Setiap upaya medik umumnya mengandung risiko apalagi di
sebuah Rumah Sakit , risiko yang mungkin bisa terjadi relatif banyak. Sebagian di antaranya berisiko ringan atau hampir tidak berarti secara klinis, namun tidak sedikit pula yang memberikan konsekuensi medik yang cukup berat. Risiko yang dicegah berupa risiko klinis dan risiko non klinis . Dalam setiap pusat pelayanan kesehatan harus dibangun sistem yang dapat menjamin bahwa setiap tindakan medik yang dilakukan haruslah aman bagi pasien maupun petugas dan lingkungan sekitar. Pendekatan yang dapat dilakukan disebut dengan manajemen risiko. A. Definisi Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan sesuatu terjadi atau potensi bahaya yang terjadi yang dapat memberikan pengaruh kepada hasil akhir. Risiko juga bisa diartikan suatu potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses kegiatan saat ini atau kejadian dimasa datang. Risiko di Rumah Sakit ada 2, yaitu risiko klinis dan risiko non klinis. Risiko klinis (Clinical Risk) adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap pencapaian pelayanan pasien yang bermutu tinggi, aman dan efektif. Sedangkan risiko non klinis (Corporate Risk) adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap tercapainya tugas pokok dan kewajiban hukum dari Rumah Sakit sebagai korporasi. Manajemen Risiko Rumah Sakit : Kegiatan klinis dan administratif yang dilakukan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengurangi risiko cedera bagi pasien, staf dan pengunjung serta risiko kerugian untuk organisasi itu sendiri B. Kategori Risiko di Rumah Sakit Karena pelayanan Rumah Sakit diberikan oleh beberapa disiplin ilmu / profesi, risiko yang terjadi di Rumah Sakit bisa terkait oleh banyak hal, yaitu : 1. Patient care-related risks (Risiko yang berhubungan dengan perawatan pasien) 2. Medical staff-related risks (Risiko yang berhubungan dengan tenaga medis) 3. Employee-related risks (Risiko yang berhubungan dengan karyawan) 4. Property-related risks (Risiko yang berhubungan dengan property) 5. Financial risks (Risiko Keuangan) 6. Other risks (Risiko Lain) C. Langkah-langkah untuk meminimalkan risiko : 1. Meningkatkan peran Rumah Sakit dan manajemen dalam mencegah error dengan cara mengembangkan sistem yang selain bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan juga menjamin bahwa setiap upaya, prosedur dan sistem pelayanan yang dilakukan aman untuk pasien, petugas dan lingkungan. Hal tersebut dipresentasikan dalam bentuk SPO, clinical practice guidelines, clinical pathway dan lain-lain. 2. Meningkatkan peran staf Rumah Sakit agar terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit untuk mampu mengenali, mengidentifikasi dan menganalisis kejadian medical error serta melakukan upaya yang adekuat untuk mengatasi error yang sudah terlanjur terjadi. 3. Setiap staf harus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari tim yang bekerja dalam satu sistem. Kerja tim yang baik juga sangat ditentukan oleh kinerja manajemen R umah S akit yang baik, mulai dari dukungan moral, finansial, teknis dan operasional hingga terjalinnya komunikasi yang baik antara pihak manajemen dengan pihak praktisi D. Tahapan manajemen risiko adalah: 1. Risk Awareness. Seluruh staf Rumah Sakit harus menyadari risiko yang mungkin terjadi di unit kerjanya masing-masing, baik medis maupun non medis. Metode yang digunakan untuk mengenali risiko antara lain: Self-assessment, sistem pelaporan kejadian yang berpotensi menimbulkan risiko (laporan insiden), pengamatan KPC (kondisi potensi cidera) dan audit klinis. 2. Risk control (and or Risk Prevention). Langkah-langkah yang diambil manajemen untuk mengendalikan risiko. Upaya yang dilakukan: a. Mencari jalan untuk menghilangkan risiko (engineering solution) b. Mengurangi risiko (control solution) baik terhadap probabilitasnya maupun terhadap derajat keparahannya. c. Mengurangi dampaknya. 3. Risk containment. Dalam hal ini telah terjadi suatu insiden, baik akibat suatu tindakan atau kelalaian ataupun akibat dari suatu kecelakaan yang tidak terprediksikan sebelumnya, maka sikap yang terpenting adalah mengurangi besarnya risiko dengan melakukan langkah-langkah yang tepat dalam mengelola pasien dan insidennya. Unsur utamanya biasanya adalah respons yang cepat dan tepat terhadap setiap kepentingan pasien, dengan didasari oleh komunikasi yang efektif. 4. Risk transfer. Akhirnya apabila risiko itu akhirnya terjadi juga dan menimbulkan kerugian, maka diperlukan pengalihan penanganan risiko tersebut kepada pihak yang sesuai, misalnya menyerahkannya kepada sistem asuransi. Dari sisi sumber daya manusia, manajemen risiko dimulai dari pembuatan standar (set standards), patuhi standar tersebut (comply with them), kenali bahaya (identify hazards), dan cari pemecahannya (resolve them) E. Tujuan manajemen risiko di Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu 1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu 2. Meningkatkan akuntabilitas Rumah Sakit. 3. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD). 4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian yang tidak diharapkan. 5. Meminimalisir risiko yang mungkin terjadi di masa mendatang. Dengan adanya antisipasi risiko, apabila terjadi insiden sudah terdapat alternatif penyelesaiannya. 6. Melindungi pasien, karyawan, pengunjung dan pemangku kepentingan lainnya.