Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

SKIZOFRENIA YTT
(F20.9)

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. O.F
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Alamat : komp. UNHAS Barayya, Jl. Sunu Blok F/16A
Tanggal pemeriksaan : 8 Oktober2013
Nama, Alamat dan No. Telp keluarga terdekat : Ibu Kahdijah, Ibu Kandung,
Komp. UNHAS Barayya, 081342688353
II. RIWAYAT PSIKIATRI
(diperoleh dari alloanamnesis, autoanamnesis dan status pasien)
III. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan Utama
Mengamuk
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien sudah masuk di RSKD Dadi yang keempat kalinya dengan keluhan
mengamuk, bila mengamuk pasien sering memecahkan piring dan gelas. Pasien
dibawa kembali ke rumah sakit karena sejak 3 hari sebelum masuk RS. Pasien
sering marah – marah dan memecahkan piring dan gelas. Pasien juga sering
marah – marah kepada ibu dan keluarganya tanpa alasan yang jelas. Sebelum
sakit pasien sangit rajin, mudah bergaul, pintar, dan semenjak sakit pasien
menjadi tertutup dan suka marah – marah. Pasien suka marah – marah karena
dibatasi merokok. Biasanya pasien merokok lebih dari 2 bungkus sehari. Selain
itu, pasien dilarang keluar rumah karena sering sampai larut malam. Menurut
keluarganya, kemungkinan juga banyak keinginannya tapi tidak terpenuhi
karena status ekonomi sehingga pasien tidak bias menerima kenyataan dan
merasa tertekan akibat suka emosi dan tidak sabar. Pasien terakhir dirawat 2
tahun yang lalu dan selama keluar dari RS, pasien masih rutin berobat di poli,

1
tetapi sudah 2 bulan terakhir ini pasien tidak mau minum obat. Pasien pernah
tidak mengalami keluhan, tapi kambuh lagi setelah ayahnya meninggal dunia
pada tahun 1999. Pada saat itu, pasien lebih banyak diam, suka melamun, dan
kalau diajak berbicara suka marah – marah dan memukul.
- Hendaya/disfungsi :
* Hendaya dalam bidang sosial (+)
* Hendaya pekerjaan (+)
* Hendaya dalam penggunaan waktu senggang (+)
- Faktor stressor psikososial :
* Faktor stressor psikososial tidak jelas..
- Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis
sebelumnya :
* pasien tidak pernah mengidap penyakit lain.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Riwayat penyakit medis : pasien sudah pernah dirawat di RSKD beberaa
tahun sebelumnya ayahnya meninggal, dan setelah ayahnya meninggal
pada tahun 1999. Pasien kambuh lagi dengan keluhan yang sama, setelah
itu pasien tidak mengalami keluhan untuk beberapa saat tetapi pada tahun
2011 pasien mengalami keluhan yang sama dan dirawat di RSKD dengan
keluhan yang sama karena pasiean tidak teratur minum obat.
Riwayat penyakit neurologis (-)
Riwayat merokok (+) 2 bungkus/hari
Riwayat alkohol (-)
Riwayat obat – obatan (-)
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir di rumah sakit dengan normal, cukup bulan, ditolong oleh
bidan. Pada saat mengandung ibu pasien dalam keadaan sehat, pasien
merupakan anak yang diharapkan dan direncanakan, tidak terdapat
kelainan bawaan dan cacat lahir.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (sejak lahir hingga usia 1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan sama dengan anak sebayanya.

2
3. Riwayat Masa Kanak Peertengahan (usia 3-11 tahun)
Pasien tinggal bersama orangtuanya.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (usia 12-18 tahun)
Pendidikan terakhir pasien ialah lulus SMA.
E. Riwayat Kehidupan Keluarga
- Pasien merupakan anak pertama dari lima bersaudara (♂,♂,♂,♂,♀)
- Hubungan dengan anggota keluarga baik.
- Pasien tinggal bersama ibunya.
- Pasien belum menikah
- Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-)
F. Situasi Sekarang
Saat ini pasien tinggal bersama ibu kandungnya
G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien merasa dirinya tidak sakit tetapi perlu minum obat
IV. AUTOANAMNESIS
DM = Dokter Muda P = Pasien
DM : Selamat siang.
P : Selamat siang dok.
DM : Perkenalkan saya dokter Ali yang bertugas disini. Nama bapak siapa?
P : O. F dok
DM : Bapak sekarang berada dimana?
P :RSD Jiwa Dadi
DM :Kenapa bapak bias dibawa masuk ke RS Pak?
P :karena mengamuk di rumah dokter, marah – marah, dani ingin
menghancurkan semua barang
DM :kenapa bapak bisa mengamuk?
P :saya tidak mengamuk pak dokter, ada dalam Al-Qur’an mengatakan
tidak akan mengubah nasibmu bila kamu tidak mengubahnya sendiri,
dan sebelum kamu mati itu pada diri Allah.
DM :Apa maksud anda pak?
P :yah…. Seperti itu maksudnya dokter, nasib kita tidak berubah kalau
bukan kita yang ubah. Begitu saja yang saya tahu dokter.
DM :katanya bapak dapat menghapalkan Al-Qur’an?
P :iya dokter, apa yang dokter mau saya hapalkan? Al-Kafirun, An-Nas,
At-Taubah
DM :sama tafsirannya juga pak?
P :iya pak dokter, saya hafal semua artinya.
DM :kenapa bapak bias hafal semuanya? Memangnya dulu bapak sekolah
dimana?
P :ya….. karena saya belajar buat hapal semuanya.

3
DM :kenapa bapak tidak jadi ustad?
P :bukan apanya dokter, inikan zaman sudah maju, ini ada saya kutip
sebuah kata – kata, kita ini semua tidak ada apa – apa. Seandainya
umurku masih muda, makanku masih bagus, tetapi sekarang tidak.
Racun ini semua
DM :apakah bapak pernah dan sering mendengar suara?
P :ada dokter, mungkin saya mengada – ada tapi memang ada dokter, saya
dengar suara.
DM :suara seperti apa yang bapak dengar?
P : suara wanita dok.
DM :apa yang biasa dikatakan pak?
P :suara – suara saja dok.
DM :suaranya itu kira – kira berapa orang yang berbicara pak? Apa kira –
kira yang dibicarakan?
P :satu orang dokter, suara wanita saja yang saya dengar dokter.
DM :bayangan – bayangan pernah kita biasa lewat?
P :itumi dokter, saya biasa merasa takut. Dia bentuknya tidak seperti
manusia dokter, mukanya itu hancur sekali dok.
DM :kita saja yang lihat atau orang lain bisa lihat juga?
P :saya saja yang lihat dokter, orang lain tidak lihat. Semua orang lain
yang ada didekatku menikmati ji apa yang mereka lakukan. Ada juga
kadang dok kalau malam ada besar sekali tapi jalannya bungkuk.
DM :bapak sering keluar malam?
P :iya dokter, tapi tidak jauh – jauh dari rumah, dekat – dekat saja dari
rumah.
DM :apa yang bapak lakukan kalau kita lihat pak?
P :saya langsung lari pulang lalu kunci pintu.
DM :tapi itu yang bapak lihat tidak mengganggu bapak?
P :tidak dokter.
DM :bagaimana perasaan bapak sekarang?

4
P :ya……. Baik – baik saja dok.
DM :berapa kali bapak masuk rumah sakit?
P :sudah 7 kali dok, setiap 2 bulan saja saya sembuh, terus sakit lagi,
kambuh lagi dok.
DM :bapak tinggal sama siapa di rumah?
P :ibu saya dok.
DM :bapaknya dimana?
P :sudah meninggal dok.
DM :siapa yang bawa ke sini?
P :ibu saya dok.
DM :bapak dulu apa pekerjaannya?
P :saya dulu kerja di DLLAJR lantas jalan raya.
DM :bapak berapa lama kerja di sana?
P :1 minggu dok.
DM :bapak sudah menikah?
P :itu juga dokter, mau menikah juga tapi tidak menikah.
DM :bapak bisa menghitung?
P :bias dok.
DM :kalau 100 - 7?
P :93 dok.
DM :bapak biasa merokok?
P :iya dok, rokok yang paling murah Rp. 3.000,- atau Rp. 5.000,-.
DM :kalau bapak punya uang Rp. 10.000 terus beli rokok harganya Rp 5.000
berapa sisa uangnya pak?
P :Rp 5.000.
DM :bapak pernah belajar peribahasa?
P :iya dok.
DM :panjang tangan apa artinya pak?
P :pencuri, perampok pak dokter.

5
DM :kalau ada dompet dijalanan, kita apakan itu dompet pak?
P :dikembalikan dok, kalau saya tidak tahu punya siapa saya kabur, tapi
itu dompet dok, saya lihat sedikit dulu dompetnya.
DM :kalau ada kebakaran, apa yang bapak lakukan?
P :menyelamatkan diri dok.
DM :bapak hobinya apa?
P :main sepak bola, suka sekali dok sampai sekarang.
DM :bapak cita – citanya apa?
P : dulu saya mau jadi dokter tapi yah karena situasi dok.
DM :bapak merasa sakit?
P :tidak dok
DM :jadi bapak tidak butuh obat?
P :butuh dok, saya butuh minum obat.
V. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan: Seorang laki-laki berpakaian baju berwarna putih lengn
panjang dengan celana pendek hitam. Wajah sesuai dengan umur.
Perawakan sedang, rambut pendek, kulit sawo matang.
2. Kesadaran : Berubah.
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : Saat wawancara pasien duduk
cukup tenang.
4. Pembicaraan : Lancar, spontan dan intonasi biasa.
5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan Afektif(Mood), Perasaan dan Empati
1. Mood : biasa
2. Afek : datar
3. Empati : tidak dapat dirabarasakan.
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kesadaran : sesuai taraf
pendidikan.
2. Daya konsentrasi : baik
3. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : baik.
4. Daya Ingat : baik
5. Pikiran abstrak : baik

6
6. Bakat kreatif : tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : baik

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi :
Halusinasi auditorik (+) pasien mendengar suara wanita.
Halusinasi visual (+) pasien melihat bayangan tinggi besar.
2. Ilusi : tidak ada
3. Depersonilasasi: tidak ada
4. Derealisaai : tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus pikiran :
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontuinitas : relevan dan asosiasi longgar
c. Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi pikran :
a. Preokupasi : tidak ada
b. Gangguan isi pikir : tidak ada
F. Pengendalian Impuls
Terganggu
G. Daya Nilai
1. Norma sosial : terganggu
2. Uji daya nilai : terganggu
3. Penialian realitas : terganggu
H. Tilikan (Insight)
Derajat II (agak menyadari bahwa dirinya sakit dan perlu mendapat
mendapat pengobatan, tapi dalam waktu yang sama menyangkali
penyakitnya).
I. Taraf dapat dipercaya
Dapat dipercaya

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


Pemeriksaan Fisik :
A. Status Internus
Tekanan darah 130/90 mmHg, nasi 80x/menit, suhu tubuh 36,6°C,
pernapasan 24x/menit. Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-), kulit
sianosis (-). Bunyi pernapasan versikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-). Cor

7
dalam batas normal. Abdomen dalam bats normal. Ekstremitas atas dan
bawah dalam batas normal.
B. Status Neurologis
Kesadaran GCS 15 (E4M6V5). Fungsi kortikal luhur dalam batas normal.
Tanda rangsang menings: kaku kuduk (-), kernigs sign (-). Nervus
kranialis dalam batas normal, pupil bulat isokor. Fungsi motorik dan
sensorik dalam batas normal. Tidak ditemuukan tanda bermakna dari
pemeriksaan neurologis.
VII. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki, umur 42 tahun, masuk RSKD dengan keluhan
mengamuk. Pasien sudah masuk keempat kalinya ke RSKD. Pasien dibawa
lagi kembali ke umah sakit karena sering mengamuk kurang lebih satu
minggu yang lalu. Pasien mengamuk bila keinginannay tidak diikuti. Pasien
mengamuk sampai memecahkan piring dan gelas. Pasien mengamuk setelah
bapaknya meninggal pada tahun 1999, pasien sakit kembali dan mulai
mengamuk lagi. Dari pemeriksaan status mental didapatkan seorang laki –
laki, wajah sesuai umur, perawakan sedang, rambut pendek, kulit sawo
matang, memakai baju berwarna putih lengan panjang, dan celana pendek
hitam dengan kesadaran berubah. Perilaku dan aktivitas psikomotor yakni
pasien duduk dengan cukup tenang, berbicara dengan spontan, lancer, dan
intonasi biasa serta sikap terhadap pemeriksa cukup kooperatif. Keaadaan
mood pasien biasa dengan afek datar serta empati yang tidak dirabarasakan.
Fungsi intelektual (kognitif) seusai dengan tingkat pendidikan, daya
konsentrasi baik, orientasi waktu, tempat, dan orang baik, day ingat dan
pikiran abstrak juga baik, bakat kreatif tidak ada, dan pasien mampu
menolong diri sendiri. Gangguan persepsi didapatkan halusinasi berupa
halusinasi auditorik dimana pasien mendengar suara wanita dan halusinasi
visual dimana pasien melihat bayangan tinggi besar, tidak ditemukan
gangguan persepsi lainnya. Dari pemeriksan proses berfikir yakni arus pikiran
dan produktivitas cukup, kontinuitas relevan dan asosiasi longgar, serta tidak

8
ditemukan hendaya dalam berbahas. Pada pasien tidak ditemukan gangguan
perokupasi, gangguan isi pikir, tetapi terjadi gangguan pada proses
pengendalian impuls. Pda pemeriksaan daya nilai terjadi gangguan pada
norma sosial, uji daya nilai dan penilaian realitas. Pasien agak menyadari
bahwa dirinya sakit dan butuh bantuan tapi dalam waktu yang sama juga
menyangkali penyakitnya maka disimpulkan dari tilikan (insight) ditemukan
derajat II, dengan taraf dapat dipercaya.
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
 Aksis I :
Berdasarkan Autoanamnesis dan Alloanamnesis serta pemeriksaaan fisik
didapatkan gejala bermakna berupa mengamuk, memecahkan barang – barang
saat mengamuk dan jika keinginannya tidak diikuti.
Keadaan ini jelas merupakan perubahan perilaku bermakna, serta
mengganggu pasien dan keluarganya, sehingga menimbulkan distress dan
disability. Maka dapat disimpulkan pasien mengalami gangguan jiwa.
Pada pasien ini didapatkan hendaya berat dalam menilai realita, berupa
halusinasi, sehingga telah mengarahkan ke gangguan jiwa psikotik.
Dalam pemeriksaan interna dan neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan organic sehingga gangguan jiwa psikotik organik dapat disingkirkan,
dan diagnosis mengarah ke gangguan jiwa psikotik non organik.
Berdasarkan hasil autoanamnesis dan pemeriksaan status mental
ditemukan halusinasi auditorik dan visual, afek datar, relevan, dan
perlangsungan lebih dari 1 bulan, sehingga berdasarkan PPDGJ-III
didiagnosis dengan Skizofrenia (F20).
Dan karena tidak didapatkannya gejala – gejala yang mengarah ke salah
satu jenis skizofrenia yang lebih spesifik, maka dapat disimpulkan diagnosis
pasien ini berdasarkan PPDGJ-III yakni skizofrenia YTT (F20.9).
 Aksis II
Ciri kepribadian tidak khas.
 Aksis III
Tidak ada diagnosis.
 Aksis IV
Tidak jelas.
 Aksis V

9
GAF Scale 60-51 (berupa gejala sedang, disabilitas sedang).
IX. DAFTAR PROBLEM
Organobiologik
Tidak ditemukan keadaan fisik yang bermakna, namun diduga terdapat
kesiambangan neurotransmitter, maka pasien memerlukan famakoterapi.
Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa halusinasi
sehingga pasien memerlukan psikoterapi.
Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan waktu
senggang sehingga pasien butuh sosioterapi.
X. PROGNOSIS
Dubia
Faktor pendukung :
- Adanya dukungan keluarga
- Tidak adanya kelainan organobiologik yang bermakna.
Faktor penghambat :
- Belum menikah
- Pasien tidak punya pekerjaan
- Tidak teratur minum obat
- Stressor yang tidak jelas
XI. DISKUSI/PEMBAHASAN
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan halusinasi, penyebab
dan perjalan penyakitnya juga tidak selu bersifat kronik. Sejumlah akibat yang
tergantung pada genetik, fisik, dan sosial budaya.
Untuk mendiagnosis skizofrenia, harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini
yang amat jelas (yang biasanya dua gejala atau lebih bila gejala – gejala itu
kurang tajam atau kurang jelas) :
1. Thought of echo : isi pikiran sendiri yang bergema dalam kepala
Thought of insertion : isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalm
pikirannya
Thought of broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar.
2. Delusion of control : waham yang dikendalikan
Delusion of influence : waham yang dipengaruhi

10
Delusion of passivity : waham tentang dirinya yang tidak berdaya dan
pasrah terhadap kekuatan dari luar
Delusion of perception : pengalaman inderawi yang tidak wajar, biasanya
mistik.
3. Halusinasi auditorik
4. Waham – waham menetap jenis lain yang biasanya tidak wajar menurut
budaya.
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus ada secara jelas :
a. Halusinasi yang menetap dari panca indera
b. Arus pikiran yang terputus
c. Perilaku katatonik
d. Gejala negatif
Pada pasien ini memilik gejala skizofrenia tetapi tidak cukup untuk
didiagnosa dalam satu jenis skizofrenia.
Pembagian skizofrenia menurut PPDGJ-III :
F20.0 Skizofrenia paranoid
F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
F20.2 Skizofrenia Katatonik
F20.3 Skizofrenia tak terinci
F20.4 Depresi Pasca Skizofrenia
F20.5 Skizofrenia Residual
F20.6 Skizofrenia Simpleks
F20.8 Skizofrenia Lainnya
F20.9 Skizofrenia YTT
XII. RENCANA TERAPI
a. Psikofarmakoterapi
Haloperidol 5 mg 3 x 1
Chlorpromazine 100 mg 0-0-1
b. Psikoterapi Suportif

11
Ventilasi : memberikan kesempatan pada pasien untuk menceritakan
keluhan dan isi hatinya sehingga psaien merasa lega.
Konseling : memberikan penjelasan dana pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya dengan baik dan
menganjurkan untuk berobat teratur.
Sosioterapi : memebreikan penjelasan kepada keluarga dan orang terdekat
pasien tentang gangguan yang dialami pasien sehingga tercipta lingkungan
yang kondusif yang dapat membantu proses penyembuhan pasien serta
melakukan kunjungan berkala.

XIII. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya,
pengaturan dosis, serta menilai efektifitas terapi dan kemungkinan terjadinya
efek samping dari obat yang diberikan.

12

Anda mungkin juga menyukai