Anda di halaman 1dari 31

BAB I

SYARAT-SYARAT UMUM

PASAL 1
PEMBERI TUGAS

Pemberi tugas adalah Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh pemimpin proyek
(pimpro) serta para pembantu yang diangkat berdasarkan surat keputusan.

PASAL 2
PENAWARAN DAN KONTRAKTOR
a. Yang dimaksud dengan penawaran adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang
usaha jasa kontruksi yang mengajukan surat penawaran kepada pihak pemilik
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
b. Yang dimaksud dengan kontraktor dalam peraturan dan syarat-syarat adalah yang
diserahi tugas pelaksanaan pekerjaan, yang disebut sebagai pihak kedua dalam surat
perjanjian pekerjaan (kontrak).Kontraktor harus menempatkan tenaga pelaksana
yang cakap, berpengalaman dan berpendidikan dalam pekerjaan dimana
nama-nama tenaga tersebut harus diajukan secara tertulis kepada direksi,
disetujui dan disahkan.
PASAL 3
PENJELASAN
a. Pemberi penjelasan untuk pekerjaan ini akan diadakan pada hari, tempat dan jam
seperti yang telah tercantum dalam undangan.
b. Rekanan yang tidak menghadiri rapat penjelasan, tidak berhak mengikuti pelelangan
pemborong.
c. Pertanyaan yang diajukan secara lisan atau tertulis dapat diajukan pada rapat
penjelasan, rekanan yang tidak mengajukan pertanyaan dianggap sudah dapat
memahami secara jelas dan menyeluruh.
d. Pemberian penjelasan sampai saat memasukan penawaran pelelangan, tidak
diadakan penjelasan lagi.
e. Semua perubahan-perubahan atau penambahan hasil dari pembahasan pada
saat pemberian penjelasan akan dicantumkan dalam berita acara penjelasan
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan mengikat dengan RKS.

1
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

PASAL 4
PENETAPAN PEMENANG LELANG

a. Pemenang Pelelangan
1) Penetapan calon pemenang lelang dilakukan dengan penelitian teknis yang
ditentukan dahulu. Bila syarat-syarat teknis telah dipenuhi sesuai dengan
yang ditentukan dalam dokumen lelang, maka penilaian dilanjutkan dengan
penilaian harga penawaran yang ada. Bila harga penawaran dianggap
memenuhi dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka panitia
mengusulkan tiga peserta yang mengikuti penawaran yang paling
menguntungkan bagi pemerintah, dalam arti:
- Penawaran secara teknis dapat dibenarkan juga dipertanggung jawabkan.
- Perhitungan harga yang ditawarkan dapat dibenarkan dan dipertanggung
jawabkan. Penawaran tersebut adalah yang terendah dari seluruh
penawaran yang memenuhi syarat.

2) Penetapan atau keputusan pemenang lelang dilakukan oleh pejabat


berwenang dan diumumkan oleh panitia kepada para peserta dalam suatu
pertemuan.

3) Kepada peserta yang berkeberatan atas penetapan lelang tersebut, diberikan


kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis kepada atasan-
atasan panitia lelang. Selambat-lambatnya empat hari setelah pemberitahuan
melalui pengumuman lelang. Tapi sanggahan itu dapat diajukan bila ada
sesuatu kekeliruan panitia didalam melaksanakan prosedur pelelangan.

b. Surat Keputusan Pemenang Pelelangan


1) Kepada pemenang lelang yang ditunjuk, akan diberitahu atau disampaikan
tembusan dari surat keputusan pemenang lelang.
2) Pemenang lelang akan diberikan surat keputusan yang menyatakan rekanan
yang memenangkan pelelangan tersebut.
PASAL 5
SURAT PERJANJIAN KONTRAK

a. Kepada rekanan yang telah ditunjuk sebagai pemenang lelang diwajibkan


menanggung biaya-biaya pembuatan dokumen surat perjanjian beserta
lampirannya.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

b. Surat perjanjian dibuat rangkap 10 dan dilampirkan dengan:


1) Surat penawaran lengkap dengan lampiran
2) Rencana kerja dan syarat-syarat
3) Gambar-gambar
4) Berita acara penjelasan
5) Berita acara pembahasan perhitungan volume proyek
6) Berita acara pemasukan penawaran
7) Surat keputusan pemenang
8) Rekanan jaminan pelaksanaan

PASAL 6
BESTEK GAMBAR-GAMBAR DAN UKURAN

a. Pada bestek terlampir gambar dan situasi dalam skala yang tercantum dalam
gambar.
b. Gambar-gambar pelaksana dan detail harus dibuat oleh kontraktor yang
disahkan oleh direksi dan menjadi milik direksi.
c. Pada penyerahan terakhir pekerjaan yaitu setelah semua pekerjaan selesai dan
termasuk masa pemeliharaan dari proyek, pihak kedua harus menyerahkan
gambar yang sebenarnya (as building drawing).
d. Jika terdapat perbedaan antara gambar dan bestek, maka bestek dan
keputusan direksi mengikat.
e. Gambar penjelasan dan detail yang diperlukan pada setiap perkembangan
pekerjaan akan diusulkan oleh direksi.

PASAL 7
PENGUKURAN GARIS DAN KETINGGIAN PERMUKAAN

a. Kontraktor bertanggung jawab atas kebenaran pematokan dilapangan secara


tertulis kepada direksi.
b. Kantor bertanggung jawab untuk menyediakan semua jenis peralatan,
perlengkapan dan tenaga yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pematokan tersebut.
c. Jika pada waktu selama berlangsungnya pematokan timbul kesalahan-
kesalahan pada letak ukuran ketinggian-ketinggian permukaan pada bagian
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

pekerjaan. Maka kontraktor dengan biaya sendiri harus memperbaiki kesalahan


sesuai dokumen kontrak. Dan kecuali bila kesalahan tersebut disebabkan oleh
data yang diberikan secara tertulis oleh direksi itu ternyata salah, maka
pembiayaan untuk memperbaiki kesalahan tersebut menjadi tanggung jawab
proyek ini.
d. Penyesuaian pemasangan pematokan oleh direksi dan bagaimanapun juga
tidak melepaskan kontraktor dari tanggung jawab atas ketetapan dari
pematokan tersebut dan kontraktor harus melindungi dan menjaga dengan hati-
hati semua patok tetap, bowplank, patok sementara dan benda-benda lain yang
digunakan dalam pematokan.

PASAL 8
PERUBAHAN, PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN PEKERJAAN

a. Perubahan-perubahan atau penyimpangan-penyimpangan dalam pekerjaan


yang menyebabkan penambahan atau pengurangan dari pekerjaan ini hanya
dapat dikerjakan oleh kontraktor setelah mendapatkan perintah tertulis dari
direksi perihal jenis pekerjaan tersebut dan tersedianya untuk pekerjaan
tambahan.

b. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan tambahan yagn diperlukan untuk


menyelesaikan seluruh pekerjaan dan pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak akan
mempengaruhi ketentuan-ketentuan yang ada dalam kontrak.

PASAL 9
KERJA SAMA DENGAN GOLONGAN EKONOMI LEMAH DAN PEMAKAIAN BARANG
PRODUKSI DALAM NEGERI
a. Untuk kontraktor bukan untuk golongan ekonomi lemah harus bekerja sama
dengan kontraktor atau supplier golongan ekonomi lemah setempat, yaitu
memberikan pada sebagian pekerjaan (dengan cara sub pelaksanaan) berupa
pengadaan barang dan jasa.
b. Membuat laporan periodik mengenai pelaksanaan ketetapan sebagaiamana
dimaksud dalam (a) diatas untuk disampaikan kepada pemimpin proyek.
c. Meskipun harus tetap memperhatikan syarat-syarat mutu bahan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

PASAL 10
KEPALA PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBORONG

Pekerjaan pemborong beserta stafnya:

a. Kepala pelaksana yang akan ditunjuk pemborong atau pekerjaan dalam


pelaksanaan pekerjaan harus ahli dalam bidangnya dan dapat persetujuan
tertulis dari pemberi tugas.
b. Pemberi tugas berhak untuk menolak, meringankan pergantian personil
pelaksana pekerjaan pemborongan bila dianggap tidak mampu dan dianggap
menghambat jalannya pelaksanaan pekerjaan.
c. Perintah atau perubahan dilapangan yang menyimpang dalam syarat RKS akan
diberikan oleh pemberi tugas secara tertulis.
d. Setiap penyimpangan terhadap RKS pemborong akan diberikan teguran tertulis
oleh pemberi tugas dan pemborong harus melaksanakan dalam jangka waktu
24 jam.

PASAL 11
PENGAWAS LAPANGAN
a. Semua petunjuk, perintah-perintah dan persetujuan yang sudah diberikan
pengawas lapangan kepada pemborong adalah atas nama yang memberi
tugas.
b. Pengawasan dilapangan dilakukan baik terhadap mutu pekerjaan ataupun
kuantitas pekerjaan.
c. Perintah atau perubahan dilapangan yang menyimpang dalam syarat RKS akan
diberikan oleh pemberi tugas secara tertulis.
d. Setiap penyimpangan terhadap RKS pemborong akan diberikan teguran tertulis
oleh pemberi tugas dan pemborong harus melaksanakannya dalam jangka
waktu 24 jam.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

PASAL 12
KESELAMATAN PEKERJAAN LAPANGAN
a. Pelaksanaan pekerjaan oleh pemborong harus memenuhi syarat keselamatan
kerja yang berlaku yang dikeluarkan oleh Departemen tenaga kerja.
b. Apabila terjadi kecelakaan, pemborong harus segera bertindak untuk
keselamatan korban dengan semua biaya ditanggung oleh pemborong.
c. Pemborong bertanggung jawab atas kecelakaan yang terjadi pada pekerja
sewaktu melaksanakan pekerjaan dan wajib menanggung biaya pengobatan
korban.
d. Jika ada kejadian tersebut diatas, maka harus dilaporkan secepatnya kepada
pengawas atau pemberi tugas dan pihak keluarga korban.
e. Obat P3K harus tersusun menurut persyaratan.

PASAL 13
KEAMANAN DITEMPAT PEKERJAAN
a. Sejak dimulainya pekerjaan hingga penyerahan terakhir ini seluruh pekerjaan,
pemborong harus menjaga dan mematuhi aturan keamanan yang berlaku
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
b. Pemborong harus melapor kepada pengawas atau pemberi tugas apabila
terjadi kerusakan karena kelalaian dan harus mengganti kerusakan tersebut.

PASAL 14
BAHAN-BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN UNTUK
PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Semua bahan, alat bantu dan alat perlengkapan pekerjaan sebelum digunakan
harus diperiksa oleh pemberi tugas.
b. Apabila hal tersebut diatas ditolak oleh pemberi tugas, maka dalam waktu
paling lama 2 x 24 jam harus disingkirkan dari lokasi.
c. Pemberi tugas berhak memerintahkan pemborong untuk menambah dan
mengganti peralatan yang disediakan oleh pemborong bila dipandang peralatan
tersebut tidak memenuhi syarat dan mutu, kelancaran dan waktu yang telah
ditetapkan. Semua biaya penggantian peralatan ditanggung oleh pemborong.

PASAL 15
LAPORAN PEKERJAAN
a. Pemborong harus membuat laporan-laporan antara lain :
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

1) Adapun buku harian yang diisi hari demi hari yang berisikan kapasitas dan
banyaknya tenaga kerja.
2) Laporan mingguan adalah laporan yang berisi garis besar laporan yang telah
ada dan dicantumkan pada laporan harian yang harus diberikan pada
pemberi setiap hari sabtu sore, laporan dibuat dalam rangkap tiga, bentuk
laporan tersebut ditetapkan kemudian oleh pemberi tugas.

PASAL 16
PEKERJAAN TAMBAHAN DAN PENGURANGAN

a. Bilamana pekerjaan tambahan dan pengurangan diluar lingkup pekerjaan yang


telah ditetapkan, maka hal tersebut hanya dapat dibenarkan bila ada pemberian
perintah dari pemberi tugas secara tertulis dan harus dibuat dalam suatu
laporan yang dikenal dengan nama adendum.

b. Segera setelah ada tugas tambahan atau pengurangan yang kurang sesuai
dengan harga satuan dari pekerjaan, pemborong mengajukan anggaran biaya
tambahan atau pengurangan sesuai dengan harga satuan dalam penawaran.

PASAL 17
KERJA LEMBUR
a. Bila pemborong menghendaki adanya kerja lembur, maka pemborong harus
melaksanakan permintaan secara lisan atau tertulis kepada pengawas tentang
apa yang dikerjakan dan beberapa tenaga ahli yang akan bekerja supaya
dijelaskan mengenai pekerjaan tersebut diatas.
b. Bilamana perlu diadakan kerja lembur, maka untuk upah gaji dari pengawas
adalah merupakan tanggung jawab dari pemborong.
c. Bila perlu pemborong dapat diperintahkan oleh pengawas untuk bekerja
lembur.

PASAL 18
FORCE MAJEURE

a. Yang dimaksud dengan force majeure adalah hal-hal dan masalah-masalah


yang menghambat laju jalannya pelaksanaan pekerjaan yang tidak dapat
diperkirakan sebelumnya dari itu pekerjaan itu dimulai, keadaan memaksa.
Force majeure disini adalah kejadian-kejadian bencana alam atau musibah-
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

musibah yang terjadi pada waktu pelaksanaan pekerjaan terjadi, seperti huru-
hara, perang, blockade, gempa, tanah longsor, kebakaran, sabotase dan
keadaan situasi yang darurat yang mempengaruhi jalannya pekerjaan.
b. Bila terjadi force majeure, pemborong harus memberi informasi yang tertulis
kepada pengawas, yang disertai bukti-bukti nyata dan sah dari pihak
pemerintah setempat atau instansi yang mempunyai suatu wewenang
mengenai terjadinya force majeure tersebut, selambat-lambatnya 10 hari
setelah peristiwa tadi atau mempekerjakan pemborong lainnya.

PASAL 19
SUB KONTRAKTOR

a. Pemborong tidak boleh mengalihkan seluruh atau hanya sebagian pekerjaan


pada pihak ketiga atau pun sub kontraktor kecuali mendapat persetujuan
tertulis dari pemberi kerja.
b. Bila ketentuan ayat (a) diatas dilanggar kepada pemborong akan dikenakan
sanksi yang diatur lebih lanjut dalam surat perjanjian pemborong.

PASAL 20
PEMBORONG LAINNYA
a. Selama pekerjaan berjalan, pemberi tugas berhak mengerjakan pekerjaan yang
tidak termasuk pekerjaan pemborong.
b. Pemberi tugas berhak untuk melakukan hal yang tercantum pada ayat (a)
diatas yang mencakup hal berikut ini :
1) Mengerjakan sendiri nilai standar pracetak.
2) Laboratorium untuk memeriksa harus laboratorium yang ditunjuk oleh
pemberi tugas.
3) Tanah yang dipadatkan harus diuji juga.

c. Apabila pekerjaan yang dimaksud pada pasal ini berkaitan dengan pekerjaan
pemborong maka pemberi tugas harus bersedia bekerja sama dengan
pemborong.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

BAB II
SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI

PASAL 1
UMUM
a. Yang tidak dapat mengikuti penawaran kerja ini hanyalah perusahaan yang
mampu membuktikan dirinya dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh
pelelangan pekerjaan itu sendiri.
b. Perusahaan-perusahaan harus sudah dapat pengesahan Tanda Daftar
Rekaman (TDR).

PASAL 2
TATA CARA PENAWARAN

a. Surat penawaran harus bermaterai Rp. 6000,-


b. Surat penawaran harus menggunakan bentuk contoh dari formulir (terlampir)
dalam rangkap 5, dimasukkan dalam sampul tertutup dan dilak lima tempat
masing-masing sambungan sampul.
c. Sampul dengan ukuran yang ditentukan tidak boleh dicantumkan nama si
penawar atau perusahaan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

d. Surat penawaran tidak diperbolehkan ada perubahan atau coretan-coretan dan


hapusan serta tanda-tanda lain.

PASAL 3
DATA-DATA LAMPIRAN PENAWARAN

Setiap penawaran harus dilengkapi lampiran masing-masing rangkap 5 (lima) yaitu:

a. TDR yang masih berlaku (fotocopy).


b. Surat keterangan NPWP yang masih berlaku dan bisa dibuktikan sebenarnya
pada saat surat penawaran dibuka.
c. Jaminan penawaran asli dan fotocopy.
d. Daftar harga bahan dan upah.
e. Daftar analisa dan perhitungan.
f. Daftar susunan dan personil.
g. Daftar peralatan.
h. Time schedule pekerjaan.
i. Surat pernyataan buka pegawai negeri bagi pimpinan perusahaan.
j. Fiscal tender.

PASAL 4
WAKTU PEMASUKAN DAN PEMBUKAAN AMPLOP PENAWARAN

a. Pemasukan amplop kedalam kotak dan pembukaan kotak penawaran


ditetapkan sebagai berikut :

Hari/tanggal :
Waktu :

Tempat :

b. Setiap amplop ataupun yang ada hubungannya dengan penawaran


tidak diperkenankan diserahkan kepada panitia atau salah satu
anggota panitia bila terjadi hal tersebut maka penawaran dianggap
gugur.
c. Apabila kontak tender sudah ditutup/ dilak ternyata masih ada rekanan
yang datang untuk memasukkan, maka penawaran tersebut dianggap
gugur.
d. Pada waktu pembukaan sampul-sampul surat penawaran hanya
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

dibacakan atau diumumkan :


a). Nama perusahaan yang mengajukan penawaran.
b). Lengkap atau tidaknya syarat-syarat yang dilampirkan.
c). Jumlah harga penawaran.
d). Pada hari penelitian surat-surat penawaran tidak ada pengumuman, surat
penawaran disimpan dikotak tender yang kuncinya disimpan oleh kedua
panitia lelang.

PASAL 5
SURAT PENAWARAN YANG TIDAK SAH

a. Tidak dimasukkan dalam sampul tertutup, atau pada sampul tersebut tidak
terdapat hal seperti yang ditentukan oleh panitia lelang, menggunakan sampul
tembus baca, serta tidak terdapat hal-hal lain yang tidak ada dalam syarat-
syarat yang telah ditentukan.
b. Penawaran tidak bertanggal, atau tidak terkena dengan materai pada saat
pembubuhan tanda tangan, dan tidak cukupnya nilai materai.
c. Tidak jelas jumlah angka penawaran, dalam angka tidak sesuai dengan yang
tercantum dengan huruf.
d. Harga yang tercantum dengan angka tidak sesuai dengan harga yang
tercantum dalam huruf.
e. Tidak terdapat pernyataan yang jelas bahwa penawaran tunduk pada ketentuan
yang terdapat pada ketentuan yang terdapat pada peraturan rencana kerja dan
syarat-syarat (RKS).
f. Materai tidak bertanggal dan tidak terkena tanda tangan dalam hal ini
digunakan materai tempel.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

BAB III
SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

PASAL 1
EVALUASI DAN PENGUMUMAN/PEMBERITAHUAN

a. Semua penawaran berikut lampiran-lampirannya akan diperiksa, diteliti dan


dinilai.
b. Penawaran yang rendah tidak mutlak jadi pemenang.
c. Pengumuman akan diberitahukan secara tertulis sekaligus
akan mengembalikan jaminan penawaran kepada penawar yang gugur.
d. Sanggahan hanya dapat dilakukan oleh pelaksana pelelangan.

PASAL 2
JAMINAN PELAKSANAAN
a. Pemborong atau rekanan yang telah ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan
sebelum menandatangani kontrak diwajibkan memberikan jaminan pelaksana
berupa surat jaminan bank pemerintah atau bank yang telah mendapatkan
persetujuan materai sebesar 5 % dari nilai kontrak.
b. Pada waktu jaminan, pelaksanaan diterima oleh direksi maka jaminan
penawaran dari penawar bersangkutan dikembalikan.
c. Jaminan pelaksanaan ditunjuk panitia pelelangan.
d. Jaminan pelaksanaan tersebut berlaku untuk nilai borongan diatas
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta)
g. Masa berlaku jaminan pelaksanaan minimal harus sesuai dengan jangka waktu
pelaksanaan tidak termasuk masa pemeliharaan.
h. Pada surat jaminan pelaksanaan harus tercantum nama proyek atau pekerjaan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

i. Dalam hal ini pemborong yang mengundurkan diri setelah ditunjuk atau
menandatangani kontrak, maka jaminan pelaksanaanya menjadi milik negara.
j. Jaminan pelaksanaan dikembalikan kepada pemborong setelah pelaksanaan
selesai seluruhnya sesuai dengan kontrak dan diterima oleh direksi.
k. Dalam jangka waktu 3 (tiga) hari setelah menerima SPK pemborong harus
mengirimkan rencana kerja terperinci, yang menunjukkan urutan pelaksanaan,
bagian-bagian pekerjaan untuk mendapat persetujuan direksi.
l. Dalam jangka waktu 3 (tiga) hari setelah menerima SPK pemborong harus
mengirimkan rencana kerja terperinci, yang menunjukkan urutan pelaksanaan,
bagian-bagian pekerjaan untuk mendapat persetujuan untuk mendapat
persetujuan direksi.
m. Jaminan pelaksanaan pekerjaan menjadi milik panitia lelang jika tidak memulai
pekerjaannya secara fisik dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak tanggal
berlakunya surat perjanjian. Yang dimaksud dengan telah dimulainya pekerjaan
secara fisik adalah pengukuran, pengiriman bahan-bahan dan lain- lain.

PASAL 3
PENJAGAAN
a. Pemborong harus menjaga dengan sungguh-sungguh atas pekerjaan yang
sedang dilaksanakan, gudang bahan-bahan dan sebagainya.
b. Pada saat penyelesaian pekerjaan, pemborong harus membersihkan dan
menyingkirkan dari lapangan semua peralatan konstruksi, sampah, bahan dan
segala macam pekerjaan penunjangnya, pemborong harus meninggalkan
seluruh lapangan dan pekerjaan dalam keadaan bersih dan rapi sehingga dapat
diterima oleh pemberi tugas.
c. Bangunan kantor pimpinan proyek dan direksi lapangan setelah proyek selesai
harus diselesaikan atau ditetapkan lain dalam dokumen kontrak.

PASAL 4
WAKTU PELAKSANAAN

a. Jangka waktu pelaksanaan selama 180 hari terhitung setelah surat perjanjian
pekerjaan (kontrak) ditanda tangani tidak termasuk hari-hari besar dan minggu.
b. Jika ternyata setelah jangka waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak telah
sampai dan tidak dapat dipenuhi oleh pemborong yang bersangkutan, maka
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

akan dikenai denda 1% (satu persen) dari harga kontrak setiap hari
keterlambatan atau setinggi 5% dari harga kontrak.
c. Masa pemeliharaan ditetapkan dari penyerahan pertama sampai penyerahan
kedua sampai 60 hari, segala kerusakan yang terjadi selama masa
pemeliharaan tersebut menjadi tanggung jawab kontraktor. Jika hal ini tidak
dapat dilaksanakan oleh pemborong, maka direksi akan menunjuk pihak lain
untuk melaksanakan pemeliharaan tersebut dengan biaya dari pihak
pemborong setelah jangka waktu pemeliharaan berakhir, maka pekerjaan
diserahkan untuk kedua kalinya (terakhir).
PASAL 5
PERPANJANGAN WAKTU PELAKSANAAN
a. Perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan hanya dapat diberikan oleh
direksi, bilamana alasan-alasan dari pemborong cukup kuat untuk itu harus
diajukan secara tertulis kepada pemberi tugas. Setelah pertimbangan-
pertimbangan dimana keterlambatan tersebut ternyata benar-benar diluar
kemampuan pemborong maka diberi perpanjangan waktu oleh pemberi tugas
secara tertulis.
b. Yang dimaksud diluar kemampuan pemborong dalam pasal 5 ayat (a) antara
lain :
1) Hal-hal terjadi diluar dugaan.
2) Perubahan-perubahan rencana.
3) Persiapan yang belum terselesaikan seperti status tanah dan lain-lain.
c. Setiap perpanjangan yang disetujui oleh direksi hanya dapat dianggap sah
dengan tertulis dan ditetapkan dengan surat keputusan.

PASAL 6
ASURANSI
a. Berdasarkan surat keputusan bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Tenaga Kerja no. SK. 585-20 dan no. KEP. 05/MEN/1994. pemborong
yang mendapat pekerjaan harus membayar iuran astek sebagai berikut :
1). 0,2 % untuk nilai kontrak diatas Rp. 50.000.000,-
2). 0,35 % untuk nilai kontrak Rp. 50.000.000, - Rp.100.000.000,-
3). 0,50 % untuk nilai kontrak dibawah Rp. 100.000.000,-
b. Bukti pembayaran asuransi diserahkan pada waktu penandatanganan
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

kontrak pekerjaan.

PASAL 7
PAJAK BEA SERTA ONGKOS-ONGKOS
a. Biaya pekerjaan atau harga kontrak pekerjaan ditetapkan dalam kontrak
setelah mendapatkan penilaian atau persetujuan panitia bersama pimpinan
proyek.
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPH) besarnya 10 %
serta keuntungan pemborong 10 % telah diperhitungkan dalam penawaran.
c. Segala ongkos-ongkos yang berhubungan dengan kontrak, pajak-pajak dan
berhubungan dengan pelaksanaan-pelaksanaan dari pekerjaan sesuai
peraturan pemerintah yang berlaku saat itu sehubungan dengan pekerjaan ini
menjadi beban pemborong yang bersangkutan.

PASAL 8
PERHITUNGAN HARGA PENAWARAN DAN UPAH
a. Dasar perhitungan harga penawaran digunakan harga upah dan bahan-bahan
bangunan yang umumnya berlaku pada saat pelelangan.
b. Untuk menetapkan hal ini, penawaran pemborong harus memasukkan harga
upah termasuk pajak upah yang umumnya berlaku dalam penawaran antara
lain : kepala tukang, tukang kayu, tukang besi, tukang batu, dan mandor.

PASAL 9
KLAIM HARGA BORONGAN
a. Klaim harga borongan kontrak ditiadakan, kecuali adanya harga serta perubahan
keuangan secara resmi dari pemerintah.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

BAB IV
SYARAT-SYARAT TEKNIS

4.1 PEKERJAAN GALIAN

4.1.1 UMUM

a. Pekerjaan ini akan terdiri dari galian, penanganan, pembuangan atau


penumpukan dari tanah atau batuan atau bahan-bahan lainnya dari badan jalan
atau yang berdekatan yang diperlukan untuk pelaksanaan yang memuaskan dari
pekerjaan dalam Kontrak ini.
b. Pekerjaan tersebut biasanya diperlukan untuk pembangunan saluran air dan
selokan, untuk pembentukan parit, gorong-gorong, saluran atau struktur kecil
lainnya, untuk pengeluaran bahan-bahan yang tidak terpakai dan tanah humus,
untuk pekerjaan stabilisasi dan pengeluaran longsoran, untuk bahan-bahan
konstruksi galian tambahan atau pembuangan bahan-bahan sisa galian dan pada
umumnya untuk pembentukan tempat kerja yang sesuai dengan Spesifikasi ini
dan memenuhi garis kelandaian dan penampang melintang yang terlihat pada
Gambar atau sebagaimana diarahkan oleh Direksi.
c. Kecuali untuk maksud pembayaran, maka ketentuan dari Bab ini berlaku untuk
semua pekerjaan galian yang dilaksanakan sehubungan dengan Kontrak dan
tercakup dalam spesifikasi ini. Galian harus dipandang sebagai salah satu dari
Galian Biasa.
d. Galian Biasa akan terdiri dari semua galian yang tidak diklasifikasikan sebagai
galian Batu.

4.1.2 Pekerjaan yang Berhubungan yang Ditetapkan Dibagian Lain

a. Bahan-bahan dan Penyimpanan


b. Selokan dan Saluran Air
c. Pembersihan dan Pembongkaran
d. Timbunan
e. Tunnel

4.1.3 Toleransi Dimensional

a. Ketinggian akhir, garis dan bentuk setelah galian tidak boleh berbeda dari yang
ditentukan yaitu lebih dari 20 mm pada setiap titik.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

b. Permukaan akhir galian yang telah selesai, yang terbuka terhadap aliran air
permukaan harus cukup halus dan rata, dan mempunyai cukup kemiringan, guna
menjamin kelancaran drainase permukaan sehingga tidak terjadi genangan.

4.1.4 Pengajuan dan Pencatatan

a. Untuk setiap pekerjaan galian yang akan dibayar menurut Bab ini maka Kontraktor
harus mengajukan kepada Direksi, sebelum memulai pekerjaan, yaitu gambar
penampang memanjang yang menunjukkan tanah dasar yang ada sebelum
pekerjaan pembersihan dan pembongkaran telah dilaksanakan.
b. Kontraktor harus mengajukan pada Direksi gambar terinci dari semua yang
diusulkan atau yang diperintahkan untuk digunakan, seperti skor, sheet pile,
cofferdam saluran sementara dan tembok ujung dan gambar tersebut harus
memperoleh persetujuan Engineer sebelum melaksanakan pekerjaan penggalian
yang dimaksudkan, yang akan dilindungi oleh struktur yang diusulkan.

4.1.5 Keamanan Pekerjaan Galian

a. Kontraktor harus bertanggung jawab penuh untuk menjamin keselamatan kerja


yang melaksanakan pekerjaan galian dan masyarakat umum.
b. Selama pekerjaan galian, maka harus dipertahankan sepanjang waktu lereng
galian sementara yang mantap yang mampu menunjang pekerjaan yang
berdampingan, struktur atau mesin, Skor dan sheet pile yang memadai harus
dipasang bila permukaan galian yang yang menunjang struktur yang
berdampingan menjadi kurang stabil atau rusak oleh pekerjaan galian.
c. Alat-alat berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau maksud lain tidak akan
diperkenankan untuk berada atau beroperasi lebih dekat dari 1,5 m dari tepi parit
terbuka galian pondasi kecuali pipa atau bangunan telah dipasang dan ditutupi
dengan sekurang-kurangnya 600 mm urugan kembali yang dipadatkan.
d. Cofferdam, tembok ujung atau sarana lain untuk menghindari air dari galian harus
direncanakan secara layak dan cukup kuat untuk menjamin tidak akan terjadi
runtuhan secara tiba-tiba, dan mampu menghindari banjir yang datang dengan
cepat pada tempat pekerjaan.
e. Pada setiap saat sewaktu para pekerja atau lainnya berada didalam galian dan
bahkan bila hanya sekali-sekali, harus merendah kepada mereka di bawah
permukaan tanah disekitarnya, maka Kontraktor harus menempatkan seorang
pengawas keamanan di tempat kerja yang tugasnya hanya memonitor keamanan
dan kemajuan. Setiap saat peralatan galian yang tidak digunakan (cadangan) dan
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

perlengkapan pertolongan pertama (P3K) harus tersedia pada tempat pekerjaan


galian.
f. Semua galian terbuka harus dipasang barikade secukupnya untuk mencegah para
pekerja atau lainnya jatuh kedalamnya, dan setiap galian terbuka di daerah jalur
kendaraan atau bahu jalan harus ditambah dengan rambu drum pada malam hari
yang dicat putih dan lampu merah atau kuning sehingga memuaskan Direksi.

4.1.6 Penjadwalan Kerja

a. Luas setiap galian yang dibuka dalam setiap operasi harus dibatasi sesuai dengan
pemeliharaan permukaan yang digali pada suatu kondisi yang baik, dengan
memperhatikan pengaruh dari pengeringan, perendaman oleh air hujan dan
gangguan oleh operasi pekerjaan berikutnya.
b. Pembuatan parit atau penggalian lainnya yang melintasi jalan kendaraan harus
dilaksanakan dengan menggunakan konstruksi setengah lebar jalur kendaraan
sehingga jalan tetap terbuka bagi lalu lintas sepanjang waktu.

4.1.7 Kondisi Tempat Kerja

a. Semua galian harus dipelihara agar bebas dari air dan Kontraktor harus
menyediakan semua bahan-bahan yang diperlukan, peralatan dan tenaga kerja
untuk pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air dan pembangunan
saluran sementara. Pompa harus disiapkan pada tempat kerja setiap saat untuk
menjamin tidak ada gangguan dalam kontinuitas prosedur pengeringan.
b. Bila pekerjaan sedang dilaksanakan pada saluran yang ada atau daerah lain
dimana aliran bawah tanah atau air tanah dapat tercemar, maka Kontraktor harus
memelihara sepanjang waktu pada tempat pekerjaan yang sebenarnya suatu
persediaan air dari kualitas air minum untuk digunakan oleh para pekerja untuk
mencuci, bersama dengan persediaan secukupnya dari sabun dan disinfektan.

4.1.8 Pembetulan Pekerjaan yang Kurang Memuaskan

Pekerjaan galian yang tidak memenuhi kriteria toleransi di atas harus dibetulkan oleh
Kontraktor sebagai berikut:

a. Bahan-bahan yang berlebihan harus dibuang dengan galian lebih lanjut.


b. Daerah yang telah digali secara berlebihan, atau daerah yang retak berlebihan
atau longsor harus diurug kembali dengan timbunan bahan-bahan pilihan atau
agregat lapis pondasi atas sebagaimana diarahkan oleh Direksi.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

4.1.9 Bangunan Utilities

a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperoleh setiap informasi yang ada
tentang keberadaan serta lokasi bangunan utilities di bawah tanah dan untuk
memperoleh serta membayar setiap perizinan yang diperlukan atau pemberian hak
lainnya untuk melaksanakan galian yang disyaratkan oleh Kontrak.
b. Kontraktor harus bertanggungjawab untuk pemeliharaan dan perlindungan setiap
saluran pipa di bawah tanah yang masih berfungsi, kabel, pipa penyalur atau
lainnya di atas tanah dan jalur-jalur pelayanan atau struktur cabang yang mungkin
ditemukan, dan untuk memperbaiki setiap kerusakan yang disebabkan oleh
operasinya.

4.1.10 Penggunaan dan Pembuangan Bahan-bahan Galian

a. Semua bahan-bahan yang sesuai yang digali dalam batas-batas proyek, kapan
saja mungkin, harus digunakan dalam cara yang paling efektif untuk pembentukan
timbunan atau urugan kembali.
b. Bahan-bahan galian yang mengandung tanah organik tinggi, tanah gambut,
sejumlah besar akar, atau bahan-bahan tumbuhan lainnya atau tanah kompresibel
yang menurut pendapat Direksi akan mencegah pemadatan bahan-bahan yang
dihampar di atasnya atau menyebabkan penurunan atau kegagalan yang tidak
diinginkan, harus digolongkan sebagai tak memenuhi syarat untuk digunakan
sebagai bahan-bahan timbunan dalam pekerjaan permanen.
c. Setiap bahan-bahan galian yang berlebih untuk kebutuhan timbunan, atau bahan-
bahan yang tidak disetujui oleh Direksi sebagai bahan-bahan timbunan yang
sesuai harus dibuang keluar dari lokasi pekerjaan.
d. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk semua pengaturan dan biaya untuk
pembuangan bahan-bahan yang berlebih atau tidak memenuhi syarat, termasuk
pengangkatan dan perolehan izin dari pemilik atau penghuni tanah tersebut,
dimana pembuangan itu dilaksanakan.

4.1.11 Pemulihan Tempat Kerja dan Pembuangan Pekerjaan Sementara

a. Semua saluran sementara harus dibongkar oleh Kontraktor setelah penyelesaian


struktur permanen atau pekerjaan lainnya untuk mana galian telah dilakukan,
kecuali sebaliknya diarahkan oleh Direksi. Pembongkaran harus dikerjakan
dengan cara yang sedemikian rupa hingga tidak mengganggu atau merusak
struktur atau formasi yang telah selesai.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

b. Bahan-bahan yang diperoleh kembali dari pekerjaan sementara tersebut tetap


menjadi milik Kontraktor atau dapat, dan jika disetujui sebagai layak oleh Direksi,
dimasukkan kedalam pekerjaan permanen dan dibayar menurut Jenis
Pembayaran yang bersangkutan yang dimasukkan dalam Jadwal Penawaran.
c. Bahan-bahan galian tidak boleh ditempatkan dalam suatu saluran air tetapi harus
segera dibuang.
d. Semua lubang galian tambahan, tempat galian batu atau daerah sisa galian yang
digunakan oleh Kontraktor harus ditinggalkan dalam kondisi yang rapih dan teratur
dengan sisi dan lereng yang mantap.

4.1.12 Prosedur Galian


a). Umum

a. Galian harus dilaksanakan sampai kelandaian, garis dan ketinggian yang


ditentukan dalam Gambar atau diperintahkan oleh Direksi dan harus meliputi
pembuangan semua bahan-bahan yang ditemukan, termasuk tanah, batuan dan
bahan-bahan lainnya.
b. Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin
terhadap bahan-bahan dibawah dan diluar batas galian.
c. Bila bahan-bahan yang tak terlindungi pada garis pembentukan atau tanah dasar
atau permukaan pondasi adalah bahan-bahan lepas atau lunak atau berlumpur
atau tidak memenuhi syarat menurut pendapat Direksi, maka bahan-bahan
tersebut harus dipadatkan secara menyeluruh atau sama sekali dikeluarkan untuk
dibuang dan diganti dengan timbunan yang memenuhi syarat sebagaimana
diarahkan oleh Direksi.
d. Dimana batuan, lapisan keras atau bahan-bahan keras lainnya ditemukan pada
jalur selokan atau pada ketinggian tanah dasar untuk perkerasan dan bahu jalan ,
atau pada dasar parit pipa atau galian pondasi struktur maka bahan-bahan
tersebut harus digali lebih dari 150 mm sampai suatu permukaan yang rata halus
dan mantap. Profil galian yang ditentukan harus dicapai dengan bahan-bahan
urugan kembali yang dipadatkan dan disetujui oleh Direksi.
e. Dalam hal-hal demikian, maka Kontraktor harus menyediakan perlindung
peledakan untuk melindungi orang-orang, tanah milik dan pekerjaan selama galian
yang disetujui oleh Direksi. Peledakan harus dibatasi pada waktu-waktu yang
diarahkan oleh Direksi.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

b). Galian untuk Pembersihan dan Pembongkaran

Pekerjaan galian untuk pembersihan dan pembongkaran harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan S-03 “Pembersihan dan Pembongkaran”, begitu pula dari bab ini.

c). Galian untuk Bahan-bahan Galian Tambahan

a. Lubang galian tambahan harus digali sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.
b. Persetujuan untuk membuka suatu daerah galian tambahan baru atau untuk
mengoperasikan yang sudah ada harus diperoleh dari Direksi secara tertulis
sebelum setiap operasi galian tambahan dimulai.
c. Lubang galian tambahan tidak akan diperkenankan pada tanah yang mungkin
diperlukan untuk pelebaran jalan dikemudian hari atau maksud Pemerintah
lainnya. Pada umumnya lubang galian tambahan tidak akan diperkenankan dalam
daerah milik jalan.
d. Lubang galian akan dilarang atau dibatasi dimana semuanya itu dapat
mengganggu drainase alam atau yang direncanakan.
e. Lubang galian harus diratakan dan diberi drainase sedemikian rupa untuk
mengalirkan semua air permukaan ke gorong-gorong drainase dan tanpa ada
genangan.
f. Tepi suatu lubang galian tambahan tidak boleh lebih dekat 2meter dari kaki suatu
timbunan atau 10 meter dari puncak galian.

4.1.13 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


a) Pengukuran

a. Pekerjaan galian yang termasuk dalam (c), (a), (e) dan (f) di bawah harus diukur
sebagai pembayaran untuk volume ditempat dalam kubik meter dari bahan-bahan
yang dipindahkan. Dasar perhitungan adalah gambar potongan melintang profil
tanah yang disetujui sebelum galian dan garis, kelandaian dan ketinggian yang
ditentukan atau diterima dari pekerjaan galian yang diselesaikan. Metoda
perhitungan akan merupakan metoda luas ujung rata-rata, dengan menggunakan
penampang melintang pekerjaan dan berjarak tidak lebih dari 25 meter.
b. Pekerjaan galian yang memenuhi syarat untuk pengukuran dan pembayaran
menurut Bab ini akan dibayar sebagai Galian, meskipun bahan-bahan yang digali
disetujui untuk digunakan sebagai bahan-bahan konstruksi dan diukur dan dibayar
pada Bab-bab lainnya dari Spesifikasi ini.
c. Pekerjaan yang dianggap termasuk dalam Spesifikasi Teknik S-06, tidak akan diukur
atau dibayar di bawah Bab ini.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

b) Pembayaran

Jumlah galian yang diukur sebagaimana ditentukan di atas akan dibayar pada Harga
Penawaran untuk Jenis Pembayaran yang terdaftar di bawah dan terlihat dalam Jadwal
Penawaran. Harga dan pembayaran ini harus dianggap merupakan kompensasi penuh dari
semua pekerjaan dan biaya yang terlibat dalam melaksanakan pekerjaan galian yang
diuraikan dalam bab ini termasuk galian untuk timbunan, penumpukan atau pembuangan,
pemadatan bentuk akhir, saluran sementara dan lain sebagainya, dan semua tenaga kerja,
peralatan, alat pengujian dan biaya tambahan yang perlu atau biasa untuk penyelesaian-
penyelesaian yang layak dari pekerjaan.

Tabel 1.1 Metode pengukuran dan pembayaran galian tanah

Jenis Pembayaran
Uraian Satuan Pengukuran
No.

Galian Biasa Meter kubik


1

4.2 PEKERJAAN BETON

4.2.1 LINGKUP PEKERJAAN

a. Semua pekerjaan konstruksi beton harus dibuat menurut gambar rencana


atau sesuai petunjuk Direksi.
b. Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum pelaksanaan Kontraktor
harus mengajukan rencana kerja kepada Direksi yang meliputi peralatan yang
digunakan untuk proses, penanganan pengangkutan pencampuran dari spesi
beton, metode yang digunakan, jumlah tenaga kerja serta gambar
pelaksanaan, guna mendapatkan persetujuan dari Direksi.
c. Bila Kontraktor menggunakan spesi dari hasil “ready mixed concrete” yang sudah
jadi, maka Kontraktor selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sebelum
pelaksanaan dimulai memberitahukan secara tertulsi kepada Direksi tentang nama
pabrik/supplier, lokasi, kapasitas, reputasi dari produksinya dan lain-lain sesuai yang
dibutuhkan oleh Direksi. Tanpapersetujuantertulis, Kontraktor tidak diperbolehkan
mendapatkan/menggunakan spesi dari “ready mixed concrete”.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

4.2.2 SEMEN DAN BAHAN TAMBAHAN


a) Semen

a. Semen yang digunakan dalam pekerjaan beton harus semen buatan dalam negeri
dengan kualitas sama dengan Portland Cement (PC) atau sesuai standard
Nasional Indonesia SNI dan atau SII 0013.
b. Kontraktor harus memberitahukan kepada Direksi kapan dan di mana semen itu
dihasilkan, dan Direksi senantiasa berhak memeriksa bahan tersebut. Kontraktor
harus bersedia untuk memberi bantuan kepada Direksi dalam proses
pemeriksanaan ini.
c. Semen harus disimpan dalam ruangan yang bebas dari gangguan cuaca/hujan
dengan menyusun setinggi minimum 30 cm di atas tanah dengan maximum
tumpukan/susunan 13 sak.
d. Setelah dari 90 hari sejak tanggal pengiriman ke lapangan, semen harus
dibuang/tidak boleh digunakan.

4.2.3 Bahan Tambahan (ADMIXTURE)

a. Bila akan menggunakan bahan tambahan, Kontraktor harus mengajukan surat ijin
tertulis kepada Direksi.
b. Bahan tambahan yang digunakan untuk beton harus sesuai dengan standard
ASTM C.260 atau setara sesuai dengan petunjuk Direksi. Kontraktor harus
mengadakan test terhadap bahan tambahan atas permintaan Direksi dengan biaya
sendiri.
c. Semua biaya yang diperlukan untuk bahan tambahan harus sudah menjadi satu
kesatuan dengan harga beton.

4.2.4 AGREGAT
a) Pasir

a. Pasir buatan adalah pasir yang dihasilkan oleh mesin pemecah batu. Pasir alam
adalah pasir yang didapat dari sungai atau sumber alam lainnya yang dapat
disetujui oleh Direksi mengenai sumber alam/quarry, guna mendapatkan
persetujuan dari Direksi. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi contoh
pasir yang akan digunakan untuk diadakan test kualitas. Kontraktor harus
memperoleh semua ijin yang diperlukan dan membayar kewajiban atas
pengembalian bahan tersebut.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

b. Pasir yang digunakan harus bersih, bebas dari gumpalan tanah liat, karang, bahan
organik dan alkali dan bahan-bahan lain yang dapat merusak mutu beton, jumlah
prosentase segala macam bahan yang dapat merusak tidak boleh lebih dari 2%.
c. Semua pasir yang dipakai adalah pasir dengan ukuran butir maximum 5 mm dan
modulus kehalusan antara 2,3 – 2,8 jika diselidiki dengan saringan standard untuk
beton (sesuai PBI – 1971) atau dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 4.2 Standard prosentase lolos saringan


No Saringan(u.s Standard) Prosentase Tertinggal Saringan
4 0 – 15
8 6 – 15
16 10 – 25
30 10 – 30
50 15 – 35
100 12 – 20
Pan 3 –7

b. Agregat Kasar

a. Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus seperti
lumpur, debu, dan partikel lain yang lembut, alkali dan bahan organik atau dari
substansi yang dapat merusak mutu beton dalam jumlah yang banyak.
b. Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butiran antara 5 – 40 mm atau
sesuai dengan petunjuk Direksi. Agregat kasar mempunyai modulus kehalusan
butir antara 6 – 7,5 mm, atau bila diselidiki dengan saringan satndard harus sesuai
dengan standard Indonesia untuk beton PBI – 1971 (NI – 2).
c. Batu yang digunakan adalah batu pecah yang berasal dari gunung batu atau dari
batu besar yang bermutu kwarsa dan tras mempunyai berat jenis minimal 2,4
dengan kekuatan tekan tidak boleh kurang dari 400 Kg/cm 2. batu pecah yang
digunakan setelah ditest abrasi harus lebih kecil 40% dari berat batu yang
terabrasi.
d. Agregat harus didapat dari sumber yang disetujui oleh Proyek dan Kontraktor
harus memperoleh ijin dan membayar kewajiban karena pengambilan bahan
tersebut.
e. Agregat harus ditimbun dengan cara sedemikian sehingga terhindar dari
tercampurnya dengan bahan lain dan pemisahan gradasi.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

4.2.5 Air

Air yang dipakai untuk campuran beton harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan
organik, garam dan kotoran lain dalam jumlah yang dapat merusak. Bila diperlukan oleh
Direksi, Kontraktor harus menunjukan sumber air yang digunakan serta test terhadap
mutu/kualitas air, semua biaya yang dikeluarkan oleh Kontraktor untuk keperluan
pengadaan pengetesan mutu air harus sudah dimasukan dalam harga penawaran volume
batu tiap meter kubiknya.

4.2.6 Adukan Beton


a) Komposisi

Beton harus dibentuk dari unsur-unsur Portland Cement (PC), air, pasir, dan kerikil (agregat
kasar) dan dicampur dalam perbandingan yang serasi dan diaduk hingga homogen dengan
kekentalan yang baik, sesuai dengan peraturan beton Indonesia PBI 1971 (NI – 2).

b) Kelas dan Mutu Beton

Kelas dan mutu beton harus sesuai dengan Standard Indonesia NI-2, PBI 1971, sesuai tabel
dibawah ini.

Tabel 3.2Kelas dan mutu beton

Mutu ‘bk ‘bm Kategori Pengawasan Keterangan


(Kg/cm2) (Kg/cm2) S bangunan
= 46 (tujuan)
B0 - - Non Kualitas Kuat Desak
struktur Agregat
B1 - - Struktur Pemeriksaa Tidak diuji
n dengan
mata

K.125 125 200 Struktur Pengujian Diuji


dengan
analisa
saringan
K.175 175 250 Struktur Pengujian Diuji
dengan
analisa
saringan
K.225 225 300 Struktur Pengujian Diuji
dengan
analisa
saringan
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

Mutu ‘bk ‘bm Kategori Pengawasan Keterangan


(Kg/cm2) (Kg/cm2) S bangunan
= 46 (tujuan)
K.350 350 425 Struktur Pengujian Diuji
dengan
analisa
saringan

’bk adalah kekuatan tekan karakteristik yang ditentukan dari hasil percobaan benda uji,
’bm adalah harga kekuatan tekan rata-rata. Bilamana tidak ditentukan lain, maka kekuatan
desak dari beton adalah kekuatan tekan hancur dari contoh kubus yang diuji pada umur 28
hari.

Rumus untuk menghitung ’bk adalah sebagai berikut :

’bk = ’bm – 1,64.s

s
 '   ' b   ' bm  2

n 1


n
’bm =

dengan :

n =Jumlah benda uji (minimum 20 buah)

’b =kekuatan tekan tiap benda uji (kg/cm2)

’bm =Kekuatan tekan beton rata-rata (kg/cm2)

s =deviasi standar (kg/cm2)

untuk mencegah adukan beton yang terlalu kental atau terlalu encer, dianjurkan untuk
menggunakan nilai slump sebagai berikut :

Tabel 3.3Standard klasifikasi uji slump

Slump
Jenis pekerjaan
Maximum Minimum
Dinding, pelat pondasi dan
12,5 5,0
pondasi telapak bertulang
Pondasi telapak tidak 9,0 2,5
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

Slump
Jenis pekerjaan
Maximum Minimum
bertulang, kaison dan
konstruksi bawah tanah

Pelat, Balok, Kolom dan 7,5


15,0
dinding

Perkerasan jalan
7,5 5,0

Pembetonan Masal
7,5 2,5

Untuk maksud-maksud dan alasan tertentu, maka dengan persetuuan Direksi, dapat
dipakai nilai slump yang menyimpang dari tabel di atas, asal memenuhi hal-hal sebagai
berikut:

a.Beton dapat dikerjakan dengan baik.

b.Tidak terjadi pemisahan dalam adukan.

c.Mutu beton yang disyaratkan tetap terpenuhi.

4.2.7 Uji Campuran Beton

Enam puluh hari sebelum dimulai pekerjaan pembetonan, Kontraktor harus mengadakan uji
coba campuran beton untuk tiap kelas mutu beton dibawah pengawasan Direksi. Bilamana
Direksi telah menyetujui campuran beton untuk tiap-tiap kelas beton, maka sebelum
pengecoran, Kontraktor harus menyiapkan peralatan yan cukup jumlahnya guna
mengadakan uji mutu campuran. Pengecoran hanya dapat dilaksanakan dibawah
pengawasan Direksi untuk menjamin mutu beton yang sesuai dengan kelasnya. Dalam
setiap uji campuran, kontraktor harus membuat masing-masing tiga (3) silinder benda uji.
Untuk diuji pada umur 3 hari - umur 28 hari.

Bila ternyata dari hasl uji tegangan tidak memenuhi, ,maka kontraktor harus membongkar
dengan memperbaiki campuran/adukan atas biaya sendiri. Semua biaya yang dikeluarkan
oleh Kontraktor yang berkaitan dengan pekerjaan ini harus sudah diperhitungkan dalam
harga penawaran volume beton tiap meter kubiknya.

4.2.8 Pengadukan dan Pengangkutan

a. Kontraktor harus mencampur beton dengan alat pengaduk yang baik yaitu “Batch
Mixer” atau “Portable concrete mixer” dengan kapasitas yang sesuai dengan
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

besarnya pekerjaan. Alat pengaduk harus mampu mengaduk/mencampur semua


bahan-bahan yang merata dan pada penuangannya tidak terjadi pemisahan.
b. Alat pengaduk harus diperlengkapi dengan alat-alat pengukur yang teliti dan
pengatur terhadap setiap bahan yang dimasukkan.
c. Urutan memasukan bahan-bahan ke dalam alat pengaduk serta lama waktu
mengaduk harus sepengetahuan Direksi.
d. Tidak diperkenankan mengaduk dalam jumlah yang lebih dengan menambah air
agar kekentalan bisa bertahan lama.
e. Dalam membuat campuran beton diperbolehkan menggunakan Truck Mixer dan
harus mendapat persetujuan dari Direksi. Truck Mixer harus bertipe “Revolving
Drum”, rapat air dan harus dilengkapi dengan peralatan yang teliti untuk mengukur
jumlah air.
f. Truck Mixer dan pengaduk harus dioperasikan dalam batas-batas kapasitas dan
kecepatan perputaran yang telah ditetapkan oleh pabrik alat tersebut. Pada waktu
menggunakan “Concrete-Mixer” maka pengisian bahan beton yang akan diaduk
harus sedemikian sehingga pada saat dituangkan kedalam acuan maupun pada
waktu pengambilan contoh (sampling) tidak terjadi pemisahan (segregasi).
g. Kontraktor harus menyiapkan peralatan dan bahan yang cukup dan memadai selama
proses pengadukan.
h. Pengangkutan, pengadukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara yang ditentukan Direksi, dan dijamin tidak ada
pemisahan bahan-bahan adukan.
i. Pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan waktu
pengikatan yang menyolok antara beton yang telah dicor dengan yang akan dicor.
Pengangkutan adukan beton dengan peralatan sperti, agitator, truck belt conveyor,
talang miring hanya dapat dilakukan dengan persetujuan dari Direksi.
j. Adukan beton sudah harus dicor dalam waktu 1-2 jam setelah pengadukan dengan
air dimulai. Apabila diperlukan jangka waktu lebih lama lagi oleh karena proses
pengangkutan harus ditambahkan bahan penghambat pengikatan sesuai petunjuk
Direksi.

4.2.9 PENGECORAN BETON


a) Umum

Pengecoran beton tidak dapat dimulai sebelum cetakan beton/acuan, tulangan dan bagian-
bagian yang harus tertanam terpasang dengan komplit dan telah diperiksa dan disetujui oleh
Direksi. Kecuali ditentukan lain oleh Direksi, Kontraktor tidak dibenarkan melakukan
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

pengecoran dalam genangan air dan dalam aliran air atau dalam kondisi meakukan
pengecoran dalam genangan air dan dalam aliran air atau dalam kondisi hujan. Bilamana
diperlukan oleh Direksi, Kontraktor harus menyediakan satu set atau lebih alat komunikasi
antara tempat-tempat pengadukan dan tempat pengecoran beton. Tidak ada pembayaran
khusus untuk pengadaan, pemeliharaan alat komunikasi tersebut diatas.

b) Penyiapan Tempat Pengecoran

Segera sebelum pengecoran, semua permukaan yang akan dicor harus dibersihkan dari
bahan-bahan minyak, bahan organik, kayu atau bahan-bahan lain yang dapat mengurangi
pengikatan mutu beton. Untuk permukaan pasangan batu/pondasi batu harus dibasahi
dahulu sebelum pengecoran. Untuk permukaan dasar tanah/pasir harus diratakan dan
dibasahi dahulu sebelum dicor. Pada permukaan sambungan beton harus dibersihkan dan
dibasahi terlebih dahulu sebelum dicor atau sesuai perunjuk Direksi.

c) Suhu

Suhu beton sewaktu dicor/dituang tidak boleh lebih dari 32ºC dan tidak boleh kurang dari
4,5oC.Bila suhu beton melebihi 32oC seperti yag ditetapkan oleh Direksi, maka Kontraktor
harus mengambil langkah-langkah pendinginan misal dengan mendinginkan
agregat/menyiram air.

d) Pengecoran Dalam Air

Pengecoran beton tidak dapat dilaksanakan di bawah air kecuali ditentukan lain oleh Direksi
dengan pengawasan yang ketat. Penambahan volume semen (PC) sangat diperlukan dalam
pekerjaan ini sehingga faktor air semen tidak boleh lebih besar 0,47. nilai slump yang terjadi
harus di bawah 10 cm dengan dilakukan pengecoran sesuai metode-metode yang
disarankan oleh Direksi guna menjamin konsistensi dan mutu beton.

e) Pengecoran dan Pemadatan

a. Beton hanya dicor pada waktu Direksi ada ditempat pekerjaan dan Kontraktor harus
memberi pemberitahuan yang layak akan maksud pengecoran itu.
b. Beton harus dituang ke acuan secepat mungkin dan dengan cara-cara sedemikian
sehingga tidak menyebabkan pemisahan bahan atau hilangnya slump.
c. Tinggi jauh pengecoran tidak boleh lebih dari 1 (satu) meter agar tidak terjadi
pemisahan atas bahan-bahannya. Pemisahan yang berlebihan karena menjatuhkan
beton dari suatu ketinggian yang cukup besar atau membentur acuan atau tulangan
tidak diperbolehkan. Kontraktor harus menyediakan peluncur jatuh yang baik untuk
mengendalikan dan menahan jatuhnya beton.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

d. Beton-beton dituang secara terus-menerus dalam lapisan kira-kira horizontal, tidak


boleh terjadi rongga-rongga dan harus menutup seluruh permukaan acuan.
e. Untuk mencegah adanya rongga-rongga dalam beton, adukan beton harus
dipadatkan selama pengecoran dengan cara penggetaran dengan menggunakan
alat penggetar mekanis (Vibrator).
f. Mengolah lagi campuran beton bekas tidak diperbolehkan. Untuk beton yang telah
mengeras sehingga sulit untuk dicor, harus dibuang dan tidak ada perhitungan
pembayaran.
g. Pada setiap pengecoran (concrete placing) harus diadakan pemeriksaan “slump” dan
pengambilan kubus (cylinder sample) untuk pemeriksaan kuat tekan (compression
test) pada umur: 3 hari, 7 hari dan 28 hari, masing-masing 3 (tiga) buah.

4.2.10 PERBAIKAN

a. Bilamana setelah pembongkaran acuang beberapa beton dijumpai tidak sesuai


bentuknya dengan gambar, atau menyimpang dari ukutan atau elevasi seperti dalam
gambar atau terdapat permukaan-permukaan yang rusak, maka Kontraktor harus
memperbaiki sesuai petunjuk Direksi atas pembiayaan Kontraktor.
b. Pekerjaan perbaikan beton harus dilaksanakan segera setelah acuan dibongkar.
c. Tempat-tempat atau bagian-bagian yang diperbaiki, harus dikupas, spenuhnya
dibatasi, dan di isi dengan bahan pengisi yang disetujui sampai penuh/rapat.

4.2.11 PEKERJAAN PENYELESAIAN & PENYEMPURNAAN

a. Pekerjaan penyempurnaan dari permukaan beton harus dikerjakan oleh tenaga kerja
yang ahli dan di bawah pengawasan Direksi.
b. Penyelesaian da penyempurnaan hasil pekerjaan harus dilakukan sesuai gambar
rencana kecuali ditentukan lain oleh Direksi.
c. Untuk penyempuranaan dapat digunakan campuran semen dan pasir yang mutunya
lebih baih dari campuran betonnya.
d. Ketidak-teraturan permukaan yang dibentuk akibat pengecoran tidak boleh melebihi
sepanjang 1,5 m.
e. Pada permukaan-permukaan yang akan tertutup tanah, tidak perlu penanganan
kecuali untuk perbaikan-perbaikan dan koreksi-koreksi penurunan yang melebihi 2,5
cm.
f. Untuk semua permukaan yang dibentuk lain, perubahan-perubahan secara tiba-tiba
tidak melebihi 10 mm.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

g. Acuan untuk permukaan yang terbuka (eksposed) untuk pandangan atau untuk
saluran-saluran harus dikerjakan seteliti mungkin dan dengan penuh keahlian serta
harus kuat.
h. Permukaan yang terlihat tidak boleh memperlihatkan retakan-retakan, cembung atau
tidak lurus.
i. Permukaan-permukaan yang terbentuk yang akan ditutup dengan urugan harus
diratakan sehingga didapat satu permukaan yang seragam.
j. Permukaan-permukaan yang terbuka dengan maksud untuk pandangan atau
mengalirkan air harus disempurnakan dengan alat dari logam yang keras. Pada
tempat-tempat atau bagian-bagian untuk pejalan kaki atau lalu-lintas kendaraan
harus disempurnakan dengan sapu lidi.Peralihan permukaan tidak boleh lebih dari 7
mm dan tidak boleh secara tiba-tiba.
k. Permukaan-permukaan yang terbuka dan terpengaruh oleh cuaca harus diberi
kemiringan untuk drainase.

4.2.12 PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN BETON


a) Umum

Semua beton yang sudah dicor harus dirawat sesuai spesifikasi yang telah ditentukan oleh
Direksi. Kontraktor harus mengajukan cara-cara/metode perawatan dan perlindungan beton
kepada Direksi sebelum pelaksanaan pengecoran dimulai. Perawatan yang digunakan
harus mencegah/menjaga kelembaban beton. Beton harus terlindung dari hujan deras
selama 12 (dua belas) jam, aliran air selam 14 (empat belas) hari dan sengatan matahari
selama 3 (tiga) hari sesudah pengecoran.

b) Perawatan Dengan Air

Beton secara teratur harus disiram air sampai umur 21 hari setelah pengecoran. Untuk
menjaga kelembaban dapat dilakukan dengan cara menutup seluruh permukaan beton
dengan karung, karpet atau pasir dalam karung yang selalu dibasahi dengan air.

c) Perawatan Dengan Uap


Bila perawatan ini yang dipakai oleh pabrik pembuat beton pracetak maka Kontraktor harus
memberitahukan kepada Direksi, yang meliputi proses perawatan, peralatan dan bahan
yang digunakan untuk mendapat persetujuannya.

Anda mungkin juga menyukai