Anda di halaman 1dari 57

AKADEMI MILITER 1

STAF DIREKTUR PEMBINAAN LEMBAGA

PERSYARATAN UMUM DAN SPESIFIKASI TEKNIS


PENGADAAN JASA KONSTRUKSI

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
PEMBERI TUGAS

1. Pemberi Tugas adalah Gubernur Akademi Militer yang dalam hal ini diwakili oleh
Dirbinlem Akademi Militer selaku PPK.

2. Pemberi Tugas dapat mengambil alih secara sepihak pekerjaan tersebut dengan
hanya memberitahukan secara tertulis kepada Pemborong dan biaya penyelesaian
pekerjaan selanjutnya akan dibebankan kepada Pemborong bila :

a. Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak penanda tanganan kontrak (surat
perjanjian pemborongan), Pemborong belum memulai pekerjaan tersebut.

b. Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan berturut-turut tidak melakukan pekerjaan


pembangunan atau melalaikan perintah/tegoran (yang sesuai Bestek) dari
Pengawas.

c. Secara langsung atau tidak langsung, dengan sengaja memperlambat


penyelesaian pekerjaan tersebut.

d. Memberi keterangan tidak benar yang bisa dan dapat merugikan Pemberi
Tugas.

e. Melanggar/menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam


surat perjanjian, gambar-gambar, persyaratan umum dan Spektek pengadaan jasa
konstruksi.

f. Pekerjaan terlambat dan tidak sesuai dengan rencana waktu pelaksanaan


(Time Schedule) yang telah disetujui Direksi, yang mana jika diperhitungkan denda
keterlambatan tersebut melebihi 5 % dari harga pemborongan.
2

Pasal 2
DIREKSI

1. Direksi adalah tim yang dipimpin oleh Perwira Zeni yang berdasarkan surat
perintah Dirbinlem Akmil, bertugas menjamin dan menjaga agar kegiatan pembangunan
proyek senantiasa sesuai rencana, mutu dan sasaran yang telah ditetapkan.

2. Direksi dapat diwakili satu orang atau lebih untuk diberi tugas sebagai Pengawas
Lapangan sehari-hari yang bertugas mengawasi pada seluruh pelaksanaan pekerjaan
atau sebagian, selanjutnya Kontraktor akan diberitahukan secara tertulis.

3. Peraturan dan petunjuk oleh orang-orang tersebut nomor 1, akan dianggap sebagai
yang dikeluarkan oleh Direksi itu sendiri, sejauh peraturan-peraturan/petunjuk-
petunjuk itu tidak menyimpang dari syarat-syarat pekerjaan.

4. Dalam perselisihan-perselisihan dengan petugas tersebut nomor 1, Pemborong


dapat meminta keputusan Kalakgiat.

Pasal 3
PELAKSANA ATAU KONTRAKTOR

1. Kontraktor adalah suatu badan usaha atau perusahaan yang memenangkan


pelelangan dan akan bertanggung jawab dalam penyelesaian seluruh pekerjaan
sebagaimana diatur dalam surat perjanjian.

2. Untuk melaksanakan pekerjaan maka pihak Kontraktor dapat menunjuk pelaksana


lapangan/sub Kontraktor yang dikuasakan untuk melaksanakan pekerjaan dengan
memberitahukan secara resmi kepada Kalakgiat, beserta seluruh perjanjian yang
dibuatnya. Namun penunjukan tersebut tidak melepaskan tanggung jawab pelaksanaan
oleh Kontraktor.

3. Kontraktor harus menempatkan seorang penanggung jawab pelaksana


berpendidikan minimal Sarjana atau yang setara (disesuaikan pekerjaan yang
dilaksanakan), ahli dan berpengalaman yaitu sarjana Teknik Sipil atau Teknik Arsitektur
sebagai Site Manager dan harus selalu berada di lapangan. Penanggung jawab
pelaksana bertindak sebagai wakil Kontraktor di lapangan dan mempunyai kemampuan
untuk memberikan keputusan-keputusan teknis dan bertanggung jawab penuh di
lapangan. Semua langkah dan tindakannya oleh Pemberi Tugas dan atau Direksi
Lapangan dianggap sebagai langkah dan tindakan Kontraktor.
3

4. Kewajiban Kontraktor :

a. Kontraktor diwajibkan pada setiap saat menjaga disiplin dan tata tertib
terhadap semua buruh pegawai termasuk pengurusan bahan-bahan yang berada
di bawahnya. Siapapun diantara mereka yang melanggar terhadap peraturan,
mengganggu atau merusak ketertiban, berlaku tidak senonoh, melakukan
perbuatan yang merugikan pelaksanaan pembangunan harus segera dikeluarkan
dari tempat pekerjaan atas perintah Direksi Lapangan/Pengawas.

b. Kontraktor diwajibkan menyelesaikan pekerjaannya dalam keadaan baik dan


selesai 100 % dalam waktu yang ditentukan dalam surat perjanjian Pemborongan
terhitung sejak penandatanganan kontrak (surat perjanjian pemborongan).

c. Apabila ternyata di dalam gambar-gambar terdapat perbedaan-perbedaan


atau penyimpangan-penyimpangan dengan apa yang telah tercantum di dalam
surat perjanjian sehingga akan menimbulkan keraguan dalam pelaksanaan,
Kontraktor harus memberitahukan hal ini kepada Direksi Lapangan/Pengawas
untuk diadakan penyelesaian.

d. Apabila terdapat perbedaan antara gambar-gambar dengan ketentuan-


ketentuan di dalam rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan (RKS) ini maka
keputusan yang mengikat adalah perintah Direksi Lapangan yang sudah disetujui
oleh Kalakgiat.

e. Yang dimaksud dengan gambar adalah gambar-gambar pelaksanaan,


gambar kerja, gambar-gambar detail, dan gambar-gambar lainnya yang dibuat
untuk pekerjaan ini sebelum atau pada saat pekerjaan pelaksanaan berlangsung.
Apabila terdapat perbedaan antara gambar-gambar tersebut maka gambar-gambar
yang berskala besarlah yang mengikat.

f. Apabila pada waktu pelaksanaan pekerjaan diadakan perubahan-perubahan


dalam penggunaan jenis bahan, peralatan mesin, ukuran-ukuran serta konstruksi,
Pemborong diwajibkan menyerahkan 2 (dua) set gambar-gambar perubahan yang
dikerjakan diatas cetakan gambar asli dengan perubahan dikerjakan dengan tinta
hijau.

g. Kontraktor harus menyediakan sedikitnya 1 (satu) set copy surat perjanjian,


gambar-gambar pelaksanaan dan Bestek ditempat pekerjaan dalam keadaan yang
tetap rapih dan bersih dan dapat dilihat setiap saat oleh Pemberi Tugas, Direksi
ataupun petugas-petugas lain.

h. Atas perintah Direksi Lapangan kepada Kontraktor dapat dimintakan


gambar-gambar penjelasan dan perincian atas bagian-bagian pekerjaan khusus
(Shop Drawing), semuanya atas beban Kontraktor, gambar-gambar tersebut yang
4

telah dibubuhi tanda-tanda persetujuan dari Direksi Lapangan/Pengawas


selanjutnya dianggap sebagai gambar pelengkap dari Perencana.

i. Kontraktor wajib mempelajari dan memahami semua undang-undang,


peraturan-peraturan, persyaratan-persyaratan umum maupun suplemennya,
persyaratan standar internasional dan persyaratan lainnya serta segala petunjuk-
petunjuk tertulis lainnya yang dikeluarkan oleh panitia lelang.

j. Kontraktor dapat meminta penjelasan kepada Direksi Lapangan/Pengawas,


perencanaan atau pihak lain yang ditunjuk bilamana menurut pendapatnya ada
bagian-bagian dari dokumen pelelangan, gambar atau hal-hal lain yang kurang
jelas.

k. Kontraktor diwajibkan melihat, meneliti keadaan setempat ditempat


pekerjaan yang akan dilaksanakan sehingga sudah diperhitungkan semua
konsekuensinya sehubungan dengan pekerjaan pemborongan ini.

5. Tugas Kontraktor :

a. Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah SPMK diterima Kontraktor


harus mulai melaksanakan pekerjaan fisik di lapangan . Untuk itu syarat-syarat
yang diwajibkan agar dapat mulainya pekerjaan harus segera dipenuhi.

b. Kontraktor harus mempunyai perlengkapan dan peralatan, pengalaman dan


keahlian serta permodalan dan kemampuan yang riil seperti yang terlampirkan
pada surat penawaran, untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas yang
diberikan oleh Pemberi Tugas.

c. Kontraktor wajib berkonsultasi dengan pihak lainnya agar supaya sejauh


mungkin dipergunakan peralatan yang seragam dan merk sama untuk bangunan
proyek ini agar memudahkan pemeliharaan.

6. Ketentuan hak Kontraktor :

a. Kontraktor mempunyai hak menggugat sebagai berikut :

1) Apabila Pemberi Tugas tidak membayar sejumlah pekerjaan yang


telah diselesaikan dengan ketentuan-ketentuan di dalam kontrak ini.

2) Apabila Pemberi Tugas mengabaikan atau dengan sengaja


menghambat sejumlah pembayaran atas pekerjaan sesuai dengan kontrak
ini.
5

b. Untuk mencegah kemungkinan adanya hal-hal yang tidak diinginkan seperti


kerusakan dan atau kerugian-kerugian lainnya maka sesuai dengan tahapan
pekerjaan yang sudah diselesaikan, Kontraktor atau sub Kontraktornya dapat
memindahkan semua peralatan-peralatan seperti bangunan-bangunan darurat
keluar dari site.

Pasal 4
PEKERJAAN-PEKERJAAN ATAU PROYEK YANG MENGGUNAKAN
PIHAK KETIGA ATAU MENGGUNAKAN SUB KONTRAKTOR

1. Apabila di dalam melaksanakan suatu proyek bangunan sehubungan dengan


kekhususan pekerjaannya (misalnya pekerjaan AC, listrik, plumbing, jendela-jendela
almunium, partisi dan lain-lainnya) terpaksa harus menggunakan “sub Kontraktor” maka
Kontraktor harus mengajukan terlebih dahulu calon sub Kontraktor tersebut kepada
Direksi sekurangnya 2 (dua) calon tiap jenis pekerjaan untuk disetujui/ditentukan oleh
Kalakgiat.

2. Kontraktor tidak dibenarkan untuk meninggalkan atau menyerahkan kontrak ini


sebagian atau seluruhnya kepada pihak (sub Kontraktor) tanpa terlebih dahulu
memberitahukan dan mendapatkan persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas.

3. Kontraktor tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil pekerjaan sub


Kontraktornya.

Pasal 5
INSTRUKSI PERENCANAAN

Kontraktor harus mematuhi dan menepati segala instruksi yang diberikan oleh
Perencana dan Direksi Lapangan/Pengawas. Apabila dalam 7 ( tujuh ) hari, sesudah
menerima instruksi tertulis tersebut dari Perencana/Pengawas tidak dilaksanakan, maka
pekerjaan akan dialihkan dan ditangani oleh pihak lain, dengan biaya dibebankan kepada
Kontraktor (pertama).

Pasal 6
PERIJINAN

Kontraktor harus bertanggung jawab atas penggunaan alat-alat yang telah


dipatenkan atas kemungkinan timbulnya ganti rugi dan biaya-biaya yang diperlukan untuk
ini.

Pasal 7
PEMAKAIAN UKURAN

1. Kontraktor tetap bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang


tercantum dalam Bestek dan gambar-gambar.
6

2. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran-kebenaran ukuran-ukuran dan kapasitas


dari peralatan, mesin ataupun bahan, baik secara keseluruhan maupun bagian-bagiannya
dan segera memberitahukan kepada Pengawas tentang setiap perbedaan yang
ditemukan di dalam Bestek dan gambar maupun dalam hal pelaksanaan. Kontraktor
baru diijinkan membetulkan gambar dan melaksanakannya setelah ada persetujuan dari
Pengawas.

3. Pengambilan ukuran-ukuran atau kapasitas yang keliru dalam pelaksanaan, dalam


hal apapun menjadi tanggung jawab Kontraktor, oleh karena itu sebelumnya kepada
Kontraktor diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh (Cross Cheking) terhadap
semua gambar-gambar yang ada (Arsitektur, Konstruksi, Elektrikal dan Mekanikal).

Pasal 8
PERATURAN-PERATURAN DAN SYARAT-SYARAT
YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN

1. Untuk pelaksanaan pekerjaan berlaku peraturan-peraturan :


a. Undang-undang No. 18/1999 tentang jasa konstruksi.
b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia.
c. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan.
d. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia.
e. Peraturan Umum Instalasi Listrik.
f. Peraturan Air Minum (AVWI-drink water).
g. Peraturan Semen Portland Indonesia.
h. Peraturan Pengecatan.
i. Peraturan Muatan Indonesia.

2. Peraturan-peraturan lain yang berlaku berdasarkan normalisasi di Indonesia yang


belum tercantum diatas harus mendapat persetujuan Direksi Lapangan/Pengawas.

Pasal 9
PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN (FIELD & LABORATORIUM TEST)

Semua material bangunan yang akan digunakan harus sesuai dengan ketentuan di
dalam Bestek. Untuk jenis material bangunan tertentu harus disertai pengetesan dan atau
surat pernyataan (sertifikasi/klasifikasi) instansi yang ditunjuk oleh Direksi untuk
kebutuhan tersebut. Pengawas menginstruksikan kepada Kontraktor untuk segera
mengeluarkan material-material yang ternyata tidak memenuhi Bestek. Semua biaya
yang diperlukan baik untuk field test ataupun “ Lab test ” menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
7

Pasal 10
TANGGUNG JAWAB ATAS PEKERJAAN YANG CACAT
(DEFECTS LIABILITY PERIOD)

Semua cacat-cacat/kegagalan atau kesalahan-kesalahan lain yang timbul selama


jangka waktu tanggung jawab dari Kontraktor yang disebabkan oleh penggunaan bahan-
bahan peralatan atau mesin yang tidak sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan di
dalam Bestek dan atau produsen, menjadi tanggung jawab penuh dari Kontraktor untuk
mengadakan perbaikan atau penggantian sampai dianggap cukup oleh Pengawas/Direksi
atas biaya Kontraktor.

Pasal 11
PERUBAHAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Perencana/Pengawas berhak mengadakan suatu perubahan atas rencana yang


telah ada dengan memberikan instruksi tertulis kepada Kontraktor.

2. Yang dimaksud dengan perubahan tersebut adalah perubahan (alternatif atau


modifikasi) desain, kualitas maupun kuantitas dari pekerjaan yang seperti tercantum di
dalam gambar-gambar kerja ( kontrak ).

3. Perubahan tersebut termasuk penambahan pembatalan atau penggantian dari


suatu pekerjaan, perubahan dari jenis atau bahan, peralatan atau mesin yang
dipergunakan di dalam pekerjaan, hal ini akan dituangkan secara menyeluruh dalam
Addendum kontrak.

4. Penyesuaian biaya :

a. Biaya dalam kontrak ( surat perjanjian pemborongan ) menentukan penilaian


pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang sama ketika biaya
ditetapkan untuk pekerjaan tersebut.

b. Untuk pekerjaan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan kondisi yang


sama, atau yang sulit penilaiannya di dalam pelaksanaan, maka biaya tersebut
akan tetap menjadi dasar sejauh penilaian tersebut masih dapat diterima.

c. Penilaian pekerjaan yang terpaksa dibatalkan adalah sesuai dengan biaya di


dalam kontrak (surat perjanjian pemborongan).

Pasal 12
LAPORAN-LAPORAN

1. Kontraktor diwajibkan membuat catatan-catatan berupa “laporan harian” yang


memberikan gambaran dan catatan yang singkat dan jelas mengenai :
a. Taraf berlangsungnya pekerjaan.
8

b. Pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh sub Kontraktor (jika diijinkan).


c. Catatan perintah Direksi/Pengawas Lapangan tertulis maupun lisan.
d. Hal ikhwal keadaan pesanan barang-barang baik di dalam maupun di luar
negeri.
e. Hal ikhwal mengenai buruh/pekerjaan.
f. Keadaan cuaca.
g. Lain-lain termasuk pekerjaan tambah/kurang.

2. Setiap laporan harian pada tanggal yang sama harus diperiksa dan disetujui
kebenarannya oleh petugas-petugas Pengawas/Direksi Lapangan.

3. Berdasarkan laporan harian tersebut maka setiap minggu Kontraktor diwajibkan


membuat laporan kemajuan fisik mingguan yang disampaikan langsung kepada
Pengawas/Direksi Lapangan untuk mendapat persetujuan.

4. Perintah Direksi/Pengawas Lapangan baru dianggap berlaku dan mengikat apabila


telah dimuat dalam laporan harian dan telah diperiksa serta disetujui oleh Direksi.

5. Salah satu tembusan laporan mingguan harus selalu berada ditempat pekerjaan
agar dapat diteliti kembali oleh Direksi Lapangan/Pengawas setiap saat.

Pasal 13
RAPAT RUTIN YANG BERSIFAT TEKNIS

Rapat rutin diadakan setiap minggu dan setiap bulan dipimpin oleh
Pengawas/Direksi Lapangan dan dihadiri oleh tenaga ahli Perencana, wakil dari Pemberi
Tugas, site manager dari Kontraktor dan wakil-wakil dari sub Kontraktor. Kontraktor dan
sub Kontraktor yang tidak menghadiri rapat-rapat teknis ini dianggap lalai dan dapat
dikenakan sangsi-sangsi.

Pasal 14
BAGAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN LAIN-LAIN

1. Satu minggu setelah dinyatakan sebagai pemenang lelang, Kontraktor harus


menyiapkan :

a. Bagan skema kemajuan pekerjaan ( time schedule ) sesuai dengan batas


waktu maksimal yang telah ditetapkan dalam waktu penyelesaian pekerjaan. Time
schedule tersebut harus sesuai dengan bagan yang disusun dan dilengkapi :
1) Bar chart (bagan secara konvensional).
2) Network Planning bila diperlukan (sesuai petunjuk Direksi).
3) Volume masing-masing pekerjaan.
4) Man days (tenaga kerja) yang diperlukan.
5) Grafik “S”.
9

6) Gambaran mengenai nilai dan harga pekerjaan-pekerjaan sesuai


dengan jadwal yang dibuat Kontraktor.
7) Struktur dan susunan organisasi proyek.

b. Kontraktor harus menyusun “ bagan pengerahan tenaga ” dan pengerahan


alat-alat berat/alat pendukung.

c. Kontraktor harus menyusun pula “ bagan penyediaan bahan ” yang


diperlukan.

2. Bagan-bagan tersebut harus diperlihatkan kepada Direksi (Pengawas) untuk


mendapatkan persetujuannya.

3. Kelalaian dalam memasukkan bagan yang dimaksud dapat menyebabkan


ditundanya waktu memulai pekerjaan. Akibat penundaan ini menjadi tanggung jawab
Kontraktor seluruhnya.

4. Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai dengan patokan waktu


yang telah disetujui bersama di dalam menyusun bagan kemajuan pekerjaan (disesuaikan
dengan kontrak). Demikian juga dengan pengerahan buruh dan bahan harus sesuai
dengan personalia dan bahan yang ada.

5. Kontraktor diwajibkan membuat network planning dari kegiatan pembangunan


tersebut.

6. Kontraktor diwajibkan membuat skema organisasi personel proyek berikut nama-


nama dan jabatannya, sesuai yang dilampirkan pada surat penawaran, untuk kemudian
diserahkan kepada Direksi/Pengawas.

Pasal 15
AREAL PEKERJAAN DAN PENGGUNAANNYA

Pengaturan dan penggunaan areal kerja ditentukan oleh Direksi/Pengawas.


Kontraktor dapat memberikan usulan-usulannya dengan memberikan peta penetapan
gudang-gudang, los-los kerja tempat menimbun bahan-bahan tersebut.

Pasal 16
KEAMANAN, KESELAMATAN MANUSIA/ BARANG DAN ASURANSI

1. Kontraktor dengan sub Kontraktor diharuskan untuk mengasuransikan segala


kemungkinan adanya hal-hal sebagai berikut :
a. Kecelakaan yang mengakibatkan seseorang sakit atau meninggal dunia
atau kerugian-kerugian lainnya yang disebabkan oleh adanya kelalaian.
10

b. Kerusakan-kerusakan dan kehilangan akibat pencurian, kebakaran dan lain-


lain yang akan mengakibatkan adanya tuntutan rugi (claim) atas nama pemilik
(bouwheer).

2. Kontraktor bertanggung jawab atas biaya, kerugian ataupun tuntutan ganti rugi
(claim) yang diakibatkan oleh adanya peristiwa yang mengakibatkan lukanya atau
meninggalnya seseorang dalam melaksanakan pekerjaan tersebut bilamana hal itu
disebabkan oleh karena kelalaian Kontraktor.

3. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan tersebut


maka Kontraktor diwajibkan mengambil segala tindakan guna kepentingan diri korban
tersebut.

4. Kontraktor harus memenuhi peraturan hukum mengenai perawatan dan tunjangan


dari si korban atau keluarganya.

5. Kontraktor harus senantiasa menyediakan air minum yang cukup bersih ditempat
pekerjaan untuk para pekerjanya.

6. Kontraktor harus mengadakan air kerja untuk keperluan pekerjaan selama


pelaksanaan dapat mempergunakan atau menyambung pipa yang telah ada dengan
meteran air sendiri (guna memperhitungkan pembayarannya) atau air sumur yang
bersih/jernih dan tawar, bila hal ini meragukan harus diperiksa di Laboratorium.

7. Peralatan dan perlengkapan PPPK guna keperluan pertolongan pertama pada


kecelakaan harus selalu lengkap berada ditempat pekerjaan.

Pasal 17
PENGAWASAN PEKERJAAN

1. Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh Direksi Pengawas


Lapangan .

2. Pengawas berhak pada setiap waktu bila dianggap perlu tanpa memberitahukan
sebelumnya untuk mengadakan inspeksi/pemeriksaan kepada Kontraktor atau sub
Kontraktor terhadap :
a. Jenis pekerjaan yang dipersiapkan di dalam atau di luar site.
b. Gudang-gudang penyimpanan.
c. Pengelolaan maupun sumber-sumbernya termasuk mutu bahan yang akan
digunakan.

3. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengamatan


Pengawas adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor, pekerjaan tersebut jika diperlukan
harus segera disempurnakan sebagian atau seluruhnya untuk disesuaikan dengan Bestek
yang sudah ditentukan.
11

4. Jika diperlukan pengawasan oleh Pengawas di luar jam kerja maka segala biaya
untuk itu menjadi beban Kontraktor.

5. Ditempat pekerjaan Direksi/Pengawas menempatkan petugas-petugas bagian


pengawasan untuk jam kerja Pengawas adalah dari pukul 08.00 s/d 16.00 WIB.

Pasal 18
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN/PENYERAHAN PEKERJAAN

1. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang ditetapkan dalam surat
perjanjian. Penyerahan pertama harus dilaksanakan selambat-lambatnya pada tanggal

yang telah ditetapkan dalam surat perjanjian pemborongan sesuai dengan penjelasan
tentang waktu penyelesaian yang ditetapkan.

2. Perpanjangan waktu penyerahan hanya dapat diterima jika alasan-alasannya tepat


sesuai dengan alasan-alasan yang diperkenankan dan tertulis dalam Bestek.

3. Rencana dan tanggal penyerahan pertama harus diajukan kepada Pengawas,


selambat-lambatnya 1(satu) minggu sebelum tanggal yang dimaksud, dimana
Direksi/Pengawas akan mengadakan pemeriksaan seksama atas hasil keseluruhan. Hasil
pemeriksaan ini akan disampaikan kepada Kontraktor sebelum penyerahan pertama,
pemeriksaan maupun penyerahan tersebut dituangkan dalam berita acara.

4. Keadaan yang dapat digunakan sebagai alasan dalam mengajukan permohonan


perpanjangan waktu penyelesaian atau pengunduran waktu penyerahan adalah keadaan-
keadaan force majeure.

5. Keadaan force majeure yang dimaksud adalah :


a. Banjir.
b. Hujan terus menerus dari hari kehari.
c. Kebakaran.
d. Demonstrasi dan pemogokan yang langsung mempengaruhi jalannya
pekerjaan.
e. Bencana alam yang bersifat nasional.
f. Dan lain-lain menurut pertimbangan Direksi dapat diterima.

Pasal 19
KELAMBATAN DAN PERPANJANGAN WAKTU

1. Kelalaian Kontraktor atau sub Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan


tambahan dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh kesalahan
Kontraktor (sub Kontraktor), tidak diluluskan dalam claim perpanjangan waktu.
12

2. Untuk kelambatan akibat tindakan Pemberi Tugas/pemilik atau Pengawas,


keadaan force majeure dan sebagainya dapat diadakan perpanjangan waktu setelah
dinilai dengan seksama oleh Pengawas atau permintaan tertulis dari Kontraktor.

3. Permohonan perpanjangan waktu tersebut diajukan secara tertulis oleh Kontraktor


selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah terjadinya peristiwa tersebut.

4. Pada peristiwa dihentikannya suatu bagian/keseluruhan pekerjaan oleh Direksi dan


Pengawas akibat kelalaian Kontraktor tidak diadakan perpanjangan waktu.

Pasal 20
BERITA ACARA PRESTASI PEKERJAAN

1. Berita acara yang menyatakan besarnya prestasi pekerjaan di lapangan yang


harus dibayarkan kepada Kontraktor oleh pemilik akan dikeluarkan oleh tim komisi. Untuk
kebutuhan itu sebelumnya Kontraktor diwajibkan mengajukan perhitungan jumlah prestasi
pekerjaan di lapangan sesuai dengan laporan kemajuan pekerjaan untuk diteliti
kebenarannya.

2. Jumlah barang-barang dan materiil yang telah berada di lokasi pekerjaan


bagaimana pun besarnya tidak diperhitungkan sebagai nilai prestasi kecuali barang telah
terpasang ( contoh peralatan AC, genset dan lain-lain ).
13

BAB II
PERSYARATAN BAHAN BANGUNAN

Pasal 1
PERSYARATAN UMUM YANG BERLAKU

1. Penyebutan suatu merk dagang pada bestek ini adalah untuk keseragaman mutu
dan melindungi Pemberi Tugas dari suatu merk lain yang belum terkenal dan teruji
kualitasnya. Apabila terdapat perselisihan tentang merk/pemeriksaan bahan maka
Pengawas Lapangan berhak mengirimkan contoh-contoh bahan ke instansi terkait dan
segala biaya yang berhubungan dengan hal tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.

2 Yang dimaksud bahan bangunan adalah semua bahan yang dipergunakan dalam
pelaksanaan sebagaimana tercantum dalam Bestek dan gambar.

3. Bahan yang datang sebelum diturunkan dari kendaraan pengangkut harus diperiksa
terlebih dahulu oleh Direksi (terutama bahan yang bervolume besar) untuk disetujui atau
ditolak/dikembalikan.

4. Dalam jangka waktu 2 x 24 jam, semua bahan yang dinyatakan ditolak oleh
Pengawas Lapangan supaya segera dikeluarkan dari proyek. Apabila bahan tersebut
masih tetap dipergunakan pelaksana maka Pengawas Lapangan berhak memerintahkan
membongkar.

5. Segala kerugian yang diakibatkannya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Pasal 2
JENIS DAN MUTU BAHAN

1. Jenis dan mutu bahan yang dilaksanakan harus diutamakan bahan-bahan produksi
dalam negeri sesuai dengan keputusan bersama Menteri Perindustrian dan Menteri
Penertiban Aparatur Negara tanggal. 23 Desember 1980, Keppres 16/1994 dan Keppres
no. 24/1995.

2. Bahan-bahan bangunan atau tenaga kerja lokal/setempat yang memenuhi syarat


sesuai dengan peraturan yang ada ( RKS ) dianjurkan untuk dipergunakan dengan
mendapatkan ijin dari Kalakgiat/Direksi.

3. Bila bahan-bahan bangunan yang memenuhi spesifikasi teknis terdapat


beberapa/bermacam-macam jenis/merk diharuskan untuk memakai jenis dan mutu bahan
dipilih satu jenis.

4. Bahan-bahan bangunan yang telah ditetapkan jenisnya, apabila bahan bangunan


tersebut mempunyai beberapa macam mutu, maka harus ditetapkan untuk dilaksanakan
dipergunakan yang mutu/kualitas kelas I ( KW I ).
14

5. Bila rekanan/Kontraktor sudah menandatangani untuk dilaksanakan jenis dan mutu


bahan untuk pekerjaan atau bagian pekerjaan tidak sesuai dengan yang ditetapkan harus
ditolak dan dikeluarkan dari lokasi proyek paling lambat 24 jam setelah ditolak atas
biaya/tanggung jawab Kontraktor pelaksana.

6. Contoh/sample yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas/Kalakgiat harus segera


disediakan tanpa kelambatan atas biaya Kontraktor dan harus sesuai dengan ketetapan
( RKS ).

7. Bila dalam uraian dan syarat-syarat disebutkan nama pabrik/produk dari suatu
barang maka ini hanya dimaksudkan untuk menunjukkan kualitas dan tipe dari barang-
barang yang dikehendaki Pemberi Tugas/Kalakgiat.

8. Kontraktor pelaksana harus menawarkan harga-harga barang/bahan tersebut


sesuai RKS dan berita acara rapat penjelasan pekerjaan dan bahan yang ditawarkan
dalam harga satuan pekerjaan dan atau harga satuan/upah adalah mengikat.

Pasal 3
PEMERIKSAAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

1. Semua bahan-bahan yang dipergunakan/diperlukan untuk pekerjaan ini harus


disetujui terlebih dahulu oleh Direksi/Pengawas Lapangan sebelum dipergunakan.

2. Apabila terdapat perselisihan dengan Kontraktor tentang pemeriksaan bahan-bahan,


Pengawas Lapangan berhak meminta kepada Kontraktor untuk mengambil contoh yang
didatangkan untuk diperiksakan ke Laboratorium.

3. Selama waktu tersebut Kontraktor dapat melanjutkan pekerjaan dengan resiko


ditanggung sendiri. Apabila ternyata bahwa bahan-bahan yang diperiksakan tersebut tidak
baik atau tidak memenuhi syarat-syarat maka bahan-bahan tersebut harus segera
disingkirkan dan semua bagian pekerjaan yang telah dikerjakan dengan bahan tersebut
harus dibongkar dan selanjutnya harus menggantikannya kembali dengan bahan lain
yang memenuhi syarat.

4. Semua biaya pemeriksaan oleh Laboratorium tersebut, seluruhnya ditanggung oleh


Kontraktor.

Pasal 4
AIR KERJA DAN LISTRIK KERJA

1. Air untuk keperluan pekerjaan pasangan, pekerjaan beton dan pemadatan


tanah/pasir harus bersih dan tidak mengandung zat-zat kimia ( garam ) yang dapat
merusak pekerjaan.
15

2 Apabila tidak mungkin atau tidak cukup air kerja yang didapat dari air minum
setempat maka Kontraktor harus dapat mengusahakan dari sumber lain yang memenuhi
persyaratan.

3 Khusus air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung
minyak, asam, garam-garam dan bahan-bahan organik atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak mutu beton, baja tulangan dan baja WF. Sebaiknya air yang
dipergunakan/dipakai adalah air bersih yang dapat diminum.

4. Penyediaan listrik untuk kerja diupayakan oleh Kontraktor dari listrik negara atau
sumber lain tanpa mengganggu lingkungan setempat.

Pasal 5
PASIR

Pasir yang dipergunakan untuk adukan harus pasir yang berkualitas baik dan harus
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam P.B.I. 1971.

1. Pasir beton.
a. Pasir beton adalah butiran-butiran mineral keras yang bentuknya mendekati
bulat dan ukuran butirannya sebagian besar terletak antara 0,75-5 mm, kadar
lumpur tidak boleh lebih dari 5%.
b. Pasir beton harus bersih tidak boleh mengandung zat organik yang dapat
mengurangi mutu beton sedang untuk beton dengan keawetan yang tinggi reaksi
pasir terhadap alkasit harus negatif.

2. Pasir cor. Berbutir sangat kasar tajam dan bersih dari lumpur .

3. Pasir pasang. Adukan pasir yang dipergunakan untuk adukan pasang dan
plesteran dengan syarat antara lain :
a. Butiran-butirannya harus tajam dan keras tidak dapat dihancurkan dengan
jari tangan serta kadar lumpurnya tidak boleh lebih tinggi dari 5%.
b. Untuk adukan plesteran dan adukan pasang butirannya harus lolos ayakan
yang berlubang persegi 3 mm.

4. Pasir urug. Pasir urug atau pasir pengisi dapat dipergunakan pasir biasa yang tidak
mengandung bahan-bahan organik ( sisa-sisa kayu, biji-bijian, akar-akar tanaman, daun-
daun, garam dan lain-lain ) serta tidak mengandung lumpur.

Pasal 6
KERIKIL UNTUK BETON

1. Kerikil yang dapat dipergunakan adalah jenis yang permukaannya kasar/jenis klos
atau andesit yang sudah dicuci. Besarnya butiran maksimum 2-3 cm. Apabila kerikil yang
dimaksud sukar untuk didapatkan maka diperbolehkan menggunakan batu pecah yang
16

sama ukurannya. kerikil-kerikil tersebut tidak boleh dicampur dengan batu cadas dan
dalam keadaan bersih serta tidak mengandung lumpur.

2. Kerikil ( agregat kasar ) diperiksa sesuai yang disyaratkan oleh peraturan umum
Bahan Bangunan/PUBBI serta Peraturan Beton Indonesia/PBI-1971.

Pasal 7
BATU BATA

1. Bentuk standard bata merah adalah prisma segi empat, bersudut siku-siku dan
tajam, permukaannya rata, pembakaran yang matang dan tidak menampakan adanya
retak-retak yang merugikan.

2. Ukuran standard bata merah pejal adalah seperti yang tertera dalam tabel dibawah
ini :

Modul Tebal Lebar Panjang


M–5a 40 mm 75 mm 150 mm
M–8b 65 mm 140 mm 190 mm
M -- 6 55 mm 110 mm 230 mm

Pasal 8
BATU PECAH /SPLIT

1. Batu pecah yang dapat dipergunakan adalah jenis yang permukaannya kasar/jenis
klos atau andesit yang sudah dicuci. Besarnya butiran yaitu 2-3 cm. Batu pecah/split
tersebut tidak boleh dicampur dengan batu cadas dan dalam keadaan bersih serta tidak
mengandung lumpur.

2. Batu pecah/split diperiksa sesuai yang disyaratkan oleh peraturan umum Bahan
Bangunan/PUBBI serta Peraturan Beton Indonesia/PBI-1971.

Pasal 9
SEMEN

1. Semen PC : hasil produksi lokal/dalam negeri jenis I yang tidak


kedaluarsa/mengeras (swiping), mutu yang sejenis produksi semen gresik, semen tiga
roda, merah putih atau merk dengan kualitas sama dan harus memakai merk pabrik
dengan jenis dan kualitas yang sama.

2. Dalam pengangkutannya, semen harus terlindung dari hujan, harus dalam


zak/kantong yang asli pabrik dalam keadaan tertutup rapat tidak kena air dan diletakkan
pada tempat yang telah ditinggikan paling rendah 30 cm dari lantai/tanah.
17

3. Semen yang telah disimpan lebih dari 4 ( empat ) bulan harus dites kembali
sebelum dipakai atau dipergunakan dengan dibawa ke Laboratorium pemeriksaan bahan-
bahan bangunan dan hasilnya segera dilaporkan kepada Pengawas Lapangan untuk
mendapatkan persetujuan, untuk ini segala pembiayaannya ditanggung oleh Kontraktor.

Pasal 10
BAJA BETON

1. Baja tulangan.
a. Bahan baja dalam segala hal harus memenuhi ketentuan dari PBI-1971
b. Baja tulangan harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak
boleh disimpan dialam terbuka atau jangka waktu yang lama. Penyimpangan untuk
masing-masing diameter harus dikelompokkan sendiri-sendiri.
c. Batang baja tulangan tidak mengandung serpihan-serpihan, lipatan-lipatan
retak, gelombang-gelombang atau cerna-cerna yang dalam atau tidak boleh
berlapis-lapis.
d. Ukuran diameter harus tepat dan sesuai gambar konstruksi yang sudah
ditentukan.
e. Penggunaan baja tulangan yang sudah jadi seperti steel wiremesh atau
yang semacam itu harus mendapat persetujuan Perencana/Pengawas.
f. Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1
mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.

2. Baja struktur/konstruksi.
a. Semua material untuk konstruksi baja harus menggunakan baja yang baru
dan merupakan “ Hot Rolled Structural Steel “ dan memenuhi mutu baja ST 37
(PPBBI-83) atau ASTM A36 atau SS 41 (JIS U 3001-1970).

b. Semua baja yang digunakan sesuai bentuk, ukuran dan ketebalannya serta
bebas dari karat, cacat karena tumbukan, tekuk atau puntir sesuai gambar
rencana.

c. Bahan pengikat seperti baut, mur, sekrup dan ring harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut :

1) Untuk sambungan bukan baja ke baja, pengikat harus dari baja


karbon yang memenuhi persyaratan ASTM A3 dan harus digalvanis.
2) Untuk sambungan baja ke baja, pengikat harus baja karbon yang
memenuhi persyaratan ASTM A325 dan atau ASTM A490 dan harus terlapis
Cadmium.
3) Untuk sambungan logam yang berlainan jenis, pengikat harus dari
baja tahan korosi memenuhi persyaratan ASTM A276 type 321 atau type
lainnya.
18

Pasal 11
KERAMIK

1. Proses pembakaran harus sedemikian rupa, sehingga tidak dapat hancur apabila
direndam dalam air.

2. Tahan terhadap zat asam dan alkasit serta zat kimia lainnya.

3. Warna harus merata, baik masing-masing maupun terhadap yang lain dan
permukaannya harus rata/licin tanpa cacat serta harus keras.

4. Penyimpangan maksimum pada panjang dan lebar yang disyaratkan + 1 mm.

5. Ukuran keramik yang dipergunakan :


a. Keramik Lantai 40/40 merk Asia dan Mulia.
b. Keramik Lantai KM/WC 25/25 merk Asia dan Mulia.
c. Keramik dinding KM/WC 25/30 merk Asia dan Mulia.
d. Plint keramik ukuran 10/40 untuk lantai merk Asia dan Mulia.

Pasal 12
KACA

1. Kualitas kaca harus standard yang dikeluarkan dari pabrik yang telah disetujui
Direksi.

2. Kaca tidak boleh berbunga-bunga/bergaris-garis terdapat goresan-goresan yang


dapat mengganggu penglihatan/pandangan.

3. Jenis kaca yang dipergunakan adalah kaca es/buram ,kaca bening dan reiben
dengan ketebalan 3 atau 5 mm.

Pasal 13
ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

1. Alat-alat penggantung dan pengunci adalah segala peralatan yang merupakan


kelengkapan dari suatu bangunan, misalnya pintu, jendela, lubang udara dan lain-lain
yang digunakan untuk tujuan-tujuan penggantungan dan penutup.

2. Kualitas kunci tanam yang dipergunakan adalah kualitas baik dan kuat, pengunci 2
(dua) kali.

3. Alat-alat penggantung lainnya, misalnya grendel, engsel dan sebagainya


menggunakan kualitas yang baik dan kuat, serta barang-barang tersebut sebelum
dipasang Kontraktor harus menunjukkan contoh-contohnya kepada Pengawas Lapangan
/Direksi.
19

Pasal 14
PERATURAN UMUM INSTALASI LISTRIK

1. SYARAT UMUM :

a. Pada setiap alat listrik harus tercantum dengan jelas :


1) Nama pembuat dan merk dagang.
2) Daya tegangan dan/arus minimal.
3) Data teknis lain.

b. Perlengkapan listrik hanya boleh dipasang pada instalasi jika :


1) Memenuhi ketentuan dalam PUIL.
2) Mendapat izin atau pengesahan dari instalasi yang berwenang.

c. Setiap perlengkapan listrik tidak boleh dibebani melebihi kemampuan.

2. MEMILIH PERLENGKAPANNYA :
a. Dalam memilih perlengkapan instalasi listrik, termasuk juga menentukan
jenis ukuran, tegangan dan kemampuan harus diperhatikan hal berikut :
1) Kesesuaian dengan maksud pemasangan dan penggunaannya.
2) Kekuatan dan keawetannya, termasuk bagian yang dimaksudkan
untuk melindungi perlengkapan yang lain.
3) Keadaanya dan resistance isolasinya.
4) Pengaruh suhu, baik pada keadaan normal maupun abnormal.
5) Pengaruh bunga api.

b. Standar penggunaan material listrik & kabel yang diakui oleh SII dan LMK
PLN Untuk material : Berdasar surat Direktorat Jendral listrik dan Pemanfaatan
Energi No. 3441/45/640.2/2006 tanggal 2 Oktober 2006 Jenis dan ukuran kabel
yang dipakai untuk rumah tinggal, gedung dan kantor.

Dalam bangunan :
1) Untuk penerangan : Kabel yang digunakan
a) NYM : 2 X 2,5 mm2
b) NYM : 3 X 2,5 mm2
c) NYM : 4 X 2,5 mm2

2) Untuk Stop Kontak Biasa 220 V


a) NYM : 3 X 2,5 mm2
b) NYM : 3 X 4 mm2 (AC)

3) Untuk Stop Kontak Khusus 380 V


a) 4 X 16 mm2
b) 4 X 25 mm2
c) 4 X 35 mm2
20

4) Arde ( Grounding ) MDP & SDP


a) BC 6 mm2 - 450 Va – 900 Va
b) BC 10 mm2 - 900 Va – 2.200 Va
c) BC 16 mm2 - 720 Va – 10.600 Va

3. PENEMPATAN MATERIAL LISTRIK


a. Untuk Box Zikring sesuai penggunaan daya tersambung ketinggian dari
lantai 2 meter.
b. Stop kontak ketinggian dari lantai 30 cm atau menyesuaikan di lapangan.
c. Saklar – saklar ketinggian dari lantai 150 cm.

Pasal 15
PENUTUP ATAP

Penutup atap bangunan gedung harus memenuhi ketentuan bahan yang diatur
SNI/SKNI/SKBI yang berlaku tentang bahan penutup galvalum dan spandex.

Pasal 16
PENUTUP PLAFOND ETERNIT, GYPSUM RANGKA HOLLOW STEEL DAN KAYU

1. Bahan eternit dan gypsum yang dipergunakan harus rata tidak lengkung dan tidak
cacat/ pecah-pecah, satu sama lain harus rata dan tidak bergelombang.

2. Jenis eternit yang dipergunakan :


a. Type : Eternit
b. Tebal : 3 s.d 5 mm ( disesuaikan dengan gambar rencana )
c. Ukuran : 100 x 100 mm (disesuaikan dengan gambar rencana )

3. Jenis gypsum yang dipergunakan :


a. Type : Bevelled edges.
b. Tebal : 9 mm ( disesuaikan dengan gambar rencana ).
c. Ukuran : 1200 x 2400 mm (disesuaikan gambar dengan
rencana ).
d. Fire rating : 2 Jam ( OCU-T 4262 ).
e. Sound rating : 40-44 dB ( KC-689 ).

4. Rangka penggantung kayu dengan ukuran :


a. Rangka pokok 5 x 7 cm.
b. Rangka pembagi 5 x 7 cm.

5. Rangka penggantung hollow steel dengan ukuran :


a. Rangka pokok 30,5 x 30,5 mm.
b. Rangka pembagi 30,5 x 10,5 mm.
c. Ketebalan 0,6 mm.
21

5. Bahan plafond yang dipergunakan etrnit dengan ketebalan minimum 3 mm dan


gypsum tebal minimum 9 mm bahan yang dipergunakan harus rata tidak lengkung dan
tidak cacat/ pecah-pecah.

Pasal 18
LIST

1. Bahan list yang dipakai list gypsum dan list kayu.

2. Bahan tersebut harus lurus, rata, tidak cacat/pecah-pecah dan tidak lengkung.

3. Jenis list kayu yang digunanakan :


a. Tebal : 1 cm
b. Lebar : 4 cm

4. Jenis gypsum yang dipergunakan :


a. Tebal : 0,5 cm.
b. Bentuk : C7.
c. Bahan : Gypsum.

Pasal 19
KAYU

Kayu harus berkualitas baik dengan ketentuan segala sifat dan kekurangan-
kekurangan yang berhubungan dengan pemakaiannya tidak akan merusak atau
mengurangi nilai konstruksi/bangunan. Kayu berdasarkan mutunya dibedakan dalam 2
(dua) macam, yaitu kayu kelas I dan kelas II.

1. Kayu mutu kelas I, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :


a. Harus kering udara, lengas kayu 12 % - 18 % besarnya mata kayu tidak
lebih dari 1/6 kali lebar balok atau tidak boleh lebih dari 3,5 cm.
b. Rata-rata dalam arah radial, tidak boleh lebih dari 1/3 tebal kayu dan miring
arah serat tangen alfa tidak boleh lebih besar dari 1/10, sedang untuk balok tidak
mengandung wanvlak yang lebih besar dari 1/10 tinggi balok.

2. Kayu mutu kelas II, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :


a. Kadar lengas kayu lebih kecil atau kurang dari 30 %, besar mata kayu tidak
melebihi 1/4 dari lebar balok atau tidak boleh lebih dari 5 cm.
b. Rata-rata dalam arah radial, tidak boleh lebih dari 1/3 tebal kayu dan arah
serat tangen alfa tidak boleh lebih besar dari 1/7, sedang untuk balok tidak boleh
mengandung wanvlak yang lebih besar dari 1/10 tinggi balok.
22

3. Bahan-bahan kayu lapis.


a. Teakwood harus berkualitas baik, corak maupun serat harus terpilih dan
warnanya merata.
b. Plywood/triplek/multiplek harus berkualitas baik, corak maupun serat terpilih
dan warnanya merata, dengan susunan lapisannya yang padat.

Pasal 20
PAKU

Paku dibuat dengan kepala benam berbentuk bulat yang permukaan diatasnya
berpetak-petak dan bagian bawahnya miring, pada bagian luar diberi gurat-gurat sedang
bagian ujung yang runcing berbentuk tetrahedral yang konis.

Pasal 21
PIPA AIR

1. Pipa PVC yang dipergunakan adalah merk Wavin.


a. Warna pipa adalah abu-abu atau yang berwarna lain, permukaan luar dan
dalam harus licin, halus dan rata serta tidak terdapat cacat-cacat yang berbahaya
(seperti : retak-retak, guratan-guratan, gumpalan dan cacat-cacat lain). Pipa harus
lurus berpenampang bulat, bidang ujung pipa harus tegak lurus terhadap sumbu
pipa.

b. Pipa PVC dan assesorisnya yang digunakan dengan diameter sesuai


gambar.

2. Pipa Galvanis. Galvanis Iron Pipa (GIP) harus menggunakan class medium dengan
ukuran yang dipergunakan diameter ½” sesuai dengan gambar rencana. Pipa untuk
instalasi dishwasher mempergunakan pipa dan perlengkapan pendukungnya adalah galva
steel (schedule 40) diameter ½”.

Pasal 22
PERLENGKAPAN SANITAIR

1. Semua material harus memenuhi ukuran, standart dan mudah didapatkan


dipasaran, kecuali bila ditentukan lain.

2. Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala perlengkapannya, sesuai


yang telah disediakan oleh pabrik untuk masing-masing type yang dipilih.

Pasal 23
CAT

1. Seluruh bahan cat ( besi, kayu dan tembok ) yang dipergunakan harus sesuai
dengan prototype dan berkualitas baik serta waktu tiba ditempat pekerjaan, harus masih
tertutup dalam kaleng aslinya.
23

2. Cat yang sudah siap dan segera dipakai tidak diperbolehkan mengandung
endapan-endapan yang sudah membatu dan sesudah diaduk dengan baik, harus menjadi
homogin serta dapat dicatkan dengan mudah, untuk pengecatan terdiri dari bagian
dinding, plafond dan kayu/kusen. Warna cat adalah asli dari kalengnya dan tidak boleh
mengadakan campuran dan bermacam-macam warna. Cat yang sudah disetujui warna
dan merknya harus diberitahukan kepada Pemberi Tugas, guna melaksanakan
pemeliharaan dikemudian hari dan sebelum dilaksanakan pekerjaan pengecatan
Kontraktor harus menunjukan contoh merk maupun jenis warnanya kepada Pengawas
Lapangan .
24

BAB III
PERSYARATAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pasal 1
PAGAR PENGAMAN

Kontraktor diwajibkan membuat, memelihara dan memperbaiki pagar pengaman di


sekeliling site agar tetap rapi dan tidak merusak pemandangan.

Pasal 2
PENJAGAAN

1. Kontraktor wajib mengadakan penjagaan yang baik dan terus menerus atas bahan,
peralatan, mesin-mesin dan alat-alat kerja yang disimpan ditempat pekerjaan (gudang
lapangan) selama berlangsungnya pekerjaan/pembangunan.

2. Selama berlangsungnya pekerjaan, semua bahan-bahan, mesin-mesin dan


peralatan-peralatan harus tetap dirawat dengan baik.

3. Kehilangan dan kerusakan bahan-bahan, mesin-mesin dan peralatan karena


kelalaian penjaga/pemeliharaan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Pasal 3
PENERANGAN DAN SUMBER DAYA

Pada kantor, gudang dan los kerja dan tempat-tempat pelaksanaan pekerjaan yang
dianggap perlu harus diberi penerangan yang cukup. Daya listrik baik untuk penerangan,
sumberdaya kerja maupun untuk keperluan sistem pengetesan instalasi dan atau
percobaan berbeban dari sistem instalasi harus diusahakan oleh Kontraktor atas beban
dan biaya Kontraktor.

Pasal 4
KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN

1. Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kantor, gudang, los kerja dan bagian
dalam bangunan yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib, bebas dari bahan-bahan
bekas dan lain-lain. Kelalaian dalam hal ini dapat menyebabkan diberhentikannya
pekerjaan oleh Pengawas. Akibat dari seluruh hal itu menjadi tanggungan Kontraktor.

4. Penimbunan bahan-bahan yang ada di dalam maupun di luar gudang diatur agar
tidak mengganggu kelancaran dan keamanan/umum dan juga agar memudahkan
jalannya pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh Direksi maupun Pengawas.
25

3. Peraturan lain mengenai penertiban akan dikeluarkan oleh Direksi


Lapangan/Pengawas pada waktu pelaksanaan setelah koordinasi dengan aparatur
daerah setempat.

Pasal 5
KEBERSIHAN DAN KELELUASAAN HALAMAN

Kontraktor dan sub-sub Kontraktor diwajibkan menjaga keleluasaan halaman


dengan menempatkan barang-barang dan material-material sedemikian rupa sehingga :

1. Memudahkan pekerjaan.

2. Menjaga kebersihan dari sampah, kotoran bangunan (puing) dan air yang
menggenang.

3. Tidak menyumbat saluran-saluran air.

Pasal 6
FASILITAS LAPANGAN

Kontraktor dan sub Kontraktor diwajibkan menyediakan sendiri :

1. Listrik dan penerangan, untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan dan keamanan.

2. Air untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan dan semua petugas yang ada di
proyek.

3. Alat-alat pemadam kebakaran.

4. Alat-alat PPPK.

5. Kamar mandi dan WC untuk para pekerja lapangan.

Pasal 7
BANGUNAN SEMENTARA DAN DIREKSI KEET

1. Kontraktor diwajibkan membuat bangunan sementara serta melengkapi ruang


Pengawas/Direksi dan ruang rapat kerja bangunan sementara yang sudah ada dengan :

a. Satu buah kamera untuk dokumentasi proyek.


b. Meja kursi untuk bekerja (satu buah meja tulis, dua buah meja kursi kerja).
c. Meja kursi rapat (satu buah meja rapat, delapan buah kursi stainless steel).
d. Papan tulis (white board satu buah ukuran 1 x 2 dengan perlengkapannya).
e. Gambar kerja, bagan organisasi proyek, grafik hujan dan grafik tenaga kerja
26

f. Perlengkapan lapangan seperti : sepatu lapangan dan topi lapangan untuk


kebutuhan Direksi minimum 5 (lima) pasang.
g. Air minum/ Dispenser.
h. Lemari/rak besi untuk barang contoh.

2. Apabila seluruh proyek dinyatakan selesai bangunan sementara menjadi milik


Pemberi Tugas dan Kontraktor wajib memindahkan bongkaran bangunan sementara
tersebut ketempat yang ditentukan.

3. Yang dapat diajukan dalam harga penawaran hanya bangunan sementara


(bangunan Direksi Keet).

Pasal 8
ALAT PERLENGKAPAN PEKERJAAN DAN TENAGA LAPANGAN

1. Kontraktor, sub Kontraktor dan bagian-bagian lainnya yang melaksanakan


pekerjaan harus menyediakan alat-alat dan perlengkapan-perlengkapan pekerjaannya
sesuai dengan bidangnya masing-masing seperti :
a. Alat-alat ukur (Theodolith, waterpas, dll).
b. Alat-alat pemotong, penduga dan penarik.
c. Dan alat-alat pengetesan lainnya yang diperlukan.

2. Penentuan siku-siku bangunan maupun level (elevasi ± 0,00) dan tegak lurusnya
bangunan harus ditentukan memakai alat yang tepat atau alat ukur (waterpass dan
theodolite).
.
3. Disamping itu juga harus menyediakan buku-buku laporan (harian, mingguan),
buku petunjuk alat-alat yang akan dipasang, tenaga kerja untuk memutuskan segala
sesuatunya di lapangan dan bertindak atas nama Kontraktor dan sub Kontraktor yang
bersangkutan.

Pasal 9
PENYIMPANAN BARANG-BARANG DAN MATERIAL

1. Kontraktor diwajibkan untuk menempatkan barang-barang dan material-material


kebutuhan pelaksanaan baik di luar (terbuka) ataupun di dalam gudang, sesuai dengan
sifat-sifat barang material tersebut atas persetujuan Pengawas sehingga akan menjamin :
a. Keamanannya.
b. Terhindarnya kerusakan diakibatkan oleh cara penyimpanan yang salah.

2. Bila dianggap perlu oleh Direksi/Direksi Lapangan, rekanan/Kontraktor pelaksana


harus membuat los kerja untuk tempat pekerja sehingga terhindar dari hujan, matahari
dan angin.
27

3. Jalan masuk ke tempat pekerjaan yang telah ditetapkan harus diadakan oleh
rekanan/Kontraktor pelaksana bilamana diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan dan
kepentingan proyek tanpa dimasukkan di dalam anggaran biaya/kontrak.

4. Direksi keet atau kantor Direksi rekanan/Kontraktor pelaksana harus menyediakan


ruangan yang cukup untuk kantor Direksi dengan perlengkapannya meja, kursi dan papan
tulis.

5. Rekanan/Kontraktor pelaksana setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja


(SPMK) segera membuat time schedule berupa bar chart yang terinci untuk dapat diikuti
lebih awal perkembangan hasil pelaksanaan pekerjaan di lapangan, dan apabila
diperlukan koordinasi atau langkah-langkah untuk menanggulangi
hambatan/keterlambatan yang akan terjadi.

6. Barang-barang dan material-material yang tidak akan digunakan untuk kebutuhan


langsung pada pekerjaan yang bersangkutan, tidak diperkenankan untuk disimpan di
dalam lokasi.

7. Material-material yang ditolak untuk dipakai supaya segera dikeluarkan dari lokasi,
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah pemberitahuan penolakan.

Pasal 10
BARANG CONTOH (SAMPLE)

1. Kontraktor dan sub Kontraktor diwajibkan menyerahkan barang-barang contoh


(sample) dari material yang akan dipakai/dipasang, untuk mendapatkan persetujuan
Direksi Lapangan.

2. Barang-barang contoh (sample) tertentu harus dilengkapi dengan tanda


bukti/sertifikat pengujian dan spesifikasi teknis dari barang-barang/material-material
tersebut.

3. Untuk barang-barang dan material-material yang akan didatangkan ke lokasi


(melalui pemesanan) maka Kontraktor dan sub Kontraktor diwajibkan menyerahkan
brosur seperti :
a. Katalog.
b. Gambar atau penjelasan teknis.
c. Jaminan mutu barang/material.

Pasal 11
URAIAN PEKERJAAN

1. Kontraktor/rekanan harus menyediakan segala yang diperlukan untuk


melaksanakan pekerjaan secara baik, sempurna dan efisien dengan urutan yang teratur,
termasuk alat - alat pembantu yang dipergunakan seperti concrete mixer (beton molen),
28

pompa air, pemadat (compactor) dan sebagainya yang diperlukan untuk pekerjaan
tersebut.

2. Kuantitas dan kualitas pekerjaan :


a. Kuantitas pekerjaan yang berkualitas baik yang termasuk dalam harga
kontrak harus dianggap seperti apa yang tertera dalam gambar Bestek atau
diuraikan dalam rencana kerja, Syarat-syarat dan Berita Acara Rapat Penjelasan
Pekerjaan kecuali yang disebut diatas apa yang tertera dalam uraian dan syarat-
syarat dalam kontrak itu bagaimanapun tidak boleh menolak, merubah atau
mempengaruhi penerapan atau interprestasi dari apa yang tercantum dalam
syarat-syarat ini.

b. Kekeliruan/perbedaan dalam uraian pekerjaan dan kuantitas baik


pengurangan maupun penambahan bagian-bagian dari gambar dan uraian syarat-
syarat tidak boleh merusak (membatalkan) perjanjian/kontrak ini tetapi hendaknya
diperbaiki dan dianggap suatu perubahan yang dikehendaki oleh Pemberi
Tugas/Kalakgiat.

3. Gambar pekerjaan :
a. Gambar rencana pekerjaan yang terdiri dari gambar Bestek, gambar detail
konstruksi, gambar situasi dan sebagainya yang dilaksanakan oleh Perencana
telah disampaikan kepada rekanan/Kontraktor beserta dokumen dokumen lain.
Rekanan/Kontraktor tidak boleh mengubah atau menambah tanpa persetujuan
tertulis dari Kalakgiat. Gambar tersebut tidak boleh diberikan kepada pihak lain
yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan pemborongan ini atau
dipergunakan untuk maksud-maksud lain.

b. Bila Direksi menggangap perlu maka konsultan Perencana harus membuat


tambahan gambar detail (gambar penjelasan) yang diperiksa dan disahkan oleh
Direksi dan gambar tersebut menjadi milik Direksi.

c. Untuk semua pekerjaan yang belum terdapat dalam gambar bestek baik
peyimpangan atau perubahan atas perintah Pemberi Tugas atau tidak,
Rekanan/Kontraktor harus membuat gambar kerja atau gambar penjelasan (shop
drawing) untuk mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas/Kalakgiat.

d. Rekanan/Kontraktor pelaksana harus menyediakan dilokasi pekerjaan 1


(satu) dokumen kontrak lengkap termasuk gambar Bestek, Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS), berita acara rapat penjelasan pekerjaan, time schedule yang
telah disetujui oleh Kalakgiat/Direksi dalam masa pelaksanaan pekerjaan.

e. Rekanan/Kontraktor pelaksana dianggap sudah mempelajari/memahami


maksud dan tujuan Perencana.
29

f. Rekanan/Kontraktor pelaksana harus membuat gambar yang sesuai dengan


apa yang dilaksanakan ( As built drawing ) yang jelas, memperhatikan perbedaan
atau perubahan antara gambar dalam dokumen kontrak dan pekerjaan yang
dilaksanakan. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 5 (lima) Serah
Terima Tahap I (STT I)

Pasal 12
PENGUJIAN ATAS MUTU PEKERJAAN

Kontraktor dan sub Kontraktor diwajibkan mengadakan pengujian atas, mutu


pekerjaan ataupun atas pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai dengan kebutuhannya
masing-masing, misalnya :
1. Pengujian mutu beton.
2. Pengujian kabel-kabel listrik (merger).
3. Pengujian tekanan untuk pipa-pipa (plumbing).
4. Pengujian kebocoran.
5. Pengujian bekerjanya mesin-mesin dan peralatan-peralatan lainnya.
6. Pengujian mutu pekerjaan jalan/bahan pembentuk jalan.

Semua biaya-biaya untuk kebutuhan tersebut diatas, ditanggung oleh Kontraktor


dan sub Kontraktor yang bersangkutan, laporan pengujian mutu beton harus segera
diserahkan selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah tanggal pengujian kubus beton yang
bersangkutan. Laporan yang diterima 3 (tiga) hari atau lebih setelah tanggal
pengujian dianggap batal. Bila dianggap perlu oleh Pengawas, Kontraktor dapat
diperintahkan untuk mengadakan core drilling atas biaya Kontraktor.

Pasal 13
GAMBAR-GAMBAR AS BUILT DRAWING DAN SHOP DRAWING

1. Dalam hal-hal tertentu maka untuk kebutuhan pemasangan atau pelaksanaan


sesuatu pekerjaan yang membutuhkan penjelasan-penjelasan dimana hal-hal tersebut
tidak terdapat di dalam gambar kerja maka Kontraktor diwajibkan membuat gambar shop
drawing dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Lapangan/Pengawas.

2. Kontraktor dan sub-sub Kontraktor diwajibkan untuk membuat gambar-gambar


hasil pelaksanaan (as built drawing ) sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan di
lapangan secara kenyataan, untuk kebutuhan pemeriksaan dan maintenance dikemudian
hari. Gambar tersebut diserahkan kepada Pemberi Tugas setelah disetujui oleh
Pengawas (dibuat rangkap tiga).

Pasal 14
PASS/SERTIFIKAT KONTRAKTOR DAN SUB-SUB KONTRAKTOR

Semua Kontraktor dan sub Kontraktor yang bertanggung jawab atas pekerjaan
pelaksanaan proyek ini, harus memiliki pas/sertifikat golongan tertinggi, diantaranya :
1. SIPP.
30

2. Pasang untuk listrik dan pemipaan (plumbing) SIKA, SPI.


3. Dan lain-lain yang berlaku di wilayah.
4. SIPP dari Badan Keselamatan Kerja.

Pasal 15
FOTO-FOTO DOKUMENTASI PROYEK

1. Kontraktor diwajibkan membuat foto-foto dokumentasi proyek meliputi :


a. Foto-foto kegiatan proyek antara lain kegiatan dalam penempatan peralatan
lapangan, penempatan material dan lain-lain.
b. Foto-foto tahapan pekerjaan.
c. Pekerjaan yang penting antara lain pembesian, bekisting, pekerjaan
sebelum dan sesudah pengecoran.
d. Pekerjaan lain yang dianggap perlu oleh Direksi Lapangan/Pengawas.

2. Kondisi proyek pada progress pekerjaan mencapai 0 %, 20 % dan seterusnya


sampai dengan 100 % (setiap peningkatan kemajuan fisik 20 %) dan kondisi pada waktu
pemeliharaan.

3. Foto-foto dicetak dalam ukuran post card (dicetak berwarna), dicetak 3 set.
31

BAB IV
PERSYARATAN TEKNIS

Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan pada proyek ini adalah pekerjaan Rehab dan Renovasi TNI AD
TA. 2019 yang dilaksanakan sesuai gambar.

Pasal 2
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Pekerjaan Persiapan adalah suatu pekerjaan awal yang merupakan satu kesatuan
pekerjaan yang tidak terpisahkan dari pekerjaan utama yang meliputi :
a. Kebutuhan air kerja.
b. Kebutuhan listrik kerja.
c. Pembuatan foto dokumentasi :
1) Saat permulaan pekerjaan ( 0 % ).
2) Setiap jenis/item pekerjaan ( proses dan finish ).
3) Setiap pengajuan pembayaran angsuran.
4) Setiap masa pemeliharaan berakhir.
5) Foto harus berwarna ukuran postcard sebanyak masing-masing 3
(tiga) lembar dan disusun dalam album dan diberi keterangan.

2. Pengukuran situasi.
a. Untuk pekerjaan pengukuran situasi ini, perlu diperhatikan rencana gambar
bestek.
b. Untuk menentukan ketepatan titik pondasi, titik sumbu konstruksi dan lain
lain, dipergunakan alat pengukur Theodolite (apabila diperlukan).
c. Titik sumbu pondasi, harus dipasang patok-patok dari kayu, yang
ditanamkan sedemikian rupa sehingga tidak bergerak dengan diberi cat merah .

3. Konstruksi bouwplank
a. Pekerjaan konstruksi bouwplank ini, perlu diperhatikan rencana gambar
bestek.
b. Untuk membantu ketepatan berdirinya bangunan/titik sumbu pondasi/tiang
konstruksi maka harus dibuat konstruksi bouwplank yang kuat/tidak dapat bergeser
karena pekerjaan disekitarnya.
c. Konstruksi bouwplank dibuat dari bahan papan berkualitas baik dengan
ukuran 2/20 cm dan kaso ukuran 4/6 atau kayu dolken Ø 10 cm panjang 1,5 meter
dengan ditanam sedemikian rupa, sehingga tidak mudah bergerak.
d. Papan bouwplank harus diratakan dibagian atas dengan jalan diketam
sehingga lurus.
e. Pembuatan konstruksi bouwplank dinyatakan selesai, bila mendapat
persetujuan Pengawas Lapangan .
f. Papan bouwplank bagian atas harus dibuat setinggi peil lantai ± 0.00.
32

Pasal 3
PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN

1. Sebelum dimulai pekerjaan galian terlebih dahulu diadakan pemasangan


bouwplank dengan memasang kayu/papan meranti sebagai patokan/pengukuran awal
untuk menentukan peil/elevasi dan as bangunan (jaraknya ± 1,50 m dari as bangunan).

2. Yang dimaksud dengan pekerjaan galian tanah adalah semua pekerjaan galian
yang diperlukan untuk pondasi bangunan, sloof serta saluran-saluran air baik di dalam
maupun di luar gedung, termasuk perataan permukaan tanah sampai pada permukaan
tanah yang ditentukan dalam gambar kerja.

3. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan galian tanah :


a. Semua pekerjaan galian tanah untuk semua lobang galian baru boleh
dilaksanakan setelah papan balok (bouwplank) dilaksanakan.
b. Tanah bekas galian yang tidak dibutuh untuk peninggian tanah/halaman
atau untuk urugan lainnya harus diangkut keluar dari halaman.
c. Sumbu kedalaman, serta bentuk galian setelah dilaksanakan harus diperiksa
serta disetujui oleh Direksi.
d. Dasar galian harus dikerjakan teliti, datar sesuai dengan gambar kerja dan
harus dibersihkan dari kotoran.
e. Bilamana terjadi penggalian yang melebihi kedalaman yang telah ditentukan
dalam gambar kerja, harus diadakan pengurugan untuk menutup kelebihan
tersebut dengan pasir urug yang dipadatkan dan disiram air pada setiap ketebalan
± 5 cm lapis demi lapis sampai mencapai permukaan yang dibutuhkan.
f. Tanah bekas galian harus disingkirkan sehingga tidak mengganggu
pekerjaan.

4. Pelaksanaan pengurugan kembali tanah bekas galian sampai mencapai


permukaan yang ditentukan termasuk pula pemadatannya sesuai gambar kerja.

5. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan urugan :


a. Tanah urug yang boleh dipakai adalah tanah bekas galian atau tanah yang
didatangkan dari luar yang tidak mengandung organis.
b. Pemadatan tanah urugan harus dilakukan lapis demi lapis dan setiap lapis
tidak boleh lebih tebal dari 20 cm sampai rata dan padat sesuai dengan gambar
kerja.
c. Bahan–bahan bekas bongkaran sama sekali tidak boleh dipergunakan
sebagai urugan.

Pasal 4
PEKERJAAN PONDASI DAN BETON

1. Pekerjaan Beton :
a. Semua pekerjaan ini harus mengikuti Peraturan Beton Bertulang (PBI Th.
1971) sepanjang tidak diatur lain dalam spesifikasi ini.
33

b. Mutu beton bertulang struktural yang dipakai yaitu campuran 1 Pc: 2 Ps: 3Kr
atau K.225 kg/cm2 kecuali yang sudah disebutkan .

c. Untuk pekerjaan beton bertulang harus dipakai baja tulangan sesuai dengan
spesifikasi mutu U 32, U 24 sebagai tulangan Utama dan U 22 untuk begel.

d. Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1
mm.

e. Semua yang dipakai harus semen portland kelas 4 yang sesuai dengan
pengarahan yang ditetapkan dalam standard NI-8 atau ASTM C-150 type I. Dalam
hal ini yang digunakan adalah semen PC (setara Gresik atau merk lain) sesuai
dengan syarat-syarat ini yang telah mendapat persetujuan dari Direksi.

f. Semen-semen diatas harus diatur sedemikian rupa sehingga semen-semen


yang datang terlebih dahulu dalam gudang dapat dipakai lebih dahulu dan mudah
diperiksa.

g. Tidak diijinkan memakai lebih dari satu macam/type semen untuk suatu jenis
pekerjaan.

h. Agregat halus yang dipakai dapat terdiri dari :


1) Pasir alam, yaitu pasir yang disediakan oleh Kontraktor dari sungai
atau sumber lainnya yang disetujui oleh Direksi.
2) Pasir buatan, yaitu pasir yang dihasilkan oleh mesin pemecah batu
atau kombinasi dari pasir alam.
3) Pasir dan kerikil halus yang akan dipakai harus bersih dan bebas dari
tanah liat, karang, serpihan-serpihan mika, bahan-bahan organik dan alkalis,
jumlah bahan bahan yang merugikan tersebut tidak boleh lebih dari 5 %.
4) Bahan harus berbentuk baik (kubus) keras padat sisi-sisi yang tajam
& awet.
5) Pasir yang dipakai hendaknya mempunyai gradasi baik sesuai
dengan PBI-1971 atau SK SNI T.15/1991-03.

i. Agregat kasar yang akan dipergunakan dapat terdiri koral atau batu pecah.
1) Banyaknya bahan-bahan yang merusak tersebut, tidak boleh melebihi
persyaratan maksimum, yang diatur oleh PBI-1971 atau SK SNI.
2) Agregat yang dipakai hendaknya berbentuk baik, keras, padat, awet
dan tidak berpori-pori.
3) Agregat kasar harus mempunyai gradasi yang baik jika disaring
dengan saringan standard harus sesuai dengan standard Indonesia untuk
beton (PBI) 1971 atau SK SNI.
4) Ukuran maksimum agregat kasar tidak melebihi 4 cm, dan jika
gradasi tidak sesuai, maka Kontraktor harus menyaring atau mengolah
kembali bahan, dan jika diperlukan agregat harus dicuci.
34

j. Air yang dipakai untuk pekerjaan beton harus bebas dari lumpur, minyak,
asam, garam, bahan-bahan organik dan kotoran-kotoran lain-lain dalam jumlah
yang merusak. Kecuali air yang berasal dari PDAM maka sebelum dipakai untuk
pekerjaan beton ini, air harus diperiksa atau diuji apakah sesuai atau tidak dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh PBI-1971 atau SK SNI.

k. Baja tulangan/ besi.


1) Semua baja tulangan yang dipakai harus baru, bebas karat.
2) Mutu baja tulangan yang dipakai adalah U-32 dan U-24 sesuai
dengan standard Indonesia NI 2 PBI-1971 atau SK SNI dan mendapat
persetujuan dari Direksi. Pemakaian dari setiap jenisnya lihat gambar.
3) Jika diperlukan, Kontraktor harus dapat memberikan sertifikat dari
baja tulangan yang dipakai, dari Laboratorium Pengujian Bahan atau Pabrik
yang bersangkutan.
4) Sebelum baja-baja tulangan didatangkan ketempat pekerjaan,
Kontraktor harus menyerahkan dulu contoh-contoh besi.
5) Jika ternyata baja-baja tulangan tidak sesuai dengan contoh-contoh
yang dimaksudkan, Direksi mengafkir besi-besi tersebut. Segala kerugian
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
6) Baja tulangan harus dibengkokkan/dibentuk dengan teliti sesuai
dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera dalam gambar-gambar
beton.
7) Sebelum dipasang, baja tulangan harus bersih dari serpihan-serpihan
karat,minyak, gemuk yang dapat mengurangi daya lekat.
8) Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar, besi
beton diikat pada tempatnya dengan kawat-kawat pengikat, klem-klem yang
khusus diganjal blok-blok atau sisi-sisi besi, spacer atau gantungan-
gantungan, sehingga dijamin tidak terjadi penggeseran-penggeseran pada
waktu pengecoran beton.

l. Ukuran-ukuran besi beton tersebut diatas adalah sebagai berikut :


PAGAR PENGAMAN DEPAN
1) Pondasi plat setempat 40.40.30 menggunakan campuran 1 Pc: 2 Ps:
3Kr
a) Besi untuk tulangan pokok : Ø 8 mm-10 cm
2) Pekerjaan Tiang Pagar 10/10 menggunakan campuran 1 Pc: 2 Ps:
3Kr
a) Besi untuk tulangan pokok : Ø 8 mm
b) Besi untuk beugel : Ø 6 mm -15 cm

DINDING PENYEKAT DAN BALE-BALE


1) Pekerjaan Sloof 30/60 menggunakan campuran 1 Pc: 2 Ps: 3Kr
a) Besi untuk tulangan pokok : Ø 10 mm
b) Besi untuk beugel : Ø 6 mm -10/15 cm
2) Pekerjaan Kolom 15/15 menggunakan campuran 1 Pc: 2 Ps: 3Kr
a) Besi untuk tulangan pokok : Ø 10 mm
35

b) Besi untuk beugel : Ø 6 mm -10 cm


3) Pekerjaan Ring Balk 15/15 menggunakan campuran 1 Pc: 2 Ps: 3Kr
a) Besi untuk tulangan pokok : Ø 10 mm
b) Besi untuk beugel : Ø 6 mm -10 cm

m. Komposisi/campuran beton. Untuk campuran ini harus diadakan suatu


rencana campuran ( mix design ) untuk mendapatkan keyakinan akan tercapainya
mutu beton dengan campuran K.225 atau campuran 1 Pc: 2 Ps: 3Kr.

n. Pencampuran dan pengadukan beton :


1) Alat pengukuran bahan-bahan beton harus disediakan dan
mempunyai ketelitian yang cukup untuk mengukur jumlah dari masing-
masing unsur bahan pembentuk beton.
2) Alat-alat pengaduk beton harus disediakan yang baik dan disetujui
oleh Direksi Lapangan.
3) Bahan-bahan pembentuk harus dicampur dan diaduk dalam concrete
mixing plant (atau paling tidak dalam Portable Continous Mixer/Concrete
Mixer kapasitas 0,3 – 0,6 m3), paling sedikit 1,5 menit sesudah semua
bahan masuk ke dalam mixer.
4) Waktu pengadukkan harus ditambah jika tidak didapatkan hasil
adukan yang merata dan warna yang seragam.
5) Pengadukan yang berlebih-lebihan dan membutuhkan penambahan
air untuk mendapatkan konsisten beton yang dikehendaki tidak
diperbolehkan.
6) Beton tidak boleh dicampur atau diaduk hanya dengan tangan (hand
mixing).

o. Pengangkutan beton:
1) Beton harus diangkut dari mixer ketempat pengecoran dalam
container yang kedap air dengan secepatnya dan dituangkan pada
bekesting secara hati-hati tanpa menimbulkan pemisahan-pemisahan
bagian-bagian campuran.
2) Beton harus diangkut sedemikian rupa sehingga dapat dicegah
perubahan konsisten beton.

p. Pengecoran dan pemadatan beton.


1) Sebelum pekerjaan pengecoran beton dilakukan semua pekerjaan
cetakan (bekisting), baja-baja tulangan, instalasi-instalasi yang lain yang
harus di tanam di dalam sudah selesai terlebih dahulu.
2) Hendaknya selambat-lambatnya 24 jam sebelum pekerjaan
pengecoran dimulai, Kontraktor harus memberitahukan pada Pengawas/
Direksi untuk mendapatkan pemeriksaan dan persetujuannya.
3) Pengecoran hanya boleh dilakukan jika Pengawas/ Direksi atau
wakilnya yang ditunjuk serta Kontraktor yang setingkat ada ditempat
pekerjaan.
36

4) Cetakan harus dibersihkan terlebih dahulu dengan jalan


menyemprotkan air tawar atau compressor sehingga segala kotoran-kotoran
hilang dari dalam cetakan.
5) Beton harus dicor pada tempat-tempat pekerjaan secepat mungkin
setelah pencampuran dan pengadukan dan dipadatkan dengan mechanical
vibration.
6) Lama pemadatan dengan vibrator tersebut harus disesuaikan dengan
type dari alat yang dipakai (tidak boleh terlalu lama sekitar 30 detik).
7) Sambungan-sambungan harus dibersihkan, dibasahi dan kemudian
dilapis dengan air semen sebelum dilakukan pengecoran beton baru.
8) Pencampuran/penumbukkan kembali beton yang sudah mengikat
tidak diperkenankan.
9) Adukan beton tidak boleh dituangkan terlalu tinggi sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya pemisahan/segregasi dari agregat (max. 1,5 m).
10) Alat-alat penuang harus selalu bersih dan bebas dari lapisan beton
yang mengeras.
11) Pada penyetopan/pemotongan oleh hubungan semua penuangan
beton harus membentuk suatu sudut (lereng terjal) dan tidak boleh vertikal.
12) Selama hujan yang dapat berpengaruh pada campuran beton, maka
pengecoran tidak diperkenankan.

q. Bekisting
1) Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga beton dapat dengan
baik ditempatkan, dipadatkan dan tidak terjadi perubahan bentuk acuan
selama pengerasan beton berlangsung.
2) Rencana (design) seluruh cetakan/acuan menjadi tanggung jawab
Kontraktor dan untuk acuan tertentu terlebih dahulu harus diajukan ke tim
Pengawas/ Direksi untuk mendapatkan persetujuan sebelum rencana acuan
dilaksanakan.
3) Bahan acuan dapat berupa papan-papan bekisting ukuran 3/20 atau
plywood tebal 9 mm serta diperkuat dengan penguat dari kayu/balok ukuran
4/6 atau 5/7 atau cetakan dari plat baja yang dapat dipergunakan secara
berulang-ulang.
4) Permukaan cetakan harus dibasahi terlebih dahulu dengan air
kemudian diberi lapisan minyak ( form oil) supaya tidak terjadi penyerapan
air semen pada beton yang baru dituangkan dan kemudian untuk mencegah
lekatnya beton pada cetakan.
5) Penggunaan minyak harus hati-hati jangan sampai besi tulangan dan
beugel terkena minyak karena akan mengurangi daya lekat beton dengan
tulangan.
6) Acuan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan
kubus yang cukup untuk memikul 2 x berat sendiri.
7) Perlu ditekankan bahwa tanggung jawab keamanan konstruksi
selama pelaksanaan adalah Kontraktor harus meminta ijin kepada
Pengawas/ Direksi bilamana bermaksud akan membongkar cetakan.
37

8) Segala ijin yang diberikan Pengawas/ Direksi sekali-sekali tidak


menjadi bahan untuk mengurangi/membebaskan tanggung jawab Kontraktor
dari adanya kerusakan-kerusakan yang timbul akibat pembongkaran
cetakan tersebut.
9) Pembongkaran cetakan beton harus dilaksanakan dengan hati-hati
sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan
beton, tetap dihasilkan sudut-sudut yang tajam dan tidak pecah.

r. Prosedur pengujian sebagai berikut :


1) Pada beton mutu K.225 kg/cm2 atau campuran 1 Pc: 2 Ps: 3Kr untuk
waktu permulaan pelaksanaan dibuat 1 (satu) benda uji untuk setiap 3 m3
beton dan dalam waktu sesingkat-singkatnya harus terkumpul 20 benda uji,
kemudian disetiap 5 m3 beton dengan minimum 1 (satu) benda uji untuk
setiap harinya.
2) Biaya untuk maksud tersebut di atas sepenuhnya menjadi
tanggungan Kontraktor dan segala sesuatunya dapat berpedoman dengan
PBI 1971.
3) Benda uji digunakan berbentuk kubus dengan ukuran 15 x 15 cm
atau 20 x 20 cm atau silinder 16 x 32 cm.
4) Pembuatan dan pemeriksaan benda-benda uji harus memenuhi
ketentuanketentuan dari PBI 1971/SK-SNI-T.15-1991-03.
5) Pengujian ini dilakukan apabila Direksi meragukan kuat tekan beton
yang dihasilkan.

s. Pemeliharaan Beton.
1) Waktu dan cara pembukaan cetakan harus sesuai dengan
petunjuk/persetujuan Direksi. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati
untuk menghindari kerusakan-kerusakan pada beton.
2) Pada permukaan-permukaan beton yang tidak beraturan harus
segera diperbaiki sampai disetujui oleh Direksi dan dilakukan oleh tukang
yang ahli.
3) Setelah pengecoran (beton telah mengeras) maka seluruh
permukaan beton min 3 kali sehari harus dibasahi/disiram air dan apabila
matahari bersinar terik maka permukaan beton tersebut harus
ditutupi/dilindungi sehingga tidak terkena panas matahari yang berlebihan.

t. Tata Laksana Pekerjaan.


1) Tulangan beton. Sebelum dilakukan pemotongan baja tulangan
maka Kontraktor harus terlebih dulu menyerahkan kepada Konsultan
Pengawas/Direksi rencana tentang pemotongan baja tulangan (meliputi
diameter, panjang dan jumlah yang dipasang) setelah disetujui baru
dilaksanakan pemotongan. Pada saat perakitan/pengikatan baja tulangan
dengan menggunakan kawat bindrat yang perlu diperhatikan adalah setiap
titik pertemuan harus selalu diikat dengan ikatan doubel silang.
38

2) Pengecoran beton bertulang. Sebelum pengecoran dilakukan maka


Kontraktor harus terlebih dulu memberitahukan (lewat surat) yang berisi
tentang rencana pengecoranyang berisi :
a) Tanggal/waktu pengecoran.
b) Bagian mana dari kontruksi yang akan dicor (termasuk
rencana pemutusan).
c) Volume yang akan dicor.
d) Daftar peralatan yang akan digunakan (termasuk peralatan
pendukung).
e) Jumlah tenaga kerja yang diajukan.
f) Peralatan-peralatan test uji mutu beton yang harus disediakan.
g) Hal-hal lain yang dirasa perlu oleh konsultan Perencana.
3) Setelah di check di lapangan bersama (konsultan Pengawas/Direksi,
Kontraktor) maka dibuat berita acara pemeriksaan dan apabila memenuhi
persyaratan maka baru boleh dilakukan pengecoran.

Pasal 5
PEKERJAAN PASANGAN BATA

1. Lingkup pekerjaan
a. Yang termasuk dalam pekerjaan ini ialah penyediaan tenaga, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
b. Pekerjaan pasangan bata yang dimaksud adalah semua pekerjaan
pasangan bata merah yang ada dalam gambar kerja atau sesuai petunjuk Direksi
Lapangan dengan campuran 1:4.

2. Persyaratan pekerjaan pasangan :


a. Semua batu bata yang terpasang harus memenuhi persyaratan bahan
bangunan yang berlaku dan telah disetujui Direksi Lapangan, baik dari segi ukuran,
maupun mutu bahan.
b. Pasangan dinding bata maupun bata beton/batako harus lurus, tegak, rata
dalam lapisan-lapisan sejajar dan water pass. Tidak satupun bata yang dipakai
berukuran kurang dari 10 cm, kecuali dikehendaki ukuran yang lebih banyak.
c. Sebelum dipasang, batu bata harus dicelup air hingga jenuh terutama jika
pengerjaannya dimusim kemarau, dengan maksud agar pengeringan pasangan
tidak terlalu cepat sehingga dapat terjadi ikatan yang sempurna antara bata dengan
adukan. Siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm, sehingga terdapat alur yang rapi
sebelum pekerjaan plesteran dimulai.
d. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus diperhatikan sambungan dan
hubungan dengan material lain dengan mengikuti petunjuk gambar kerja.Terutama
dalam pekerjaan plesteran hal ini harus diperhatikan benar, agar dinding yang
bersangkutan memenuhi syarat untuk diberi finishing.
e. Dalam satu hari pengerjaan pasangan dinding tidak boleh melebihi
ketinggian 1 meter. Pekerjaan baru boleh diteruskan setelah pasangan sebelumnya
betul-betul mengeras.
39

f. Pasangan dinding bata yang menempel pada beton harus diangker pada
beton tersebut, dan dalam proses pengeringannya, pasangan harus selalu
dibasahi.
g. Semua keperluan pekerjaan listrik, pemipaan, dll yang berkaitan dengan
pekerjaan Pasangan bata harus dipersiapkan sesuai dengan gambar dan semua
dinding bata harus difinish dengan plesteran, kecuali disebutkan lain dalam
gambar.

Pasal 6
PEKERJAAN PLESTERAN

1. Lingkup pekerjaan
a. Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah menyediakan tenaga kerja,
bahan-bahan,peralatan berikut alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk
terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
b. Pekerjaan plesteran ini meliputi semua plesteran permukaan pasangan bata
dan beton yang terlihat ataupun yang diperlukan untuk di finish.
c. Pekerjaan plesteran yang dilaksanakan adalah plesteran biasa dan acian.

2. Pelaksanaan pekerjaan :
a. Sebelum diplester bidang dinding harus dibasahi terlebih dahulu sampai
jenuh, agar adukan dapat melekat dengan baik.
b. Untuk pekerjaan plesteran dinding bata biasa dipergunakan adukan 1pc : 4
ps sedangkan untuk plesteran dinding trasraam 1pc : 3 ps .
c. Untuk plesteran beton dipergunakan 1 pc : 2 ps setelah dipermukaan beton
yang akan diplester dikasarkan terlebih dahulu dan disiram dengan air semen.
d. Semua pekerjaan plesteran dikerjakan dengan teknik sempurna, bidang-
bidangnya rata, tegak lurus/siku terhadap bidang lainnya kemudian diaci atau
dihaluskan permukaannya dengan digosok sampai licin. Agar didapat bidang
plesteran yang rata permukaannya maka dalam pelaksanaannya Pemborong harus
menginstruksikan kepada tukang batu agar membuat kepala-kepala plesteran
setiap bidangnya.
e. Pada setiap plesteran yang bertemu dengan kusen pintu dan jendela
/bouvenlight agar dibuat tali air dengan lebar dan dalam 1 cm.

3. Campuran plesteran
a. Untuk pencampuran bahan adukan semen instan, digunakan mesin mixing
sehingga pencampuran dapat lebih sempurna. Adukan semen instan dicampur
dengan air dengan komposisi sesuai produk. Air ditambahkan secara bertahap
kedalam mesin mixing, dan aduk sampai rata selama 3 – 4 menit.
b. Semua campuran aduk plesteran harus benar-benar tercampur rata dan
homogen.
c. Untuk semua bidang kedap air, beton, bagian luar dari pasangan dinding
dan semua pasangan batu bata bagian dalam pada daerah basah dipakai aduk
plesteran kedap air dengan campuran 1 pc : 3 pasir, atau adukan readymix mortar.
40

4. Pemeliharaan
a. Selama pemasangan bata, beton belum difinish, Kontraktor wajib
memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran
bahan-bahan lainnya.
b. Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab Kontraktor dan wajib
memperbaikinya.
c. Tidak diperkenankan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum
plesteran berumur lebih dari dua (2) minggu, cukup kering dan bersih dari noda
seperti yang diisyaratkan.

Pasal 7
PEKERJAAN ATAP DAN PLAFOND

1. Pekerjaan atap meliputi :


a. Pekerjaan rangka atap bale bale dengan ukuran 6 x 12 cm.
b. Pekerjaan atap menggunakan galvalum dan spandex disesuaikan dengan
gambar detail.

2. Pekerjaan Plafond meliputi :


a. Pekerjaan plafond menggunakan plafond eternit dan gypsum dengan rangka
kayu dan hollow disesuaikan dengan gambar/shop drawing yang telah disetujui
Direksi Lapangan.
b. Pekerjaan pasangan list plafond kayu dan gypsum disesuaikan dengan
gambar detail.
c. Pekerjaan pasangan listplank woodplank, kayu dan rangka disesuaikan
dengan gambar detail.

3. Pelaksanaan pemasangan plafond :


a. Gypsum harus dipasang kuat pada rangkanya, menggunakan skrup atau
paku board dengan jarak 20 cm.
b. Skrup atau paku board harus masuk melebihi permukaan gypsum untuk
kemudian dikompon sampai halus.
c. Pada pertemuan antara dinding dengan plafond dipasang list
d. Dalam pemasangan plafond satu sama lain harus rata dan tidak
bergelombang.

4. Ukuran-ukuran tersebut diatas sesuai dengan ruangannya akan ditentukan


kemudian oleh Direksi Lapangan serta bahan-bahan yang akan dipasang, Kontraktor
harus mengajukan contoh-contoh kepada Direksi Lapangan untuk mendapat persetujuan.

Pasal 8
PEKERJAAN KUSEN DAN PINTU

1. Persiapan.
a. Sebelum dimulai pekerjaan ini, Kontraktor wajib meneliti kembali bentuk,
letak ukuran dari masing-masing kusen dan pintu yang akan dikerjakan.
41

Pemasangannya agar dilaksanakan dengan baik dan rapih sehingga menghasilkan


pekerjaan yang tegak lurus menurut lod dan mendatar menurut water pass.
b. Kontraktor harus menyiapkan gambar-gambar pelaksanaan dibengkel/shop
drawing dengan ukuran disesuaikan di lapangan.

2. Pekerjaan kusen, pintu dan jendela :


a. Pekerjaan kusen menggunakan kusen kayu disesuaikan dengan gambar
detail.
b. Pekerjaan pintu menggunakan daun pintu panel kayu kamper open
sedangkan untuk kamar mandi menggunakan pintu lapis aluminium lengkap
disesuaikan dengan gambar detail.
c. Untuk pekerjaan kaca jendela dan bouvenlight menggunakan kaca 5 mm
rangka kayu disesuaikan dengan gambar detail.

3. Perlengkapan kusen dan pintu sudah termasuk dalam paket kusen dan pintu.

4. Sebelum pekerjaan diserahkan permukaan kusen harus bersih dari segala kotoran
atau noda-noda.

Pasal 9
PEKERJAAN PENGGANTUNG DAN KUNCI-KUNCI

1. Pekerjaan ini meliputi pemasangan engsel pintu, grendel pintu, grendel jendela,
dan pemasangan kunci pada pintu merk Bolzano, Binoche atau merk lain yang disetujui
oleh Direksi.

2. Alat - alat kunci dan engsel serta lainnya harus berkualitas baik dan dipasang
dengan menggunakan baut sekrup, dikerjakan dengan rapi dan tidak diperkenankan
menggunakan paku.

3. Semua daun pintu dipasang dengan engsel Uk. 4” (minimal 3 buah) dan daun
jendela dipasang engsel Uk. 3” (minimal 2 buah).

4. Engsel atas dipasang ± 28 cm (as) dari permukaan atas pintu, engsel bawah
dipasang ± 32 cm (as) dari permukaan bawah pintu dan engsel tengah dipasang
ditengah-tengah antara kedua engsel tersebut.

5. Untuk pintu KM/WC, engsel atas dan bawah dipasang ± 28 cm (as) dari permukaan
pintu, engsel tengah dipasang di tengah-tengah antara kedua engsel tersebut.

6. Penarik pintu (door pull) dipasang 90 cm (as) dari permukaan lantai.

7. Semua bahan - bahan yang diperlukan selain berkualitas dan bermutu baik juga
harus mendapat persetujuan dari Direksi.
42

8. Semua daun jendela diperlengkapi dengan grendel pendek kualitas baik dengan
merk Binoche, Bolzano atau merk lain yang disetujui Direksi.

9. Semua perlengkapan pintu dan jendela harus dikerjakan dengan rapi dan
sempuna.

Pasal 10
PEKERJAAN KERAMIK

1. Semua keramik yang dipasang harus memenuhi persyaratan bahan bangunan


yang berlaku dan sesuai dengan gambar rencana serta harus mendapat persetujuan
Direksi.

2. Ukuran keramik yang dipergunakan :


a. Keramik 40/40 untuk lantai merk Asia, Mulia.
b. Plin keramik 10/40 untuk lantai merk Asia, Mulia.
c. Keramik 20/20 untuk lantai km/wc merk Asia, Mulia.
d. Keramik 20/25 untuk dinding km/wc merk Asia, Mulia.

3. Kontraktor wajib menyerahkan/mengajukan (2 macam untuk 1 warna) untuk


disetujui Direksi.

4. Dalam melaksanakan pekerjaan ini harus diperhatikan bentuk/profil sambungan


dan hubungannya dengan material lain. Semua ini dikerjakan sesuai dengan petunjuk
gambar detail.

5. Persyaratan Pelaksanaan
a. Permukaan lantai yang akan dipasang keramik, disyaratkan harus keras,
bersih, bebas alkali, asam maupun bahan organik lainnya. Tebal screed lantai
harus sesuai dengan yang disyaratkan, rata permukaannya dan di waterpass.
b. Pemasangan ubin keramik harus menggunakan bahan adukan yang terdiri
dari PC setebal 2 cm atau aduk perekat semen instant, dengan ketebalan
maksimal 0.7mm. Sewaktu pemasangan bagian bawah ubin harus terisi padat
dengan semen.
c. Pemasangan ubin keramik harus benar-benar rata, tidak berombak, tidak
menonjol, dan tidak miring.
d. Garis-garis siar harus lurus baik vertikal maupun horizontal (waterpass).
Jarak siar harus sekecil mungkin, untuk granit tidak lebih dari 1 mm dan untuk
keramik tidak lebih dari 4 mm. Untuk mengisi siar digunakan bahan pasta semen
dengan warna sesuai warna keramik. Pengisian/ pengecoran siar dilakukan paling
cepat 24 jam setelah ubin dipasang dan ubin sudah benar-benar kuat melekat pada
lantai. Siar-siar sebelum dicor harus bersih dari debu dan kotoran lain.
e. Selama masa pengeringan yaitu 3 x 24 jam setelah pemasangan ubin,
bidang ubin tidak boleh diinjak/ diberi beban apapun.
f. Bahan ubin keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih.
43

g. Kotoran semen dan lainnya yang menempel pada permukaan ubin harus
dibersihkan sebelum menjadi keras/kering.
h. Setelah selesai pemasangan ubin dibersihkan dengan lap basah atau bahan
pembersih lunak yang ada di pasaran.
i. Sebelum melakukan pemasangan, Kontraktor harus menentukan awal
pemasangan dan pemotongan untuk mendapat persetujuan Direksi Lapangan.
j. Bila diperlukan pemotongan ubin keramik, maka harus digunakan alat
pemotong khusus sesuai dengan petunjuk pabrik.

6. Pasir yang dipakai mempunyai gradasi 2 mm dan harus benar-benar bersih bila
perlu dicuci dan disaring.

7. Pada saat pemasangan keramik harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat atau
ternoda.

8. Pola pemasangan keramik, warna dan ukuran harus sesuai dengan gambar atau
sesuai dengan petunjuk Direksi.

9. Pemasangan keramik lantai untuk daerah basah diturunkan 5 cm dari peil lantai
sekitarnya atau sesuai dengan gambar.

10. Sewaktu keramik dipasang, seluruh rongga pada permukaan keramik bagian
belakang harus terisi dengan adukan.

11. Pemasangan keramik harus benar-benar rata dengan memperhatikan peil finish
baik untuk lantai maupun dinding.

12. Setelah selesai pemasangan, lantai keramik harus terlindungi dari kemungkinan
cacat yang diakibatkan dari pelaksanaan pekerjaan lain.

13. Bila terjadi kerusakan, keramik harus diperbaiki dengan tidak mengurangi mutu
pekerjaan yang lain dan biaya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Pasal 11
PEKERJAAN SANITAIR

1. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan instalasi perpipaan berupa instalasi air bersih dan
air kotor, kloset jongkok ,pembuangan septictank biofi lengkap, pasang kran air, pasang
floor drain steenlist, meja dapur lapis keramik dan pasang bak mandi.

2. Instalasi air di luar bangunan dipasang sesuai gambar, jenis pipa yang digunakan
adalah pipa PVC.

3. Instalasi air dalam bangunan dipakai PVC 1/2" dan 3/4", sambungan harus benar-
benar rapat (tidak bocor) khususnya yang tertanam dalam dinding/ lantai bangunan.
44

4. Pipa distribusi air bersih dipakai bahan PVC ukuran 3/4 “ untuk pipa utama dan 1/2”
untuk pipa pembagi.

5. Pekerjaan pemasangan bak mandi batu bata di sesuaikan dengan gambar


rencana.

6. Pemasangan kloset jongkok dipasang pada KM/WC menggunakan merk Toto,


American Standard dan Ina (di sesuaikan dengan gambar).

7. Pipa pembuangan air sisa dari floordrain menggunakan pipa PVC 3” letaknya
disesuaikan dengan gambar detail.

8. Pemasangan kran dengan merk yang standard atau petunjuk Direksi Lapangan.

9. Dasar pembuatan septictank dengan kapasitas 1,5 m3 dengan menggunakan


pasangan batu bata disesuaikan gambar detail.

15. Pipa penghubung lobang kloset dengan septictank dibuat dari pipa PVC 4”
disesuaikan dengan gambar detail.

16. Septictank harus ada resapan (rembesan) dan letak septictank sebelum digali
harus seijin Direksi Lapangan terlebih dahulu.

Pasal 12
PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRICAL

1. Lingkup pekerjaan mekanikal elektrikal meliputi :


a. Instalasi penerangan dan instalasi stop kontak merk Eterna, Prima dan
Supreme.
b. Saklar dan stop kontak merk Broco.
c. Lampu merk Philips.
d. Pemasangan MCB + dos.
e. Pemasangan lampu XL.
f. Pemasangan lampu Mercuri.
g. Lampu Zetalux.
h. Kabel LVTC

2. Peraturan umum.
a. Persyaratan Pelaksana Pekerjaan listrik.
1) Harus mempunyai SIK-PLN golongan C yang masih berlaku.
2) Harus dapat disetujui oleh Pemberi Tugas/Direksi/Pengawas.
3) Mengikuti aturan Puil (Peraturan umum instalasi listrik ) & PLN.
b. Semua instalasi penerangan dan stop kontak menggunakan sistem 3 core
dimana core ketiga merupakan jaringan pentanahan disatukan ke panel listrik.
c. Sistem tegangan listrik 380 Volt – 3 fase – 50 Hz atau 220 Volt – 1 fase 50
Hz.
45

3. Persyaratan Umum Bahan dan Peralatan.


a. Syarat-syarat dasar.
1) Semua bahan/peralatan harus baru, bukan barang bekas atau
perbaikan.
2) Material atau peralatan mempunyai kapasitas atau rating yang cukup.
3) Harus sesuai dengan spesifikasi/persyaratan.
4) Kapasitas yang tercantum dalam gambar atau spesifikasi adalah
minimum. Kontraktor boleh memilih kapasitas yang lebih besar dari yang
diminta dengan syarat :
a) Tidak menyebabkan sistem menjadi lebih sulit.
b) Tidak menyebabkan pertambahan bahan.
c) Tidak meminta pertambahan ruang.
d) Tidak menyebabkan adanya tambahan biaya.
e) Tidak menurunkan mutu.

b. Syarat-syarat fisik.
1) Bahan atau peralatan dari kualifikasi atau type yang sama, diminta
merk atau terbuat oleh pabrik yang sama.
2) Dalam setiap hal, suatu bagian atau suku-suku dari peralatan yang
jumlahnya jelas ditentukan, maka jumlah tersebut harus tetap lengkap setiap
kali peralatan tersebut diperlukan, sehingga merupakan unit yang lengkap.
3) Bila suatu bahan atau peralatan disebutkan pabrik atau merknya, hal
ini dimaksudkan untuk mengikat mutu, type Perencanaan dan karakteristik.

4. Spesifikasi Teknik Bahan dan Peralatan.


a. Pipa merk Wavin dan Fitting merk Broco
1) Seluruh pengkabelan untuk penerangan di dalam beton dengan metal
conduit, stop kontak dan exhaust fan dilaksanakan dalam pipa dan fitting-
fitting high impacconduit PVC merk Waler dan Clipsal untuk dalam
bangunan kecuali untuk feeder dan NYY tanpa pipa. Untuk di halaman
terpasang dalam trench atau tertanam dalam tanah memakai pipa galvanis
kelas hight.
2) Sparing pipa menggunakan pipa galvanis yang ukurannya 2 tingkat di
atas pipa instalasi.
3) Penyambungan dari jalur instalasi ke armature lampu menggunakan
pipa flexible jenis PVC merk Wavin.
4) Semua teknik pelaksanaan yaitu percabangan, pembelokan,
pengetahuan dan sebagainya harus menggunakan fitting-fitting yang sesuai
yaitu socket, elbow, T-doos, cross-doos, terminal 3 m puntir, isolasi ban,
klem besi dan lain-lain.

b. Alat bantu isolasi.


1) Bak kontrol dan tutupnya dari beton bertulang untuk pentanahan.
2) Pasir urug, sirtu dan tanah urug.
3) Pondasi beton cor untuk tiang lampu halaman/taman.
46

c. Saklar dan Stop Kontak merk Broco.


1) Dengan rating 10 A-250 Volt dengan warna dasar putih, jenis
pasangan recessmounted/surfacemounted. Dalam supply saklar harus
lengkap dengan box tempat duduknya dari bahan metal.
2) Stop kontak rating 10 A – 250 Volt, 2 kutub ditambah untuk
pentanahan.
3) Stop kontak harus lengkap dengan box tempat dudukannya dari
bahan metal jenis pasangan recessmounted atau surfacemounted.
4) Ketinggian pemasangan skalar dan stop kontak adalah :
a) Saklar 1,5 m dari lantai.
b) Stop kontak 30 cm dari lantai atau menyesuiakan di lapangan.

d. Future Lamp XL merk Phillips.

e. Panel Listrik.
1) Umum.
a) Tegangan kerja :380 volt – 3 fase – 50 Hz.
b) Interupsting capacity untuk main breaker 40 KA dan cabang-
cabangnya minimal 25 KA.
c) Jenis panel indoor freestanding dengan pintu.
d) Lalu lintas kabel :
(1) Masuk dari bawah.
(2) Keluar dari bawah.
e) Gambar detail harus dibuat oleh Kontraktor dan disetujui oleh
Direksi/Pengawas sebelum pembuatan.

2) Pemutusan Daya.
a) Rated breaking capacity pada 380 volt – 3 fase – AC tidak
kurang dari 25 KA.
b) Release harus mengandung :
(1) Thermal overload releas.
(2) Magnetic short cicuit release (mempunyai sistem range).
(3) Under voltage release khusus untuk main breaker dari
tran former dengan motor dan timer mechanism.

3) Rumah Panel dan Busbar.


a) Ukuran rumah panel harus dapat mencakup semua peralatan
dengan penempatan yang cukup serta elektris dan fisik.
b) Pasangan semua komponen harus dapat dicapai dari bagian
depan dengan mudah tanpa pintu terkunci.
c) Rumah panel dari besi plat dengan tebal tidak kurang dari 2
mm.
d) Semua permukaan plat baja sebelum dicat harus mendapat
pengolahan pembersihan sejenis “phospatizing treatment” atau
senilai.
47

e) Bagian dalam dan luar harus mendapat paling sedikit satu


lapis cat penahan karat.
f) Untuk lapisan akhir cat finish bagian luar dasarnya abu-abu.
g) Ruangan pencapaian harus cukup untuk memudahkan kerja.
h) Label-label terbuat dari bahan trafolite yang tersusun berlapis
putih hitam putih dan digravir sesuai kebutuhan dalam bahasa
Indonesia.
i) Bukaan ventilasi dari bagian sisi panel.
j) Semua pengabelan di dalam panel harus rapi terdiri atas
kabel-kabel berwarna, mudah diusut dan mudah dalam pemeliharaan.
k) Busbar dan teknis penyambungan harus menurut peraturan
PUIL dan DIN.
l) Bahan dari tembaga yang berdaya hantar tinggi, bentuk
persegi panjang dipasang pada pole-pole isolator dengan kekuatan
dan jarak sesuai ketentuan untuk menahan tekanan-tekanan elektris
dan mekanis pada level hubung singkat.
m) Busbar dalam panel harus disusun rapi sampai semua terminal
kabel atau bar lainnya tidak menyebabkan lekukan yang tidak wajar.
n) Busbar harus dicat secara standar untuk membedakan
fasanya.
o) Batang penghubung antara busbar dengan breaker harus
mempunyai penampang yang cukup dengan rating harus tidak
kurang dari 125 % dari rating breaker.
p) Pada sambungan-sambungan busbar harus diberi bahan
pelindung (thinned).
q) Ujung kabel harus memakai sepatu kabel dari tembaga.

4) Instrumen dan Peralatan Petunjuk Lainnya.


a) Voltmeter :
(1) Jenis moving iron, range 600 volt, ukuran 96 x 96 mm,
kelas 2,5 hubungan langsung.
(2) Rangkaian memakai fuse.
(3) Bentuk persegi empat pasangan masuk.
(4) Selectorswitch dapat megukur :
(a) Fasa/fasa
(b) Fasa/netral
b) Ammeter :
(1) Jenis moving iron, range sesuai kebutuhan, ukuran 96 x
96 mm, hubungan langsung dengan trafo arus kelas 2,5.
(2) Bentuk persegi empat pasangan masuk.
c) Lampu pilot.

5) Instalasi listrik.
a) Instalasi penerangan menggunakan kabel NYM 2 x 2,5 mm2.
b) Instalasi stop kontak menggunakan kabel NYM 3 x 2,5 mm2.
c) Instalasi luar ruangan menggunakan kabel LVTC.
48

5. Syarat-syarat Pelaksanaan Instalasi.


a. Instalasi Kabel/Wiring.

1) Pemasangan di permukaan.
a) Semua kabel harus dipasang pada kabel tray atau dipasang di
permukaan dengan klem dan pendukung-pendukung yang sesuai
dengan konduit. Kabel tray harus berlubang dan digalvanisir setelah
dilubangi dan dipasang di permukaan dengan pendukung khusus
yang dicat dengan anti karat.
b) Semua kabel harus lurus/sejajar dengan jari-jari lengkungnya
tidak boleh kurang dari syarat-syarat pabrik.
c) Untuk ujung penyambungan baik ke panel ataupun ke mesin
harus lengkap dengan kabel schoen/terminal.

2) Penyambungan Kabel.
a) Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-
kotak penyambungan.
b) Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan warna-warna
atau nama masing-masing dan harus diadakan pengetesan-
pengetesan tahanan isolasi dimana penyambungan dilakukan.
c) Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan
penyambung-penyambung dengan ukuran yang sesuai.
d) Penyambungan pada kabel yang berisolasi karet atau PVC
harus disolasi dengan pipa karet atau PVC.
e) Semua penyambungan kabel tegangan tinggi harus diawasi
oleh ahli dari PLN atau jawatan lain yang sederajat dengan biaya
Kontraktor.
f) Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus
memenuhi persyaratan SII dan SPLN. Semua kabel/kawat harus
dalam keadaan baru dan harus jelas mengenai ukuran, jenis kabel,
nomor dan jenis pintalannya. Semua kawat dengan penampang 6
mm2 keatas harus dari bahan terpilih ( standar ).

3) Splice/Pencabangan.
Tidak diperkenankan adanya splice ataupun sambungan-sambungan
baik dalam feeder maupun cabang-cabang kecuali pada outlet atau kotak-
kotak penghubung yang dapat dicapai (acessible). Sambungan pada kabel
circuit cabang harus dibuat secara mekanis dan harus teguh secara elektrik
dengan cara-cara “solderless conector”. Dalam membuat “splice” conector
harus dihubungkan pada sambungan, tidak ada kabel-kabel telanjang yang
kelihatan.

4) Saluran Penghantar Dalam Bangunan.


a) Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa
coduit minimum 5/8. Setiap pencabangan ataupun pengambilan
keluar harus menggunakan junction box yang sesuai dan sambungan
49

yang lebih dari satu harus menggunakan terminal strip di dalam


junction box kualitas baik.
b) Ujung pipa kabel yang masuk kedalam panel dan junction
harus dilengkapi dengan socket/locknet, sehingga pipa tidak mudah
tercabut dari panel. Bila tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang
berada pada ketinggian muka lantai sampai dengan dua meter, harus
dimasukkan dalam pipa logam dan pipa diklem ke bangunan pada
setiap jarak 50 cm.

b. Instalasi Saklar.
1) Saklar-saklar dari jenis locker mekanis dengan rating 10A/13A, 250 V,
pada umumnya dipasang inbouw kecuali disebutkan lain pada gambar. Jika
tidak ditentukan lain, saklar-saklar tersebut bingkainya harus dipasang rata
pada tembok dengan ketinggian 150 cm diatas lantai yang sudah selesai
kecuali ditentukan lain oleh Direksi. Saklar-saklar tersebut harus dipasang
dalam kotak- kotak dan ring stelannya yang standar dilengkapi dengan tutup
persegi. Sambungan-sambungan hanya diperbolehkan antara kotak-kotak
yang bersekatan.
2) Stop Kontak. Stop kontak adalah dengan type yang memakai earthing
contact dengan rating sesuai dengan gambar dan besaran alat yang
dilayani. Semua pasangan stop kontak harus diberi saluran ke tanah
(grounding). Stop kontak harus dipasang rata dengan permukaan dinding
dengan ketinggian 150 cm dari atas lantai yang sudah selesai, atau
menyesuaikan di lapangan.

c. Instalasi Hubungan Pertanahan.


1) Cara penyelenggaraan instalasi hubungan pertanahan harus
disesuaikan dengan peraturan PLN yang ada dan disesuaikan dengan
spesifikasi dan gambar kerja.
2) Bagian-bagian yang wajib dihubung tanahkan harus disesuaikan
sebagai berikut :
a) Semua badan atau rangka instalasi listrik yang di dalam
keadaan kerja normal tidak bertegangan.
b) Semua motor-motor, stop kontak, panel listrik dan sebagainya.
c) Semua peralatan elektronik.
d) Kontruksi bangunan yang terbuat dari bahan logam.
e) Kawat grounding yang dipergunakan adalah hantaran
berisolasi.
f) Besarnya kawat grounding yang digunakan minimal
berpenampang sama dengan penampang kabel masuk (incomo\ing
feedeer).
g) Nilai tahanan grounding sistem untuk panel harus lebih kecil
dari 1 ohm, diukur setelah tidak terjadi hujan selama 3 hari.
h) Elektroda pentanahan untuk grounding digunakan pipa
galvanis copper rod sepanjang 0,5 m. Elektroda pentanahan yang
dipantek dalam tanah minimal mencapai air tanah.
50

i) Tahanan dari hubungan pentanahan harus diukur dan harus


sesuai dengan peraturan PLN yang ada.
j) Pentanahan untuk masing-masing peralatan seperti disebutkan
diatas terpisah satu sama lain dan memenuhi PUIL 1977/peraturan
PLN.

d. Testing Sistem Instalasi Listrik.


1) Pada waktu instalasi telah selesai, sistem listrik yang dipasang harus
di tes dan mendapat pengesahan dari PLN.
2) Instalasi listrik penerangan maupun tenaga siap terpasang.
3) Pengukuran untuk instalasi penerangan.
a) Hubungan ke armature diputuskan dengan mematikan saklar
yang berhubungan ke lampu-lampu maupun ke alat.
b) MCB dipanel dalam posisi off.
c) Pengukuran dilakukan setiap group maupun fase serta arde.
d) Untuk pengukuran setiap instalasi penerangan tahanan kawat
dibuatkan daftar.
e) Setiap menunjukkan hasil pengukuran tahanan kawat
dibuatkan daftar.
f) Diwaktu pengukuran dilaksanakan, sumber daya dari PLN
maupun genset tidak boleh dimasukkan.
4) Pengukuran Arde Induk.
a) Pemantekan pipa arde selesai dikerjakan serta kabel arde
sudah ditanam.
b) Setiap alat ukur khusus untuk mengukur tahanan kawat dari
arde.
c) Hasil pengukuran dari pada tahanan kawat arde harus sesuai
dengan PUIL 1977.

e. Masa Pemeliharaan dan Serah Terima Pekerjaan pekerjaan listrik.


1) Peralatan instalasi ini harus digaransi 1 (satu) tahun terhitung sejak
saat penyerahan pertama.
2) Kontraktor harus melatih petugas-petugas yang ditunjuk oleh Pemberi
Tugas sehingga dapat mengenali sistem instalasi dan dapat melaksanakan
pemeliharaan lebih lanjut.
3) Serah terima pertama instalasi ini harus dapat dilaksanakan setelah
ada bukti pemeriksaan/testing dengan hasil yang baik ditanda tangani
bersama oleh Kontraktor dengan Direksi, serta dilampiri pula dengan
gambar pelaksanaan (As Built Drawing) brosur peralatan, instruction
manual dan lain-lain.
51

Pasal 13
PEKERJAAN INSTALASI AIR

1. Lingkup Pekerjaan Instalasi Air meliputi :


a. Instalasi Air Bersih.
Penyediaan air bersih untuk sanitary fixture disetiap ruangan yang diambil dari
jaringan pipa di luar bangunan.

b. Instalasi Air Kotor dan Air Bekas.


Sistem pembuangan dari kloset atau WC yang kemudian disalurkan ke septictank.
Sedangkan air kotor atau air bekas dari kamar mandi dibuang ke saluran drainage
luar.

2. Persyaratan Pemasangan.
a. Umum.
1) Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin
kebersihan, kerapihan, ketinggian yang benar, serta memperkecil
banyaknya penyilangan.
2) Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak
kurang dari 50 mm diantara pipa-pipa atau dengan bangunan dan peralatan.
3) Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti
sebelum dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda
tajam/runcing serta penghalang lainnya.
4) Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup
yang diperlukan antara lain katup penutup, pengatur, katup balik dan
sebagainya, sesuai dengan fungsi sistem dan yang diperlihatkan di gambar/
shop drawing yang telah disetujui Direksi Lapangan.
5) Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus
dilengkapi dengan UNION atau FLANGE.
6) Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan-
sambungan cabang pada pekerjaan perpipaan harus mempergunakan fitting
buatan pabrik.
7) Kemiringan menurun dari pekerjaan perpipaan air limbah harus
seperti berikut, kecuali seperti diperlihatkan dalam gambar/ shop drawing
yang telah disetujui Direksi Lapangan.
a) Dibagian dalam bangunan. Dia. 150 mm atau lebih kecil 1 %
b) Dibagian luar bangunan :
- Diameter 150 mm atau lebih kecil 1 %.
- Diameter 200 mm atau lebih besar 1 %.
8) Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun kearah
titik buangan. Drains dan Vents harus disediakan guna mempermudah
pengisian maupun pengurasan.
9) Katup (valves) dan saringan (stainers) harus mudah dicapai untuk
pemeliharaan dan penggantian. Pegangan katup (valve handled) tidak boleh
menukik.
52

10) Sambungan-sambungan fleksibel harus dipasang sedemikian rupa


dan angkur pipa secukupnya harus disediakan guna mencegah tegangan
pada pipa atau alat-alat yang dihubungkan oleh gaya yang bekerja kearah
memanjang.
11) Pekerjaan perpipaan ukuran jalur penuh harus diambil urus tepat
kearah pompa dengan proporsi yang tepat pada bagian-bagian
penyempitan. Katup-katup dan fitting pada pemipaan demikian harus ukuran
jalur penuh.
12) Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angkur-angkur pipa dan
pengarah-pengarah pipa harus secukupnya disediakan agar pemuaian
serta pernggangan terjadi pada alat-alat tersebut, sesuai dengan permintaan
dan persyaratan pabrik.

b. Kecuali jika tidak terdapat dalam spesifikasi, pipe sleeves harus disediakan
dimana pipa-pipa menembus dinding-dinding, lantai balok, kolom atau langit-langit.
Dimana pipa-pipa melalui dinding tahan api, ruang-ruang kosong diantara sleeves
dan pipa-pipa harus dipakai dengan bahan rockwool 15 kg/m3. Selama
pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam pekerjaan
pemipaan yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan, ditutup dengan menggunakan
caps atau plugs untuk mencegah masuknya benda-benda lain.

c. Sambungan.
1) Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan sambungan
ulir berlaku untuk ukuran sampai dengan 40 mm.
2) Kedalaman ulir pada pipa-pipa harus dibuat sehingga fitting dapat
masuk pada pipa dengan diputar tangan sebanyak 3 kali.
3) Semua sambungan ulir harus menggunakan perapat henep dan
zinkwite dengan campuran minyak.
4) Semua pemotongan pipa harus memakai pipa cutter dengan pisau
roda.
5) Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas cutter.
6) Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.

d. Sambungan Lem.
1) Penyambungan antara pipa dan fitting PVC, mempergunakan lem
yang sesuai dengan jenis pipa, sesuai rekomendasi dari pabrik pipa.
2) Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, maka untuk ini harus
dipergunakan alat pres khusus. Selain itu pemotongan pipa harus
menggunakan alat pemotong khusus agar pemotongan pipa dapat tegak
lurus terhadap batang pipa.
3) Cara penyambungan lebih lanjut dan terinci harus mengikuti
spesifikasi dari pabrik pipa.

e. Sleeves.
1) Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa
tersebut menembus konstruksi beton.
53

2) Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan


kelonggaran di luar pipa ataupun isolasi.
3) Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun baja. Untuk
yang mempunyai kedap air harus digunakan sayap.
4) Untuk pipa-pipa yang akan menembus konstruksi bangunan yang
mempunyai lapisan kedap air (water proofing) harus dari jenis “Flushing
Sleeves”.
5) Rongga antara pipa dan sleeves harus dibuat kedap air dengan
rubber sealed atau “caulk”.

f. Pembersihan.
Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan,
pemipaan disetiap service harus dibersihkan dengan seksama, menggunakan
cara-cara/metoda-metoda yang disetujui sampai semua benda-benda asing
disingkirkan.

3. Pengujian.
a. Sistem Air Bersih.
1) Kalau tidak dinyatakan lain, semua pemipaan harus diuji dengan
tekanan air dibawah tekanan tidak kurang dari tekanan kerja ditambah 50
% atau 10 kg/cm dan tidak lebih tinggi dalam jangka waktu 1 jam.
2) Kebocoran-kebocoran harus diperbaiki dan pekerjaan pemipaan
harus diuji kembali.
3) Peralatan-peralatan yang rusak akibat uji tekanan harus dilepas
(diputus) dari hubungan-hubungannya selama uji tekanan berlangsung.
.
b. Sistem Air Limbah.
1) Pipa-pipa bertekanan harus diuji dengan tekanan air sebesar tekanan
kerja ditambah 50 % atau 8 kg/cm2 selama 1 jam.
2) Pipa-pipa gravitasi harus diuji dengan tekanan statis sebesar 3.0
meter diatas titik tertinggi selama 1 jam.

Pasal 14
PEKERJAAN JALAN

1. Sebelum pekerjaan jalan dilaksanakan terlebih dahulu dilaksanakan pembersihan


lahan dengan batas sesuai gambar rencana.
2. Setelah pekerjaan pembersihan lahan dilaksanakan dilanjutkan pekerjaan Base A
diratakan dan dipadatkan sesuai petunjuk Direksi di lapangan.
3. Pekerjaan dilanjutkan Base B diratakan dan dipadatkan sesuai petunjuk Direksi di
lapangan.
4. Pekerjaan dilanjutkan penetrasi :

a. Ukuran-ukuran Bahan :
1) Batu pecah/split : 3/5 cm ukuran padat ( setelah digiling )
2) Batu pecah/split : 2/3 cm ukuran padat ( setelah digiling )
54

3) Batu pecah/split : 1/2 cm ukuran padat ( setelah digiling )


4) Abu batu
5) Aspal Polimer Lokal
6) Minyak tanah

b. Pelaksanaan :
1) Setelah lapisan split dipasang, mulai digiling sampai padat.
2) Pemadatan dilakukan dengan Vibro tiga roda berat 25 ton, lalu
lapis batu pokok digilas kering sehingga cukup padat ( tidak perlu sampai
matang betul ).
3) Penyiraman pertama kali aspal 60/70 dengan menggunakan aspal
dipanaskan hingga 120 – 170 C, jumlah aspal yang disiramkan sesuai
dengan kebutuhan ( tiap-tiap tebal 1 Cm + 1 kg aspal/ m2.

4) Segera setelah aspal disiramkan pada batu pokok yang telah


dipadatkan, masih dalam keadaan panas batu split ukuran 1 - 2 Cm disebar
secukupnya hanya untuk mengisi/ menutup rongga-rongga yang kosong
yang langsung di gilas. Sambil mesin gilas berjalan, penyebaran batu split
berjalan terus sampai ruang-ruang kosong terisi penuh sehingga dapat
kesatuan lapisan padat yang stabil.
5) Sebelum penyiraman kedua kali aspal 60/70 pada lapisan
tersebut diatas, permukaan jalan harus disapu bersih dari kotoran-kotoran
tanah dan batu-batu yang lepas.

5. Pekerjaan lapis hotmix :


a. Untuk kondisi tanah yang masih kasar/ tidak rata menggunakan Hotmix
leveling (ATB) diratakan dan dipadatkan seluruh permukaannya sehingga tidak
bergelombang.
b. Untuk kondisi tanah yang agak rapih menggunakan lapisan sandsheet
diratakan dan dipadatkan seluruh permukaannya sehingga tidak bergelombang.
c. Perkerasan jalan sebagai lapis permukaan dilaksanakan dengan Aspalt
Hotmix, penghamparan harus dilakukan secara merata dan apabila memungkinkan
dapat dilakukan dengan Finishe, ketebalan apal hotmix setelah dipadatkan 3 cm.
d. Penggilasan untuk pemadatan dan perataan permukaan jalan dengan mesin
gilas minimal 4 x lintasan atau sampai permukaannya menjadi rata, padat dan
halus sampai mencapai ketebalan sesuai gambar.

Pasal 15
PEKERJAAN PEMBUATAN RABAT

Pelaksanaan pekerjaan pembuatan rabat harus sesuai dengan petunjuk Direksi di


lapangan.
55

Pasal 16
PEKERJAAN SALURAN AIR

1. Untuk saluran air sekeliling bangunan menggunakan buis beton ½ Ø 20 cm dibuat


sesuai gambar dengan pengguat dipasang batu bata dan untuk jalan memakai saluran
gorong-gorong.

2. Untuk saluran yang melintasi jalan di buat plat duikers dengan cor beton bertulang
tebal 15 cm dengan campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Krl dengan ukuran sesuai gambar.

Pasal 17
PEKERJAAN PENGECATAN

1. Pekerjaan pengecatan meliputi dinding, plafond, kayu,listplank dan genteng.

2. Persyaratan bahan dan warna :


a. Pengecetan dinding luar harus sesuai gambar dengan warna cat yang
digunakan harus sesuai Prototype standarisasi TNI – AD, jenis cat yang digunakan
adalah merk Jotun.
b. Pengecetan dinding dalam dan plafond harus sesuai gambar dengan warna
cat yang digunakan harus sesuai Prototype standarisasi TNI – AD, jenis cat yang
digunakan adalah merk Jotun.
c. Pengecetan kayu dan listplank harus sesuai gambar dengan warna cat yang
digunakan harus sesuai Prototype standarisasi TNI – AD, jenis cat yang digunakan
adalah merk Junior, Emco dan Glotek.
d. Bagian tembok yang menonjol atau menjorok keluar misalnya pilar/tiang,
kolom cor dan listplank cor harus berwarna lebih gelap dari tebok.

3. Pelaksanaan :
a. Semua bagian yang akan dicat harus dalam keadaan bersih dari segala
macam kotoran. Sebelum pekerjaan dimulai lubang-lubang dan retak-retak di tutup
dengan dempul terlebih dahulu, kemudian digosok dengan amplas sampai rata
baru dipoles, minimal 3 ( tiga ) kali.
b. Pengecatan minimal dilakukan 2 kali sampai baik dan rata dengan
menggunakan roller 20 cm atau dengan cara lain yang telah disetujui oleh Direksi.
c. Lapisan kedua baru boleh dilaksanakan setelah lewat minimum 12 jam dari
lapisan pertama.

4. Pekerjaan cat ini harus dikerjakan/dilaksanakan dengan tenaga yang sudah ahli
dan apabila diperlukan, Kontraktor wajib menambah lapisan pengecatan, sehingga
dianggap sempurna oleh Pengawas Lapangan , serta diharuskan menyerahkan contoh-
contoh cat untuk mendapatkan persetujuan.
56

Pasal 18
PERUBAHAN-PERUBAHAN

Apabila ada perubahan dari ketentuan-ketentuan di atas karena sesuatu hal harus
seijin Kalakgiat.

Pasal 19
PENUTUP

1. Semua bahan dan persyaratan mengenai pekerjaan konstruksi, elektrikal dan


mekanikal serta mengenai bahan-bahan yang berlaku namun belum tercantum dalam
Bestek ini, Kontraktor harus mematuhinya. Apabila terdapat perbedaan penafsiran
pengertian mengenai pasal pada bestek ini akan dilakukan penetapan di lapangan oleh
Direksi Lapangan.

2. Demikian bestek ini dibuat untuk menjadi pedoman bagi pelaksanaan pekerjaan
Rehab di Akademi Militer.

Direktur Pembinaan Lembaga Akmil


Selaku
Pejabat Pembuat Komitmen

IGBN Tedjasukma Ekaputra


Kolonel Czi NRP 1900022790968
AKADEMI MILITER 57
STAF DIREKTUR PEMBINAAN LEMBAGA

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT


PELAKSANAAN (SPESIFIKASI)
REHAB LAPANGAN TEMBAK PLEMPUNGAN AKMIL
TA. 2019

Magelang, Januari 2019

Anda mungkin juga menyukai