BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
PEMBERI TUGAS
1. Pemberi Tugas adalah Gubernur Akademi Militer yang dalam hal ini diwakili oleh
Dirbinlem Akademi Militer selaku PPK.
2. Pemberi Tugas dapat mengambil alih secara sepihak pekerjaan tersebut dengan
hanya memberitahukan secara tertulis kepada Pemborong dan biaya penyelesaian
pekerjaan selanjutnya akan dibebankan kepada Pemborong bila :
a. Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak penanda tanganan kontrak (surat
perjanjian pemborongan), Pemborong belum memulai pekerjaan tersebut.
d. Memberi keterangan tidak benar yang bisa dan dapat merugikan Pemberi
Tugas.
Pasal 2
DIREKSI
1. Direksi adalah tim yang dipimpin oleh Perwira Zeni yang berdasarkan surat
perintah Dirbinlem Akmil, bertugas menjamin dan menjaga agar kegiatan pembangunan
proyek senantiasa sesuai rencana, mutu dan sasaran yang telah ditetapkan.
2. Direksi dapat diwakili satu orang atau lebih untuk diberi tugas sebagai Pengawas
Lapangan sehari-hari yang bertugas mengawasi pada seluruh pelaksanaan pekerjaan
atau sebagian, selanjutnya Kontraktor akan diberitahukan secara tertulis.
3. Peraturan dan petunjuk oleh orang-orang tersebut nomor 1, akan dianggap sebagai
yang dikeluarkan oleh Direksi itu sendiri, sejauh peraturan-peraturan/petunjuk-
petunjuk itu tidak menyimpang dari syarat-syarat pekerjaan.
Pasal 3
PELAKSANA ATAU KONTRAKTOR
4. Kewajiban Kontraktor :
a. Kontraktor diwajibkan pada setiap saat menjaga disiplin dan tata tertib
terhadap semua buruh pegawai termasuk pengurusan bahan-bahan yang berada
di bawahnya. Siapapun diantara mereka yang melanggar terhadap peraturan,
mengganggu atau merusak ketertiban, berlaku tidak senonoh, melakukan
perbuatan yang merugikan pelaksanaan pembangunan harus segera dikeluarkan
dari tempat pekerjaan atas perintah Direksi Lapangan/Pengawas.
5. Tugas Kontraktor :
Pasal 4
PEKERJAAN-PEKERJAAN ATAU PROYEK YANG MENGGUNAKAN
PIHAK KETIGA ATAU MENGGUNAKAN SUB KONTRAKTOR
Pasal 5
INSTRUKSI PERENCANAAN
Kontraktor harus mematuhi dan menepati segala instruksi yang diberikan oleh
Perencana dan Direksi Lapangan/Pengawas. Apabila dalam 7 ( tujuh ) hari, sesudah
menerima instruksi tertulis tersebut dari Perencana/Pengawas tidak dilaksanakan, maka
pekerjaan akan dialihkan dan ditangani oleh pihak lain, dengan biaya dibebankan kepada
Kontraktor (pertama).
Pasal 6
PERIJINAN
Pasal 7
PEMAKAIAN UKURAN
Pasal 8
PERATURAN-PERATURAN DAN SYARAT-SYARAT
YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN
Pasal 9
PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN (FIELD & LABORATORIUM TEST)
Semua material bangunan yang akan digunakan harus sesuai dengan ketentuan di
dalam Bestek. Untuk jenis material bangunan tertentu harus disertai pengetesan dan atau
surat pernyataan (sertifikasi/klasifikasi) instansi yang ditunjuk oleh Direksi untuk
kebutuhan tersebut. Pengawas menginstruksikan kepada Kontraktor untuk segera
mengeluarkan material-material yang ternyata tidak memenuhi Bestek. Semua biaya
yang diperlukan baik untuk field test ataupun “ Lab test ” menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
7
Pasal 10
TANGGUNG JAWAB ATAS PEKERJAAN YANG CACAT
(DEFECTS LIABILITY PERIOD)
Pasal 11
PERUBAHAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
4. Penyesuaian biaya :
Pasal 12
LAPORAN-LAPORAN
2. Setiap laporan harian pada tanggal yang sama harus diperiksa dan disetujui
kebenarannya oleh petugas-petugas Pengawas/Direksi Lapangan.
5. Salah satu tembusan laporan mingguan harus selalu berada ditempat pekerjaan
agar dapat diteliti kembali oleh Direksi Lapangan/Pengawas setiap saat.
Pasal 13
RAPAT RUTIN YANG BERSIFAT TEKNIS
Rapat rutin diadakan setiap minggu dan setiap bulan dipimpin oleh
Pengawas/Direksi Lapangan dan dihadiri oleh tenaga ahli Perencana, wakil dari Pemberi
Tugas, site manager dari Kontraktor dan wakil-wakil dari sub Kontraktor. Kontraktor dan
sub Kontraktor yang tidak menghadiri rapat-rapat teknis ini dianggap lalai dan dapat
dikenakan sangsi-sangsi.
Pasal 14
BAGAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN LAIN-LAIN
Pasal 15
AREAL PEKERJAAN DAN PENGGUNAANNYA
Pasal 16
KEAMANAN, KESELAMATAN MANUSIA/ BARANG DAN ASURANSI
2. Kontraktor bertanggung jawab atas biaya, kerugian ataupun tuntutan ganti rugi
(claim) yang diakibatkan oleh adanya peristiwa yang mengakibatkan lukanya atau
meninggalnya seseorang dalam melaksanakan pekerjaan tersebut bilamana hal itu
disebabkan oleh karena kelalaian Kontraktor.
5. Kontraktor harus senantiasa menyediakan air minum yang cukup bersih ditempat
pekerjaan untuk para pekerjanya.
Pasal 17
PENGAWASAN PEKERJAAN
2. Pengawas berhak pada setiap waktu bila dianggap perlu tanpa memberitahukan
sebelumnya untuk mengadakan inspeksi/pemeriksaan kepada Kontraktor atau sub
Kontraktor terhadap :
a. Jenis pekerjaan yang dipersiapkan di dalam atau di luar site.
b. Gudang-gudang penyimpanan.
c. Pengelolaan maupun sumber-sumbernya termasuk mutu bahan yang akan
digunakan.
4. Jika diperlukan pengawasan oleh Pengawas di luar jam kerja maka segala biaya
untuk itu menjadi beban Kontraktor.
Pasal 18
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN/PENYERAHAN PEKERJAAN
1. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang ditetapkan dalam surat
perjanjian. Penyerahan pertama harus dilaksanakan selambat-lambatnya pada tanggal
yang telah ditetapkan dalam surat perjanjian pemborongan sesuai dengan penjelasan
tentang waktu penyelesaian yang ditetapkan.
Pasal 19
KELAMBATAN DAN PERPANJANGAN WAKTU
Pasal 20
BERITA ACARA PRESTASI PEKERJAAN
BAB II
PERSYARATAN BAHAN BANGUNAN
Pasal 1
PERSYARATAN UMUM YANG BERLAKU
1. Penyebutan suatu merk dagang pada bestek ini adalah untuk keseragaman mutu
dan melindungi Pemberi Tugas dari suatu merk lain yang belum terkenal dan teruji
kualitasnya. Apabila terdapat perselisihan tentang merk/pemeriksaan bahan maka
Pengawas Lapangan berhak mengirimkan contoh-contoh bahan ke instansi terkait dan
segala biaya yang berhubungan dengan hal tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
2 Yang dimaksud bahan bangunan adalah semua bahan yang dipergunakan dalam
pelaksanaan sebagaimana tercantum dalam Bestek dan gambar.
3. Bahan yang datang sebelum diturunkan dari kendaraan pengangkut harus diperiksa
terlebih dahulu oleh Direksi (terutama bahan yang bervolume besar) untuk disetujui atau
ditolak/dikembalikan.
4. Dalam jangka waktu 2 x 24 jam, semua bahan yang dinyatakan ditolak oleh
Pengawas Lapangan supaya segera dikeluarkan dari proyek. Apabila bahan tersebut
masih tetap dipergunakan pelaksana maka Pengawas Lapangan berhak memerintahkan
membongkar.
Pasal 2
JENIS DAN MUTU BAHAN
1. Jenis dan mutu bahan yang dilaksanakan harus diutamakan bahan-bahan produksi
dalam negeri sesuai dengan keputusan bersama Menteri Perindustrian dan Menteri
Penertiban Aparatur Negara tanggal. 23 Desember 1980, Keppres 16/1994 dan Keppres
no. 24/1995.
7. Bila dalam uraian dan syarat-syarat disebutkan nama pabrik/produk dari suatu
barang maka ini hanya dimaksudkan untuk menunjukkan kualitas dan tipe dari barang-
barang yang dikehendaki Pemberi Tugas/Kalakgiat.
Pasal 3
PEMERIKSAAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
Pasal 4
AIR KERJA DAN LISTRIK KERJA
2 Apabila tidak mungkin atau tidak cukup air kerja yang didapat dari air minum
setempat maka Kontraktor harus dapat mengusahakan dari sumber lain yang memenuhi
persyaratan.
3 Khusus air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung
minyak, asam, garam-garam dan bahan-bahan organik atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak mutu beton, baja tulangan dan baja WF. Sebaiknya air yang
dipergunakan/dipakai adalah air bersih yang dapat diminum.
4. Penyediaan listrik untuk kerja diupayakan oleh Kontraktor dari listrik negara atau
sumber lain tanpa mengganggu lingkungan setempat.
Pasal 5
PASIR
Pasir yang dipergunakan untuk adukan harus pasir yang berkualitas baik dan harus
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam P.B.I. 1971.
1. Pasir beton.
a. Pasir beton adalah butiran-butiran mineral keras yang bentuknya mendekati
bulat dan ukuran butirannya sebagian besar terletak antara 0,75-5 mm, kadar
lumpur tidak boleh lebih dari 5%.
b. Pasir beton harus bersih tidak boleh mengandung zat organik yang dapat
mengurangi mutu beton sedang untuk beton dengan keawetan yang tinggi reaksi
pasir terhadap alkasit harus negatif.
2. Pasir cor. Berbutir sangat kasar tajam dan bersih dari lumpur .
3. Pasir pasang. Adukan pasir yang dipergunakan untuk adukan pasang dan
plesteran dengan syarat antara lain :
a. Butiran-butirannya harus tajam dan keras tidak dapat dihancurkan dengan
jari tangan serta kadar lumpurnya tidak boleh lebih tinggi dari 5%.
b. Untuk adukan plesteran dan adukan pasang butirannya harus lolos ayakan
yang berlubang persegi 3 mm.
4. Pasir urug. Pasir urug atau pasir pengisi dapat dipergunakan pasir biasa yang tidak
mengandung bahan-bahan organik ( sisa-sisa kayu, biji-bijian, akar-akar tanaman, daun-
daun, garam dan lain-lain ) serta tidak mengandung lumpur.
Pasal 6
KERIKIL UNTUK BETON
1. Kerikil yang dapat dipergunakan adalah jenis yang permukaannya kasar/jenis klos
atau andesit yang sudah dicuci. Besarnya butiran maksimum 2-3 cm. Apabila kerikil yang
dimaksud sukar untuk didapatkan maka diperbolehkan menggunakan batu pecah yang
16
sama ukurannya. kerikil-kerikil tersebut tidak boleh dicampur dengan batu cadas dan
dalam keadaan bersih serta tidak mengandung lumpur.
2. Kerikil ( agregat kasar ) diperiksa sesuai yang disyaratkan oleh peraturan umum
Bahan Bangunan/PUBBI serta Peraturan Beton Indonesia/PBI-1971.
Pasal 7
BATU BATA
1. Bentuk standard bata merah adalah prisma segi empat, bersudut siku-siku dan
tajam, permukaannya rata, pembakaran yang matang dan tidak menampakan adanya
retak-retak yang merugikan.
2. Ukuran standard bata merah pejal adalah seperti yang tertera dalam tabel dibawah
ini :
Pasal 8
BATU PECAH /SPLIT
1. Batu pecah yang dapat dipergunakan adalah jenis yang permukaannya kasar/jenis
klos atau andesit yang sudah dicuci. Besarnya butiran yaitu 2-3 cm. Batu pecah/split
tersebut tidak boleh dicampur dengan batu cadas dan dalam keadaan bersih serta tidak
mengandung lumpur.
2. Batu pecah/split diperiksa sesuai yang disyaratkan oleh peraturan umum Bahan
Bangunan/PUBBI serta Peraturan Beton Indonesia/PBI-1971.
Pasal 9
SEMEN
3. Semen yang telah disimpan lebih dari 4 ( empat ) bulan harus dites kembali
sebelum dipakai atau dipergunakan dengan dibawa ke Laboratorium pemeriksaan bahan-
bahan bangunan dan hasilnya segera dilaporkan kepada Pengawas Lapangan untuk
mendapatkan persetujuan, untuk ini segala pembiayaannya ditanggung oleh Kontraktor.
Pasal 10
BAJA BETON
1. Baja tulangan.
a. Bahan baja dalam segala hal harus memenuhi ketentuan dari PBI-1971
b. Baja tulangan harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak
boleh disimpan dialam terbuka atau jangka waktu yang lama. Penyimpangan untuk
masing-masing diameter harus dikelompokkan sendiri-sendiri.
c. Batang baja tulangan tidak mengandung serpihan-serpihan, lipatan-lipatan
retak, gelombang-gelombang atau cerna-cerna yang dalam atau tidak boleh
berlapis-lapis.
d. Ukuran diameter harus tepat dan sesuai gambar konstruksi yang sudah
ditentukan.
e. Penggunaan baja tulangan yang sudah jadi seperti steel wiremesh atau
yang semacam itu harus mendapat persetujuan Perencana/Pengawas.
f. Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1
mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.
2. Baja struktur/konstruksi.
a. Semua material untuk konstruksi baja harus menggunakan baja yang baru
dan merupakan “ Hot Rolled Structural Steel “ dan memenuhi mutu baja ST 37
(PPBBI-83) atau ASTM A36 atau SS 41 (JIS U 3001-1970).
b. Semua baja yang digunakan sesuai bentuk, ukuran dan ketebalannya serta
bebas dari karat, cacat karena tumbukan, tekuk atau puntir sesuai gambar
rencana.
c. Bahan pengikat seperti baut, mur, sekrup dan ring harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
Pasal 11
KERAMIK
1. Proses pembakaran harus sedemikian rupa, sehingga tidak dapat hancur apabila
direndam dalam air.
2. Tahan terhadap zat asam dan alkasit serta zat kimia lainnya.
3. Warna harus merata, baik masing-masing maupun terhadap yang lain dan
permukaannya harus rata/licin tanpa cacat serta harus keras.
Pasal 12
KACA
1. Kualitas kaca harus standard yang dikeluarkan dari pabrik yang telah disetujui
Direksi.
3. Jenis kaca yang dipergunakan adalah kaca es/buram ,kaca bening dan reiben
dengan ketebalan 3 atau 5 mm.
Pasal 13
ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
2. Kualitas kunci tanam yang dipergunakan adalah kualitas baik dan kuat, pengunci 2
(dua) kali.
Pasal 14
PERATURAN UMUM INSTALASI LISTRIK
1. SYARAT UMUM :
2. MEMILIH PERLENGKAPANNYA :
a. Dalam memilih perlengkapan instalasi listrik, termasuk juga menentukan
jenis ukuran, tegangan dan kemampuan harus diperhatikan hal berikut :
1) Kesesuaian dengan maksud pemasangan dan penggunaannya.
2) Kekuatan dan keawetannya, termasuk bagian yang dimaksudkan
untuk melindungi perlengkapan yang lain.
3) Keadaanya dan resistance isolasinya.
4) Pengaruh suhu, baik pada keadaan normal maupun abnormal.
5) Pengaruh bunga api.
b. Standar penggunaan material listrik & kabel yang diakui oleh SII dan LMK
PLN Untuk material : Berdasar surat Direktorat Jendral listrik dan Pemanfaatan
Energi No. 3441/45/640.2/2006 tanggal 2 Oktober 2006 Jenis dan ukuran kabel
yang dipakai untuk rumah tinggal, gedung dan kantor.
Dalam bangunan :
1) Untuk penerangan : Kabel yang digunakan
a) NYM : 2 X 2,5 mm2
b) NYM : 3 X 2,5 mm2
c) NYM : 4 X 2,5 mm2
Pasal 15
PENUTUP ATAP
Penutup atap bangunan gedung harus memenuhi ketentuan bahan yang diatur
SNI/SKNI/SKBI yang berlaku tentang bahan penutup galvalum dan spandex.
Pasal 16
PENUTUP PLAFOND ETERNIT, GYPSUM RANGKA HOLLOW STEEL DAN KAYU
1. Bahan eternit dan gypsum yang dipergunakan harus rata tidak lengkung dan tidak
cacat/ pecah-pecah, satu sama lain harus rata dan tidak bergelombang.
Pasal 18
LIST
2. Bahan tersebut harus lurus, rata, tidak cacat/pecah-pecah dan tidak lengkung.
Pasal 19
KAYU
Kayu harus berkualitas baik dengan ketentuan segala sifat dan kekurangan-
kekurangan yang berhubungan dengan pemakaiannya tidak akan merusak atau
mengurangi nilai konstruksi/bangunan. Kayu berdasarkan mutunya dibedakan dalam 2
(dua) macam, yaitu kayu kelas I dan kelas II.
Pasal 20
PAKU
Paku dibuat dengan kepala benam berbentuk bulat yang permukaan diatasnya
berpetak-petak dan bagian bawahnya miring, pada bagian luar diberi gurat-gurat sedang
bagian ujung yang runcing berbentuk tetrahedral yang konis.
Pasal 21
PIPA AIR
2. Pipa Galvanis. Galvanis Iron Pipa (GIP) harus menggunakan class medium dengan
ukuran yang dipergunakan diameter ½” sesuai dengan gambar rencana. Pipa untuk
instalasi dishwasher mempergunakan pipa dan perlengkapan pendukungnya adalah galva
steel (schedule 40) diameter ½”.
Pasal 22
PERLENGKAPAN SANITAIR
Pasal 23
CAT
1. Seluruh bahan cat ( besi, kayu dan tembok ) yang dipergunakan harus sesuai
dengan prototype dan berkualitas baik serta waktu tiba ditempat pekerjaan, harus masih
tertutup dalam kaleng aslinya.
23
2. Cat yang sudah siap dan segera dipakai tidak diperbolehkan mengandung
endapan-endapan yang sudah membatu dan sesudah diaduk dengan baik, harus menjadi
homogin serta dapat dicatkan dengan mudah, untuk pengecatan terdiri dari bagian
dinding, plafond dan kayu/kusen. Warna cat adalah asli dari kalengnya dan tidak boleh
mengadakan campuran dan bermacam-macam warna. Cat yang sudah disetujui warna
dan merknya harus diberitahukan kepada Pemberi Tugas, guna melaksanakan
pemeliharaan dikemudian hari dan sebelum dilaksanakan pekerjaan pengecatan
Kontraktor harus menunjukan contoh merk maupun jenis warnanya kepada Pengawas
Lapangan .
24
BAB III
PERSYARATAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pasal 1
PAGAR PENGAMAN
Pasal 2
PENJAGAAN
1. Kontraktor wajib mengadakan penjagaan yang baik dan terus menerus atas bahan,
peralatan, mesin-mesin dan alat-alat kerja yang disimpan ditempat pekerjaan (gudang
lapangan) selama berlangsungnya pekerjaan/pembangunan.
Pasal 3
PENERANGAN DAN SUMBER DAYA
Pada kantor, gudang dan los kerja dan tempat-tempat pelaksanaan pekerjaan yang
dianggap perlu harus diberi penerangan yang cukup. Daya listrik baik untuk penerangan,
sumberdaya kerja maupun untuk keperluan sistem pengetesan instalasi dan atau
percobaan berbeban dari sistem instalasi harus diusahakan oleh Kontraktor atas beban
dan biaya Kontraktor.
Pasal 4
KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN
1. Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kantor, gudang, los kerja dan bagian
dalam bangunan yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib, bebas dari bahan-bahan
bekas dan lain-lain. Kelalaian dalam hal ini dapat menyebabkan diberhentikannya
pekerjaan oleh Pengawas. Akibat dari seluruh hal itu menjadi tanggungan Kontraktor.
4. Penimbunan bahan-bahan yang ada di dalam maupun di luar gudang diatur agar
tidak mengganggu kelancaran dan keamanan/umum dan juga agar memudahkan
jalannya pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh Direksi maupun Pengawas.
25
Pasal 5
KEBERSIHAN DAN KELELUASAAN HALAMAN
1. Memudahkan pekerjaan.
2. Menjaga kebersihan dari sampah, kotoran bangunan (puing) dan air yang
menggenang.
Pasal 6
FASILITAS LAPANGAN
2. Air untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan dan semua petugas yang ada di
proyek.
4. Alat-alat PPPK.
Pasal 7
BANGUNAN SEMENTARA DAN DIREKSI KEET
Pasal 8
ALAT PERLENGKAPAN PEKERJAAN DAN TENAGA LAPANGAN
2. Penentuan siku-siku bangunan maupun level (elevasi ± 0,00) dan tegak lurusnya
bangunan harus ditentukan memakai alat yang tepat atau alat ukur (waterpass dan
theodolite).
.
3. Disamping itu juga harus menyediakan buku-buku laporan (harian, mingguan),
buku petunjuk alat-alat yang akan dipasang, tenaga kerja untuk memutuskan segala
sesuatunya di lapangan dan bertindak atas nama Kontraktor dan sub Kontraktor yang
bersangkutan.
Pasal 9
PENYIMPANAN BARANG-BARANG DAN MATERIAL
3. Jalan masuk ke tempat pekerjaan yang telah ditetapkan harus diadakan oleh
rekanan/Kontraktor pelaksana bilamana diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan dan
kepentingan proyek tanpa dimasukkan di dalam anggaran biaya/kontrak.
7. Material-material yang ditolak untuk dipakai supaya segera dikeluarkan dari lokasi,
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah pemberitahuan penolakan.
Pasal 10
BARANG CONTOH (SAMPLE)
Pasal 11
URAIAN PEKERJAAN
pompa air, pemadat (compactor) dan sebagainya yang diperlukan untuk pekerjaan
tersebut.
3. Gambar pekerjaan :
a. Gambar rencana pekerjaan yang terdiri dari gambar Bestek, gambar detail
konstruksi, gambar situasi dan sebagainya yang dilaksanakan oleh Perencana
telah disampaikan kepada rekanan/Kontraktor beserta dokumen dokumen lain.
Rekanan/Kontraktor tidak boleh mengubah atau menambah tanpa persetujuan
tertulis dari Kalakgiat. Gambar tersebut tidak boleh diberikan kepada pihak lain
yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan pemborongan ini atau
dipergunakan untuk maksud-maksud lain.
c. Untuk semua pekerjaan yang belum terdapat dalam gambar bestek baik
peyimpangan atau perubahan atas perintah Pemberi Tugas atau tidak,
Rekanan/Kontraktor harus membuat gambar kerja atau gambar penjelasan (shop
drawing) untuk mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas/Kalakgiat.
Pasal 12
PENGUJIAN ATAS MUTU PEKERJAAN
Pasal 13
GAMBAR-GAMBAR AS BUILT DRAWING DAN SHOP DRAWING
Pasal 14
PASS/SERTIFIKAT KONTRAKTOR DAN SUB-SUB KONTRAKTOR
Semua Kontraktor dan sub Kontraktor yang bertanggung jawab atas pekerjaan
pelaksanaan proyek ini, harus memiliki pas/sertifikat golongan tertinggi, diantaranya :
1. SIPP.
30
Pasal 15
FOTO-FOTO DOKUMENTASI PROYEK
3. Foto-foto dicetak dalam ukuran post card (dicetak berwarna), dicetak 3 set.
31
BAB IV
PERSYARATAN TEKNIS
Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan pada proyek ini adalah pekerjaan Rehab dan Renovasi TNI AD
TA. 2019 yang dilaksanakan sesuai gambar.
Pasal 2
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pekerjaan Persiapan adalah suatu pekerjaan awal yang merupakan satu kesatuan
pekerjaan yang tidak terpisahkan dari pekerjaan utama yang meliputi :
a. Kebutuhan air kerja.
b. Kebutuhan listrik kerja.
c. Pembuatan foto dokumentasi :
1) Saat permulaan pekerjaan ( 0 % ).
2) Setiap jenis/item pekerjaan ( proses dan finish ).
3) Setiap pengajuan pembayaran angsuran.
4) Setiap masa pemeliharaan berakhir.
5) Foto harus berwarna ukuran postcard sebanyak masing-masing 3
(tiga) lembar dan disusun dalam album dan diberi keterangan.
2. Pengukuran situasi.
a. Untuk pekerjaan pengukuran situasi ini, perlu diperhatikan rencana gambar
bestek.
b. Untuk menentukan ketepatan titik pondasi, titik sumbu konstruksi dan lain
lain, dipergunakan alat pengukur Theodolite (apabila diperlukan).
c. Titik sumbu pondasi, harus dipasang patok-patok dari kayu, yang
ditanamkan sedemikian rupa sehingga tidak bergerak dengan diberi cat merah .
3. Konstruksi bouwplank
a. Pekerjaan konstruksi bouwplank ini, perlu diperhatikan rencana gambar
bestek.
b. Untuk membantu ketepatan berdirinya bangunan/titik sumbu pondasi/tiang
konstruksi maka harus dibuat konstruksi bouwplank yang kuat/tidak dapat bergeser
karena pekerjaan disekitarnya.
c. Konstruksi bouwplank dibuat dari bahan papan berkualitas baik dengan
ukuran 2/20 cm dan kaso ukuran 4/6 atau kayu dolken Ø 10 cm panjang 1,5 meter
dengan ditanam sedemikian rupa, sehingga tidak mudah bergerak.
d. Papan bouwplank harus diratakan dibagian atas dengan jalan diketam
sehingga lurus.
e. Pembuatan konstruksi bouwplank dinyatakan selesai, bila mendapat
persetujuan Pengawas Lapangan .
f. Papan bouwplank bagian atas harus dibuat setinggi peil lantai ± 0.00.
32
Pasal 3
PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN
2. Yang dimaksud dengan pekerjaan galian tanah adalah semua pekerjaan galian
yang diperlukan untuk pondasi bangunan, sloof serta saluran-saluran air baik di dalam
maupun di luar gedung, termasuk perataan permukaan tanah sampai pada permukaan
tanah yang ditentukan dalam gambar kerja.
Pasal 4
PEKERJAAN PONDASI DAN BETON
1. Pekerjaan Beton :
a. Semua pekerjaan ini harus mengikuti Peraturan Beton Bertulang (PBI Th.
1971) sepanjang tidak diatur lain dalam spesifikasi ini.
33
b. Mutu beton bertulang struktural yang dipakai yaitu campuran 1 Pc: 2 Ps: 3Kr
atau K.225 kg/cm2 kecuali yang sudah disebutkan .
c. Untuk pekerjaan beton bertulang harus dipakai baja tulangan sesuai dengan
spesifikasi mutu U 32, U 24 sebagai tulangan Utama dan U 22 untuk begel.
d. Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1
mm.
e. Semua yang dipakai harus semen portland kelas 4 yang sesuai dengan
pengarahan yang ditetapkan dalam standard NI-8 atau ASTM C-150 type I. Dalam
hal ini yang digunakan adalah semen PC (setara Gresik atau merk lain) sesuai
dengan syarat-syarat ini yang telah mendapat persetujuan dari Direksi.
g. Tidak diijinkan memakai lebih dari satu macam/type semen untuk suatu jenis
pekerjaan.
i. Agregat kasar yang akan dipergunakan dapat terdiri koral atau batu pecah.
1) Banyaknya bahan-bahan yang merusak tersebut, tidak boleh melebihi
persyaratan maksimum, yang diatur oleh PBI-1971 atau SK SNI.
2) Agregat yang dipakai hendaknya berbentuk baik, keras, padat, awet
dan tidak berpori-pori.
3) Agregat kasar harus mempunyai gradasi yang baik jika disaring
dengan saringan standard harus sesuai dengan standard Indonesia untuk
beton (PBI) 1971 atau SK SNI.
4) Ukuran maksimum agregat kasar tidak melebihi 4 cm, dan jika
gradasi tidak sesuai, maka Kontraktor harus menyaring atau mengolah
kembali bahan, dan jika diperlukan agregat harus dicuci.
34
j. Air yang dipakai untuk pekerjaan beton harus bebas dari lumpur, minyak,
asam, garam, bahan-bahan organik dan kotoran-kotoran lain-lain dalam jumlah
yang merusak. Kecuali air yang berasal dari PDAM maka sebelum dipakai untuk
pekerjaan beton ini, air harus diperiksa atau diuji apakah sesuai atau tidak dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh PBI-1971 atau SK SNI.
o. Pengangkutan beton:
1) Beton harus diangkut dari mixer ketempat pengecoran dalam
container yang kedap air dengan secepatnya dan dituangkan pada
bekesting secara hati-hati tanpa menimbulkan pemisahan-pemisahan
bagian-bagian campuran.
2) Beton harus diangkut sedemikian rupa sehingga dapat dicegah
perubahan konsisten beton.
q. Bekisting
1) Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga beton dapat dengan
baik ditempatkan, dipadatkan dan tidak terjadi perubahan bentuk acuan
selama pengerasan beton berlangsung.
2) Rencana (design) seluruh cetakan/acuan menjadi tanggung jawab
Kontraktor dan untuk acuan tertentu terlebih dahulu harus diajukan ke tim
Pengawas/ Direksi untuk mendapatkan persetujuan sebelum rencana acuan
dilaksanakan.
3) Bahan acuan dapat berupa papan-papan bekisting ukuran 3/20 atau
plywood tebal 9 mm serta diperkuat dengan penguat dari kayu/balok ukuran
4/6 atau 5/7 atau cetakan dari plat baja yang dapat dipergunakan secara
berulang-ulang.
4) Permukaan cetakan harus dibasahi terlebih dahulu dengan air
kemudian diberi lapisan minyak ( form oil) supaya tidak terjadi penyerapan
air semen pada beton yang baru dituangkan dan kemudian untuk mencegah
lekatnya beton pada cetakan.
5) Penggunaan minyak harus hati-hati jangan sampai besi tulangan dan
beugel terkena minyak karena akan mengurangi daya lekat beton dengan
tulangan.
6) Acuan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan
kubus yang cukup untuk memikul 2 x berat sendiri.
7) Perlu ditekankan bahwa tanggung jawab keamanan konstruksi
selama pelaksanaan adalah Kontraktor harus meminta ijin kepada
Pengawas/ Direksi bilamana bermaksud akan membongkar cetakan.
37
s. Pemeliharaan Beton.
1) Waktu dan cara pembukaan cetakan harus sesuai dengan
petunjuk/persetujuan Direksi. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati
untuk menghindari kerusakan-kerusakan pada beton.
2) Pada permukaan-permukaan beton yang tidak beraturan harus
segera diperbaiki sampai disetujui oleh Direksi dan dilakukan oleh tukang
yang ahli.
3) Setelah pengecoran (beton telah mengeras) maka seluruh
permukaan beton min 3 kali sehari harus dibasahi/disiram air dan apabila
matahari bersinar terik maka permukaan beton tersebut harus
ditutupi/dilindungi sehingga tidak terkena panas matahari yang berlebihan.
Pasal 5
PEKERJAAN PASANGAN BATA
1. Lingkup pekerjaan
a. Yang termasuk dalam pekerjaan ini ialah penyediaan tenaga, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
b. Pekerjaan pasangan bata yang dimaksud adalah semua pekerjaan
pasangan bata merah yang ada dalam gambar kerja atau sesuai petunjuk Direksi
Lapangan dengan campuran 1:4.
f. Pasangan dinding bata yang menempel pada beton harus diangker pada
beton tersebut, dan dalam proses pengeringannya, pasangan harus selalu
dibasahi.
g. Semua keperluan pekerjaan listrik, pemipaan, dll yang berkaitan dengan
pekerjaan Pasangan bata harus dipersiapkan sesuai dengan gambar dan semua
dinding bata harus difinish dengan plesteran, kecuali disebutkan lain dalam
gambar.
Pasal 6
PEKERJAAN PLESTERAN
1. Lingkup pekerjaan
a. Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah menyediakan tenaga kerja,
bahan-bahan,peralatan berikut alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk
terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
b. Pekerjaan plesteran ini meliputi semua plesteran permukaan pasangan bata
dan beton yang terlihat ataupun yang diperlukan untuk di finish.
c. Pekerjaan plesteran yang dilaksanakan adalah plesteran biasa dan acian.
2. Pelaksanaan pekerjaan :
a. Sebelum diplester bidang dinding harus dibasahi terlebih dahulu sampai
jenuh, agar adukan dapat melekat dengan baik.
b. Untuk pekerjaan plesteran dinding bata biasa dipergunakan adukan 1pc : 4
ps sedangkan untuk plesteran dinding trasraam 1pc : 3 ps .
c. Untuk plesteran beton dipergunakan 1 pc : 2 ps setelah dipermukaan beton
yang akan diplester dikasarkan terlebih dahulu dan disiram dengan air semen.
d. Semua pekerjaan plesteran dikerjakan dengan teknik sempurna, bidang-
bidangnya rata, tegak lurus/siku terhadap bidang lainnya kemudian diaci atau
dihaluskan permukaannya dengan digosok sampai licin. Agar didapat bidang
plesteran yang rata permukaannya maka dalam pelaksanaannya Pemborong harus
menginstruksikan kepada tukang batu agar membuat kepala-kepala plesteran
setiap bidangnya.
e. Pada setiap plesteran yang bertemu dengan kusen pintu dan jendela
/bouvenlight agar dibuat tali air dengan lebar dan dalam 1 cm.
3. Campuran plesteran
a. Untuk pencampuran bahan adukan semen instan, digunakan mesin mixing
sehingga pencampuran dapat lebih sempurna. Adukan semen instan dicampur
dengan air dengan komposisi sesuai produk. Air ditambahkan secara bertahap
kedalam mesin mixing, dan aduk sampai rata selama 3 – 4 menit.
b. Semua campuran aduk plesteran harus benar-benar tercampur rata dan
homogen.
c. Untuk semua bidang kedap air, beton, bagian luar dari pasangan dinding
dan semua pasangan batu bata bagian dalam pada daerah basah dipakai aduk
plesteran kedap air dengan campuran 1 pc : 3 pasir, atau adukan readymix mortar.
40
4. Pemeliharaan
a. Selama pemasangan bata, beton belum difinish, Kontraktor wajib
memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran
bahan-bahan lainnya.
b. Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab Kontraktor dan wajib
memperbaikinya.
c. Tidak diperkenankan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum
plesteran berumur lebih dari dua (2) minggu, cukup kering dan bersih dari noda
seperti yang diisyaratkan.
Pasal 7
PEKERJAAN ATAP DAN PLAFOND
Pasal 8
PEKERJAAN KUSEN DAN PINTU
1. Persiapan.
a. Sebelum dimulai pekerjaan ini, Kontraktor wajib meneliti kembali bentuk,
letak ukuran dari masing-masing kusen dan pintu yang akan dikerjakan.
41
3. Perlengkapan kusen dan pintu sudah termasuk dalam paket kusen dan pintu.
4. Sebelum pekerjaan diserahkan permukaan kusen harus bersih dari segala kotoran
atau noda-noda.
Pasal 9
PEKERJAAN PENGGANTUNG DAN KUNCI-KUNCI
1. Pekerjaan ini meliputi pemasangan engsel pintu, grendel pintu, grendel jendela,
dan pemasangan kunci pada pintu merk Bolzano, Binoche atau merk lain yang disetujui
oleh Direksi.
2. Alat - alat kunci dan engsel serta lainnya harus berkualitas baik dan dipasang
dengan menggunakan baut sekrup, dikerjakan dengan rapi dan tidak diperkenankan
menggunakan paku.
3. Semua daun pintu dipasang dengan engsel Uk. 4” (minimal 3 buah) dan daun
jendela dipasang engsel Uk. 3” (minimal 2 buah).
4. Engsel atas dipasang ± 28 cm (as) dari permukaan atas pintu, engsel bawah
dipasang ± 32 cm (as) dari permukaan bawah pintu dan engsel tengah dipasang
ditengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
5. Untuk pintu KM/WC, engsel atas dan bawah dipasang ± 28 cm (as) dari permukaan
pintu, engsel tengah dipasang di tengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
7. Semua bahan - bahan yang diperlukan selain berkualitas dan bermutu baik juga
harus mendapat persetujuan dari Direksi.
42
8. Semua daun jendela diperlengkapi dengan grendel pendek kualitas baik dengan
merk Binoche, Bolzano atau merk lain yang disetujui Direksi.
9. Semua perlengkapan pintu dan jendela harus dikerjakan dengan rapi dan
sempuna.
Pasal 10
PEKERJAAN KERAMIK
5. Persyaratan Pelaksanaan
a. Permukaan lantai yang akan dipasang keramik, disyaratkan harus keras,
bersih, bebas alkali, asam maupun bahan organik lainnya. Tebal screed lantai
harus sesuai dengan yang disyaratkan, rata permukaannya dan di waterpass.
b. Pemasangan ubin keramik harus menggunakan bahan adukan yang terdiri
dari PC setebal 2 cm atau aduk perekat semen instant, dengan ketebalan
maksimal 0.7mm. Sewaktu pemasangan bagian bawah ubin harus terisi padat
dengan semen.
c. Pemasangan ubin keramik harus benar-benar rata, tidak berombak, tidak
menonjol, dan tidak miring.
d. Garis-garis siar harus lurus baik vertikal maupun horizontal (waterpass).
Jarak siar harus sekecil mungkin, untuk granit tidak lebih dari 1 mm dan untuk
keramik tidak lebih dari 4 mm. Untuk mengisi siar digunakan bahan pasta semen
dengan warna sesuai warna keramik. Pengisian/ pengecoran siar dilakukan paling
cepat 24 jam setelah ubin dipasang dan ubin sudah benar-benar kuat melekat pada
lantai. Siar-siar sebelum dicor harus bersih dari debu dan kotoran lain.
e. Selama masa pengeringan yaitu 3 x 24 jam setelah pemasangan ubin,
bidang ubin tidak boleh diinjak/ diberi beban apapun.
f. Bahan ubin keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih.
43
g. Kotoran semen dan lainnya yang menempel pada permukaan ubin harus
dibersihkan sebelum menjadi keras/kering.
h. Setelah selesai pemasangan ubin dibersihkan dengan lap basah atau bahan
pembersih lunak yang ada di pasaran.
i. Sebelum melakukan pemasangan, Kontraktor harus menentukan awal
pemasangan dan pemotongan untuk mendapat persetujuan Direksi Lapangan.
j. Bila diperlukan pemotongan ubin keramik, maka harus digunakan alat
pemotong khusus sesuai dengan petunjuk pabrik.
6. Pasir yang dipakai mempunyai gradasi 2 mm dan harus benar-benar bersih bila
perlu dicuci dan disaring.
7. Pada saat pemasangan keramik harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat atau
ternoda.
8. Pola pemasangan keramik, warna dan ukuran harus sesuai dengan gambar atau
sesuai dengan petunjuk Direksi.
9. Pemasangan keramik lantai untuk daerah basah diturunkan 5 cm dari peil lantai
sekitarnya atau sesuai dengan gambar.
10. Sewaktu keramik dipasang, seluruh rongga pada permukaan keramik bagian
belakang harus terisi dengan adukan.
11. Pemasangan keramik harus benar-benar rata dengan memperhatikan peil finish
baik untuk lantai maupun dinding.
12. Setelah selesai pemasangan, lantai keramik harus terlindungi dari kemungkinan
cacat yang diakibatkan dari pelaksanaan pekerjaan lain.
13. Bila terjadi kerusakan, keramik harus diperbaiki dengan tidak mengurangi mutu
pekerjaan yang lain dan biaya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Pasal 11
PEKERJAAN SANITAIR
1. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan instalasi perpipaan berupa instalasi air bersih dan
air kotor, kloset jongkok ,pembuangan septictank biofi lengkap, pasang kran air, pasang
floor drain steenlist, meja dapur lapis keramik dan pasang bak mandi.
2. Instalasi air di luar bangunan dipasang sesuai gambar, jenis pipa yang digunakan
adalah pipa PVC.
3. Instalasi air dalam bangunan dipakai PVC 1/2" dan 3/4", sambungan harus benar-
benar rapat (tidak bocor) khususnya yang tertanam dalam dinding/ lantai bangunan.
44
4. Pipa distribusi air bersih dipakai bahan PVC ukuran 3/4 “ untuk pipa utama dan 1/2”
untuk pipa pembagi.
7. Pipa pembuangan air sisa dari floordrain menggunakan pipa PVC 3” letaknya
disesuaikan dengan gambar detail.
8. Pemasangan kran dengan merk yang standard atau petunjuk Direksi Lapangan.
15. Pipa penghubung lobang kloset dengan septictank dibuat dari pipa PVC 4”
disesuaikan dengan gambar detail.
16. Septictank harus ada resapan (rembesan) dan letak septictank sebelum digali
harus seijin Direksi Lapangan terlebih dahulu.
Pasal 12
PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRICAL
2. Peraturan umum.
a. Persyaratan Pelaksana Pekerjaan listrik.
1) Harus mempunyai SIK-PLN golongan C yang masih berlaku.
2) Harus dapat disetujui oleh Pemberi Tugas/Direksi/Pengawas.
3) Mengikuti aturan Puil (Peraturan umum instalasi listrik ) & PLN.
b. Semua instalasi penerangan dan stop kontak menggunakan sistem 3 core
dimana core ketiga merupakan jaringan pentanahan disatukan ke panel listrik.
c. Sistem tegangan listrik 380 Volt – 3 fase – 50 Hz atau 220 Volt – 1 fase 50
Hz.
45
b. Syarat-syarat fisik.
1) Bahan atau peralatan dari kualifikasi atau type yang sama, diminta
merk atau terbuat oleh pabrik yang sama.
2) Dalam setiap hal, suatu bagian atau suku-suku dari peralatan yang
jumlahnya jelas ditentukan, maka jumlah tersebut harus tetap lengkap setiap
kali peralatan tersebut diperlukan, sehingga merupakan unit yang lengkap.
3) Bila suatu bahan atau peralatan disebutkan pabrik atau merknya, hal
ini dimaksudkan untuk mengikat mutu, type Perencanaan dan karakteristik.
e. Panel Listrik.
1) Umum.
a) Tegangan kerja :380 volt – 3 fase – 50 Hz.
b) Interupsting capacity untuk main breaker 40 KA dan cabang-
cabangnya minimal 25 KA.
c) Jenis panel indoor freestanding dengan pintu.
d) Lalu lintas kabel :
(1) Masuk dari bawah.
(2) Keluar dari bawah.
e) Gambar detail harus dibuat oleh Kontraktor dan disetujui oleh
Direksi/Pengawas sebelum pembuatan.
2) Pemutusan Daya.
a) Rated breaking capacity pada 380 volt – 3 fase – AC tidak
kurang dari 25 KA.
b) Release harus mengandung :
(1) Thermal overload releas.
(2) Magnetic short cicuit release (mempunyai sistem range).
(3) Under voltage release khusus untuk main breaker dari
tran former dengan motor dan timer mechanism.
5) Instalasi listrik.
a) Instalasi penerangan menggunakan kabel NYM 2 x 2,5 mm2.
b) Instalasi stop kontak menggunakan kabel NYM 3 x 2,5 mm2.
c) Instalasi luar ruangan menggunakan kabel LVTC.
48
1) Pemasangan di permukaan.
a) Semua kabel harus dipasang pada kabel tray atau dipasang di
permukaan dengan klem dan pendukung-pendukung yang sesuai
dengan konduit. Kabel tray harus berlubang dan digalvanisir setelah
dilubangi dan dipasang di permukaan dengan pendukung khusus
yang dicat dengan anti karat.
b) Semua kabel harus lurus/sejajar dengan jari-jari lengkungnya
tidak boleh kurang dari syarat-syarat pabrik.
c) Untuk ujung penyambungan baik ke panel ataupun ke mesin
harus lengkap dengan kabel schoen/terminal.
2) Penyambungan Kabel.
a) Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-
kotak penyambungan.
b) Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan warna-warna
atau nama masing-masing dan harus diadakan pengetesan-
pengetesan tahanan isolasi dimana penyambungan dilakukan.
c) Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan
penyambung-penyambung dengan ukuran yang sesuai.
d) Penyambungan pada kabel yang berisolasi karet atau PVC
harus disolasi dengan pipa karet atau PVC.
e) Semua penyambungan kabel tegangan tinggi harus diawasi
oleh ahli dari PLN atau jawatan lain yang sederajat dengan biaya
Kontraktor.
f) Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus
memenuhi persyaratan SII dan SPLN. Semua kabel/kawat harus
dalam keadaan baru dan harus jelas mengenai ukuran, jenis kabel,
nomor dan jenis pintalannya. Semua kawat dengan penampang 6
mm2 keatas harus dari bahan terpilih ( standar ).
3) Splice/Pencabangan.
Tidak diperkenankan adanya splice ataupun sambungan-sambungan
baik dalam feeder maupun cabang-cabang kecuali pada outlet atau kotak-
kotak penghubung yang dapat dicapai (acessible). Sambungan pada kabel
circuit cabang harus dibuat secara mekanis dan harus teguh secara elektrik
dengan cara-cara “solderless conector”. Dalam membuat “splice” conector
harus dihubungkan pada sambungan, tidak ada kabel-kabel telanjang yang
kelihatan.
b. Instalasi Saklar.
1) Saklar-saklar dari jenis locker mekanis dengan rating 10A/13A, 250 V,
pada umumnya dipasang inbouw kecuali disebutkan lain pada gambar. Jika
tidak ditentukan lain, saklar-saklar tersebut bingkainya harus dipasang rata
pada tembok dengan ketinggian 150 cm diatas lantai yang sudah selesai
kecuali ditentukan lain oleh Direksi. Saklar-saklar tersebut harus dipasang
dalam kotak- kotak dan ring stelannya yang standar dilengkapi dengan tutup
persegi. Sambungan-sambungan hanya diperbolehkan antara kotak-kotak
yang bersekatan.
2) Stop Kontak. Stop kontak adalah dengan type yang memakai earthing
contact dengan rating sesuai dengan gambar dan besaran alat yang
dilayani. Semua pasangan stop kontak harus diberi saluran ke tanah
(grounding). Stop kontak harus dipasang rata dengan permukaan dinding
dengan ketinggian 150 cm dari atas lantai yang sudah selesai, atau
menyesuaikan di lapangan.
Pasal 13
PEKERJAAN INSTALASI AIR
2. Persyaratan Pemasangan.
a. Umum.
1) Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin
kebersihan, kerapihan, ketinggian yang benar, serta memperkecil
banyaknya penyilangan.
2) Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak
kurang dari 50 mm diantara pipa-pipa atau dengan bangunan dan peralatan.
3) Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti
sebelum dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda
tajam/runcing serta penghalang lainnya.
4) Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup
yang diperlukan antara lain katup penutup, pengatur, katup balik dan
sebagainya, sesuai dengan fungsi sistem dan yang diperlihatkan di gambar/
shop drawing yang telah disetujui Direksi Lapangan.
5) Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus
dilengkapi dengan UNION atau FLANGE.
6) Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan-
sambungan cabang pada pekerjaan perpipaan harus mempergunakan fitting
buatan pabrik.
7) Kemiringan menurun dari pekerjaan perpipaan air limbah harus
seperti berikut, kecuali seperti diperlihatkan dalam gambar/ shop drawing
yang telah disetujui Direksi Lapangan.
a) Dibagian dalam bangunan. Dia. 150 mm atau lebih kecil 1 %
b) Dibagian luar bangunan :
- Diameter 150 mm atau lebih kecil 1 %.
- Diameter 200 mm atau lebih besar 1 %.
8) Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun kearah
titik buangan. Drains dan Vents harus disediakan guna mempermudah
pengisian maupun pengurasan.
9) Katup (valves) dan saringan (stainers) harus mudah dicapai untuk
pemeliharaan dan penggantian. Pegangan katup (valve handled) tidak boleh
menukik.
52
b. Kecuali jika tidak terdapat dalam spesifikasi, pipe sleeves harus disediakan
dimana pipa-pipa menembus dinding-dinding, lantai balok, kolom atau langit-langit.
Dimana pipa-pipa melalui dinding tahan api, ruang-ruang kosong diantara sleeves
dan pipa-pipa harus dipakai dengan bahan rockwool 15 kg/m3. Selama
pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam pekerjaan
pemipaan yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan, ditutup dengan menggunakan
caps atau plugs untuk mencegah masuknya benda-benda lain.
c. Sambungan.
1) Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan sambungan
ulir berlaku untuk ukuran sampai dengan 40 mm.
2) Kedalaman ulir pada pipa-pipa harus dibuat sehingga fitting dapat
masuk pada pipa dengan diputar tangan sebanyak 3 kali.
3) Semua sambungan ulir harus menggunakan perapat henep dan
zinkwite dengan campuran minyak.
4) Semua pemotongan pipa harus memakai pipa cutter dengan pisau
roda.
5) Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas cutter.
6) Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.
d. Sambungan Lem.
1) Penyambungan antara pipa dan fitting PVC, mempergunakan lem
yang sesuai dengan jenis pipa, sesuai rekomendasi dari pabrik pipa.
2) Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, maka untuk ini harus
dipergunakan alat pres khusus. Selain itu pemotongan pipa harus
menggunakan alat pemotong khusus agar pemotongan pipa dapat tegak
lurus terhadap batang pipa.
3) Cara penyambungan lebih lanjut dan terinci harus mengikuti
spesifikasi dari pabrik pipa.
e. Sleeves.
1) Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa
tersebut menembus konstruksi beton.
53
f. Pembersihan.
Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan,
pemipaan disetiap service harus dibersihkan dengan seksama, menggunakan
cara-cara/metoda-metoda yang disetujui sampai semua benda-benda asing
disingkirkan.
3. Pengujian.
a. Sistem Air Bersih.
1) Kalau tidak dinyatakan lain, semua pemipaan harus diuji dengan
tekanan air dibawah tekanan tidak kurang dari tekanan kerja ditambah 50
% atau 10 kg/cm dan tidak lebih tinggi dalam jangka waktu 1 jam.
2) Kebocoran-kebocoran harus diperbaiki dan pekerjaan pemipaan
harus diuji kembali.
3) Peralatan-peralatan yang rusak akibat uji tekanan harus dilepas
(diputus) dari hubungan-hubungannya selama uji tekanan berlangsung.
.
b. Sistem Air Limbah.
1) Pipa-pipa bertekanan harus diuji dengan tekanan air sebesar tekanan
kerja ditambah 50 % atau 8 kg/cm2 selama 1 jam.
2) Pipa-pipa gravitasi harus diuji dengan tekanan statis sebesar 3.0
meter diatas titik tertinggi selama 1 jam.
Pasal 14
PEKERJAAN JALAN
a. Ukuran-ukuran Bahan :
1) Batu pecah/split : 3/5 cm ukuran padat ( setelah digiling )
2) Batu pecah/split : 2/3 cm ukuran padat ( setelah digiling )
54
b. Pelaksanaan :
1) Setelah lapisan split dipasang, mulai digiling sampai padat.
2) Pemadatan dilakukan dengan Vibro tiga roda berat 25 ton, lalu
lapis batu pokok digilas kering sehingga cukup padat ( tidak perlu sampai
matang betul ).
3) Penyiraman pertama kali aspal 60/70 dengan menggunakan aspal
dipanaskan hingga 120 – 170 C, jumlah aspal yang disiramkan sesuai
dengan kebutuhan ( tiap-tiap tebal 1 Cm + 1 kg aspal/ m2.
Pasal 15
PEKERJAAN PEMBUATAN RABAT
Pasal 16
PEKERJAAN SALURAN AIR
2. Untuk saluran yang melintasi jalan di buat plat duikers dengan cor beton bertulang
tebal 15 cm dengan campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Krl dengan ukuran sesuai gambar.
Pasal 17
PEKERJAAN PENGECATAN
3. Pelaksanaan :
a. Semua bagian yang akan dicat harus dalam keadaan bersih dari segala
macam kotoran. Sebelum pekerjaan dimulai lubang-lubang dan retak-retak di tutup
dengan dempul terlebih dahulu, kemudian digosok dengan amplas sampai rata
baru dipoles, minimal 3 ( tiga ) kali.
b. Pengecatan minimal dilakukan 2 kali sampai baik dan rata dengan
menggunakan roller 20 cm atau dengan cara lain yang telah disetujui oleh Direksi.
c. Lapisan kedua baru boleh dilaksanakan setelah lewat minimum 12 jam dari
lapisan pertama.
4. Pekerjaan cat ini harus dikerjakan/dilaksanakan dengan tenaga yang sudah ahli
dan apabila diperlukan, Kontraktor wajib menambah lapisan pengecatan, sehingga
dianggap sempurna oleh Pengawas Lapangan , serta diharuskan menyerahkan contoh-
contoh cat untuk mendapatkan persetujuan.
56
Pasal 18
PERUBAHAN-PERUBAHAN
Apabila ada perubahan dari ketentuan-ketentuan di atas karena sesuatu hal harus
seijin Kalakgiat.
Pasal 19
PENUTUP
2. Demikian bestek ini dibuat untuk menjadi pedoman bagi pelaksanaan pekerjaan
Rehab di Akademi Militer.