PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Promkes adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong
diri sendiri,mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.1
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.3
Pembangunan kesehatan yang selama ini kita laksanakan telah banyak
menghasilkan kemajuan di bidang kesehatan masyarakat. Angka Kematian Ibu
(AKI) melahirkan telah menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2004 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Prevalensi gizi
kurang pada balita telah menurun dari 25,8% pada akhir tahun 2003 menjadi
18,4% pada tahun 2007. Angka Kematian Bayi (AKB) telah menurun dari 35 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2007.2
Sejalan dengan itu, Umur Harapan Hidup (UHH) pun telah meningkat dari
66,2 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada tahun 2007. Upaya kesehatan
masyarakat mengalami peningkatan kinerja. Cakupan rawat jalan sudah mencapai
15,26% pada tahun 2008. Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
meningkat dari 77,23% pada tahun 2007 menjadi 80,36% pada tahun 2008. Begitu
pun cakupan pelayanan antenatal (K4) telah meningkat dari 79,65% pada tahun
2007 menjadi 86,04% pada tahun 2008. Sedangkan cakupan kunjungan neonatal
1
meningkat dari 78% pada tahun 2007 menjadi 87% pada tahun 2008. Pelayanan
kesehatan dasar di Puskesmas secara cuma-cuma bagi keluarga miskin telah
mencapai target, yaitu 100%.2
Upaya kesehatan perorangan juga mengalami peningkatan dan beberapa telah
mencapai target, bahkan melebihi target. Jumlah rumah sakit yang melaksanakan
pelayanan gawat darurat telah meningkat dari 88% pada tahun 200 menjadi 90%
pada tahun 2008. Jumlah rumah sakit yang melaksanakan PONEK meningkat dari
183 rumah sakit (42% pada tahun 2007 menjadi 265 rumah sakit (60%) pada tahun
2008. Jumlah rumah sakit yang terakreditasi meningkat dari 702 rumah sakit
(54,33%) pada tahun 2007 menjadi 760 rumah sakit (58,8%) pada tahun 2008.
Cakupan pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin di rumah sakit juga telah
mencapai 100%. Pemanfaatan rumah sakit meningkat cukup besar, yaitu dari
15,1% pada tahun 1996 menjadi 33,7% pada tahun 2006, sehingga contact rate pun
meningkat dari 34,4% pada tahun 2005 menjadi 41,8% pada tahun 2007.2
Program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular pun mengalami
peningkatan.Cakupan nasional program imunisasi menunjukkan peningkatan yang
cukup bermakna. Cakupan nasional imunisasi tahun 2008 adalah BCG 93,4%,
DPT-HB3 91,6%, HB 59,2%, Polio 90,2%, dan Campak 90,8%. Sementara itu,
program perbaikan gizi masyarakat juga meningkat kinerjanya. Pemberian Kapsul
Vitamin A pada anak balita usia 6-59 bulan mencapai 85% (melampaui target
80%). Pemberian Tablet Tambah Darah pada ibu hamil telah mencapai 75% dari
target 80%. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan terjadinya perbaikan status gizi
anak balita. Demikian juga penurunan prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun
2007 menajdi 4,9% pada tahun 2010.2
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia
Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat
melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.3
2
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu
paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional;
1) pilar paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan
dalam pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan
masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi
peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendektatan continuum of
care dan intervensi berbasis risiko kesehatan; 3) sementara itu jaminan kesehatan
nasional dilakukan dengan stratgei perluasan sasaran dan benefit serta kendali
mutu dan kendali biaya.3
Berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (LAPKIN) tahun 2014 Realisasi indikator Rumah tangga Ber-
PHBS tahun 2014 sebesar 56,6% atau capaian kinerjanya sebesar 84,71% lebih
rendah dari target sebesar 70%. Jika dibandingkan dengan tahun 2013, realisasi
capaian indicator Rumah Tangga Ber-PHBS mengalami kenaikan sebesar 2,8%.
Sementara dalam 5 tahun terdapat kenaikan 12,97% dengan rata-rata 2,59 %
pertahun.4
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pada tahun 2015 Puskesmas Sangurara
melakukan pemantauan PHBS terhadap 5 kelurahan yang ada di wilayah
Puskesmas Sangurara, 11.976 jumlah rumah tangga, yang dipantau 400 (3.3%),
dan yang melaksanakan PHBS yaitu 297 rumah tangga sebesar 74.3%.
Dari data yang telah dipaparkan di atas, masalah yang ditemukan pada
pemantauan PHBS, jadi rencana pemecahan masalah yang akan saya bahas dalam
laporan ini adalah Rumah Tangga ber PHBS.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS SANGURARA
2.1.3. Pemerintahan
Puskesmas Sangurara adalah salah satu Puskesmas di Kota Palu yang terletak di
Kecamatan Tatanga, dengan luas wilayah kerja + 13,69 km2 dan terbagi ke dalam 5
5
kelurahan yang terdiri dari 31 RW dan 100 RT.
Adapun penyebaran jumlah RW dan RT terhadap luas wilayah dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :5
4
Tabel .1
Distribusi Penduduk menurut Kelurahan di Wilayah Kerja
Puskesmas Sangurara Tahun 2015
Luas Kepadatan
Jumlah R
No Kelurahan Wilayah RT Penduduk
Penduduk W
(Km2) (Km2)
1 Donggala Kodi 2,36 9151 5 23 38.78
2 Balaroa 2,38 14772 9 32 64.00
3 Duyu 6,16 7672 5 8 12.45
4 Boyaoge 1,57 8491 4 10 54.08
5 Nunu 1,22 8460 8 27 69.34
Jumlah 13,67 48.546 31 100 35
Sumber : data BPS Tahun 2015
2.2. KEPENDUDUKAN
2.2.1. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah Penduduk di wilayah Puskesmas Sangurara tahun 2015 berdasarkan data
dari BPS Kota Palu adalah 48.546 jiwa. Dibanding tahun 2014 berjumlah (51.431 jiwa)
terjadi penurunan jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Sangurara sebanyak 2885
jiwa dari tahun 2014. 5
5
Tabel. 2
Pertumbuhan Penduduk di wilayah Puskesmas Sangurara
dari tahun 2011 sampai dengan 2015 dapat dilihat pada tabel berikut :
6
2.2.2. Distribusi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sangurara Tahun 2015 adalah
48.546 dengan penduduk yang berjenis kelamin laki - laki berjumlah 24.670 jiwa dan
yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 23.876 jiwa. Jumlah penduduk ini
terdistribusi pada 5 kelurahan dengan jumlah penduduk yang terbanyak adalah
Kelurahan Balaroa dengan jumlah penduduk 14.772 jiwa dan yang terendah adalah
kelurahan Duyu yaitu 7.672 jiwa.5
Komposisi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sangurara tahun 2015
berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut;5
Tabel. 3
Distribusi Penduduk Wilayah Puskesmas Sangurara
Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2015
Kelompok
Jenis Kelamin Jumlah %
Umur
Laki-laki Perempuan
0-4 1427 1314 2741 5,65
5-9 1576 2324 4900 10,1
10-14 2668 2514 5182 10,7
15-19 2171 2130 4301 8,9
20-24 2163 2121 4284 8,82
25-29 2345 2365 4710 9,7
30-34 2383 2233 4616 9,5
35-39 2126 2055 4181 8,6
40-44 1722 1763 3485 7,2
45-49 1504 1592 3096 6,4
50-54 1237 1135 2396 5
55-59 920 883 1803 3,7
60-64 634 592 1226 2,5
65-69 379 385 764 1,6
70-74 252 261 513 1,1
75+ 163 209 372 0,76
Total 24.670 23.876 48.546 100
Sumber : BPS Kota Palu
7
Berdasarkan tabel .3 menunjukkan bahwa komposisi penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Sangurara tahun 2015 masuk dalam klasifikasi penduduk muda. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah penduduk yang berusia 25-29 tahun lebih tinggi (9,7 %),
dibandingkan jumlah penduduk lansia (75+ tahun) yang sangat rendah ( 0,76 %).5
Distribusi penduduk menurut jenis kelamin di Puskesmas Sangurara pada tahun
2015 yaitu jumlah penduduk laki-laki 24.670 jiwa (51%) dan penduduk perempuan
23.876 jiwa (49%) yang berarti jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih
banyak dibandingkan jumlah Penduduk yang berjenis kelamin perempuan.5
Berikut gambaran perbandingan jumlah penduduk perempuan dan laki-laki di
wilayah kerja Puskesmas Sangurara tahun 2015.5
8
Sumber : BPS Kota Palu
Grafik 3. Distribusi Penduduk Menurut Pengelompokan Umur di Wilayah Kerja
Puskesmas Sangurara Tahun 2015.
9
Tabel . 4
Data Kependudukan di Wilayah Puskesmas Sangurara
Tahun 2015
5 Puskesmas
Boyaoge 1,22
13,69 8,9
100 8460
48.546 17,4
100 69.34
35 1156
6.420 1338
8.389
SumberNunu
: Data Kelurahan Tahun 2015
2020
2.3. SOSIAL EKONOMI
2.3.1. Beban Tanggungan
Ratio beban tanggungan diperlukan untuk mengetahui beban tanggungan
ekonomi suatu daerah. Tingginya ratio beban tanggungan suatu daerah merupakan
faktor penghambat pembagunan ekonomi karena sebagian besar pendapatan yang
diperoleh golongan produktif harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan golongan
yang tidak produktif.5
10
2.3.3. Mata Pencaharian
Ditinjau dari mata pencaharian masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Sangurara sebagian besar bermata pencaharian adalah petani, buruh, tukang, pedagang,
pegawai negeri.5
Tabel .5
Sarana Pendidikan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sangurara Tahun 2015
Sarana pendidikan
No Kelurahan Jumlah
TK SD SMP SMA
1 Dgl. Kodi 1 3 - - 4
2 Balaroa 3 4 - - 7
3 Duyu 2 3 2 3 9
4 Boyaoge 2 4 - - 6
5 Nunu 2 5 3 3 11
Jumlah 10 19 5 6 37
Sumber : Data Sekolah
11
2.4. PENYULUHAN
Perubahan perilaku masyarakat dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat
menjadi tugas utama promosi kesehatan. Sedangkan promosi kesehatan itu sendiri
merupakan suatu upaya untuk memberdayakan masyarakat agar memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya. Disamping itu, diperlukan dukungan
politis dari pemerintah daerah untuk merubah perilaku masyarakat.5
Perilaku erat kaitannya dengan sikap, kebiasaan, kemampuan, potensi dan faktor
budaya. Oleh karena itu perilaku kesehatan adalah hal-hal yang dilakukan oleh manusia
yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan kemampuan yang dapat berdampak positif
atau negatif terhadap kesehatan.5
12
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan suatu program promosi kesehatan
yang menekankan pentingnya arti perubahan perilaku masyarakat menuju derajat
kesehatan yang lebih baik. Perubahan ini mengarah pada pencegahan penyakit lebih
baik daripada pengobatan dan rehabilitasi penyakit.5
Indikator peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan
secara umum dan perilaku hidup bersih dan sehat secara khusus yaitu data yang
mendukung adanya perubahan pada beberapa tatanan dalam masyarakat.5
Perubahan dalam tatanan masyarakat tentunya tidak akan terjadi dengan
sendirinya tanpa sentuhan-sentuhan penyuluhan yang memberikan pengertian dan
pemahaman kepada masyarakat tentang arti pentingnya PHBS.5
Pada tahun 2015 Puskesmas Sangurara melakukan pemantauan PHBS terhadap
5 kelurahan yang ada di wilayah Puskesmas Sangurara, 11.976 jumlah rumah tangga,
yang dipantau 400 (3.3%), dan yang melaksanakan PHBS yaitu 297 rumah tangga
sebesar 74.3%. 5
13
Sumber : Data SP2TP Puskesmas Sangurara Thn 2015
Grafik 4. Jumlah Kematian Ibu Melahirkan di Puskesmas Sangurara.
Pada grafik. 4, menunjukkan bahwa pada tahun 2011 tercatat 2 kematian karena
Persalinan. Pada tahun 2012 tercatat 2 kematian yaitu meninggal karena Eklampsia.
Pada tahun 2013 tercatat 4 kematian, yaitu 2 orang meninggal karena Emboli Air
Ketuban, 1 orang meninggal karena Eklampsi, 1 orang meninggal karena Ruftur Uteri.
Dan pada tahun 2014 sebanyak 2 orang yaitu dikelurahan Donggala Kodi. Pada tahun
2015 sebanyak 4 orang. Ini membuktikan bahwa masih tingginya angka kematian pada
ibu. Diharapkan untuk para Bidan dan tenaga kesehatan agar lebih ditingkatkan dalam
hal pengawasan ibu hamil maupun persalinan.5
14
tingkat pelayanan antanental, kondisi lingkungan dan status ekonomi, serta
keberhasilan KB. Angka kematian bayi juga merupakan salah satu cermin dalam
pelayanan kebidanan dengan melihat besar kecilnya angka kematian bayi dapat
diperkirakan baik buruknya bentuk pelayanan kesehatan disuatu wilayah kerja
puskesmas Sangurara.5
Jumlah lahir hidup pada tahun 2015 sebanyak 925 orang. Jumlah kematian bayi
(IMR) di wilayah Puskesmas Sangurara tahun 2015 adalah sebanyak 4 kematian (0,49
%) dengan rincian 2 orang meninggal karena kelainan bawaan (jantung) berjenis
kelamin perempuan di kelurahan Nunu,1 orang meninggal di kelurahan Boyaoge
karena kelainan bawaan (Bibir Sumbing) berjenis kelamin laki-laki,1 orang meninggal
karena ISPA berjenis kelamin perempuan di kelurahan Balaroa. Gambaran jumlah
kematian bayi baru lahir di Puskesmas Sangurara dari tahun 2011 sampai dengan tahun
2015 dapat dilihat pada grafik di bawah ini :5
15
Pada grafik. 4, menunjukkan bahwa selama 4 tahun yaitu dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2015 angka kematian bayi baru lahir dan bayi mati berfluktuasi namun
cenderung meningkat. Dan ditahun 2015 angka kematian menurun dari tahun 2013.
Hal ini membuktikan bahwa tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, kondisi
lingkungan dan status ekonomi baik sangat mempengaruhi kematian bayi, diharapkan
ditahun-tahun kedepan angka kematian bayi tidak ada.5
Sehingga peningkatan mutu pelayanan pengetahuan ibu hamil dan peningkatan
status gizi bumil sangat pelu ditingkatkan agar kematian bayi tersebut dapat ditekan
demi tercapainya derajat kesehatan yang optimal.5
16
Tabel. 6
Angka Kematian kasar (CDR) Menurut Golongan Umur
Di Wilayah Puskesmas Sangurara
Tahun 2011 s/d 2015
Golonga Jumlah kematian (Tahun) Kematian per 1000/ penduduk
N
n umur
o 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015
(Tahun)
1 <1 0 6 10 3 21 0 0.12 0.08 0.05 0.43
2 1 - 4 0 1 0 1 5 0 0.02 0 0.01 0.10
3 5 - 24 3 7 7 2 6 0.06 0.14 0.06 0.03 0.12
4 25 - 44 20 14 14 22 21 0.44 0.29 0.12 0.43 0.43
5 45 - 64 10 54 54 87 48 0.22 1.11 0.47 1.69 0.98
6 > 65 55 28 28 61 74 1.2 0.5 0.25 1.18 1.52
TOTAL 118 110 113 176 175 1.92 2.18 0.98 3.39 3.60
Sumber : Data SP2TP Puskesmas Sangurara Thn 2015
Dibandingkan dengan tahun 2014 dan tahun 2015 sebanyak 176 kematian. Hal
ini terlihat bahwa angka kematian di Puskesmas Sangurara tahun 2015 cenderung
meningkat. Hal ini dapat mencerminkan bahwa keadaan derajat kesehatan masyarakat
di wilayah Puskesmas Sangurara masih kurang,.ini ditandai masih tingginya angka
kematian pada penduduk.5
17
sebanyak 7 SD, dan yang melaksanakan kegiatan UKGS yaitu 19 SD, dengan jumlah
murid 4367 orang. Jumlah murid yang diperiksa kesehatan gigi sebanyak 496 murid.
Dari 496 murid yang diperiksa yang perlu perawatan sebanyak 284 murid dan yang
mendapat perawatan selama tahun 2015 sebanyak 65 murid (22.9%). Kecilnya jumlah
murid yang mendapat perawatan disebabkan karena terbatasnya peralatan medis yang
dimiliki oleh petugas. Diharapkan untuk tahun berikutnya semua murid yang perlu
perawatan akan mendapatkan perawatan.5
Sedangkan UKS di sekolah dengan sasaran 19 SD dan setingkatnya (SD kelas I),
dengan jumlah murid 766 orang,yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 766
orang (100%). Ini menunjukkan bahwa UKS yang dilakukan selama tahun 2015 cukup
baik di wilayah Puskesmas Sangurara.5
18
2.5.5. Rabies
Rabies adalah penyakit menular akut dari susunan syaraf pusat yang disebabkan
oleh infeksi virus rabies. Sumber penularan anjing gila di Indonesia adalah anjing,
kucing, dan kera. Pada hewan-hewan berdarah panas dan manusia, penyakit ini selalu
berakhir dengan kematian.5
Berdasarkan data yang telah dihimpun oleh Pengelola Surveillance Puskesmas
Sangurara tahun 2015, Kasus Rabies tidak ada penderita.5
2.5.6. Malaria
Malaria adalah penyakit yang telah lama dikenal masyarakat baik gejala maupun
pengobatannya serta cara penyebarannya. Malaria disebabkan oleh plasmodium
malarie dan vektor penyebab penyakti malaria adalah nyamuk anopheles.5
Pada sejumlah penderita malaria, diperkirakan terjadi kembali morbidity 20 – 30
% bila dapat sembuh, pasien bisa mengalami episode haemolisis ladi pada kesempatan
terkena infeksi malaria yang lain/berikutnya.5
Penderita malaria klinis tidak ada kasus di Puskesmas Sangurara selama tahun
2015.5
Suatu program kerjasama internasional yang tepadu untuk memberantas penyakit
malaria telah berhasil menekan angka kesakitan penderita malaria. Namun timbulnya
nyamuk Anopheles yang resisten terhadap Insektisida, Plasmodium yang resisten
terhadap obat, hambatan adminstratif / Sosial ekonomi dan gerakan populasi dunia
yang begitu mobile, pada muaranya menyebabkan suatu langkan mundur dalam usaha
pemberantasan penyakit ini, dan saat ini dita diperhadapkan pada trend come backnya
penyakit malaria di tengah masyarakat.5
Pada tahun 2015, tidak ada penderita malaria klinis. Penderita malaria di dapat
dilihat pada grafik berikut :5
19
Sumber : Laporan SP2TP Puskesmas Sangurara Thn 2015
Grafik 6. Jumlah Penderita Malaria di Puskesmas Sangurara Tahun 2011 s/d 2015
Pada grafik 6. terlihat bahwa di tahun 2011 terdapat penderita malaria klinis
sebanyak 5 orang, dan ditahun 2012 terjadi penurunan dan pada tahun 2013 terjadi
peningkatan sebanyak 3 penderita, dan di tahun 2014 dan tahun 2015, tidak ada
penderita malaria klinis.5
20
posyandu lansia dan mendapat pelayanan 3389 orang (99.68%) dengan penyakit yang
terbanyak hipertensi dan alergi.5
21
BAB III
PEMBAHASAN
Dari data yang telah didapatkan di SP2TP Puskesmas Sangurara pada tahun 2016
menunjukkan bahwa dari 19 sekolah SD di Wilayah Kerja Puskesmas Sangurara 19
SD memiliki UKS, begitupun dari 5 SMP yang terdapat kelimanya memiliki UKS dan
dari 6 SMA yang terdapat keenamnya memiliki UKS. 6
Grafik 7. Jumlah sekolah yang memiliki UKS di Wilayah Kerja Puskesmas Sangurara
Periode Januari s/d Oktober 2016
22
kesehatan anak didik, dan secara organisasi sekolah berada dibawah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.7
Bersama-sama membina kesehatan masyarakat sekolah, dengan jalan meningkatkan
dan mengembangkan kegiatan-kegiatan dalam bidang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS),
demi pembinaan rakyat pada umumnya.
Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan UKS perlu diperhatikan :7
1. Menjalin hubungan dan kerjasama dengan lembaga-lembaga kesehatan setempat :
Rumah sakit, Perguruan Tinggi khususnya Fakultas kedokteran, PMI, Puskesmas, dan
lain-lain.
2. Menjalin hubungan dan kerjasama dengan tenaga-tenaga medis seperti dokter, perawat
dan lain-lain. Disamping itu sekolah juga harus menyiapkan tenaga-tenaga gurunya
untuk mendapatkan pengertian praktis tentang kesehatan masyarakat sekolah dan rakyat
pada umumnya.
23
4 SD dari 19 SD merupakan termasuk sekolah SD yang menjadi binaan dan masuk
kategori sekolah sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Sangurara tahun 2016, untuk SMP
nya tercatat dari 5 sekolah yang ada hanya 1 sekolah yang menjadi binaan Puskesmas
Sangurara dan termasuk sekolah sehat. Untuk SMA sendiri ada 2 sekolah yang menjadi
sekolah binaan dan termasuk sekolah sehat.6
Dalam pasal 45 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
disebutkan, kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat, sehingga peserta didik dapat
belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas.7
Usaha Kesehatan Sekolah di bina oleh Dokter Puskesmas, sedangkan pelaksanaannya
menjadi tugas para guru. Seorang dokter puskesmas, jangan hanya terpusat di sekitar
puskesmas tetapi juga harus menjalin kerja sama dengan pihak di luar puskesmas.
Misalnya, dengan para guru untuk melaksanakan UKS. Sebenarnya kelembagaan UKS
memiliki Tim Pembina mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, kota, provinsi sampai
tingkat pusat. Tetapi tidak semua tim berjalan. Setiap minggu, dokter puskesmas harus
keliling di wilayah binaan Puskesmas. Dokter kecil di sekolah dibina, kemudian dia bisa
membina teman-temannya.7
Pendidikan Kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi dan atau mengajak orang
lain, baik individu, kelompok atau masyarakat, agar melaksanakan perilaku hidup sehat,
karena tingkat kesehatan merupakan salah satu faktor yang menentukan indeks
pembangunan manusia. Tingkah laku yang diharapkan dalam pendidikan kesehatan ini
adalah yang menunjang cara hidup sehat, baik manusia sebagai perorangan maupun
sebagai kelompok masyarakat, oleh karena pendidikan kesehatan sangatlah penting untuk
menunjang setiap program kesehatan yang direncanakan. Tetapi seperti yang kita tahu,
bahwa pelaksanaan pendidikan ini, baik di negara maju maupun berkembang mengalami
berbagai hambatan dalam rangka pencapaian tujuannya, yakni mewujudkan perilaku hidup
sehat bagi masyarakatnya. Hambatan yang paling besar dirasakan adalah faktor
pendukungnya, yakni yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
24
kesehatan gigi bagi masyarakat itu sendiri, misalnya : air bersih, tempat pembuangan
sampah, ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya.7
Pendidikan kesehatan yang menyentuh langsung pada sasaran adalah salah satunya
melalui penyuluhan dengan tema : Kesehatan gigi dan mulut, Kebersihan badan, Kesehatan
dalam berpakaian. Dan pelayanan kesehatan yang seyogyanya dilakukan adalah : P3K,
Pembinaan lingkungan sekolah sehat.7
P3K adalah bantuan pertama yang diberikan kepada orang yang cedera akibat
kecelakaan sebelum ditangani oleh tenaga medis dengan sasaran menyelamatkan nyawa,
menghindari cedera atau kondisi yang lebih parah dan mempercepat penyembuhan.
Pertolongan pertama mempuyai makna tindakan yang pertama sebelum korban dibawa ke
fasilitas kesehatan yang lebih baik, sehingga tujuan dari P3K sesungguhnya adalah :
mencegah agar cedera yang timbul tidak lebih parah, menghentikan pendarahan, mencegah
nyeri dan menjamin fungsi saluran nafas, sehingga korban dapat terselamatkan dari bahaya
maut semaksimal mungkin. Ada juga korban tidak hanya mengalami trauma sejenis, tetapi
25
juga kompleks sehingga penolong pun diharuskan untuk mampu memberikan pertolongan
sekaligus ataupun sesuai yang mengancam nyawa.7
Program UKS terdiri dari Trias UKS, yaitu Pendidikan Kesehatan yang diintegrasikan
dengan semua mata pelajaran, Pelayanan Kesehatan di sekolah dengan adanya poliklinik
(bagi sekolah yang mampu), serta Pembinaan lingkungan sekolah sehat.7
Selain itu untuk menciptakan suatu kondisi sekolah yang sehat, sekolah harus
memenuhi kriteria, antara lain kebersihan dan ventilasi ruangan, kebersihan kantin, WC,
kamar mandi, tempat cuci tangan, melaksanakan pelayanan kesehatan, pendidikan
kesehatan, bimbingan konseling dan manajemen peran serta masyarakat. Program tersebut
dapat dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan. Agar pelaksanaan program ini
berjalan dengan baik, sekolah perlu bekerja sama dengan tim Pembina UKS kecamatan
dan masyarakat di sekitar sekolah.7
Program UKS tersebut sangat erat kaitannya dengan program bidang pendidikan,
dimana dalam UU No.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan, bahwa
tujuan pendidikan nasional ialah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia seutuhnya. Mencermati tujuan pendidikan nasional itu, maka melalui kegiatan
UKS ini diharapkan dapat membentuk manusia yang sehat, yaitu sehat fisik, mental dan
sosial sehingga bisa menjadi SDM yang potensial dalam pembangunan bangsa dan
negara.7
Pada tahun 2016 jumlah tempat – tempat umum yang terdapat di Wilayah Kerja
Puskesmas Sangurara adalah Pasar sebanyak 4 buah, Hotel atau penginapan tidak ada,
terminal tidak ada dan tempat ibadah sebanyak 36 buah. Dari 4 buah pasar yang
terdapat hanya 1 pasar yang menjadi binaan dan dari 36 buah tempat ibadah yang
menjadi binaan adalah 3 buah.6
26
Grafik 10. Jumlah Tempat Umum yang Binaan di Wilayah Kerja Puskesmas
Sangurara Tahun 2016
27
Pada tahun 2016 jumlah tempat kerja yang terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas
Sangurara adalah kantor sebanyak 6 buah, pabrik 3 buah, dan industri rumah tangga
sebanyak 51 buah. Dari 51 buah home industri yang tersebar di Wilayah kerja
Puskesmas Sangurara hanya ada 5 tempat kerja yang menjadi binaan Puskesmas
Sangurara. Sejauh ini kantor dan pabrik belum ada yang menjadi tempat kerja binaan
Puskesmas Sangurara.6
Sarana dan bangunan umum merupakan tempat dan atau alat yang dipergunakan
oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola
demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera
dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja
dengan produktif secara social ekonomis.8
Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan
apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan
penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus
memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan.8
Penyelenggaraan sarana dan bangunan umum berada di luar kewenangan
Departemen Kesehatan, namun sarana dan bangunan umum tersebut harus memenuhi
persyaratan kesehatan. Hal ini telah diamanatkan pada UU No.23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan. Dalam rangka memfasilitasi penyelenggaraan otonomi daerah telah
diterbitkan beberapa Keputusan Menteri Kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan
lingkungan pada sarana dan bangunan umum, di antaranya tentang penyehatan hotel,
rumah sakit, perumahan dan lingkungan kerja, agar sarana dan bangunan umum
tersebut memenuhi persyaratan kesehatan.8
Dalam Pengelolaan factor risiko lingkungan sebagai tindak lanjut hasil kegiatan
surveilans epidemiologi diperlukan pedoman penyehatan sarana dan bangunan umum
yang merupakan arah dan penjabaran teknis dari penyelenggaraan penyehatan
lingkungan. Pedoman ini merupakan acuan bagi daerah dan merupakan bagian yang
28
tidak terpisahkan dengan ketentuan perundangan tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan yang sudah ada yang pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kondisi
setempat.8
Lingkup kegiatan yang dilakukan dalam penyehatan sarana dan bangunan umum,
meliputi pembinaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian dengan mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku, meliputi :8
a. Menetapkan standar, kriteria, persyaratan, pedoman dan prosedur.
b. Melakukan penapisan, pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna.
c. Melaksanakan pembinaan penyehatan sarana dan bangunan umum, melalui :
1) Penyebarluasan informasi tentang standar dan persyaratan kesehatan lingkungan.
2) Asisten teknis dan advokasi bagi penyelenggara dan instansi dari pihak yang
berkepentingan (stakeholder).
3) Pengembangan sumber daya manusia di bidang kesehatan lingkungan.
d. Menyelenggarakan system kewaspadaan dini dan penanggulangan kejadian luar
biasa akibat pemanfaatan sarana dan bangunan umum yang tidak sehat.
e. Mengembangkan pola kemitraan dengan lintas program, lintas sector, organisasi
profesi, aosiasi, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan swasta.
f. Melakukan kajian kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan kondisi fisik sarana
dan bangunan umum.
g. Mengembangkan jaringan informasi, melalui pengembangan jejaring kerja lintas
program, lintas sector di daerah, nasional dan internasional.
h. Memantau dan mengevaluasi program penyehatan sarana dan bangunan umum
secara nasional.
i. Melakukan surveilans penyehatan sarana dan bangunan umum.
Lingkup kegiatan yang dilakukan dalam program penyehatan sarana dan bangunan
umum tingkat propinsi, meliputi pembinaan, pengawasan pengendalian dan penilaian
dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, meliputi :8
a. Melakukan Penyuluhan mengenai penyehatan sarana dan bangunan umum sebagai
bagian dari kampanye kesehatan sesuai kondisi daerah.
29
b. Menyelenggarakan penyehatan sarana dan bangunan umum di propinsi, melalui :
c. Mengembangkan sarana / peralatan pemantauan di lapangan.
d. Mengembangkan sistem kewaspadaan dini dan peananggulangan kejadian luar
biasa.
e. Mengembangkan kemitraan dengan lintas program, lintas sector, organisasi profesi,
asosiasi, organisasi masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat.
f. Mengembangkan kajian dampak kesehatan lingkungan yang berorientasi pada
pemecahan masalah.
g. Mengembangkan jaringan informasi dan jejaring kerja antar lintas program, lintas
sector ditingkat propinsi dan jaringan informasi secara regional maupun nasional.
Grafik 12. Strata Kelurahan Siaga di Wilayah Kerja Puskesmas Sangurara Tahun
2016
30
Desa Siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan untuk
mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, terutama bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.
31
Dukungan dana Sudah ada Sudah ada dana Sudah ada Sudah ada dana
untuk kegiatan dana dari dari pemerintah dana dari dari pemerintah
kesehatan di Desa pemerintah Desa dan pemerintah Desa dan
dan kelurahan : Desa dan Kelurahan serta Desa dan Kelurahan serta
- Pemerintah Kelurahan satu sumber Kelurahan dua sumber dana
desa & serta belum dana lainnya serta dua lainnya
kelurahan ada sumber sumber dana
- Masyarakat dana lainnya lainnya
- Dunia usaha
Peran serta Ada peran Ada peran aktif Ada peran Ada peran aktif
aktif masyarakat dan
masyarakat dan aktif masyarakat dan
masyarakat peran aktif satu
organisasi dan tidak ada ormas masyarakat peran aktif lebih
peran aktif
kemasyarakatan dan peran aktif dari dua ormas
ormas
dua ormas
Peraturan Kepala Belum ada Ada, belum Ada, sudah Ada, sudah
direalisasi
Desa atau direalisasi direalisasi
peraturan Bupati
/ Walikota
Pembinaan PHBS Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan
PHBS kurang PHBS minimal
di rumah tangga PHBS minimal PHBS minimal
dari 20% 20% rumah
rumah tangga tangga yang ada 40% rumah 70% rumah
yang ada
tangga yang tangga yang ada
ada
32
Menurut Kemenkes RI, 2011, Desa Siaga Aktif merupakan pengembangan dari
Desa Siaga, yaitu Desa atau Kelurahan yang : 10
1. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang
memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesahatan Desa atau sarana
kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti, Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya.
2. Memilki Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
melaksanakan upaya survailans berbasis masyarakat (pemantauan penyakit,
kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan, dan perilaku), penanggulangan bencana
dan kedaruratan kesehatan, serta penyehatan lingkungan.
33
pemberian ASI Ekslusif, perawatan bayi baru lahir, dan pelayanan Keluarga Berencana
(KB).10
c. Pelayanan Kesehatan untuk Anak, meliputi:
Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi anak di Bawah Usia Lima Tahun
(Balita),Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), Kapsul Vitamin A,
pemberian makanan tambahan anak dengan berat Bawah Garis Merah (BGM) pada
Kartu Menuju Sehat (KMS), pemantauan tanda-tanda lumpuh layuh, kejadian diare dan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Pneumonia, serta pelayanan rujukan bila
diperlukan, pemberian imunisasi, pelayanan kesehatan anak usia sekolah tingkat dasar,
pelayanan penemuan dan penanganan penderita penyakit, yang meliputi: penemuan
secara dini, penyediaan obat, pengobatan penyakit, rujukan penderita ke sarana
kesehatan yang lebih kompeten. 10
d. Pelayanan Survailans (Pengamatan Penyakit)
Pengamatan dan pemantauan penyakit melalui gejala dan tanda serta keadaan yang
dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat, pelaporan secara cepat (kurang
dari 24 jam) hasil pemantauan dan pengamatan penyakit kepada petugas dan
penanggulangan sederhana penyakit dan masalah kesehatan, pelaporan kematian.10
34
(1)Pengamatan dan pemantauan penyakit serta keadaan kesehatan ibu dan anak, gizi,
lingkungan, dan perilaku yang dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat,
(2)Pelaporan cepat (kurang dari 24 jam) kepada petugas kesehatan untuk respon cepat,
(3)Pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah kesehatan, serta
(4)Pelaporan kematian.
35
d) Adanya peningkatan UKBM (Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat).
e) Usaha masyarakat mikro berkembang.
f) Masyarakat diangkat menjadi kader kegiatan sehingga mengurangi pengangguran.
g) Berkurangnya masyarakat miskin.
h) Banyaknya kegiatan yang berlandaskan kesehatan.
i) Masyarakat jadi tidak tergantung dengan pemerintah.
j) Masyarakat semakin mengerti fungsi dari puskesmas.
36
Grafik 13. Sejumlah 23 Posyandu dan Strata Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas
Sangurara Tahun 2016
37
- pencegahan dan penanggulangan diare.
Kegiatan pengembangan/pilihan, masyarakat dapat menambah kegiatan baru
disamping lima kegiatan utama yang telah ditetapkan, dinamakan Posyandu
Terintegrasi. Kegiatan baru tersebut misalnya;12
- Bina Keluarga Balita (BKB);
- Tanaman Obat Keluarga (TOGA);
- Bina Keluarga Lansia (BKL);
- Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);
- Berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.
Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar yang ada
di Posyandu terutama;
- Bayi dan anak balita;
- Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui;
- Pasangan usia subur;
- Pengasuh anak.
Manfaat Posyandu
A. Bagi Masyarakat12
1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan
bagi ibu, bayi, dan anak balita.
2. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi
buruk.
3. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A.
4. Bayi memperoleh imunisasi lengkap.
5. Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah (Fe)
serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT).
6. Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe).
7. Memperoleh penyuluhan kesehatan terkait tentang kesehatan ibu dan anak.
38
8. Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu
menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.
9. Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu, bayi, dan anak
balita.
B. Bagi Kader12
1. Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap.
2. Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak balita dan
kesehatan ibu.
3. Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam bidang
kesehatan.
4. Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan kesehatan ibu.
39
lansia 10%, Penyuluhan UKS 2%, Penjaringan Siswa 2%, Penyuluhan KTR 6%,
Malaria dalam Kehamilan 2% dan Rabies 2%.6
Diagram 2. Jumlah Rumah yang Memenuhi Rumah Tangga ber PHBS di Wilayah
Kerja Puskesmas Sangurara Tahun 2016
40
Dari 95% rumah tangga yang terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas Sangurara, yang
dilakukan pemantauan sebanyak 3% dari pemantauan tersebut didapatkan sebanyak
2% yang termasuk Rumah Tangga ber PHBS.6
Pelaksanaan program promosi kesehatan di Indonesia merupakan salah satu dari
enam program pokok (Basic six) kesehatan di Puskesmas. Hal ini sesuai dengan
Kepmenkes RI No: 128/Menkes/SK/II/2004, bahwa fungsi pelayanan kesehatan
masyarakat (puskesmas) adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan
tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.9
Puskesmas sebagai lini terdepan dalam Sistem Kesehatan Nasional, merupakan
institusi terpenting yang di sediakan oleh pemerintah yang kerjanya sudah sangat baku
sesuai petunjuk WHO (World Health Organization) dengan tugas utama adalah
pengembangan kesehatan masyarakat dengan focus program pendidikan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pentingnya puskesmas dalam system kesehatan nasional,
sehingga pemerintah berupaya mendirikan puskesmas di semua kecamatan di
Indonesia, bahkan saat ini setiap kecamatan sudah ada puskesmas bahkan ditunjang
paling sedikit oleh tiga Puskesmas Pembantu. Akibatnya terjadi peningkatan rasio
Puskesmas dari 3,46 per 100.000 penduduk pada tahun 2003 menjadi 3,65 per 100.000
pada tahun 2007 dan kemudian menjadi 3,86 per per 100.000 pada tahun 2011.9
Upaya promosi kesehatan di puskesmas sebagai program pokok telah mampu
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dari 36,3% tahun 2007, menjadi 60%
pada tahun 2009. Akses terhadap air bersih telah mencapai 57,7% dari seluruh rumah
tangga di Indonesia dan 63,5% rumah tangga mempunyai akses sanitasi yang baik, dan
hanya 24,8% rumah tangga tidak menggunakan fasilitas buang air besar, serta hanya
32,5% rumah tangga tidak memiliki saluran pembuangan air limbah. Jumlah UKBM,
seperti Posyandu dan Poskesdes semakin meningkat, tetapi pemanfaatan dan
kualitasnya masih rendah.9
Puskesmas sebagai public goods menurut Pudjirahardjo (1995), ada perbedaan
dalam antara puskesmas yang berada di perkotaan dengan puskesmas yang berada di
41
perdesaan. Puskesmas perkotaan lebih dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan bersifat kuratif (pengobatan), agar tidak ditinggalkan masyarakat, karena
diperkotaan tersedia banyak pilihan untuk memperoleh pelayanan kesehatan.
Sebaliknya puskesmas di perdesaan, menurut Winardi, 2003, lebih diarahkan untuk
melayani masyarakat perdesaan dengan fokus kegiatan pelayanan kesehatan dasar.
Masyarakat perdesaan masih menjadikan puskesmas sebagai satu satunya tempat untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih lengkap. Program puskesmas khususnya
program promosi kesehatan berupa penyampaian informasi/pendidikan kesehatan yang
bertujuan untuk meningkatkan kemauan, kemampuan dan kesadaran
hidup sehat, masih lebih mudah di terima masyarakat perdesaan.9
Perubahan fungsi puskesmas dari public goods (pelayanan kesehatan masyarakat)
ke arah private goods (pelayanan kesehatan perorangan/UKP) juga terjadi ketika
puskesmas mengalami perubahan manajemen, dari puskesmas non perawatan menjadi
puskesmas perawatan. Perbedaan prinsip utama dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat antara puskesmas perkotaan dengan perdesaan, antara
puskesmas perawatan dengan puskesmas non perawatan akan turut memengaruhi
target pencapaian program promosi kesehatan. Padahal secara nasional program
promosi kesehatan merupakan program prioritas kementerian kesehatan seperti yang
terdapat dalam Kepmenkes RI No: 128/Menkes/SK/II/2004, yang semestinya menjadi
wajib bagi semua puskesmas untuk melaksanakan.9
Sistem Kesehatan Nasional 2009, secara jelas mengarahkan pencapaian target
utama program promosi kesehatan perlu dilakukan berbagai terobosan/ pendekatan
terutama pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan yang memberikan
penguatan kapasitas dan surveilans berbasis masyarakat, diantaranya melalui
pengembangan desa siaga.9
Perilaku Hidup Sehat dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang,
keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. dengan demikian
42
PHBS mencakup beratus-ratus bahkan beribu-ribu perilaku yang harus dipraktekkan dalam
rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dibidang
pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penyehatan lingkungan harus
dipraktekkan perilaku mencuci tangan dengan sabun, pengelolahan air minum dan
makanan yang memenuhi syarat, menggukan air bersih, menggunakan jamban sehat,
pengelolahan limbah cair yang memenuhi syarat, memberantas jentik nyamuk, tidak
merokok di dalam ruangan dan lain-lain. Dibidang kesehatan ibu dan anak serta keluarga
berencana harus dipraktekkan perilaku meminta pertolongan meminta pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan, menimbang balita setiap bulan, mengimunisasi lengkap
bayi, menjadi aseptor keluarga berencana dan lain-lain. Dibidang gizi dan farmasi harus
dipraktekkan perilaku makan dengan giji seimbang, minum tablet tambah darah selama
hamil, memberi bayi ASI esklusif, mengkonsumsi garam beryodium dan lain-lain.
Sedangkan dibidang pemeliharaan kesehatan harus dipraktekkan perilaku ikut serta
dalam jaminan pemeliharaan kesehatan, aktif mengurus dan atau memanfaatkan upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat atau (UKBM), memanfaatkan Puskesmas dan
fasilitas pelayan kesehatan lain dan lain-lain.13,14
Keluarga yang melaksanakan PHBS maka setiap rumah tangga akan meningkat
kesehatannya dan tidak mudah sakit. Rumah tannga tangga sehat dapat meningkatkan
produktivitas kerja anggota keluarga. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah
tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk
biaya investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan
kesejahteraan anggota rumah tangga. Salah satu indikator menilai keberhasilan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di bidang kesehatan adalah pelaksanaan PHBS.
PHBS juga bermanfaat untuk meningkatkan citra pemerintah daerah dalam bidang
kesehatan, sehingga dapat menjadi percontohan rumah tangga sehat bagi daerah
lain.13,14
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memeberdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga
43
dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS. Rumah tangga yang ber-PHBS
adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu: 13,14
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi ASI ekslusif
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
10. Tidak merokok di dalam rumah.
Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu : 13,14
1. Pasangan Usia Subur
2. Ibu Hamil dan Menyusui
3. Anak dan Remaja
4. Usia lanjut
5. Pengasuh Anak
44
pelayanan kesehatann waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Meningkatnya proporsi
ibu bersalin dengan bantuan tenaga kesehatan yang terlatih, adalah langkah awal
terpenting untuk mengurangi kematian ibu dan kematian neonatal dini. Pelayanan
obstetrik dan neonatal darurat serta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
terlatih menjdi sangat penting dalam upaya penurunan kematian ibu. Walaupun
sebagian besar perempuan bersalin di rumah, tenaga terlatih dapat membantu
mengenali kegawatan medis dan membantu keluarga untuk mencari perawatan darurat.
13,14
45
sampai bayi berusia 6 bulan dan memberikan kolustrum. Berdasarkan waktu
produksinya ASI digolongkan dalam tiga kelompok. 13,14
46
air. Air dibutuhkan manusia untuk memenuhi berbagai kepentingan antara lain:
diminum, masak, mandi, mencuci dan pertanian. Diantara kegunaan-kegunaan air
tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk
keperluan minum air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak
menimbulkan penyakitan bagi manusia. 13,14
47
dan lain-lain dan di luar rumah. Yang dilakukan secara teratur sekali dalam seminggu.
13,14
48
Aktifitas fisik dilakukan secara teratur paling sedikit 30 menit dalam sehari sehingga
dapat menyehatkan jantung, paru-paru serta alat tubuh lainnya. Jika lebih banyak waktu
yang digunakan untuk beraktifitas fisik maka manfaat yang diperoleh juga lebih banyak
jika kegiatan ini dilakukan setiap hari secara teratur maka dalam waktu 3 bulan kedepan
akan terasa hasilnya. 13,14
Gerak adalah ciri kehidupan. Tiada hidup tanpa gerak dan apa guna hidup bila tidak
mampu bergerak. Memelihara gerak adalah mempertahan hidup, meningkatkan
kemampuan gerak adalah meningkatkan kualitas hidup. Oleh karena itu, bergeraklah
gerak untuk lebih hidup, jangan hanya bergerak karena masih hidup. 13,14
Olahraga adalah serangakaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk
memelihara gerak dan meningkatkan kemampuan gerak. Seperti halnya makan, gerak
(Olahraga) merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya terus-terusan; artinya Olahraga
sebagai alat untuk mempertahankan hidup, memelihara dan membina kesehatan, tidak
dapat ditinggalakan, seperti halnya makan, olahragapun hanya dapat dinikmati dan
bemanfaat bagi kesehatan pada mereka yang melakukan kegiatan olahraga. Bila orang
hanya menonton olahraga, maka sama halnya dengan orang yang hanya menonton
orang makan, artinya ia tidak akan dapat merasakan nikmatnya berolahraga dan tidak
akan dapat memperoleh manfaat dari olahraga bagi kesehatannya. Olahraga merupakan
alat merangsang pertumbuhan dan perkembangan bagan fungsional jasmani, rohani
dan sosial. 13,14
Olahraga kesehatan adalah olahraga yang memelihara atau untuk meninngkatkan
derajat kesehatan dinamis, sehingga orang bukan saja sehat dikala diam (sehat statis)
tetapi juga sehat serta mempunyai kemampuan gerak yang dapat mendukung setiap
aktivitas dalam perikehidupannya sehari-hari yang bersifat rutin, maupun untuk
keperluan rekreasi dan atau mengatasi keadaan gawat darurat. Olahraga kesehatan
meningkatkan derajat sehat dinamis, pasti juga sehat statis, tetapi tidak dengan
sebaliknnya. Gemar borolahraga : mencegah penyakit, hidup sehat dan nikmat. Malas
berolahraga : mengundang penyakit. Tidak berolahraga : melantarkan diri sendiri. 13,14
49
Tidak Merokok di dalam Rumah
Setiap annggota keluarga tidak boleh merokok. Rokok ibarat pabrik bahan kimia.
Dalam satu batang rokok yang dihisap akan di keluarkan sekitar 4.000 bahan kimia
berbahaya, diantarnya adalah nikotin, tar. Nikotin menyebabkan ketagihan dan
merusak jantung dan aliran darah. Tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan
kanker. 13,14
Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin dengan sekecil
apapun walaupun itu cuma 1 batang dalam sehari. Atau orang yang menghisap rokok
walau hanya sekedar coba-coba dan cara menghisap rokok cuma sekedar
menghembuskan asap walau tidak diisap masuk kedalam paru-paru. Perokok pasif
adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang lain. Rumah
merupakan tempat berlindung termasuk dari asap rokok. Perokok pasif harus berani
menyuarakan haknya tidak menghirup asap rokok. 13,14
Perilaku hidup bersih dan sehat, yang menjadi kebutuhan dasar derajad keeshatan
masyarakat ,salah satu aspeknya adalah “tidak ada anggota keluarga yang merokok”.
Sedangkan PHBS harus menjadi kewajiban dan para kader kesehatan untuk
mensosialisasikan. Setiap kali menghirup asap rokok, baik sengaja maupun tidak,
berarti juga mengisap lebih dari 4.000 macam racun. Karena itulah, merokok sama
dengan memasukkan racun-racun tadi ke dalam rongga mulut dan tentunya paru-paru.
Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak
penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik cara langsung maupun
tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi
orang yang disekitarnya. Saat ini jumlah perokok, terutama jumlah perokok remaja
terus bertambah. Keadaan ini merupakan tantangan berat bagi upaya peningkatan
derajad kesehatan masyarakat. Bahkan organisasi kesehatan dunia telah memberikan
peringatan bahwa dalam dekade 2020-2030 tembakau akan membunuh 10 juta per
tahun, 70% diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. 13,14
50
KOMPONEN KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
INPUT MAN - Kurangnya sumber daya petugas Promkes pelaksana
program
51
e) Kurangnya kordinasi dgn lintas program dalam rangka pengawasan dan
pemantauan program.
f) Penyebaran informasi tentang kelurahan siaga dan rumah tangga ber PHBS belum
merata
g) Tingkat pengetahuan & pendidikan masyarakat mengenai rumah tangga ber PHBS
masih rendah
Dari masalah-masalah diatas dapat dilakukan analisis penyebab maslah
menggunakan tabel paired comparison sebagai berikut:
Total Vertikal 0 1 1 3 1 3 1
Total Horizontal 2 4 0 3 1 1 0
Total 2 5 1 6 2 4 1
52
B. Kurangnya dukungan sumber dana terhadap kelurahan siaga dari kelurahan
setempat
3. Penyebaran informasi tentang kelurahan siaga dan rumah tangga ber PHBS belum
merata
A. Kurangnya sumber daya petugas Promkes pelaksana program
E. Kurangnya kordinasi dgn lintas program dalam rangka pengawasan dan
pemantauan program.
C. Kurangnya dukungan lintas sector
G. Tingkat pengetahuan & pendidikan masyarakat mengenai rumah tangga ber PHBS
masih rendah
Setelah dilakukan identifikasi masalah dengan menggunakan tabel paired
comparison dilakukan penghitungan nilai kumulatif untuk menyelesaikan suatu
masalah, yang dapat dihitung menggunakan tabel sebagai berikut:17
53
D. Kurangnya penggalangan kemitraan dengan ormas, instansi pendidikan, instansi
kerja, dan tempat-tempat umum
B. Kurangnya dukungan sumber dana terhadap kelurahan siaga dari kelurahan
setempat
F. Penyebaran informasi tentang kelurahan siaga dan rumah tangga ber PHBS belum
merata
Dari hasil identifikasi masalah, analisis penyebab masalah dan nilai kumulatif
untuk menyelesaikan suatu masalah dapat dibuat Plan Of Actio (POA) sebagia
berikut:17
54
dengan ormas, tujuan kel siaga yang semata-mata untuk masyarakat Kepala
instansi meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat dan PKM
pendidikan, pendidikan yang pada hakikatnya adalah kelurahan serta staf
instansi kerja, investasi bagi terciptanya sumber daya manusia setempat terkait
dan tempat- berkualitas, yg selanjutnya akan mendorong
tempat umum. pertumbuhan ekonomi dan menurunkan
kemiskinan.
Mengadakan pertemuan dan sosialisasi dengan Kepala Bulan Petugas
beberapa sekolah yang rencana nya akan dibina, sekolah Desem Promkes
memberikan penjelasan tentang sekolah sehat, derta guru ber serta
UKS bagi siswa, green house serta kantin sehat sekolah staf
dan pentingnya sosialisasi peran serta UKS yang terkait
perihal tentang cara sikat gigi yang benar, bersangkut
kecacingan, diare & DBD pada siswa SD dan an
kesehatan reproduksi, PMS, HIV/AIDS dan
NAPZA pada siswa SMP dan SMA.
55
tempat-tempat ibadah yang merupakan pendeta,
tempat dimana banyak orang bersinggah. dan
pemuka
agama
serta
masyakara
k setempat
Meningkatkan Menggadakan pertemuan dan sosialisasi Tokoh Bulan Petugas
dukungan tentang usaha-usaha yang dapat dilakukan masyarakt, Dese Promke
sumber dana perilhal pemberian dukungan sumber dana kepala
mber s,
untuk kegiatan kesehatan kelurahan siaga kelurahan,
terhadap
aktif. dan kepala
kelurahan siaga masyaraka PKM
dari kelurahan t serta
serta
setempat kader
staf
terkait
Melakukan meningkatkan akses informasi dan edukasi masy Bulan Petugas
peningkatan
kepada masyakarakat tentang rumah tangga ber arakat Dsem Promkes
akses informasi
dan edukasi PHBS melalui penyebarluasan informasi melalui luas, ber , dan staf
kepada
berbagai saluran. ormas terkait
mesayarakat
tentang rumah ,
tangga ber
pemer
PHBS
intah
setem
pat
56
DAFTAR PUSTAKA
57
4. Kemenkes R.I. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan 2014.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2015
5. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Tingkat Puskesmas (SP2TP). 2015.
6. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Tingkat Puskesmas (SP2TP). 2016.
7. Martunus, Peran Pelaksana Usaha Kesehatan Sekolah Dalam Kesehatan Anak SD
Negeri No. 026 Simpang Tiga Kecamatan Loa Janan ILIR. Universitas
Mulawarman. 2013.
8. Kemenkes RI. Nomor 288/Menkes/SK/III/2003. Tentang pedoman penyehatan
sarana dan bangunan umum. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.2003.
9. Sugiharto, Mugeni., Widjiartini. Analisis Pencapaian Target Program Promosi
Kesehatan Menurut Jenis Puskesmas Di Kabupaten Tuluagung. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan. Vol. 15. No.4 Oktober 2012. 369-380.
10. Kemenkes. R.I. Petunjuk Teknis Penghitungan Biaya Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif. Jakarta. 2010
11. Putri, W.Y.P., Mindarti, L.I., Shobaruddin, M. Pelaksanaan Program Kelurahan
Siaga Aktif Dalam Mewujudkan Kemandirian Masyarakat. Jurnal Administrasi
Publik (JAP), Vol. 3. No. 10. Hal 1771-1775.
12. Kemenkes RI. Ayo ke POSYANDU Setiap Bulan. Buku Pegangan Kader
POSYANDU. Kementeria Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta : 2012
13. Kemenkes RI,2011. Peraturan mentri kesehatan republik indonesia NOMOR:
2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang pedoman pembinaan perilaku hidup bersih
dan sehat. Kemenkes RI tahun 2011. Jakarta
14. Departemen Kesehatan RI. 2008. Panduan Promosi Kesehatan dalam Pencapaian
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga. Jakarta.
58