Anda di halaman 1dari 54

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) adalah dokumen yang digunakan oleh
Penyedia sebagai pedoman untuk melaksanakan proyek pekerjaan. RKS proyek
berisikan nama pekerjaan berikut penjelasaannya berupa jenis, besar dan
lokasinya, serta prosedur pelaksanaannya, syarat mutu pekerjaan dan persyaratan
lain yang wajib dipenuhi oleh penyedia pekerjaan konstruksi. RKS ini biasanya
akan disampaikan bersama dengan gambar-gambar detail pekerjaan yang
semuanya menjelaskan mengenai proyek yang akan dilaksanakan.

A. Syarat-syarat Umum
Pasal 1
Penjelasan Umum

1. Kriteria dan syarat-syarat ini, yang selanjutnya disebut dokumen tender.


Dokumen tender adalah petunjuk yang harus diikuti dan dipenuhi oleh
pemborong atau rekan dalam penyusunan dan menyampaikan penawaran
serta merupakan syarat-syarat yang mengikuti dalam pelaksanaan
pekerjaan.
2. Pemborong atau rekanan harus membaca dengan seksama semua
petunjuk tertulis di dalam dokumen tender ini.

Pasal 2
Keterangan Mengenai Pekerjaan

1. Pekerjaan yang dimaksud adalah pembangunan Bendung Daerah Irigasi


Munggur Kabupaten Karanganyar
2. Pekerjaan tersebut berlokasi di Sungai Munggur, Desa Munggur,
Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar.
3. Pekerjaan konstruksi ini bertujuan untuk merealisasi hasil desain yang
sudah dilaksanakan sebelumnya. Sedangkan manfaat langsung dari
pelaksanaan pekerjaan ini adalah meningkatkan pemanfaatan air irigasi
sehingga diharapkan jaringan irigasi ini dapat beroperasi dengan optimal
dalam mendistribusikan air mulai dari bendung (intake), tingkat jaringan
induk, jaringan sekunder serta jaringan tersier.

B. Syarat-syarat Administrasi

Pasal 1
Peraturan Umum

1. Pemborong harus mentaati dengan tertib segala peraturan hukum yang


berlaku dan semua syarat-syarat yang berhubungan dengan pelaksanaan
dari pekerjaan sejauh tidak bertentangan dengan peraturan atau
persyaratan yang dikeluarkan oleh jawatan kesehatan kerja.

2. Apabila ada beberapa hal dari persyaratan umum yang dituliskan kembali
dalam dokumen tender ini, berati hanya meminta perhatian khusus dan
tidak menghilangkan hal-hal lainnya dari persyaratan umum dan
suplemen yang ada. Tetapi apabila ada ketentuan yang berlainan, maka
yang berlaku adalah ketentuan dalam dokumen tender ini.

Pasal 2
Surat Perjanjian Pemborong (Kontrak)

1. Untuk melaksanakan pekrjaan, pemberi tugas, dan pemborong akan


membuat surat perjanjian pemborong yang ditanda tangani oleh kedua
belah pihak.

2. Pada kontrak atau surat perjanjian pemborong dilampirkan dokumen


sebagai berikut :
a. Jaminan pelaksanaan
b. Surat Perintah Kerja
c. Seluruh dokumen penawaran untuk pekerjaan ini berserta lampiran-
lampirannya.
d. Berita acara rapat pemberian penjelasan pekerjaan (aanwijzing).
e. Dokumen tender beserta lampirannya dan gambar-gambar.

Pasal 3
Jaminan Pelaksanaan

1. Sebelum menandatangani surat perjanjian pemborong diwajibkan


menyerahkan jaminan pelaksanaan sebesar 5% dari nilai kontrak berupa
jaminan Bank Pemerintah.
2. Apabila pemborong mengundurkan diri setelah menandatangani surat
perjanjian pemborong, maka jaminan pelakasanaan disita dan menjadi
hak pemilik.
3. Jaminan pelaksanaan berlaku sampai tanggal yang disapakati dan akan
dikembalikan kepada pemborong setelah pekerjan selesai 100% yang
dinyatakan dengan berita acara serah terima kedua bela pihak.

Pasal 4
Dokumen Tender, Gambar dan Petunjuk - petunjuk

1. Gambar-gambar kelengkapan dokumen kontrak yang disiapkan oleh


Direksi dilampirkan dalam dokumen pelelangan dan merupakan bagian
dari dokumen pelelangan.
2. Dokumen tender dan gambar rencana pekerjaan berlaku sebagai dasar
pedoman untuk melaksanakan pekerjaan.
3. Jika terdapat perbedaan antara dokumen-dokumen tender dan gambar
ataupun gambar dengan gambar maka ketentuan yang mengikat adalah
yang paling menguntungkan pemberi tugas dan hal ini akan diputuskan
pada rapat koorsidinasi (saat pelaksanaan berlangsung).
4. Pemborong harus menyediakan sedikitnya 1 (satu) setcopy gambar-
gambar dan dokumen tender di tempat pekerjaan dalam keadaan tetap
rapi dan bersih yang dapat dilihat setiap saat oleh pemberi tugas atau
pengawas lapangan.

Pasal 5
Pemakaian Ukuran dan Gambar Kerja

1. Selama berlangsungnya pekerjaan, dimungkinkan adanya tambahan dan


perubahan gambar, sebagai gambar perencanaan baru atau perubahan
melalui revisi gambar kerja (shop drawing), lebih lanjut gambar rencana
baru maupun revisi yang telah disetujui Direksi merupakan bagian dari
kontrak.
2. Pemborong harus melaksanakan dimensi pekerjaan seperti yang diberikan
dalam gambar. Apabila dimensi tidak terlihat jelas di gambar Penyedia
harus berusaha mendapatkan penjelasan dari Direksi sebelum
melanjutkan bagian pekerjaan tersebut.
3. Pemborong bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanan pekerjaan
menurut ukurna-ukuran yang tercantum dalam gambar kerja dan RKS ini.
4. Pemborong wajib mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lain dan segera
memberi tahu kepada pengawas lapangan apabila terdapat perbedaan
ukuran antara gambar-gambar maupun terdapat situasi dilapangan.
5. Pemborong wajib mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap
gambar yang ada.

Pasal 6
Hak dan Kewajiban Pemborong

1. Pemborong tidak diperbolehkan mengalihkan seluruh hak dan


kewajibannya atas pekerjaan yang menjadi tugas kepada pihak lain (sub
leetting), tanpa izin tertulis dari pemberi tugas.
2. Pemborong wajib mempelajari dan mentaati semua ketentuan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang tercantum didalam UU,
persyaratan umum dan suplemennya, persyaratan dalam UU, persyaratan
umum dan suplemenya, persyaratan instantsi teknik yang berwenang.
3. Pemborong wajib mentaati keputusan dan petunjuk-petunjuk dari
pemberi tugas dan pengawasa lapangan sepanjang hal tersebut tidak
menyimpang dari dokumen tender dan gambar-gambar.
4. Pemborong dapat meminta penjelasan kepada pengawas lapangan bila
mana menurut pendapatnya ada bagian-bagian dokumen surat perjanjian
pemborong atau hal-hal lain yag kurang jelas.

Pasal 7
Tanggung Jawab Pemborong

1. Pemborong bertanggung jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai


dengan ketentuan-ketentuan dalam dokumen tender dan gambar-gambar.
2. Pemborong berkewajiban meperbaiki kerusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh pelaksanaan pekerjaan dengan pemborong sendiri.
3. Apabila terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan
pekerjaan, maka pemborong wajib memberikan saran-saran perbaikan
kepada pemberi tugas melalui lapangan pengawas lapangan.
4. Pemborng bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang
dikerahkan dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut.
5. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian pemborong dalam
melaksanakan pekerjaan menjadi tanggung jawab pemborong.
6. Pemborong harus bertanggung jawab atas alat-alat yang digunakan,
terhadap kemungkinan timbulnya klaim dan tuntutan ganti rugi dari pihak
ketiga, serta biaya-biaya yang diperlukan untuk hal tersebut.
Pasal 8
Perizinan

1. Pembayaran dan penembusan seluruh biaya yang diperlukan untuk surat


Izin Mendirikan Bangunan (IMB), pengurusnya dilakukan pemborong.
2. Surat perizinan dalam persyaratan yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan ini harus diurus oleh pemborong dan atas tanggung jawab dan
biaya pemborong. Pemborong harus menyerahkan surat izin yang
diperoleh atau yang disyaratkan yang menyakut pekerjaan ini kepada
pemberi tugas.
3. Pemeriksaan, pengujian dan lain-lain berserta keterangan resminya
(certificate) yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus
diurus oleh pemborong atas tanggung dan biaya pemborong.

Pasal 9
Pengawal Penyelenggaran dari Pemborong

1. Pembayaran dan penembusan seluruh biaya yang diperlukan untuk surat


Izin Mendirikan Bangunan (IMB), pengurusnya dilakukan pemborong.
2. Surat perizinan dalam persyaratan yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan ini harus diurus oleh pemborong dan atas tanggung jawab dan
biaya pemborong. Pemborong harus menyerahkan surat izin yang
diperoleh atau yang disyaratkan yang menyakut pekerjaan ini kepada
pemberi tugas.

Pasal 10
Resiko Upah dan Harga

1. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender setelah ditunjuk


sebagai pelaksanaan pekerjaan (sejak dikeluarkannya surat perintah
kerja), pemborong harus telah siap dengan bagan rencana kerja
(Barchart) dalam skala waktu sesuai dengan batas waktu maksimum
yang ditentukan.
2. Tuntutan (klaim) kenaikan harga borongan hanya diizinkan apabila
pemerintah daerah mengeluarkan edaran tentang kenaikan harga
borongan yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan atau upah di dalam
jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.
3. Jika terjadi hal demikian seperti disebutkan dalam ayat 2 maka
perhitungan dilakukan menurut peraturan tersebut.

Pasal 11
Laporan-laporan

1. Pemborong diwajibkan membuat catatan-catatan berupa laporan harian


yang memberikan gambaran dan catatan yang singkat dan jelas:
a. Paraf berlangsungnya pekerjaan
b. Pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh pemborong bawahan
c. Catatan dan perintah pemberi tugas dan pengawasan lapangan yang
telah disampaikan, tertulis maupun lisan
d. Hal ikhwal mengenai bahan-bahan (yang masuk, yang dipakai dan yang
ditolak)
e. Keadaan cuaca
f. Hal ikhwal mengenai pekerjaan
g. Pekerjaan tambah atau kurang
h. Lain-lain dianggap perlu
2. Berdasarkan laporan harian tersebut maka setiap minggu oleh pemborong
dibuat laporan mingguan yang disampaikan langsung kepada pengawas:
a. Kemajuan pekerjaan selama dua minggu yang lalu
b. Rencana kerja dua minggu berikutnya
c. Hambatan-hambatan yang terjadi selama dua minggu yang lalu
d. Lain-lain yang dianggap perlu
3. Pemborong harus menyiapkan dan menyerahkan kepada Pengawas
Laporan Bulanan dengan 2 versi, versi lengkap yaitu dengan isi dilampiri
dengan laporan dua mingguan dan laporan harian dan untuk versi ringkas
(eksekutif), yaitu hanya berisi laporan bulanan saja dan foto pelaksanaan
yang lebih banyak, disusun dalam Bahasa Indonesia dalam bentuk yang
akan ditetapkan kemudian, masing-masing dibuat satu (1) asli dan dua (2)
copy. Laporan Bulanan tersebut berisikan data dan kegiatan ringkas
selama sebulan dan dilengkapi dengan foto-foto yang mewakili, antara
lain berisikan sebagai berikut:
a. Kemajuan fisik pekerjaan bulan lalu sampai sekarang dan estimasi
kemajuan kemajuan untuk bulan berikutnya
b. Tingkatan kemajuan berdasarkan jadwal pelaksanaan
c. Estimasi jumlah pembayaran dari pengawas kepada Pemborong untuk
perbulan yang berjalan
d. Tabel pekerjaan menunjukan tenaga pengawas/pelaksana dan jumlah
beberapa rata-rata pekerja yang dipekerjakan oleh Pemborong bulan
lalu.
e. Jumlah jenis barang-barang dan material yang disupplay dan yang
digunakan oleh Pemborong bulan yang lalu.
f. Hal-hal lain yang mungkin diperlukan dalam kontrak atau khususnya
oleh Pengawas.
4. Apabila ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dan tidak serasi didalam
pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus melaporkan dan memberi saran
secara tertulis kepada pengawas atau pemberi tugas.
5. Dokumentasi
a. Sebelum pekerjaan dimulai, keadaan lapangan atau tempat pekerjaan
masih 0% harus diadakan pemotretan ditempat-tempat yang dianggap
penting menurut pertimbangan pemberi tugas dan pengawasan
lapangan.
b. Setiap permintaan pembayaran atau termin (angsuran) dan penyerahan
pertama harus diadakan pemotretan yang menunjukan prestasi
pekerjaan (min. 5 Arah).
c. Penyedia harus membuat dan menyerahkan kepada Direksi foto digital
(printout) dan file yang menunjukkan kemajuan pekerjaan setiap
bulan.
d. Setiap pengambilan foto harus dilengkapi lembar informasi ukuran A4
ditulis dengan huruf cetak berisikan keterangan nama, ruas, stasiun
atau patok atau nama dan nomor bangunan, hal ini harus dilakukan
mengingat jumlah bangunan yang cukup besar.
e. Setiap set foto setelah disetujui oleh Direksi akan disusun dalam
album yang disediakan oleh Pemborong (dapat juga menggunakan
Foto Digital), Foto dan negatiffoto (CD foto file) adalah milik Direksi
dan tidak boleh diberikan ke pihak lain tanpa persetujuan Direksi.
Biaya pengadaan foto sudah termasuk dalam Biaya Umum
(Overhead).

Pasal 12
Penyerahan Pekerjaan

1. Rencana tanggal penyerahan pertama maupun penyerahan kedua yang


harus di lanjutkan kepada pemberi tugas selambat lambatnya 3 (tiga) hari
kalender sebelum tanggal penyerahan dimaksud.
2. Sebelum penyerahan pekerjaan di lakukan, pengawas lapangan akan
mengadakan pemeriksaan seksama atas keseluruan hasil pekerjaan
pemborong. Pemberiksaan dapat dilakukan lebih dari satu kali sampai
memuaskan pemberi tugas yang selanjutnya menetapkan tanggal
penyerahan pekerjaan.
3. Pada saat pelaksanaan maupun penyerahan akan dibuat berita acara, yaitu
berita acara pemeriksaan pekerjaan untuk penyerahan pertama dan kedua
dan berita acara penyerahan pertama atau kedua pekerjaan.
Pasal 13
Masa Pemeliharaan

1. Jangka waktu pemeliharaan pekerjaan ditetapkan selama 30 (tiga puluh)


dari kalender terhitung sejak penyerahan pertama pekerjaan.
2. Di dalam jangka waktu pemeliharaan pemborong wajib memperbaiki
bangunan atau instalasi yang rusak atas tanggungan dan biaya pemborong
sampai hal tersebut diterima baik oleh pemberi tugas.

Pasal 14
Keterlambatan dan Perpanjangan Waktu

1. Keterlambatan pemborong dalam melaksanakan pekerjaan dan


memperbaiki kerusakan-kerusakan akibat kesalahan pemborong tidak
dijadikan alasan untuk perpanjangan waktu.
2. Keterlambatan akibat dari tindakan pemberi tugas dan keadaan force
majeure dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan perpanjangan waktu
setelah dinilai dengan seksama dan atas permintaan dari pemborong.
3. Permohonan perpanjangan waktu tersebut harus diajukan oleh
pemborong selambat-lambatnya 7 hari kalender setelah terjadinya
peristiwa-peristiwa dimaksud, jika tidak diajukan dalam jangka waktu
tersebut, maka dianggap tidak ada permohonan perpanjangan waktu.

Pasal 15
Pekerjaan Tambah Kurang

1. Apabila tambah kurang dapat dilaksanakan setelah pemborong menerima


perintah tertulis dari pemberi tugas.
2. Perhitungan biaya pekerjaan tambah kurang didasarkan atas daftar harga
satuan pekerjaan, harga satuan upah, serta harga satuan bahan dan
peralatan yang dilampirkan pemborong dalam surat penawarannya.
Pasal 16
Uraian Umum

1. Pada prinsipnya pemborong harus mengizinkan pihak-pihak lain yang


ditugaskan oleh pemberi tugas dan pengawas pelaksanaan pekerjaan
untuk bekerja pada waktu dan tempat yang sama.
2. Jam kerja adalah mulai dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 untuk
setiap harinya, kecuali hari libur resmi. Jika pemborong menghendaki
lain, maka pemborong harus mengajukan permohonan secara tertulis
kepada pemberi tugas/pengawas lapangan.
3. Untuk kelancaran mekanisme surat menyurat, maka surat pemborong
yang di tujukan kepada pemberi tugas ataupun siapa saja yang ada
kaitannya dengan pekerjaan ini, diserahkan melalui pengawas lapangan.

C. Syarat – syarat Teknis

Pasal 1
Uraian Umum

1. Pemberi pekerjaan meliputi :

Pengadaan, pengolahan mendatangkan, pengangkutan semua bahan,


pengerahan tenaga kerja, mengadakan, mobilisasi alat pembantu dan
sebagainya yang pada umunya langsung atau tidak termasuk didalam
usaha menyelesaikan dengan baik dan menyerahkan pekerjaan yang
sempurna dan lengkap.
2. Lapangan pekerjaan dalam keadaan pada waktu penawaran termasuk
segala sesuatu yang berada di dalamnya diserahkan tanggung jawabnya
kepada kontraktor dengan berita acara penyerahan lapangan.
3. Oleh kontraktor, pekerjaan haruslah diserahkan dengan sempurna dalam
keadaan selesai dimana termasuk pembersihan lapangan dan sebagainya.
Pasal 2
Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Tanah
3. Pekerjaan Bendung
4. Pekerjaan Hidromekanikal
5. Pekerjaan Lain-lain

Pasal 3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Umum
a. Seksi ini mencangkup ketentuan-ketentuan penanganan keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) konstruksi kepada setiap orang yang berada di
tempat kerja yang berhubungan dengan pemindahan bahan baku,
penggunaaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan
lingkungan sekitar tempat kerja.
b. Penanganan K3 mencangkup penyediaan sarana pencegah kecelakaan
kerja dan perlindungan kesehatan kerja konstruksi maupun penyediaan
personil yang kompeten dan organisasi pengendalian K3 Konstruksi
sesuai dengan tingkat resiko pengendalian yang ditetapkan oleh
pengguna jasa.
c. Penyedia jasa harus mengikuti ketentuan-ketentuan pengelolaan K3
yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.09/PRT/M/2009 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan
Pedoman Pelaksanaan K3 untuk Konstruksi Jalan dan Jembatan
No.004/BM/2006 serta peraturan terkait lainya.
2. Kelengkapan Administrasi K3
Setiap pelaksanaan pekerjaan Konstruksi wajib memenuhi
kelengkapan administrasi K3 yang dapat dilihat di pedoman peraturan K3.
3. Penyusunan Safety Plan
Safety plan adalah rencana pelaksanaan K3 untuk proyek yang
bertujuan agar dalam pelaksanaan nantinya proyek akan aman dari
kecelakaan dan bahaya penyakit sehingga menghasilkan produktivitas
kerja yang tinggi.
4. Pelaksanaan Kegiatan K3 di Lapangan
Kegiatan K3 di lapangan berupa pelaksanaan safety plan, melalui
kerja sama dengan instansi yang terkait K3, yaitu depnaker, polisi dan
rumah sakit.
Pengawasan pelaksanaan K3, meliputi kegiatan:
 Safety patrol
 Safety supervisor (pengawasan)
 Safety meeting (rapat pembahasan)
5. Perlengkapan dan Peralatan K3
Perlengkapan dan peralatan penunjang program K3, meliputi :
 pemasangan bendera K3, bendera RI, bendera perusahaan.
 Pemasangan sign-board K3 yang berisi antara lain slogan-slogan yang
mengingatkan perlunya bekerja dengan selamat.
Sarana peralatan yang melekat pada orang atau disebut perlengkapan
perlindungan diri (personal protective equipment), diantaranya :
 Pelindung mata dan wajah
 Kaca mata safety goggle, pelindung wajah helm pengelas
 Pelindung pendengaran, dan jenis yang paling banyak digunakan:
 foam earplugs, PVC earplugs, earmuffs
 Pelindung kepala atau helm (hard hat) yang melindungi kepala karena
memiliki hal berikut: lapisan yang keras, tahan dan kuat terhadap
benturan yang mengenai kepala; sistem suspensi yang ada didalamnya
bertindak sebagai penahan goncangan.
 Pelindung kaki berupa sepatu dan sepatu boot
 Pelindung tangan berupa sarung tangan dengan jenis-jenisnya
 Pelindung bahaya jatuh dengan jenis-jenisnya
 Sarana Peralatan Lingkungan berupa :
- tabung pemadam kebakaran
- pagar pengamanan
- pemeliharaan jalan kerja dan jembatan kerja
- pagar pengaman lokasi proyek
- peralatan P3K
 Rambu-Rambu Peringatan, antara lain dengan fungsi :
- peringatan bahaya benturan kepala
- peringatan bahaya longsoran
- peringatan bahaya api
- peringatan tersengat listrik
- penunjuk jalur instalasi listrik kerja sementara
- penunjuk batas ketinggian penumpukan material
- larangan membawa bahan-bahan berbahaya
- petunjuk untuk melapor (keluar masuk proyek)
- peringatan untuk memakai alat pengaman kerja
- peringatan ada alat/mesin yang berbahaya (untuk lokasi tertentu)
- peringatan larangan untuk masuk ke lokasi power listrik (untuk
orang tertentu

Pasal 4
Mobilisasi dan Demobilisasi

1. Pengangkutan semua peralatan pembangunan ke lokasi pekerjaan, beserta


pemasangannya, dimana alat-alat tersebut akan dipergunakan,
2. Antar jemput staf, pegawai, dan pekerja,
3. Pembongkaran dan pemindahan semua instalasi sementara, peralatan
pembangunan dan peralatan lainnya.
4. Pengukuran kemajuan mobilisasi akan ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan atas dasar jadwal kemajuan mobilisasi yang lengkap dan
telah disetujui.
5. Dasar Pembayaran
Mobilisasi harus dibayar atas dasar lumpsum, dimana pembayaran
tersebut merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan
semua peralatan, dan untuk semua pekerja, bahan, perkakas, dan biaya
lainnya yang perlu untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Walaupun
demikian, Direksi Pekerjaan dapat setiap saat selama pelaksanaan
pekerjaan, memerintahkan Kontraktor untuk menambah peralatan yang
dianggap perlu tanpa menyebabkan perubahan harga lumpsum untuk
Mobilisasi dan Demobilisasi. Pembayaran biaya lumpsum ini akan
dilakukan dalam tiga angsuran sebagai berikut :
a. 50 % (lima puluh persen) bila mobilisasi 50 % selesai, dan pelayanan
atau fasilitas pengujian laboratorium telah lengkap dimobilisasi.
b. 20 % (dua puluh persen) bila semua peralatan utama berada di lapangan
dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.
c. 30 % (tiga puluh persen) bila demobilisasi selesai.
Bilamana Kontraktor tidak menyelesaikan mobilisasi sesuai dengan
salah satu dari kedua batas waktu yang disyaratkan maka jumlah yang
disahkan Direksi Pekerjaan untuk pembayaran adalah persentase angsuran
penuh dari harga lump sum Mobilisasi dan Demobilisasi dikurangi
sejumlah dari 1 % (satu persen) nilai angsuran untuk setiap keterlambatan
satu hari dalam penyelesaian sampai maksimum 50 (lima puluh) hari.
Pasal 5
Kantor Sementara di Lapangan

1. Luas lantai dari kantor dibagi-bagi dalam beberapa ruang menurut


petunjuk Direksi. Permukaan tanahnya harus dibersihkan dan diratakan
serta daerah sekitarnya dibuat dengan kemiringan keluar dari bangunan.
Konstruksi kantor Direksi boleh dari kayu, pasangan bata atau blok-blok
semen menurut petunjuk Direksi. Bila konstruksi kayu yang dipakai,
konstruksi tersebut harus didirikan di atas plat beton dengan ketebalan
minimum 15 cm dan dindingnya dibuat dari triplek atau bahan sejenis
yang disetujui oleh Direksi.
2. Letak lantai kantor harus minimum 50 cm lebih tinggi dari permukaan
tanah sekitar dan harus diplester halus. Atap kantor bisa terbuat dari seng
gelombang atau konstruksi lain yang telah disetujui dan harus dari macam
konstruksi yang biasa dipakai dan bermutu baik. Atap kantor harus dibuat
sedemikian sehingga membentuk serambi luar selebar tidak kurang 2 m
pada kedua sisi dari kantor. Kantor harus dilengkapi dengan pintu-pintu
dan jendela-jendela, juga peralatan kantor seperti almari, meja kursi dan
lain-lain.
3. Kantor dan area parkir kendaraan harus dipagar setinggi 1.80 m kawat
berduri dengan pintu ganda lengkap dengan kunci serta pintu untuk orang.
Type pagar harus sesuai dengan persetujuan Direksi.Kantor Direksi harus
dilengkapi dengan instalasi air termasuk kloset, septictank dengan
peresapannya, lengkap dengan penyediaan air.

Pasal 6
Pengukuran Lapangan

1. Penyedia Jasa harus melaksanakan serangkaian kegiatan survei dan


pengukuran berikut penggambarannya untuk mendapat persetujuan dari
pihak Direksi sebelum melaksanaakan semua kegiatannya.
2. Kontraktor diwajibkan melaksanakan pengukuran dan pemasangan
bowplank sendiri dibawah pengawasan Direksi Pekerjaan.
3. Direksi Pekerjaan akan menetapkan titik-titik tetapnya dilapangan yang
akan dipakai sebagai referensi dalam penentuan titik.

Pasal 7
Pekerjaan Strapping/Pembersihan Lahan

1. Strapping areal pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan volume yang ada


dengan cara membersihkan tanaman semak belukar yang ada disekitar
lokasi dan pengupasan tanah lapisan agar dalam pelaksanaan pekerjaan
nantinya tidak ada kendala.
2. Pekerjaan strapping meliputi pekerjaan pengecekan dan pembersihan
tempat lokasi Pekerjaan dari material dan kotoran atau sampah di proyek.
3. Pekerjaan pembersihan lokasi mengikuti alur pelaksanaan item-item
pekerjaan mengingat pekerjaan yang dilaksanakan pada area yang masih
aktif digunakan untuk menjalani kegiatan sehari-hari, jadi pra dan pasca
pekerjaan harus dalam keadaan bersih dan rapih serta tidak menimbulkan
efek yang dapat mengganggu.

Pasal 8
Standar Bahan dan Mutu Pekerjaan

1. Standar bahan dan mutu pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan-


ketentuan dari Standar Nasional Indonesia (SNI) dan dengan Standar
Industri Indonesia (SII) yang berlaku 30 hari sebelum tanggal penyerahan
surat penawaran harga.
2. Pemborong harus mempunyai dan menyediakan di lapangan sekurang-
kurangnya 1 (satu) salinan dari setiap standar nasional Indonesia yang
ditujukan dalam spesifikasi, dan untuk kelengkapan, harus menyediakan di
lokasi pekerjaan setiap standar nasional Indonesia atau lainnya yang
disetujui Direksi mengenai bahan-bahan yang dipergunakan atau mutu dari
pekerjaan yang harus dipenuhi.

Pasal 9
Pekerjaan Jalan Akses

1. Jalan kerja yang dimaksud, bisa mempergunakan jalan kampung atau jalan
desa yang sudah ada kemudian ditingkatkan kapasitas pelayanan tingkat
jalannya atau mempergunakan lahan penduduk yang disewa selama jangka
waktu pelaksanaan pekerjaan.
2. Dari waktu ke waktu selama pelaksanaan pekerjaan, kontraktor
berkewajiban memelihara jalan kerja agar selalu layak dilalui sehingga
tidak menimbulkan dampak negatif pada masyarakaat lain yang juga
memerlukan dan melewati jalan kerja tersebut.

Pasal 10
Kisdam dan Dewatering

1. Pekerjaan Pengelak Tahapan Ganda


a. Beda tinggi tekan antara ujung hulu dan hilir mulut aliran harus selalu
kurang dari 5 m.
b. Kecepatan aliran yang masuk melalui ruang antara tidak lebih dari 5
m/dt.
2. Pekerjaan Saluran Pengelak
a. Kecepatan rata-rata umumnya kurang dari 10 m/dt.
b. Berat jenis batu yang digunakan tidak boleh kurang dari 2,5 t/m3
dengan ukuran batu berkisar antara diameter 15-30 cm.
3. Pekerjaan Penutupan Alur Sungai
a. Konstruksi harus cukup lebar, biasanya sekitar 15 m.
b. Elevasi puncak minimal 1 m diatas elevasi muka air hulu setelah
penimbunan selesai.
c. Material yang digunakan untuk penutupan sungai adalah material
quarry, baik quarry lepas yang beratnya 500 kg – 1 ton maupun sebagai
batuan urug yang terseleksi yang digunakan dari bongkah besar dengan
berat 1 sampai 5 ton.
4. Pekerjaan Bendung Pengelak
a. Desain limpasan bendung pengelak 1% atau 2 % dari umur bendungan.
b. Tinggi bendung pengelak semakin bertambah dan sejumlah proyek
sekarang menggunakan tinggi 50 meter sesuai dengan pertambahan
kedalaman kerusakan sungai dan atau sesuai dengan beda tinggi tenaga
20 atau bahkan 30 meter antara elevasi muka air maksimum di hulu dan
di hilir.
c. Berat volume untuk material kapur (ρ = 2,1) akan 3 kali lebih besar dari
material basalt (ρ = 2,9), atau blok beton (ρ = 2,4) akan memerlukan
60% lebih berat dari blok granit (ρ = 2,7).
5. Pengendalian Mutu
a. Penerima Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan
bahan dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan
bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan
persyaratan bahan pada pekerjaan dewatering.
b. Kondisi Cuaca
Dalam pelaksanaan pekerjaan dewatering harus dilakukan pada
saat musim kemarau atau tidak terjadi hujan.
6. Pengukuran dan Pembayaran
a. Pengukuran
Kuantitas pekerjaan dewatering diukur berdasarkan biaya
langsung personil, peralatan dan meterial digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan. Biaya langsung personil meliputi keterlibatan tenaga ahli dan
tenaga pendukung. Biaya peralatan dihitung berdasarkan biaya sewa
peralatan atau pembelian.
b. Dasar Pembayaran
Kuantitas yang ditentukan seperti diuraikan di atas, akan dibayar
dengan Harga Kontrak per satuan pengukuran, untuk mata pembayaran
yang terdaftar di bawah dan ditunjukkan dalam daftar kuantitas dan
harga, dimana harga dan pembayaran tersebut harus merupakan
kompensasi penuh untuk penyediaan, penanganan, perawatan, semua
tenaga kerja dan setiap peralatan yang diperlukan dan semua biaya lain
yang perlu dan biasa untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya.

Pasal 11
Pekerjaan Galian Tanah

1. Galian Tanah
a. Umum
Pekerjaan ini terdiri dari penggalian, penanganan, penumpukan
dari tanah/batuan atau bahan-bahan lainnya dari bangunan yang
berdekatan dan diperlukan untuk pelaksanaan yang memuaskan dari
pekerjaan dalam kontrak ini. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk
pembentukan tampungan embung, pembangunan pondasí bangunan,
saluran air/selokan, untuk pembentukan parit, pemasangan jaringan
pipa, gorong-gorong atau struktur kecil lainnya.
Galian akan dítentukan sebagai salah satu galian umum atau
galian berbatu. Galian biasa terdiri dari semua galian yang tidak
diklasifikasikan sebagai galian batu. Galian batu akan terdiri dari galian
batu bulat besar yang mempunyai volume 1,0 m3 atau lebih besar dari
semua batuan atau bahan-bahan keras lainnya yang dalam pendapat
Direksi adalah kurang praktis untuk menggali tanpa menggunakan alat
bertekanan udara.
b. Toleransi Dimensi
Ketinggian akhir, garis dan bentuk setelah galian tidak boleh
berbeda dari yang ditentukan yaitu lebih dari 20 mm pada setiap titik.
Permukaan akhir galian yang telah selesai, yang terbuka terhadap aliran
air permukaan harus cukup halus dan rata serta mempunyai kemiringan
yang cukup guna menjamin kelancaran drainase permukaan sehingga
tidak terjadi genangan.
c. Keamanan Pekerjaan Galian
 Kontraktor harus bertanggung jawab penuh untuk menjamin
keselamatan tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan galian.
 Selama pekerjaan galian, harus dipertahankan lereng galian
sementara dan mampu menunjang pekerjaan yang berdampingan,
struktur atau mesin akan diawasi setiap waktu. Skor dan turap yang
memadai harus dipasang bila permukaan galian yang menunjang
struktur yang berdampingan menjadi kurang stabil atau rusak oleh
pekerjaan galian.
 Alat-alat berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau maksud
lain tidak akan diperkenankan untuk berada atau beroperasi lebih
dekat dari 1,5 m dari tepi parit terbuka atau galian yang menunjang
struktur.
 "Cofferdam", tembok ujung atau sarana lain untuk menghindari air
dari galian harus direncanakan secara layak dan cukup kuat untuk
menjamin tidak akan terjadi runtuhan secara tiba-tiba, dan mampu
menghindari banjir yang datang cepat pada tempat pekerjaan.
 Pada setiap saat sewaktu para pekerja atau lainnya berada di dalam
galian dan mengharuskan kepala mereka di bawah permukaan
tanah sekitarnya, maka kontraktor harus menempatkan seorang
pengawas keamanan di tempat kerja yang tugasnya hanya
memonitor keamanan dan kemajuan.
 Bahan-bahan peledak yang diperlukan untuk galian batuan harus
disimpan dalam suatu penyimpanan yang aman dari daerah
perkotaan pada suatu lokasi dan dengan suatu cara yang disetujui
oleh Direksi dan para penguasa lainnya yang bersangkutan.
d. Penjadwalan Kerja
Luas setiap galian yang dibuka dalam setiap operasi harus
dibatasi sesuai dengan pemeliharaan permukaan yang digali pada suatu
kondisi yang baik dengan memperhatikan pengaruh dari pengeringan,
peredaman oleh air hujan dan gangguan oleh operasi pekerjaan
berikutnya. Pembuatan parit atau penggalian lainnya yang melintasi
jalan kendaraan harus dilaksanakan dengan menggunakan konstruksi
setengah lebar jalur kendaraan sehingga jalan tetap terbuka bagi lalu
lintas sepanjang waktu.
e. Kondisi Tempat Kerja
Semua galian harus dipelihara agar bebas dari air dan Kontraktor
harus menyediakan semua bahan-bahan yang diperlukan, peralatan dan
tenaga kerja untuk pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air
dan pembangunan saluran sementara, tembok ujung serta "cofferdam".
f. Perbaikan Pekerjaan Yang Kurang Memuaskan
Pekerjaan galian yang tidak memenuhi kriteria toleransi di atas
harus diperbaiki oleh Kontraktor sebagai berikut :
 Bahan-bahan yang berlebihan harus dibuang dengan galian
selanjutnya
 Daerah yang telah digali secara berlebihan, atau daerah yang retak
berlebihan atau longsor harus diurug kembali dengan timbunan
bahan-bahan pilihan atau agregat lapis pondasi atas sebagaimana
ditentukan oleh Direksi.
g. Utilitas
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperoleh setiap
informasi yang ada tentang keberadaan serta lokasi bangunan utilitas di
bawah tanah dan untuk memperoleh serta membayar setiap perizinan
yang diperlukan atau pemberian hak lainnya untuk melaksanakan galian
yang disyaratkan dalam Kontrak. Kontraktor harus bertanggung jawab
untuk pemeliharaan dan perlindungan setiap saluran pipa di bawah
tanah yang masih berfungsi, kabel, pipa penyalur atau lainnya di atas
tanah dan jalur-jalur pelayanan atau struktur cabang yang mungkin
ditemukan dan untuk memperbaiki setiap kerusakan yang disebabkan
oleh opersinya.
h. Royalti Bahan-bahan Yang Digali
Bila lokasi galian ditemukan bahan-bahan pilihan atau agregat
lapis pondasi atas, agregat aspal atau beton atau bahan-bahan lainnya
diperoleh dari galian bahan-bahan tambahan di luar daerah proyek.
Maka kontraktor harus membuat semua pengaturan yang diperlukan
dan pembayaran biaya dan royalti pada pemilik tanah serta penguasa
yang berwewenang untuk izin menggali / mengangkut bahan- bahan
tersebut.
2. Prosedur Galian
a. Umum
 Galian harus dilaksanakan sampai kelandaian, garis dan ketinggian
yang ditentukan dalam gambar atau diperintahkan oleh Direksi dan
harus meliputi pembuangan semua bahan-bahan yang ditemukan,
termasuk tanah, batuan, batu-bata, batu beton, pasangan batu dan
bahan-bahan perkerasan jalan lama,
 Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang
seminimal mungkin terhadap bahan-bahan di bawah dan di luar batas
galian,
 Billa bahan-bahan yang tak terlindungi pada garis pembentukan atau
tanah dasar atau permukaan pondasi adalah bahan-bahan lepas,
lunak, berlumpur atau tidak memenuhi syarat menurut pendapat
Direksi, maka bahan-bahan tersebut harus dipadatkan secara
menyeluruh atau sama sekali dikeluarkan untuk dibuang dan diganti
dengan timbunan yang memenuhi syarat sebagaimana diarahkan
oleh Direksi,
 Peledakan sebagai salah satu sarana galian batuan pada umumnya
selalu tidak harus digunakan. Tetapi jika menurut pendapat Direksi
adalah tidak mungkin untuk menggali batuan dengan menggunakan
alat-alat bertekanan udara atau suatu mesin hidrolis tunggal dan jika
menurut pendapatnya tidak ada bahaya terhadap masyarakat dan
tanah milik yang berdampingan, ia boleh mengijinkan menggunakan
peledakan,
 Dalam hal-hal demikian, maka kontraktor harus menyediakan alat
pelindung ledakan untuk melindungi orang-orang, tanah milik dan
pekerjaan selama galian yang disetujui oleh direksi,
 Peledakan harus dibatasi pada waktu-waktu yang disetujui.
b. Galian Stripping
Kontraktor harus melakukan stripping (pengupasan) topsoil
(tanah permukaan) ditempat-tempat yang akan dilakukan pekerjaan
timbun dandi borrow area. Topsoil adalah lapisan atas tanah yang
biasanya mengandung humus, material organik, akar rumput, tufa yang
mungkin terkumpul dipermukaan tanah. Kedalaman stripping yang
diukur vertikal minimal 15 cm atau seperti petunjuk dari Direksi.
c. Galian Untuk Structure
 Galian untuk parit, gorong-gorong kecil dan saluran beton, atau
pasangan batu, adukan encer harus cukup ukurannya untuk
memungkinkan pemasangan yang layak dari bahan-bahan tersebut.
 Skor, turap dan "Cofferdam" atau tíndakan lainnya untuk
mengeluarkan air harus dipasang untuk memberikan ruang gerak
yang cukup untuk pelaksanaan dan pemeriksaan kerangka acuan
untuk memungkinkan pemompaan dari tepí luar acuan. "Cofferdam"
atau skor yang bergerak secara lateral selama pekerjaan galian harus
dibetulkan atau diperbesar untuk memperoleh ruang bebas yang
dipertukan dalam pelaksanaan.
3. Pengukuran dan Pembayaran
a. Pengukuran
 Dasar perhitungan adalah gambar potongan melintang profil tanah
yang disetujui sebelum galian dan garis kelandaian serta ketinggian
yang ditentukan atau diterima dari pekerjaan galian yang
diselesaikan.
 Pekerjaan galian yang memenuhi syarat untuk pengukuran dan
pembayaran menurut seksi ini akan dibayar sebagai galian, meskipun
bila bahan-bahan yang digali disetujui untuk digunakan sebagai
bahan-bahan konstruksi.
 Galian yang melebihi garis yang terlihat pada profil dan penampang
melintang yang disetujui termasuk galian untuk membentuk
terassering dan ikatan pada timbunan dan lereng yang ada.
b. Pembayaran
Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk mengambil bahan-
bahan untuk konstruksi dari lubang galian tambahan atau galian batuan
di luar batas daerah konstruksi tidak akan diukur untuk pembayaran,
biaya pekerjaan ini dianggap termasuk dalam harga satuan untuk
pembayaran.

Pasal 12
Pekerjaan Timbunan Tanah

1. Umum
 Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan
timbunan. Penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan timbunan
umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai
dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang harus
disyaratkan atau disetujui oleh Pengawas Pekerjaan,
 Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi
menjadi empat jenis yaitu: timbunan biasa, timbunan pilihan, timbunan
pilihan berbutir di atas tanah rawa, dan penimbunan kembali berbutir
(Granular Backfill),
 Timbunan Pilihan harus digunakan untuk meningkatkan kapasitas daya
dukung tanah dasar pada lapisan penopang (capping layer) dan jika
diperlukan di daerah galian. Timbunan pilihan dapat juga digunakan
untuk stabilisasi lereng,
 Timbunan Pilihan harus digunakan sebagai lapisan penopang (capping
layer) pada tanah lunak yang mempunyai CBR lapangan kurang 2,5%
yang tidak dapat ditingkatkan dengan pemadatan
2. Toleransi Dimensi
a. Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi
dari 2 cm atau lebih rendah 3 cm dari yang ditentukan atau disetujui.
b. Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan
harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air
permukaan yang bebas.
c. Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10
cm dari garis profil yang ditentukan.
3. Test Material Bahan Timbunan
Bila diperintahkan oleh Direksi bahan-bahan yang diusulkan sebagai
bahan timbunan, harus diuji menurut cara-cara yang diisyaratkan Direksi
di dalam laboratorium yang disetujui guna mendapatkan karakteristik dan
kelayakannya.
4. Pemadatan Khusus Pada Timbunan
Timbunan dengan pemadatan khusus harus terdiiri dari bahan-bahan
yang disetujui dihampar dan dipadatkan dalam tiap-tiap lapisan yang datar
dan tebal 0,20 – 0,25 m dengan kemiringan keluar, kemudian dipadatkan
sehingga tebal setelah padat tidak lebih dari 0,15 m.
Untuk pemadatan harus menggunakan mesin giling, alat pemadat,
roda penggetar atau peralatan lain yang disetujui Direksi sehingga
menghasilkan pemadatan tidak kurang dari 95% dari kepadatan kering
yang dilaksanakan menurut standar uji proctor.
5. Tambahan Untuk Penurunan Tanah
Kontraktor harus memperhitungkan sesuai petunjuk Direksi,
tambahan pengisian untuk pemadatan tanah sendiri dan penurunan dari
tanggul, sehingga tinggi, lebar dan ukuran permukaan tanggul yang telah
selesai pada masa akhir pemeliharaan tetap sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam gambar.
6. Pengukuran dan Pembayaran
a. Pengukuran
Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan
terpadatkan yang diperlukan. Volume yang diukur harus berdasarkan
gambar penampang melintang profil tanah asli yang disetujui atau profil
galian sebelum setiap timbunan ditempatkan dan gambar dengan garis
kelandaian dan elevasi pekerjaan yang disyaratkan. Metode perhitungan
volume bahan haruslah metode luas bidang ujung, dengan
menggunakan penampang melintang pekerjaan yang berselang jarak
tidak lebih dari 25 m.
b. Pembayaran
Kuantitas timbunan yang diukur seperti diuraikan di atas, dalam
jarak angkut berapapun yang diperlukan, harus dibayar per satuan
pengukuran dari masing-masing harga yang dimasukkan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga untuk Mata Pembayaran terdafar di bawah, di
mana harga tersebut harus sudah merupakan kompensasi penuh untuk
pengadaan, pemasokan, penghamparan, pemadatan, penyelesaian akhir
dan pengujian bahan.
Pasal 13
Pekerjaan Pasangan

1. Pekerjaan Pasangan Batu Kali


a. Umum
Pekerjaan pasangan batu adalah meliputi semua kegiatan
pelaksanaan pasangan batu yang diatur dalam spesifikasi teknik ini, dan
untuk seluruh kegiatan yang berhubungan pekerjaan ini terdiri dari
bahan-bahan, pelaksanaan, serta sesuai dengan kegunaan yang
disyaratkan.
b. Bahan-Bahan Pasangan Batu
1) Batu Untuk Pasangan
Batu yang digunakan adalah batu belah atau batu bulat, batu
kali yang dipecah salah satu sisinya tidak rapuh tidak keropos, tidak
berpori. Berat jenis batu yang digunakan tidak boleh kurang dari 2,5
Ton m3 dengan ukuran batu berkisar antara diameter 15 – 30 cm.
Batu bulat atau batu kali hanya boleh digunakan setelah salah satu
sisinya dipecah atau sesuai persetujuan Direksi.

2) Pasir Pasangan
Pasir yang dimaksud disini lebih diutamakan pasir alam yang
diambil dari sungai atau sumber lain yang telah disetujui oleh
Direksi. Tempat penimbunan penyimpanan harus bersih dari sampah
6ending, sampah kimia, bebas dari banjir serta tidak terkontaminasi
dengan bahan lainnya, seperti air laut/garam dan lainlainnya yang
akan menurunkan mutu pasangan batu.
3) Semen/PC
Semen yang harus digunakan itu adalah Semen Portland PCC
untuk pasangan batu yang sesuai dengan Standart Industri Indonesia
(SNI) dan buatan dalam negeri. Penyimpanan semen harus
mengikuti ketentuan, antara lain paling sedikit 30 cm diatas lantai
gudang, tinggi tumpukan maksimum setinggi 1.50 m, dan harus
terlindung dari pengaruh cuaca. Tanggal pembelian harus dicatat,
semen yang telah 40 hari sejak pembeliannya tidak boleh digunakan.
Direksi pekerjaan berwenang menolak semen yang telah kadaluarsa /
bergumpal.
4) Air
Air yang digunakan untuk pekerjaan pasangan harus jernih,
bebas dari lumpur, bebas dari bahan kimia, asam, minyak, garam
serta bahan lain yang akan menurunkan mutu pasangan batu. Air
yang akan digunakan terlebih dahulu harus mendapat persetujuan
dari Direksi.
c. Pembuatan Adukan Perekat
Untuk pembuatan adukan dengan tenaga manusia diperlukan
peralatan dan alat penunjang yang dapat menjamin tercapainya mutu
adukan dan mutu pasangan batu yang baik, serta memungkinkan
ketentuan pekerjaan. Peralatan tersebut adalah :
1) Cangkul, sekop, gerobak pengangkut / ember, drum, penampung air,
slang air, ending pelindung hujan, pipa paralon dia “1“ dan ijuk
sesuai ketentuan dalam gambar kontrak (bila dalam kontrak
diperlukan sebagai suling resapan) dan sebagainya.
2) Kotak pengaduk dari bahan tebal 3.0 cm yang ukurannya cukup
untuk pembuatan adukan oleh satu orang pekerja (misalnya ukuran
60 cm x 100 cm, tebal 20 cm).
d. Pelaksanaan Pasangan Batu
1. Pemasangan
Tiap batu untuk pasangan harus seluruhnya dibasahi lebih
dahulu sebelum dipasang dan harus diletakkkan dengan alasnya
tegak lurus kepada arah tegangan pokok. Setiap batu harus diberi
alas adukan, semua sambungan harus diisi padat dengan adukan
pada waktu pengerjaan berlangsung. Tebal adukan tidak lebih dari 5
cm, serta tidak boleh ada batu berimpit satu sama lain. Batu pasak
tidak boleh disisipkan sesudah semua batu selesai dipasang.
2. Pekerjaan Batu Muka
Pekerjaan muka pada pekerjaan batu harus menyatukan batu-
batu belah yang dipasang dengan paling sedikit satu batu pengikat
untuk tiap-tiap meter persegi. Pekerjaan muka harus dinaikkan
bersama-sama dengan pasangan batu ini yang mendukung agar
supaya batu-batu pengikat dapat dipasang dengan sebaik-baiknya.
Batu-batu harus dipilih dan diletakkan dengan hati-hati
sehingga tebal adukan tidak kurang dari rata-rata 10 mm. Semua
pekerjaan muka yang kelihatan harus disiar. Adukan untuk siaran
harus campuran 1 PC : 2 PS, kecuali ditentukan lain.
3. Pipa Peresapan
Tembok-tembok penahan, pasangan lining, tembok-tembok
kepala harus dilengkapi dengan suling-suling, kecuali ditentukan
lain. Suling-suling harus dibuat dari pipa pvc dengan diameter 50
mm dan paling tidak satu buah untuk setiap pasangan. Setiap ujung
pemasukan dari suling-suling harus dilengkapi dengan saringan dari
ijuk, dipasang bersamaan dengan pasangan batu dan disisakan 20 cm
keluar dari sisi belakang pasangan batu guna pemasangan saringan
pada waktu mengurung.
4. Sambungan Gerak Sederhana
Apabila diperintahkan atau tertera dalam gambar sambungan
gerak sederhana diadakan pada bagian pasangan batu yang tidak
direncana untuk menahan air. Umumnya sambungan gerak
sederhana dibutuhkan bilamana terdapat suatu perubahan
penampang yang besar, sehingga dapat terjadi penurunan yang
berbeda pada pasangan batu.
6. Perlindungan dan Perawatan
Dalam melaksanakan pekerjaan pasangan batu dalam cuaca
yang tidak menguntungkan dan dalam melindungi dan merawat
pekerjaan yang telah selesai, pemborong harus memenuhi syarat-
syarat yang sama seperti yang ditentukan untuk pekerjaan beton.
Pekerjaan pasangan tidak boleh dilaksanakan pada hujan lebat atau
hujan yang cukup lama sehingga mengakibatkan adukannya larut.
e. Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran dan volume dalam meter kubik (m3) untuk
pembayaran diperhitungkan sesuai gambar design/gambar pelaksanaan
yang disetujui Direksi.Harga satuan termasuk semua pekerjaan yang
dijelaskan dalam pasal-pasal diatas sampai perapian lokasi setelah
pekerjaan pasangan selesai, kecuali suling-suling resapan
diperhitungkan secara terpisah.
2. Pekerjaan Plesteran
a. Umum
Bagian permukaan pasangan batu yang terlihat, sesuai kontrak
atau petunjuk Direksi harus disiar. Siaran dibuat dari campuran 1
bagian semen dan 2 bagian pasir yang disaring atau sesuai dengan
ketentuan dalam gambar. Sebelum siaran dipasang adukan pasangan
diantara batu - batu halus dikorek sampai kedalaman 1 - 2 cm dibawah
permukaan batu untuk jenis siar rata dan siar timbul, dan 2 - 3 cm untuk
jenis siar tenggelam, kemudian pasangan dibersihkan dan disiram air
agar terjadi ikatan yang kuat antara pasangan siaran.
b. Pengukuran dan Pembayaran
Volume pekerjaan plesteran untuk pembayaran diukur dalam
meter persegi (m2) dari luas siaran sesuai gambar dalam kontrak atau
yang dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi/pengawas.
3. Pekerjaan Bronjong
a. Bahan
1) Kawat Galvanis
Spesifikasi teknis untuk bronjong kawat galvanis 5 mm
pabrikasi sama dengan spesifikasi bronjong kawat galvanis 5 mm
dengan anyaman tangan akan tetapi dalam penganyaman harus
dilaksanakan oleh mesin bukan manusia.
2) Batu Isi Bronjong
Batu isi untuk bronjong harus berdiameter 200 mm sampai
dengan 400 mm dimana sekurang - kurangnya 25% harus
berdiameter lebih besar dari 250 mm dan untuk batu kecil hanya
untuk pengisi bagian rongga.
b. Pengukuran dan Pembayaran
Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar
pelaksanaan yang telah disetujui oleh Pengguna/jasa, dan
diperhitungkan dalam satuan (unit) buah.

Pasal 14
Pekerjaan Hidromekanikal

1. Umum
Perencanaan, dimensi dan bahan-bahan untuk semua bagian tidak
boleh mengalami kerusakan akibat dari kondisi-kondisi yang paling
tidak menguntungkan ataupun akibat lendutan-lendutan maupun vibrasi
yang disebabkan atau ditimbulkan karena pengaruh pengoperasian
peralatan. Mekanisme harus dibuat sedemikian rupa agar dihindarkan
terhadap penumpukan debu atau karat yang mungkin terjadi.
2. Spesifikasi Standart
Kecuali ditentukan lain, semua bahan-bahan dan mutu pekerjaan
harus memenuhi persyaratan dari Standar Nasional Indonesia yang berlaku
30 hari dari permulaan pelelangan. Selain spesifikasi standar yang sama
sebagai pengganti bisa ditambahkan sesuai kehendak Direksi.
3. Penyedian Pintu
Dimensi pintu-pintu air yang diperlukan ditunjukkan pada gambar.
Untuk pintu-pintu besi, dipakai tipe standar, sebagaimana ditunjukkan
pada gambar-gambar standar pintu. Pintu pengatur air dari Sub Sektor
Proyek Irigasi, sebagaimana ikhtisar pada tabel di halaman berikut.
Pintu-pintu air direncanakan, dihasilkan dan dipersiapkan untuk
diserahkan, hanya oleh suatu pabrik yang sudah disetujui dan namanya
tercantum dalam daftar prakualifikasi pemborong untuk pembuatan pintu-
pintu pengatur air.
4. Rencana, Perhitungan dan Gambar-gambar
Gambar-gambar kontrak menunjukkan tipe dari konstruksi besi atau
pintu-pintu yang dilengkapi dengan ukuran-ukuran utamanya. Sub
kontraktor harus membuat rencana konstruksi pintu-pintu dan
menyerahkan perhitungan - perhitungan detail dan gambar - gambar
pembuatan kepada Direksi, juga semua peralatan yang akan disediakan,
sebelum pembuatan pabrik dimulai.
5. Pengelasan
Semua pengelasan harus pengelasan busur nyala logam (metal arc
welding) yang bersinggungan terus dan pemborong harus menyediakan
contoh-contoh untuk pemeriksaan atau pengujian, sesuai spesifikasi bila
diperlukan oleh Direksi.
1. Sambungan Baut dan Keling
Pemborong harus menyediakan semua keling, baut, mur, ring dan
sebagainya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan baja,
disamping harus menyediakan baut, mur, ring untuk cadangan. Bahan-
bahan tersebut harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia PUBI 1982
atau untuk pekerjaan kelas utama. Sambungan baut yang menahan getaran
harus dibaut mati. Semua lubang-lubang untuk baut dan keling harus dibor
dan bagian ujung luar yang kasar harus dihaluskan.Keling harus tepat
memenuhi lubangnya sewaktu ditutup dan menurut ukuran - ukuran sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia PUBI 1982.
2. Pengukuran dan Pembayaran
Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar
pelaksana bangunan yang telah disetujui direksi pekerjaan dan
diperhitungkan dalam satuan yang sudah disepakati dalam RAB.Harga
satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh kontraktor sudah harus meliputi
upah tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang dipergunakan
dan keuntungan pada kontraktor sesuai analisa harga satuan.

Pasal 15
Pekerjaan Lain-lain

1. Pemasangan Papan OP
Papan-papan operasioanl dan kotak-kotak penyimpanan data harus
dibuat dan dipasang pada setiap bendung dan pada setiap bangunan
pengambilan dan bangunan bagi. Papan dan tiang-tiangnya harus dibuat
dari kayu keras bermutu dan harus dipasang pada beton klas K175.Papan-
papan harus sesuai dnegan penjelasan dari gambar no.722 dari album
gambar sesuai dengan BI-62 atau seperti yang ditunjuk pada gambar
lainya.
2. Pemasangan Papan Nomenklatur
Setiap bangunan irigasi dan pelengkap pada saluran pembawa
dipasang Nomenklatur (nama bangunan) terbuat dari batu marmer ukuran
20 cm x 15 cm dengan tulisan dipahat dan dicat warna hitam, dipasang
pada lokasi yang mudah terlihat dan mudah dibaca atau sesuai dengan
gambar rencana.
STANDAR OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Undang-undang No. 7 Tahun 2004 Pasal 41 ayat 2 tentang Sumber Daya Air
menegaskan bahwa kriteria pembagian tugas dan tanggung jawab pengelolaan
irigasi selain didasarkan pada keberadaan jaringan irigasi, wilayah administrasi
dan juga termasuk di dalamnya strata luasannya yang antara lain :
- Daerah Irigasi ( D.I ) dengan luasan kurang dari 1000 Ha ( D.I kecil ) dan
berada dalam satu Kabupaten / Kota maka, menjadi kewenangan dan
tanggung jawab Pemerintah Kabupaten / Kota,
- Daerah Irigasi ( D.I ) dengan luasan 1000 Ha s/d 3000 Ha ( D.I sedang ) atau
Daerah Irigasi kecil yang bersifat lintas Kabupaten / Kota maka, menjadi
kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah Provinsi,
- Daerah Irigasi ( D.I ) 3000 Ha ( D.I besar ) atau Daerah Irigasi sedang yang
bersifat lintas provinsi, strategis nasional dan lintas negara, maka menjadi
kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah,

A. KEGIATAN OPERASI RENCANA POLA TATA TANAM


Dalam menyusun Tata Tanam pada suatu Daerah Irigasi perlu
diperhatikan hal - hal sebagai berikut :

1. Keinginan dan kebiasaan petani


2. Kebijaksanaan pemerintah
3. Kesesuaian lahan terhadap jenis tanaman
4. Ketersediaan air
5. Iklim dan hama
6. Ketersediaan tenaga kerja
7. Output dan input usaha tani
1. Rencana Tata Tanam
Rencana Tata Tanam adalah rencana penanaman berbagai jenis
tanaman selama satu tahun. Umumnya jenis tanaman yang direncanakan
adalah padi, tebu dan palawija. Petani / P3A mengusulkan jenis tanaman
yang direncanakan kepada petugas pengairan. Perencanaan dan persiapan
tata tanam secara terpadu disiapkan oleh petugas pengairan dan instansi
terkait (Panitia Irigasi) sebelum masa tanam dimulai.

a) Rencana Tata Tanam Global (RTTG)


Rencana Tata Tanam Global disusun oleh petugas pengairan
bersama petani / P3A berdasarkan rencana golongan dan luas tanam
yang diusulkan petani dari blanko 01-O, 02-O dan 03-O dalam satu
Daerah Irigasi berikut jumlah kebutuhan air di sawah, di pintu
tersier, kebutuhan air untuk lain - lain, kehilangan air, hingga
diketahui kebutuhan air di bendung. Kemudian berdasarkan debit
andalan (Q80) akan diketahui neraca air (debit lebih atau kurang).

b) Rencana Tata Tanam Detail (RTTD)


Rencana Tata Tanam Detail (RTTD) disusun petugas pengairan
bersama P3A berdasarkan Keputusan Panitia Irigasi tentang luas
tanam yang berisi rincian petak tersier dalam satu Daerah Irigasi,
berikut luas areal, pola tata tanam dan keperluan tanam lain - lain,
sehingga diketahui jumlah areal tanam keseluruhan, jenis golongan
berikut tanggal pengolahan tanah MT.I.

2. Periode Pengeringan Saluran


Pengeringan ini biasanya dilakukan dalam jangka waktu yang relatif
pendek guna perbaikan saluran, tanggul dan fasilitas lain yang sifatnya
darurat. Langkah - langkah pelaksanaannya sebagai berikut :
- Sebelum kegiatan pengeringan, hendaknya dipertimbangkan cara
pengalihan debit saluran agar tidak menimbulkan genangan pada
daerah lain yang tidak dikehendaki.
- Penutupan dan pembukaan saluran harus dilakukan secara bertahap
untuk menghindari terjadinya endapan dan gerusan.

B. KEBUTUHAN AIR TANAMAN DAN KEHILANGAN AIR PADA


SALURAN PEMBAWA

1. Debit Andalan
Debit Andalan adalah debit yang dapat diandalkan untuk mengairi
sawah dengan luasan tertentu dan digunakan untuk membuat pola tata
tanam. Untuk Daerah Irigasi yang menggunakan sumber air langsung dari
sungai, debit andalan yang dipakai dapat dihitung berdasarkan probabilitas
80 % terjadinya debit sungai, yaitu debit dengan kemungkinan terpenuhi
80 % atau tidak terpenuhi 20 % pada bulan bersangkutan. Analisa Debit
Andalan dapat diperoleh dari data debit sungai yang masuk ke saluran
pembawa dan data debit sungai yang melimpas di atas mercu bendung.

2. Kebutuhan Air
Menghitung kebutuhan air irigasi untuk tanaman, ada beberapa
methode yang sering dipakai antara lain Modified Penman, Pan Evaporasi
atau berdasar pada penelitian di lokasi daerah irigasi setempat.

3. Kehilangan Air Irigasi


Besarnya kehilangan air ditentukan dengan mempertimbangkan
masing - masing kondisi jaringan dan biasanya ditetapkan dalam
prosentase seperti berikut ini :
Jaringan Tersier = 13 %
Jaringan Sekunder= 10 %
Jaringan Primer = 5 %
4. Neraca Air
Untuk mengetahui perbandingan kebutuhan air untuk tanaman dan
debit andalan yang tersedia, maka dibuat neraca air, sehingga kekurangan
dan kelebihan air dapat dipantau dan dievaluasi perencanaan selanjutnya.

C. RENCANA PEMBAGIAN AIR (RPA)


Rencana Pembagian Air (RPA) disusun untuk pedoman pelaksanaan
operasi suatu jaringan irigasi. Tata cara pembuatan RPA adalah sebagai
berikut:

a. Menghitung potensi air.


b. Menghitung satuan kebutuhan air irigasi.
c. Menetapkan perkiraan kehilangan air irigasi.
d. Menetapkan sistem golongan.

Pemberian air dapat diatur sebagai berikut :

1). Pembagian secara “continues flow”


Apabila debit yang tersedia Qt > 70 % Qb (debit kebutuhan), maka
pembagian air dilakukan secara terus menerus (continues flow).

2). Giliran
Pada saat air tersedia (debit andalan) kurang (K < 1) untuk mengatasi
kelemahan pemberian air secara continue, maka dilakukan pemberian air
secara giliran.

Pengaturan giliran / rotasi menggunakan blok atau kelompok petak


tersier seperti yang digunakan pada aturan golongan yang digunakan pada
awal musim hujan, misal Blok A, Blok B, Blok C, dst.

a. Rotasi Giliran
Giliran ini dilaksanakan bilamana Qt = 50 % - 70 % Qb.

Lamanya pemberian air terhadap kelompok petak tersier A,B dan C


terbagi menjadi 3 periode untuk waktu 7 hari atau 168 jam.

Periode I : mengairi kelompok tersier Blok B + C

Lamanya pemberian air = 64 jam.

Periode II : mengairi kelompok tersier Blok A + C

Lamanya pemberian air = 60 jam.

Periode III : mengairi kelompok tersier Blok A + B

Lamanya pemberian air = 44 jam.

Berdasarkan hasil perhitungan lamanya air pada masing - masing


periode tersebut di atas, maka dapat disusun “ Jadwal Giliran
Pemberian Air “

b. Pelaksanaan Pembagian Air dilakukan dengan perhitungan faktor


K.

Tata cara perhitungan dengan menggunakan Blanko 07-O dan


Blanko 09-O (lihat lampiran Blanko Operasi).

Cara pengisian Blanko 09-O sebagai berikut :

Bagian 1. Debit yang diperlukan (Qb).

Dari Blanko 07-O dikutip data - data bagian kebutuhan air sebagai
berikut :

a. Total kebutuhan air di pintu tersier (Qt), kol. 7


b. Kebutuhan lain - lain, untuk pabrik, dan lain - lain (Q1), kol. 8.
c. Debit tambahan ke jaringan, yaitu debit suplesi (Qs), kol. 10.
d. Kebutuhan air di bendung Qb = Qt + Q1 + Qh + Qs
Bagian 2. Debit Tersedia (Qrs).
a. Hitung rata - rata ½ bulanan.
b. Hitung rata - rata 5 harian terakhir.
c. Menggunakan data pencatatan debit tanggal 15 atau 30/31 untuk
masing-masing periode.
d. Bandingkan hasil a, b, c kemudian ambil debit yang paling realistis
pada periode itu untuk DI yang bersangkutan.
Bagian 3. Debit yang dialirkan.

Dalam bagian ini terdaftar 2 data : Q tersedia (Qrs) dan Q


diperlukan (Qb) untuk dibandingkan dan dipilih Q yang akan dialirkan
pada bangunan pengambilan (Qa).

Cara pemilihannya adalah :

Qa = Qrs, apabila Qrs < Qb, atau

Qa = Qb, apabila Qb < Qrs

Besarnya Qa antara 100 % dan 70 % dari pada kapasitas saluran (Q


100 % dan Q 70 % saluran), untuk kondisi yang demikian maka
pemberian / pembagian secara menerus. Apabila debit di saluran lebih
kecil dari pada Q 70 % saluran, maka pemberian air dilaksanakan
secara giliran.

Bagian 4. Perhitungan Faktor “K”.

Faktor K dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Total air yang tersedia di pintu pengambilan tersier


K =
Total kebutuhan air di pintutersier

K = ¿¿

Setelah K dihitung nilainya, kemudian dimasukkan ke Blanko 07-


O untuk menghitung debit yang akan diberikan pada tiap - tiap tersier
pada kolom 12. Apabila didalam pemantauan setelah faktor K
ditetapkan ternyata debit tersedia lebih besar atau lebih kecil dari 10
%, maka faktor K dihitung kembali.

D. OPERASI MUSIM HUJAN


Musim hujan pada umumnya berlangsung pada bulan Oktober sampai
dengan bulan April. Selama musim hujan pada umumnya kebutuhan air untuk
tanaman dapat tercukupi dari air yang tersedia di sungai dan curah hujan
effektif pada petak irigasi.

1. Operasi Bangunan

a. Bangunan Utama
Selama terjadi banjir petugas bendung harus siaga untuk
mengoperasikan pintu-pintu bendung. Tenaga tersebut harus selalu siap
di tempat dan diatur piket secara bergiliran. Sebagai contoh petugas
mulai mengawasi pukul 06.00 sampai dengan 14.00, setelah istirahat
siang pengawasan mulai pukul 14.00 sampai dengan 22.00 dan
pengawasan malam mulai pukul 22.00 sampai dengan 06.00, esok
harinya. Petugas penjaga bendung dapat dibantu oleh petani / P3A.

Apabila debit air sungai kembali normal dan air sungai kelihatan
relatif jernih, pintu pengambilan diatur bukaannya sesuai kebutuhan air
tanaman dan pintu pembilas bendung ditutup kembali dengan bukaan 
5 cm, agar endapan dasar tidak mengeras di hulu pintu pembilas
bendung.

b. Bangunan Sadap
Untuk pengelolaan air yang effektif, bangunan pengatur tinggi air
harus dioperasikan berdasarkan fungsi di bawah ini :

1) Bila aliran hanya mencapai sebagian kapasitas saluran pembawa,


maka bangunan pengatur tinggi air harus dioperasikan dengan
memperkecil bukaan pintu atau menambah balok sekat untuk
menjaga duga air dalam saluran agar sesuai dengan yang dibutuhkan
oleh bangunan sadap di hulu.
2) Bila debit yang di saluran dalam saluran berubah, maka penjaga
pintu air harus memperhatikan penyetelan bangunan pengatur tinggi
air agar sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.
3) Apabila terjadi kerusakan pada tanggul atau bangunan pelengkap,
maka bangunan pengatur tinggi air dapat digunakan untuk
membatasi volume air yang mengalir keluar yang berada di antara
dua bangunan pengatur tinggi air dan juga mencegah agar tidak
terjadi kekosongan di saluran - saluran sekunder.
4) Jika dalam masa pemberian air ada beberapa saluran yang harus
diperbaiki atau diperiksa, maka bangunan pengatur tinggi air
berfungsi menutup aliran air yang masuk ke dalam saluran, untuk
memungkinkan diadakan pemeriksaan dan perbaikan.
5) Bila kecepatan aliran yang ada akan di ukur untuk keperluan
menghitung kehilangan air di saluran pembawa, maka balok sekat
harus diangkat untuk untuk membebaskan kecepatan aliran dari
pengaruh air balik. Pengukuran dilaksanakan dalam keadaan aliran
air normal (tidak terlalu berubah).

2. Pelaksanaan Pembagian Air Musim Hujan


Pada musim hujan, bulan Oktober sampai dengan April, umumnya
air tersedia cukup, baik dari air hujan effektif maupun debit sungai yang
cukup besar, maka pembagian air diberikan secara terus - menerus
(continue flow).

3. Tindakan Selama Hujan Lebat


Pada musim hujan, bulan Oktober sampai dengan April, umumnya
air tersedia cukup, baik dari air hujan effektif maupun debit sungai yang
cukup besar, maka pembagian air diberikan secara terus - menerus
(continue flow).
a. Hujan lebat di daerah catchmant area.
Begitu ada tanda mendung, tanda akan turun hujan di daerah hulu
sungai, juru mantri pengairan harus segera memerintahkan regu piket
banjir yang terdiri dari 2 orang PPA dan 2 orang tenaga dari P3A /
petani untuk siap menjaga bendung. Pengoperasian pintu - pintu sekitar
bendung berpedoman pada “Operasi Bangunan Utama” yang telah
dibicarakan pada uraian tersebut butir a). Apabila banjir datang, pintu -
pintu harus dioperasikan sesuai prosedur dan besarnya banjir dicatat
pada blangko 10-O. “Pencatatan debit sungai banjir”. Apabila terjadi
bencana alam, PPA segera lapor kepada juru / mantri pengairan yang
kemudian dilaporkan kepada Cabang, diteruskan laporan Cabang
kepada Dinas dengan menggunakan format laporan bencana alam.
Pengamat / kepala Cabang Pengairan meninjau lapangan dan segera
menggerakkan tenaga gotong - royong dimana diperlukan perbaikan
darurat.

b. Hujan lebat di daerah oncoran dan sadap irigasi.


Kebutuhan air irigasi untuk genangan normal di lahan sawah
adalah 5 cm. Apabila hujan lebat > 75 mm/hari, juru / mantri pengairan
segera memerintahkan PPA untuk menutup pintu - pintu sadap tersier
yang bersangkutan dan memerintahkan PPA bendung untuk
mengurangi dan atau menutup pintu - pintu pada saluran pembawa.

E. OPERASI MUSIM KEMARAU


Pada musim kemarau antara bulan April sampai dengan September,
debit yang tersedia tidak selalu mencukupi kebutuhan air. Apabila Qs < Qi,
maka untuk pemerataan dan effisiensi penggunaan air diatur secara giliran.

1. Operasi Bangunan

a. Bangunan Utama
Saat dan urutan pembukaan pintu dengan keadaan muka air hulu
bila debit sungai yang lewat bendung atau yang merupakan sisa
kebutuhan debit intake sebesar :
1) Apabila terjadi banjir pengoperasian dilakukan seperti
pengoperasian bangunan utama di musim hujan.
2) Dalam keadaan biasa bila muka air di atas mercu menunjukkan +
0,50 m, maka pintu pembilas bendung dibuka untuk beberapa saat
guna membilas beban lumpur yang berada di depan pintu
pengambilan. Selanjutnya pembukaan pintu pengambilan diatur
sesuai dengan air yang dibutuhkan dan pintu pembilas bendung
ditutup kembali atau dibuka  5 cm.

3) Bila Qs > 0,80 Qi, maka pintu pembilas bendung ditutup rapat.
4) Bila 0,80 Qi < Qs < Qi , pembilasan endapan lumpur yang
mengumpul di depan pintu intake harus dilaksanakan secara
berkala, yaitu kurang lebih sekali tiap satu minggu.
5) Untuk melaksanakan pembilasan lumpur berkala harus diikuti tata
cara sebagai berikut :

 Pintu pengambilan ditutup, biarkan muka air semakin naik


 Buka pintu pembilas bendung 1/3 – ½ bukaan untuk
memperoleh daya bilas yang baik

b. Bangunan Sadap
Untuk pengelolaan air yang effektif, bangunan pengatur tinggi air harus
dioperasikan berdasarkan fungsi di bawah ini :
1) Bila aliran hanya mencapai sebagian kapasitas saluran pembawa,
maka bangunan pengatur tinggi air harus dioperasikan dengan
memperkecil bukaan pintu atau menambah balok sekat untuk
menjaga duga air dalam saluran agar sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh bangunan sadap di hulu.
2) Bila debit yang di saluran dalam saluran berubah, maka penjaga
pintu air harus memperhatikan penyetelan bangunan pengatur
tinggi air agar sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.
3) Bila kecepatan aliran yang ada akan di ukur untuk keperluan
menghitung kehilangan air di saluran pembawa, maka balok sekat
harus diangkat untuk untuk membebaskan kecepatan aliran dari
pengaruh air balik. Pengukuran dilaksanakan dalam keadaan aliran
air normal (tidak terlalu berubah).

2. Pelaksanaan Pembagian Air Musim Kemarau


Pada musim kemarau, bulan April sampai dengan September, debit
yang tersedia tidak selalu mencukupi kebutuhan air. Apabila Qs < Qi,
maka untuk pemerataan dan effisiensi penggunaan air diatur secara giliran.

F. PEMANTAUAN DAN EVALUASI DENGAN CARA PELAPORAN


MENGGUNAKAN BLANGKO OPERASI
Dalam pelaksanaan pemantauan dan evaluasi operasi, sepatutnya petugas
pemantau menguasai dan memahami jumlah dan keadaan bangunan di
jaringan irigasi. Dengan menguasai kondisi jaringan terutama pada bangunan
- bangunan titik kontrol pemantauan pembagian air, maka pelaksanaan
pemantauan dan evaluasi operasi dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk
melaksanakan pemantauan ini petugas pengairan dapat dibantu dengan
petani / P3A.

1. Operasi Pintu
Salah satu sistim pemantauan operasi pembagian air di jaringan
adalah menggunakan pemantauan RPPA (Rasio Pelaksanaan Pembagian
Air). Pada saat ini RPPA dihitung untuk mengetahui ketepatan pemberian
air berdasarkan rencana. Pengamat pengairan dapat menhitung RPPA atas
dasar :
a. Melakukan inspeksi mendadak (sidak), catatan hasil sidak dicocokkan
dengan RPA lima belas harian.
b. Pengamat pengairan dapat membuat RPPA dengan mengevaluasi
Pencatatan Debit Saluran (Blanko-06) terhadap RPA lima belas
harian.
Suatu usulan pemantauan RPPA harian perlu diuji coba dan diamati
kegunaannya dalam memantau operasi sistim jaringan irigasi, untuk
merealisasi hal ini diperlukan pesawat HT (Handy Talky). Pelaksanaan
pemantauan operasi dengan pemantauan RPPA harian dilakukan pada
lokasi - lokasi / titik kontrol yang penting.
Dalam kolom keterangan dicatat keadaan bocoran atau kerusakan
pintu di lapangan dan atau tindakan yang perlu dikerjakan untuk
memperbaiki kinerja pembagian air. Skema Pembagian Air tersebut dibuat
dalam papan putih dan digunakan sebagai alat pemantauan kinerja
pembagian air di Kantor Cabang Dinas Pengairan setempat, dan hasil
pemantauan debit di bangunan kontrol penting tersebut dicatat pada
Blanko pencatatan. Adapun tujuan dari sistem pemantauan ini adalah :

a. Mempermudah dan mempercepat pemantauan pemerataan pembagian


air.
b. Untuk effisiensi dan effeksifitas kerja petugas lapangan dalam
memonitor perubahan yang terjadi.

RPPA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Qu
RPPA =
Qd

Dimana : Qu = Debit yang diukur pada waktu pengecekan

Qd = Debit rencana pembagian air


Untuk mengetahui akurasi hasil RPPA tersebut dapat diklarifikasi
sebagai berikut :

RPPA antara 0,75 – 1,25  baik


RPPA 0,40 – 0,75 atau 1,25 – 1,40  sedang
RPPA < 0,40 atau > 1,40  kurang

Dari hasil RPPA juga dapat diketahui hal - hal sebagai berikut :

1) Garis cenderung naik, berarti angka estimasi kehilangan air terlalu


besar.
2) Garis lurus berarti angka estimasi kehilangan air cukup baik.
3) Garis gelombang berarti ada kebocoran yang tidak terkontrol akibat
kerusakan pintu / bangunan ukur atau petugas lalai.
4) Garis cenderung turun, berarti angka estimasi kehilangan air terlalu
kecil.

2. Operasi Debit
Pengukuran debit pada pintu pengambilan induk bendung,
menggunakan bangunan alat ukur yang ada di saluran pembawa (alat ukur
ambang lebar atau alat ukur cipolety). Sedangkan pengukuran debit pada
bangunan sadap menggunakan alat ukur yang ada disetiap bangunan sadap
atau pengukuran debit berdasarkan tinggi bukaan pintu.
Dari hasil pemantauan dengan menggunakan RPPA, kurva hasil
RPPA dapat memberikan gambaran apakah estimasi pemberian air sudah
tepat ataukah ada kerusakan di saluran, bangunan atau pintu atau mungkin
alat ukur debitnya yang kurang akurat. Bila hal tersebut yang terjadi maka
disarankan dilakukan kalibrasi pada alat ukur debit.
G. PAPAN OPERASI
1. Papan Operasi Bendung
Pada bendung terdapat 2 Papan Operasi yaitu :

a. Papan Operasi Pintu - Pintu yang ada di bendung.


Secara umum telah diuraikan pada sub bab Operasi Musim
Hujan, untuk lebih jelasnya periksa Petunjuk Operasi Bendung.

b. Papan Operasi Saluran Pembawa.


Dari hasil rapat pembagian air yang diadakan ½ bulan sekali di
balai kantor Dinas Pengairan Kabupaten, dimana para P3A mengajukan
Rencana Tata Tanam beserta kebutuhan airnya untuk ½ bulan
mendatang pada masing - masing petak tersier dan Mantri Pengairan
menginformasikan prakiraan ketersediaan air, maka dapat disepakati
jatah air untuk masing - masing petak tersier untuk waktu ½ bulan
mendatang yang besarnya Qt = K x Q kebutuhan tanaman.
Qt = Debit sadap tersier
K = Angka koreksi yang umumnya > 0,70
Apabila K < 0,70, maka perlu diadakan pengurangan luas
tanaman di petak - petak tersier atau disepakati pembagian dan
pemberian air secara bergiliran.
Pada pertemuan tersebut juga diinformasikan :
Ql = Q keperluan lain, misalnya air untuk industri, rumah tangga &
lainnya
Qh = Q hilang yang besarnya 10 % sampai 20 %.
Qs = Q suplesi dari sungai lain atau Daerah Irigasi lain.
Qb = Q yang diberikan / dibagikan.
Papan Operasi ini diisi tiap hari pada pukul 07.00 pagi oleh juru /
mantri pengairan bersama Federasi P3A. Kalau tidak ada perubahan Q
intake > 10 % isian tersebut tetap besarnya. Apabila Q intake
bertambah besar atau berkurang lebih besar dari 10 % maka faktor K
perlu diperhitungkan lagi. Perubahan faktor K tersebut diumumkan
kepada juru / mantri pengairan dan P3A diseluruh Daerah Irigasi.

2. Papan Operasi di Jaringan Irigasi


Pada jaringan irigasi Papan Operasi biasanya dipasang pada 3 (tiga)
macam bangunan bagi :

a. Pada bangunan bagi sekunder, di tiap mulut pangkal saluran


sekunder dipasang Papan Operasi Saluran Sekunder. Cara
pengisiannya analog dengan Papan Operasi Saluran Induk.
b. Pada bangunan bagi sadap, Papan Operasi Saluran Sekunder
dipasang pada masing - masing mulut pangkal saluran sekunder dan
sebuah (atau lebih) Papan Operasi Tersier. Pengisian Papan Operasi
Saluran Sekunder analog di atas, sedangkan untuk Papan Operasi
Tersier hanya memperhitungkan kebutuhan air untuk tanaman pada
satu petak tersier saja, tidak diperhitungkan adanya Q lain - lain, Q
hilang dan Q suplesi . Papan inipun tiap hari harus dipantau oleh juru /
mantri pengairan. Apabila terjadi perubahan faktor K, maka jatah air /
pengisian Papan Operasi disesuaikan dan pintu air dan atau balok
penebat perlu disetel sesuai Q yang diberikan.
c. Pada ujung saluran sekunder, umumnya ada dua atau lebih
bangunan sadap tersier, disimpul saluran tersebut dipasang satu Papan
Operasi Tersier gabungan. Cara pengisiannya analog dengan Papan
Operasi Tersier tunggal masing - masing.

H. PERENCANAAN PEKERJAAN PEMELIHARAAN


I. Penelusuran
Pelaksanaan Penelusuran meliputi persiapan, observasi lapangan /
penelusuran jaringan, mengidentifikasi permasalahan, menentukan
prioritas.
a. Observasi lapangan / penelusuran jaringan :
- Memperhatikan kondisi saluran dan bangunan irigasi
- Memperhatikan kondisi tanaman
- Menanyakan secara langsung tentang permasalahan pertanian dan
pengairan yang dihadapi kepada petani setempat atau sumber lain
yang ditemui
- Hasil pengamatan dicatat dan untuk mempermudah pencatatan
digunakan formulir 1 (Daftar Peninjauan / Observasi Lapangan)

b. Identifikasi permasalahan
- Apa yang menjadi masalah
- Dimana lokasi / tempat yang mengalami masalah tersebut
- Apa yang menyebabkan timbulnya masalah tersebut atau karena apa
masalah tersebut dapat timbul (bisa lebih dari satu penyebab)
- Bagaimana cara penyelesaian / pemecahan untuk mengatasi masalah
tersebut termasuk teknis pengerjaannya, waktu pengerjaan, biaya
yang dibutuhkan, sumber dana dengan lebih mengedepankan
pemberdayaan petani / P3A / masyarakat baik dalam bentuk
kontribusi tenaga maupun biaya sesuai dengan kemampuannya
- Identitas masalah ini dicatat dalam Formulir 2

c. Menentukan prioritas
- Masalah yang dimaksud merupakan masalah bagi sebagian besar
petani
- Masalah dapat diatasi dengan potensi yang ada di masyarakat /
petani / P3A
- Masalah tersebut sangat mendesak untuk segera di atasi
- Alternatif pemecahan tersebut keberhasilannya cukup besar dan
cukup mendasar sehingga dapat mempengaruhi tingkat pemecahan
masalah lain
- Penentuan prioritas ini dicatat dalam Formulir 3
I. PROGRAM PEMELIHARAAN
1. Pencegahan dan Pengamanan
Kegiatan pengamanan yang dilaksanakan adalah :
– Pengamatan setiap minggunya 1 (satu) kali terhadap jaringan oleh
Mantri pengairan / pelaksana teknis P3A pada bangunan dan saluran untuk
menjaga kemungkinan kerusakan dan timbul bencana alam.
– Penertiban batas atas penggogosan / pengambilan liar oleh petani
sepanjang jaringan irigasi atas pengrusakaan oleh manusia atau hewan.
Pekerjaan - pekerjaan pencegahan dan pengamanan dibagi menjadi dua
macam sebagai berikut :
– Dilaksanakan oleh petugas lapangan yang terdiri dari Penjaga
Bendung dan Penjaga Pintu Air / PPA.
– Dilaksanakan secara swakelola dan diawasi oleh setiap mantri,
tenaga swakelola membantu staff lapangan dalam memelihara saluran -
saluran dan bangunan - bangunan untuk perbaikan - perbaikan kecil.

2. Perawatan Rutin dan Berkala


a. Kegiatan Perawatan Rutin
Kegiatan ini dilakukan secara continue oleh tenaga organik / pekarya /
P3A yang meliputi pekerjaan - pekerjaan :
1) Pemeliharaan pintu - pintu air, dengan melumasi drat stang pintu.
2) Pembersihan sampah yang mengganggu berada di dalam saluran
pembawa atau bangunan irigasi.
3) Pembersihan endapan / sedimen pada sektor bangunan pengukur,
saluran pembawa dan bangunan irigasi.
4) Penutupan bocoran - bocoran dan rembesan pada tanggul.
5) Babat rumput / suwak - suwak dan sebagainya.
Dalam rangka menyambut program pemerintah tentang
pemberdayaan petani / P3A didalam pelaksanaan pekerjaan Operasi dan
Pemeliharaan dimana pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan
selanjutnya akan dilaksanakan oleh petani / P3A. Adapun dana untuk
melaksanakan kegiatan tersebut akan dilimpahkan kepada petani / P3A,
maka usulan pemeliharaan rutin untuk Jaringan Irigasi Kalisapi cukup
dikerjakan oleh petani / P3A itu sendiri. Dan bisa juga diswakelolakan
bila petani / P3A tidak mampu melaksanakannya sendiri. Akan tetapi
semua di bawah pengawasan dan manajemen dari petani / P3A dengan
organisasinya yaitu dalam bentuk Federasi.

b. Kegiatan Perawatan Berkala


Kegiatan pekerjaan ini mencakup pekerjaan yang sifatnya berkala
pada waktu tertentu dan memerlukan biaya yang ditunjang dari dana
swakelola / kegiatan pekerjaan O&P irigasi dan disamping itu juga bisa
melaksanakan pemeliharaan pekerjaan R/U Partisipatif yang
dikontrakkan dengan SPKS (Surat Perjanjian Kerja Sama) GP3A dan
pihak terkait. Kegiatan para petugas di lapangan ikut membantu atas
kelancaran pekerjaan tersebut, sesuai dengan aturan yang telah
ditentukan, hal ini meliputi pekerjaan galian lumpur, perbaikan
bangunan, perbaikan lining dan sebagainya.

3. Tindakan Darurat
Berikut adalah tindakan - tindakan yang dilakukandalam keadaan
darurat :

a. Tahap Pemberitaan / Pelaporan


Apabila terjadi banjir / bencana alam, maka langkah - langkah yang
harus ditempuh adalah :
1) Pemberitaan dan koordinasi kepada SATLAK dan
SATKORLAK PB di daerah.
2) Segera melakukan tindakan :
- Mengidentifikasi kerusakan akibat bencana.
- Instruksikan pekerjaan darurat yang dapat dilaksanakan di
lapangan.
- Mencatat kerusakan yang terjadi pada buku catatan
kerusakan.
3) Pengisian blanko 0-P (laporan kerusakan bencana alam) oleh
Mantri Pengairan, SKPD setempat yang berkaitan dan Dinas
PUSDATARU Prov. Jateng.
b. Instruksi dan Pengawasan
1) Mantri Pengairan
- Bertanggung jawab atas penanggulangan keadaan darurat di
lapangan.
- Memberi instruksi kepada PPA / PPB tentang tindakan yang
harus dilakukan dan mengawasinya.
- Memberi laporan ke SKPD setempat yang berkaitan dan Dinas
PUSDATARU Prov. Jateng.
2) PPA / PPB
Jika terdapat kerusakan jaringan irigasi, maka PPA / PPB
mempersiapkan :
- Sebab - sebab kejadian bencana.

- Pekerjaan perbaikan yang akan dilaksanakan.

- Besarnya kerusakan tanaman dan fasilitas irigasi.

c. Logistik
Bahan / peralatan yang perlu dipersiapkan untuk mengantisipasi
kemungkinan kerusakan jaringan irigasi akibat banjir :
- Karung pasir

- Tiang bambu / balok kayu

- Seng / sesek (anyaman bambu)

- Kawat Bronjong yang sudah dianyam


- Sekop, dll.

d. Prosedur Penutupan Saluran


Pengeringan ini biasanya dilakukan dalam jangka waktu yang relatif
pendek guna perbaikan saluran, tanggul dan fasilitas lain yang sifatnya
darurat.
Langkah - langkah pelaksanaannya sebagai berikut :
- Sebelum kegiatan pengeringan, hendaknya dipertimbangkan cara
pengalihan debit saluran agar tidak menimbulkan genangan pada
daerah lain yang tidak dikehendaki.
- Penutupan dan pembukaan saluran harus dilakukan secara bertahap
untuk menghindari terjadinya endapan dan gerusan.

Anda mungkin juga menyukai