan kasus terbanyak
dari kategori penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I) dan tersebar di 20 kabupaten/kota
seperti terlihat pada grafik (3.9) berikut ini.
f) Polio
Penyakit polio yang merupakan penyakit penyebab
kelumpuhan pada anak-anak tidak ditemukan di Provinsi
Sumatera Utara pada tahun 2017 maupun pada tahun
2016.
g) Hepatitis B
Kasus hepatitis B pada tahun 2017 ditemukan
sebanyak 12 kasus yang tersebar di Kabupaten Deli
Serdang sebanyak 6 kasus, Kabupaten Simalungun
sebanyak 3 kasus, dan Kota Gunungsitoli sebanyak 2
kasus Kota Tanjung Balai sebanyak 1 kasus. Jumlah
kasus hepatitis B tahun 2017 ini menurun sebanyak 4
kasus dibandingkan tahun 2016 sebanyak 16 kasus.
0,51
2017
39,6
0,69
2016
63,3
0,79
2015
41,4
0,85
2014
51,9
0,95
2013
35,5
0 20 40 60 80
IR CFR
2. Filariasis
Pada tahun 2017, jumlah kasus baru filariasis dilaporkan
sebanyak 18 kasus, lebih rendah daripada tahun 2016 dan 2015
yaitu masing-masing 30 dan 44 kasus baru. Total jumlah kasus
filariasis yang tercatat tahun 2017 adalah sebanyak 152 kasus
dan angka kesakitan penduduk akibat filariasis dikonversikan
sebesar 1,10 per 100.000 penduduk. Data kasus filariasis per
kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2017.