Tugas Akhir
diajukan oleh:
Fera Rosmasari
NIM : D 100 970 196
NIRM : 97.6.106.03010.50196
Tugas Akhir
diajukan oleh:
Fera Rosmasari
NIM : D 100 970 196
NIRM : 97.6.106.03010.5.0196
Hidup yang tidak teruji adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi.
Tanda manusia masih hidup adalah ketika ia mengalami ujian,
kegagalan dan penderitaan.
- Socrates -
? Dua bijak yang selalu memberikan dukungan, bimbingan, arahan, dan kasih
sayang yang tiada akan pernah lekang oleh waktu, yang selalu menyelipkan
namaku dalam setiap doa dan harapan:
Ibu dan Bapak tercinta.
Maafkan aku belum pernah membuat kalian tersenyum.
? Kedua saudara satu jiwa dan raga, tempat berbagi suka dan bahagia:
Mbak Ifi dan keluarga serta Adekku, Koko. I always love U.
? Sahabat-sahabat terbaik
? Almamaterku
PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Tiada kata yang dapat penulis ucapkan selain puji dan syukur Alhamdulillah
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul TINJAUAN KUAT
LENTUR BALOK KOMPOSIT KAYU BETON DENGAN PENGHUBUNG
GESER PAKU POLOS DAN PAKU ULIR. yang merupakan sebagian
persyaratan dalam rangka mencapai gelar Sarjana Teknik pada urusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1). Bapak Ir. H. Sri Widodo, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
2). Bapak H. Muh. Ujianto, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3). Bapak Ir. H. Ali Asroni, M.T., selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan memberikan saran kepada penulis.
4). Bapak Sugiyatno, S.T., selaku dosen pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan memberikan saran kepada penulis.
5). Bapak Basuki, S.T., M.T., selaku dosen tamu seminar dan pendadaran yang
banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis.
6). Ibu Yenny Nurchasanah, S.T., M.T., selaku dosen tamu seminar yang banyak
memberikan saran dan masukan kepada penulis.
7). Bapak Drs. Gotot Slamet Mulyono, M.T., selaku Pembimbing Akademik
yang selalu sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
8). Para Dosen Pengajar di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang telah membekali ilmu yang bermanfaat bagi
kehidupan penulis di masa mendatang.
9). Bapak Kusno Adi Sambowo, S.T., PhD, selaku Ketua Laboratorium Bahan
Bangunan jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri Sebelas Maret dan semua
Laboran serta Karyawan yang banyak membantu dalam pelaksanaan
penelitian.
10). Bapak Rochani dan Mas Pur, selaku Staff Tata Usaha jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
11). Ibu, Bapak, Embah Kakung, Mbak Ifi & keluarga, Cokor, semua saudaraku.
Terima kasih atas semua doa, bantuan dan pengorbanannya.
12). Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini baik secara langsung maupun tidak
langsung. Maafkan, bukan berarti aku tidak mengingat anda.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan Tugas Akhir ini. Namun demikian, penulis berharap semoga Tugas
Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tugas Akhir ini dapat menjadi
awal kesuksesan penulis pada langkah selanjutnya, Amin..
Penulis
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II.1. Daya hantar panas k dalam satuan kg.cal/jam.mºC pada
berbagai bahan (Asroni, 1994)................................................... 6
Tabel II.2. Hasil penelitian penyimpangan arah serat kayu (Asroni, 1994) 9
Tabel II.3. Tegangan ijin untuk kayu mutu A (PPKI, 1961) ....................... 9
Tabel III.1. Nilai deviasi standar, kg/cm2 (Tjokrodimuljo, 1996)................ 19
Tabel III.2. Hubungan faktor air semen dan kuat tekan rata-rata beton
pada umur 28 hari (Tjokrodimuljo, 1996).................................. 19
Tabel III.3. Faktor air semen maksimum (Tjokrodimuljo, 1996) ................. 19
Tabel III.4. Nilai slump, cm (Tjokrodimuljo, 1996) ..................................... 20
Tabel III.5. Ukuran maksimum agregat, mm (Tjokrodimuljo, 1996) ........... 20
Tabel III.6. Perkiraan kebutuhan air (liter) berdasarkan nilai slump dan
ukuran maksimum agregat (Tjokrodimuljo, 1996) .................... 20
Tabel III.7. Perkiraan kebutuhan agregat kasarper meter kubik beton
berdasarkan ukuran maksimum agregat dan modulus halus
pasir dalam m3 (Tjokrodimuljo, 1996) ...................................... 21
Tabel V.1. Hasil pengujian agregat halus .................................................... 48
Tabel V.2. Hasil pengujian agregat kasar .................................................... 50
Tabel V.3. Persyaratan ketahanan aus (PUBI, 1982) ................................... 51
Tabel V.4. Rekapitulasi kebutuhan bahan untuk 1m³ beton ........................ 52
Tabel V.5. Rekapitulasi kebutuhan bahan beton pada penelitian ................ 52
Tabel V.6. Rata-rata hasil pengujian tarik baja tulangan............................. 53
Tabel V.7. Hasil pengujian tarik paku polos dan paku ulir .......................... 53
Tabel V.8. Hasil pengujian geser paku polos dan paku ulir ........................ 54
Tabel V.9. Hasil pengujian kuat lentur kayu meranti .................................. 54
Tabel V.10. Hasil pengujian kuat tekan silinder beton.................................. 55
Tabel V.11. Tegangan maksimal balok komposit kayu beton dengan
penghubung geser paku ulir dan paku polos .............................. 55
Tabel V.12. Hasil perhitungan momen kapasitas........................................... 57
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar I.1. Dimensi benda uji balok komposit kayu beton.................... 3
Gambar II.1. Penampang kayu .................................................................. 5
Gambar II.2. Diagram tegangan pada tampang balok ............................... 8
Gambar II.3. Arah serat membentuk sudut a terhadap sumbu batang....... 9
Gambar III.1. Perbandingan antara balok komposit dan balok tanpa
komposit yang melendut ...................................................... 14
Gambar III.2. Uji tekan beton..................................................................... 22
Gambar III.3. Diagram tegangan pada tampang balok ............................... 22
Gambar III.4. Sketsa benda uji.................................................................... 23
Gambar III.5. Skema pengujian kuat lentur balok komposit ...................... 23
Gambar IV.1. Ayakan ................................................................................. 25
Gambar IV.2. Penggetar ayakan (siever) .................................................... 26
Gambar IV.3. Timbangan............................................................................ 26
Gambar IV.4. Oven ..................................................................................... 27
GambarIV.5. Desicator .............................................................................. 27
Gambar IV.6. Kerucut Abram’s .................................................................. 28
Gambar IV.7. Tongkat baja ......................................................................... 28
Gambar IV.8. Papan begesting.................................................................... 29
Gambar IV.9. Cetakan silinder beton.......................................................... 29
Gambar IV.10. Mesin Los Angeles ............................................................... 30
Gambar IV.11. Mesin uji tekan beton........................................................... 30
Gambar IV.12. Mesin uji tarik baja............................................................... 31
Gambar IV.13. Mesin uji lentur .................................................................... 31
Gambar IV.14. Peralatan penunjang ............................................................. 32
Gambar IV.15. Bagan alir penelitian............................................................. 33
Gambar IV.16. Uji kandungan lumpur pada pasir ........................................ 35
Gambar IV,17. Uji kandungan bahan organik pasir...................................... 36
Gambar IV.18. Uji berat jenis pasir .............................................................. 37
Gambar IV.19. Uji gradasi agregat ............................................................... 38
Gambar IV.20. Uji SSD pasir ........................................................................ 39
Gambar IV.21. Pengujian berat jenis kerikil ................................................. 40
Gambar IV.22. Uji ketahanan aus agregat kasar .......................................... 41
Gambar IV.23. Pengujian berat satuan volume agregat kasar ...................... 42
Gambar IV.24. Uji tarik penghubung geser .................................................. 43
Gambar IV.25. Uji kuat geser penghubung geser ......................................... 43
Gambar IV.26. Uji kuat tarik tulangan.......................................................... 44
Gambar IV.27. Perawatan benda uji ............................................................. 45
Gambar IV.28. Uji kuat tekan silinder beton ................................................ 46
Gambar V.1. Grafik gradasi agregat halus................................................. 50
Gambar V.2. Grafik gradasi agregat kasar................................................. 52
Gambar V.3. Pola runtuh balok komposit kayu beton............................... 56
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran IV.1. Hasil pengujian kuat lentur kayu....................................... L-1
Lampiran IV.2. Pemeriksaan kadar lumpur dalam pasir ............................ L-3
Lampiran IV.3. Pemeriksaan zat organik pada pasir .................................. L-4
Lampiran IV.4. Pemeriksaan specific gravity dan absorption pasir ........... L-5
Lampiran IV.5. Pemeriksaan gradasi pasir ................................................. L-6
Lampiran IV.6. Pemeriksaan saturated surface dry (SSD) pasir ................ L-8
Lampiran IV.7. Pemeriksaan specific gravity dan absorption batu pecah.. L-9
Lampiran IV.8. Pemeriksaan gradasi batu pecah........................................ L-10
Lampiran IV.9. Pemeriksaan keausan batu pecah ...................................... L-12
Lampiran IV.10. Pemeriksaan berat satuan volume batu pecah................... L-13
Lampiran IV.11. Hasil pengujian penghubung geser ................................... L-14
Lampiran IV.12. Hasil pengujian kuat tarik tulangan................................... L-16
Lampiran IV.13. Perhitungan rencana adukan ACI ...................................... L-18
Lampiran IV.14. Hasil uji tekan silinder beton............................................. L-21
Lampiran IV.15. Hasil pengujian kuat lentur balok komposit...................... L-22
Lampiran IV.16. Perhitungan tulangan......................................................... L-27
Lampiran IV.17. Perhitunga n jumlah penghubung geser ............................. L-29
DAFTAR NOTASI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
MOTTO.......................................................................................................... iii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... iv
PRAKATA ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
DAFTAR NOTASI ........................................................................................ xiv
ABSTRAKSI.................................................................................................. xv
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 2
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 2
1. Tujuan penelitian........................................................................... 2
2. Manfaat penelitian......................................................................... 2
D. Lingkup Penelitian .............................................................................. 2
E. Keaslian Penelitian.............................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4
A. Diskripsi Kayu..................................................................................... 4
1. Pengertian kayu............................................................................. 4
2. Struktur kayu................................................................................. 4
B. Sifat-sifat kayu .................................................................................... 6
1. Sifat fisik ....................................................................................... 6
2. Sifat higroskopis............................................................................ 6
3. Sifat mekanis ................................................................................. 7
3a). Pengaruh gaya aksial........................................................... 7
3b). Pengaruh beban momen....................................................... 7
3c). Penyimpangan arah serat kayu............................................ 9
4. Tegangan ijin kayu........................................................................ 9
C. Pengertian Beton................................................................................. 11
D. Sifat-sifat Beton................................................................................... 11
E. Penghubung Geser............................................................................... 12
III. LANDASAN TEORI .............................................................................. 13
A. Balok Komposit................................................................................... 13
B. Komponen Pembentuk Komposit ....................................................... 14
1. Kayu Meranti ( Shorea Sp )........................................................... 14
2. Plat beton bertulang....................................................................... 14
3. Penghubung geser ......................................................................... 16
C. Tampang Balok Komposit .................................................................. 16
D. Perencanaan Penghubung Geser ......................................................... 17
E. Perencanaan Adukan Beton ................................................................ 18
F. Pengujian Balok .................................................................................. 21
1. Kuat tekan beton............................................................................ 21
2. Kuat lentur balok kayu .................................................................. 22
3. Pengujian balok komposit ............................................................. 23
IV. METODE PENELITIAN ....................................................................... 24
A. Bahan Penelitian.................................................................................. 24
B. Peralatan Penelitian............................................................................. 25
C. Tahapan Penelitian.............................................................................. 32
D. Pelaksanaan Penelitian........................................................................ 34
1. Persiapan dan pemeriksaan bahan................................................. 34
1a). Kuat lentur kayu................................................................... 34
1b). Pemeriksaan kadar lumpur pasir......................................... 35
1c). Pemeriksaan zat organik pada pasir.................................... 36
1d). Pemeriksaan specific gravity dan absorpsion pasir ............ 37
1e). Pemeriksaan gradasi agregat halus..................................... 38
1f). Pemeriksaan saturated surface dry (SSD) pasir.................. 38
1g). Pemeriksaan spesific gravity dan absorpsion agregat kasar 39
1h). Pemeriksaan gradasi agregat kasar .................................... 40
1i). Pemeriksaan ketahanan aus agregat kasar ......................... 40
1j). Pemeriksaan berat satuan volume agregat kasar................ 41
1k). Pemeriksaan uji tarik penghubung geser............................. 42
1l). Pemeriksaan uji kuat geser penghubung geser.................... 43
1m). Pemeriksaan uji tarik tulangan............................................ 44
2. Pembuatan benda uji ..................................................................... 44
3. Perawatan...................................................................................... 45
4. Pengujian kuat tekan silinder beton .............................................. 46
5. Pengujian beban lentur balok komposit kayu beton...................... 47
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 48
A. Umum.................................................................................................. 48
B. Hasil Pengujian Agregat...................................................................... 48
1. Pengujian agregat halus................................................................. 48
2. Pengujian agregat kasar................................................................. 50
C. Perencanaan Campuran Beton ............................................................ 52
D. Pengujian Nilai Slump ......................................................................... 53
E. Pengujian Kuat Tarik Baja .................................................................. 53
F. Pengujian Penghubung Geser.............................................................. 53
1. Uji tarik ......................................................................................... 53
2. Uji geser ........................................................................................ 54
G. Pengujian Lentur Kayu........................................................................ 54
H. Pengujian Kuat Tekan Silinder Beton................................................. 54
I. Pengujian Lentur Balok Komposit ...................................................... 55
J. Momen Lentur Balok Komposit ......................................................... 56
1. Analisis keruntuhan....................................................................... 56
2. Momen kapasitas hasil pengujian ................................................. 56
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 58
A. Kesimpulan.......................................................................................... 58
B. Saran.................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAKSI
Penelitian ini menggunakan balok kayu, plat beton bertulang dan paku
sebagai penghubung geser. Paku yang digunakan adalah paku polos dan paku ulir
yang umum berada di pasaran.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kuat
lentur balok komposit kayu-beton dengan penghubung geser paku polos dan
penghubung geser paku ulir. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bahan dan
Struktur Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Penelitian ini menganalisis dua variasi sampel balok komposit, yaitu balok
komposit kayu beton dengan penghubung geser paku polos dan balok komposit
kayu beton dengan penghubung geser paku ulir. Setiap variasi dibuat 3 benda uji.
Pengujian dilaksanakan pada saat plat beton berumur 28 hari. Pengujian yang
dilakukan adalah penguj ian kuat tekan silinder beton dan pengujian kuat lentur
balok komposit kayu beton.
Dari hasil penelitian dan analisis data diperoleh tegangan maksimum balok
komposit dengan penghubung geser paku polos : momen kapasitas rata-rata
sebesar 7,895 kN- m, tegangan tekan rata-rata 35,152 N/mm2 , tegangan bidang
kontak rata-rata 4,909 N/mm2 , tegangan tarik rata-rata 26,524 N/mm2 , dan
tegangan geser rata-rata 4,986 N/mm2 , tegangan lentur sebesar 1,756 N/mm2 .
Tegangan maksimum balok komposit dengan penghubung geser paku ulir :
momen kapasitas rata-rata sebesar 8,457 kN-m, tegangan tekan rata-rata 37,656
N/mm2 , tegangan bidang kontak rata-rata 5,258 N/mm2 , tegangan tarik rata-rata
28,414 N/mm2 , dan tegangan geser rata-rata 5,340 N/mm2 , tegangan lentur
sebesar 1,881 N/mm2 . Hasil pengujian balok komposit dengan menggunakan
penghubung geser paku ulir memberikan tegangan-tegangan yang lebih besar
daripada balok komposit yang menggunakan paku polos sebagai penghubung
gesernya. Hasil pengamatan kedua jenis benda uji balok komposit pada saat
pengujian, semua balok mengalami pola keruntuhan yang sama, yaitu terjadi
ditengah bentang dan tidak terjadi pemisahan antara plat beton dan balok kayu.
Dari kedua penghubung geser yang di gunakan pada balok komposit kayu beton
yang memberikan tegangan lentur paling baik dan paling efisien adalah paku ulir.
Kata kunci : balok komposit, penghubung geser (shear conector), kuat lentur
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Struktur komposit merupakan gabungan antara dua atau lebih bahan
bangunan yang berbeda sehingga merupakan satu kesatuan dalam menahan gaya
atau beban luar. Struktur komposit memanfaatkan sifat fisik dan mekanik masing-
masing bahan sehingga akan diperoleh komponen yang lebih baik dan mempunyai
kelebihan-kelebihan tertent u bila dibandingkan dengan bahan yang
membentuknya.
Kayu mempunyai sifat cukup elastis, sehingga dapat menerima gaya tarik
lebih baik, dengan kata lain kayu memiliki kuat tarik yang relatif besar. Beton
merupakan bahan yang bersifat getas, sehingga lemah terhadap gaya tarik, tetapi
beton mampu menerima gaya tekan dengan baik. Pada perencanaan struktur balok
beton, beton direncanakan hanya untuk penahan gaya tekan saja, sedangkan
untuk menahan gaya tarik diperlukan bahan lain yang memiliki kuat tarik lebih
baik daripada beton.
Dari masing- masing sifat bahan tersebut apabila dikompositkan, maka
diharapkan akan diperoleh sifat gabungan yang lebih baik dari sifat komponen
penyusunnya. Kekuatan balok kayu meningkat karena tambahan beton, sedangkan
keretakan beton dapat dicegah oleh tulangan dan kayu, atau dapat dikatakan
tegangan tekan dapat ditahan oleh beton dan tegangan tarik oleh kayu dan
tulangan. Dengan cara demikian, maka dapat diperoleh suatu bahan komposit
antara beton dan kayu yang memiliki kuat tekan besar serta kuat tariknya juga
relatif besar.
Agar kedua bahan tersebut dapat disatukan, sehingga aksi komposit dapat
tercipta dengan baik pada bidang kontak antara dua bahan penyusun komposit
kayu beton, maka harus dipasang penghubung geser (shear connector).
Penghubung geser ini berfungsi untuk mencegah terjadinya gelinciran (slip) dan
pemisahan (uplift) antara kedua bahan tersebut. Dengan demikian balok komposit
tersebut merupakan satu kesatuan yang monolit yang mampu bereaksi terhadap
beban kerja dan juga diharapkan dapat menahan gaya lentur dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dapat dirumuskan suatu permasalahan, yaitu :
1). Seberapa besar kekuatan lentur balok komposit kayu beton dengan
penghubung geser paku polos
2). Seberapa besar kekuatan lentur balok komposit kayu beton dengan
penghubung geser paku ulir
D. Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi perluasan dalam Tugas Akhir ini, maka lingkup
pembahasan penelitian dibatasi sebagai berikut :
1). Bahan balok yang digunakan adalah kayu Meranti dan plat beton bertulang
dengan tulangan minimum. Tulangan minimum pada plat ini tidak
diperhitungkan menahan tarik lentur pada balok.
2). Rencana campuran beton menggunakan cara ACI dengan fas 0,5.
3). Penghubung geser dipakai paku polos dan paku ulir dengan ketentuan sebagai
berikut :
a). Paku polos diameter 3,2 mm panjang 77 mm.
b). Paku ulir diameter 3,4 mm panjang 78 mm.
4). Kedalaman penghubung geser pada kayu minimal 2/3 dari tebal kayu.
5). Benda uji dibuat masing- masing 3 sampel, pengujian kuat lentur balok
komposit pada saat beton berumur 28 hari.
6). Variasi penghubung geser ada 2 macam, yaitu :
a). Balok komposit dengan penghubung geser paku polos.
b). Balok komposit denga n penghubung geser paku ulir.
Dimensi benda uji dilukiskan pada Gambar I.1.
Penghubung geser
20 cm
Plat beton
5 cm
8 cm Kayu meranti
6 cm 95 cm
A. Diskripsi Kayu
1. Pengertian kayu
Kayu merupakan hasil hutan dan sumber kekayaan alam yang masih
berupa bahan mentah dan harus diolah terlebih dahulu untuk dapat digunakan
sesuai dengan kebutuhan manusia. Kayu yang dimaksud di sini adalah kayu yang
dipergunakan sebagai bahan konstruksi bangunan, yaitu kayu olahan yang
diperoleh dengan memproses kayu bulat (gelondongan) menjadi kayu berbentuk
balok, papan dan bentuk-bentuk lain sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Menurut Tjokrodimuljo (1996), kayu di Indonesia dapat digolongkan
menjadi empat macam golongan yaitu :
1). Pohon berdaun lebar (breadleaf trees), yaitu jenis kayu yang disebut sebagai
kayu keras pada umumnya (hard woods).
2). Pohon berdaun jarum (conibearing trees), yaitu jenis kayu yang disebut
sebagai kayu lunak (soft woods).
3). Pohon sebangsa palm, yaitu jenis-jenis seperti pohon kelapa, lontar dan
nibung.
4). Pohon sebangsa bambu (rumput-rumputan), yaitu semua jenis bambu yang
biasa digunakan sebagai bahan bangunan.
2. Struktur kayu
Pada dasarnya batang pohon terdiri dari tiga bagian utama, jika batang
kayu tersebut dipotong melintang (Asroni, 1994),yaitu:
1). Kulit luar (outer bark), kering, sel-selnya sudah mati dan berfungsi sebagai
pelindung bagian-bagian sebelah dalamnya.
2). Kulit dalam (inner bark/bast) yang basah dan sel-selnya masih hidup. Pada
kulit dalam terdapat beberapa bagian tertentu, yaitu:
a). Lapisan kambium
Lapisan kambium ini sangat tipis, dan merupakan tempat proses
pertumbuhan atau pembuatan sel-sel dan sel kayu.
b). Kayu gubal (sap wood)
Keadaan kayu gubal masih lunak (kayu muda),warnanya keputuh-putihan,
dan tebalnya kira-kira 1-20 cm, serta merupakan jalur pintas untuk
mengangkut air dan zat- zat makanan dari akar ke daun ataupun dari daun
ke tempat-tempat yang membutuhkan makanan. Pada kayu gubal ini
terdapat jari- jari teras (rays) yang arah sel-selnya tegak lurus serat kayu,
dan berfungsi untuk menyimpan bahan makanan serta mengangkut zat- zat
makanan ke arah radial.
c). Kayu teras atau galih (heart wood)
Kayu teras ini merupakan kayu yang kuat dan berwarna tua (kecoklat-
coklatan). Pada kayu teras tidak terdapat zat-zat makanan,sehingga tidak
mudah lapuk.
d). Gelang tahun (annual rings)
Gelang tahun merupakan lapisan-lapisan melingkar seperti gelang/cincin
dan dapat terjadi karena pertumbuhan sel-sel baru di sekeliling kayu teras.
Gelang tahun mempunyai ketebalan antara ? 0,5 mm sampai 12 mm,
tergantung oleh jenis kayu, keadaan tanah, serta iklim. Karena gelang
tahun ini terjadi setiap tahun, maka dapat diperkirakan umur pohon yang
bersangkutan.
3). Hati (pitch), letaknya paling dalam, dapat digunakan untuk menentukan jenis
pohon (misal dengan warnanya dan / atau kekerasannya).
Bentuk struktur kayu tersebut dapat dilihat seperti pada Gambar II.1.
Keterangan :
A. Kulit luar (outer bark).
B. Kulit dalam (bast)
1 C. Hati (pitch).
A 2
B 3 1. Lapisan kambium
C 2. Kayu gubal (sapwood)
5 3. Kayu teras (heartwood)
4
4. Gelang tahun.
1. Sifat fisik
Sifat-sifat fisik kayu antara lain meliputi :
1). Pengaruh temperatur. Kayu mempunyai angka muai, yaitu akan mengembang
jika dipanasi dan akan mengecil jika didinginkan. Angka muai kayu pada arah
sejajar serat,jauh lebih besar dari pada angka muai pada arah tegak lurus serat.
Tetapi pengaruh angka muai ini relatif kecil apabila dibandingkan dengan
pengaruh kadar lengasnya, sehingga dapat diabaikan.
2). Daya hantar panas. Kayu merupakan isolator yang baik, karena mempunyai
daya hantar listrik yang kecil, seperti yang terlihat pada Tabel II.1.
Tabel II.1. Daya hantar panas k dalam satuan kg cal/jam.m.o C pada berbagai
bahan. (Asroni,1994)
Batu Kayu
Bahan Beton Besi Seng
merah // serat ? serat
k 0,35 0,56 0,10 0,03 40-50 95
3). Daya hantar listrik. Kayu kering merupakan isolator yang baik terhadap aliran
listrik. Tetapi sebaliknya, kayu yang banyak mengandung air mempunyai daya
hantar listrik hampir sama dengan daya hantar air.
2. Sifat higroskopis
Sifat higroskopis kayu dipengaruhi oleh kadar lengas kayu dan kembang
susut kayu.
1). Pengaruh kadar lengas kayu. Pengaruh kadar lengas terhadap kayu dapat
menyebabkan mengembang dan menyusutnya kayu tersebut. jenis kadar
lengas kayu pada umumnya dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a). Kadar lengas kayu basah, berkisar antara 40%-200% tergantung jenisnya,
misal kayu yang baru ditebang.
b). Kadar lengas kayu kering udara, antara 24%-30%, misalnya kayu pada
perdagangan.
c). Kadar lengas kering mutlak (0%), misalnya kayu yang dikeringkan dengan
oven.
Semakin kecil kadar lengas kayu, berarti kayu akan semakin kering dan
kekuatan kayu menjadi semakin bertambah besar.
2). Kembang susut kayu. Kayu dapat mengembang atau menyusut pada tiga arah,
yaitu:
a). Arah aksial (sejajar dengan panjang batang), dengan penyusutan kecil :
0,1%-0,2%.
b). Arah radial (menuju ke pusat), dengan penyusutan sedang 2%-8%.
c). Arah tangensial (searah garis singgung), dengan penyusutan besar :
4%-14%.
3. Sifat mekanis
Sifat mekanis kayu ditentukan oleh pengaruh gaya aksial, pengaruh beban
momen dan penyimpangan arah serat.
3a). Pengaruh gaya aksial. Gaya aksial yang bekerja pada kayu dapat
berupa gaya tarik maupun gaya tekan. Dari berbagai percobaan, diperoleh hasil
tegangan sebagai berikut :
a). Tegangan tarik pada arah sejajar serat, lebih besar daripada tegangan tarik
pada arah tegak lurus serat, ditulis : ? tr// > ? tr?
b). Tegangan geser pada arah tegak lurus serat, lebih besar daripada tegangan
geser pada arah sejajar serat, ditulis : ?? > ? //
c). Tegangan tarik pada arah sejajar serat, lebih besar daripada tegangan tekan
pada arah sejajar serat (kira-kira 2 sampai 2,5), ditulis ? tr// = (2~2,5) ? tk//
d). Tegangan tekan pada arah sejajar serat, lebih besar daripada tegangan tekan
pada arah tegak lurus serat (kira-kira 1,2 kali), ditulis ? tk// = ? 1,2 ? tk?
3b). Pengaruh beban momen. Apabila balok dengan tumpuan sederhana
dibebani gaya vertikal terpusat P,maka balok akan menderita momen lentur,
sehingga terjadi lendutan / melentur kebawah. Jika beban momen lentur yang
ditahan oleh balok adalah kecil, maka gambar diagram tegangannya berupa
segitiga. Tetapi jika beban momen yang ditahan oleh balok adalah besar dan
mendekati titik patah, maka gambar diagram tegangannya berupa parabola seperti
yang terlihat pada Gambar II.2.
? tk ? tk
x
x
h h
b ? tr// ? tr//
Dengan prinsip keseimbangan gaya tarik dan gaya tekan, maka pada
Gambar II.2.(b). dapat dihitung jarak garis netralnya sebesar setengah tinggi balok
( x = 0,5 h ). Sedangkan pada Gambar II.(c). letak garis netralnya adalah sebagai
berikut :
Prinsip : Gaya tekan = Gaya tarik
( 2 /3 ? tk// x ) . b = {1 /2 ? tr// ( h-x ) } .b
? tr //
4x = 3 ( h- x )
? tk //
? tr //
dengan n= = 2 ~ 2,5
? tk //
sehingga : 4x = 3n ( h-x )
4x + 3 nx = 3 nh
x ( 4+3n ) = 3nh
3n
atau : x= h ...................................................................... (II.1a)
4 ? 3n
untuk n = 2,0 ; maka x = 0,60 h .................................................. (II.1b)
n = 2,5 ; maka x = 0,65 h................................................... (II.1c)
jadi letak garis netral berkisar antara 0,60 sampai 0,65 kali tinggi balok h.
3c). Penyimpangan arah serat kayu. Arah serat kayu dinyatakan tan ? ,
seperti tampak pada Gambar II.3.
b
tan ? =
b a
a
Gambar II.3. Arah serat membentuk sudut ? terhadap sumbu batang
(Asroni,1994)
? = 20 g...................................................................... (II.2d)
dengan :
g = Berat jenis kering udara, kg/cm2
? lt = Tegangan lentur ijin, kg/cm2
? tk// = Tegangan ijin sejajar serat, kg/cm2
? tk? = Tegangan ijin tegak lurus serat, kg/cm2
? tr// = Tegangan tarik ijin sejajar serat, kg/cm2
? = Tegangan geser ijin serat, kg/cm2
Menurut Asroni (1994), tegangan ijin untuk suatu macam konstruksi kayu
dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, yaitu :
1). Faktor mutu bahan ( ? ), dibedakan dua macam :
a). Jika digunakan kayu mutu A, besar ? = 1 ..................................... (II.3a)
b). Jika digunakan kayu mutu B, besar ? = 0,75 ................................. (II.3b)
2). Faktor keadaan konstruksi ( ? ), dibedakan tiga macam :
a). Konstruksi terlindung, ? = 1 ......................................................... (II.4a)
b). Konstruksi yang selalu terendam air dan konstruksi yang tidak terlindung
serta kadar lengas yang selalu tinggi, misal untuk konstruksi di dalam
terowongan, ? = 2/3...................................................................... (II.4b)
c). Konstruksi tidak terlindung, tetapi kayunya dapat mengering dengan cepat,
? = 5/6 ........................................................................................... (II.4c)
3). Faktor keadaan beban ( ? ), ada dua macam :
a). Untuk beban tetap atau permanen, ? =1 ......................................... (II.5a)
b). Untuk beban sementara, ? =5/4 ..................................................... (II.5b)
4). Arah gaya terhadap serat
Untuk bagian konstruksi yang arah gayanya membentuk sudut ? dengan arah
serat kayu, maka tegangan tekan yang diperkenankan harus dihitung seperti
rumus berikut :
_ _ _ _
? tk ? =? tk// - (? tk// - ? tk? ) sin ? ................................................ (II.6)
dengan :
? tk ? = Tegangan ijin tekan membentuk sudut , kg/cm2.
? tk? = Tegangan ijin tekan tegak lurus serat, kg/cm2.
? tk// = Tegangan ijin tekan sejajar serat, kg/cm2.
? = Sudut antara arah gaya dan arah serat kayu.
C. Pengertian Beton
Beton banyak dipakai secara luas sebagai bahan bangunan. Bahan tersebut
diperoleh dengan cara mencampurkan semen portland, air dan agregat
(dan kadang-kadang bahan tambah yang lain) pada perbandingan tertentu.
Campuran tersebut apabila dituang dalam cetakan kemudian dibiarkan maka akan
mengeras seperti batuan.
Beton akan meningkat kekuatannya seiring dengan bertambahnya umur.
Yang dimaksud umur di sini dihitung sejak beton dibuat. Kenaikan kekuatan
beton mula- mula cepat, yaitu antara umur 1 hari sampai 28 hari, akan tetapi
semakin lama kenaikan kekuatannya menjadi semakin lambat. Oleh karena itu
sebagai standar kekuatan beton dipakai kekuatan beton pada umur 28 hari.
Beton mempunyai kuat tekan yang tinggi, tetapi kuat tariknya sangat
rendah. Untuk mengatasinya, pada elemen struktur yang betonnya mengalami
tegangan tarik diperkuat dengan batang baja tulangan sehingga terbentuk suatu
struktur komposit, yang kemudian disebut dengan sebutan beton bertulang
(Tjokrodimuljo, 1996).
D. Sifat-Sifat Beton
Menurut Tjokrodimuljo (1996), sifat-sifat kebaikan beton adalah :
1). Harga relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan lokal
kecuali semen portland.
2). Kuat tekan tinggi dan tahan terhadap pengkaratan/pembusukan oleh kondisi
lingkungan.
3). Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk
apapun dan ukuran seberapapun tergantung keinginan.
4). Jika digabungkan dengan baja tulangan (yang kuat tariknya tinggi) dapat
dibuat untuk struktur berat.
5). Tahan aus dan tahan kebakaran, sehingga biaya perawatan murah.
Sedangkan kejelekan beton menurut Tjokrodimuljo (1996) adalah :
1). Kuat tariknya rendah sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi baja
tulangan.
2). Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang saat
basah, sehingga perlu dilatasi (contraction joint) untuk memberi tempat bagi
susut pengerasan dan pengembangan beton.
3). Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu.
4). Beton sulit untuk kedap air secara sempurna.
5). Bersifat getas, tidak daktail.
E. Penghubung Geser
Gaya geser horisontal yang timbul antara plat beton dan balok selama
pembebanan harus ditahan agar penampang komposit bekerja secara monolit.
Walaupun lekatan yang timbul antara plat beton dan balok mungkin cukup besar,
lekatan ini tidak dapat diandalkan untuk memberi interaksi yang diperlukan. Gaya
gesek antara plat beton dan balok juga tidak mampu mengembangkan interaksi
ini. Sebagai gantinya penghubung geser mekanis yang disambung di puncak balok
harus dipasang (Salmon, 1991).
BAB III
LANDASAN TEORI
A. Balok Komposit
Balok merupakan bagian struktur yang menerima beban dengan arah tegak
lurus memanjang batang. Balok-balok yang dibangun lebih dari satu bahan
disebut balok komposit (composite beams) (Timoshenko dan Gere, 1996).
Sedangkan struktur komposit adalah gabungan dua jenis bahan atau lebih yang
disusun sedemikian rupa sehingga dapat bekerja sama dalam memikul beban.
Struktur komposit ini dibuat untuk memperoleh sifat gabungan yang lebih baik
dari sifat masing- masing komponen penyusunnya (Morisco, 1991 dalam
Fityastutik, 2002).
Dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan balok komposit kayu
beton adalah balok kayu yang di atasnya diberi plat bertulang. Kedua komponen
tersebut dihubungkan dengan paku polos dan paku ulir yang berfungsi sebagai
penghubung geser (shear connector).
Aksi komposit timbul bila dua batang struktural memikul beban seperti
konstruksi pelat/lantai beton dan balok kayu disambung secara integral dan
melendut secara satu kesatuan. Besarnya aksi komposit yang timbul bergantung
pada penataan yang dibuat untuk menjamin regangan linier tunggal dari atas plat
beton sampai muka bawah penampang kayu.
Pada balok kayu tidak komposit (Gambar III.1a), jika gesekan antara plat
dan balok diabaikan, balok dan plat masing- masing memikul suatu bagian beban
secara terpisah. Bila plat mengalami deformasi beban vertikal, permukaan
bawahnya akan tertarik dan memanjang, sedang permukaan atas balok tertekan
dan memendek.
Bila suatu sistem bekerja secara komposit (Gambar III.1.b), plat dan balok
tidak akan menggelincir relatif dengan lainnya. Gaya horisontal (geser) bekerja
pada permukaan bawah plat dan permukaan atas balok sehingga plat tertekan dan
memendek dan balok memanjang.
(A)(a). Balok
Balok tak komposit
tak komposit (b).
(B) Balok
Balok komposit
komposit
yang melendut yang melendut
yang melendut yang melendut
Gambar.III.1. Perbandingan antara balok komposit dan balok tanpa
komposit yang melendut
c
hf
h y
bw
2). Dihitung faktor transformasi
E beton
n = ....................................................................................... (III.1)
E Kayu
2). Tetapkan faktor air semen berdasarkan kuat tekan rata-rata pada umur yang
dikehendaki (lihat Tabel III.2) dan keawetannya (berdasarkan jenis struktur
dan kondisi lingkungan (lihat Tabel III.3).
Tabel III.2. Hubungan faktor air semen dan kuat tekan rata-rata beton pada umur
28 hari (Tjokrodimuljo, 1996)
Faktor air semen Perkiraan kuat tekan rata-rata (MPa)
0,35 42,0
0,44 35,0
0,53 28.0
0.62 22,4
0,71 17,5
0,80 14,0
3). Berdasarkan jenis strukturnya, tetapkan nilai slump dan ukuran maksimum
agregatnya, diambil dari Tabel III.4 dan Tabel III.5.
Tabel III.4. Nilai slump, cm (Tjokrodimuljo, 1996)
Pemakaian beton maks min
Dinding, plat pondasi dan pondasi telapak bertulang 12,5 5,0
Pondasi telapak tidak bertulang, caisson dan struktur di 9,0 2,5
bawah tanah
Plat, balok, kolom dan dinding 15,0 7,5
Pengerasan jalan 7,5 5,0
Pembetonan masal 7,5 2,5
4). Tetapkan jumlah air yang ddiperlukan, berdasarkan ukuran maksimum agregat
dan nilai slump yang diinginkan (lihat Tabel III.6)
Tabel III.6. Perkiraan kebutuhan air (liter) berdasarkan nilai slump dan ukuran
maksimum agregat (Tjokrodimuljo, 1996)
5). Hitung semen yang diperlukan, berdasarkan hasil langkah 2 dan 4 di atas.
6). Tetapkan volume agregat yang diperlukan per meter kubik beton, berdasarkan
ukuran maksimum agregat dan nilai modulus kehalusan agregat halusnya
(lihat Tabel III.7).
Tabel III.7. Perkiraan kebutuhan agregat kasar per meter kubik beton,
berdasarkan ukuran maksimum agregat dan modulus halus pasirnya,
dalam m3 (Tjokrodimuljo, 1996)
7). Hitung volume agregat halus yang diperlukan, berdasarkan jumlah air, semen,
dan agregat kasar yang diperlukan, serta udara yang terperangkap dalam
adukan, dengan cara hitungan volume absolut yang ditulis sebagai berikut :
Volume agregat halus = 1 – ( Va + Vk + Vs + Vu )............................ (III.18)
dengan :
Va = Volume air, m3
Vk = Volume kerikil, m3
Vs = Volume semen, m3
Vu = Volume udara, m3
F. Pengujian Balok
1. Kuat tekan beton
Menurut Murdock dan K.M. Brook (1981), beton dapat mencapai kuat
tekan hancur sampai 80 MPa atau lebih, tergantung pada perbandingan air dengan
semen, kualitas agregat, efisiensi perawatan, suhu dan umur beton. Menurut Sagel
dkk (1994). Besarnya kuat tekan dari benda uji dihitung dengan rumus :
P
f'’c = .................................................................................... (III.19)
A
dengan : f’c = kuat tekan beton, N /mm2
P = beban maksimum, N
A = luas permukaan benda uji yang ditekan, mm2
P
5 cm
8 cm
10 cm 75 cm 6 cm
10 cm
10 cm 37,5 cm 37,5 cm 10 cm
A. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1). Kayu
Kayu yang digunakan adalah kayu Meranti yang sudah berbentuk batangan
dengan dimensi 6/8.
2). Semen Portland
Semen yang digunakan adalah semen portland dengan merk Nusantara.
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap semen ini hanya secara visual, yaitu
semen dalam keadaan baik, masih utuh dalam sak, butir-butirnya halus dan
tidak menggumpal.
3). Agregat
Agregat kasar yang dipakai berupa batu pecah dengan diameter agregat
maksimum 20 mm. Agregat ini berasal dari daerah Klego, (Boyolali). Agregat
halus berupa pasir diperoleh dari Kaliworo, (Klaten).
4). Air
Air yang digunakan pada penelitian ini berasal dari Laboratorium Bahan dan
Struktur Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret. Pemeriksaan
dilakukan secara visual, yaitu air jernih, tidak berbau, memenuhi syarat
sebagai air minum dan tidak mengandung butiran melayang dalam air.
5). Baja tulangan
Baja tulangan yang digunakan berupa baja tulangan polos yang di beli di salah
satu ruko di Surakarta dengan harapan baja jenis ini banyak terdapat di
pasaran. Diameter baja tulangan yang dipakai 5,8 mm dan 7,3 mm.
6). Penghubung geser
Penghubung geser yang dipakai berupa paku polos dengan diamater 3,2 mm
dan paku ulir dengan diameter 3,4 mm.
B. Peralatan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini semuanya tersedia di
Laboratorium Bahan dan Struktur, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Sebelas Maret. Adapun peralatan-peralatan yang digunakan dijelaskan
sebagai berikut :
1). Ayakan atau saringan
Ayakan dipakai untuk membuat fraksi agrega t yang sesuai dengan ukuran
yang direncanakan. Saringan yang digunakan untuk agregat kasar terdiri dari
lubang ayakan yang berukuran 19,0 mm; 9,5 mm; 4,75 mm; 2,35 mm; 1,18
mm; 0,85 mm; 0,3 mm; 0,15 mm; dan pan. Sedangkan agregat halus
menggunakan ayakan ukuran 9,5 mm; 4,75 mm; 2,35 mm; 1,18 mm; 0,85
mm; 0,3 mm; 0,15 mm; dan pan. Alat ini dapat dilihat pada Gambar IV.1.
C. Tahapan Penelitian
Tahap penelitian secara garis besar disajikan dalam bentuk bagan alir
seperti pada Gambar IV.15, dengan keterangan sebagai berikut :
1). Tahap I : Persiapan alat dan penyediaan bahan
Pada tahap ini seluruh bahan dan peralatan yang akan digunakan dipersiapkan
agar penelitian berjalan lancar.
2). Tahap II : Pengujian bahan
Pada tahap ini dilaksanakan hal- hal sebagai berikut :
a). Pemeriksaan dan pengujian terhadap agregat kasar dan agregat halus,
meliputi : uji kadar lumpur, uji specific gravity, pemeriksaan gradasi,
pemeriksaan berat satuan volume dan pemeriksaan keausan agregat kasar.
b). Pemeriksaan dan pengujian baja tulangan, yaitu uji tarik dan uji leleh.
c). Pemeriksaan dan pengujian penghubung geser berupa paku polos dan paku
ulir, yaitu uji tarik dan uji leleh.
d). Pemeriksaan dan pengujian lentur balok kayu meranti.
3). Tahap III : Pembuatan benda uji dan perawatan
Langkah- langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut :
a). Pemotongan balok kayu sesuai dimensi yang direncanakan.
b). Pemasangan penghubung geser pada balok kayu.
c). Pembuatan begesting plat beton diatas balok kayu yang telah dipasangi
penghubung geser.
Persiapan alat dan
penyediaan bahan Tahap 1
Perawatan
Kesimpulan
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan dan pemeriksaan bahan
1a). Kuat l entur kayu. Penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a). Kayu diamati dan diukur dimensinya dengan kaliper dan meteran.
b). Kemudian benda uji dimasukan kedalam mesin uji lentur dan dilakukan
pembebanan secara kontinyu dengan penambahan beban secara konstan dan
harus dihindari adanya beban kejut.
c). Pembebanan dihentikan setelah mencapai beban maksimum, yaitu benda uji
telah patah dan jarum pada mesin uji tidak bertambah.
d). Dicatat hasil pengujian yang dilakukan berturut-turut sebanyak jumlah benda
uji.
Hasil pengujiannya dapat dilihat pada Lampiran IV.1.
1b). Pemeriksaan kadar Lumpur pasir. Langkah- langkah pemeriksaan
kadar Lumpur pasir adalah sebagai berikut :
a). Mengambil pasir sebanyak 250 gram.
b). Pasir dioven kurang lebih pada suhu 100o C selama 24 jam, setelah itu
didinginkan sampai mencapai suhu ruang.
c). Mengambil pasir kering oven sebanyak 100 gram (Go ), kemudian dimasukan
kedalam gelas ukur 250 cc.
d). Memasukan air kedalam gelas ukur hingga mencapai tinggi 12 cm di atas
permukaan pasir dan dikocok sampai benar-benar tercampur, diamkan selama
1 menit dan buang airnya. Percobaan ini dilakukan sampai air benar-benar
bersih.
e). Pasir dikeluarkan dari gelas ukur dan diletakan dalam cawan kemudian dioven
selama 24 jam.
f). Pasir yang telah kering dikeluarkan dari oven, didinginkan sampai mencapai
suhu kamar dan ditimbang (G1 )
g). Nilai kadar lumpur dihitung sebagai berikut :
G0 - G1
Kadar lumpur = x 100%
G1
Batas maksimum yang disyaratkan PBI NI-2 1971 adalah 5%. Hasil
pengamatan pemeriksaan kadar lumpur dapat dilihat pada Lampiran IV.2.
A. Umum
Hasil pengujian agregat halus Tabel V.1. tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1). Hasil uji kadar lumpur menunjukkan bahwa kandungan pasir semula 5,2 %.
Menurut PBBI 1971 kandungan lumpur pasir ini yang memenuhi persyaratan
mutu agregat halus tidak lebih dari 5 %. Untuk menghilangkan atau
mengurangi lumpur pada pasir tersebut, maka pasir harus dicuci sebelum
digunakan. Hasil penelitian kandungan lumpur pada pasir setelah dicuci 3,3 %.
Jadi pasir sudah memenuhi persyaratan sebagai bahan campuran beton.
2). Dari hasil pengujian terhadap berat jenis dan modulus halus butir agregat halus
menunjukkan bahwa pasir tersebut termasuk dalam spesifikasi berat jenis
agregat no rmal yaitu antara 2,5 – 2,7 gr/cm3 . Sedangkan modulus halus butir
pasir masuk dalam spesifikasi modulus halus butir agregat halus yaitu antara
1,5 – 3,8.
3). Hasil pengujian kadar zat organik yang telah dilakukan, diperoleh larutan
berwarna kuning muda berarti pasir tidak begitu banyak mengandung zat
organik. Sehingga pasir dapat digunakan dalam campuran beton.
4). Berdasarkan hasil pengujian, nilai rata-rata penurunan SSD adalah 2,553 cm
yang berarti kurang dari setengah tinggi kerucut 3,75 cm. Sedangkan syarat
SSD adalah lebih dari separuh tinggi kerucut. Jadi sebelum dipakai pasir perlu
di angin-anginkan dahulu.
5). Absorpsi agregat akan mempengaruhi jumlah air dalam campuran yang
direncanakan. Semakin besar absorbsi maka jumlah air yang digunakan dalam
campuran akan semakin berkurang. Persyaratan absorpsi agregat yang
digunakan dalam campuran beton antara 1 % - 2 % (Tjokrodimuljo, 1996).
Dari hasil pengujian yang dilakukan diperoleh nilai absorbsi pasir
1,051 %. Hal ini menunjukan bahwa absorbsi pasir masih dalam batasan yang
disyaratkan.
6). Hasil pemeriksaan gradasi pasir secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran IV.5 dan dilukiskan pada Gambar V.1. Dengan melihat grafik pasir
dapat diketahui bahwa kurva pada diameter lubang ayakan 0,6 mm melebihi
batas maksimum kurva sehingga dianggap tidak masuk dalam batasan yang
disyaratkan. Prosentase pasir yang lolos terlalu banyak sehingga harus
ditambah dengan pasir yang lebih kasar.
80
71,198
se lolos (%)
60 60,944
Gambar V.1. Grafik gradasi agregat halus
2. Pengujian agregat kasar
Dari serangkaian pengujian batu pecah yang telah dilakukan pada
Lampiran IV.7 sampai dengan Lampiran IV.10 maka dapat diperoleh hasil yang
menggambarkan kualitas batu pecah. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat dalam
Tabel V.2.
Tabel V.2. Hasil pengujian agregat kasar
Jenis pengujian Hasil pengujian
Berat jenis kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry) 2,576 gram/cm3
Berat jenis kering (Bulk specific gravity) 2,540 gram/cm3
Berat jenis semu (Apparent specific gravity) 2,634 gram/cm3
Penyerapan (Absorption) 1,407 %
Berat satuan volume 1,475 gram/cm3
Modulus halus butir 6,521
Keausan agregat batu pecah 26,684 %
Hasil pengujian agregat kasar pada Tabel V.2. tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1). Hasil pemeriksaan keausan agregat sebesar 26,684 %. Dengan demikian batu
pecah dari Klego, Boyolali tersebut memenuhi syarat untuk dipakai sebagai
agregat kasar beton yang mempunyai mutu beton di atas K-225, karena bagian
yang hancur kurang dari 27 % (lihat Tabel V.3).
Tabel V.3. Persyaratan ketahanan aus (PUBI 1982)
Mutu beton Bagian yang hancur (maks)
Beton di bawah K.125 50%
Beton K.125 – K.225 40%
Beton di atas K.225 27%
2). Hasil pengujian berat jenis batu pecah yang digunakan dalam penelitian dapat
disimpulkan bahwa agregat batu pecah tersebut termasuk agregat normal yang
mempunyai berat jenis 2,5 gram/cm3 – 2,7 gram/cm3 (Tjokrodimuljo, 1996).
3). Batu pecah yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai absorpsi
1,407 %. Hal ini menunjukan bahwa batu pecah tersebut mempunyai daya
serap yang kecil, sehingga batu pecah tersebut dapat digunakan sebagai
campuran beton.
4). Berat satuan agregat kasar normal yaitu 1,2-1,6 gram/cm3 (Tjokrodimuljo,
1996). Hasil pengujian berat satuan batu pecah 1,475 gram/cm3 . Pengujian
tersebut membuktikan batu pecah mempunyai berat satuan yang disyaratkan
untuk berat satuan normal.
5). Dari hasil pengujian gradasi batu pecah diperoleh modulus halus butir 6,521.
Modulus halus butir untuk agregat kasar yang digunakan sebagai campuran
beton yaitu 5 - 8, maka batu pecah tersebut dapat digunakan sebagai bahan
campuran beton (Tjokrodimuljo, 1996).
6). Hasil pemeriksaan gradasi batu pecah secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran IV.8. Hasil pemeriksaan gradasi batu pecah dapat dilukiskan seperti
pada Gambar V.2. Dengan melihat grafik batu pecah dapat diketahui bahwa
gradasi batu pecah ini masih masuk dalam batasan yang disyaratkan.
100
95,596
80
Prosentase lolos (%)
60
45,463
40
Gambar V. 2. Grafik gradasi agregat kasar
Dari hasil pengujian tekan silinder beton pada Tabel V.10 didapat hasil sebesar
26,879 MPa. Hasil tersebut lebih besar dari perancangan awal sebesar 25 MPa.
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dan pembahasan yang telah diuraikan,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1). Hasil pengujian rata-rata balok komposit dengan penghubung geser paku
polos diperoleh momen lentur sebesar 7,895 kNm; tegangan tekan sebesar
35,152 N/mm2 ; tegangan bidang kontak sebesar 4,909 N/mm2 ; tegangan tarik
sebesar 26,524 N/mm2 ; tegangan geser sebesar 4,986 N/mm2 , tegangan lentur
sebesar 1,756 N/mm2 .
2). Hasil pengujian rata-rata balok komposit dengan penghubung geser paku ulir
diperoleh momen lentur sebesar 8,457 kNm; tegangan tekan sebesar 37,656
N/mm2 ; tegangan bidang kontak sebesar 5,258 N/mm2 ; tegangan tarik sebesar
28,414 N/mm2 ; tegangan geser sebesar 5,340 N/mm2 , tegangan lentur sebesar
1,881 N/mm2 .
3). Dari hasil pengujian tekan silinder beton didapat hasil sebesar 26,879 MPa.
Hasil tersebut lebih besar dari perancanga n awal sebesar 25 MPa.
4). Dari hasil pengujian balok komposit dengan menggunakan penghubung geser
paku ulir memberikan tegangan-tegangan yang lebih besar daripada balok
komposit yang menggunakan paku polos sebagai penghubung gesernya.
5). Hasil pengujian teganga n lentur rata-rata balok komposit lebih besar dari
tegangan lentur balok kayu.
6). Bentuk geometri polos pada paku mempunyai gaya lekat yang kurang baik
karena tahanan geser kulitnya kecil, sedangkan bentuk geometri ulir
mempunyai hambatan lekat yang relatif lebih besar sehingga memberikan
tahanan geser kulit yang relatif lebih besar.
7). Kerusakan balok komposit dimulai dari balok kayu dan dilanjutkan pada sisi
bawah beton dan diikuti retak yang lebih besar pada balok kayu sampai terjadi
keruntuhan yang ditandai dengan patahnya balok dan jarum penunjuk sudah
tidak bergerak lagi.
8). Hasil pengamatan kedua jenis benda uji balok komposit pada saat pengujian,
semua balok mengalami pola keruntuhan yang sama, yaitu terjadi ditengah
bentang dan tidak terjadi pemisahan antara plat beton dan balok kayu.
9). Berdasarkan penelitian dari kedua penghubung geser yang di gunakan pada
balok komposit kayu beton yang memberikan tegangan lentur paling baik
adalah paku ulir.
B. Saran
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan selama pelaksanaan penelitian,
kesulitan - kesulitan yang dihadapi serta pembahasan hasil penelitian, maka
peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai balok komposit kayu beton
dengan menggunakan bahan jenis lainnya, agar diperoleh balok komposit
dengan kekuatan yang lebih besar untuk menahan beban yang dipikulnya.
2). Penelitian yang dilakukan hanya terbatas pada jenis penghubung geser dengan
ciri fisik yang berbeda sehingga perlu penelitian lebih lanjut dengan variasi
jumlah, jenis penghubung geser serta memperhitungkan jarak penghubung
geser yang diperlukan.
3). Perlu dilakukan pengujian karakteristik kayu yang lebih spesifik
4). Panjang penetrasi penghubung geser dalam penelitian ini menggunakan
Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961, untuk peneliti selanjutnya di
harapkan memakai peraturan yang terbaru.
5). Pemasangan penghubung geser di sisi tepi balok seharusnya lebih rapat
daripada yang di tengah, karena tegangan geser maksimum terjadi di tepi
balok.
DAFTAR PUSTAKA
Asroni, A, 1997, Struktur beton I (Balok dan Plat Beton Bertulang), Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta.
Fityastutik, A.P, 2002, Tinjauan Kuat Lentur Balok Komposit Kayu Mahoni
Dengan Bambu, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Murdock, L.J dan Brook, K.M, 1991, Bahan Dan Praktek Beton, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Salmon, C.G. dan Johnson, J.E, 1991, Struktur Baja Disain dan Perilaku, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Mengetahui
Ka. Lab. Bahan dan Struktur
Contoh perhitungan :
Diketahui: P = 230 kg
w = 988,02 gr
q = w / L = 0,98802 /60
0,0165 kg/cm
L bersih = 45 cm
W = 1/6. b. h2
= 1/6. 6. 82
= 64 cm3
M = 1/4. P.L + 1/8. q. L2
= 1/4. 230. 45 + 1/8. 0,0165. 452
= 2591,676 kg.cm
? ltr = M/W
= 2591,676/ 64
= 40,495 kg/cm2
Rata-rata 39,908
Lampiran IV. 2. Pemeriksaan kadar lumpur dalam pasir
Hasil pemeriksaan :
Hasil pengujian kadar zat organik yang telah dilakukan, yaitu dengan cara
menambah larutan NaOH 3 % pada agregat halus dan didiamkan selama 24 jam,
diperoleh larutan berwarna kuning muda, ini berarti pasir tidak begitu banyak
mengandung bahan organik dan dapat dipakai sebagai agregat halus pada
campuran beton. Apabila larutan berwarna coklat tua, maka pasir tersebut
mengandung zat organik, maka tidak memenuhi syarat.
Mengetahui
Ka. Lab. Bahan dan Struktur
Mengetahui
Ka. Lab. Bahan dan Struktur
243,705
MHB = ? 2, 437
100
Syarat pasir dapat dipakai adalah : 1,5 – 3,8 (MHB yang diperoleh memenuhi
syarat)
Mengetahui
Ka. Lab. Bahan dan Struktur
Mengetahui
Ka. Lab. Bahan dan Struktur
Mengetahui
Ka. Lab. Bahan dan Struktur
Mengetahui
Ka. Lab. Bahan dan Struktur
Keterangan :
U1: Penghubung geser paku ulir 1
P1 : Penghubung geser paku polos 1
Mengetahui
Ka. Lab. Bahan dan Struktur
420
? =
0, 25.? .3,2 2
= 52, 223 kgf/mm2
= 52,223 Mpa
Hasil perhitungan kuat tarik dan kuat geser selanjutnya disajikan dalam tabel
berikut :
Tabel hasil analisis uji tarik dan uji geser paku polos
Luas Kuat Tegangan Kuat Tegangan
Diameter
No permukaan tarik tarik geser geser
mm mm2 kgf MPa kgf Mpa
1 3,2 8,042 420 52,223 370 46,005
2 3,2 8,042 370 46,006 340 42,275
3 3,2 8,042 375 46,630 390 48,492
Rata-rata 48,2497 Rata-rata 45,681
Tabel hasil analisis uji tarik dan uji geser paku ulir
Mengetahui
Ka. Lab. Bahan dan Struktur
Kesimpulan :
1. Kebutuhan air untuk 1 m3 beton :
a. Air = 203 liter
b. Semen = 406 kg
c. Pasir = 752,168 kg
d. Kerikil = 945,454 kg
Untuk perhitungan, tiap proporsi ditambah 15% dari berat tiap material. Sebagai
angka keamanan terhadap kemungkinan kekuranga n pada waktu penimbangan
atau tercecer waktu penuangan
2. Kebutuhan untuk 3 sampel silinder adalah :
Volume silinder = 0,25 . ? . 0,152 . 0,30
= 0,0053 m3
contoh perhitungan:
P = 450 Kn = 45000 N
P 45000
f’c = = = 25,465 Mpa
A 17671,459
Hasil analisis pengujian tekan silinder beton:
No Luas Berat Pdesak f’c f’cr
2
mm kg kN Mpa Mpa
1 17671,459 12 450 25,465
2 17671,459 12,2 510 28,860 26,879
3 17671,459 11,8 465 26,314
Mengetahui
Ka. Lab. Bahan dan Struktur
Mengetahui
Ka. Lab. Bahan dan Struktur
10 cm 37,5 cm 37,5 cm 10 cm
P = 45 kN
Berat balok komposit 27,9
q = = = 0,294 kN/m
95 cm 95
Ec = 4730 f' c
Mkap = ¼ P . L + 1/8 q . L2
= 1/4 . 45 . 0,75 + ( 1/8 . 0,294. 0,752 )
= 8,458 kNm.
Ec
n =
Ew
24522,667
= = 4,087
6000
Abeton = n. beff. hf
= 4,087. 200. 50
= 40870 mm2
Akayu = bw. h
= 60. 80
=4800 mm2
? h ? h
n. b eff .h f .? h ? f ? ? b w .h.
Y = ? 2 ? 2
n. b eff .h f ? bw .h
? 50 ? 80
4,087. 200.50.?80 ? ? ? 60.80.
= ? 2? 2
(4,087. 200. 50) ? ( 60.80)
= 98,168 mm
c = (hf + h) – Y
= (50 + 80) – 98,168
= 31,832 mm.
1 1 1 1
I = n. . beff. hf3 . + . bw. h3 + n. beff. hf. (c - .hf)2 + bw. h. (Y - . h)2
12 12 2 2
1 1 1
= 4,087. . 200.503 + . 60. 803 + 4,087.200. 50 (31,832 - . 50)2 +
12 12 2
1
60.80 (98,168- .80)2
2
= 29223402,05 mm4
= 2,922 .107 mm4
? 1
.45.10 3 ? .0, 294.750 ?? 200.31,832. .31,832
1 1
?
= 4,087 2 2 2
60.2,922 .10 7
= 5,341 N/mm2
Tabel tegangan maksimal balok komposit kayu – beton dengan penghubung geser
paku polos
Teg
Momen Teg Tekan Teg bid Teg Tarik Teg Geser
Benda Lentur
Kap Maks kontak Maks Maks
uji komposit
kN-m N/mm2 N/mm2 N/mm2 N/mm2 N/mm2
P1 8,272 36,828 5,143 27,789 5,224 1,840
P2 7,895 35,152 4,909 26,525 4,986 1,756
P3 7,518 33,475 4,675 25,259 4,748 1,673
Rata-
7,895 35,152 4,909 26,524 4,986 1,756
rata
Lampiran IV.16. Perhitungan tulangan
PERHITUNGAN TULANGAN
f'c = 25 MPa
20 mm
50 mm fy = fmax = 541,257 MPa
30 mm
Panjang bentang = 95 cm
200 mm Tulangan = ? 7,3 mm
? 5,8 mm
Mu
k = ? k ? kmax
? .b.d 2
382,5 . ? 1. f' c(600 ? f y - 225.? 1 )
kmax =
(600 ? f y ) 2
382,5 . 0,85.25(600 ? 541,257 - 225.0,85)
=
(600 ? 541,257) 2
= 5,719 MPa
Mu
5,719 =
0,8.1000.30 2
Mu
5,719 = ? Mu = 4117896 Nmm = 4,118 KNm
720000
? 2K ?
a = ??1 ? 1 ? ?.d
?
? 0,85.f' c ?
? 2 . 5,179 ?
= ??1 ? 1 ? ? . 30 = 9,6145 mm
?
? 0,85 . 25 ?
Luas tulangan pokok dengan tulangan minimal
0,85 .f' c . a . b 0,85 .25.9,6145 . 1000
As = = = 377,469 mm2
fy 541,257
Asmin = 0,0025 . b . h = 2,5 . h = 2,5 . 50 = 125 mm2
250 .? (7,3) 2
Jarak tulangan pokok = S? = 334,831 mm
125
S ? 3 . h = 3.50 = 150 mm
Dipakai S = 150 mm
250 .? .d 2
Luas tulangan =
S
250 .? .( 7,3) 2
= = 279,026 mm2 > As,u
150
Tulangan bagi = Asb = 20% . As,u
= 20% . 125 = 25 mm2
720 . h 720 .50
Asb = = = 66,512 mm2
fy 541,257
Asb = 1,4 . h = 1,4 . 50 = 70 mm
Dipakai Asb.u = 70 mm2
250 .? .(5,8) 2
Jarak tulangan bagi = S ? = 377,440 mm
70
S ? 5 . h = 5.50 = 250 mm
dipakai S = 250 mm
250 .? .(5,8) 2
Jarak tulangan = = 105,683 mm2 > Asb,u
250
Digunakan tulangan pokok As,u = D7,3 – 150
tulangan bagi Asb,u = D5,8 - 250
Lampiran IV.17. Perhitungan jumlah penghubung geser
Paku Ulir
Diameter ( d ) = 3,4 mm
f'c = 25 MPa
Ec = 4730 f' c
= 4730 25
= 23650 MPa
b = 6 cm = 60 mm
d = 3,4 mm ? 7.d = 23,8 mm < b
qult = 3,5 . d2 . ? kd
2
= 3,5 . (0,34) . 13,56 = 5,4864 kg = 54,864 N
Paku Polos
Diameter ( d )= 3,2 mm
Daya dukung penghubung geser pada plat beton :
qult = 3,5 . d2 . ? kd