Anda di halaman 1dari 31

1

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT


DIREKTORAT ZENI

KERANGKA ACUAN KERJA


( KAK )

PEKERJAAN

RENOV. RUSUN YONHUBAD DITHUBAD (3 LT)


DI CIMANGGIS DEPOK

Jakarta, 7 Mei 2019


Jl. Kesatrian II Matraman Jakarta Timur, Telpon 021-8583055 Fax 021-29367045
2
MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT
DIREKTORAT ZENI

PERSYARATAN UMUM DAN SPESIFIKASI TEKNIS


PENGADAAN JASA KONSTRUKSI

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
PEMBERI TUGAS

1. Pemberi tugas adalah Direktur Zeni Angkatan Darat yang dalam hal ini diwakili oleh
Kasubditbinfasjasa Ditziad selaku Kalakgiat.

2. Pemberi tugas dapat mengambil alih secara sepihak pekerjaan tersebut dengan hanya
memberitahukan secara tertulis kepada pemborong dan biaya penyelesaian pekerjaan selanjutnya
akan dibebankan kepada pemborong bila :

a. Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak penanda tanganan kontrak (surat
perjanjian pemborongan), pemborong belum memulai pekerjaan tersebut.

b. Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan berturut-turut tidak melakukan pekerjaan


pembangunan atau melalaikan perintah/tegoran (yang sesuai Bestek) dari pengawas.

c. Secara langsung atau tidak langsung, dengan sengaja memperlambat


penyelesaian pekerjaan tersebut.

d. Memberi keterangan tidak benar yang bisa dan dapat merugikan pemberi tugas.

e. Melanggar/menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam surat


perjanjian, gambar-gambar, persyaratan umum dan Spektek pengadaan jasa konstruksi.

f. Pekerjaan terlambat dan tidak sesuai dengan rencana waktu pelaksanaan (Time
Schedule) yang telah disetujui direksi, yang mana jika diperhitungkan denda keterlambatan
tersebut melebihi 5 % dari harga pemborongan.

Pasal 2
DIREKSI

1. Direksi adalah tim yang dipimpin oleh Perwira Zeni yang berdasarkan surat perintah
Direktur Zeni, bertugas menjamin dan menjaga agar kegiatan pembangunan proyek senantiasa
sesuai rencana, mutu dan sasaran yang telah ditetapkan.

2. Direksi dapat diwakili satu orang atau lebih untuk diberi tugas sebagai pengawas lapangan
sehari-hari yang bertugas mengawasi pada seluruh pelaksanaan pekerjaan atau sebagian,
selanjutnya kontraktor akan diberitahukan secara tertulis.

3. Peraturan dan petunjuk oleh orang-orang tersebut nomor 1, akan dianggap sebagai yang
dikeluarkan oleh direksi itu sendiri, sejauh peraturan-peraturan/petunjuk-petunjuk itu tidak
menyimpang dari syarat-syarat pekerjaan.

4. Dalam perselisihan-perselisihan dengan petugas tersebut nomor 1, pemborong dapat


meminta keputusan Kalakgiat.
3
Pasal 3
PELAKSANA ATAU KONTRAKTOR

1. Kontraktor adalah suatu badan usaha atau perusahaan yang memenangkan pelelangan
dan akan bertanggung jawab dalam penyelesaian seluruh pekerjaan sebagaimana diatur dalam
surat perjanjian.

2. Untuk melaksanakan pekerjaan maka pihak kontraktor dapat menunjuk pelaksana


lapangan/sub kontraktor yang dikuasakan untuk melaksanakan pekerjaan dengan
memberitahukan secara resmi kepada Kalakgiat, beserta seluruh perjanjian yang dibuatnya.
Namun penunjukan tersebut tidak melepaskan tanggung jawab pelaksanaan oleh kontraktor.

3. Kontraktor harus menempatkan seorang penanggung jawab pelaksana berpendidikan


minimal Sarjana atau yang setara (disesuaikan pekerjaan yang dilaksanakan), ahli dan
berpengalaman yaitu sarjana Teknik Sipil atau Teknik Arsitektur sebagai Site Manager dan harus
selalu berada dilapangan. Penanggung jawab pelaksana bertindak sebagai wakil kontraktor
dilapangan dan mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan-keputusan teknis dan
bertanggung jawab penuh di lapangan. Semua langkah dan tindakannya oleh pemberi tugas dan
atau direksi lapangan dianggap sebagai langkah dan tindakan kontraktor.

4. Kewajiban kontraktor :
a. Kontraktor diwajibkan pada setiap saat menjaga disiplin dan tata tertib terhadap
semua buruh pegawai termasuk pengurusan bahan-bahan yang berada di bawahnya.
Siapapun diantara mereka yang melanggar terhadap peraturan, mengganggu atau
merusak ketertiban, berlaku tidak senonoh, melakukan perbuatan yang merugikan
pelaksanaan pembangunan harus segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas perintah
direksi lapangan/pengawas.

b. Kontraktor diwajibkan menyelesaikan pekerjaannya dalam keadaan baik dan


selesai 100 % dalam waktu yang ditentukan dalam surat perjanjian pemborongan terhitung
sejak penandatanganan kontrak (surat perjanjian pemborongan).

c. Apabila ternyata di dalam gambar-gambar terdapat perbedaan-perbedaan atau


penyimpangan-penyimpangan dengan apa yang telah tercantum di dalam surat perjanjian
sehingga akan menimbulkan keraguan dalam pelaksanaan, kontraktor harus
memberitahukan hal ini kepada direksi lapangan/pengawas untuk diadakan penyelesaian.

d. Apabila terdapat perbedaan antara gambar-gambar dengan ketentuan-ketentuan di


dalam rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan (RKS) ini maka keputusan yang
mengikat adalah perintah direksi lapangan yang sudah disetujui oleh Kalakgiat.

e. Yang dimaksud dengan gambar adalah gambar-gambar pelaksanaan, gambar


kerja, gambar-gambar detail, dan gambar-gambar lainnya yang dibuat untuk pekerjaan ini
sebelum atau pada saat pekerjaan pelaksanaan berlangsung. Apabila terdapat perbedaan
antara gambar-gambar tersebut maka gambar-gambar yang berskala besarlah yang
mengikat.

f. Apabila pada waktu pelaksanaan pekerjaan diadakan perubahan-perubahan dalam


penggunaan jenis bahan, peralatan mesin, ukuran-ukuran serta konstruksi, pemborong
diwajibkan menyerahkan 2 (dua) set gambar-gambar perubahan yang dikerjakan diatas
cetakan gambar asli dengan perubahan dikerjakan dengan tinta hijau.

g. Kontraktor harus menyediakan sedikitnya 1 (satu) set copy surat perjanjian,


gambar-gambar pelaksanaan dan Bestek ditempat pekerjaan dalam keadaan yang tetap
rapih dan bersih dan dapat dilihat setiap saat oleh pemberi tugas, direksi ataupun petugas-
petugas lain.
4
h. Atas perintah direksi lapangan kepada kontraktor dapat dimintakan gambar-gambar
penjelasan dan perincian atas bagian-bagian pekerjaan khusus (Shop Drawing),
semuanya atas beban kontraktor, gambar-gambar tersebut yang telah dibubuhi tanda-
tanda persetujuan dari direksi lapangan/pengawas selanjutnya dianggap sebagai gambar
pelengkap dari perencana.

i. Kontraktor wajib mempelajari dan memahami semua undang-undang, peraturan-


peraturan, persyaratan-persyaratan umum maupun suplemennya, persyaratan standar
internasional dan persyaratan lainnya serta segala petunjuk-petunjuk tertulis lainnya yang
dikeluarkan oleh panitia lelang.

j. Kontraktor dapat meminta penjelasan kepada direksi lapangan/pengawas,


perencanaan atau pihak lain yang ditunjuk bilamana menurut pendapatnya ada bagian-
bagian dari dokumen pelelangan, gambar atau hal-hal lain yang kurang jelas.

k. Kontraktor diwajibkan melihat, meneliti keadaan setempat ditempat pekerjaan yang


akan dilaksanakan sehingga sudah diperhitungkan semua konsekuensinya sehubungan
dengan pekerjaan pemborongan ini.

5. Tugas kontraktor :
a. Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah SPMK diterima kontraktor harus
mulai melaksanakan pekerjaan fisik di lapangan . Untuk itu syarat-syarat yang diwajibkan
agar dapat mulainya pekerjaan harus segera dipenuhi.

b. Kontraktor harus mempunyai perlengkapan dan peralatan, pengalaman dan


keahlian serta permodalan dan kemampuan yang riil seperti yang terlampirkan pada surat
penawaran, untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas yang diberikan oleh
pemberi tugas.

c. Kontraktor wajib berkonsultasi dengan pihak lainnya agar supaya sejauh mungkin
dipergunakan peralatan yang seragam dan merk sama untuk bangunan proyek ini agar
memudahkan pemeliharaan.

6. Ketentuan hak kontraktor :


a. Kontraktor mempunyai hak menggugat sebagai berikut :
1) Apabila pemberi tugas tidak membayar sejumlah pekerjaan yang telah
diselesaikan dengan ketentuan-ketentuan di dalam kontrak ini.
2) Apabila pemberi tugas mengabaikan atau dengan sengaja menghambat
sejumlah pembayaran atas pekerjaan sesuai dengan kontrak ini.

b. Untuk mencegah kemungkinan adanya hal-hal yang tidak diinginkan seperti/


kerusakan dan atau kerugian-kerugian lainnya maka sesuai dengan tahapan pekerjaan
yang sudah diselesaikan, kontraktor atau sub kontraktornya dapat memindahkan semua
peralatan-peralatan seperti bangunan-bangunan darurat keluar dari site.

Pasal 4
PEKERJAAN-PEKERJAAN ATAU PROYEK YANG MENGGUNAKAN
PIHAK KETIGA ATAU MENGGUNAKAN SUB KONTRAKTOR

1. Apabila di dalam melaksanakan suatu proyek bangunan sehubungan dengan kekhususan


pekerjaannya (misalnya pekerjaan AC, listrik, plumbing, jendela-jendela almunium, partisi dan lain-
lainnya) terpaksa harus menggunakan “sub kontraktor” maka kontraktor harus mengajukan
terlebih dahulu calon sub kontraktor tersebut kepada direksi sekurangnya 2 (dua) calon tiap jenis
pekerjaan untuk disetujui/ditentukan oleh Kalakgiat.

2. Kontraktor tidak dibenarkan untuk meninggalkan atau menyerahkan kontrak ini sebagian
atau seluruhnya kepada pihak (sub kontraktor) tanpa terlebih dahulu memberitahukan dan
mendapatkan persetujuan tertulis dari pemberi tugas.
5
3. Kontraktor tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil pekerjaan sub kontraktornya.

Pasal 5
INSTRUKSI PERENCANAAN

Kontraktor harus mematuhi dan menepati segala instruksi yang diberikan oleh perencana
dan direksi lapangan/pengawas. Apabila dalam 7 (tujuh) hari, sesudah menerima instruksi tertulis
tersebut dari perencana/pengawas tidak dilaksanakan, maka pekerjaan akan dialihkan dan
ditangani oleh pihak lain, dengan biaya dibebankan kepada Kontraktor (pertama).

Pasal 6
PERIZINAN

Kontraktor harus bertanggungjawab atas penggunaan alat-alat yang telah dipatenkan atas
kemungkinan timbulnya ganti rugi dan biaya-biaya yang diperlukan untuk ini.

Pasal 7
PEMAKAIAN UKURAN

1. Kontraktor tetap bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang tercantum
dalam Bestek dan gambar-gambar.

2. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran-kebenaran ukuran-ukuran dan kapasitas dari


peralatan, mesin ataupun bahan, baik secara keseluruhan maupun bagian-bagiannya dan segera
memberitahukan kepada pengawas tentang setiap perbedaan yang ditemukan di dalam Bestek
dan gambar maupun dalam hal pelaksanaan. Kontraktor baru diizinkan membetulkan gambar dan
melaksanakannya setelah ada persetujuan dari pengawas.

3. Pengambilan ukuran-ukuran atau kapasitas yang keliru dalam pelaksanaan, dalam hal
apapun menjadi tanggung jawab kontraktor, oleh karena itu sebelumnya kepada kontraktor
diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh (Cross Cheking) terhadap semua gambar-
gambar yang ada (Arsitektur, Konstruksi, Elektrikal dan Mekanikal).

Pasal 8
PERATURAN-PERATURAN DAN SYARAT-SYARAT
YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN

1. Untuk pelaksanaan pekerjaan berlaku peraturan-peraturan :

a. Undang-undang No. 18/1999 tentang jasa konstruksi.


b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia
c. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan
d. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
e. Peraturan Umum Instalasi Listrik
f. Peraturan Air Minum (AVWI-drink water)
g. Peraturan Semen PortlandIndonesia
h. Peraturan Pengecatan
i. Peraturan Muatan Indonesia

2. Peraturan-peraturan lain yang berlaku berdasarkan normalisasi di Indonesia yang belum


tercantum diatas harus mendapat persetujuan direksi lapangan/pengawas.
6
Pasal 9
PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN (FIELD & LABORATORIUM TEST)

Semua material bangunan yang akan digunakan harus sesuai dengan ketentuan di dalam
Bestek. Untuk jenis material bangunan tertentu harus disertai pengetesan dan atau surat
pernyataan (sertifikasi/klasifikasi) instansi yang ditunjuk oleh direksi untuk kebutuhan tersebut.
Pengawas menginstruksikan kepada kontraktor untuk segera mengeluarkan material-material
yang ternyata tidak memenuhi Bestek. Semua biaya yang diperlukan baik untuk field test ataupun
“ Lab test ” menjadi tanggung jawab kontraktor.

Pasal 10
TANGGUNG JAWAB ATAS PEKERJAAN YANG CACAT
(DEFECTS LIABILITY PERIOD)

Semua cacat-cacat/kegagalan atau kesalahan-kesalahan lain yang timbul selama jangka


waktu tanggungjawab dari kontraktor yang disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan peralatan
atau mesin yang tidak sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan di dalam Bestek dan atau
produsen, menjadi tanggungjawab penuh dari kontraktor untuk mengadakan perbaikan atau
penggantian sampai dianggap cukup oleh pengawas/direksi atas biaya Kontraktor.

Pasal 11
PERUBAHAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Perencana/pengawas berhak mengadakan suatu perubahan atas rencana yang telah ada
dengan memberikan instruksi tertulis kepada kontraktor.

2. Yang dimaksud dengan perubahan tersebut adalah perubahan (alternatif atau modifikasi)
desain, kualitas maupun kuantitas dari pekerjaan yang seperti tercantum di dalam gambar-gambar
kerja (kontrak).

3. Perubahan tersebut termasuk penambahan pembatalan atau penggantian dari suatu


pekerjaan, perubahan dari jenis atau bahan, peralatan atau mesin yang dipergunakan didalam
pekerjaan, hal ini akan dituangkan secara menyeluruh dalam Addendum kontrak.

4. Penyesuaian biaya :
a. Biaya dalam kontrak (surat perjanjian pemborongan) menentukan penilaian
pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang sama ketika biaya ditetapkan
untuk pekerjaan tersebut.

b. Untuk pekerjaan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan kondisi yang sama, atau
yang sulit penilaiannya didalam pelaksanaan, maka biaya tersebut akan tetap menjadi
dasar sejauh penilaian tersebut masih dapat diterima.

c. Penilaian pekerjaan yang terpaksa dibatalkan adalah sesuai dengan biaya didalam
kontrak (surat perjanjian pemborongan).

Pasal 12
LAPORAN-LAPORAN

1. Kontraktor diwajibkan membuat catatan-catatan berupa “laporan harian” yang memberikan


gambaran dan catatan yang singkat dan jelas mengenai :
a. Taraf berlangsungnya pekerjaan.
b. Pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh sub kontraktor (jika diizinkan).
c. Catatan perintah direksi/pengawas lapangan tertulis maupun lisan.
7

d. Hal ikhwal keadaan pesanan barang-barang baik di dalam maupun di luar negeri
e. Hal ikhwal mengenai buruh/pekerjaan.
f. Keadaan cuaca.
g. Lain-lain termasuk pekerjaan tambah/kurang.

2. Setiap laporan harian pada tanggal yang sama harus diperiksa dan disetujui kebenarannya
oleh petugas-petugas pengawas/direksi lapangan.

3. Berdasarkan laporan harian tersebut maka setiap minggu kontraktor diwajibkan membuat
laporan kemajuan fisik mingguan yang disampaikan langsung kepada pengawas/direksi lapangan
untuk mendapat persetujuan.

4. Perintah direksi/pengawas lapangan baru dianggap berlaku dan mengikat apabila telah
dimuat dalam laporan harian dan telah diperiksa serta disetujui oleh direksi.

5. Salah satu tembusan laporan mingguan harus selalu berada ditempat pekerjaan agar
dapat diteliti kembali oleh direksi lapangan/pengawas setiap saat.

Pasal 13
RAPAT RUTIN YANG BERSIFAT TEKNIS

Rapat rutin diadakan setiap minggu dan setiap bulan dipimpin oleh pengawas/direksi
lapangan dan dihadiri oleh tenaga ahli perencana, wakil dari pemberi tugas, site manager dari
kontraktor dan wakil-wakil dari sub kontraktor. Kontraktor dan sub kontraktor yang tidak
menghadiri rapat-rapat teknis ini dianggap lalai dan dapat dikenakan sangsi-sangsi.

Pasal 14
BAGAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN LAIN-LAIN

1. Satu minggu setelah dinyatakan sebagai pemenang lelang, Kontraktor harus menyiapkan :

a. Bagan skema kemajuan pekerjaan (time schedule) sesuai dengan batas waktu
maksimal yang telah ditetapkan dalam waktu penyelesaian pekerjaan. Time schedule
tersebut harus sesuai dengan bagan yang disusun dan dilengkapi :
1) Bar chart (bagan secara konvensional).
2) Network Planning bila diperlukan (sesuai petunjuk direksi).
3) Volume masing-masing pekerjaan.
4) Man days (tenaga kerja) yang diperlukan.
5) Grafik “S”
6) Gambaran mengenai nilai dan harga pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan
jadwal yang dibuat kontraktor.
7) Struktur dan susunan organisasi proyek.

b. Kontraktor harus menyusun “ bagan pengerahan tenaga ” dan pengerahan alat-alat


berat/alat pendukung.

c. Kontraktor harus menyusun pula “ bagan penyediaan bahan ” yang diperlukan.

2. Bagan-bagan tersebut harus diperlihatkan kepada direksi (pengawas) untuk mendapatkan


persetujuannya.

3. Kelalaian dalam mamasukkan bagan yang dimaksud dapat menyebabkan ditundanya


waktu memulai pekerjaan. Akibat penundaan ini menjadi tanggung jawab kontraktor seluruhnya.
8
4. Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai dengan patokan waktu yang
telah disetujui bersama didalam menyusun bagan kemajuan pekerjaan (disesuaikan dengan
kontrak). Demikian juga dengan pengerahan buruh dan bahan harus sesuai dengan personalia
dan bahan yang ada.

5. Kontraktor diwajibkan membuat network planning dari kegiatan pembangunan tersebut.

6. Kontraktor diwajibkan membuat skema organisasi personel proyek berikut nama-nama dan
jabatannya, sesuai yang dilampirkan pada surat penawaran, untuk kemudian diserahkan kepada
Direksi/Pengawas.

Pasal 15
AREAL PEKERJAAN DAN PENGGUNAANNYA

Pengaturan dan penggunaan areal kerja ditentukan oleh direksi/pengawas. Kontraktor dapat
memberikan usulan-usulannya dengan memberikan peta penetapan gudang-gudang, los-los kerja
tempat menimbun bahan-bahan tersebut.

Pasal 16
KEAMANAN, KESELAMATAN MANUSIA/BARANG DAN ASURANSI

1. Kontraktor dengan sub kontraktor diharuskan untuk mengasuransikan segala kemungkinan


adanya hal-hal sebagai berikut :
a. Kecelakaan yang mengakibatkan seseorang sakit atau meninggal dunia atau
kerugian-kerugian lainnya yang disebabkan oleh adanya kelalaian.

b. Kerusakan-kerusakan dan kehilangan akibat pencurian, kebakaran dan lain-lain


yang akan mengakibatkan adanya tuntutan rugi (claim) atas nama pemilik (bouwheer).

2. Kontraktor bertanggung jawab atas biaya, kerugian ataupun tuntutan ganti rugi (claim)
yang diakibatkan oleh adanya peristiwa yang mengakibatkan lukanya atau meninggalnya
seseorang dalam melaksanakan pekerjaan tersebut bilamana hal itu disebabkan oleh karena
kelalaian kontraktor.

3. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan tersebut maka
Kontraktor diwajibkan mengambil segala tindakan guna kepentingan diri korban tersebut.

4. Kontraktor harus memenuhi peraturan hukum mengenai perawatan dan tunjangan dari
si korban atau keluarganya.

5. Kontraktor harus senantiasa menyediakan air minum yang cukup bersih ditempat
pekerjaan untuk para pekerjanya.

6. Kontraktor harus mengadakan air kerja untuk keperluan pekerjaan selama pelaksanaan
dapat mempergunakan atau menyambung pipa yang telah ada dengan meteran air sendiri (guna
memperhitungkan pembayarannya) atau air sumur yang bersih/jernih dan tawar, bila hal ini
meragukan harus diperiksa di laboratorium.

7. Peralatan dan perlengkapan PPPK guna keperluan pertolongan pertama pada kecelakaan
harus selalu lengkap berada ditempat pekerjaan.

Pasal 17
PENGAWASAN PEKERJAAN

1. Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh direksi pengawas lapangan.


9
2. Pengawas berhak pada setiap waktu bila dianggap perlu tanpa memberitahukan
sebelumnya untuk mengadakan inspeksi/pemeriksaan kepada kontraktor atau sub kontraktor
terhadap :
a. Jenis pekerjaan yang dipersiapkan didalam atau diluar site.
b. Gudang-gudang penyimpanan.
c. Pengelolaan maupun sumber-sumbernya termasuk mutu bahan yang akan
digunakan.

3. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengamatan pengawas
adalah menjadi tanggungjawab kontraktor, pekerjaan tersebut jika diperlukan harus segera
disempurnakan sebagian atau seluruhnya untuk disesuaikan dengan Bestek yang sudah
ditentukan.

4. Jika diperlukan pengawasan oleh pengawas diluar jam kerja maka segala biaya untuk itu
menjadi beban kontraktor.

5. Ditempat pekerjaan direksi/pengawas menempatkan petugas-petugas bagian pengawasan


untuk jam kerja pengawas adalah dari pukul 08.00 s/d 16.00 WIB.

Pasal 18
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN/PENYERAHAN PEKERJAAN

1. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang ditetapkan dalam surat
perjanjian. Penyerahan pertama harus dilaksanakan selambat-lambatnya pada tanggal yang telah
ditetapkan dalam surat perjanjian pemborongan sesuai dengan penjelasan tentang waktu
penyelesaian yang ditetapkan.

2. Perpanjangan waktu penyerahan hanya dapat diterima jika alasan-alasannya tepat sesuai
dengan alasan-alasan yang diperkenankan dan tertulis dalam Bestek.

3. Rencana dan tanggal penyerahan pertama harus diajukan kepada pengawas, selambat-
lambatnya 1(satu) minggu sebelum tanggal yang dimaksud, dimana direksi/pengawas akan
mengadakan pemeriksaan seksama atas hasil keseluruhan. Hasil pemeriksaan ini akan
disampaikan kepada kontraktor sebelum penyerahan pertama, pemeriksaan maupun penyerahan
tersebut dituangkan dalam berita acara.

4. Keadaan yang dapat digunakan sebagai alasan dalam mengajukan permohonan


perpanjangan waktu penyelesaian atau pengunduran waktu penyerahan adalah keadaan-keadaan
force majeure.

5. Keadaan force majeure yang dimaksud adalah :


a. Banjir
b. Hujan terus menerus dari hari kehari
c. Kebakaran.
d. Demonstrasi dan pemogokan yang langsung mempengaruhi jalannya pekerjaan.
e. Bencana alam yang bersifat nasional.
f. Dan lain-lain menurut pertimbangan direksi dapat diterima.

Pasal 19
KELAMBATAN DAN PERPANJANGAN WAKTU

1. Kelalaian kontraktor atau sub kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan tambahan dan
memperbaiki kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh kesalahan kontraktor (sub kontraktor),
tidak diluluskan dalam claim perpanjangan waktu.

2. Untuk kelambatan akibat tindakan pemberi tugas/pemilik atau pengawas, keadaan force
majeure dan sebagainya dapat diadakan perpanjangan waktu setelah dinilai dengan seksama
oleh pengawas atau permintaan tertulis dari kontraktor.
10

3. Permohonan perpanjangan waktu tersebut diajukan secara tertulis oleh kontraktor


selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah terjadinya peristiwa tersebut.

4. Pada peristiwa dihentikannya suatu bagian/keseluruhan pekerjaan oleh direksi dan


pengawas akibat kelalaian kontraktor tidak diadakan perpanjangan waktu.

Pasal 20
BERITA ACARA PRESTASI PEKERJAAN

1. Berita acara yang menyatakan besarnya prestasi pekerjaan di lapangan yang harus
dibayarkan kepada kontraktor oleh pemilik akan dikeluarkan oleh tim komisi. Untuk kebutuhan itu
sebelumnya kontraktor diwajibkan mengajukan perhitungan jumlah prestasi pekerjaan di lapangan
sesuai dengan laporan kemajuan pekerjaan untuk diteliti kebenarannya.

2. Jumlah barang-barang dan materiil yang telah berada di lokasi pekerjaan bagaimanapun
besarnya tidak diperhitungkan sebagai nilai prestasi kecuali barang telah terpasang (contoh
peralatan AC, genset dan lain-lain).
11
BAB II
PERSYARATAN BAHAN BANGUNAN

Pasal 1
PERSYARATAN UMUM YANG BERLAKU

1. Penyebutan suatu merk dagang pada bestek ini adalah untuk keseragaman mutu dan
melindungi pemberi tugas dari suatu merk lain yang belum terkenal dan teruji kualitasnya. Apabila
terdapat perselisihan tentang merk/pemeriksaan bahan maka pengawas lapangan berhak
mengirimkan contoh-contoh bahan ke instansi terkait dan segala biaya yang berhubungan dengan
hal tersebut menjadi tanggung jawab kontraktor.

2 Yang dimaksud bahan bangunan adalah semua bahan yang dipergunakan dalam
pelaksanaan sebagaimana tercantum dalam Bestek dan gambar.

3. Bahan yang datang sebelum diturunkan dari kendaraan pengangkut harus diperiksa terlebih
dahulu oleh direksi (terutama bahan yang bervolume besar) untuk disetujui atau ditolak/
dikembalikan.

4. Dalam jangka waktu 2 x 24 jam, semua bahan yang dinyatakan ditolak oleh pengawas
lapangan supaya segera dikeluarkan dari proyek. Apabila bahan tersebut masih tetap
dipergunakan pelaksana maka pengawas lapangan berhak memerintahkan membongkar.

5. Segala kerugian yang diakibatkannya menjadi tanggung jawab kontraktor.

Pasal 2
JENIS DAN MUTU BAHAN

1. Jenis dan mutu bahan yang dilaksanakan harus diutamakan bahan-bahan produksi dalam
negeri sesuai dengan keputusan bersama Menteri Perindustrian dan Menteri Penertiban Aparatur
Negara tanggal. 23 Desember 1980, Keppres 16/1994 dan Keppres no. 24 /1995.

2. Bahan-bahan bangunan atau tenaga kerja lokal/setempat yang memenuhi syarat sesuai
dengan peraturan yang ada (RKS) dianjurkan untuk dipergunakan dengan mendapatkan izin dari
Kalakgiat/direksi.

3. Bila bahan-bahan bangunan yang memenuhi spesifikasi teknis terdapat beberapa/


bermacam-macam jenis/merk diharuskan untuk memakai jenis dan mutu bahan dipilih satu jenis.

4. Bahan-bahan bangunan yang telah ditetapkan jenisnya, apabila bahan bangunan tersebut
mempunyai beberapa macam mutu, maka harus ditetapkan untuk dilaksanakan dipergunakan
yang mutu/kualitas kelas I (KW I).

5. Bila rekanan/kontraktor sudah menandatangani untuk dilaksanakan jenis dan mutu bahan
untuk pekerjaan atau bagian pekerjaan tidak sesuai dengan yang ditetapkan harus ditolak dan
dikeluarkan dari lokasi proyek paling lambat 24 jam setelah ditolak atas biaya/tanggungjawab
kontraktor pelaksana.

6. Contoh/sample yang dikehendaki oleh pemberi tugas/Kalakgiat harus segera disediakan


tanpa kelambatan atas biaya kontraktor dan harus sesuai dengan ketetapan (RKS).

7. Bila dalam uraian dan syarat-syarat disebutkan nama pabrik/produk dari suatu barang
maka ini hanya dimaksudkan untuk menunjukkan kwalitas dan tipe dari barang-barang yang
dikehendaki pemberi tugas/Kalakgiat.

8. Kontraktor pelaksana harus menawarkan harga-harga barang/bahan tersebut sesuai RKS


dan berita acara rapat penjelasan pekerjaan dan bahan yang ditawarkan dalam harga satuan
pekerjaan dan atau harga satuan/upah adalah mengikat.
12
Pasal 3
PEMERIKSAAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

1. Semua bahan-bahan yang dipergunakan/diperlukan untuk pekerjaan ini harus disetujui


terlebih dahulu oleh direksi/pengawas lapangan sebelum dipergunakan.

2. Apabila terdapat perselisihan dengan kontraktor tentang pemeriksaan bahan-bahan,


pengawas lapangan berhak meminta kepada kontraktor untuk mengambil contoh yang
didatangkan untuk diperiksakan ke laboratorium.

3. Selama waktu tersebut kontraktor dapat melanjutkan pekerjaan dengan resiko ditanggung
sendiri. Apabila ternyata bahwa bahan-bahan yang diperiksakan tersebut tidak baik atau tidak
memenuhi syarat-syarat maka bahan-bahan tersebut harus segera disingkirkan dan semua
bagian pekerjaan yang telah dikerjakan dengan bahan tersebut harus dibongkar dan selanjutnya
harus menggantikannya kembali dengan bahan lain yang memenuhi syarat.

4. Semua biaya pemeriksaan oleh laboratorium tersebut, seluruhnya ditanggung oleh


kontraktor.

Pasal 4
AIR KERJA DAN LISTRIK KERJA

1. Air untuk keperluan pekerjaan pasangan, pekerjaan beton dan pemadatan tanah/pasir
harus bersih dan tidak mengandung zat-zat kimia (garam) yang dapat merusak pekerjaan.

2 Apabila tidak mungkin atau tidak cukup air kerja yang didapat dari air minum setempat
maka kontraktor harus dapat mengusahakan dari sumber lain yang memenuhi persyaratan.

3 Khusus air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam,
garam-garam dan bahan-bahan organik atau bahan-bahan lain yang dapat merusak mutu beton,
baja tulangan dan baja WF. Sebaiknya air yang dipergunakan/dipakai adalah air bersih yang
dapat diminum.

4. Penyediaan listrik untuk kerja diupayakan oleh kontraktor dari listrik negara atau sumber
lain tanpa mengganggu lingkungan setempat.

Pasal 5
PASIR

1. Pasir yang dipergunakan untuk adukan harus pasir yang berkualitas baik dan harus
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam P.B.I. 1971.

2. Pasir pasang. Adukan pasir yang dipergunakan untuk adukan pasang dan plesteran
dengan syarat antara lain :
a. Butiran-butirannya harus tajam dan keras tidak dapat dihancurkan dengan jari
tangan serta kadar lumpurnya tidak boleh lebih tinggi dari 5%.

b. Untuk adukan plesteran dan adukan pasang butirannya harus lolos ayakan yang
berlubang persegi 3 mm.

Pasal 6
SEMEN

1. Semen PC : hasil produksi lokal/dalam negeri jenis I yang tidak kedaluarsa/mengeras


(swiping), mutu yang sejenis produksi semen gresik, semen tiga roda, merah putih atau merk
dengan kualitas sama dan harus memakai merk pabrik dengan jenis dan kualitas yang sama.
13

2. Dalam pengangkutannya, semen harus terlindung dari hujan, harus dalam zak/kantong
yang asli pabrik dalam keadaan tertutup rapat tidak kena air dan diletakkan pada tempat yang
telah ditinggikan paling rendah 30 cm dari lantai/tanah.

3. Semen yang telah disimpan lebih dari 4 (empat) bulan harus dites kembali sebelum
dipakai atau dipergunakan dengan dibawa ke laboratorium pemeriksaan bahan-bahan bangunan
dan hasilnya segera dilaporkan kepada pengawas lapangan untuk mendapatkan persetujuan,
untuk ini segala pembiayaannya ditanggung oleh kontraktor.

Pasal 7
KERAMIK

1. Proses pembakaran harus sedemikian rupa, sehingga tidak dapat hancur apabila
direndam dalam air.

2. Tahan terhadap zat asam dan alkasit serta zat kimia lainnya

3. Warna harus merata, baik masing-masing maupun terhadap yang lain dan permukaannya
harus rata/licin tanpa cacat serta harus keras.

4. Penyimpangan maksimum pada panjang dan lebar yang disyaratkan + 1 mm

5. Ukuran keramik yang dipergunakan :


a. Keramik 30/60 untuk dinding KM/WC
b. Keramik 30/30 (kasar) untuk lantai KM/WC dan tempat cuci
c. Keramik 40/40 untuk lantai dan meja piket
d. Keramik 20/20 untuk lantai dapur

Pasal 8
KACA

1. Kualitas kaca harus standard yang dikeluarkan dari pabrik yang telah disetujui Direksi.

2. Kaca tidak boleh berbunga-bunga/bergaris-garis terdapat goresan-goresan yang dapat


mengganggu penglihatan/pandangan.

3. Jenis kaca yang dipergunakan adalah kaca bening dengan ketebalan 5 mm.

Pasal 9
ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

1. Alat-alat penggantung dan pengunci adalah segala peralatan yang merupakan


kelengkapan dari suatu bangunan, misalnya pintu, jendela, lubang udara dan lain-lain yang
digunakan untuk tujuan-tujuan penggantungan dan penutup.

2. Kualitas kunci tanam yang dipergunakan adalah kualitas baik dan kuat, pengunci 2 (dua)
kali.

3. Alat-alat penggantung lainnya, misalnya grendel, engsel dan sebagainya menggunakan


kualitas yang baik dan kuat, serta barang-barang tersebut sebelum dipasang kontraktor harus
menunjukkan contoh-contohnya kepada pengawas lapangan/direksi.
14
Pasal 10
PERATURAN UMUM INSTALASI LISTRIK

1. SYARAT UMUM :
a. Pada setiap alat listrik harus tercantum dengan jelas :
1) Nama pembuat dan merk dagang
2) Daya tegangan dan arus minimal.
3) Data teknis lain.

b. Perlengkapan listrik hanya boleh dipasang pada instalasi jika :


1) Memenuhi ketentuan dalam PUIL.
2) Mendapat izin atau pengesahan dari instalasi yang berwenang

c. Setiap perlengkapan listrik tidak boleh dibebani melebihi kemampuan.

2. MEMILIH PERLENGKAPANNYA :
a. Dalam memilih perlengkapan instalasi listrik, termasuk juga menentukan jenis
ukuran, tegangan dan kemampuan harus diperhatikan hal berikut :
1) Kesesuaian dengan maksud pemasangan dan penggunaannya.
2) Kekuatan dan keawetannya, termasuk bagian yang dimaksudkan untuk
melindungi perlengkapan yang lain.
3) Keadaanya dan resistance isolasinya
4) Pengaruh suhu, baik pada keadaan normal maupun abnormal.
5) Pengaruh bunga api.
b. Standar penggunaan material listrik & kabel yang diakui oleh SII dan LMK PLN
Untuk material : Berdasar surat Direktorat Jendral listrik dan Pemanfaatan Energi No.
3441/45/640.2/2006 tanggal 2 Oktober 2006 Jenis dan ukuran kabel yang dipakai untuk
rumah tinggal, gedung dan kantor.

c. Dalam bangunan :
1) Kabel yang digunakan untuk penerangan :
a) NYM : 2 X 2,5 mm2
b) NYM : 3 X 2,5 mm2
c) NYM : 4 X 2,5 mm2
2) Kabel yang digunakan untuk penerangan dari instalasi penerangan ke
lampu NYM 2 X 1,5 mm2.
3) Untuk Stop Kontak Biasa 220 V
a) NYM : 3 X 2,5 mm2
b) NYM : 3 X 4 mm2 (AC)
4) Untuk Stop Kontak Khusus 380 V
a) 4 X 16 mm2
b) 4 X 25 mm2
c) 4 X 35 mm2
5) Arde (Grounding ) MDP & SDP
a) BC 6 mm2 - 450 Va – 900 Va
b) BC 10 mm2 - 900 Va – 2.200 Va
c) BC 16 mm2 - 720 Va – 10.600 Va

3. PENEMPATAN MATERIAL LISTRIK


a. Untuk Box Zikring sesuai penggunaan daya tersambung ketinggian dari lantai 2
meter.
b. Stop kontak ketinggian dari lantai 30 cm
c. Saklar – saklar ketinggian dari lantai 150 cm
15
Pasal 11
PENUTUP PLAFOND GYPSUM DAN RANGKA BESI HOLLOW

1. Bahan gypsum yang dipergunakan harus rata tidak lengkung dan tidak cacat/ pecah
pecah, satu sama lain harus rata dan tidak bergelombang.

2. Jenis gypsum yang dipergunakan :


a. Type : Bevelled edges
b. Tebal : 9 mm ( disesuaikan dengan gambar rencana )
c. Ukuran : 1200 x 2400 mm (disesuaikan gambar dengan rencana )
d. Fire rating : 2 Jam ( OCU-T 4262 )
e. Sound rating : 40-44 dB ( KC-689 )

3. Rangka penggantung hollow steel dengan ukuran :


a. Rangka pokok 40 x 40 mm
b. Rangka pembagi 40 x 20 mm
c. Ketebalan 0,4 mm.

4. Bahan plafond yang dipergunakan gypsum dan tebal minimum 9 mm bahan yang
dipergunakan harus rata tidak lengkung dan tidak cacat/ pecah-pecah.

Pasal 12
LIST

1. Bahan list yang dipakai list gypsum.

2. Bahan tersebut harus lurus, rata, tidak cacat/pecah-pecah dan tidak lengkung.

3. Jenis gypsum yang dipergunakan :


a. Tebal : 1,5 cm
b. Lebar : 5/5 cm
c. Bentuk : L profil
d. Bahan : Gypsum

Pasal 13
ALLUMUNIUM

1. Bahan/produk kusen alumunium yang digunakan :

a. Bahan : Dari bahan Alumunium framing system ex YKK, Alcan.


b. Bentuk profil : Sesuai shop drawing yang disetujui Perencana/Pengawas.
c. Warna : Warna hijau standarisasi TNI-AD
d. Lebar Profil : Tebal 3” (lebar dalam gambar)

2. Persyaratan bahan :
a. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-syarat dari
pekerjaan alumunium serta memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik yang bersangkutan.
b. Konstruksi kusen alumunium yang dikerjakan seperti yang ditunjukkan dalam
detail gambar termasuk bentuk dan ukurannya.
c. Kusen-kusen alumunium khususnya pintu harus mampu untuk menahan engsel-
engsel pintu panel yang cukup berat karena terbuat dari kayu utuh.
d. Ketahanan terhadap air dan angin untuk setiap type harus disertai hasil test,
minimum 100 kg/m2.
e. Ketahanan terhadap udara tidak kurang dari 15 m3/hr dan terhadap tekanan air 15
kg/m2 yang harus disertai hasil test.
f. Bahan yang akan diproses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu sesuai
dengan bentuk toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan pewarnaan yang
16
dipersyaratkan.
g. Untuk keseragaman warna disyaratkan, sebelum proses fabrikasi warna profil-
profil harus diseleksi secermat mungkin. Kemudian pada waktu fabrikasi unit-unit,
jendela, pintu partisi dan lain-lain, profil harus diseleksi lagi warnanya sehingga
dalam tiap unit didapatkan warna yang sama. Pekerjaan memotong, punch dan drill,
dengan mesin harus sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang telah dirangkai
untuk jendela, dinding dan pintu mempunyai toleransi ukuran sebagai berikut :
- Untuk tinggi dan lebar 1 mm.
- Untuk diagonal 2 mm.
h. Accesssories
Sekrup dari stainless steel galvanized kepala tertanam, weather strip dari vinyl,
pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan alumunium harus ditutup caulking
dan sealant. Angkur-angkur untuk rangka/kosen alumunium terbuat dari steel plate tebal
2-3 mm, dengan lapisan zink tidak kurang dari (13) mikron sehingga dapat bergeser.
i. Bahan finishing
Treatment untuk permukaan kosen jendela dan pintu yang bersentuhan dengan
bahan alkaline seperti beton, aduk atau plester dan bahan lainnya harus diberi lapisan
finish dari laquer yang jernih atau anti corrosive treatment dengan insulating varnish
seperti asphaltic varnish atau bahan insulation lainnya.
j. Sealent. Setara Dow Coming yang dipakai harus sesuai dan memenuhi
persayaratan fungsinya seperti yang disyaratkan oleh Pabrik.

Pasal 14
PIPA AIR

1. Pipa PVC yang dipergunakan adalah setara Wavin.

2. Warna pipa adalah abu-abu atau yang berwarna lain, permukaan luar dan dalam harus
licin, halus dan rata serta tidak terdapat cacat-cacat yang berbahaya (seperti : retak-retak,
guratan-guratan, gumpalan dan cacat-cacat lain). Pipa harus lurus berpenampang bulat, bidang
ujung pipa harus tegak lurus terhadap sumbu pipa.

3. Pipa PVC dan assesorisnya yang digunakan dengan diameter sesuai gambar.

Pasal 15
PERLENGKAPAN SANITAIR

1. Semua material harus memenuhi ukuran, standart dan mudah didapatkan dipasaran,
kecuali bila ditentukan lain.

2. Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala perlengkapannya, sesuai yang
telah disediakan oleh pabrik untuk masing-masing type yang dipilih.

Pasal 16
CAT

1. Seluruh bahan cat (besi, kayu dan tembok) yang dipergunakan harus sesuai prototype dan
berkualitas baik, serta waktu tiba ditempat pekerjaan harus masih tertutup dalam kaleng aslinya.

2. Cat yang sudah siap pakai tidak diperbolehkan mengandung endapan-endapan sesudah
diaduk dengan baik, harus menjadi homogin serta dapat dicatkan dengan mudah, untuk
pengecatan terdiri dari bagian dinding, plafond dan kayu/kusen. Warna cat adalah asli dari
kalengnya dan tidak boleh mengadakan campuran dan bermacam-macam warna. Cat yang
sudah disetujui warna dan merknya harus diberitahukan kepada pemberi tugas, guna
melaksanakan pemeliharaan dikemudian hari dan sebelum dilaksanakan pekerjaan pengecatan
Kontraktor harus menunjukan contoh merk maupun jenis warnanya kepada Pengawas Lapangan.
17
BAB III
PERSYARATAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pasal 1
PAGAR PENGAMAN

Kontraktor diwajibkan membuat, memelihara dan memperbaiki pagar pengaman di


sekeliling site agar tetap rapi dan tidak merusak pemandangan.

Pasal 2
PENJAGAAN

1. Kontraktor wajib mengadakan penjagaan yang baik dan terus menerus atas bahan,
peralatan, mesin-mesin dan alat-alat kerja yang disimpan ditempat pekerjaan (gudang lapangan)
selama berlangsungnya pekerjaan/pembangunan.

2. Selama berlangsungnya pekerjaan, semua bahan-bahan, mesin-mesin dan peralatan-


peralatan harus tetap dirawat dengan baik.

3. Kehilangan dan kerusakan bahan-bahan, mesin-mesin dan peralatan karena kelalaian


penjaga/pemeliharaan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Pasal 3
PENERANGAN DAN SUMBER DAYA

Pada kantor, gudang dan los kerja dan tempat-tempat pelaksanaan pekerjaan yang
dianggap perlu harus diberi penerangan yang cukup. Daya listrik baik untuk penerangan,
sumberdaya kerja maupun untuk keperluan sistem pengetesan instalasi dan atau percobaan
berbeban dari sistem instalasi harus diusahakan oleh Kontraktor atas beban dan biaya Kontraktor.

Pasal 4
KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN

1. Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kantor, gudang, los kerja dan bagian dalam
bangunan yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib, bebas dari bahan-bahan bekas dan lain-
lain. Kelalaian dalam hal ini dapat menyebabkan diberhentikannya pekerjaan oleh pengawas.
Akibat dari seluruh hal itu menjadi tanggungan kontraktor.

2. Penimbunan bahan-bahan yang ada di dalam maupun di luar gudang diatur agar tidak
mengganggu kelancaran dan keamanan/umum dan juga agar memudahkan jalannya
pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh direksi maupun pengawas.

3. Peraturan lain mengenai penertiban akan dikeluarkan oleh direksi lapangan/pengawas


pada waktu pelaksanaan setelah koordinasi dengan aparatur daerah setempat.

Pasal 5
KEBERSIHAN DAN KELELUASAAN HALAMAN

Kontraktor dan sub-sub kontraktor diwajibkan menjaga keleluasaan halaman dengan


menempatkan barang-barang dan material-material sedemikian rupa sehingga :
1. Memudahkan pekerjaan.
2. Menjaga kebersihan dari sampah, kotoran bangunan (puing) dan air yang menggenang.
3. Tidak menyumbat saluran-saluran air.
18
Pasal 6
FASILITAS LAPANGAN

Kontraktor dan sub kontraktor diwajibkan menyediakan sendiri :

1. Listrik dan penerangan, untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan dan keamanan.

2. Air untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan dan semua petugas yang ada di proyek.

3. Alat-alat pemadam kebakaran.

4. Alat-alat PPPK.

5. Kamar mandi dan WC untuk para pekerja lapangan.

Pasal 7
BANGUNAN SEMENTARA DAN DIREKSI KEET

1. Kontraktor diwajibkan membuat bangunan sementara serta melengkapi ruang pengawas/


direksi dan ruang rapat kerja bangunan sementara yang sudah ada dengan :

a. Satu buah kamera untuk dokumentasi proyek.


b. Meja kursi untuk bekerja (satu buah meja tulis, dua buah meja kursi kerja).
c. Meja kursi rapat (satu buah meja rapat, delapan buah kursi stainless steel).
d. Papan tulis (white board satu buah ukuran 1 x 2 dengan perlengkapannya).
e. Gambar kerja, bagan organisasi proyek, grafik hujan dan grafik tenaga kerja
f. Perlengkapan lapangan seperti : sepatu lapangan dan topi/helm lapangan untuk
kebutuhan direksi minimum 5 (lima) pasang.
g. Air minum/Dispenser.
h. Lemari/rak untuk barang contoh.

2. Apabila seluruh proyek dinyatakan selesai bangunan sementara menjadi milik Pemberi
Tugas dan Kontraktor wajib memindahkan bongkaran bangunan sementara tersebut ketempat
yang ditentukan.

3. Yang dapat diajukan dalam harga penawaran hanya bangunan sementara (bangunan
Direksi Keet).

Pasal 8
ALAT PERLENGKAPAN PEKERJAAN DAN TENAGA LAPANGAN

1. Kontraktor, sub kontraktor dan bagian-bagian lainnya yang melaksanakan pekerjaan harus
menyediakan alat-alat dan perlengkapan-perlengkapan pekerjaannya sesuai dengan bidangnya
masing-masing seperti :
a. Alat-alat ukur (Theodolith, waterpas, dll).
b. Alat-alat pemotong, penduga dan penarik.
c. Dan alat-alat pengetesan lainnya yang diperlukan.

2. Penentuan siku-siku bangunan maupun level (elevasi ± 0,00) dan tegak lurusnya
bangunan harus ditentukan memakai alat yang tepat atau alat ukur (waterpass dan theodolite).
.
3. Disamping itu juga harus menyediakan buku-buku laporan (harian, mingguan), buku
petunjuk alat-alat yang akan dipasang, tenaga kerja untuk memutuskan segala sesuatunya di
lapangan dan bertindak atas nama Kontraktor dan sub kontraktor yang bersangkutan.
19
Pasal 9
PENYIMPANAN BARANG-BARANG DAN MATERIAL

1. Kontraktor diwajibkan untuk menempatkan barang-barang dan material-material kebutuhan


pelaksanaan baik di luar (terbuka) ataupun di dalam gudang, sesuai dengan sifat-sifat barang
material tersebut,atas persetujuan pengawas, sehingga akan menjamin :
a. Keamanannya.
b. Terhindarnya kerusakan diakibatkan oleh cara penyimpanan yang salah.

2. Bila dianggap perlu oleh direksi/direksi lapangan, rekanan/kontraktor pelaksana harus


membuat los kerja untuk tempat pekerja sehingga terhindar dari hujan, matahari dan angin.

3. Jalan masuk ketempat pekerjaan yang telah ditetapkan harus diadakan oleh rekanan/
kontraktor pelaksana bilamana diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan proyek
tanpa dimasukkan didalam anggaran biaya/kontrak.

4. Direksi keet atau kantor direksi rekanan/kontraktor pelaksana harus menyediakan ruangan
yang cukup untuk guna kantor direksi dengan perlengkapannya meja, kursi dan papan tulis.

5. Rekanan/kontraktor pelaksana setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)


segera membuat time schedule berupa bar chart yang terinci untuk dapat diikuti lebih awal
perkembangan hasil pelaksanaan pekerjaan di lapangan, dan apabila diperlukan Koordinasi atau
langkah-langkah untuk menanggulangi hambatan/keterlambatan yang akan terjadi.

6. Barang-barang dan material-material yang tidak akan digunakan untuk kebutuhan


langsung pada pekerjaan yang bersangkutan, tidak diperkenankan untuk disimpan di dalam
lokasi.

7. Material-material yang ditolak untuk dipakai supaya segera dikeluarkan dari lokasi,
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah pemberitahuan penolakan.

Pasal 10
BARANG CONTOH (SAMPLE)

1. Kontraktor dan sub kontraktor diwajibkan menyerahkan barang-barang contoh (sample)


dari material yang akan dipakai/dipasang, untuk mendapatkan persetujuan direksi lapangan.

2. Barang-barang contoh (sample) tertentu harus dilengkapi dengan tanda bukti/sertifikat


pengujian dan spesifikasi teknis dari barang-barang/material-material tersebut.

3. Untuk barang-barang dan material-material yang akan didatangkan ke lokasi (melalui


pemesanan) maka Kontraktor dan sub kontraktor diwajibkan menyerahkan brosur seperti :
a. Katalog.
b. Gambar atau penjelasan teknis.
c. Jaminan mutu barang/material.

Pasal 11
URAIAN PEKERJAAN

1. Kontraktor/rekanan harus menyediakan segala yang diperlukan untuk melaksanakan


pekerjaan secara baik, sempurna dan efisien dengan urutan yang teratur, termasuk alat - alat
pembantu yang dipergunakan seperti concrete mixer (beton molen), pompa air, pemadat
(compactor) dan sebagainya yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut.
2. Kuantitas dan kualitas pekerjaan :
a. Kuantitas pekerjaan yang berkualitas baik yang termasuk dalam harga kontrak
harus dianggap seperti apa yang tertera dalam gambar Bestek atau diuraikan dalam
20
rencana kerja, Syarat-syarat dan Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan kecuali yang
disebut diatas apa yang tertera dalam uraian dan syarat-syarat dalam kontrak itu
bagaimanapun tidak boleh menolak, merubah atau mempengaruhi penerapan atau
interprestasi dari apa yang tercantum dalam syarat-syarat ini.

b. Kekeliruan/perbedaan dalam uraian pekerjaan dan kuantitas baik pengurangan


maupun penambahan bagian-bagian dari gambar dan uraian syarat-syarat tidak boleh
merusak (membatalkan) perjanjian/kontrak ini tetapi hendaknya diperbaiki dan dianggap
suatu perubahan yang dikehendaki oleh pemberi tugas/Kalakgiat.

3. Gambar pekerjaan :
a. Gambar rencana pekerjaan yang terdiri dari gambar Bestek, gambar detail
konstruksi, gambar situasi dan sebagainya yang dilaksanakan oleh perencana telah
disampaikan kepada rekanan/kontraktor beserta dokumen-dokumen lain. Rekanan/
kontraktor tidak boleh mengubah atau menambah tanpa persetujuan tertulis dari Kalakgiat.
Gambar tersebut tidak boleh diberikan kepada pihak lain yang tidak ada hubungannya
dengan pekerjaan pemborongan ini atau dipergunakan untuk maksud-maksud lain.

b. Bila direksi menggangap perlu maka konsultan perencana harus membuat


tambahan gambar detail (gambar penjelasan) yang diperiksa dan disahkan oleh direksi
dan gambar tersebut menjadi milik direksi.

c. Untuk semua pekerjaan yang belum terdapat dalam gambar bestek baik
peyimpangan atau perubahan atas perintah pemberi tugas atau tidak, rekanan/kontraktor
harus membuat gambar kerja atau gambar penjelasan (shop drawing) untuk mendapatkan
persetujuan dari pemberi tugas/kalakgiat.

d. Rekanan/kontraktor pelaksana harus menyediakan dilokasi pekerjaan 1 (satu)


dokumen kontrak lengkap termasuk gambar Bestek, Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS), berita acara rapat penjelasan pekerjaan, time schedule yang telah disetujui oleh
Kalakgiat/direksi dalam masa pelaksanaan pekerjaan.

e. Rekanan/kontraktor pelaksana dianggap sudah mempelajari/memahami maksud


dan tujuan perencana.

f. Rekanan/kontraktor pelaksana harus membuat gambar yang sesuai dengan apa


yang dilaksanakan (As built drawing) yang jelas, memperhatikan perbedaan atau
perubahan antara gambar dalam dokumen kontrak dan pekerjaan yang dilaksanakan.
Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 5 (lima) Serah Terima Tahap I (STTI).

Pasal 12
PENGUJIAN ATAS MUTU PEKERJAAN

Kontraktor dan sub kontraktor diwajibkan mengadakan pengujian atas, mutu pekerjaan
ataupun atas pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing,
misalnya :
1. Pengujian mutu beton.
2. Pengujian kabel-kabel listrik (merger).
3. Pengujian tekanan untuk pipa-pipa (plumbing).
4. Pengujian kebocoran.
5. Pengujian bekerjanya mesin-mesin dan peralatan-peralatan lainnya.
6. Pengujian mutu pekerjaan jalan/bahan pembentuk jalan.

Semua biaya-biaya untuk kebutuhan tersebut diatas, ditanggung oleh kontraktor dan sub
kontraktor yang bersangkutan, laporan pengujian mutu beton harus segera diserahkan selambat-
lambatnya 2 (dua) hari setelah tanggal pengujian kubus beton yang bersangkutan. Laporan yang
diterima 3 (tiga) hari atau lebih setelah tanggal pengujian dianggap batal. Bila dianggap perlu
oleh pengawas, kontraktor dapat diperintahkan untuk mengadakan core drilling atas biaya
Kontraktor.
21
Pasal 13
GAMBAR-GAMBAR AS BUILT DRAWING DAN SHOP DRAWING

1. Dalam hal-hal tertentu maka untuk kebutuhan pemasangan atau pelaksanaan sesuatu
pekerjaan yang membutuhkan penjelasan-penjelasan dimana hal-hal tersebut tidak terdapat
didalam gambar kerja maka kontraktor diwajibkan membuat gambar shop drawing dan harus
mendapatkan persetujuan dari direksi lapangan/pengawas.

2. Kontraktor dan sub-sub kontraktor diwajibkan untuk membuat gambar-gambar hasil


pelaksanaan (as built drawing) sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan dilapangan secara
kenyataan, untuk kebutuhan pemeriksaan dan maintenance dikemudian hari. Gambar tersebut
diserahkan kepada pemberi tugas setelah disetujui oleh pengawas (dibuat rangkap tiga).

Pasal 14
PASS/SERTIFIKAT KONTRAKTOR DAN SUB-SUB KONTRAKTOR

Semua kontraktor dan sub kontraktor yang bertanggung jawab atas pekerjaan
pelaksanaan proyek ini, harus memiliki pas/sertifikat golongan tertinggi, di antaranya :
1. SIPP.
2. Pasang untuk listrik dan pemipaan (plumbing) SIKA, SPI.
3. Dan lain-lain yang berlaku diwilayah.
4. SIPP dari Badan Keselamatan Kerja.

Pasal 15
FOTO-FOTO DOKUMENTASI PROYEK

1. Kontraktor diwajibkan membuat foto-foto dokumentasi proyek meliputi :


a. Foto-foto kegiatan proyek antara lain kegiatan dalam penempatan peralatan
lapangan, penempatan material dan lain-lain.
b. Foto-foto tahapan pekerjaan.
c. Pekerjaan yang penting antara lain pembesian, bekisting, pekerjaan sebelum dan
sesudah pengecoran.
d. Pekerjaan lain yang dianggap perlu oleh direksi lapangan/pengawas.

2. Kondisi proyek pada progress pekerjaan mencapai 0 %, 20 % dan seterusnya sampai


dengan 100 % (setiap peningkatan kemajuan fisik 20 %) dan kondisi pada waktu pemeliharaan.

3. Foto-foto dicetak dalam ukuran post card (dicetak berwarna), dicetak 3 set.
22
BAB IV
PERSYARATAN TEKNIS

Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan pada proyek ini adalah pekerjaan renovasi Rusun Yonhubad di
Cimanggis Depok Jawa Barat merupakan kegiatan pemeliharaan bangunan TNI AD TA. 2019
yang dilaksanakan sesuai gambar.

Pasal 2
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Pekerjaan persiapan adalah suatu pekerjaan awal yang merupakan satu kesatuan
pekerjaan yang tidak terpisahkan dari pekerjaan utama yang meliputi :
a. Pembuatan direksi keet
b. Kebutuhan air kerja
c. Kebutuhan listrik kerja
d. Pembuatan foto dokumentasi :
1) Saat permulaan pekerjaan ( 0 % )
2) Setiap jenis/item pekerjaan ( proses dan finish )
3) Setiap pengajuan pembayaran angsuran
4) Setiap masa pemeliharaan berakhir
5) Foto harus berwarna ukuran postcard sebanyak masing-masing 3 (tiga)
lembar dan disusun dalam album dan diberi keterangan.

2. Pekerjaan bongkaran :
a. Untuk pekerjaan bongkaran ini, perlu diperhatikan rencana gambar Bestek.
b. Bahan-bahan bekas bongkaran harus disingkirkan dari lokasi/lapangan pekerjaan
agar tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 3
PEKERJAAN PLAFOND

1. Pekerjaan plafond meliputi :


a. Pekerjaan plafond menggunakan plafond gypsum setara merk Jayaboard dengan
rangka hollow galvanish disesuaikan dengan gambar/shop drawing yang telah disetujui
direksi lapangan.
b. Pekerjaan pasangan list plafond gypsum disesuaikan dengan gambar detail.

2. Pelaksanaan pemasangan plafond :

a. Tentukan titik elevasi/ketinggian plafon dengan mengukur ketinggian dari lantai atau
kusen. Gunakan selang timbang dan tandai dengan pensil, atau pasang paku sebagai
tanda.
b. Pasang hollow pada bagian dinding (hollow yang digunakan untuk dinding biasanya
2x4 cm atau 4x4 cm).
c. Bagi ruangan sesuai dengan lebar papan gypsum di bagi 2. Jadi pasang hollow
setiap 60 cm. Tentukan penggantung rangka plafon.
d. Ukur dan potong penggantung menggunakan kawat dia 6 mm. Gantungkan pada
rangka atap dan dililitkan dengan kawat tersebut sehingga menghasilkan ikatan yang kuat.
Semakin banyak penggantung, maka plafon akan semakin kuat menahan beban plafon.
23
e. Pasang satu persatu besi hollow dimulai dari pinggir, gunakan benang sebagai
patokan kerataan dan ketinggian rangka plafon.
f. Pemasangan rangka plafon yang sederhana bentuk rata akan lebih mudah
dibandingkan dengan memasang rangka plafon yang bertingkat (drop ceiling).
g. Gypsum harus dipasang kuat pada rangkanya, menggunakan skrup dengan jarak
20 cm.
h. Untuk plafon polos, usahakan memasang plafon dari pinggir, bagian pinggir papan
harus tepat berada di tengah hollow sehingga papan gypsum selanjutnya juga dapat
dipasang berdampingan. Gunakan bor untuk mengencangkan sekrup. Usahakan agar
kepala sekrup tidak tenggelam ke dalam kertas papan gypsum.
i. Setelah semua papan gypsum selesai dipasang, selanjutnya menutup lubang dan
nat dengan cornice. Pekerjaan ini disebut compound.
j. Pemasangan lis gypsum dimulai dari bagian sudut ruangan dengan membuat lis
menjadi sudut 45 derajat sehingga akan bertemu dengan sudut lis di depannya menjadi 90
derajat.
k. Penghalusan dan pemeriksaan seluruh bagian plafond.

3. Ukuran-ukuran tersebut diatas sesuai dengan ruangannya akan ditentukan kemudian oleh
direksi lapangan serta bahan-bahan yang akan dipasang, kontraktor harus mengajukan contoh-
contoh kepada direksi lapangan untuk mendapat persetujuan.

Pasal 4
PEKERJAAN KUSEN DAN PINTU

1. Umum

a. Lingkup Pekerjaan
1) Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya
untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang baik
dan sempurna.
2) Pekerjaan ini meliputi seluruh kusen pintu, kusen Jendela, kusen bovenlight
seperti yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar kerja serta shop drawing dari
Kontraktor.

b. Pekerjaan yang berhubungan


1) Pekerjaan sealant, monhair
2) Pekerjaan pintu dan jendela rangka alumunium.
3) Pekerjaan kaca dan cermin.

c. Standar

ASTM :
1) C 509 - Cellular Elastomeric Preformed Gasked and Selain Material.
2) C 2000 - Clasification System for Rubber Products in Automatic
Applications.
3) C 2287 - Nonrigid Vinyl Chloride Polymer and Copolymer Molding and
Extinasion Compounds.

2. Pekerjaan kusen dan jendela :


a. Pekerjaan kusen pintu dan jendela menggunakan kusen allumunium 3” warna hijau
standarisasi TNI-AD disesuaikan dengan gambar detail dan petunjuk direksi dilapangan.
b. Untuk pekerjaan pintu KM/WC menggunakan pintu UPVC dan jendela
menggunakan jendela geser kaca 5 mm rangka allumunium 3” disesuaikan dengan
gambar detail dan petunjuk direksi dilapangan.
24

3. Pelaksanaan :
a. Sebelum memulai pelaksaan Kontraktor diwajibkan meneliti gambar-gambar dan
kondisi dilapangan (ukuran dan peil lubang dan membuat contoh jadi untuk semua detail
sambungan dan profil alumunium yang berhubungan dengan sistem konstruksi bahan lain.
b. Prioritas proses fabrikasi, harus sudah siap sebelum pekerjaan dimulai, dengan
membuat lengkap dahulu shop drawing dengan petunjuk Perencana/Konsultan Pengawas
meliputi gambar denah, lokasi, merk, kualitas, bentuk, ukuran.
c. Semua frame/kusen baik untuk dinding, jendela dan pintu dikerjakan secara
fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat
dipertanggung jawabkan.
d. Pemotongan alumunium hendaknya dijauhkan dari material besi untuk
menghindarkan penempelan debu besi pada permukaannya. Didasarkan untuk
mengerjakannya pada tempat yang aman dengan hati-hati tanpa menyebabkan kerusakan
pada permukaannya.
e. Pengelasan dibenarkan menggunakan non-activated gas (argon) dari arah
bagian dalam agar sambungannya tidak tampak oleh mata.
f. Akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup,
rivet, stap dan harus cocok.
g. Pengelasan harus rapi untuk memperoleh kualitas dan bentuk yang sesuai dengan
gambar.
h. Angkur-angkur untuk rangka/kusen alumunium terbuat dari steel plate setebal 2 -
3 mm dan ditempatkan pada interval 600 mm.
i. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti
karat/stainless steel, sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan harus
kedap air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap air sebesar 1.000 kg/cm2.
j. Celah antara kaca dan sistem kusen alumunium harus ditutup oleh sealant.
k. Disyaratkan bahwa kusen alumunium dilengkapi oleh kemungkinan-kemungkinan
sebagai berikut :

1) Dapat menjadi kusen untuk dinding kaca mati.


2) Dapat cocok dengan jendela geser, jendela putar, dan lain-lain.
3) Sistem kusen dapat menampung pintu kaca frameless.
4) Untuk sistem partisi, harus mampu moveable dipasang tanpa harus
dimatikan secara penuh yang merusak baik lantai maupun langit-langit.
5) Mempunyai accessories yang mampu mendukung kemungkinan
diatas.

l. Untuk fitting hard ware dan reinforcing material yang mana kusen alumunium
akan kontak dengan besi, tembaga atau lainnya maka permukaan metal yang
bersangkutan harus diberi lapisan chormium untuk menghindari kontak korosi.
m. Toleransi pemasangan kusen alumunium disatu sisi dinding adalah 10 - 25 mm
yang kemudian diisi dengan beton ringan/grout.
n. Khusus untuk pekerjaan jendela geser alumunium agar diperhatikan sebelum
rangka kusen terpasang.
o. Permukaan bidang dinding horizontal (pelubangan dinding) yang melekat pada
ambang bawah dan atas harus waterpass.
p. Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama pada ruang
yang dikondisikan hendaknya ditempatkan mohair dan jika perlu dapat digunakan
synthetic rubber atau bahan dari synthetic resin.
q. Penggunaan ini pada swing door dan double door.
r. Sekeliling tepi kusen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi sealant
supaya kedap air dan kedap suara.
s. Tepi bawah ambang kusen exterior agar dilengkapi flashing untuk penahan air
hujan.
25
Pasal 5
PEKERJAAN KERAMIK

1. Semua keramik yang dipasang harus memenuhi persyaratan bahan bangunan yang
berlaku dan sesuai dengan gambar rencana serta harus mendapat persetujuan Direksi.

2. Ukuran keramik yang dipergunakan :


a. Keramik 30/60 untuk dinding KM/WC setara merk Garuda
b. Keramik 30/30 (kasar) untuk lantai KM/WC dan tempat cuci setara merk Asia, Mulia
c. Keramik 40/40 untuk lantai dapur setara merk Asia, Mulia
d. Keramik 20/20 untuk tempat cuci setara merk Asia, Mulia

3. Kontraktor wajib menyerahkan/mengajukan (2 macam untuk 1 warna) untuk disetujui


Direksi.

4. Dalam melaksanakan pekerjaan ini harus diperhatikan bentuk/profil sambungan dan


hubungannya dengan material lain. Semua ini dikerjakan sesuai dengan petunjuk gambar detail.

5. Persyaratan Pelaksanaan :
a. Permukaan lantai yang akan dipasang keramik, disyaratkan harus keras, bersih,
bebas alkali, asam maupun bahan organik lainnya. Tebal screed lantai harus sesuai
dengan yang disyaratkan, rata permukaannya dan waterpass.
b. Pemasangan ubin keramik harus menggunakan bahan adukan yang terdiri dari
semen dan pasir setebal 2 cm atau aduk perekat semen instant, dengan ketebalan minimal
7 mm. Sewaktu pemasangan bagian bawah ubin harus terisi padat dengan semen.
c. Pemasangan ubin keramik harus benar-benar rata, tidak berombak, tidak menonjol,
dan tidak miring.
d. Garis-garis siar harus lurus baik vertikal maupun horizontal (waterpass). Jarak siar
harus sekecil mungkin, untuk keramik tidak lebih dari 4 mm. Untuk mengisi siar digunakan
bahan pasta semen dengan warna sesuai warna keramik. Pengisian/pengecoran siar
dilakukan paling cepat 24 jam setelah ubin dipasang dan ubin sudah benar-benar kuat
melekat pada lantai. Siar-siar sebelum dicor harus bersih dari debu dan kotoran lain.
e. Selama masa pengeringan yaitu 3 x 24 jam setelah pemasangan ubin, bidang ubin
tidak boleh diinjak/diberi beban apapun.
f. Bahan ubin keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih.
g. Kotoran semen dan lainnya yang menempel pada permukaan ubin harus
dibersihkan sebelum menjadi keras/kering.
h. Setelah selesai pemasangan ubin dibersihkan dengan lap basah atau bahan
pembersih lunak yang ada di pasaran.
i. Sebelum melakukan pemasangan, Kontraktor harus menentukan awal
pemasangan dan pemotongan untuk mendapat persetujuan direksi lapangan.
j. Bila diperlukan pemotongan ubin keramik, maka harus digunakan alat pemotong
khusus sesuai dengan petunjuk pabrik.

6. Pasir yang dipakai mempunyai gradasi 2 mm dan harus benar-benar bersih bila perlu
dicuci dan disaring.

7. Pada saat pemasangan keramik harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat atau
ternoda.

8. Pola pemasangan keramik, warna dan ukuran harus sesuai dengan gambar atau sesuai
dengan petunjuk Direksi.

9. Pemasangan keramik lantai untuk daerah basah diturunkan 5 cm dari peil lantai sekitarnya
atau sesuai dengan gambar.
26

10. Sewaktu keramik dipasang, seluruh rongga pada permukaan tegel bagian belakang harus
terisi dengan adukan.

11. Pemasangan keramik harus benar-benar rata dengan memperhatikan peil finish baik untuk
lantai maupun dinding.

12. Setelah selesai pemasangan, lantai keramik harus terlindungi dari kemungkinan cacat
yang diakibatkan dari pelaksanaan pekerjaan lain.

13. Bila terjadi kerusakan, keramik harus diperbaiki dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan
yang lain dan biaya menjadi tanggungjawab kontraktor.

Pasal 6
PEKERJAAN SANITAIR

1. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan instalasi perpipaan berupa pipa pvc 3”, kloset dan kran air.

2. Pemasangan kloset duduk dipasang pada KM/WC menggunakan merk setara Toto,
American Standard, Ina (di sesuaikan dengan gambar).

3. Pemasangan kran air dengan merk setara Toto, Ina, Amstard disesuaikan petunjuk direksi
lapangan.

Pasal 7
PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRICAL

1. Lingkup pekerjaan mekanikal elektrikal meliputi :


a. Instalasi penerangan setara merk Eterna.
b. Lampu setara merk Philips

2. Peraturan umum :
a. Persyaratan Pelaksana Pekerjaan listrik.
1) Harus mempunyai SIK-PLN golongan C yang masih berlaku.
2) Harus dapat disetujui oleh Pemberi Tugas/Direksi/Pengawas.
3) Mengikuti aturan Puil (Peraturan Umum Instalasi Listrik ) & PLN.
b. Semua instalasi penerangan dan stop kontak menggunakan sistem 3 core dimana
core ketiga merupakan jaringan pentanahan disatukan ke panel listrik.
c. Sistem tegangan listrik 380 Volt – 3 fase – 50 Hz atau 220 Volt – 1 fase 50 Hz.

3. Persyaratan Umum Bahan dan Peralatan.


a. Syarat-syarat dasar.
1) Semua bahan/peralatan harus baru, bukan barang bekas atau perbaikan.
2) Material atau peralatan mempunyai kapasitas atau rating yang cukup.
3) Harus sesuai dengan spesifikasi/persyaratan.
4) Kapasitas yang tercantum dalam gambar atau spesifikasi adalah minimum.
Kontraktor boleh memilih kapasitas yang lebih besar dari yang diminta dengan
syarat :
a) Tidak menyebabkan sistem menjadi lebih sulit.
b) Tidak menyebabkan pertambahan bahan.
c) Tidak meminta pertambahan ruang.
d) Tidak menyebabkan adanya tambahan biaya.
e) Tidak menurunkan mutu.
27
b. Syarat-syarat fisik.
1) Bahan atau peralatan dari kualifikasi atau type yang sama, diminta merk
atau terbuat oleh pabrik yang sama.
2) Dalam setiap hal, suatu bagian atau suku-suku dari peralatan yang
jumlahnya jelas ditentukan, maka jumlah tersebut harus tetap lengkap setiap kali
peralatan tersebut diperlukan, sehingga merupakan unit yang lengkap.
3) Bila suatu bahan atau peralatan disebutkan pabrik atau merknya, hal ini
dimaksudkan untuk mengikat mutu, type perencanaan dan karakteristik.

4. Spesifikasi Teknik Bahan dan Peralatan.


a. Pipa merk Wavin dan Fitting merk Panasonic
1) Seluruh pengkabelan untuk penerangan didalam beton dengan metal
conduit, stop kontak dan exhaust fan dilaksanakan dalam pipa dan fitting-fitting high
impacconduit PVC merk Waler dan Clipsal untuk dalam bangunan kecuali untuk
feeder dan NYY tanpa pipa. Untuk di halaman terpasang dalam trench atau
tertanam dalam tanah memakai pipa galvanis cllas hight.
2) Sparing pipa menggunakan pipa galvanis yang ukurannya 2 tingkat di atas
pipa instalasi.
3) Penyambungan dari jalur instalasi ke armature lampu menggunakan pipa
flexible jenis PVC merk Wavin.
4) Semua teknik pelaksanaan yaitu percabangan, pembelokan, pengetahuan
dan sebagainya harus menggunakan fitting-fitting yang sesuai yaitu socket, elbow,
T-doos, cross-doos, terminal 3 m puntir, isolasi ban, klem besi dan lain-lain.

b. Alat bantu isolasi.


1) Bak kontrol dan tutupnya dari beton bertulang untuk pentanahan.
2) Pasir urug, sirtu dan tanah urug.
3) Pondasi beton cor untuk tiang lampu halaman/taman.

c. Lampu SL setara merk Phillips.

d. Instalasi listrik.
1) Instalasi penerangan menggunakan kabel NYM 2 x 2,5 mm2.
2) Dari instalasi penerangan ke saklar menggunakan kabel NYM 2 x 1,5 mm2.

5. Syarat-syarat Pelaksanaan Instalasi.


a. Instalasi Kabel/Wiring.
1) Pemasangan di permukaan.
a) Semua kabel harus dipasang pada kabel tray atau dipasang di
permukaan dengan klem dan pendukung-pendukung yang sesuai dengan
konduit. Kabel tray harus berlubang dan digalvanisir setelah dilubangi dan
dipasang di permukaan dengan pendukung khusus yang dicat dengan anti
karat.
b) Semua kabel harus lurus/sejajar dengan jari-jari lengkungnya tidak
boleh kurang dari syarat-syarat pabrik.
c) Untuk ujung penyambungan baik ke panel ataupun ke mesin harus
lengkap dengan kabel schoen/terminal.

2) Penyambungan Kabel.
a) Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambungan.
b) Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan warna-warna atau
nama masing-masing dan harus diadakan pengetesan-pengetesan tahanan
isolasi dimana penyambungan dilakukan.
c) Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan
penyambung-penyambung dengan ukuran yang sesuai.
d) Penyambungan pada kabel yang berisolasi karet atau PVC harus
disolasi dengan pipa karet atau PVC.
28
e) Semua penyambungan kabel tegangan tinggi harus diawasi oleh ahli
dari PLN atau jawatan lain yang sederajat dengan biaya kontraktor.Semua
kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi persyaratan
SII dan SPLN. Semua kabel/kawat harus dalam keadaan baru dan harus
jelas mengenai ukuran, jenis kabel, nomor dan jenis pintalannya. Semua
kawat dengan penampang 6 mm2 keatas harus dari bahan terpilih
(standar).

3) Splice/Pencabangan.
Tidak diperkenankan adanya splice ataupun sambungan-sambungan baik
dalam feeder maupun cabang-cabang kecuali pada outlet atau kotak-
kotakpenghubung yang dapat dicapai (acessible). Sambungan pada kabel circuit
cabang harus dibuat secara mekanis dan harus teguh secara elektrik dengan cara-
cara “solderless conector”. Dalam membuat “splice” conector harus dihubungkan
pada sambungan, tidak ada kabel-kabel telanjang yang kelihatan.

4) Saluran Penghantar Dalam Bangunan.


a) Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa coduit
minimum 5/8. Setiap pencabangan ataupun pengambilan keluar harus
menggunakan junction box yang sesuai dan sambungan yang lebih dari
satu harus menggunakan terminal strip di dalam junction box kualitas baik.
b) Ujung pipa kabel yang masuk kedalam panel dan junction harus
dilengkapi dengan socket/locknet, sehingga pipa tidak mudah tercabut dari
panel. Bila tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang berada pada
ketinggian muka lantai sampai dengan dua meter, harus dimasukkan dalam
pipa logam dan pipa diklem ke bangunan pada setiap jarak 50 cm.

b. Instalasi Saklar.
1) Saklar-saklar dari jenis locker mekanis dengan rating 10A/13A, 250 V, pada
umumnya dipasang inbouw kecuali disebutkan lain pada gambar. Jika tidak
ditentukan lain, saklar-saklar tersebut bingkainya harus dipasang rata pada tembok
dengan ketinggian 150 cm diatas lantai yang sudah selesai kecuali ditentukan lain
oleh Direksi. Saklar-saklar tersebut harus dipasang dalam kotak-kotak dan ring
stelannya yang standar dilengkapi dengan tutup persegi. Sambungan-sambungan
hanya diperbolehkan antara kotak-kotak yang bersekatan.
2) Stop Kontak. Stop kontak adalah dengan type yang memakai
earthingcontact dengan rating sesuai dengan gambar dan besaran alat yang
dilayani. Semua pasangan stop kontak harus diberi saluran ke tanah (grounding).
Stop kontak harus dipasang rata dengan permukaan dinding dengan ketinggian 30
cm dari atas lantai yang sudah selesai, atau sesuai petunjuk Direksi.

c. Instalasi Hubungan Pertanahan.


1) Cara penyelenggaraan instalasi hubungan pertanahan harus disesuaikan
dengan peraturan PLN yang ada dan disesuaikan dengan spesifikasi dan gambar
kerja.
2) Bagian-bagian yang wajib dihubungkan dengan tanah harus disesuaikan
sebagai berikut :
a) Semua badan atau rangka instalasi listrik yang di dalam keadaan
kerja normal tidak bertegangan.
b) Semua motor-motor, stop kontak, panel listrik dan sebagainya.
c) Semua peralatan elektronik.
d) Kontruksi bangunan yang terbuat dari bahan logam.
e) Kawat grounding yang dipergunakan adalah hantaran berisolasi.
f) Besarnya kawat grounding yang digunakan minimal berpenampang
sama dengan penampang kabel masuk (incomo\ing feedeer).
g) Nilai tahanan grounding sistem untuk panel harus lebih kecil dari 1
ohm, diukur setelah tidak terjadi hujan selama 3 hari.
29
h) Elektroda pentanahan untuk grounding digunakan pipa
galvaniscopper rod sepanjang 0,5 m. Elektroda pentanahan yang dipantek
dalam tanah minimal mencapai air tanah.
i) Tahanan dari hubungan pentanahan harus diukur dan harus sesuai
dengan peraturan PLN yang ada.
j) Pentanahan untuk masing-masing peralatan seperti disebutkan
diatas terpisah satu sama lain dan memenuhi PUIL 1977/peraturan PLN.

d. Testing Sistem Instalasi Listrik.


1) Pada waktu instalasi telah selesai, sistem listrik yang dipasang harus di tes
dan mendapat pengesahan dari PLN.
2) Instalasi listrik penerangan maupun tenaga siap terpasang.
3) Pengukuran untuk instalasi penerangan.
a) Hubungan ke armature diputuskan dengan mematikan saklar yang
berhubungan ke lampu-lampu maupun ke alat.
b) MCB dipanel dalam posisi off.
c) Pengukuran dilakukan setiap group maupun fase serta arde.
d) Untuk pengukuran setiap instalasi penerangan tahanan kawat
dibuatkan daftar.
e) Setiap menunjukkan hasil pengukuran tahanan kawat dibuatkan
daftar.
f) Diwaktu pengukuran dilaksanakan, sumber daya dari PLN maupun
genset tidak boleh dimasukkan.

4) Pengukuran Arde Induk.


a) Pemantekan pipa arde selesai dikerjakan serta kabel arde sudah
ditanam.
b) Setiap alat ukur khusus untuk mengukur tahanan kawat dari arde.
c) Hasil pengukuran dari pada tahanan kawat daripada arde harus
sesuai dengan PUIL 1977.

e. Masa Pemeliharaan dan Serah Terima Pekerjaan listrik.


1) Peralatan instalasi ini harus digaransi 1 (satu) tahun terhitung sejak saat
penyerahan pertama.
2) Kontraktor harus melatih petugas-petugas yang ditunjuk oleh pemberi tugas
sehingga dapat mengenali sistem instalasi dan dapat melaksanakan pemeliharaan
lebih lanjut.
3) Serah terima pertama instalasi ini harus dapat dilaksanakan setelah ada
bukti pemeriksaan/testing dengan hasil yang baik ditanda tangani bersama oleh
kontraktor dengan Direksi, serta dilampiri pula dengan gambar pelaksanaan (As
Built Drawing) brosur peralatan, instruction manual dan lain-lain.

Pasal 8
PEKERJAAN WATER PROOFING

1. Pekerjaan Water Proofing menggunakan waterproofing membrane lapis stone dengan


ketebalan 3 mm merk setara Casali.

2. Cara pengerjaannya :
a. Permukaan yang akan di Water Proofing harus di bersihkan dari debu, minyak, air
( harus kering ) dan kotoran-kotoran yang dapat mengurangi daya rekat Water Proofing.
Pembersihan dengan menggunakan alat pembersih dan harus menggunakan kompressor
angin.
b. Setelah dinyatakan bersih oleh Pengawas Lapangan permukaan yang akan di
Water Proofing diberi lapisan Primer (Bitument Cair) yang berfungsi sebagai penutup
pecahan-pecahan pada permukaan beton dan berfungsi juga sebagai perekat antara beton
dan membran.
30
c. Pemasangan membran Water Proofing dengan cara di bakar pada bagian
bawahnya sehingga menempel dan menyatu dengan permukaan beton.
d. Setelah membran terpasang seluruhnya, permukaan membran dilapis dengan
Bitument pasta di tambah dengan pasir silica, setelah kering dilapisi lagi dengan Bitument
pasta.

Pasal 9
PEKERJAAN PENGECATAN

1. Pekerjaan pengecatan meliputi dinding, plafond, kusen, daun pintu dan listplank.

2. Persyaratan bahan dan warna :


a. Pengecetan dinding luar watershield harus sesuai gambar dengan warna cat yang
digunakan harus sesuai Prototype standarisasi TNI – AD, jenis cat yang digunakan adalah
setara merk Jotashield S 5020 G30Y atau Jotatough (S1515-G20Y).
b. Pengecetan dinding dalam dan plafond harus sesuai gambar dengan warna cat
yang digunakan harus sesuai Prototype standarisasi TNI – AD, jenis cat yang digunakan
adalah setara merk Jotaplast S 0500 N.
c. Pengecetan penebalan kolom dinding luar harus sesuai gambar dengan warna cat
yang digunakan harus sesuai Prototype standarisasi TNI – AD, jenis cat yang digunakan
adalah setara merk Jotashield S 1515 G20Y atau Jotatough (S5020-G30Y).

3. Pelaksanaan :
a. Semua bagian yang akan dicat harus dalam keadaan bersih dari segala macam
kotoran. Sebelum pekerjaan dimulai lubang-lubang dan retak-retak di tutup dengan dempul
terlebih dahulu, kemudian digosok dengan amplas sampai rata serta baru dipulas, minimal
3 (tiga) kali.
b. Pengecatan dasar menggunakan essence easy primer untuk mendapatkan hasil
yang rata dan halus.
c. Pengecatan minimal dilakukan 3 kali sampai baik dan rata dengan menggunakan
roller 20 cm atau dengan cara lain yang telah disetujui oleh Direksi.
d. Lapisan kedua baru boleh dilaksanakan setelah lewat minimum 12 jam dari lapisan
pertama.

4. Pekerjaan cat ini harus dikerjakan/dilaksanakan dengan tenaga yang sudah ahli dan
apabila diperlukan, kontraktor wajib menambah lapisan pengecatan, sehingga dianggap sempurna
oleh Pengawas Lapangan, serta diharuskan menyerahkan contoh-contoh cat untuk mendapatkan
persetujuan.

Pasal 10
PERUBAHAN-PERUBAHAN

Apabila ada perubahan dari ketentuan-ketentuan di atas karena sesuatu hal harus seizin
Kalakgiat.

Pasal 11
PENUTUP

1. Semua bahan dan persyaratan mengenai pekerjaan konstruksi, elektrikal dan mekanikal
serta mengenai bahan-bahan yang berlaku namun belum tercantum dalam Bestek ini, kontraktor
harus mematuhinya. Apabila terdapat perbedaan penafsiran pengertian mengenai pasal pada
bestek ini akan dilakukan penetapan di lapangan oleh direksi lapangan.
31

2. Demikian bestek ini dibuat untuk menjadi pedoman bagi pelaksanaan pekerjaan renovasi
Rusun Yonhubad di Cimanggis Jawa Barat.

Jakarta, 7 Mei 2019

Kasubditbinfasjasa Ditziad
Selaku
Pejabat Pembuat Komitmen,

Ttd

Agung Budi Laksono, S.T.


Kolonel Czi NRP 11930097580769

Anda mungkin juga menyukai