Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Promkes adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong
diri sendiri,mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.1
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.3
Pembangunan kesehatan yang selama ini kita laksanakan telah banyak
menghasilkan kemajuan di bidang kesehatan masyarakat. Angka Kematian Ibu
(AKI) melahirkan telah menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2004 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Prevalensi gizi
kurang pada balita telah menurun dari 25,8% pada akhir tahun 2003 menjadi
18,4% pada tahun 2007. Angka Kematian Bayi (AKB) telah menurun dari 35 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2007.2
Sejalan dengan itu, Umur Harapan Hidup (UHH) pun telah meningkat dari
66,2 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada tahun 2007. Upaya kesehatan
masyarakat mengalami peningkatan kinerja. Cakupan rawat jalan sudah mencapai
15,26% pada tahun 2008. Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
meningkat dari 77,23% pada tahun 2007 menjadi 80,36% pada tahun 2008. Begitu
pun cakupan pelayanan antenatal (K4) telah meningkat dari 79,65% pada tahun
2007 menjadi 86,04% pada tahun 2008. Sedangkan cakupan kunjungan neonatal

1
meningkat dari 78% pada tahun 2007 menjadi 87% pada tahun 2008. Pelayanan
kesehatan dasar di Puskesmas secara cuma-cuma bagi keluarga miskin telah
mencapai target, yaitu 100%.2
Upaya kesehatan perorangan juga mengalami peningkatan dan beberapa telah
mencapai target, bahkan melebihi target. Jumlah rumah sakit yang melaksanakan
pelayanan gawat darurat telah meningkat dari 88% pada tahun 200 menjadi 90%
pada tahun 2008. Jumlah rumah sakit yang melaksanakan PONEK meningkat dari
183 rumah sakit (42% pada tahun 2007 menjadi 265 rumah sakit (60%) pada tahun
2008. Jumlah rumah sakit yang terakreditasi meningkat dari 702 rumah sakit
(54,33%) pada tahun 2007 menjadi 760 rumah sakit (58,8%) pada tahun 2008.
Cakupan pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin di rumah sakit juga telah
mencapai 100%. Pemanfaatan rumah sakit meningkat cukup besar, yaitu dari
15,1% pada tahun 1996 menjadi 33,7% pada tahun 2006, sehingga contact rate pun
meningkat dari 34,4% pada tahun 2005 menjadi 41,8% pada tahun 2007.2
Program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular pun mengalami
peningkatan.Cakupan nasional program imunisasi menunjukkan peningkatan yang
cukup bermakna. Cakupan nasional imunisasi tahun 2008 adalah BCG 93,4%,
DPT-HB3 91,6%, HB 59,2%, Polio 90,2%, dan Campak 90,8%. Sementara itu,
program perbaikan gizi masyarakat juga meningkat kinerjanya. Pemberian Kapsul
Vitamin A pada anak balita usia 6-59 bulan mencapai 85% (melampaui target
80%). Pemberian Tablet Tambah Darah pada ibu hamil telah mencapai 75% dari
target 80%. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan terjadinya perbaikan status gizi
anak balita. Demikian juga penurunan prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun
2007 menajdi 4,9% pada tahun 2010.2
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia
Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat
melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.3

2
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu
paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional;
1) pilar paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan
dalam pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan
masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi
peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendektatan continuum of
care dan intervensi berbasis risiko kesehatan; 3) sementara itu jaminan kesehatan
nasional dilakukan dengan stratgei perluasan sasaran dan benefit serta kendali
mutu dan kendali biaya.3
Berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (LAPKIN) tahun 2014 Realisasi indikator Rumah tangga Ber-
PHBS tahun 2014 sebesar 56,6% atau capaian kinerjanya sebesar 84,71% lebih
rendah dari target sebesar 70%. Jika dibandingkan dengan tahun 2013, realisasi
capaian indicator Rumah Tangga Ber-PHBS mengalami kenaikan sebesar 2,8%.
Sementara dalam 5 tahun terdapat kenaikan 12,97% dengan rata-rata 2,59 %
pertahun.4
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pada tahun 2015 Puskesmas Sangurara
melakukan pemantauan PHBS terhadap 5 kelurahan yang ada di wilayah
Puskesmas Sangurara, 11.976 jumlah rumah tangga, yang dipantau 400 (3.3%),
dan yang melaksanakan PHBS yaitu 297 rumah tangga sebesar 74.3%.
Dari data yang telah dipaparkan di atas, masalah yang ditemukan pada
pemantauan PHBS, jadi rencana pemecahan masalah yang akan saya bahas dalam
laporan ini adalah Rumah Tangga ber PHBS.

3
BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS SANGURARA

2.1. KEADAAN UMUM


2.1.1. Keadaan Geografi
Puskesmas Sangurara merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan
masyarakat yang berada di Wilayah Kecamatan Tatanga Kota Palu, dimana wilayah
kerja Puskesmas 80 % daratan, 20 % perbukitan, dan masih terdapat dusun sulit di
Kelurahan Donggala Kodi.5
Adapun batas – batas wilayah kerja Puskesmas Sangurara, yakni :5
 Sebelah utara berbatasan dengan Kel. Ujuna Kel. Kamonji.
 Sebelah timur berbatasan dengan Sungai Palu.
 Sebelah selatan berbatasan dengan Kel. Pengawu, Kel. Tavanjuka
 Sebelah barat berbatasan dengan Desa Doda, Denggune Kec. Marawola.

2.1.2. Suhu dan Kelembaban Udara


Suhu udara di Puskesmas Sangurara sesuai dengan suhu udara rata-rata di Kota
Palu yaitu 25° - 35°C dengan kelembaban rata - rata antara 60-95%.5

2.1.3. Pemerintahan
Puskesmas Sangurara adalah salah satu Puskesmas di Kota Palu yang terletak di
Kecamatan Tatanga, dengan luas wilayah kerja + 13,69 km2 dan terbagi ke dalam 5
5
kelurahan yang terdiri dari 31 RW dan 100 RT.
Adapun penyebaran jumlah RW dan RT terhadap luas wilayah dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :5

4
Tabel .1
Distribusi Penduduk menurut Kelurahan di Wilayah Kerja
Puskesmas Sangurara Tahun 2015

Luas Kepadatan
Jumlah R
No Kelurahan Wilayah RT Penduduk
Penduduk W
(Km2) (Km2)
1 Donggala Kodi 2,36 9151 5 23 38.78
2 Balaroa 2,38 14772 9 32 64.00
3 Duyu 6,16 7672 5 8 12.45
4 Boyaoge 1,57 8491 4 10 54.08
5 Nunu 1,22 8460 8 27 69.34
Jumlah 13,67 48.546 31 100 35
Sumber : data BPS Tahun 2015

Wilayah kerja Puskesmas Sangurara yang terluas adalah terdapat di Kelurahan


Duyu adalah dibandingkan dengan kelurahan-kelurahan lain dimana luas wilayahnya
6,16 Km2 sedangkan kelurahan terkecil adalah kelurahan Nunu 1,22 Km2.5

2.2. KEPENDUDUKAN
2.2.1. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah Penduduk di wilayah Puskesmas Sangurara tahun 2015 berdasarkan data
dari BPS Kota Palu adalah 48.546 jiwa. Dibanding tahun 2014 berjumlah (51.431 jiwa)
terjadi penurunan jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Sangurara sebanyak 2885
jiwa dari tahun 2014. 5

5
Tabel. 2
Pertumbuhan Penduduk di wilayah Puskesmas Sangurara
dari tahun 2011 sampai dengan 2015 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun


No Kelurahan
2011 2012 2013 2014 2015
1 Donggala Kodi 9042 9.411 10.127 9.651 9151
2 Balaroa 13079 14.310 15.370 15.233 14772
3 Duyu 7139 7.443 7.937 7.981 7672
4 Boyaoge 7632 8.528 9.068 9.288 8491
5 Nunu 8537 8.575 9.220 9.278 8460
Jumlah 45.429 48.267 51.722 51.431 48.546
Sumber : BPS Kota Palu
Pada tabel.2 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk di wilayah
Puskesmas Sangurara selama 5 tahun terus mengalami peningkatan,namun pada
tahun 2015 mengalami penurunan.5
Adapun perbandingan jumlah penduduk menurut kelurahan dapat dilihat pada
grafik di bawah ini :5

Sumber : BPS Kota Palu Tahun 2015


Grafik 1. Pertumbuhan Penduduk di Puskesmas Sangurara Tahun 2011 sampai
dengan tahun 2015.

6
2.2.2. Distribusi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sangurara Tahun 2015 adalah
48.546 dengan penduduk yang berjenis kelamin laki - laki berjumlah 24.670 jiwa dan
yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 23.876 jiwa. Jumlah penduduk ini
terdistribusi pada 5 kelurahan dengan jumlah penduduk yang terbanyak adalah
Kelurahan Balaroa dengan jumlah penduduk 14.772 jiwa dan yang terendah adalah
kelurahan Duyu yaitu 7.672 jiwa.5
Komposisi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sangurara tahun 2015
berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut;5
Tabel. 3
Distribusi Penduduk Wilayah Puskesmas Sangurara
Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2015

Kelompok
Jenis Kelamin Jumlah %
Umur
Laki-laki Perempuan
0-4 1427 1314 2741 5,65
5-9 1576 2324 4900 10,1
10-14 2668 2514 5182 10,7
15-19 2171 2130 4301 8,9
20-24 2163 2121 4284 8,82
25-29 2345 2365 4710 9,7
30-34 2383 2233 4616 9,5
35-39 2126 2055 4181 8,6
40-44 1722 1763 3485 7,2
45-49 1504 1592 3096 6,4
50-54 1237 1135 2396 5
55-59 920 883 1803 3,7
60-64 634 592 1226 2,5
65-69 379 385 764 1,6
70-74 252 261 513 1,1
75+ 163 209 372 0,76
Total 24.670 23.876 48.546 100
Sumber : BPS Kota Palu

7
Berdasarkan tabel .3 menunjukkan bahwa komposisi penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Sangurara tahun 2015 masuk dalam klasifikasi penduduk muda. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah penduduk yang berusia 25-29 tahun lebih tinggi (9,7 %),
dibandingkan jumlah penduduk lansia (75+ tahun) yang sangat rendah ( 0,76 %).5
Distribusi penduduk menurut jenis kelamin di Puskesmas Sangurara pada tahun
2015 yaitu jumlah penduduk laki-laki 24.670 jiwa (51%) dan penduduk perempuan
23.876 jiwa (49%) yang berarti jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih
banyak dibandingkan jumlah Penduduk yang berjenis kelamin perempuan.5
Berikut gambaran perbandingan jumlah penduduk perempuan dan laki-laki di
wilayah kerja Puskesmas Sangurara tahun 2015.5

Sumber : BPS Kota Palu Tahun 2015


Grafik 2. Persentase Perbandingan Penduduk Laki-laki dan Perempuan di
Puskesmas Sangurara Tahun 2015

Sedangkan gambaran perbandingan distribusi penduduk menurut kelompok usia


muda, produktif dan lanjut usia dapat dicermati melalui grafik di bawah ini :5

8
Sumber : BPS Kota Palu
Grafik 3. Distribusi Penduduk Menurut Pengelompokan Umur di Wilayah Kerja
Puskesmas Sangurara Tahun 2015.

2.2.3. Kepadatan Penduduk


Distribusi penduduk di wilayah Puskesmas Sangurara belum merata dan tidak
seimbang. Kelurahan Nunu dengan luas wilayah terkecil, memiliki jumlah penduduk
sebanyak 8460 jiwa (17,4%) dengan kepadatan penduduk tertinggi 69.34 orang per
km2. Sedangkan Kelurahan Duyu dengan luas wilayah terbesar memiliki jumlah
penduduk sebanyak 7672 jiwa (15.8%) dengan kepadatan terendah 12.45 orang per
km2.5
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

9
Tabel . 4
Data Kependudukan di Wilayah Puskesmas Sangurara
Tahun 2015

Luas Wilayah Jumlah


Penduduk Kpdta
JML JML
No Kelurahan n Pddk
Luas RMH KK
% Jumlah % (km2)
(km2)
1 Donggala 2,36 17.2 9151 18,9 38.78 1208 1798

2 Kodi 2,38 17,3 14772 30,4 54,08 1903 2269

3 Balaroa 6,16 45,2 7672 15,8 12.45 998 1380

4 Duyu 1,57 11,5 8491 17,5 54.08 1155 1604

5 Puskesmas
Boyaoge 1,22
13,69 8,9
100 8460
48.546 17,4
100 69.34
35 1156
6.420 1338
8.389
SumberNunu
: Data Kelurahan Tahun 2015

2020
2.3. SOSIAL EKONOMI
2.3.1. Beban Tanggungan
Ratio beban tanggungan diperlukan untuk mengetahui beban tanggungan
ekonomi suatu daerah. Tingginya ratio beban tanggungan suatu daerah merupakan
faktor penghambat pembagunan ekonomi karena sebagian besar pendapatan yang
diperoleh golongan produktif harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan golongan
yang tidak produktif.5

2.3.2. Desa Tertinggal


Di Puskesmas Sangurara tidak ada desa tertinggal, tetapi di wilayah kerja
Puskesmas Sangurara terdapat dusun sulit di Padanjese Kelurahan Donggala Kodi yang
cukup mempengaruhi kinerja puskesmas. Dusun ini dikategorikan sulit karena
pertimbangan kesulitan transportasi untuk mencapai dusun oleh karena keadaan
topografi dusun yang cukup sulit untuk dilalui alat transportasi.5

10
2.3.3. Mata Pencaharian
Ditinjau dari mata pencaharian masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Sangurara sebagian besar bermata pencaharian adalah petani, buruh, tukang, pedagang,
pegawai negeri.5

2.3.4. Tingkat Pendidikan


Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sangurara yang
terbanyak adalah tamat SLTA/MA yaitu 36,56 %, tamat SD/SLTP sebanyak 36,41 %,
tamat diploma / universitas sebanyak 17,33% dan yang tidak tamat SD sebanyak 11,50
%. Keterangan lebih rinci mengenai tingkat pendidikan per kelurahan dapat dilihat
pada tabel. 5 lampiran.5
Sarana pendidikan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Sangurara
sebanyak 37 buah sarana yang tersebar di 5 kelurahan.5
Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini yang
menunjukkan jumlah sarana pendidikan.5

Tabel .5
Sarana Pendidikan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sangurara Tahun 2015

Sarana pendidikan
No Kelurahan Jumlah
TK SD SMP SMA
1 Dgl. Kodi 1 3 - - 4
2 Balaroa 3 4 - - 7
3 Duyu 2 3 2 3 9
4 Boyaoge 2 4 - - 6
5 Nunu 2 5 3 3 11
Jumlah 10 19 5 6 37
Sumber : Data Sekolah

11
2.4. PENYULUHAN
Perubahan perilaku masyarakat dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat
menjadi tugas utama promosi kesehatan. Sedangkan promosi kesehatan itu sendiri
merupakan suatu upaya untuk memberdayakan masyarakat agar memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya. Disamping itu, diperlukan dukungan
politis dari pemerintah daerah untuk merubah perilaku masyarakat.5
Perilaku erat kaitannya dengan sikap, kebiasaan, kemampuan, potensi dan faktor
budaya. Oleh karena itu perilaku kesehatan adalah hal-hal yang dilakukan oleh manusia
yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan kemampuan yang dapat berdampak positif
atau negatif terhadap kesehatan.5

2.4.1. Perilaku Merokok dan Penyuluhan Pencegahan, Penyalahgunaan Napza


(Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif).
Beberapa perilaku sebagian masyarakat yang merugikan kesehatan diantaranya
adalah merokok dan penyalahgunaan Napza. Pada tahun 2008 tidak ada data tentang
perilaku masyarakat yang merokok dan penyalahgunaan Napza tidak dilaporkan
sehingga data pada tahun ini tidak ada.5
Di tahun 2015 Puskesmas Sangurara melakukan kegiatan penyuluhan sebanyak
8 kali. Penyuluhan tentang pencegahan, penanggulangan dan penyalahgunaan NAPZA
sebanyak 25 kali, penyuluhan tersebut dilakukan dikalangan anak-anak remaja.5

2.4.2. Pemberdayaan Dana Masyarakat


Diakui bahwa untuk melakukan perawatan atau pengobatan membutuhkan biaya
yang cukup mahal dan tidak sedikit. Oleh karena itu perilaku untuk menjaga diri dikala
sehat dan dirawat dikala sakit dengan melalui kepesertaan jaminan pembiayaan
asuransi kesehatan sangat diutamakan.5
Penduduk diwilayah kerja Puskesmas Sangurara memiliki jaminan pemeliharaan
kesehatan masyarakatn (JPKM) berupa Jamkesmas dan BPJS (JKN).5
2.4.3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

12
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan suatu program promosi kesehatan
yang menekankan pentingnya arti perubahan perilaku masyarakat menuju derajat
kesehatan yang lebih baik. Perubahan ini mengarah pada pencegahan penyakit lebih
baik daripada pengobatan dan rehabilitasi penyakit.5
Indikator peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan
secara umum dan perilaku hidup bersih dan sehat secara khusus yaitu data yang
mendukung adanya perubahan pada beberapa tatanan dalam masyarakat.5
Perubahan dalam tatanan masyarakat tentunya tidak akan terjadi dengan
sendirinya tanpa sentuhan-sentuhan penyuluhan yang memberikan pengertian dan
pemahaman kepada masyarakat tentang arti pentingnya PHBS.5
Pada tahun 2015 Puskesmas Sangurara melakukan pemantauan PHBS terhadap
5 kelurahan yang ada di wilayah Puskesmas Sangurara, 11.976 jumlah rumah tangga,
yang dipantau 400 (3.3%), dan yang melaksanakan PHBS yaitu 297 rumah tangga
sebesar 74.3%. 5

2.5. DATA KASUS YANG TERJADI DI PUSKESMAS SANGURARA


2.5.1. ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)
Angka kematian ibu melahirkan merupakan indikator kesehatan yang bertujuan
untuk menggambarkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilannya dan
melahirkan. Angka maternal mortality rate ini dipengaruhi oleh ekonomi, status gizi
kesehatan ibu pada masa kehamilan, tersedianya penggunaan fasilitas pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan perinatal dan obsterti.5
Pada tahun 2015 di Puskesmas Sangurara tercatat 4 kematian ibu dengan
penyebab kematian karena, 1 orang karena Eklampsi di kelurahan Boyaoge , 1 orang
karena TB Paru di kelurahan D. Kodi, 1 orang karena Infeksi dikelurahan Duyu, 1
orang karena Infeksi dikelurahan Nunu. Dan gambaran tentang jumlah kematian ibu
melahirkan di wilayah Puskesmas Sangurara dari tahun 2011 s/d 2015 dapat dilihat
pada grafik berikut ini :5

13
Sumber : Data SP2TP Puskesmas Sangurara Thn 2015
Grafik 4. Jumlah Kematian Ibu Melahirkan di Puskesmas Sangurara.

Pada grafik. 4, menunjukkan bahwa pada tahun 2011 tercatat 2 kematian karena
Persalinan. Pada tahun 2012 tercatat 2 kematian yaitu meninggal karena Eklampsia.
Pada tahun 2013 tercatat 4 kematian, yaitu 2 orang meninggal karena Emboli Air
Ketuban, 1 orang meninggal karena Eklampsi, 1 orang meninggal karena Ruftur Uteri.
Dan pada tahun 2014 sebanyak 2 orang yaitu dikelurahan Donggala Kodi. Pada tahun
2015 sebanyak 4 orang. Ini membuktikan bahwa masih tingginya angka kematian pada
ibu. Diharapkan untuk para Bidan dan tenaga kesehatan agar lebih ditingkatkan dalam
hal pengawasan ibu hamil maupun persalinan.5

2.5.2.Angka kematian Bayi ( IMR )


Angka kematian bayi merupakan indikator yang sangat penting untuk
mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat. Faktor-faktor yang
berkaitan dengan penyebab kematian bayi antara lain adalah status gizi ibu hamil,

14
tingkat pelayanan antanental, kondisi lingkungan dan status ekonomi, serta
keberhasilan KB. Angka kematian bayi juga merupakan salah satu cermin dalam
pelayanan kebidanan dengan melihat besar kecilnya angka kematian bayi dapat
diperkirakan baik buruknya bentuk pelayanan kesehatan disuatu wilayah kerja
puskesmas Sangurara.5
Jumlah lahir hidup pada tahun 2015 sebanyak 925 orang. Jumlah kematian bayi
(IMR) di wilayah Puskesmas Sangurara tahun 2015 adalah sebanyak 4 kematian (0,49
%) dengan rincian 2 orang meninggal karena kelainan bawaan (jantung) berjenis
kelamin perempuan di kelurahan Nunu,1 orang meninggal di kelurahan Boyaoge
karena kelainan bawaan (Bibir Sumbing) berjenis kelamin laki-laki,1 orang meninggal
karena ISPA berjenis kelamin perempuan di kelurahan Balaroa. Gambaran jumlah
kematian bayi baru lahir di Puskesmas Sangurara dari tahun 2011 sampai dengan tahun
2015 dapat dilihat pada grafik di bawah ini :5

Sumber : Data SP2TP Puskesmas Sangurara Thn 2015


Grafik 5. Angka Kematian Bayi (IMR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sangurara
Tahun 2011 sampai dengan 2015.

15
Pada grafik. 4, menunjukkan bahwa selama 4 tahun yaitu dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2015 angka kematian bayi baru lahir dan bayi mati berfluktuasi namun
cenderung meningkat. Dan ditahun 2015 angka kematian menurun dari tahun 2013.
Hal ini membuktikan bahwa tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, kondisi
lingkungan dan status ekonomi baik sangat mempengaruhi kematian bayi, diharapkan
ditahun-tahun kedepan angka kematian bayi tidak ada.5
Sehingga peningkatan mutu pelayanan pengetahuan ibu hamil dan peningkatan
status gizi bumil sangat pelu ditingkatkan agar kematian bayi tersebut dapat ditekan
demi tercapainya derajat kesehatan yang optimal.5

2.5.3.Angka kematian Kasar ( CDR )


Angka kematian kasar yang tercatat di wilayah Puskesmas Sangurara tahun 2015
adalah sebanyak 175 kematian atau 2,5 / 1000 penduduk. Berdasarkan laporan SP2TP
Puskesmas angka kematian yang terbanyak adalah pada golongan umur < 65 tahun
yaitu sebanyak 19 kematian (10.85 %) dari seluruh kematian yang terjadi.5
Adapun penyebab kematian adalah hypertensi 52 orang (29,7%), jantung 35
orang (20%), Stroke 17 orang ( 9,7%),Kencing Manis 10 orang (5,7%),Asma 8 orang
(4,6%), Usila 8 orang (4,6%), Infeksi pada masa hamil 5 orang (2,85%), Kanker 5
orang (2,85%), Kecelakaan 4 orang (2,3%),Pembunuhan 3 orang (1,7%), kelainan
ginal 3 orang, Penyakit lainnya 7 orang (4%)., Radang hati menahun 1 orang persalinan
dan nifas 1 orang (0.56%),Diare 1 orang (0,57%),dan Persalinan dan nifas 1 orang
(0,57%). Lahir mati 13 orang.5
Kematian menurut golongan umur di wilayah Puskesmas Sangurara dapat dilihat
pada tabel berikut ini :5

16
Tabel. 6
Angka Kematian kasar (CDR) Menurut Golongan Umur
Di Wilayah Puskesmas Sangurara
Tahun 2011 s/d 2015
Golonga Jumlah kematian (Tahun) Kematian per 1000/ penduduk
N
n umur
o 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015
(Tahun)
1 <1 0 6 10 3 21 0 0.12 0.08 0.05 0.43
2 1 - 4 0 1 0 1 5 0 0.02 0 0.01 0.10
3 5 - 24 3 7 7 2 6 0.06 0.14 0.06 0.03 0.12
4 25 - 44 20 14 14 22 21 0.44 0.29 0.12 0.43 0.43
5 45 - 64 10 54 54 87 48 0.22 1.11 0.47 1.69 0.98
6 > 65 55 28 28 61 74 1.2 0.5 0.25 1.18 1.52
TOTAL 118 110 113 176 175 1.92 2.18 0.98 3.39 3.60
Sumber : Data SP2TP Puskesmas Sangurara Thn 2015

Dibandingkan dengan tahun 2014 dan tahun 2015 sebanyak 176 kematian. Hal
ini terlihat bahwa angka kematian di Puskesmas Sangurara tahun 2015 cenderung
meningkat. Hal ini dapat mencerminkan bahwa keadaan derajat kesehatan masyarakat
di wilayah Puskesmas Sangurara masih kurang,.ini ditandai masih tingginya angka
kematian pada penduduk.5

2.5.4.PELAYANAN UKGS & UKS


a. PELAYANAN UKGS
Pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya peningkatan kesehatan
(upaya promotif) dan upaya pencegahan penyakit (Upaya Preventif) dalam rangka
upaya preventif antara lain dilaksanakan kegiatan UKGS. Tujuan dari dilakukannya
UKGS adalah agar siswa dapat mengetahui hidup sehat, berdasarkan data tahun 2015
yang ada di Puskesmas Sangurara jumlah SD/MI yang melaksanakan sikat gigi massal

17
sebanyak 7 SD, dan yang melaksanakan kegiatan UKGS yaitu 19 SD, dengan jumlah
murid 4367 orang. Jumlah murid yang diperiksa kesehatan gigi sebanyak 496 murid.
Dari 496 murid yang diperiksa yang perlu perawatan sebanyak 284 murid dan yang
mendapat perawatan selama tahun 2015 sebanyak 65 murid (22.9%). Kecilnya jumlah
murid yang mendapat perawatan disebabkan karena terbatasnya peralatan medis yang
dimiliki oleh petugas. Diharapkan untuk tahun berikutnya semua murid yang perlu
perawatan akan mendapatkan perawatan.5
Sedangkan UKS di sekolah dengan sasaran 19 SD dan setingkatnya (SD kelas I),
dengan jumlah murid 766 orang,yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 766
orang (100%). Ini menunjukkan bahwa UKS yang dilakukan selama tahun 2015 cukup
baik di wilayah Puskesmas Sangurara.5

b. Perawatan Gigi dan Mulut Pada Murid SD


Untuk menilai upaya pemeliharan kesehatan gigi pada murid SD dipakai
indikator cakupan perawatan gigi pada murid SD yang menghitung persentase
perbandingan antara jumlah murid yang mendapat perawatan gigi dan jumlah murid
yang perlu perawatan gigi.5
Sekolah yang dikunjungi dalam perawatan gigi dan mulut sebanyak 19 SD,dan
jumlah SD/Mi yang mendapat sikat Gigi Massal sebanyak 19 SD, dan yang mendapat
pelayanan gigi sebanyak 14 SD. Dengan frekuensi kunjungan selama tahun 2015
adalah 28 kali. Setiap SD mendapatkan 4 kali kunjungan.Perawatan gigi pada anak SD.
Dari hasil pemeriksaan di sekolah anak yang perlu perawatan sebanyak 284 orang dan
yang mendapatkan perawatan 65 orang (22.9%). Bila dibanding tahun 2014 terjadi
peningkatan jumlah anak yang perlu perawatan gigi dan mulut, hal ini menandakan
bahwa anak Murid SD belum terlalu mengerti dalam perawatan gigi dan mulut mereka
maka diharapkan kepada petugas untuk meningkatkan frekuwensi penyuluhan tentang
cara-cara perawatan gigi agar gigi mereka tidak rusak.5

18
2.5.5. Rabies
Rabies adalah penyakit menular akut dari susunan syaraf pusat yang disebabkan
oleh infeksi virus rabies. Sumber penularan anjing gila di Indonesia adalah anjing,
kucing, dan kera. Pada hewan-hewan berdarah panas dan manusia, penyakit ini selalu
berakhir dengan kematian.5
Berdasarkan data yang telah dihimpun oleh Pengelola Surveillance Puskesmas
Sangurara tahun 2015, Kasus Rabies tidak ada penderita.5

2.5.6. Malaria

Malaria adalah penyakit yang telah lama dikenal masyarakat baik gejala maupun
pengobatannya serta cara penyebarannya. Malaria disebabkan oleh plasmodium
malarie dan vektor penyebab penyakti malaria adalah nyamuk anopheles.5
Pada sejumlah penderita malaria, diperkirakan terjadi kembali morbidity 20 – 30
% bila dapat sembuh, pasien bisa mengalami episode haemolisis ladi pada kesempatan
terkena infeksi malaria yang lain/berikutnya.5
Penderita malaria klinis tidak ada kasus di Puskesmas Sangurara selama tahun
2015.5
Suatu program kerjasama internasional yang tepadu untuk memberantas penyakit
malaria telah berhasil menekan angka kesakitan penderita malaria. Namun timbulnya
nyamuk Anopheles yang resisten terhadap Insektisida, Plasmodium yang resisten
terhadap obat, hambatan adminstratif / Sosial ekonomi dan gerakan populasi dunia
yang begitu mobile, pada muaranya menyebabkan suatu langkan mundur dalam usaha
pemberantasan penyakit ini, dan saat ini dita diperhadapkan pada trend come backnya
penyakit malaria di tengah masyarakat.5
Pada tahun 2015, tidak ada penderita malaria klinis. Penderita malaria di dapat
dilihat pada grafik berikut :5

19
Sumber : Laporan SP2TP Puskesmas Sangurara Thn 2015
Grafik 6. Jumlah Penderita Malaria di Puskesmas Sangurara Tahun 2011 s/d 2015

Pada grafik 6. terlihat bahwa di tahun 2011 terdapat penderita malaria klinis
sebanyak 5 orang, dan ditahun 2012 terjadi penurunan dan pada tahun 2013 terjadi
peningkatan sebanyak 3 penderita, dan di tahun 2014 dan tahun 2015, tidak ada
penderita malaria klinis.5

2.5.7. KESEHATAN USIA LANJUT


Pada tahun 2015 kelompok Lansia yang ada di Wilayah Puskesmas Sangurara 11
kelompok, yang tersebar di 5 kelurahan. Adapun kegiatan yang dilakukan tiap bulan
sekali adalah Posyandu Lansia, dengan pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan
penyuluhan sedangkan kegiatan tambahan yang dilaksanakan secara temporer adalah
pemberian makanan tambahan. Setiap kelompok lansia mengelola dana sehat masing-
masing yang dipergunakan untuk membayar kegiatan rutin tiap kelompok.5
Berdasarkan data tahun 2015 jumlah lansia di wilayah Puskesmas Sangurara
sebanyak 3400 orang terdiri dari Laki-laki 1736 orang,perempuan 1664 orang yang
terdaftar di Posyandu lansia sebanyak 3400 orang (100 %) dan yang datang ke

20
posyandu lansia dan mendapat pelayanan 3389 orang (99.68%) dengan penyakit yang
terbanyak hipertensi dan alergi.5

21
BAB III
PEMBAHASAN

Dari data yang telah didapatkan di SP2TP Puskesmas Sangurara pada tahun 2016
menunjukkan bahwa dari 19 sekolah SD di Wilayah Kerja Puskesmas Sangurara 19
SD memiliki UKS, begitupun dari 5 SMP yang terdapat kelimanya memiliki UKS dan
dari 6 SMA yang terdapat keenamnya memiliki UKS. 6

Grafik 7. Jumlah sekolah yang memiliki UKS di Wilayah Kerja Puskesmas Sangurara
Periode Januari s/d Oktober 2016

Menurut Martoyo (1982) Usaha Kesehatan Sekolah adalah usaha Kesehatan


masyarakat yang dilaksanakan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta
lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama. Pandangan serupa disampaikan Tarnawan
(2007), Usaha Kesehatan Sekolah adalah bentuk dari usaha kesehatan masyarakat yang
dilaksanakan di sekolah. Menurut Dinas Kesehatan (2007) Usaha Kesehatan Sekolah
merupakan salah satu upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang ditujukan
kepada siswa dan juga salah satu mata rantai yang penting dalam meningkatkan
kualitas manusia Indonesia.Dibidang kesehatan dan pendidikan mempunyai peranan
yang besar karena secara fungsional Kementerian Kesehatan bertanggung jawab atas

22
kesehatan anak didik, dan secara organisasi sekolah berada dibawah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.7
Bersama-sama membina kesehatan masyarakat sekolah, dengan jalan meningkatkan
dan mengembangkan kegiatan-kegiatan dalam bidang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS),
demi pembinaan rakyat pada umumnya.
Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan UKS perlu diperhatikan :7
1. Menjalin hubungan dan kerjasama dengan lembaga-lembaga kesehatan setempat :
Rumah sakit, Perguruan Tinggi khususnya Fakultas kedokteran, PMI, Puskesmas, dan
lain-lain.
2. Menjalin hubungan dan kerjasama dengan tenaga-tenaga medis seperti dokter, perawat
dan lain-lain. Disamping itu sekolah juga harus menyiapkan tenaga-tenaga gurunya
untuk mendapatkan pengertian praktis tentang kesehatan masyarakat sekolah dan rakyat
pada umumnya.

Grafik 8. Jumlah Sekolah yang Binaan di Wilayah Kerja Puskesmas Sangurara


Periode Januari s/d Oktober 2016

23
4 SD dari 19 SD merupakan termasuk sekolah SD yang menjadi binaan dan masuk
kategori sekolah sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Sangurara tahun 2016, untuk SMP
nya tercatat dari 5 sekolah yang ada hanya 1 sekolah yang menjadi binaan Puskesmas
Sangurara dan termasuk sekolah sehat. Untuk SMA sendiri ada 2 sekolah yang menjadi
sekolah binaan dan termasuk sekolah sehat.6
Dalam pasal 45 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
disebutkan, kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat, sehingga peserta didik dapat
belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas.7
Usaha Kesehatan Sekolah di bina oleh Dokter Puskesmas, sedangkan pelaksanaannya
menjadi tugas para guru. Seorang dokter puskesmas, jangan hanya terpusat di sekitar
puskesmas tetapi juga harus menjalin kerja sama dengan pihak di luar puskesmas.
Misalnya, dengan para guru untuk melaksanakan UKS. Sebenarnya kelembagaan UKS
memiliki Tim Pembina mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, kota, provinsi sampai
tingkat pusat. Tetapi tidak semua tim berjalan. Setiap minggu, dokter puskesmas harus
keliling di wilayah binaan Puskesmas. Dokter kecil di sekolah dibina, kemudian dia bisa
membina teman-temannya.7
Pendidikan Kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi dan atau mengajak orang
lain, baik individu, kelompok atau masyarakat, agar melaksanakan perilaku hidup sehat,
karena tingkat kesehatan merupakan salah satu faktor yang menentukan indeks
pembangunan manusia. Tingkah laku yang diharapkan dalam pendidikan kesehatan ini
adalah yang menunjang cara hidup sehat, baik manusia sebagai perorangan maupun
sebagai kelompok masyarakat, oleh karena pendidikan kesehatan sangatlah penting untuk
menunjang setiap program kesehatan yang direncanakan. Tetapi seperti yang kita tahu,
bahwa pelaksanaan pendidikan ini, baik di negara maju maupun berkembang mengalami
berbagai hambatan dalam rangka pencapaian tujuannya, yakni mewujudkan perilaku hidup
sehat bagi masyarakatnya. Hambatan yang paling besar dirasakan adalah faktor
pendukungnya, yakni yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

24
kesehatan gigi bagi masyarakat itu sendiri, misalnya : air bersih, tempat pembuangan
sampah, ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya.7
Pendidikan kesehatan yang menyentuh langsung pada sasaran adalah salah satunya
melalui penyuluhan dengan tema : Kesehatan gigi dan mulut, Kebersihan badan, Kesehatan
dalam berpakaian. Dan pelayanan kesehatan yang seyogyanya dilakukan adalah : P3K,
Pembinaan lingkungan sekolah sehat.7

Grafik 9. Jumlah Sekolah Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Sangurara Tahun


2016

P3K adalah bantuan pertama yang diberikan kepada orang yang cedera akibat
kecelakaan sebelum ditangani oleh tenaga medis dengan sasaran menyelamatkan nyawa,
menghindari cedera atau kondisi yang lebih parah dan mempercepat penyembuhan.
Pertolongan pertama mempuyai makna tindakan yang pertama sebelum korban dibawa ke
fasilitas kesehatan yang lebih baik, sehingga tujuan dari P3K sesungguhnya adalah :
mencegah agar cedera yang timbul tidak lebih parah, menghentikan pendarahan, mencegah
nyeri dan menjamin fungsi saluran nafas, sehingga korban dapat terselamatkan dari bahaya
maut semaksimal mungkin. Ada juga korban tidak hanya mengalami trauma sejenis, tetapi

25
juga kompleks sehingga penolong pun diharuskan untuk mampu memberikan pertolongan
sekaligus ataupun sesuai yang mengancam nyawa.7
Program UKS terdiri dari Trias UKS, yaitu Pendidikan Kesehatan yang diintegrasikan
dengan semua mata pelajaran, Pelayanan Kesehatan di sekolah dengan adanya poliklinik
(bagi sekolah yang mampu), serta Pembinaan lingkungan sekolah sehat.7
Selain itu untuk menciptakan suatu kondisi sekolah yang sehat, sekolah harus
memenuhi kriteria, antara lain kebersihan dan ventilasi ruangan, kebersihan kantin, WC,
kamar mandi, tempat cuci tangan, melaksanakan pelayanan kesehatan, pendidikan
kesehatan, bimbingan konseling dan manajemen peran serta masyarakat. Program tersebut
dapat dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan. Agar pelaksanaan program ini
berjalan dengan baik, sekolah perlu bekerja sama dengan tim Pembina UKS kecamatan
dan masyarakat di sekitar sekolah.7
Program UKS tersebut sangat erat kaitannya dengan program bidang pendidikan,
dimana dalam UU No.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan, bahwa
tujuan pendidikan nasional ialah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia seutuhnya. Mencermati tujuan pendidikan nasional itu, maka melalui kegiatan
UKS ini diharapkan dapat membentuk manusia yang sehat, yaitu sehat fisik, mental dan
sosial sehingga bisa menjadi SDM yang potensial dalam pembangunan bangsa dan
negara.7
Pada tahun 2016 jumlah tempat – tempat umum yang terdapat di Wilayah Kerja
Puskesmas Sangurara adalah Pasar sebanyak 4 buah, Hotel atau penginapan tidak ada,
terminal tidak ada dan tempat ibadah sebanyak 36 buah. Dari 4 buah pasar yang
terdapat hanya 1 pasar yang menjadi binaan dan dari 36 buah tempat ibadah yang
menjadi binaan adalah 3 buah.6

26
Grafik 10. Jumlah Tempat Umum yang Binaan di Wilayah Kerja Puskesmas
Sangurara Tahun 2016

Grafik 11. Jumlah Tempat Kerja Binaan di Wilayah Kerja Puskesmas


Sangurara Tahun 2016

27
Pada tahun 2016 jumlah tempat kerja yang terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas
Sangurara adalah kantor sebanyak 6 buah, pabrik 3 buah, dan industri rumah tangga
sebanyak 51 buah. Dari 51 buah home industri yang tersebar di Wilayah kerja
Puskesmas Sangurara hanya ada 5 tempat kerja yang menjadi binaan Puskesmas
Sangurara. Sejauh ini kantor dan pabrik belum ada yang menjadi tempat kerja binaan
Puskesmas Sangurara.6
Sarana dan bangunan umum merupakan tempat dan atau alat yang dipergunakan
oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola
demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera
dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja
dengan produktif secara social ekonomis.8
Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan
apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan
penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus
memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan.8
Penyelenggaraan sarana dan bangunan umum berada di luar kewenangan
Departemen Kesehatan, namun sarana dan bangunan umum tersebut harus memenuhi
persyaratan kesehatan. Hal ini telah diamanatkan pada UU No.23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan. Dalam rangka memfasilitasi penyelenggaraan otonomi daerah telah
diterbitkan beberapa Keputusan Menteri Kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan
lingkungan pada sarana dan bangunan umum, di antaranya tentang penyehatan hotel,
rumah sakit, perumahan dan lingkungan kerja, agar sarana dan bangunan umum
tersebut memenuhi persyaratan kesehatan.8
Dalam Pengelolaan factor risiko lingkungan sebagai tindak lanjut hasil kegiatan
surveilans epidemiologi diperlukan pedoman penyehatan sarana dan bangunan umum
yang merupakan arah dan penjabaran teknis dari penyelenggaraan penyehatan
lingkungan. Pedoman ini merupakan acuan bagi daerah dan merupakan bagian yang

28
tidak terpisahkan dengan ketentuan perundangan tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan yang sudah ada yang pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kondisi
setempat.8
Lingkup kegiatan yang dilakukan dalam penyehatan sarana dan bangunan umum,
meliputi pembinaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian dengan mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku, meliputi :8
a. Menetapkan standar, kriteria, persyaratan, pedoman dan prosedur.
b. Melakukan penapisan, pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna.
c. Melaksanakan pembinaan penyehatan sarana dan bangunan umum, melalui :
1) Penyebarluasan informasi tentang standar dan persyaratan kesehatan lingkungan.
2) Asisten teknis dan advokasi bagi penyelenggara dan instansi dari pihak yang
berkepentingan (stakeholder).
3) Pengembangan sumber daya manusia di bidang kesehatan lingkungan.
d. Menyelenggarakan system kewaspadaan dini dan penanggulangan kejadian luar
biasa akibat pemanfaatan sarana dan bangunan umum yang tidak sehat.
e. Mengembangkan pola kemitraan dengan lintas program, lintas sector, organisasi
profesi, aosiasi, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan swasta.
f. Melakukan kajian kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan kondisi fisik sarana
dan bangunan umum.
g. Mengembangkan jaringan informasi, melalui pengembangan jejaring kerja lintas
program, lintas sector di daerah, nasional dan internasional.
h. Memantau dan mengevaluasi program penyehatan sarana dan bangunan umum
secara nasional.
i. Melakukan surveilans penyehatan sarana dan bangunan umum.
Lingkup kegiatan yang dilakukan dalam program penyehatan sarana dan bangunan
umum tingkat propinsi, meliputi pembinaan, pengawasan pengendalian dan penilaian
dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, meliputi :8
a. Melakukan Penyuluhan mengenai penyehatan sarana dan bangunan umum sebagai
bagian dari kampanye kesehatan sesuai kondisi daerah.

29
b. Menyelenggarakan penyehatan sarana dan bangunan umum di propinsi, melalui :
c. Mengembangkan sarana / peralatan pemantauan di lapangan.
d. Mengembangkan sistem kewaspadaan dini dan peananggulangan kejadian luar
biasa.
e. Mengembangkan kemitraan dengan lintas program, lintas sector, organisasi profesi,
asosiasi, organisasi masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat.
f. Mengembangkan kajian dampak kesehatan lingkungan yang berorientasi pada
pemecahan masalah.
g. Mengembangkan jaringan informasi dan jejaring kerja antar lintas program, lintas
sector ditingkat propinsi dan jaringan informasi secara regional maupun nasional.

Grafik 12. Strata Kelurahan Siaga di Wilayah Kerja Puskesmas Sangurara Tahun
2016

Pusekesmas Sangurara memiliki 5 Kelurahan Siaga Aktif, dimana untuk strata


Kelurahan tersebut masih berstrata Pratama. 6

30
Desa Siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan untuk
mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, terutama bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.

Tabel 6. Pertahapan Desa atau Kelurahan Siaga Aktif


PERTAHAPAN DESA ATAU KELURAHAN SIAGA AKTIF
KRITERIA
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
Forum desa / Ada, tetapi Berjalan, tetapi Berjalan setiap Berjalan setiap
Kelurahan belum berjalan belum rutin triwulan bulan
setiap triwulan
KPM / Kader Sudah ada Sudah ada 3-5 Sudah ada 6-8 Sudah ada 9
Kesehatan minimal 2 orang orang orang/lebih
orang
Kemudahan akses Ya Ya Ya Ya
pelayanan
kesehatan dasar
Posyandu & Posyandu ya, Posyandu & Posyandu & 3 Posyandu & 4
UKBM lainnya UKMB UKMB lainnya UKMB UKMB lainnya
aktif lainnya tidak aktif lainnya aktif aktif
aktif

31
Dukungan dana Sudah ada Sudah ada dana Sudah ada Sudah ada dana
untuk kegiatan dana dari dari pemerintah dana dari dari pemerintah
kesehatan di Desa pemerintah Desa dan pemerintah Desa dan
dan kelurahan : Desa dan Kelurahan serta Desa dan Kelurahan serta
- Pemerintah Kelurahan satu sumber Kelurahan dua sumber dana
desa & serta belum dana lainnya serta dua lainnya
kelurahan ada sumber sumber dana
- Masyarakat dana lainnya lainnya
- Dunia usaha

Peran serta Ada peran Ada peran aktif Ada peran Ada peran aktif
aktif masyarakat dan
masyarakat dan aktif masyarakat dan
masyarakat peran aktif satu
organisasi dan tidak ada ormas masyarakat peran aktif lebih
peran aktif
kemasyarakatan dan peran aktif dari dua ormas
ormas
dua ormas

Peraturan Kepala Belum ada Ada, belum Ada, sudah Ada, sudah
direalisasi
Desa atau direalisasi direalisasi
peraturan Bupati
/ Walikota
Pembinaan PHBS Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan
PHBS kurang PHBS minimal
di rumah tangga PHBS minimal PHBS minimal
dari 20% 20% rumah
rumah tangga tangga yang ada 40% rumah 70% rumah
yang ada
tangga yang tangga yang ada
ada

32
Menurut Kemenkes RI, 2011, Desa Siaga Aktif merupakan pengembangan dari
Desa Siaga, yaitu Desa atau Kelurahan yang : 10
1. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang
memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesahatan Desa atau sarana
kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti, Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya.
2. Memilki Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
melaksanakan upaya survailans berbasis masyarakat (pemantauan penyakit,
kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan, dan perilaku), penanggulangan bencana
dan kedaruratan kesehatan, serta penyehatan lingkungan.

Kegiatan dalam Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif


Sesuai dengan komponen Desa dan Kelurahan Siaga Aktif maka kegiatan yang perlu
dilakukan adalah: pelayanan kesehatan dasar, pemberdayaan masyarakat melalui
UKBM, dan PHBS. 10

1. Pelayanan Kesehatan Dasar


Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan primer, sesuai dengan kewenangan
tenaga kesehatan yang bertugas. Pelayanan kesehatan dasar berupa: 10
a. Pelayanan Kesehatan untuk Ibu Hamil, meliputi:
Pemeriksaan kehamilan dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang kurang gizi, pemberian
Tablet Tambah Darah, promosi gizi dan kesehatan reproduksi, penyediaan rumah
tunggu (transit), kendaraan yang dapat digunakan untuk membawa pasien dari desa ke
Puskesmas dan atau rumah sakit, calon yang bersedia menjadi donor darah, bantuan
dana untuk persalinan, dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. 10
b. Pelayanan Kesehatan untuk Ibu Menyusui, meliputi:
Pemberian Kapsul Vitamin A, makanan tambahan, Tablet Tambah Darah,
pelayanan dan perawatan ibu nifas, promosi makanan bergizi selama menyusui,

33
pemberian ASI Ekslusif, perawatan bayi baru lahir, dan pelayanan Keluarga Berencana
(KB).10
c. Pelayanan Kesehatan untuk Anak, meliputi:
Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi anak di Bawah Usia Lima Tahun
(Balita),Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), Kapsul Vitamin A,
pemberian makanan tambahan anak dengan berat Bawah Garis Merah (BGM) pada
Kartu Menuju Sehat (KMS), pemantauan tanda-tanda lumpuh layuh, kejadian diare dan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Pneumonia, serta pelayanan rujukan bila
diperlukan, pemberian imunisasi, pelayanan kesehatan anak usia sekolah tingkat dasar,
pelayanan penemuan dan penanganan penderita penyakit, yang meliputi: penemuan
secara dini, penyediaan obat, pengobatan penyakit, rujukan penderita ke sarana
kesehatan yang lebih kompeten. 10
d. Pelayanan Survailans (Pengamatan Penyakit)
Pengamatan dan pemantauan penyakit melalui gejala dan tanda serta keadaan yang
dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat, pelaporan secara cepat (kurang
dari 24 jam) hasil pemantauan dan pengamatan penyakit kepada petugas dan
penanggulangan sederhana penyakit dan masalah kesehatan, pelaporan kematian.10

2. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)


Pemberdayaan masyarakat terus diupayakan melalui UKBM, yang ada di desa dan
kelurahan. UKBM adalah upaya kesehatan yang direncakan, dibentuk, dikelola dari,
oleh dan untuk masyarakat dalam upaya mengatasi permasalahan kesehatan daerahnya.
Kegiatan difokuskan kepada upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan
kesehatan, dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan.10
a. Survailans Berbasis Masyarakat
1. Pengertian Survailans Berbasis Masyarakat
Survailans berbasis masyarakat adalah pengamatan dan pencatatan penyakit yang
diselenggarakan oleh masyarakat (kader) dibantu oleh tenaga kesehatan berupa:10

34
(1)Pengamatan dan pemantauan penyakit serta keadaan kesehatan ibu dan anak, gizi,
lingkungan, dan perilaku yang dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat,
(2)Pelaporan cepat (kurang dari 24 jam) kepada petugas kesehatan untuk respon cepat,
(3)Pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah kesehatan, serta
(4)Pelaporan kematian.

2. Tujuan Survailans Berbasis Masyarakat


Terciptanya sistem kewaspadaan dan kesiagapan dini di masyarakat terhadap
kemungkinan terjadinya masalah kesehatan yang mengancam/merugikan masyarakat.

3. Hal-hal yang diamati secara terus menerus


Masyarakat dan kader melakukan pengamatan terhadap masalah kesehatan yang ada
di masyarakat sepanjang waktu.

3. Kedaruratan Kesehatan dan Penanggulangan Bencana


Kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana adalah upaya yang dilakukan
oleh masyarakat dalam mencegah dan mengatasi bencana dan kedaruratan kesehatan.
Kegiatannya berupa :10
a. Bimbingan dalam pencarian tempat yang aman untuk mengungsi.
b. Promosi kesehatan dan bimbingan mengatasi masalah kesehatan akibat bencana dan
mencegah faktor-faktor penyebab masalah.
c. Bantuan/fasilitas pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar (air bersih, jamban,
pembuangan sampah/limbah, dan lain-lain) di tempat pengungsian.
d. Penyediaan relawan yang bersedia menjadi donor darah.
e. Pelayanan kesehatan bagi pengungsi.
Dampak yang terlihat setelah adanya Program “Kelurahan Siaga Aktif” adalah:11
a) Masyarakat semakin mandiri dan muncul rasa tanggung jawab terhadap kesehatan.
b) Munculnya rasa sosialisasi dengan orang lain.
c) Adanya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kelurahan Winongo

35
d) Adanya peningkatan UKBM (Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat).
e) Usaha masyarakat mikro berkembang.
f) Masyarakat diangkat menjadi kader kegiatan sehingga mengurangi pengangguran.
g) Berkurangnya masyarakat miskin.
h) Banyaknya kegiatan yang berlandaskan kesehatan.
i) Masyarakat jadi tidak tergantung dengan pemerintah.
j) Masyarakat semakin mengerti fungsi dari puskesmas.

Adapun faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan


kelurahan siaga aktif di puskesmas sangurara. Sebuah program pasti memiliki faktor-
faktor penghambat dan pendukung dalam prosesnya, faktor-faktor itulah yang nantinya
memperlihatkan bagaimana kerja keras para stakeholder dan para kader dalam
melaksanakan kegiatan tersebut.11
a. Faktor-faktor penghambat internal maupun eksternal dari Program “Kelurahan
Siaga Aktif” di lokasi penelitian Faktor penghambat internal dari Program
“Kelurahan Siaga Aktif” adalah Sumber Daya Manusia dan Masyarakat sebagai
pasien, sedangkan faktor penghambat eksternal adalah Sumber Daya
Finansial/Dana Operasional.
b. Faktor-faktor pendukung internal maupun eksternal dari Program “Kelurahan Siaga
Aktif” di lokasi penelitian faktor pendukung internal dari Program “Kelurahan Siaga
Aktif” adalah faktor masyarakat/tokoh-tokoh masyarakat yang sadar dengan
perilaku sehat, sedangkan faktor pendukung eksternal adalah swasta/LSM, tenaga
profesional, dan adanya landasan hukum dari pemerintah.

36
Grafik 13. Sejumlah 23 Posyandu dan Strata Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas
Sangurara Tahun 2016

Dari 23 Posyandu yang terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas Sangurara terdapat 8


puskesmas yang berstrata madya, 12 berstrata Purnama, dan 3 berstrata Mandiri.6
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama
masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita.12
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan /
pilihan. Kegiatan utama, mencakup;12
- kesehatan ibu dan anak;
- keluarga berencana;
- imunisasi;
- gizi;

37
- pencegahan dan penanggulangan diare.
Kegiatan pengembangan/pilihan, masyarakat dapat menambah kegiatan baru
disamping lima kegiatan utama yang telah ditetapkan, dinamakan Posyandu
Terintegrasi. Kegiatan baru tersebut misalnya;12
- Bina Keluarga Balita (BKB);
- Tanaman Obat Keluarga (TOGA);
- Bina Keluarga Lansia (BKL);
- Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);
- Berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.
Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar yang ada
di Posyandu terutama;
- Bayi dan anak balita;
- Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui;
- Pasangan usia subur;
- Pengasuh anak.

Manfaat Posyandu
A. Bagi Masyarakat12
1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan
bagi ibu, bayi, dan anak balita.
2. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi
buruk.
3. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A.
4. Bayi memperoleh imunisasi lengkap.
5. Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah (Fe)
serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT).
6. Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe).
7. Memperoleh penyuluhan kesehatan terkait tentang kesehatan ibu dan anak.

38
8. Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu
menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.
9. Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu, bayi, dan anak
balita.

B. Bagi Kader12
1. Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap.
2. Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak balita dan
kesehatan ibu.
3. Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam bidang
kesehatan.
4. Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan kesehatan ibu.

Diagram 1. Frekuensi Penyuluhan dan Penyebarluasan Informasi Kesehatan di


Wilayah Kerja Puskesmas Sangurara Tahun 2016.

Pada tahun 2016 frekuensi Penyuluhan dan Penyebarluasan Informasi Kesehatan di


Puskesmas Sangurara melakukan Penyuluhan Kelompok dengan frekuensi 58%
sedangkan untuk frekuensi penyuluhan massa 42%. Frekuensi kelompok yang
terbanyak dilakukan adalah tentang Kesehatan Ibu dan Anak yaitu 75%, Kesehatan

39
lansia 10%, Penyuluhan UKS 2%, Penjaringan Siswa 2%, Penyuluhan KTR 6%,
Malaria dalam Kehamilan 2% dan Rabies 2%.6

Grafik 14. Frekuensi Penyebaran Informasi Melalui Penyuluhan Kelompok di


Wilayah Kerja Puskesmas Sangurara Tahun 2016

Diagram 2. Jumlah Rumah yang Memenuhi Rumah Tangga ber PHBS di Wilayah
Kerja Puskesmas Sangurara Tahun 2016

40
Dari 95% rumah tangga yang terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas Sangurara, yang
dilakukan pemantauan sebanyak 3% dari pemantauan tersebut didapatkan sebanyak
2% yang termasuk Rumah Tangga ber PHBS.6
Pelaksanaan program promosi kesehatan di Indonesia merupakan salah satu dari
enam program pokok (Basic six) kesehatan di Puskesmas. Hal ini sesuai dengan
Kepmenkes RI No: 128/Menkes/SK/II/2004, bahwa fungsi pelayanan kesehatan
masyarakat (puskesmas) adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan
tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.9
Puskesmas sebagai lini terdepan dalam Sistem Kesehatan Nasional, merupakan
institusi terpenting yang di sediakan oleh pemerintah yang kerjanya sudah sangat baku
sesuai petunjuk WHO (World Health Organization) dengan tugas utama adalah
pengembangan kesehatan masyarakat dengan focus program pendidikan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pentingnya puskesmas dalam system kesehatan nasional,
sehingga pemerintah berupaya mendirikan puskesmas di semua kecamatan di
Indonesia, bahkan saat ini setiap kecamatan sudah ada puskesmas bahkan ditunjang
paling sedikit oleh tiga Puskesmas Pembantu. Akibatnya terjadi peningkatan rasio
Puskesmas dari 3,46 per 100.000 penduduk pada tahun 2003 menjadi 3,65 per 100.000
pada tahun 2007 dan kemudian menjadi 3,86 per per 100.000 pada tahun 2011.9
Upaya promosi kesehatan di puskesmas sebagai program pokok telah mampu
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dari 36,3% tahun 2007, menjadi 60%
pada tahun 2009. Akses terhadap air bersih telah mencapai 57,7% dari seluruh rumah
tangga di Indonesia dan 63,5% rumah tangga mempunyai akses sanitasi yang baik, dan
hanya 24,8% rumah tangga tidak menggunakan fasilitas buang air besar, serta hanya
32,5% rumah tangga tidak memiliki saluran pembuangan air limbah. Jumlah UKBM,
seperti Posyandu dan Poskesdes semakin meningkat, tetapi pemanfaatan dan
kualitasnya masih rendah.9
Puskesmas sebagai public goods menurut Pudjirahardjo (1995), ada perbedaan
dalam antara puskesmas yang berada di perkotaan dengan puskesmas yang berada di

41
perdesaan. Puskesmas perkotaan lebih dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan bersifat kuratif (pengobatan), agar tidak ditinggalkan masyarakat, karena
diperkotaan tersedia banyak pilihan untuk memperoleh pelayanan kesehatan.
Sebaliknya puskesmas di perdesaan, menurut Winardi, 2003, lebih diarahkan untuk
melayani masyarakat perdesaan dengan fokus kegiatan pelayanan kesehatan dasar.
Masyarakat perdesaan masih menjadikan puskesmas sebagai satu satunya tempat untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih lengkap. Program puskesmas khususnya
program promosi kesehatan berupa penyampaian informasi/pendidikan kesehatan yang
bertujuan untuk meningkatkan kemauan, kemampuan dan kesadaran
hidup sehat, masih lebih mudah di terima masyarakat perdesaan.9
Perubahan fungsi puskesmas dari public goods (pelayanan kesehatan masyarakat)
ke arah private goods (pelayanan kesehatan perorangan/UKP) juga terjadi ketika
puskesmas mengalami perubahan manajemen, dari puskesmas non perawatan menjadi
puskesmas perawatan. Perbedaan prinsip utama dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat antara puskesmas perkotaan dengan perdesaan, antara
puskesmas perawatan dengan puskesmas non perawatan akan turut memengaruhi
target pencapaian program promosi kesehatan. Padahal secara nasional program
promosi kesehatan merupakan program prioritas kementerian kesehatan seperti yang
terdapat dalam Kepmenkes RI No: 128/Menkes/SK/II/2004, yang semestinya menjadi
wajib bagi semua puskesmas untuk melaksanakan.9
Sistem Kesehatan Nasional 2009, secara jelas mengarahkan pencapaian target
utama program promosi kesehatan perlu dilakukan berbagai terobosan/ pendekatan
terutama pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan yang memberikan
penguatan kapasitas dan surveilans berbasis masyarakat, diantaranya melalui
pengembangan desa siaga.9
Perilaku Hidup Sehat dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang,
keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. dengan demikian

42
PHBS mencakup beratus-ratus bahkan beribu-ribu perilaku yang harus dipraktekkan dalam
rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dibidang
pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penyehatan lingkungan harus
dipraktekkan perilaku mencuci tangan dengan sabun, pengelolahan air minum dan
makanan yang memenuhi syarat, menggukan air bersih, menggunakan jamban sehat,
pengelolahan limbah cair yang memenuhi syarat, memberantas jentik nyamuk, tidak
merokok di dalam ruangan dan lain-lain. Dibidang kesehatan ibu dan anak serta keluarga
berencana harus dipraktekkan perilaku meminta pertolongan meminta pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan, menimbang balita setiap bulan, mengimunisasi lengkap
bayi, menjadi aseptor keluarga berencana dan lain-lain. Dibidang gizi dan farmasi harus
dipraktekkan perilaku makan dengan giji seimbang, minum tablet tambah darah selama
hamil, memberi bayi ASI esklusif, mengkonsumsi garam beryodium dan lain-lain.
Sedangkan dibidang pemeliharaan kesehatan harus dipraktekkan perilaku ikut serta
dalam jaminan pemeliharaan kesehatan, aktif mengurus dan atau memanfaatkan upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat atau (UKBM), memanfaatkan Puskesmas dan
fasilitas pelayan kesehatan lain dan lain-lain.13,14
Keluarga yang melaksanakan PHBS maka setiap rumah tangga akan meningkat
kesehatannya dan tidak mudah sakit. Rumah tannga tangga sehat dapat meningkatkan
produktivitas kerja anggota keluarga. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah
tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk
biaya investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan
kesejahteraan anggota rumah tangga. Salah satu indikator menilai keberhasilan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di bidang kesehatan adalah pelaksanaan PHBS.
PHBS juga bermanfaat untuk meningkatkan citra pemerintah daerah dalam bidang
kesehatan, sehingga dapat menjadi percontohan rumah tangga sehat bagi daerah
lain.13,14
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memeberdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga

43
dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS. Rumah tangga yang ber-PHBS
adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu: 13,14
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi ASI ekslusif
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
10. Tidak merokok di dalam rumah.

Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu : 13,14
1. Pasangan Usia Subur
2. Ibu Hamil dan Menyusui
3. Anak dan Remaja
4. Usia lanjut
5. Pengasuh Anak

Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan


Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan (bidan, dokter dan tenaga para lainnya). Persalinan di tolong oleh
tenaga kesehatan diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Angka
kematian ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab
kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama kehamilan,
dan dalam masa nifas per 100.000 kelahiran hidup. AKI berguna untuk
menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu,
kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil,

44
pelayanan kesehatann waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Meningkatnya proporsi
ibu bersalin dengan bantuan tenaga kesehatan yang terlatih, adalah langkah awal
terpenting untuk mengurangi kematian ibu dan kematian neonatal dini. Pelayanan
obstetrik dan neonatal darurat serta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
terlatih menjdi sangat penting dalam upaya penurunan kematian ibu. Walaupun
sebagian besar perempuan bersalin di rumah, tenaga terlatih dapat membantu
mengenali kegawatan medis dan membantu keluarga untuk mencari perawatan darurat.
13,14

Setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan


merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga keselamatan
ibu dan bayi lebih terjamin. Apabila terjadi kelainan dapat diketahui dan segera
ditolong atau dirujuk kepuskesmas atau rumah sakit. Persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan mmenggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga
mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya. 13,14

Pemberian ASI Ekslusif


ASI ekslusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan
tambahan makanan atau miniman lain. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan
dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi
tumbuh ban berkembang denagan baik. Air susu ibu pertama berupa cairan bening
bewarna kekuningan (kolostrum) sangat baik untuk bayi karena mengandung zat
kekebalan terhadap penyakit. ASI ekslusif adalah bayi yang hanya diberikan ASI tanpa
diberi tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu. Pemberian ASI ini
secara eklusif dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila
mungkin sampai 6 bulan. ASI eklusif adalah memberikan ASI saja tanpa makanan dan
minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai 6 bulan. Padatahun 2002 World Health
Organization menyatakan bahwa ASI eklusif selama 6 bulan pertama hidup bayi adalah
yang terbaik. Menyusui eksekutif adalah memberikan hanya ASI segera setelah lahir

45
sampai bayi berusia 6 bulan dan memberikan kolustrum. Berdasarkan waktu
produksinya ASI digolongkan dalam tiga kelompok. 13,14

Menimbang Balita Setiap Bulan


Penimbangan balita di maksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan.
Penimbangan balita dilakukan setiap bulan mulai dari umur 1 tahun sampai 5 tahun
diposyandu. Setelah balita di timbang di buku KIA maka akan terlihat berat badannya
naik atau tidak naik. Naik, bila garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita
warna pada KMS. Tidak naik, bila garis pertumbuhannya menurun. Bila balita
mmengalami gizi kurang maka akan dijumpai tanda-tanda: 13,14
1. Berat badan tidak naik selama 3 bulan berturut-turut, badannya kurus
2. Mudah sakit
3. Tampak lesu dan lemah
4. Mudah menangis dan rewel Balita merupakan anak yang berusia di bawah 5 tahun.

Menggunakan Air Bersih


Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak,
mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian dan
sebagainya. Agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar sakit. Air bersih secara fisik
dapat dibedakan melalui indra kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan
diraba). Air tidak berwarna harus bening/jernih. Air tidak keruh, harus bebas dari pasir,
debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainnya. Air tidak berasa, tidak berasa asin,
tidak berasa asam, tidak payau, dan tidak pahit harus bebas dari bahan kimia beracun.
Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau belerang. Air bersih bermanfaat
bagi tubuh supaya terhindar dari gangguan penykit-penyakit setiap anggota keluarga
terpelihara kebersihan dirinya. 13,14
Air merupakan zat yang memiliki peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya. Manusia akan lebih cepat meninggal karena
kekurangan makanan. Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari

46
air. Air dibutuhkan manusia untuk memenuhi berbagai kepentingan antara lain:
diminum, masak, mandi, mencuci dan pertanian. Diantara kegunaan-kegunaan air
tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk
keperluan minum air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak
menimbulkan penyakitan bagi manusia. 13,14

Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun


Kedua tangan kita sangat penting untuk membantu menyelesaikan berbagai
pekerjaan. Makan dan minum sangat membutuhkan kerja dari tangan. Jika tangan kotor
akan maka tubuh sangat berisiko terhadap masuknya mikroorganisme. Cuci tangan
dapat berfungsi menghilang/mengurangi mikroorganisme yang menempel di tangan.
Cuci tangan harus dilakukan dengan menggunakan air bersih dan sabun. Air yang tidak
bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan,
kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam
tubuh, yang bias menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan
membunuh kuman, karena tanpa sabun, maka kotoran dan kuman masih tertinggal di
tangan. 13,14

Menggunakan Jamban Sehat


Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoram
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa yang
dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. 13,14

Memberantas Jentik di Rumah


Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik
secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemberantasan jentik bermaksud untuk
membebaskan rumah dari jentik-jentik yang dapat dilakukan secara berkala.
Pemeriksaan jentik berkala adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan
nyamuk yang ada di dalam rumah seperti bak mandi/wc , vas bunga, tatanan kulkas,

47
dan lain-lain dan di luar rumah. Yang dilakukan secara teratur sekali dalam seminggu.
13,14

Makan Buah dan Sayur Setiap Hari


Semua sayur bagus dimakan, terutama sayuran yang berwarna (hijau tua, kuning
dan orange) seperi bayam, kangkung, daun katuk, wortel, selada hjau, atau daun
singkong. Semua buah bagus untuk dimakan, terutama yang bewarna (merah, kuning),
seperti mangga, papaya, jeruk, jambu biji, atau apel lebih banyak kandungan vitamin
dan mineral serta seratnya. Pilihan buah dan suyur yang bebas pestisida dan zat
berbahaya lainnya. Biasanya ciri-ciri sayur dan buah yang baik ada sedikit lubang
bekas dimakan ulat dan tetap segar. Pengolahan sayur dan buah yang tepat tidak
merusak atau mengurangi gizinya. Konsumsi buah dan suyur yang tidak merusak
kandungan gizinya adalah dengan memakannya dalam keadaan mentah atau dikukus.
Direbus dengan air akan melarutkan beberapa vitamin dan mineral yang terkandung
dalam sayur dan buah tersebut. Pemanasan tinggi akan menguraikan beberapa vitamin
seperti vitamin C. 13,14
Setiap anggota rumah tangga sebaiknya mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2
porsi sayuran. Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting, karena mengandung
vitamin dan mineral. 13,14

Melakukan Aktifitas Fisik Setiap Hari


Semua anggota keluarga sebaiknya melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit
setiap hari. Aktifitas fisik adalah Melakukan pergerakan anggota tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan
fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang
hari. Aktifitas fisik yang dapat dilakukan biasa berupa kegiatan sehari-hari, yaitu:
berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian, mencuci mobil, mengepel lantai, naik turun
tangga, membawa belanjaan, atau berupa olahraga, yaitu: push up, lari ringan,
berenang, bermain bola, senam, bermain tenis, yoga, fitness. 13,14

48
Aktifitas fisik dilakukan secara teratur paling sedikit 30 menit dalam sehari sehingga
dapat menyehatkan jantung, paru-paru serta alat tubuh lainnya. Jika lebih banyak waktu
yang digunakan untuk beraktifitas fisik maka manfaat yang diperoleh juga lebih banyak
jika kegiatan ini dilakukan setiap hari secara teratur maka dalam waktu 3 bulan kedepan
akan terasa hasilnya. 13,14
Gerak adalah ciri kehidupan. Tiada hidup tanpa gerak dan apa guna hidup bila tidak
mampu bergerak. Memelihara gerak adalah mempertahan hidup, meningkatkan
kemampuan gerak adalah meningkatkan kualitas hidup. Oleh karena itu, bergeraklah
gerak untuk lebih hidup, jangan hanya bergerak karena masih hidup. 13,14
Olahraga adalah serangakaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk
memelihara gerak dan meningkatkan kemampuan gerak. Seperti halnya makan, gerak
(Olahraga) merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya terus-terusan; artinya Olahraga
sebagai alat untuk mempertahankan hidup, memelihara dan membina kesehatan, tidak
dapat ditinggalakan, seperti halnya makan, olahragapun hanya dapat dinikmati dan
bemanfaat bagi kesehatan pada mereka yang melakukan kegiatan olahraga. Bila orang
hanya menonton olahraga, maka sama halnya dengan orang yang hanya menonton
orang makan, artinya ia tidak akan dapat merasakan nikmatnya berolahraga dan tidak
akan dapat memperoleh manfaat dari olahraga bagi kesehatannya. Olahraga merupakan
alat merangsang pertumbuhan dan perkembangan bagan fungsional jasmani, rohani
dan sosial. 13,14
Olahraga kesehatan adalah olahraga yang memelihara atau untuk meninngkatkan
derajat kesehatan dinamis, sehingga orang bukan saja sehat dikala diam (sehat statis)
tetapi juga sehat serta mempunyai kemampuan gerak yang dapat mendukung setiap
aktivitas dalam perikehidupannya sehari-hari yang bersifat rutin, maupun untuk
keperluan rekreasi dan atau mengatasi keadaan gawat darurat. Olahraga kesehatan
meningkatkan derajat sehat dinamis, pasti juga sehat statis, tetapi tidak dengan
sebaliknnya. Gemar borolahraga : mencegah penyakit, hidup sehat dan nikmat. Malas
berolahraga : mengundang penyakit. Tidak berolahraga : melantarkan diri sendiri. 13,14

49
Tidak Merokok di dalam Rumah
Setiap annggota keluarga tidak boleh merokok. Rokok ibarat pabrik bahan kimia.
Dalam satu batang rokok yang dihisap akan di keluarkan sekitar 4.000 bahan kimia
berbahaya, diantarnya adalah nikotin, tar. Nikotin menyebabkan ketagihan dan
merusak jantung dan aliran darah. Tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan
kanker. 13,14
Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin dengan sekecil
apapun walaupun itu cuma 1 batang dalam sehari. Atau orang yang menghisap rokok
walau hanya sekedar coba-coba dan cara menghisap rokok cuma sekedar
menghembuskan asap walau tidak diisap masuk kedalam paru-paru. Perokok pasif
adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang lain. Rumah
merupakan tempat berlindung termasuk dari asap rokok. Perokok pasif harus berani
menyuarakan haknya tidak menghirup asap rokok. 13,14
Perilaku hidup bersih dan sehat, yang menjadi kebutuhan dasar derajad keeshatan
masyarakat ,salah satu aspeknya adalah “tidak ada anggota keluarga yang merokok”.
Sedangkan PHBS harus menjadi kewajiban dan para kader kesehatan untuk
mensosialisasikan. Setiap kali menghirup asap rokok, baik sengaja maupun tidak,
berarti juga mengisap lebih dari 4.000 macam racun. Karena itulah, merokok sama
dengan memasukkan racun-racun tadi ke dalam rongga mulut dan tentunya paru-paru.
Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak
penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik cara langsung maupun
tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi
orang yang disekitarnya. Saat ini jumlah perokok, terutama jumlah perokok remaja
terus bertambah. Keadaan ini merupakan tantangan berat bagi upaya peningkatan
derajad kesehatan masyarakat. Bahkan organisasi kesehatan dunia telah memberikan
peringatan bahwa dalam dekade 2020-2030 tembakau akan membunuh 10 juta per
tahun, 70% diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. 13,14

Tabel 7. Identifikasi Masalah

50
KOMPONEN KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
INPUT MAN - Kurangnya sumber daya petugas Promkes pelaksana
program

- Kurangnya dukungan lintas sektor


MONEY Kurangnya dukungan sumber dana terhadap kelurahan
siaga dari kelurahan setempat
MATERIAL Kurangnya penggalangan kemitraan dengan ormas, instansi
pendidikan, instansi kerja, dan tempat-tempat umum.
METODE Penyebaran informasi tentang kelurahan siaga dan rumah
tangga ber PHBS belum merata
MARKETING Kurangnya kordinasi dgn lintas program dalam rangka
pengawasan dan pemantauan program
LINGKUNGAN Tingkat pengetahuan & pendidikan masyarakat mengenai
rumah tangga ber PHBS masih rendah
PROSES P1 Tidak ada masalah
P2 Tidak ada masalah
P3 Tidak masalah

Dari tabel identifikasi masalah dengan analisis pendekatan sistem ditemukan


masalah-masalah sebagai berikut:
a) Kurangnya sumber daya petugas Promkes pelaksana program
b) Kurangnya dukungan sumber dana terhadap kelurahan siaga dari kelurahan
setempat
c) Kurangnya dukungan lintas sektor
d) Kurangnya penggalangan kemitraan dengan ormas, instansi pendidikan, instansi
kerja, dan tempat-tempat umum.

51
e) Kurangnya kordinasi dgn lintas program dalam rangka pengawasan dan
pemantauan program.
f) Penyebaran informasi tentang kelurahan siaga dan rumah tangga ber PHBS belum
merata
g) Tingkat pengetahuan & pendidikan masyarakat mengenai rumah tangga ber PHBS
masih rendah
Dari masalah-masalah diatas dapat dilakukan analisis penyebab maslah
menggunakan tabel paired comparison sebagai berikut:

Tabel 8. Tabel Paired Comparison


A B C D E F G Total
A B C D A F A 2
B B D B B B 4
C D E F G 0
D D D D 3
E F E 1
F F 1
G 0

Total Vertikal 0 1 1 3 1 3 1
Total Horizontal 2 4 0 3 1 1 0
Total 2 5 1 6 2 4 1

Dari hasil identifikasi masalah berdasarkan tabel paired comparison ditemukan


urutan prioritas masalah yang harus diselesiakan sebagai berikut:
D. Kurangnya penggalangan kemitraan dengan ormas, instansi pendidikan, instansi
kerja, dan tempat-tempat umum

52
B. Kurangnya dukungan sumber dana terhadap kelurahan siaga dari kelurahan
setempat
3. Penyebaran informasi tentang kelurahan siaga dan rumah tangga ber PHBS belum
merata
A. Kurangnya sumber daya petugas Promkes pelaksana program
E. Kurangnya kordinasi dgn lintas program dalam rangka pengawasan dan
pemantauan program.
C. Kurangnya dukungan lintas sector
G. Tingkat pengetahuan & pendidikan masyarakat mengenai rumah tangga ber PHBS
masih rendah
Setelah dilakukan identifikasi masalah dengan menggunakan tabel paired
comparison dilakukan penghitungan nilai kumulatif untuk menyelesaikan suatu
masalah, yang dapat dihitung menggunakan tabel sebagai berikut:17

Tabel 9. Tabel Nilai Kumulatif


D 6 6/21 x 100% 28.57% 28,57%
B 5 5/21 x100% 23.81% 52.39%
F 4 4/21 x100% 19.05% 71.44%
A 3 3/21 x100% 14.28% 85,74%
E 2 2/21 x100% 9.52% 95,26%
C 1 1/21 x 100% 4.76% 100%
G 0 0/21 x 100% 0% 100%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan nilai kumulatif untuk menyelesaikan suatu masalah yang berupa
strata pratama kelurahan siaga aktif, rumah tangga ber PHBS, Jumlah sekolah, TTU
dan tempat-tempat kerja yg dilakukan pembinaan di wilayah kerja Puskesmas
Sangurara cukup menyelesaikan 3 penyebab karena penyebab tersebut belum mencapai
80%, diantarannya adalah :

53
D. Kurangnya penggalangan kemitraan dengan ormas, instansi pendidikan, instansi
kerja, dan tempat-tempat umum
B. Kurangnya dukungan sumber dana terhadap kelurahan siaga dari kelurahan
setempat
F. Penyebaran informasi tentang kelurahan siaga dan rumah tangga ber PHBS belum
merata
Dari hasil identifikasi masalah, analisis penyebab masalah dan nilai kumulatif
untuk menyelesaikan suatu masalah dapat dibuat Plan Of Actio (POA) sebagia
berikut:17

Tujuan Kegiatan Sasaran Wakt PIC


u
Meningkatkan Mengadakan pertemuan dengan salah satu atau Ormas, Bulan Petugas
penggalangan beberapa ormas untuk membahas kelurahan Bersama Desem Promkes
kemitraan siaga, serta memeberikan penjelasan tentang tokoh ber &

54
dengan ormas, tujuan kel siaga yang semata-mata untuk masyarakat Kepala
instansi meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat dan PKM
pendidikan, pendidikan yang pada hakikatnya adalah kelurahan serta staf
instansi kerja, investasi bagi terciptanya sumber daya manusia setempat terkait
dan tempat- berkualitas, yg selanjutnya akan mendorong
tempat umum. pertumbuhan ekonomi dan menurunkan
kemiskinan.
Mengadakan pertemuan dan sosialisasi dengan Kepala Bulan Petugas
beberapa sekolah yang rencana nya akan dibina, sekolah Desem Promkes
memberikan penjelasan tentang sekolah sehat, derta guru ber serta
UKS bagi siswa, green house serta kantin sehat sekolah staf
dan pentingnya sosialisasi peran serta UKS yang terkait
perihal tentang cara sikat gigi yang benar, bersangkut
kecacingan, diare & DBD pada siswa SD dan an
kesehatan reproduksi, PMS, HIV/AIDS dan
NAPZA pada siswa SMP dan SMA.

Mengadakan sosialisasi dan pertemuan dengan Pemilik Bulan Petugas


beberapa tempat kerja yang rencananya akan tempat Desem Promkes
dibina memberikan penjelasan tentang kesehatan kerja dan ber ,Kesling
kerja dikantor, pengolahan limbah bekas pakai pekerjanya , PM.
agar tidak mencemari lingkungan pada pabrik dan kepala
serta pencegahan terjadi KLB diare akibat RT/RW
pengolahan makanan yang tidak bersih pada setempat
pabrik makanan khususnya home industri.
Mengadakan sosialisasi tentang pentingnya pemilik Bulan Petugas
menjaga kebersihan makanan yg akan stan pasar, Desem Promkes
dikonsumsi, menjelaskan bahaya jika pasar penegelola ber ,Kesling
kotor akan memuncukan banyak vektor pasar baik , PM.
yang menjadi tempat penularan penyakit. pemerinta
h maupun
swasta
Mengadakan sosialisasi tentang pentingnya Tokoh
menjaga kebersihan tempat-tempat umum masyarakt,
terutama saluran dan kamar mandi, imam
pentingnya melakukan pencegahan DBD di mesjid,

55
tempat-tempat ibadah yang merupakan pendeta,
tempat dimana banyak orang bersinggah. dan
pemuka
agama
serta
masyakara
k setempat
Meningkatkan Menggadakan pertemuan dan sosialisasi Tokoh Bulan Petugas
dukungan tentang usaha-usaha yang dapat dilakukan masyarakt, Dese Promke
sumber dana perilhal pemberian dukungan sumber dana kepala
mber s,
untuk kegiatan kesehatan kelurahan siaga kelurahan,
terhadap
aktif. dan kepala
kelurahan siaga masyaraka PKM
dari kelurahan t serta
serta
setempat kader
staf
terkait
Melakukan meningkatkan akses informasi dan edukasi masy Bulan Petugas
peningkatan
kepada masyakarakat tentang rumah tangga ber arakat Dsem Promkes
akses informasi
dan edukasi PHBS melalui penyebarluasan informasi melalui luas, ber , dan staf
kepada
berbagai saluran. ormas terkait
mesayarakat
tentang rumah ,
tangga ber
pemer
PHBS
intah
setem
pat

56
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes R.I. Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005. Tentang Pedoman


Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas. Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.2008
2. Kemenkes R.I. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan Panduan bagi
Petugas Kesehatan DI Puskesmas. 2011
3. Pengelola Promosi Kesehatan Puskesmas Sangurara. Rancangan Pedoman
Pelayanan Program Promosi Kesehatan di UPTD Urusan Puskesmas Sangurara.
2016.

57
4. Kemenkes R.I. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan 2014.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2015
5. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Tingkat Puskesmas (SP2TP). 2015.
6. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Tingkat Puskesmas (SP2TP). 2016.
7. Martunus, Peran Pelaksana Usaha Kesehatan Sekolah Dalam Kesehatan Anak SD
Negeri No. 026 Simpang Tiga Kecamatan Loa Janan ILIR. Universitas
Mulawarman. 2013.
8. Kemenkes RI. Nomor 288/Menkes/SK/III/2003. Tentang pedoman penyehatan
sarana dan bangunan umum. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.2003.
9. Sugiharto, Mugeni., Widjiartini. Analisis Pencapaian Target Program Promosi
Kesehatan Menurut Jenis Puskesmas Di Kabupaten Tuluagung. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan. Vol. 15. No.4 Oktober 2012. 369-380.
10. Kemenkes. R.I. Petunjuk Teknis Penghitungan Biaya Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif. Jakarta. 2010
11. Putri, W.Y.P., Mindarti, L.I., Shobaruddin, M. Pelaksanaan Program Kelurahan
Siaga Aktif Dalam Mewujudkan Kemandirian Masyarakat. Jurnal Administrasi
Publik (JAP), Vol. 3. No. 10. Hal 1771-1775.
12. Kemenkes RI. Ayo ke POSYANDU Setiap Bulan. Buku Pegangan Kader
POSYANDU. Kementeria Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta : 2012
13. Kemenkes RI,2011. Peraturan mentri kesehatan republik indonesia NOMOR:
2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang pedoman pembinaan perilaku hidup bersih
dan sehat. Kemenkes RI tahun 2011. Jakarta
14. Departemen Kesehatan RI. 2008. Panduan Promosi Kesehatan dalam Pencapaian
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga. Jakarta.

58

Anda mungkin juga menyukai